EMISI GAS RUMAH KACA DARI VARIETAS PADI PASANG SURUT

EM ISI GAS RUM AH

KAeA

DARI V ARIETAS

PADI PASANG SURUT

Prihasto Setyanto dan Helena Lina Susilawati
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian

ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan
di Kebun Pereobaan Balingtan Jakenan pada rnusim
kemarau tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi
pengaruh varietas padi pasang surut terhadap emisi gas rumah kaca (ORK). Kurang lebih 18
ton tanah pasang surut salin (rata-rata pH air 9,0 I) diambil dari lahan sawah di pantai utara
Kabupaten Demak dan ditempatkan dalam 12 mikroplot untuk ditanami empat varietas padi
yaitu Punggur, Sei Lalan, Indragiri dan M artapura. Contoh udara dari dalam boks berukuran
1 m x 1 m x 1 m diambil dengar pompa otornatik dan konsentrasi metananya (C~) diukur

dengan kromatografi gas yang dilengkapi detektor FID WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
( F l a m e I o n i z a t i o n D e t e c t o r ) . Contoh
udara untuk analisa karbondioksida (C0 2 ) dan dinitrogen oksida (N20) diambil dengan
jarum suntik (5 rnl) secara manual setiap 7 hari sekali rnenggunakan boks berukuran 40 em
x 20 em x 20 em. Kandungan CO 2 dan N 2 0 dalam eontoh dianalisis dengan menggunakan
kromatografi gas yang dilengkapi detektor ECD ( E l e c t r o n C a p t u r e D e t e c t o r ) dan TCD
(T h e rm a l
C o n d u c tiv ity
D e te c to r ).
Hasil peneJitian menunjukkan
bahwa padi varietas
M artapura paling tinggi dalam mengemisi CH 4 yaitu sebesar 171.5 kg/ha, diikuti Sei Lalan,
Indragiri dan Punggur, berturut-turut sebesar 152,6, 141,1 dan 105,4 kg/ha. Emisi CO RQPONMLKJIHGFEDCBA
dar i
2
plot yang ditanam varietas Punggur, M artapura, Sei Lalan dan Indragiri berturut-turut
sebesar 4386, 7303, 3622 dan 3853 kg/ha, serta emisi N 2 0 sebesar 0,204,0,207,0,262,
dan
0,448 kg/ha. Hasil padi antar varietas tidak berbeda nyata berkisar antara 5,65 - 6,75 t/ha.
K a la k u n c i: g a s r u m a h


k a c a , v a r ie ta s

padi

PENDAHULUAN
Gas rumah kaca yang menjadi titik perhatian saat ini adalah CO 2 , CH 4 , dan
N20. Gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca (GRK) karena mempunyai
kemampuan
meneruskan
radiasi gelombang pendek cahaya matahari, tetapi
menyerap dan memantulkan
radiasi gelombang panjang (infra merah) yang
dipancarkan bumi (M urdiyarso 2003). M etan (CH4), C02, N20 dan CFC dapat
mengabsorbsi radiasi bumi pada panjang gelombang 7-14 urn yang bersifat panas
sehingga mengakibatkan suhu pcrmukaan bumi meningkat. Intensitas penyerapan
radiasi gelombang panjang oleh masing-masing GRK dan waktu tinggalnya (life
t i m e ) di atmosfer berbeda-beda,
sehingga masing-masing mempunyai konstanta
pemanasan relatif terhadap CO 2 .


