SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006 2007

  SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006 / 2007

  Perpustakaan STAIN Salatiga

  HHiiiiimnii

  07TD1010845.01 S K R I P S I

  Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam

  Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh:

  M USHBIHAH RODLIYATUN N IM : 111 03 037 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2007

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : wwvv. st a i n sal at i ua. ac. i d E-mail:

  

D E K L A R A S I

Bism illahirrahm anirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 23 Juli 2007 Peneliti

  Mushbihah Rodlivatun NIM. 111 03 037 Dra. Nur Hasanah, M.Pd Dosen STAIN Salatiga Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga Telp. (0298) 323706,323444 kode pos 50712 NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Salatiga, 23 Juli 2007 Sdr.Mushbihah Rodliyatun

  Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Tempat.

  Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah saudari : Judul : SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM

  USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007

  Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan. Demikian harap menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Nama : Mushbihah Rodliyatun NIM : 11103037 Jurusan : Tarbiyah

  Progdi : Pendidikan Agama Islam Dra._________ ih, M. Pd

  NIP. 150268213 ibimbing

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : MUSHBIHAH RODLIYATUN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 037 yang berjudul SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

  

SISW A DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI SALATIGA TAHUN

AJARAN 2006/2007 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan

  Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 11 September 2007 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

   . .

  11 September 2007 M Salatiga, -----------------------------

  29 Sya'banl428H

  

NIP. 150 268 213

  

MOTTO

  ‘ Sesungguhnya Orang yang beramal dan berjuang tanpa didasari dengan ilmu, maka dia akan membuat lebih banyak kerusakan berbanding kebaikan “ ( Umar Abdul A ziz)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan: • Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.

  • Kakak-kakakku dan adikku yang kusayangi.
  • Sahabat-sahabatku Mahasiswa Tarbiyah PAI B Angkatan 2003.
  • Special My friend beserta keluarga yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis.

  

K A f A PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat illahi robbi yang senantiasa memberi hidayah kepada manusia menuju kebaikan dan syukur terdalam penulis haturkan kehadirat-Nya, Salam untuk Rasul junjungan tercinta, petunjuk umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH

  NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007 Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik material dan spiritual skripsi ini tidak akan selesai sesuai dengan yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag, Selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Nur Hasanah, M. Pd, selaku pembimbing yang dengan ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis pada saat skripsi ini disusun.

  3. Bapak dan ibu dosen yang banyak memberikan jasanya, mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  4. Bapak Drs. Asroni, M. Ag, selaku kepala sekolah MTs Negeri Salatiga yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

  5. Team perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan buku-buku kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

  6. Keluarga tercinta ( Bapak, Ibuku, Saudara-saudaraku ) yang telah berkorban baik secara material maupun spiritual.

  7. Rekan-rekanku senasib seperjuangan khususnya PAI B angkatan 2003.

  8. Teman-temanku di kost Osmana Dua A

  9. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

  Dengan sedikitnya kemampuan yang ada, penulis telah berusaha menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya. Namun dengan demikian, skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman demi kesempurnaan skripsi ini, semoga bermanfaat untuk semuanya. Amin.

  Salatiga, 23 Juli 2007

  DAFTAR ISI

  H alam an

  

  

  

  

  

  

  

  

  2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam . 43

  

  

  III. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Halaman

   TABEL V : JAWABAN ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN

   TABEL VIII : NILAI ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

   TABEL IX : INTERVAL SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

   TABEL X : NILAI NOMINASI SIKAP KEMANDIRIAN

  

  

   TABEL XVI : DATA SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR DAN

   TABEL XIX : TABEL KERJA UNTUK MENGHITUNG CH1

  

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan yang sering terjadi di sekeliling kita, terutama yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, demikian pesatnya sehingga “bekal” pendidikan yang di terima orang tua tidak akan memadai bagi anak-anaknya, sebab mereka harus menghadapi dunia yang pada hakikatnya telah berbeda karakter apabila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

  Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka di Indonesia sejak dahulu telah bermunculan lembaga, baik formal maupun non formal. Diantaranya dengan belajar yang giat dan mencurahkan daya pikir yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada manusia, melalui kemandirian belajar, misalnya diskusi, belajar sendiri dan menemukan sendiri.

  Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah fil ardhi, yang diberi kelebihan dan kemuliaan dengan ilmu pengetahuan.

  Melalui akal pikiran yang tidak diberikan Allah SWT kepada makhluk lain, manusia dapat berpikir dan memperhatikan segala benda yang ada di alam ini sehingga dapat digunakan dan diambil manfaatnya.1

1 Zakiah Daradjat, dkk., D asar Agama Islam, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, him. 49

  Dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa manusia sejak lahir telah diberkati Allah SWT dengan adanya fitrah beragama seperti dalam firman Allah S W T :

  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” . (Q. S. Ar-Rum :

  30)2

  Kemandirian berpikir akan bisa memenuhi tuntutan jam an yang semakin maju dan pesat perkembangan serta pertumbuhannya, selain itu seseorang tidak akan mudah terpengaruh oleh pendapat-pendapat orang lain yang semakin lama bisa melemahkan pemikiran seseorang. Manusia yang bebas dalam berpikir akan selalu dapat menikmati hidupnya dengan tenteram, karena merasa telah mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan akal pikirannya yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT.

  Demikian juga tentang prestasi belajar pendidikan Agama Islam, adalah sebagai perwujudan dari usaha belajar yang merupakan masalah utama dalam proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana tercantum dalam Kegiatan Belajar Mengajar setiap mata pelajaran, dengan memperhatikan tiga ranah yaitu :

  ' Departemen Agama RI., A l-Q ur’an dan teijemahannya, CV. Diponegoro, Bandung,2000, him. 325 pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Misalnya : kognitif meliputi seluruh materi pembelajaran Al-qur’an, keimanan, akhlak, ibadah, dan tarikh. Aspek afektif sangat dominan pada materi pembelajaran akhlak. Aspek psikomotorik dan pengamatan sangat dominan pada materi pembelajaran ibadah dan membaca Al-qur’an.3 Oleh karena itu prestasi belajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang memp engaruh i ny a.

  Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama dan menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum. Pelaksanaan waktu belajar, Kurikulum

  Nasional PAI diberikan dengan sungguh-sungguh dan mendalam sebagai bekal untuk bisa terjun di dalam masyarakat sosial serta dapat meningkatkan ilmu pengetahuan.

  Dengan melihat siswa MTs Negeri Salatiga yang secara makro sudah beragama dengan baik. Orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah agar menjadi anak yang sholeh-sholehah dan tercapainya tujuan pendidikan. Di sekolah siswa harus berpartisipasi dalam menciptakan situasi belajar yang harmonis sehingga proses pembelajarannya dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu dengan cara kemandirian berpikir. Tapi kenyataannya siswa masih ada yang manggantungkan materi pelajaran dari guru saja. Dalam upaya mengefektifkan proses belajar mengajar guru harus meningkatkan

  ’ Hafni Ladjid., Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum Teaching, Ciputat, 2005, him. 86. kesempatan belajar bagi siswa yang ditempuh dengan melibatkan siswa secara aktif untuk belajar mandiri.

  Karena terdorong oleh hal tersebut di atas, penulis akan mencoba melakukan penelitian dengan judul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007”

B. Penegasan Istilah

  Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu :

  1. Kemandirian Berpikir Kemandirian berpikir sendiri terdiri dari dua kata, yaitu kata kemandirian dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna tersendiri, yaitu :

  a. Kemandirian Kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis ialah mampu berdiri sendiri,4 5 dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk memiliki potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang keindividualannya.

  Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam berpikir.3 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan

  4 Badudu JS., Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57

  5 Herman Holstein, M urid Belajar Mandiri, Remadja Karya CV, Bandung, 1986, him. 1 masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar adalah spontanitas yang didasari kemandirian,

  b. Berpikir Banyak pengertian yang dilontarkan oleh para ahli tentang masalah berpikir, tetapi mereka tidaklah jauh berbeda dalam memberikan batasan definisi, antara lain :

  1) WJS Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan sesuatu”.6

  2) Departemen Agama RI, memberi definisi bahwa “berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya7.

  Dari dua pengertian tersebut di atas diketahui bahwa berpikir adalah suatu proses yang dinamis pada diri seseorang dengan daya atau kekuatan akal budinya dalam mempertimbangkan sesuatu hal atau perkara.

