PASANG SURUT KEBEBASAN PERS DI INDONESIA

PASANG SURUT KEBEBASAN PERS DI INDONESIA

Sat rio Sapt ohadi

Fakult as Hukum Universit asJenderal Soedirman Purwokert o E-mail: sat rio. sapt ohadi@unsoed. ac. id

Abst r act

In t he New Or der of t he pr ess r egul at ed by Law No. 11 Year 1966, Law No. 4 Year 1967 and Law no.

21 Year 1982 whi ch i s a pr oduct of t he r epr essive Soehar t o r egime, wher eas in t he er a of r ef or m

af t er t he r esi gnat i on of Suhar t o's l i f e enact ed pr ess Law No. 40 Year 1999 about t he Pr ess i s f ul l of euphor i a. Dur i ng t he New Or der 's aut hor it ar i an pr ess syst em pr oduces under t he gui de of Pancasi l a pr ess syst em t hat i s f r ee pr ess and r esponsi bl e, t o t he ef f ect of pr ess f r eedom in a way t hat i s ver y r est r ai ned by br i dl e and t hr own i nt o pr i son t heir ant i -gover nment . In t he Ref or m er a of t he pr ess l eadi ng up t o t he l i ber al pr ess syst em t hat i s wit h t he euphor i a of f r eedom t hat went t oo f ar because t her e i s no r egul at i on of t he r epr essi ve pr ovisi ons.

Key wor ds : New or der , t he r ef or m er a and f r eedom of t he pr ess.

Abst r ak

Di masa Or de Bar u per s di at ur dengan Undang-undang No. 11 Tahun 1966, Undang-undang No. 4 Tahun 1967 dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 yang mer upakan pr oduk r ezim Soehar t o yang r epr esi f , sedangkan di er a Ref or masi set el ah l engser nya Soehar t o kehi dupan per s di ber l akukan Undang-undang No. 40 Tahun 1999 t ent ang Per s yang penuh dengan euf or i a. Sel ama masa Or de Bar u menghasi l kan si st em per s yang ot or it er dengan kedok si st em per s Pancasi l a yait u per s yang bebas dan ber t anggung j awab, sehingga aki bat nya kebebasan per s sangat di kekang yai t u dengan car a br ei del dan menj ebl oskan ke penj ar a yang ant i pemer i nt ah. Di er a Ref or masi si st em per s menuj u ke si st em per s l i ber al yait u dengan adanya euf or i a kebebasan yang kebabl asan kar ena t i dak ada l agi ket ent uan r egul asi yang r epr esi f .

Kat a kunci : Orde baru, era ref ormasi dan kebebasan pers.

Pendahuluan

melainkan j uga memainkan peran sosial polit ik Jat uhnya Presiden Soekarno dari t ampuk

dan t erlibat dalam pengambilan keput usan-ke- kepemimpinan nasional, membuat Jenderal

put usan polit ik; kedua, pengut amaan Golongan Soehart o mulai memegang kendali pemerin-

Karya; ket i ga, magnif ikasi kekuasaan di t angan t ahan dan masa t ersebut disebut sebagai masa

eksekut if ; keempat , dit eruskannya sist em pe- Orde Baru. Di masa ini konsent rasi penyeleng-

ngangkat an dalam lembaga-lembaga pewakilan garaan pemerint ahan negara menit ikberat kan

rakyat ; kel i ma, kebij akan depolit isasi khusus- pada aspek st abilit as polit ik dalam rangka me-

nya masyarakat pedesaan konsep masa me- nunj ang pembangunan nasional. Unt uk men-

ngambang ( f l oat i ng mass); dan keenam, kont rol dukung t erwuj udnya st abilit as polit ik dalam 1 Arbrit er at as kehidupan pers.

rangka pembangunan nasional, maka dilakukan- Konsep Dwi Fungsi ABRI secara implisit lah upaya-upaya pembenahan sist em ket at a-

sebenarnya sudah dikemukakan oleh Kepala negaraan dan f ormat polit ik dengan menonj ol-

St af Angkat an Darat , Mayj en Abdul Haris kan pada hal-hal berupa: per t ama, Konsep Dwi

Nasut ion pada t ahun 1958. Menurut Nasut ion Fungsi ABRI digunakan sebagai pl at f or m polit ik

Dwi Fungsi ABRI merupakan konsep j alan t e- Orde Baru. ABRI (milit er) t idak hanya berf ungsi

ngah. Prinsipnya menegaskan bahwa milit er sebagai alat pert ahanan negara at au mesin pe-

rang dalam rangka menj aga kedaulat an negara,

1 B. Hest u Cipt o Handoyo, 2009, Hukum Tat a Negar a In- donesi a, Yogyakart a: At maj aya, hl m. 106.

128 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

at au t ent ara t idak t erbat as pada t ugas pro- t ama, Tap MPR No. 11/ 1983 t ent ang GBHN,

f esional milit er belaka, melainkan j uga mem- mengenai Penerangan dan Media Massa. Tap punyai t ugas-t ugas lain di bidang sosial polit ik. 2 ini merupakan perint ah MPR kepada Presiden

Dalam perkembangannya, Orde Baru (1966- sebagai Mandat aris MPR unt uk dilaksanakan; 1998) diawali dengan gagalnya pemberont akan

kedua, Undang-undang No. 11/ 1996 Jis Undang-

G 30 S/ PKI pada t ahun 1965. Kemudian adanya undang No. 4 Tahun 1967 dan Undang-undang Surat Perint ah Sebelas Maret (Supersemar)

No. 21 Tahun 1982 t ent ang Undang-undang 1966 dari Presiden Soekarno kepada Let j end

Pokok Pers yang t elah diperbaiki dan disem- Soehart o. Pemerint ah Orde Baru bert ekad un-

ket i ga, Perat uran Pemerint ah se- t uk mempert ahankan dan melaksanakan Panca-

purnakan;

bagai perat uran organiknya dari Undang-undang sila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen

Pokok Pers t ersebut , sepert i di ant aranya PP dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa

No. 19/ 1970 t ent ang Dewan Pers; keempat , dan bernegara. 3 Beberapa dari Perat uran Ment eri Penerangan, Kebij akan Orde Baru mendukung sepe-

sepert i di ant aranya Perat uran Menpen No. nuhnya pers Pancasila unt uk berperan kembali

01/ Per/ Menpen/ 1967 t ent ang Wart awan, Per- dalam masyarakat menyuarakan aspirasi rakyat

at uran Menpen No. 02 / Per/ Menpen/ 1969 t en- yang sebelumnya dibungkam oleh Soekarno

t ang Penerbit an Pers dan Perat uran Menpen (Masa Orde Lama). Pada awal Orde Baru, pers

No. 01/ Per/ Menpen/ 1984 t ent ang Surat Izin akt if mengamankan dan membant u pemerint ah

Usaha Penerbit an Pers (SIUPP) dalam menert ibkan gej olak sert a perist iwa

Presiden Soehart o melet akkan j abat an- yang ada dalam masyarakat , baik dalam lingkup

nya pada t anggal 21 Mei 1998 dan digant i oleh polit ik maupun dalam lingkup kemasyarakat an