1

S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan

Raw a

281

Beberapa studi yang te1ah di1akukan menyebutkan bahwa varietas padi
mempunyai peran yang signifikan terhadap proses pembentukan dan pelepasan
ORK. Hal ini karena varietas padi rnempunyai perbedaan da1am diameter aerenkima,
jumlah anakan dan eksudasi akar (Aulakh WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
e t a l . 2001). Penelitian

yang telah
dilakukan pada beberapa varietas padi seperti Dodokan, IR 36, Cisadane, M uncul,
IR 36, W ay Apo Buru, M emberamo dan Batang Anai (W ihardjaka e t a l . 1 9 9 7 ;
W ihardjaka e t a l . 1999, Setyanto e t a l . 2004) baru diujikan pada lahan sawah di
Pulau Jawa yang didominasi oleh tanah mineral. Sedangkan untuk lahan marjinal,
terutama lahan sawah pasang surut belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan informasi pengaruh varietas padi pasang surut terhadap
emisi gas rumah kaca.DCBA
B A H A N

D A N

M E T O D E

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian (Balingtan) di Jawa Tengah. Balingtan secara geografis terletak pada
koordinat 06°45' Lintang Selatan dan 111 °40. Bujur Timur, beriklim D menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata kurang dari 1600
mm. Penelitian dilaksanakan dari bulan M ei 2005 sampai Oktober 2005.
B ahan


dan

A la t

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih empat varietas padi yang umum
ditanam di daerah pasang surut yaitu Punggur, Sei Lalan, Indragiri dan M artapura.
Deskripsi varietas padi yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam Tabel
1. Pupuk yang digunakan adalah urea, TSP dan KCI. Insektisida sesuai anjuran.
Tanah yang digunakan adalah tanah pasang surut dari pantai utara Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Sebanyak 16 ton tanah sawah pasang surut diangkut ke
Kebun Percobaan Balingtan dan ditempatkan dalam 12 mikropJot dengan ukuran
masing-masing sebesar 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m. Pada sekeliling mikroplot dipasangi
plastik untuk menghindari pencampuran dengan tanah yang ada disekitamya.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah boks penangkap gas
yang terbuat dari pleksiglas. Boks penangkap gas C H 4 berukuran 1 m x 1 m x 1 m,
boks ini tersambung dengan seperangkat alat ukur otomatik yang terdiri dari
sampling valve, datalogger dan kromatografi gas dengan merk Shimadzu GC-8A
yang dilengkapi 2 FID ( F l a m e I o n i z a t i o n D e t e c t o r ) . Sedangkan boks untuk
menangkap gas C02 dan N20 dari sela-sela tanaman berukuran 20 em x 40 ern x 20

cm. Contoh gas C02 dan N20 diambil secara manual menggunakan jarum suntik
berukuran 5 ml. Konsentrasi gas CO 2 dan N 2 0 diukur menggunakan kromatografi
gas (OC) dengan merk Shimadzu model OC-14A yang dilengkapi dengan 2 detektor
yaitu TCD ( t h e r m a l c o n d u c t i v i t y d e t e c t o r ) dan ECD ( e l e c t r o n c a p t u r e d e t e c t o r ) .

282

Prihasto Setyanto dan Helena Lina Susilawati,

E m is i G a s R u m a h

K aca

Tabel 1. Deskripsi varietas padi yang digunakan dalam penelitian (Sumber: Balitpa,
2002)
Deskripsi

Punggur

Martapura


Indragiri

Umur Tanaman

117 hari

120-125 hari

117 hari

Tinggi tanaman

100 em

120-130 em

100 em

98-108 em


Jumlah Anakan

15-20

10-19

15-20

10-15

4,5-5 tlha

3-4 tlha

4,5-5,5 tlha

5-6 tlha

T ahan wereng

eoklat
biotipe
2 dan 3
Tahan pen yak it
bias

Agak rentan
wereng coklat
biotipe 2

Tahan wereng
eoklat
biotipe 2

Agak rentan
hawar pelepah
daun, agak
rentan bias leher

Tahan Pen yak it

bias, tahan
hawar daun
strain III

Toleran
keraeunan Fe

Toleran
keraeunan
Fe dan Al

Tahan
wereng
eoklat biotipe
2 dan 3
Toleran
penyakit
bias dan
bereak
eoklat

Tahan
terhadap
salinitas

Potensi Hasil
Ketahanan
terhadap hama

Ketahanan
terhadap
penyakit

Toleransi
terhadap
iingkungan

Toleran keraeunan
Fe dan Al

Sei Lalan

1 RQPONMLKJIH
i 8-125 hari

(0.4%

Ar.juran tan am

Lahan potensial,
Lahan gambut
dan lahan
sulfat masam

Coeok untuk
padi pasang
surut (pH 4)

