GELOMBANG DAN PASANG SURUT air laut

  NAMA : Maqilatus Sa’diyah NIM : 180722639579 OFF/Tahun : H/2018

  Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya air laut secara periodik akibat gaya gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Selain menyebabkan pasang surut, gaya gravitasi juga akan menyebabkan perubahan bentuk terhadap bentuk bumi dan atmosfer. Gaya pembangkit pasang surut adalah resultan dari gaya sentrifugal dan gaya gravitasi benda- benda luar angkasa seperti bulan dan matahari. Gaya sentrifugal tercipta akibat revolusi bulan mengelilingi bumi yang arahnya menjauhi bulan serta setiap titik di permukaan bumi besarnya sama. Sedangkan gaya gravitasi bulan akan di pengaruhi oleh jarak dari titik dipermukaan bumi terhadap bulan. Jika jarak dari titik di permukaan bumi semakin dekat, maka makin besar pula gaya gravitasi bulan. Resultan dari kedua gaya ini akan menciptakan gaya pembangkit pasut, dari gaya tersebut akan terciptanya pasang surut di laut. Sedangkan matahari yang memiliki massa yang lebih besar dari massa bulan tetapi jarak antara matahari dengan bumi lebih jauh dibandingkan jarak antara bumi dengan bulan lebih maka gaya tarik air lautnya pun kecil.

  Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, tetapi jarak antara matahari dengan bumi sangat jauh yaitu dengan rata-rata 149,6 juta km. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari bulan. Bulan sebagai satelit kecil memiliki jarak 381,160 km. Dalam mekanika alam semesta jarak lebih menentukan dibandingkan massa, oleh karena itu bulan memiliki peranan yang lebih besar di bandingkan matahari terhadap pasang surut. Perhitungan matematis menunjukkan bahwa gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut besarnya kurang lebih 2,2 kali lebih kuat daripada gaya tarik matahari.

  Gambar: pasang surut dipengaruhi oleh bulan Sumber: Sains Multipedia

  Puncak elevasi pada pasang disebut pasang tinggi dan lembah elevasi disebut pasang rendah. Periode pasang surut (Tidal Range) adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Dalam siklus bulanan, terjadi 2 kali pasang tinggi yang tertinggi dan pasang rendah yang terendah yaitu saat konjungsi dan oposisi.

  Arus pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat berubah sesuai dengan tipe dari pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat memiliki tipe seperti tipe pasang surut yaitu diurnal atau harian tunggal dimana dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk daerah yang memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam satu hari akan mengalami dua kali perubahan arah arus.

  Untuk mengetahui tipe pasang surut yang ada dapat menggunakan beberapa teori, yaitu:

  1. Pasang surut metode Admiratly, merupakan metode empiris berdasarkan tabel-tabel pasang surut yang dikembangkan pada awal abad ke 20.Metode ini terbatas untuk menguraikan data pasang surut selam 15 atau 29 hari dengan interval pencatatan 1 jam. Metode ini menghitung amplitudo dan ketertinggalan phasa dari sembilan komponen pasut serta muka laut rata-rata (MSL). Tinggi muka air laut rata-rata (MSL) biasanya ditetapkan dari suatu bench mark tertentu yang dijadikan acuan leveling di daerah survey. Berdasarkan komponen-komponen Pasang Surut yang didapat dari hasil analisis dengan menggunakan metode Admiralty maka dapat ditentukan tipe pasang surut yang terjadi di pantai Paal dengan menggunakan angka pasang surut “F”

  F= K 1+O 1 M 2+S 2

  Keterangan: F = Bilangan Formhazl.

  O1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan. K1= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya. M2= Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan. S2= Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.

  Dengan demikian klasifikasi pasang surut adalah: 1) Pasang surut harian ganda jika F ≤ 0.252.

  2) Pasang surut campuran (ganda dominan) jika 0.25 < F ≤ 1.53. 3) Pasang surut campuran (tunggal dominan) jika 1.5 < F ≤ 34. 4) Pasang surut harian tunggal jika F > 3.