Wakil Presiden BJ. Habibie. Pergant ian j abat an sebagai kelanj ut an dari sisa-sisa ant agonisme

t ersebut menurut sement ara pihak merupakan Orde Lama. 4 langkah konst it usional, sebab Pasal 8 UUD 1945

Proses perkembangan dan peranan pers t elah menegaskan bahwa j ika Presiden mang- nasional kemudian dibent uk suat u undang-un-

kat , berhent i at au t idak dapat melakukan ke- dang yang mengat ur keberadaan dan peranan

waj ibannya dalam masa j abat annya, ia digant i- pers nasional. Tuj uan ut ama dari undang-un-

kan oleh Wakil Presiden sampai habis wakt u- dang t ent ang ket ent uan pokok pers unt uk

nya. Dengan t umbangnya rezim Orde Baru, memberikan j aminan hukum/ kedudukan hukum

maka dimulailah penat aan sist em ket at ane- pers agar dapat menj alankan f ungsinya sebaik-

garaan menuj u konsolidasi sist em demokrasi di baiknya dan dapat melaksanakan t ugas ke-

Indonesia. Konsolidasi yang paling pent ing di waj ibannya, sert a menggunakan hak-haknya

sini t idak lain adalah dengan melakukan per- unt uk t erwuj udnya pers nasional yakni Pers

ubahan dan penggant ian berbagai Perat uran Pancasila.

Perundang-undangan yang dirasa t idak mem- Perat uran perundang-undangan yang me-

berikan ruang gerak bagi kehidupan demo- ngat ur t ugas pemerint ah dalam membina per-

krasi. 5

t umbuhan dan perkembangan pers adalah per - Tahun 1998 gerakan ref ormasi berhasil menumbangkan rezim Orde Baru. Keberhasilan

2 Al i Moert opo, 1982, St r at egi Pembangunan Nasi onal ,

gerakan ini melahirkan perat uran perundang-

Jakart a: CSIS, hl m. 190; Lihat dan Bandi ngkan dengan

undangan sebagai penggant i perat uran perun-

Sumal i, “ Urgensi TNI di Bingkai Konst it usi Dal am Pers- pekt i f Yur idis Pol it i s” ,

dang-undangan yang menyimpang dari nilai-

Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol . 3

No. 1, Tahun 2003, Pekanbaru: Fakul t as Hukum Univer -

nilai Pancasila, yait u Undang-undang No. 40 Ta-

sit as Lancang Kuning, hl m. 49-64. 3 Nurhasan, “ Pasang Surut Penegakan HAM dan Demokr asi

hun 1999 t ent ang Pers. Perat uran ini berbeda

di Indonesia” , Jur nal Il mu Hukum Li t i gasi , Vol . 6 No. 2,

dengan UU No. 11 Tahun 1966 j o UU No. 4

Juni 2005, Bandung: Fakul t as Hukum Univer sit as Pasun- dan, hl m. 217.

5 Lihat M. Nur Hasan, “ Tant angan Demokrasi di Indo- Vol . 5 No. 1, Tahun 2008, Jakart a: Jurnal Sent r is Pusat

4 Adhi Pr iamar izki, 2008,

Demokr asi dan Kebebasan Per s,

Jur nal Aspi r asi , Vol . 16 No. 1, Jul i 2006, Jakar - Pengkaj i Pers, hl m. 45.

nesi a” ,

t a: Magi st er Il mu Hukum Tr isakt i , hl m. 33-40.

Pasang Surut Kebebasan Per s di Indonesi a 129

Tahun 1967 j o UU No. 21 Tahun 1982 yang Pemaparan subst ansi UUD 1945 memberi- memberi kewenangan kepada pemerint ah un-

kan implikasi at as peran pers dalam kont eks t uk mengont rol sist em pers, UU No. 40 Tahun

demokrasi. Pers diart ikan sebagai bagian (sub- 1999 lebih memberi kewenangan kont rol ke-

sist em) dari sist em yang lebih besar, yait u pada masyarakat ant ara lain t erlet ak pada pa-

sist em komunikasi. Sist em komunikasi dapat sal 15 ayat (1) yang menyat akan bahwa ” dalam

dilihat sebagai bagian at au sub sist em dari upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan

sist em yang lebih besar (yait u sist em masya- meningkat kan kehidupan pers nasional, diben-

rakat ) yang dilayaninya. Suat u sist em komuni- t uk Dewan Pers yang independen” . Adapun

kasi sebenarnya t erkandung ( i nher ent ) dalam Pasal 17 menyat akan bahwa masyarakat dapat

set iap sist em masyarakat . Corak dari sist em melakuan kegiat an unt uk mengembangkan ke-

komunikasi di dalam suat u masyarakat t idak merdekaan pers dan menj amin hak memper-

dapat dit ent ukan oleh corak, bent uk dan ke- oleh inf ormasi yang diperlukan, kegiat an t er-

ragaman masyarakat it u sendiri. sebut berupa memant au dan melaporkan ana-

Pada umumnya orang melihat sist em pers lisis mengenai pelanggaran hukum, et ika dan

it u dikait kan dengan bent uk sist em sosialnya, kekeliruan t eknis pemberit aan yang dilakukan

dan selalu dihubungkan dengan sist em peme- oleh pers; dan menyampaikan usulan dan saran

rint ahan yang ada at au bent uk negara dimana kepada Dewan Pers dalam rangka menj aga dan

sist em pers it u berada. F. Rachmadi berpen- meningkat kan kualit as pers nasional. 6 dapat :

Agar penyelenggaraan pemerint ah yang Sist em pers memang t idak t erlepas hu- baik dapat t ercapai maka dibut uhkan peran

bungannya dengan sist em sosial dan pers yang bebas berekspresi dan berinf ormasi

sist em polit ik dari suat u masyarakat at au bangsa, karena hubungan pers it u adalah

merupakan wuj ud dari kemerdekaan pers yang dengan pemerint ah dan masyarakat , di merupakan salah sat u wuj ud kedaulat an rakyat

mana hubungannya at au int eraksinya it u dan menj adi unsur yang sangat pent ing unt uk

t idak bisa dihilangkan. Jadi sist em pers mencipt akan kehidupan bermasyarakat , ber-

it u t idak akan t erlepas dari pengaruh pe- bangsa dan bernegara yang demokrat is. 7 mikiran at au f ilsaf at yang mendasari sis-

t em masyarakat dan sist em pemerin- Secara konsit it usional, kemerdekaan me-

t ahan, dimana pers it u berada dan ber- nyat akan pikiran dan pendapat (HAM) di Indo-

operasi. 8

nesia dij amin dalam UUD 1945 set elah aman- demen, yait u Pasal 28 yang menyat akan bahwa

Berdasarkan uraian di at as, maka t ulisan ini di kemerdekaan berserikat dan berkumpul menge-

maksudkan unt uk menganalisis kebebasan pers luarkan pikiran dengan lisan dan t ulisan dan

di Indonesia pada masa Orde Baru dan Era sebagainya dit et apkan dengan undang-undang.