Lahan potensial,
lahan gambut
dan lahan
sui fat masam

NaCI)
lahan pasang
surut
potensial dan
rawa
lebak DCBA

Tanah d a n T a n a m a n
Setelah tanah pasang surut ditempatkan dalam mikroplot penggenangan
dilakukan sampai tinggi air 5 em. Tanah kemudian diolah dengan eara dicangkul
perlahan-Iahan untuk meratakan permukaannya, Benih padi ditanam pada jarak 20
em x 20 em pada usia 25 hari setelah sebar. Penanaman padi juga dilakukan di luar
mikroplot yang berfungsi sebagai penghadang serangan hama dan penyakit.
Perawatan intensif dilakukan sesuai anjuran untuk tanaman padi di luar mikroplot.
Tanaman padi di dalam mikroplot diberi perlakuan pemupukan sebagai
berikut: (i) N diberikan dalam bentuk urea dengan dosis 120 kg/ha, disebar tiga kali
pada 6, 40 dan 63 HST, (ii) P (P 2 0 S ) dalam bentuk pupuk SP36 diberikan dengan
takaran 60 kg/ha, disebar seluruhnya pada 3 hari sebelum tanam, (iii) K (K 2 0) dalam
bentuk pupuk KCl diberikan dengan takaran 60 kg/ha, disebar 3 kali bersamaan
dengan pemupukan N.WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P e n g e lo la a n

S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan

Raw a

283

lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

I

Pcngumpulan
data
Data primer dari penelitian ini adalah emisi GRK (CH 4 , CO 2 , dan N 2 0), dan
komponen hasil tanaman. Cara pengumpulan data-data terse but adalah sebagai
berikut:
1. Emisi CH 4 : diukur 4 hari sekali dimulai saat 1 had setelah tanam (HST) sampai
panen padi. Emisi CH 4 diukur dengan alat otomatik dimulai jam 06.00 pagi
sampai denganjam 16.00.
2. Emisi N 2 0: diukur 1 minggu sekali dengan eara manual sampai panen. Contoh
gas diambil dengan boks pleksiglas ukuran 40 em x 20 em x 20 em. Boks
ditempatkan disela-sela tanaman diluar boks penangkap gas CH 4 . Contoh gas
diambil dengan jarum suntik ukuran 5 ml. Untuk mendapatkan kurva perubahan
konsentrasi gas N 2 0, setiap mikro plot diambil 4 contoh gas dengan interval 15,
30, 45 dan 60 menit. Contoh gas N 2 0 diambil tepat pukul 06.00 pagi. Analisa
konsentrasi gas N20 diukur dengan menggunakan GC 14A Shimadzu langsung
setelah pengambilan eontoh gas dari mikro plot.
3. Emisi CO 2 : diukur setiap 1 minggu sekali dengan eara manual sarna seperti
pengukuran N20. Interval pengambilan eontoh gas adalah 5, 10, 15, 20 menit.
Boks yang digunakan sarna dengan boks pengambilan eontoh gas N20. Analisis
eontoh gas untuk mengetahui konsentrasi gas C02 pada jarum suntik dilakukan
langsung di laboratorium emisi GRK Balingtan Jakenan.
4. Data panen: data panen adalah gabah kering (kadar air 14%) yang diambil dari
dalam boks penangkap gas seluas 1 m x 1 m.
Analisis Data
Data emisi CH 4 , C02, N 2 0, dan hasil padi dianalisa dengan menggunakan
ANOVA WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
( a n a l y s i s o f v a r i a n c e ) . Perbedaan dari masing-masing
nilai tengah akan
ditentukan dengan menggunakan
uji Duncan (DM RT) pada P=0,05. Analisis
statistik menggunakan software SAS ( s y s t e m a n a l y s i s s t a t i s t i c ) versi 6.01.
HASIL DAN PEM BAHASAN