  2. Metode Dinamis, menurut Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain gaya pembangkit pasang surut. Menurut Defant, faktor- faktor tersebut adalah: kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis), gesekan dasar laut.

  Jenis pasang surut teridentikasi sebagai bentuk pengaruh gravitasi bulan dan matahari serta gaya sentrifugal bumi secara langsung terhadap pergerakan air laut. Adapun tipe pasang surut biasanya dipengaruhi oleh faktor lokalitas laut secara khusus, sehingga membedakan karakter pasang surut antara satu tempat dengan tempat yang lain.

  1. Pasang purnama (spring tide) adalah pasang yang terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini

  Gambar: Pasang Purnama Sumber: emaze.com

  2. Pasang perbani (neap tide) adalah pasang yang terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

  Gambar: Pasang Purnama Sumber: emaze.com Tepi pasang surut dapat di tentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap harinya.

  Hal ini di sebabkan oleh perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Sehingga terjadi tipe pasang surut berlainan di sepanjang pesisir. Pasang surut dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu:

  1. Pasang surut harian (diurnal tide), yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di sekitar laut katulistiwa dan priodenya 24 jam 50 menit.

  Gambar: pasang surut harian Sumber: pasut-air-laut.blogspot.com

  2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), yaitu dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan ketinggian yang sama.

  Gambar: pasang surut harian ganda Sumber: pasut-air-laut.blogspot.com

  3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide Prevailing Diurnal), yaitu pusat yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang juga terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tinggi dan waktunya berbeda.

  Gambar: pasang surut campuran condong harian tunggal Sumber: pasut-air-laut.blogspot.com

  4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal), terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan ketinggian dan waktu yang berbeda.

  Gambar: pasang surut campuran condong harian ganda Sumber: pasut-air-laut.blogspot.com

  

GELOMBANG

  Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang mempengaruhi kondisi pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan mengalami transformasi diantaranya adalah refraksi yang berperan terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di sepanjang pantai. Gelombang air laut merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi dilaut. bentuk dan perambatan gelombang yang bervariasi serta tidak beraturan sangat mempengaruhi karakteristik gelombang yang terjadi pada suatu perairan tertentu. Selain terjadi perubahan tinggi, panjang dan kecepatan gelombang juga terjadi fenomena lain seperti pendangkalan, refraksi, difraksi dan pantulan sebelum gelombang tersebut pecah.

  Pendangkalan gelombang adalah proses berkurangnya tinggi gelombang akibat perubahan kedalaman dimana kecepatan gelombangnya berkurang dan akibatnya juga terjadi refraksi karena arah gerak puncak gelombang mengikuti bentuk kontur kedalaman laut. Refraksi ditekankan pada perubahan tinggi gelombang karena pembelokan arah puncak gelombang. Sedangkan difraksi adalah proses pemindahan ke arah daerah yang terlindungi sehingga menyebabkan timbulnya gelombang. Gelombang air laut merupakan peristiwa naik turunya permukaan air laut secara vertikal.

  Gelombang yang terjadi di laut sebagian besar disebabkan oleh adanya tiupan angin baik secara langsung atau pun tidak langsung. Selain akibat dari tiupan angimn, gelombang dilaut juga dapat diakibatka oleh adanya gaya tarik menarik antara bumi bulan dan matahari, gempa, dan juga disebabkan oleh adanya gerakan kapal.

  Gambar: gelombang laut Sumber: Fisika zone

  Angin di atas lautan menstransfer energinya ke parairan sehingga menyebabkan timbulnya riak-riak dan kemudian berubah menjadi gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan akibat dari tenaga angin adalah cenderung tidak menentu, karena tergantung pada macam-macam sifatnya seperti tinggi, priode, waktu angin bertiaup. Sifat-sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin yaitu:

  1. Kecepatan angin, semakin cepat angin bertiup maka akan semakin besar gelombang yang terbentuk dan akan mempunyai kecepatan yang tinggi dan gelombang yang besar. Gelombang yang terbentuk dengan kecepatan angin yang tinggi akan memiliki puncak yang kurang curam dibandingkan dengan gelombang yang terbentuk akibat kecepatan angin yang rendah (lemah).