Ref ormasi menurut ket ent uan perat uran per- Pasal 28 F yang menyat akan bahwa Set iap

undang-undangan yang berlaku. orang berhak unt uk berkomunikasi dan mem-

peroleh inf ormasi unt uk mengembangkan pri-

Pembahasan

badi dan lingkungan sosialnya, sert a berhak un-

Pengert ian Pers

t uk mencari, memperoleh, memiliki, menyim- Pengert ian pers dibat asi pada pengert ian pan, mengolah dan menyampaikan inf ormasi

sempit dan pengert ian luas, sepert i dikemuka- dengan menggunakan segala j enis saluran yang

kan oleh Oemar Seno Adj i, Pers dalam art i t ersedia.

sempit sepert i diket ahui mengandung pe- nyiaran-penyiaran pikiran, gagasan at aupun berit a-berit a dengan j alan kat a t ert ulis. Se-

6 ht t p: / / adi prakosa. bl ogspot . com/ 2008/ 01/ sist em-per s-

baliknya, pers dalam art i yang luas memasuk-

indonesia. ht ml , hl m. 7, di akses t anggal 9 Okt ober 2009

kan di dalamnya semua media mass communi -

M. Dj amil Usamy, “ Kebebasan Per s dan kai t annya de- ngan Penegakan Hak Asasi Manusi a” , Jur nal Il mu Hukum

Kanun, Vol . 24 No. 9, Tahun 1999, Banda Aceh: Fakul t as 8 F. Rachmadi, 1990, Per bandi ngan Si st em Per s, Jakart a: Hukum Universit as Syiah Kual a, hl m. 524.

Gramedia, hl m. 14.

130 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

cat i ons yang memancarkan f ikiran dan perasaan

Sist em Pers dan Kebebasan Pers

seseorang baik dengan kat a-kat a t ert ulis mau Menurut W. J. S. Poerwadamint a sist em pun dengan kat a-kat a lisan. Dit egaskan oleh

adalah sekelompok bagian (alat dan sebagai- Commi ssion on The Fr eedom of The Pr ess,

nya) yang bekerj a bersama-sama unt uk melaku- bahwa: “ If wi l l be under st ood t hat we ae usi ng

kan sesuat u maksud. Apabila salah sat u bagian t he t er m “ pr ess” t o incl ude al l means of

rusak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya, communi cat ing t o t he publ i c newspaper s, ma-

maka maksud yang hendak dicapai t idak akan gazi nes, or books, by r adi o br oadcast , by

t erpenuhi, at au set idak-t idaknya sist em yang t el evi si on, or by f i l ms” . 9 t elah t erwuj ud akan mendapat gangguan. 10 Pers mempunyai dua sisi kedudukan,

Ciri sist em adalah berorient asi pada t uj u- yait u pert ama merupakan medium komunikasi

an dengan perilakunya at au segala kegiat annya yang t ert ua di dunia, dan kedua pers sebagai

bert uj uan. Secara umum t uj uan sist em adalah lembaga masyarakat dan j uga sist em polit ik.

mencipt akan at au mencapai sesuat u yang ber- Sebagai medium komunikasi, pers harus sang-

harga, sesuat u yang mempunyai nilai ( val ue). gup hidup bersama-sama dan berdampingan

Pada umumnya orang melihat suat u sist em dengan lembaga-lembaga lainnya dalam suat u

(pers) it u dikait kan dengan bent uk sosialnya, keserasian. Dalam hal ini, sif at hubungan an-

dan selalu dihubungkan dengan sist em peme- t ara sat u sama lainnya t idak akan luput dari

rint ahan yang ada at au bent uk negara dimana landasan f alsaf ah dan ideologi yang dianut oleh

sist em pers berada dan beroperasi. Set elah masyarakat nya dan j uga st rukt ur/ sist em polit ik

Perang Dunia II berakhir dan kemudian me- yang berlaku.

masuki perang dingin ant ara Barat dan Timur, Pengert ian pers menurut Undang-undang

Fred S. Siebert , Theodore Pet erson dan Wilbur No. 11 Tahun 1966 t ent ang Ket ent uan-ket en-

Schramm t ampil dengan empat macam t eori t uan Pokok Pers Pasal 1 ayat (1) adalah seba-

persnya unt uk menj elaskan perkembangan kon- gai berikut :

disi di dunia. Keempat t eori pers yang dike- Pers adalah lembaga kemasyarakat an alat

mukakan oleh Fred S. Siebert dan kawan- revolusi yang mempunyai karya sebagai

kawan it u ( The f our t heor ies of t he pr ess, salah sat u media komunikasi massa yang

Empat Teori Pers), t erdiri dari: 11 bersif at umum berupa penerbit an yang

t erat ur wakt u t erbit nya diperlengkapi

at au t idak diperlengkapi dengan alat -alat

Teori Pers Ot orit arian

t eknik lainya. Kehidupan pers yang pert ama muncul adalah t eori ot orit arian karena erat kait annya Adapun pengert ian pers menurut Pasal 1

dengan pandangan f ilosof is t ent ang hakikat ayat (1) Undang-undang No. 40 Tahun 1999

negara dan masyarakat . Menurut t eori ini, ne- t ent ang pers:

gara dianggap sebagai ekspresi t ert inggi dari Pers adalah lembaga sosial dan wahana

organisasi kelompok manusia, mengungguli ma- komunikasi massa yang melaksanakan

kegiat an j urnalist ik meliput i mencari, syarakat dan individu. Negara merupakan hal memperoleh, memiliki, menyimpan, me-

t erpent ing dalam pengembangan manusia se- ngolah dan menyampaikan inf ormasi baik

ut uhnya. Di dalam dan melalui negara manusia dalam bent uk t ulisan, suara, gambar,

mencapai t uj uannya sehingga t anpa negara sert a dat a dan graf ik maupun dalam

manusia t et ap menj adi manusia primit if . Hu- bent uk lainnya dengan menggunakan

media cet ak, media elekt ronik dan sega- bungan ant ara pers dan negara pada saat t eori la j enis saluran yang t ersedia.

ini lahir ada dalam kerangka yang demikian it u.

9 Mahdor Syat ri , ” Kebebasan Per s: Demokr asi vs Regu- 10 W. J. S. Poerwadamint a, 1976, Kamus Umum Bahasa l asi ” , Maj al ah Sr i wi j aya, Vol . 38 No. 2, Tahun 2004, Pa-

Indonesi a, Jakart a: Bal ai Pust aka, hl m. 1955. l embang: Pusat Penel it ian Uni versit as Sriwi j aya, hl m.

11 Krisna Har ahap, 2003,

Pasang Sur ut Kemer dekaan Per s 35.

di Indonesi a, Bandung: PT. Graf it r i, hl m. 1-7.