Emisi Gas CH4
Varietas padi memegang peran penting dalam emisi gas CH 4 . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa varietas padi bervariasi dalam melepaskan CH RQPONMLKJ
4 ke
atmosfer dan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan morfologisnya (Gambar
1). Produksi CH 4 relatif tinggi selama fase pertumbuhan vegetatif dan eenderung
turun pada fase reproduktif. Fluks CH 4 seluruh varietas tinggi, terutama saat
tanaman berumur 37 HST atau saat jumlah anakan meneapai maksimum. Pada fase
primordia, fluks CH 4 mengalami penurunan yang disebabkan oleh penggunaan
fotosintat tanaman dalam proses pembentukan bunga. Penggunaan fotosintat ini

284

Prihasto Setyanto dan Helena Lina Susilawati,

E m is i G a s R u m a h

K aca

menyebabkan kandungan eksudat akar dalam tanah pada fase generatif menjadi
rendah. Eksudat akar merupakan senyawa organik yang mengandung gula, asam
amino, dan asam organik sebagai penyusun bahan segera tersedia bagi bakteri
metanogenik (Kimura WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
e t at. 1991).

Panen Punggur
dan Sei Lalan

500
---< > -

450
~

Punggur

(9 5 H S T )

Panen

-Martapura
....••....S ei Lalan

400RQPONMLKJIHGFEDCBA
Indragiri

Panen

- - lIE -

]
ME

350

~
~

300

i

250

~

200

(8 8

M artapura (III

DCBA
egiri
In d r



HST)

HST)

u

1 i:

ISO

100
50

o
I

Gambar

5

9

13

17

21

25

29

33

37

41

45

49

53

57

61

65

69

73

77

81

8

89

9

97

101 10510

113

1. Fluks CH 4 dari varietas padi lahan pasang surut sampai dengan
usia tanarnan padi 113 HST di Kebun Percobaan Balingtan. M K
2005.

Semakin rendah kandungan
eksudat akar semakin terhambat
proses
metanogenesis sehingga fluks CH 4 turun. Pada awal pertumbuhan, fluks CH 4
cenderung rendah karena secara fisiologis, tanarnan baru rnernasuki fase vegetatif
awal. Pada fase ini, eksudat akar berupa Cvorganik yang dikeluarkan rnasih sedikit
sehingga produksi CH 4 dalam rizosfer tanah rendah. Setelah usia tanaman
bertambah eksudat akar yang dihasilkan semakin banyak, sehingga fluks semakin
tinggi dan akan rnengalami penurunan kembali saat tanaman mernasuki fase
generatif.
Hal yang sarna juga disarnpaikan oleh Aulakh e t at. (2001). M ereka
menyebutkan bahwa tan am an padi memiliki kemampuan yang berbeda dalam
mengeluarkan eksudat akar dalarn tanah dan tergantung dari efisiensi penguraian
iotosintat oleh tanarnan. Sernakin tinggi penguraian fotosintat dalarn membentuk biji
padi, sernakin kecil eksudat akar yang dilepas dan akhimya berpengaruh terhadap
pernbentukan CH 4 . Eksudat dan pembusukan akar merupakan surnber karbon bagi
bakteri metanogen. Pembentukan eksudat ini erat kaitannya dengan biomas akar,