  2. Lamanya angin bertiup, semakin lama angin bertiup akan membuat gelombang semakin besar.

  3. Fetch, yaitu daerah yang terkena pengaruh gerakan dari angin. Semakin luas fetch, maka gelombang yang terbentuk memiliki panjang gelombang lebih besar.

  Berdasarkan posisi atau letak gelombang terhadap fetch nya, dapat di bedakan menja di dua jenis gelombang, yaitu:

  1. Sea Waves, merupakan gelombang laut yang berada di daerah pengaruh angin atau gelombang yang letaknya di dalam fetch.

  2. Swell, merupakan gelombang laut yang letaknya diluar pengaruh fetch. Berdasarkan gerakan butiran-butiran air laut, gelombang dapat di bedakan menjadi empat, yaitu:

  1. Gelombang Osilasi, merupakan gelombang berbentuk butir-butir air laut yang berputar dan lembah gelombang. Pada saat gelombang memasuki wilayah pantai, gelombang osilasi akan mengalami penurunan kecepatan, panjang gelombang menjadi lebih kecil, sedangkan tinggi gelombang akan semakin bertambah. Akhirnya terbentuklah pecahan gelombang.

  2. Gelombang Translasi, setelah terjadi pecahan gelombang, butir-butir air laut tidak lagi berputar turun naik membentuk puncak dan lembah gelombang melainkan bergerak ke arah pantai. Gerakan air ke arah pantai ini dinamakan gelombang translasi.

  3. Swash, merupakan kelanjutan dari gelombang translasi, yaitu berupa desakan massa air laut ke daratan pada saat memasuki wilayah pantai.

  4. Back Swash, merupakan proses kembalinya massa Swash dari pantai ke wilayah laut. Metode pengukuran gelombang dapat di lakukan dengan teknik langsung (visual

  

observation) dan teknik Acoustic Doppler Current meter Profile (ADCP). Metode

  pengukuran gelombang dengan teknik langsung dapat dilakukan dengan menggunakan palem gelombang (papan berskala), yaitu dengan mengamati batas elevasi puncak dan batas elevasi bawah yang melewati palem gelombang. Jarak antara batas pucak dan batas bawah dicatat menggunakan stopwatch sebagai fungsi waktu antar puncak gelombang pertama yang melewati palem gelombang sampai puncak berikutnya. arah datangnya gelombang menggunakan kompas tembak. Pengamatan gelombang dilakukan selama 3 hari dengan pencatatan setiap 1 jam 10 kali pengambilan data. Untuk mendapatkan sifat statistik gelombang dilakukan pencatatan gelombang dalam periode tertentu, yang biasanya selama 15 sampai 20 menit sehingga didapat suatu jumlah tertentu, dalam satu hari biasanya dilakukan tiga sampai empat kali pencatatan.

  Sedangkan pengukuran gelombang dengan metode Acoustic Doppler Current meter

  

Profile dapat di lakukan dengan cara parameter tinggi gelombang (H) dan periode gelombang

  (T). Prinsip kerja dari metode ini yaitu gelombang akustik dipancarkan melalui transduser dan merambat disepanjang kolom air. Pada suatu lapisan air yang diukur, gelombang dipantulkan kembali menuju transduser oleh partikel sedimen dan plankton (yang bergerak dengan kecepatan sama dengan kecepatan gerak air). Karena adanya gerak relatif pemantulan gelombang terhadap alat ukur gelombang akustik, maka gelombang yang diterima akan mengalami efek doppler atau berubah frekuensinya.

  Dalam pengukuran gelombang laut terdapat parameter oceanografi yang di gunakan, diantaranya:

  1. Data periode gelombang (T), dapat diukur dengan menggunakan stopwatch, yaitu mengukur waktu yang diperlukan antara puncak gelombang dengan puncak gelombang berikutnya pada suatu titik tertentu.

  2. Data tinggi gelombang (H), dapat diukur dengan menggunakan tongkat ukur atau tongkat berskala. Tinggi gelombang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus H

  = K .K H s r.