Pasang Surut Kebebasan Per s di Indonesi a 131

Prinsip-prinsip ut ama t eori ini adalah me- Prinsip ut ama t eori pers t anggung j awab dia selamanya (akhirnya) harus t unduk pada

sosial dapat dit andai sebagai berikut : media penguasa yang ada; penyensoran dapat di-

mempuyai kewaj iban t ert ent u kepada masya- benarkan; kecaman t idak dapat dit erima t er-

rakat ; kewaj iban t ersebut dipenuhi dengan hadap penguasa at au penyimpangan dari ke-

menet apkan st andar yang t inggi at au prof esio- bij aksanaan resmi; dan wart awan t idak mem-

nal t ent ang keinf ormasian, kebenaran, obyek- punyai kebebasan di dalam organisasinya.

t ivit as, keseimbangan dan sebagainya; dalam menerima dan menerapkan kewaj iban t ersebut ,

Teori Pers Libert arian

media seyogyanya dapat mengat ur diri sendiri Kalau pada t eori pers ot orit er t ekanan

di dalam kerangka hukum dan lembaga yang diberikan kepada negara maka dalam t eori pers

ada; dan media seyogyanya menghindarkan liberal beralih kepada individu dan masyarakat

segala sesuat u yang mungkin menimbulkan ke- yang kemudian melahirkan pemikiran-pemikir-

j ahat an yang mengakibat kan ket idakt ert iban an t ent ang demokrasi. Dalam pemikiran yang

umum at au j uga penghinaan t erhadap minorit as demikian it u, f ungsi ut ama masyarakat adalah

et nik at au agama.

unt uk memaj ukan kepent ingan anggot anya sehingga f aham ini membagikan posisi negara

Teori Pers Komunis (Marxist , Tot alit er)

sebagai ekspresi manusia yang t ert inggi. Teori ini bert olak pangkal dari aj aran Karl Ciri-ciri pers yang merdeka berdasarkan

Marx t ent ang perubahan sosial. Menurut t eori t eori

komunis, pers sepenuhnya merupakan alat ne- berikut . Per t ama, publikasi bebas dari set iap

libert arian dapat

diperinci

sebagai

gara. Konsekuensinya, pers harus t unduk ke- penyensoran pendahuluan; kedua, penerbit an

pada pemerint ah. Pers t idak lebih alat dari dan pendist ribusian t erbuka bagi set iap orang

Part ai Komunis yang berkuasa, media harus t anpa memerlukan izin at au lisensi; ket i ga,

melakukan apa yang t erbaik bagi part ai dan kecaman t erhadap pemerint ah, pej abat at au

pemerint ah. Ciri-ciri t eori ini dapat dirinci se- part ai polit ik t idak dapat dipidana; keempat ,

bagai berikut : media berada di bawah pengen- t idak ada kewaj iban mempublikasikan segala

dalian kelas pekerj a, karena it u melayani ke- hal; kel i ma, publikasi ” kesalahan” dilindungi

pent ingan kelas t ersebut ; media t idak dimiliki sama halnya dengan publikasi kebenaran dalam

secara pribadi; masyarakat berhak melakukan hal-hal yang berkait an dengan opini dan

sensor dan t indakan hukum set elah t erj adinya keyakinan; keenam, t idak ada bat asan hukum

perist iwa, publikasi ant i masyarakat . t erhadap upaya pengumpulan inf ormasi unt uk kepent ingan publikasi; dan ket uj uh, wart awan

Sist em Pers dan Kebebasan di Masa Orde Baru

punya ot onomi prof esional dalam organisasi Konsep kemerdekaan pers di sini adalah mereka.

sebagai t erj emahan dari

t he f r eedom of t he pr ess, yang secara sederhana dapat dianalogi-

Teori Pers Tanggungj awab Sosial

f r ee f r om t he dom, at au bebas Teori t anggung j awab sosial berdasarkan

kan dengan art i

dari penguasa. Dalam perspekt if sej arah, pe- pandangannya kepada suat u prinsip bahwa

ngakuan dan perlindungan hak unt uk merdeka kemerdekaan pers mempunyai kewaj iban unt uk

dari pengaruh at au t ekanan penguasa sudah di bert anggung j awab kepada masyarakat guna

mulai sej ak deklarasi Magna Char t a (1215). melaksanakan t ugas-t ugas pokok yang dibeban-

Khusus dalam bidang pers, secara eksplisit kan kepada komunikasi massa dalam masya-

dit et apkan di dalam Pasal 12 Vir gi ni a Bi l l of rakat modern dewasa ini. Di sini prinsip kemer-

Ri ght (15 Mei 1776) t ent ang kemerdekaan per- dekaan it u masih dipert ahankan dengan penam-

surat kabaran. Piagam Virginia ini kemudian di bahan t ugas dan beban bahwa kemerdekaan

masukkan ke dalam Konst it usi Amerika Serikat yang dimiliki haruslah disert ai kewaj iban-ke-

(1787). Pada t ahun 1789, Piagam Virginia it u di waj iban sebagai t anggung j awab.

adopsi pula oleh Prancis menj adi Decl ar at ion

132 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

de dr oit s de l ’ homme et du cit oyen, at au Na- nya, pada pasal berikut ya yait u Pasal 20 ayat 1 skah Pernyat aan Hak Asasi Manusia dan Warga-

Undang-undang No. 11 Tahun 1966 dikat akan negara.

” Unt uk menerbit kan pers diperlukan Surat Izin Di Indonesia masalah kemerdekaan/ ke- 13 Terbit .

bebasan pers adalah apakah sudah sesuai de- Undang-undang No. 11 Tahun 1966 ini ngan konst it usi sert a undang-undang yang ber-

kemudian digant i dengan Undang-undang No. kait an dengan f ungsi dan peranan pers dalam

21 Tahun 1982 t ent ang SIUPP, t et api yang kehidupan demokrasi. Hal ini sangat pent ing

t erj adi secara subst ansial t idak ada perubahan. dirumuskan, mengingat pengalaman selama ini,

Kont rol pemerint ah t erhadap pers melalui hampir set iap sist em polit ik menyebut dirinya

keharusan mendapat kan surat izin t erbit makin demokrat is dan menj amin adanya kebebasan

kuat . Bagi yang t idak punya izin, t idak boleh pers, t et api dalam prakt iknya ot orit er dan

menerbit kan pers. Selain t erj adi pembat asan-

pembat asan yang dikait kan dengan kepent ingan misalnya dengan kembalinya Indonesia mema-

membelenggu pers. 12 Pada rezim Orde Lama,

pemerint ah j uga cenderung melahirkan prakt ik kai Undang-undang Dasar 1945 dan mengguna-

korupsi, karena permint aan t erhadap surat izin kan sist em polit ik pemerint ahan presidensil

begit u banyak, t et api mendapat kannya begit u pada t ahun 1959 sampai 1966 yang t erj adi ke-

sulit .

mudian adalah sebaliknya. Demokrasi yang Demikianlah realit as pers Indonesia di seharusnya t anpa embel-embel, diubah men-

masa Orde Baru. Kemerdekaan pers secara sis- j adi t erpimpin at au dipimpin oleh seseorang,

t emat is dikebiri melalui Undang-undang Pokok sedangkan kemerdekaan pers yang seharusnya

Pers Nomor 11 Tahun 1966 kemudian digant i dij amin oleh Undang-undang Dasar 1945, j ust ru

dengan Undang-undang Pokok Pers Nomor 21 dikebiri.