S e m in a r

N a s io n a /

P e r ta n ia n

Lahan

Raw a

285

lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

I

dalam arti semakin banyak biomas akar, semakin banyak pula CH RQPONMLKJIHGFEDCB
terbentuk
4
(Setyanto 2004). Varietas Indragiri pada 53 HST melepaskan CH 4 paling tinggi
dibanding Punggur, M artapura dan Sei Lalan. Hal ini disebabkan karena varietas ini
memasuki fase generatif lebih awal dibanding tiga varietas padi lainnya.DCBA
Gas C O 2
Pola fluks dan kumulatif fluks CO 2 sampai usia tanaman 94 HST
ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fluks CO 2 yang
E m is i

ditanami varietas padi M artapura menunjukkan
kumulatif fluks yang tertinggi
dibanding ketiga varietas lainnya. Hal ini selain disebabkan oleh tingkat biomasa
tanaman yang tinggi juga disebabkan oleh periode tumbuh yang lebih panjang
ciibanding varietas padi lainnya. Yang menarik dari kajian ini bahwa varietas padi
yang meng-emisi C02 tinggi (M artapura dan Punggur) juga melepaskan fluks CH 4
yang tinggi. Tingginya
emisi CH 4 dari varietas tersebut disebabkan
oleh
berJanjutnya proses metanogenesis karena tersedianya bahan organik yang mudah
terurai dalam tanah. Aktifitas dekornposisi bahan organik akan membentuk gas CO 2
sebagai hasil akhir dari proses dekornposisi. Gas ini kemudian dilepaskan ke
atmosfir melalui proses ebulisi (gelembung air karena perubahan tekanan osmotik)
dan difusi melalui air. Emisi C02 dari varietas Sei Lalan dan Indragiri lebih rendah
(r o o t o x id iz in g
karena keduanya kemungkinan memiliki kapasitas pengoksidasi akar WVUTSRQPONMLKJIHGFED
p o w e r ) yang rendah dibanding varietas Punggur dan M artapura sehingga CH 4 yang
terbentuk di rizosfir tidak teroksidasi membentuk CO 2 , oJeh karena itu fluks CO 2
lebih rendah untuk varietas Indragiri dan Sei LaJan dibanding varietas Punggur dan
M artapura. Rendahnya emisi CH 4 dari varietas Indragiri dan Sei LaJan kemungkinan
disebabkan oJeh rendahnya produksi eksudat akar.

286

Prihasto Setyanto dan Helena Lina Susilawati,

E m is i G a s R u m a h

K aca

a
- + - Punggur
6000RQPONMLKJIHGFEDCBA

1:
C'I

.e

-G -

Martapura

-fr-

Sei Lalan

----

Indragiri

5000DCBA

. . .8.

U

4000

I

0
U

3000

~
'- '

:WOO

0
u

1000 -

~'"

::s

~

0

--

3

-

-l- ---------

f

- ---_ o f

16

31

43
H ari

60
se telah

ta n a m

72

H7

99

115

87

< )9

115

(H S 1 )

b

=-...

30000

l

••

-+ -

Punggur

--s-

Martapura

-tr-

Sei Lalan

---

indragiri

N £ :.

25000 -

E
~

8

20000

OIl

~

... 15000
•. c

:'";

E

=
..:.:

C
U

10000 5000

..:.:
'"

=
I:.:

o

I

3

16

31

43
H a r i s e te la h

Gambar

S e m in a r

60
ta n a m

72
(H S 1 )

2. Fluks CO 2 (a) dan kumulatif fluks CO 2 (b) dari beberapa varietas
padi lahan pasang surut sampai dengan usia tanaman padi 99 HST
di Kebun Percobaan Balingtan, M K 2005.WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