  3. Kedalaman Pertanian (d),dapat diukur dengan tongkat ukur.

  4. Arah gelombang (‘), dapat diketahui dengan menggunakan kompas.

  5. Arah arus,dapat diketahui dengan menggunakan kompas.

  6. Kecepatan Arus (m/s), dapat diukur dengan menggunakan boladuga. Berdasarkan teori gelombang amplitudo kecil / teori gelombang Airy-1845 (small

  

amplitude wave theory) energi total suatu panjang gelombang merupakan penjumlahan dari

  energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik gelombang adalah energi yang disebabkan kecepatan partikel air karena adanya gerak gelombang. Sedangkan energi potensial gelombang adalah energi yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya gelombang. Besarnya energi kinetik persatuan lebar untuk satu panjang gelombang diperoleh dengan persamaan:

  2 ρg H L E

  =

  k

  16 Energi potensial persatuan lebar untuk satu panjang gelombang diperoleh dengan persamaan :

  2 ρg H L E = p

  16 Dengan demikian total energi dalam sebuah gelombang persatuan lebar panjang gelombang adalah :

  2 ρg H L E E E

  = +

  T k p

  8 Sedangkan tenaga gelombang adalah

  nE

  1 2 kd

  P= = ( 1+ ) nEC di mana T

  2 sinh . 2 kd ET = total energi gelombang (Nm/d/m) Ek = energi kinetik gelombang (Nm/d/m) Ep = energi potensial gelombang (Nm/d/m) ρ = rapat massa air laut = 1,03ton/m3 g = gaya gravitasi H = tinggi gelombang pecah (m) d = kedalaman gelombang (m) C = cepat rambat gelombang (m/d) T = periode gelombang (d) L = panjang gelombang (m) K, n = konstanta, indeks (dimensionless) dapat dilihat padaTabel L-1.

  DAFTAR PUSTAKA Ayunarita, Sherly. 2017. Studi Pasang Surut dan Gelombang di Perairan Pantai Pelawan Desa

  Pangke Kecamatan Meral Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. (online.

   Diakses pada 24 maret 2019 pada pukul 13.01 WIB).

  Effendi, Rizki,. Setiyono, Heryoso,. Handoyo, Gentur. 2017. Peramalan Pasang Surut di Sekitar Perairan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Banyutuwo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

  (online, Diakses pada tanggal 24 maret 2019 pukul 10.23 WIB). Haryono,. Narni, Sri. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa. Yogyakarta:

  Fakultas Teknik, Universitas Negri Gadja Mada. (online.

  

   Diakses pada tanggal 24 maret 2019 pukul 12.02 WIB).

  Hutabarat, Sahala,. Evans, Stewart M. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia. Mamoto, Ihsan Jasin,. Mulyabakti, Chandrika. 2016. Analisis Karakteristik Gelombang dan

  Pasang Surut Pada Daerah Pantai PAAL Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi. (online.

  

  Diakses pada 23 maret 2019 pada pukul 10.33 WIB). Notji, Anugerah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. Suryoputra, Agus,. Handoyo Gentur. 2015. Kondisi Arus dan Gelombang Pada Berbagai

  Kondisi Morfologi Pantai di Perairan Pantai Kendal Provinsi Jawa Timur. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Diponegoro. (Online.

   Diakses pada tanggal 24

  maret 2019 pukul 09.47 WIB). Widada, Sugeng,. Ismunarti,. Haryo, Dwi. 2014. Analisi Refraksi Gelombang Laut

  Berdasarkan Model CMS-Wave di Pantai Keling Kabupaten Jepara. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Diponegoro. (Online,

   diakses pada tanggal 23 maret 2019 pukul 11.47 WIB).

  Wirayuda, Agung. 2017. Pasang surut Air Lsut Sebagi Penentuan Awal Bulan Islam Menurut An-Nadzir Kec Bantomaranni KabGowa Prspektif Ilmu Falak dan Oceanografi.

  Malang: Fakultas Syariah, Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim. (online.

  

  Diakses pada tanggal 24 maret 2019 pukul 13.04 WIB).