Tahun 1980. Pengebirian it u dilakukan dalam Begit u j uga halnya dengan Orde Baru, pa-

bent uk pemberlakuan SIUPP; pembredelan pers

da mulanya memang mengiming-iming t er- melalui pencabut an SIUPP; pembat asan f ungsi j aminnya kemerdekaan pers dengan dikeluar-

pers melalui pemanggilan-pemanggilan wart a- kannya Undang-undang Pokok Pers Nomor 11

wan dan pemimpin redaksi oleh penguasa; dan Tahun 1966. Undang-undang ini sebet ulnya han-

melalui t eror t elepon bahkan ancaman f isik dan ya semacam cek kosong yang kalau diprakt ikkan

pembunuhan. 14

t idak sesuai dengan yang t ert ulis. Dalam kon- Jelas sekali bahwa kemerdekaan pers t i- sideran undang-undang ini disebut kan bahwa

dak hanya dipasung melalui pembat asan-pem- pers harus mencerminkan kehidupan demokra-

bat asan melalui kegiat an j urnalist iknya sepert i si, karena it u, berbagai ket ent uan yang ber-

pembredelan, budaya t elepon, ancaman, bah- kait an dengan ket ent uan pers, misalnya, Pen-

kan pembunuhan t erhadap wart awan yang di- pres Nomor 6 Tahun 1963 t ent ang pembinaan

nilai menganggui kepent ingan orang yang dekat pers dicabut .

dengan kekuasaan. 15 Pada acara-acara brief ing Sepint as, Undang-undang No. 11 Tahun

t erhadap para pemimpin redaksi, t ak j arang 1966 ini memberikan kemerdekaan pers, t et api

pula dipesankan agar t idak memuat berit a ke- j ika dit elusuri lagi pasal-pasalnya, t ernyat a di

giat an mahasiswa di halaman depan. Gej ala ini balik it u t erdapat berbagai belenggu bagi ke-

t erus berlangsung hingga menj elang kej at uhan hidupan pers di Indonesia. Coba lihat , misalnya

dalam Pasal 4 Undang-undang No. 11 Tahun 13

Ist il ah Surat Izin Ter bit digant i mel al ui Undang-undang Pokok Pers Nomor 21 Tahun 1982 t ent ang Sur at Izi n

1966, disebut kan ” Terhadap pers nasional t idak

Usaha Pener bit an Pers. Ket ent uan ini sebet ul nya, sama

dikenakan sensor dan pembredelan” . Celaka-

dengan produk hukum represif dal am Pepert i Nomor 10 14 Tahun 1960 di era Demokrasi Ter pi mpin.

Krisna Har ahap, 15 op. ci t . , hl m. 53.

12 Sebagai cont oh adal ah kasus Fuad Muhammad Syaf rudi n

Johanes Usf unan, ” Jami nan dan perl indungan kebebas- at au biasa dipanggil Udin, w art aw an hari an Bernas,

an Pers di Indonesia” , Maj al ah i l mi ah Ker t ha Wi caksa- Yogyakart a, adal ah sal ah seor ang korban pembunuhan na, Vol . 5 No. 9, Tahun 1999, Denpasar : Fakul t as Hu-

di er a Or de Baru. Hingga kini kasus Udin hil ang bagai kum Universi t as Warmadewa, hl m. 6 dit el an bumi t ak t ahu uj ung pangkal nya l agi .

Pasang Surut Kebebasan Per s di Indonesi a 133

Orde Baru. Bersamaan dengan penekanan t er- dolar Amerika Serikat , banyaknya ut ang luar hadap kemerdekaan pers, hal yang sama j uga

negeri yang dipakai unt uk proyek f ikt if , t inggi- dilakukan t erhadap para mahasiswa, misalnya

nya inf lasi, dan munculnya pemut usan hubung- dengan dilakukannya penculikan dan penem-

an kerj a, sert a pengangguran besar-besaran. bakan mahasiswa Universit as Trisakt i di Jakar-

Hal ini mengakibat kan kian t ingginya t ingkat t a, pada aksi menunt ut Soehart o mundur dari

penolakan rakyat t erhadap rezim Orde Baru di j abat an Presiden (Mei 1998). Bahkan, dalam

bawah kepemimpinan Jenderal Soehart o. 16 kurun wakt u yang hampir bersamaan, beberapa

Kehidupan pers sepert i di at as kemudian penerbit ant i pemerint ah, sepert i Tabloid De-

berdampak t erhadap corak isi penerbit an di In- lik, Maj alah Berit a Tempo, dan Edit or dicabut

donesia yang cenderung menj adi inst rumen SIUPP nya oleh pemerint ah pada t ahun 1996.

bisnis para pemilik modal dengan melupakan Maj alah SINAR, yang wakt u it u penulis pimpin

f ungsi kont rol sosialnya. Di sat u sisi, t erkesan sebagai pemimpin redaksi, mendapat peringat -

t erj adi perubahan yang signif ikan dalam per- an keras t erakhir dari Deppen, karena memuat

kembangan pers di Indonesia, dengan dit andai berit a penyerangan kant or DPP PDIP di Jalan

banyaknya j umlah surat kabar, maj alah dan Diponegoro Jakart a, sert a memuat f ot o uskup

t elevisi swast a. Akan t et api, di sisi lain, gej ala Belo di sampul depan set elah ia mendapat ha-

ini diiringi pula dengan menguat nya rezim ot o- diah Nobel Perdamaian. Pencabut an SIUPP Ma-

rit er yang t ak t erj amah oleh krit ik dan kont rol j alah Tempo, berkait an dengan pembongkaran

pers. Berdasarkan f enomena pers yang demiki- kasus dugaan korupsi yang dilakukan mant an

an, mana mungkin pers dapat melakukan f ungsi Wakil Presiden BJ Habibie yang diduga melaku-

kont rol karena hak hidupnya sangat t ergant ung kan manipulasi pembelian kapal perang bekas

pada SIUPP yang dikuasai pemerint ah. Jerman Timur, sedangkan Tabloid Delik dan

Selain it u, sist em polit ik Orde Baru yang Maj alah Edit or dinilai t idak loyal t erhadap pe-

ot orit er dan korup it u, t ernyat a t ak sekuat yang merint ah, dan selalu memberit akan kegiat an

t ampak di permukaan. Hal ini, ant ara lain, di mahasiswa dengan porsi yang besar. Oleh ka-

sebabkan kekuasaan yang dimilikinya t idak se- rena it u, SIUPP ket iga penerbit an it u dicabut

penuhnya didukung oleh ent it as demokrasi, an- oleh Deppen t anpa melalui proses pembukt ian

t ara lain oleh pers yang bebas menyampaikan dan hukum yang adil dan benar. Pencabut an

krit ik dan kont rol. 17 Sepert i dikat akan, kehadir- it u, past i menggunakan dasar hukum Permen-

an kemerdekaan pers sebenarnya dapat mem- pen Nomor 1 Tahun 1984 set elah mendengar

perkokoh masyarakat dan penguasa sehingga Dewan Pers. Dengan kat a lain, selain Ment eri

t erhindar dari kebobrokan yang pada gilirannya Penerangan, Dewan Pers ikut bert anggung

menyebabkan kej at uhannya. Fakt anya, f akt or j awab t erhadap pembredelan t anpa melalui

ut ama yang menyebabkan t umbangnya Orde proses peradilan.