  Kemandirian berpikir dalam penelitian ini adalah merupakan variabel bebas yang mempunyai indikator-indikator sebagai berikut : a. Mempunyai rasa tanggung jawab

  1. Berpikir sungguh-sungguh dalam mengeijakan tugas atau pekerjaan rumah

  2. Mempunyai sikap kedewasaan dalam berpikir

6 WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, him. 752

  7 Departemen Agama RI., Psikologi Pendidikan; M odul O rientasi Pembekalan Calon PNS, Biro Kepegawaian, Jakarta, 2004, him. 39 b. Mempunyai kemampuan berdiri sendiri

  1. Dapat menemukan jawaban sendiri

  2. Mampu untuk bekerja sendiri

  3. Percaya dengan kemampuan sendiri

  c. Dapat mengambil keputusan sendiri, tanpa bergantung pada orang lain d. Berani mengambil resiko dari apa yang dilakukan

  2. Prestasi Belajar Prestasi memiliki arti : hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).8 Menurut Harold Spears, belajar adalah kegiatan yang berproses sistematis, dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.9 Dalam arti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

  Begitu juga menurut WS. Winkel yang mengemukakan bahwa “belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas”.10 1

  1

8 WJS Poerwadarminto, op. cit; him. 362

  9 Sardinian A. M., Interaksi dan M otivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo, Jakarta Persada, 2001, him. 26

10 Winkel, WS., Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1996, him. 53

  11 Nana Sudjana, Penilaian H asil Proses Belajar M engajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, him. 23

  Menurut Nana Sudjana “Prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar”.11

  Selanjutnya menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.12

  Prestasi belajar yang diteliti adalah dengan melihat nilai raport siswa. Adapun indikatornya sebagai berikut: Daftar nilai bidang studi PAI dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan penerapannya yang meliputi: a. Nilai rata-rata test formatif

  b. Nilai rata-rata tugas atau pekerjaan rumah

  c. Nilai rata-rata baca tulis Al-Qur’an

  d. Nilai ulangan umum bersama

  3. Pendidikan Agama Islam “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang berupa bimbingan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan”.13

  Akan tetapi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam di sini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang termasuk dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga yang masuk dalam kesatuan dari program pengajaran.

  12 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, him. 102

13 Zuhairini, M etode Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, him. 10

  Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu penelitian terhadap sikap berpikir yang bertanggung jawab dan berdiri sendiri dalam usaha peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam bagi siswa MTs

  Negeri Salatiga.

  C. Rumusan Masalah Dalam kaitannya dengan judul yang penulis kemukakan di atas maka muncul permasalahan yang memerlukan pembahasan, permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga ?

  2. Bagaimana prestasi belajar pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga ?

  3. Adakah hubungan antara sikap kemandirian berpikir dengan peningkatan prestasi belajar PAI siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga ?

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.

  2. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.

  3. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara sikap kemandirian berpikir dengan prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.

  E. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan, sehingga masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.14 1 Jadi, hipotesis bukanlah suatu kesimpulan akhir, tetapi

  5 kebenarannya masih harus dibuktikan melalui penelitian. Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah : “Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian berpikir siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga”.

  F. Metodologi Penelitian

  1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan dari subyek penelitian”.13 Yang di maksud populasi di sini adalah para siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga. Yang berjumlah 254 siswa.

  

14 Ronny Kountur, M etode Penelitian, CV. Teruna Grafika, Jakarta, 2003,

him. 93

  

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi

Revisi UI, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, him. 115

  2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki”.16 * Teknik pengambilan sampel menurut Suharsini Arikunto adalah apabila subyeknya kurang dari 100 , lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya besar (lebih dari 100 orang), dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih sesuai kemampuan.'7

  Untuk menghemat waktu dan tenaga maka penulis menetapkan besar sampel lebih kurang 20% dari besarnya subyek (populasi), karena subyeknya berjumlah 254 siswa maka sampelnya adalah 20% x 254 siswa yaitu berjumlah 50,8 dari jumlah tersebut penulis mengambil 50 siswa dari kelas VITTA sebanyak 25 siswa dan kelas VIIIB sebanyak 25 siswa.

  Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah random sampling, yaitu pengambilan secara random atau tidak pandang bulu dengan cara:

  a. Mengambil populasi dari kelas VIILA 42 siswa dan sampel yang diambil 25 siswa.

  b. Mengambil populasi dari kelas VIIIB 44 siswa dan sampel yang diambil 25 siswa.

  Jadi jumlah populasi kelas VIIIA dan VIIIB berjumlah 86 siswa.

  Sedangkan jumlah sampel dari kelas VIIIA berjumlah 25 siswa dan VIIIB berjumlah 25 siswa. Jadi jumlah sampelnya 50 siswa.

  16 Ibid., him. 117 ,7 Ibid., him. 120

  Tabel Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam suatu penelitian ilmiah banyak cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut: a. Metode Observasi

  129

  

18 Sutrisno Hadi, M etodologi Research, Jilid I, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi

UGM, Yogyakarta. 1987, him. 137

  19

  8

  b. Metode Interview Yaitu metode yang mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap muka.1

  Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat konkrit seperti situasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, situasi proses belajar mengajar, keadaan siswa, guru dan lain-lain.

  Metode observasi adalah suatu metode atau cara pengumpulan data dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

  50

  No Kelas / Kelompok Populasi Sampel

  86

  25 Jumlah

  44

  VI1IB

  25 2.

  42

  VIIIA

  1 .

19 Koentjaraningrat, M etode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1989, him.

  Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum dari sekolah. Melalui kepala sekolah, guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga. Adapun pelaksanaannya dengan interview bebas terpimpin, karena akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas. Pihak peneliti dapat mengarahkan secara langsung pada pokok persoalan yang sebenarnya.

  c. Metode Angket Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang mereka ketahui.20 2

  1 Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui hubungan kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Salatiga.

  d. Metode Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan- catatan mengenai data pribadi responden.2' Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang terdapat di MTs Negeri Salatiga berupa jumlah siswa, jumlah guru, keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya.

  20 Suharsimi Arikunto, Prosedtir Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bna Aksara, Jakarta, 1987, him. 124

  21 Abdurrahmat Fathoni. M etodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, him. 112

  4. Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Pada tahap ini dilakukan perhitungan melalui prosentase dan analisa tiap-tiap item. Untuk menganalisis ini penulis menggunakan rum us:

  F P = X 100%

  N Keterangan :

  P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah sampel.22

  Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut penulis menggunakan rumus koefisien kontingensi. Adapun rumusnya sebagai berikut :23

  KK Keterangan :

  KK = Koefisien kontingensi X2 = Chi kuadrat

  N = Jumlah sampel

  22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 40

  23 Sutisno ha& M etodologi Research, jilid IH, penerbit Andi, Yogyakarta, 2000, him. 304

G. Sistematika penulisan

  Untuk mempermudah mengetahui isi dari skripsi ini, maka dalam penyusun skripsi ini disusunlah sistematika sebagai berikut: BABI : PENDAHULUAN

  Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II : LANDASAN TEORI Pada bagian ini menguraikan tentang sikap kemandirian berpikir siswa hubungannya dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, meliputi: A. Masalah sikap kemandirian berpikir.

  Masalah ini terdiri dari : pengertian sikap kemandirian berpikir, pembentukan sikap kemandirian berpikir, dan Tahapan-tahapan teijadinya proses berpikir.

  B. Masalah Prestasi Belajar P^didikan Agama Islam.

  1. Prestasi belajar, masalah ini terdiri dari : Pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, prinsip-prinsip belajar, teori-teori belajar, dan tujuan belajar.

  2. Pendidikan Agama Islam, masalah ini meliputi : Pengertian Pendidikan Agama Islam, Dasar-dasar

  Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, Tujuan, dan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

  C. Sikap kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar PAI.

  BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini menguraikan tentang lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, gambaran atau situasi umum MTs yang meliputi : Sejarah berdirinya, letak geografis, sarana dan prasarana, keadaan guru dan murid, struktur organiasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, penyajian data tentang sikap kemandirian berpikir dan data tentang hasil belajar.