N c s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan

Raw a

287

lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

I

Emisi Gas N 2 0
Dinitrogen oksida N 2 0 merupakan hasil samping dari proses nitrifikasi dan
denitrifikasi
nitrogen
da1am rizosfir tanah. Proses ini melibatkan
bakteri
nitrosomonas dan nitrobacter. Besar keci!nya fluks N 2 0 dari lahan sawah sangat
tergantung dari jumlah pupuk N yang diberikan, pH tanah, redoks potensial tanah
scrta efisiensi
tanaman
padi dalam
menggunakan
nitrogen
untuk proses
metabolismenya.
Pola fluks N 2 0 yang diukur sampai 114 HST ditunjukkan dalam Gambar 3.
Dari hasil pengamatan, fluks N20 dari varietas-varietas padi pasang surut tidak
menunjukkan
pola yang seragam, sebagai contoh Indragiri pada 15 HST
menunjukkan pola yang meningkat sedangkan varietas lainnya menunjukkan pola
menurun (Gambar 3a), bahkan Sei Lalan pada pengamatan 15 HST menunjukkan
nilai negatif. Hal yang sarna terjadi pad a pengamatan 30 HST dimana Indragiri dan
M artapura bernilai negatif sedangkan Punggur dan Sei Lalan bernilai positif.
Penyebab dari pola ini belum diketahui.
Kumulatif fluks N 2 0 (Gambar 3b) menunjukkan bahwa pola yang terjadi
relatif datar sampai dengan 71 HST. Sedangkan setelahnya emisi N20 terutama pada
varictas lndragiri meningkat sangat tajam yang discbabkan olch proses pcngcringan
lahan. Gas N 2 0 terbentuk sebagai hasil samping dari proses denitrifikasi dari NO
menjadi N 2 , dan hasil samping dari proses nitrifikasi dari pembentukan N0 2 rnenjadi
N0 3 . Nitrogen adalah senyawa yang sangat esscnsial bagi tanaman, oleh karena itu
respon tanaman terutama padi terhadap pupuk N sangat tinggi. Selama proses
pertumbuhan vegetatif N yang dibutuhkan tanaman padi sangat tinggi oleh karena
itu pembentukan N20 baik dari proses denitrifikasi ataupun nitrifikasi menjadi
rendah. Sedangkan pada fase generatif produksi N 2 0 dalam tanah relatif tinggi
karena serapan N tanaman tidak setinggi saat fase vegetatif oleh karena itu fluks
N 2 0 saat memasuki fase ini meningkat.

288

Prihasto Setyanto dan Helena Lina Susilawati,WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
E m is i G a s R u m a h K a c a

a
7000
6000 RQPONMLKJIHGFEDCBA

.- ·c

5000

...s

4000

l

3000

.E

--P u n g g u r

'- '

0
Z
N

2000

-e -

M artapura

--tr-

S e i Lalan

--

Indragiri

1000
~

Ii:

0
30

15

-1000

42

59

71

114

-2000
Hari setelah tanam (HSl)

b
9000

l
l

" '8

8000

--

Punggur

l>

7000

-e -

M artapura

i

6000

--tr-

Sei Lalan

]

5000

--

Indragiri

.:c:

4000

~

3000

C'I

:3

~ 2000
Ii: 1000

o

},----& ---,/I---tr---.!r----tr---t.r-~ ~

-,.----,-----,--· --· · ,-----,-----'----T·
2

30

15

42

---

"t

59

--'-----1--1--71

_.",l--.---. -----1---,-r+ "

86

98

-1
114

Hari setelah tanam (HSl)

Gambar 3. Fluks N 2 0 dan fluks kumulatif N 2 0 dari beberapa varietas padi lahan
pasang surut sampai dengan usia tanam 114 HST di Kebun Percobaan
Balingtan, M K 2005.
Total Emisi GRK dan HasH Padi
Total emisi GRK selama satu musim dihitung berdasarkan nilai rata-rata
fluks harian dikali peri ode tumbuh tanaman. Total emisi GRK dan hasil padi dari
empat varietas ditunjukkan pada Tabel 2.WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

I

S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan

Raw a

289

lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Tabel2. Total emisi GRK dan hasil gabah dari empat varietas padi pasang surut.