Baru adalah t erlalu banyaknya kebobrokan pe- Melalui uraian di at as t erlihat dengan j e-

merint ah, sepert i banyaknya hut ang luar negeri las ket erkait an ant ara pemasungan, sensor dan

Indonesia, t ingginya t ingkat korupsi, macet nya pembredelan pers dengan konf igurasi polit ik

peran lembaga demokrasi, sepert i legislat if , yang ot orit er, sert a semakin maraknya prakt ik

t ermasuk dibelenggunya kemerdekaan pers. buruk birokrasi, korupsi, kolusi dan nepot isme.

Tesis yang mengat akan bahwa gerakan Rezim ot orit er dan korup it u berj alan t anpa

mahasiswa berkait an erat dengan pemberit aan kont rol sama sekali dan menyebabkan lahirnya

mass media, t idak sepenuhnya benar. Hal ini rezim yang t ampak kokoh dari luar, akan t et api

disebabkan, set elah pemerint ah mengeluarkan di dalamnya rapuh.

berbagai produk hukum represif yang mem- Realit as demikian pada akhirnya mem-

buat ekonomi bangsa Indonesia bert ambah t er- 16

B. Hest u Cipt o Handoyo, op. ci t . , hl m. 240. 17 D. N Susil ast ut i, “ Kebebasan Per s Pasca Orde Baru” ,

puruk. Lebih-lebih akibat krisis monet er yang

Jur nal Il mu Sosi al Dan Il mu Pol i t i k (JSP), Vol . 4 No. 2,

diawali dengan depresiasi nilai rupiah t erhadap

Tahun 2000, Yogyakart a: Fakul t as Il mu Sosi al dan Il mu Pol it ik Univer sit as Gadj ah Mada, hl m. 228.

134 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

belenggu kemerdekaan pers, t erbukt i t idak 1998. Begit u pula halnya dalam bidang polit ik mampu membendung aksi-aksi mahasiswa me-

hukum t ermasuk dalam bidang kemerdekaan lawan Orde Baru, yang pada akhirnya meng-

pers.

akibat kan kekuasaan Soehart o t umbang (21 Mei DPR yang menyet uj ui pencabut an UU No- 1998). Kej at uhan konf igurasi polit ik Orde Baru

mor 21 t ahu 1982 melalui UU Nomor 40 Tahun kemudian melahirkan suat u rezim baru yang

1999 merupakan produk hukum yang dibuat le- dikenal dengan konf igurasi polit ik ref ormasi.

gislat if hasil pemilu yang dinilai sangat demo- Pengukuhan t eori ot orit er dilakukan me-

krat is. 19 Dalam kont eks UU Nomor 40 Tahun lalui perat uran perundang-undangan oleh pe-

1999, hukum merupakan variabel berpengaruh, merint ah, pembredelan dan sebagainya. Oleh

kemudian konf igurasi polit ik sebagai variabel karena keberadaan pers sepenuhya dimaksud-

t erpengaruh.

kan unt uk menunj ang pemerint ah yang bersif at Produk hukum pada era ref ormasi t en- ot orit er it u, maka pemerint ah langsung me-

t ang pers ini dapat dikat akan sebagai sapu j a- nguasai dan mengawasi kegiat an media massa.

gat nya kemerdekaan pers Indonesia, set elah Akibat nya, sist em pers yang berlaku sepenuh-

sekit ar dua puluh delapan t ahun didera pem- nya dikendalikan oleh pemerint ah. Di sini pers

belengguan oleh rezim Orde Baru. Dikat akan berf ungsi dari at as ke bawah ( t op down).

sebagai sapu j agat karena undang-undang ini Penguasalah yang menent ukan apa yang akan

menghapus semua ket ent uan represif yang dit erbit kan, sebab kebenaran merupakan mo-

pernah berlaku pada era Orde Baru, sepert i: nopoli mereka yang berkuasa. Dalam keadaan

Pasal 9 ayat 2 UU No. 40 Tahun 1999 meniada- yang demikian f ungsi pers sekedar menyampai-

kan keharusan mengaj ukan SIUPP unt uk mener- kan apa yang diinginkan oleh penguasa unt uk

bit kan pers; Pasal 4 ayat 2 UU Nomor 40 t ahun diket ahui oleh rakyat . Kalaupun ada kebebasan

1999 menghilangkan ket ent uan sensor dan yang dapat dinikmat i oleh pers, maka hal

pembredelan pers; dan Pasal 4 ayat 2 j unct o t ersebut t ergant ung kepada kemurahan hat i

Pasal 18 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 1999: me- penguasa yang memiliki kekuasaan mut lak.

lindungi prakt isi pers dengan mengancam hu- Prinsip-prinsip ut ama t eori ini adalah

kum pidana dua t ahun penj ara at au denda Rp. media selamanya (akhirnya) harus t unduk pada

500. 000 j ut a bagi yang menghambat kemer- penguasa yang ada; penyensoran dapat di-

dekaan pers.

benarkan; kecaman t idak dapat dit erima t er- Selain menghapus berbagai kendala ke- hadap penguasa at au penyimpangan dari kebi-

merdekaan pers t ersebut di at as, UU Nomor 40 j aksanaan resmi; dan wart awan t idak mem-

Tahun 1999 j uga memuat isi pokok sebagai be- punyai kebebasan di dalam organisasinya. 18 rikut . Per t ama, Pasal 2 UU Nomor 40 Tahun

Dengan demikian, sist em pers dan kebebasan 1999: kemerdekaan pers adalah perwuj udan pers pada masa Orde Baru sangat condong

dari kedaulat an rakyat yang berasaskan prinsip- ot orit er, sesuai dengan Teori Pers Ot orit arian

prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi dari Fred S. Siebert .

hukum; dan kedua, Pasal 4 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 1999: Kemerdekaan pers adalah hak

Sist em Pers dan Kebebasan di Era Reformasi

asasi warga negara yang hakiki dan dalam Berakhirnya pemerint ahan Presiden Soe-

rangka menegakkan keadilan dan kebenaran, hart o pada t anggal 21 Mei 1998 t elah membawa

sert a memaj ukan dan mencerdaskan bangsa. bangsa Indonesia kepada pusaran t unt ut an pe- rubahan yang f undament al dalam segenap bi-

dang kehidupan berbangsa dan bernegara.

19 Pemil u 1999 dinil ai demokrat is karena set iap pemil i h

Tunt ut an ref ormasi hukum merupakan salah sa-

dapat mel aksanakan asas pemil u bebas, umum dan

t u yang berembus demikian kuat sej ak Mei

rahasi a, sert a dipant au ol eh banyak Lembaga Swadaya Masyarakat l okal dan int ernasional yang independen, t ermasuk j uga di pant au ol eh Presiden AS, Jimmy Cat er ,

Pemil u 1999, j uga dil akukan t ransparan ol eh l embaga

18 Krisna Har ahap, op. ci t . , hal . 3. independen yang di pil ih mel al ui proses demorat is.

Pasang Surut Kebebasan Per s di Indonesi a 135

Pembebasan kegiat an pers dari belenggu bit an, kemudian pada t ahun 1999 j umlah pe- rezim Orde Baru di era ref ormasi, ada t ali t e-

nerbit an melonj ak drast is menj adi 1687. malinya dengan realit as produk hukum represif

Ment eri Komunikasi dan Inf ormasi, Syam- dan konf igurasi polit ik ot orit er yang dirasakan

sul Muarif sering mengat akan bahwa pada era sangat pahit selama t iga puluh dua t ahun Orde

ref ormasi ini kemerdekaan pers dan kedudukan Baru. Berbagai penyempurnaan, penghapusan

pers sangat kuat . Hal it u digambarkan, bet apa dan pembuat an nilai-nilai baru yang relevan de-

pemerint ah sangat berhat i-hat i dalam menang- ngan nilai-nilai demokrasi dan hukum responsif

gapi berit a dan krit ik t ent ang pers dalam hal merupakan ant it et is dari keadaan sebelumnya

Daerah Operasi Milit er di Ambon. Begit u kuat - yang membelenggu pers Indonesia.

nya pengaruh dan kedudukan pers di era Re- Gej ala ini mirip dengan kej adian awal

f ormasi, sehingga kedudukan pers Indonesia kej at uhan Orde Lama yang diikut i lahirnya pro-

bukan lagi sebagai pilar keempat demokrasi, duk hukum responsif pada pasca Orde Lama

t et api menj adi pilar pert ama demokrasi. Jadi dalam bidang pers, misalnya melalui Tap MPRS

gej ala pers di Indonesia, bukan lagi sebagai Nomor XXXII/ 1966 dan UU Nomor 11 Tahun

pilar keempat demokrasi sepert i yang dij uluki 1966 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pers

dalam t eori t he f our est at e of democr acy l i f e. TAP MPRS Nomor XXXII/ 1966 it u menegaskan,

Gej ala kemerdekaan pers di Indonesia, t er- kemerdekaan berdasarkan amanah Pasal 28 Un-

cermin pula melalui hasil survey organisasi dang-undang Dasar 1945 mut lak segera di

Report er Wi t hout Bor der , di Paris t ahun 2002, wuj udkan.

bahwa kemerdekaan pers di Indonesia t erbaik Demikian pula halnya gej ala pada awal

di Asia Tenggara.

Ref ormasi, Pasal 28 UUD 1945 yang sudah di Kebebasan ini bukanlah t anpa kekhawa- inj ak-inj ak oleh rezim sebelumnya, kembali

t iran, t erut ama t ampak dengan adanya krit ik- masuk dalam perumusan produk hukum res-

an-krit ikan dari pihak pemerint ah dan kelom- ponsif dalam bidang pers, yait u UU Nomor 40

pok masyarakat t ert ent u. 20 Krit ikan it u sangat Tahun 1999. UU Nomor 40 t ahun 1999, t elah

variat if , ada yang menyorot i kelemahan-ke- menghidupkan kembali isi Pasal 28 UUD 1945

lemahan dalam proses pemberit aan yang di t ent ang pent ingya kemerdekaan pers yang

anggap kurang bal ance ant ara kepent ingan t erkubur melalui Tap MPR Nomor IV/ 1978 dan

masyarakat dan kepent ingan (t ingkat oplah) UU Nomor 21 t ahun 1982 pada era Orde Baru.

pers. Pihak pers dinilai cenderung mengut ama- Pencabut an yuridis yang membelenggu

kan konsep berit a yang kurang obj ekt if , kemerdekaan pers Orde Baru it u t ernyat a me-

sensasional dan sangat part isipan; kemudian nimbulkan euf oria at au pest a pora kemer-

pada level et is kemanusiaan kebebasan pers it u dekaan pers. Hal it u t erj adi karena set iap orang

dinilai t elah mengangkangi nilai dan norma bebas mendirikan penerbit an, t anpa keharusan

moral kemasyarakat an dan t elah merunt uhkan memiliki SIUPP, sert a dij amin t idak ada sensor

kaidah j urnalist ik it u sendiri. Kenyat aannya, dan pembredelan. Dampaknya, penerbit an pers

dalam rapat dengar pendapat yang dihadiri t umbuh bagai j amur di musim huj an. Hal ini

oleh perwakilan kalangan pers, ant ara lain : memungkinkan bagi set iap warga masyarakat

Aliansi Jurnalis Independen (AJI), PWI dan MPPI prof esional maupun amat ir dapat mendirikan

dengan anggot a Panit ia Ad Hoc I BP MPR masih penerbit an pers.

menunj ukkan keragu-raguan dan kecemasan Berdasarkan dat a yang dihimpun Serikat

t erhadap kebebasan pers. Mereka mengkhawa- Penerbit Surat Kabar (SPS), pada era Ref ormasi

t irkan kebebasan pers akan menj adi sebebas- t erj adi kenaikan j umlah penerbit an yang sangat

signif ikan set elah keran kemerdekaan pers 20 Lihat dan bandingkan dengan Joko Tut uko dan Abdul dibuka t ahun 1999. Pada t ahun 1997, j umlah

Lat if , ” Ref or masi Dan Kebebasan Pers: Respon Insan Pers Terhadap UU No. 40 Tahun 1999 Tent ang Per s” ,

me-ia cet ak di Indonesia memiliki 289 pener-

Jur nal Publ i ca, Vol . 4 No. 1, Tahun 2008, Mal ang: Fa- kul t as Il mu Sosi al dan Il mu Pol i t ik Univer si t as Muham- madi yah, hl m. 27-31.