I

Varietas
padi
Punggur
M artapura
Sei lalan

CH4
105,4b
171,4a
152,6ab

Indragiri

141,lab

Emisi (kg/ha)
N20
0,204b
0,207b
0,262b

C02
4386b
7303a
3622b

Hasil Gabah
(t/ha)
5,65a
5,99a
6,75a

0,448a

3853b

6,03a

Angka selajur yang diikuti oleh hurufyang

sarna tidak berbeda nyata pada P= 0,05 dengan DM RT.

Total emisi CH4 dan CO 2 tertinggi ditunjukkan oleh varietas M artapura
sedangkan varietas padi lainya tidak berbeda nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh periode tumbuh yang lebih panjang dari varietas M artapura dibanding varietas
Punggur, Sei Lalan dan Indragiri. Total emisi N 2 0 tertinggi dilepas oleh varietas
Indragiri, sedangkan tiga varietas lainya tidak berbeda nyata. Penyebab dari
perbedaan ini tidak begitu jelas tetapi diduga terkait dengan efisiensi tanaman padi
dalam menyerap nitrogen. Hasil gabah dari empat varietas padi yang diuji tidak
berbeda nyata menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara produksi
padi dengan emisi GRK.DCBA
K E S IM P U L A N

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas M artapura mengemisi CH 4
paling tinggi yaitu 171,5 kg/ha, diikuti varietas Sei Lalan, Indragiri dan Punggur
berturut-turut sebesar 152,6 kg/ha, 141.1 kg/ha dan 105,4 kg/ha. Emisi N 2 0 tertinggi
dilepas oleh varietas Indragiri (0,448 kg/ha). Emisi N 2 0 dari Punggur, M artapura
dan Sei Lalan tidak berbeda nyata. Emisi CO 2 tertinggi dilepas oleh varietas
M artapura (7303 kg/ha). Emisi CO 2 dari varietas Punggur, Sei Lalan dan Indragiri
k g / h a . Hasil gabah antar
tidak berbeda nyata berturut-turut sebesar 4386, 3622, 3853 WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
varietas tidak berbeda nyata berkisar antara 5,65-6,75 t/ha. Varietas terbaik dalam
menekan emisi GRK dari lahan pasang surut adalah Punggur karena emisi GRK
yang dilepas rendah dengan hasil padi tidak berbeda nyata dibanding varietas
lainnya. .
D A F T A R

Aulakh

290

P U ST A K A

M S, W assman R, Bueno C, Kreuwieser RQPONMLKJIHGFEDCBA
J &
H Rennenberg. 2001.
Characterization of root exudates at different growth stages of ten rice
(Oryza sativa L.) cultivars. P l a n t B i o l o g y 3 : 139-148.

Prihasto Setyanto dan Helena Una Susilawati,

E m is i G a s R u m a h

K aca

Balitpa-Balai

Penelitian Tanaman
2 0 0 2 . Subang: Balitpa.

Padi. 2002.WVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
D e s k r ip s i
V a r ie ta s
U nggul

1999-

production in rice
Kimura M D, H M urakami, H W ada. 1991. CO 2 , H2 and CH RQPONMLKJIHGFEDCBA
4
rhizosphere. Soil Sci. P l a n t N u t r 37 : 55-60.
D. 2003. S e p u l u h Tahun P e r j a l a n a n
I k l i m . Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

M urdiyarso

Setyanto

N e g o is a s i

K onvensi

P erubahan

P. 2004. M ethane Emission and It's M itigation in Rice Fields Under
Different M anagement Practices in Central Java.
(thesis). Serdang:
Universiti Putra M alaysia.

W ihardjaka A, Setyanto P, AK M akarim. 1997. Pengaruh varietas padi terhadap
besamya emisi gas metan pada lahan sawah. Laporan Tahunan Loka
Penelitian Tanaman Pangan Jakenan.
W ihardjaka A, Setyanto P, AK M akarim. 1999. Emisi gas metan dari berbagai
varietas padi. Laporan Tahunan Loka Penelitian Tanaman Pangan Jakenan.

S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan

Raw c

291