136 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

bebasnya, sehingga mereka menyat akan bahwa Selat an unt uk membayar uang sebesar 1 j ut a kebebasan pers it u perlu diat ur. Reaksi ini me-

dollar, karena sebuah t ulisan di koran Tempo rupakan rej uvenansi konsep pengekangan pers

edisi 6 Februari berj udul ” Guberur Ali Mazi oleh pemerint ah pra t ransisi. Kekhawat iran

Bant ah Tomy Winat a Buka Usaha Judi” . Tulisan t ersebut senada dengan kecurigaan pemerint ah

ini dinilai mencipt akan opini bahwa Tomy bahwa kebebasan pers yang t anpa kont rol t elah

adalah musuh masyarakat .

melahirkan sat u model kebebasan pers yang Set elah kebebasan pers Indonesia mulai saat ini sudah berlebihan dan menj adi sumber

menggelinding, banyak orang yang mengkhawa- kekuasan baru. Kekhawat iran masyarakat t er-

t irkan bahwa pemberit aan pers yang sensa- hadap kebebasan pers, j uga muncul dalam ben-

sional akan berakibat bagi pemunduran bang- t uk aksi perlawanan dari masyarakat dalam

sa. Proses pembodohan akan t erkrist alisasi me- bent uk kekerasan pers. Hal ini ant ara lain di

lalui dunia pers. Berawal dari sinilah muncul t andai dengan penyerangan t erhadap harian

berbagai ancaman t erhadap pers, sepert i isu Jawa Post di Surabaya oleh Banser (Barisan Ser-

SARA, t ekanan massa, bahkan legal r esent -

ba Guna) Anshor yang merupakan pendukung ment (ancaman gugat an), busi ness i nt er est (ke- Presiden Abdurrahman Wahid.

pent ingan bisnis), suap dan sebagainya. Sat u Cat at an AJI dalam laporan t ahunan perio-

hal yang kini menonj ol sebagai ancaman adalah

de 2004 menyebut kan, t erdapat 32 kasus gugat - kekecewaan t erhadap pers bebas, yang j ika an t erhadap media dan j urnalis, yang meliput i:

dicermat i bisa menj adi sat u opini publik luas di pert ama, kasus Redakt ur Harian Rakyat Mere-

masyarakat , yang disebut pers kebabl asan. Na- ka, Suprat man yang mempublikasikan isi berit a

mun, lebih baik pers kebabl asan daripada t idak berupa penghinaan t erhadap Presiden. Ia di

bebas sama sekali. Tesis ini mencoba menelisik nyat akan bersalah dan divonis dengan 6 bulan

pergeseran paradigma ” mekanist ik” ke paradig- penj ara dengan masa percobaan 12 bulan. Ia di

ma ” holist ik” t ent ang kebebasan pers. Feno- nyat akan t erbukt i melakukan penghinaan de-

mena kebebasan pers ini harus dilihat dalam ngan sengaj a t erhadap presiden yang diat ur

keseluruhannya, dalam art i kebebasan pers dalam pasal 134 j o Pasal 65 ayat (1) KUHP.

dilihat dalam kait annya dengan nilai-nilai kul- Kemudian maj alah Tempo dua t ahun t erakhir

t ur, sosial, polit ik dan ekonomi semua persoal- ini harus bolak-balik ke pengadilan guna me-

an dalam negara yang kit a alami sekarang layani kasus yang dibawa ke mej a hij au oleh

adalah suat u harapan yang berlebihan. pengusaha Tomy Winat a. Ada sej umlah kasus

Suat u st udi komparat if di beberapa ne- yang diaj ukan Tomy Winat a baik ke Pengadilan

gara demokrasi menunj ukkan adanya persesuai- Negeri Jakart a Pusat maupun dan Pengadilan

an ant ara demokrasi dan kebebasan. Demokrasi Negeri Jakart a Selat an. Salah sat u dari bebe-

mengimplikasikan adanya kebeba-san sipil dan rapa kasus t ersebut diput uskan oleh Pengadil-

polit ik, yait u kebebasan unt uk berbicara, me- an Negeri Jakart a Pusat yang memut uskan

nerbit kan, berkumpul dan berorganisasi. Garis Tempo bersalah dalam kasus pencemaran nama

persinggungan ant ara demokrasi dan kebebasan baik, akibat pemberit aan di maj alah Tempo

pers merupakan rant ai kehidupan manusia da- edisi 3-9 Maret 2003 yang berj udul ” Ada Tomy

lam dimensi polit isnya yang saling int erdepen- di Tenabang” . Pengadilan Negeri Jakart a Pusat

dent if ant ara nilai-nilai dan kepent ingan. 21 memint a Tempo unt uk memint a maaf set engah

Pada praksisnya, kebebasan pers berput ar halaman di Koran Tempo, Media Indonesia dan

pada perdebat an dan kont roversi ant ara pola Wart a Kot a, dan set engah halaman di maj alah

kepent ingan dua arah; kepent ingan pemerint ah Tempo selama t iga kali bert urut , unt uk me- mulihkan nama baik Tomy Winat a. Sement ara

dalam kasus yang lainnya lagi ant ara Koran

Lihat dan Bandingkan dengan Abdul Mui s, ” Perl i ndung- an Hukum Terhadap Kebebasan Pers Pada Masa Orde

Tempo vs Tomy Winat a, Koran Tempo divonis

Baru Dan Er a Awal Ref or masi ” , Jur nal Il mu Hukum

oleh Maj elis Hakim Pengadilan Negeri Jakart a

Kanun, Vol . 10 No. 26, Tahun 2000, Banda Aceh: Fakul - t as Hukum Uni versit as Syi ah Kual a, hl m. 774-788.

Pasang Surut Kebebasan Per s di Indonesi a 137

unt uk menj aga rahasia polit ik, keut uhan dan kedaulat an negara, dokumen rahasia dan pola kebij akan t erhadap publik, dengan kepent ingan masyarakat yang menut ut part isipasi akt if da- lam menyalurkan aspirasi polit ik mereka, dan unt uk memperoleh inf ormasi t anpa melanggar keut uhan hak kebebasan pribadi set iap indivi- du. Sej at inya, kebebasan pers dalam menye- barluaskan inf ormasi kepada masyarakat t anpa adanya pembat asan baik dalam bent uk regulasi maupun dengan t indakan kekerasan. Pers nasio- nal bebas mempunyai hak unt uk mencari, mem- peroleh dan menyebarluaskan t anpa gangguan maupun swasensor baik dari pemilik media it u sendiri maupun dari pihak pemerint ah dalam bent uk regulasi.

Regulasi dalam bent uk UU t ent ang pers yang membat asi ruang gerak pers memang t idak ada, namun yang dirisaukan oleh insan pers adalah t erj adinya kriminalisasi yang men- j adi ancaman t erhadap kebebasan pers, pada- hal seharusnya kalaupun t erdapat pemberit aan yang keliru, dapat mengikut i mekaisme yang diat ur dalam UU Pers, sepert i hak j awab dan hak koreksi; bukan dengan cara memenj arakan wart awan, it u yang menj adi suat u kekeliruan Kasus kriminalisasi t erhadap pers dapat dilihat pada Kasus Tempo, Rakyat Merdeka, Radar Yog- ya, kemudian kasus Suara Indonesia Baru (SIB) Medan, yang menurunkan serial invest igasi t en- t ang j udi illegal yang dibekingi oleh pej abat Sumat era Ut ara. Kemudian sekelompok anak muda yang dipolit isir masuk dan mengobrak- abrik SIB. Kasus-kasus kriminalisasi t erhadap pers merupakan masalah yang sangat dirisaukan oleh kalangan j urnalis dan media.