  BAB IV : ANALISIS DATA Pada bab ini tiap-tiap aspek permasalahan dianalisa berdasarkan pada data-data yang ada. BAB V : PENUTUP Pada bab ini meliputi : kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

  BAB II LAND ASAN TEORI I. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA A. Pengertian Sikap Kemandirian Berpikir Siswa

1. Pengertian Sikap

  Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan adanya sikap, baik sikap positif maupun negatif. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap- sikap tertentu akan membawa seseorang cenderung untuk menerima atau menolak sesuatu objek dengan berdasarkan pada penilaian terhadap objek tersebut, apakah berguna bagi dirinya atau tidak. Apabila objek itu dinilai tidak baik bagi dirinya maka ia akan bersikap negatif dan sebaiknya apabila objek itu dinilai baik bagi dirinya maka ia akan bersifat positif. Demikian pula penilaian individu terhadap masalah belajar. Karena dengan belajar seseorang mendapatkan kebaikan atau keberuntungan, maka ia akan selalu melaksanakan tugas belajar dengan baik.

  Mengenai sikap, ada beberapa pendapat dari para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian sikap, antara lain :

  1. Menurut Bimo Walgito “Sikap yaitu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyerta manusia dengan perasaan-perasaan tertentu didalam menanggapi objek dan berbentuk atas dasar pengalaman- pengalaman”.1

  2. Menurut Way an Nurkancana, dkk “Sikap yaitu suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melaksanakan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa indvidu-individu maupun objek-objek tertentu”.2 3

  3. Menurut M. Husaini, dkk “Sikap yaitu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”/

  4. Menurut Fishbein “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelejari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel later yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati”.4

  Dari beberapa jenis devinisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa yang dinamakan sikap adalah kecenderungan dari seseorang atau individu

  1 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, 1980, him. 52

  2 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, him. 259

  

3 M. Husaini, dkk, Himpunan Istilah Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1984, him. 115

  4 Mohammad Ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, him. 141 baik dari lahir maupun batin untuk merespon stimulus atau rangsangan yang datang dari luar yaitu lingkungannya, terhadap hal-hal tertentu dia juga akan merespon dengan cara tertentu pula. Sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku.

  Sikap dapat membawa pengaruh penting atas diri seseorang, ia bisa berlaku baik sebagai akibat atau hasil dari sikap yang baik juga. Sikap bersifat pribadi dan dihubungkan dengan suara perasaa serta pengalaman-pengalaman seseorang, menampakkan diri dalam caranya, merasa seperti berfikir atau berbuat dalam segala situasi. Kaitannya antara sikap dengan belajar siswa adalah sikap siswa di dalam melaksanakan tugas sucinya yaitu belajar. Apakah sikap dari siswa itu siap belajar atau tidak.

  2. Pengertian Kemandirian Berpikir

  Kemandirian berpikir terdiri dari dua kata, yaitu kata kemandirian dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yaitu : a. Kemandirian

  Kemandirian adalah mampu berdiri sendiri, dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup ditengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang keindividualannya.^ 5

  5 Badudi JS., K am us B ahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57

  Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam berpikir.6 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar adalah spontanitas yang didasari kemandirian.

  Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun waktu yang sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim, misalnya melihat makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang berpusat pada masyarakat. Pandangan ini juga dikenal dengan pandangan konformistik. Dengan menggunakan sudut pandang ini, Durkheim berpendapat bahwa kemandirian merupakan elemen esensial ketiga dari moralitas yang bersumber pada kehidupan masyarakat.

  Dulkheim berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua factor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu:

  1. Disiplin, yaitu ada aturan bertindak dan otoritas, 2. Komitmen terhadap kelompok.

  Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh

6 Herman Holtein, Murid Belajar Mandiri, Remaja Karya CV, Bandung, 1986, him. 1

  pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik, pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi faktor pendukung utama kemandirian.

  b. Berpikir Pengertian berpikir telah banyak dikemukakan oleh para ahli, tetapi tidak jauh berbeda dalam memberikan batasan definisi, antara la in :

  1. WJS. Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “Berpikir adalah menggunakan akal, budi untuk mempertimbangkan sesuatu”.7

  2. Departemen Agama RI, memberikan definisi bahwa “Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.8

  Dari dua pengertian diatas dapat digabungkan bahwa yang dinamakan berpikir adalah suatu proses yang dinamis pada diri seseorang dengan daya atau kekuatan akal budinya dalam mempertimbangkan seseuatu hal atau perkara.

  Dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar mengajar sangat dipentingkan adanya pencurahan daya pikir, karena dalam proses belajar mengajar sangat membutuhkan pencurahan akal 7 WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996.

  him. 752 xDepartemen Agama RI, Psikologi Pendidikan; Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Biro Kepegawaian, Jakarta, 2004, him. 39 pikir untuk memikirkan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Hanya dengan akal pikiranlah manusia akan menjadi baik, dan dengan akal pikiran pulalah manusia menjadi tidak baik. Hal ini dikarenakan adanya keinginan atau dorongan dari masing-masing individu didalam memilih jalan hidupnya.

  Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf pikir paling tinggi dan paling sukar untuk mengetahui jenis latihan dan macam tugas yang dapat mendorong siswa melakukan keija pikir sampai taraf tertentu, menurut Ad Roijakers, pengajar perlu mengetahui macam- macam taraf berpikir yang ada, antara lain :

  1. Taraf Belaj ar Reseptif atau Menerima (Reception Learning) Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk yang telah jadi, pihak pendengar hanya tinggal menerima dan menyerap. Mereka tidak perlu melakukan keija pikir untuk mengertikannya. Pengajar tidak perlu merangsang terjadinya suatu proses dalam diri siswa.

  2. T araf Komprehensi Pengajar menyiapkan isi pelajaran, dan siswa harus membuat gambaran tentangnya. Dalam bahasa Inggris taraf ini disebut Concept Learning. Uraian isi pengertian yang diajarkan itu terbentuk dalam benak siswa.

  3. Taraf Aplikasi Pada taraf ini pengajar menuntut siswa melakukan sesuatu berdasarkan pengertian yang telah diajarkan. Mereka harus dapat merumuskannya sendiri, dan menyusun pandangan yang jelas.

  4. Taraf Analisa dan Sintesa Siswa dapat menerangkan kaitan-kaitan yang ada dalam hal yang diajarkan (sintesa). Siswa juga harus dapat membuat kombinasi unsur-unsurnya menjadi suatu kesatuan.

  5. Taraf Evaluasi Pada taraf ini siswa dipaksa berpikir sendiri secara kreatif untuk mencari pemechan masalah. Hal terpenting dalam taraf ini adalah timbulnya pengetahuan baru. Siswa harus dapat menghasilkan kreasi baru.9

  Orang yang berpikiran baik, ia akan cenderung untuk berbuat kebaikan. Sedangkan orang yang berpikiran buruk karena pikirannya telah terpengaruh dan terisi oleh sifat buruk. Bila kita kembalikan pada fitrah manusia, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Tanpa pikiran, manusia akan sama dengan binatang, bahkan akan lebih hina lagi jik a tidak bisa menggunakan pikirannya. Dengan akal pikiran itulah manusia bisa mengalami kemajuan yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lain. Dengan pikiran ini pula manusia bisa membangun kebudayaan dan 9 Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, T. Gramedia, Jakarta, 1993. him.

  111-115 peradaban. Karena itu manusia sangat menggantungkan pada cara berpikirnya.

  Jadi orang yang selalu berpikir baik, ia akan selalu bertanggungjawab atas segala diperbuatnya, artinya dia sudah memiliki sikap kemandirian atau kedewasaan. Sikap merupakan tujuan utama dari suatu proses pendidikan, baik dewasa jasmani maupun dewasa rohani.

  Sebagai kesimpulan bahwa yang dinamakan sudah dapat berpikir secara dewasa apabila ia telah mempunyai ciri-ciri sebagai b erik u t:

  a. Mempunyai rasa tanggungjawab

  b. Mampu berdiri sendiri

  c. Dapat mengambil keputusan sendiri

  d. Berani mengambil resiko

B. Pembentukan Sikap Kemandirian Berpikir

  Seseorang akan menampakkan sikapnya dikarenakan adanya pengaruh dari luar atau lingkungan. Manusia tidak dilahirkan dengan kelengkapan sikap, akan tetapi sikap-sikap itu lahir dan berkembang bersama dengan pengalaman yang diperolehnya. Jadi sikap bisa berkembang sebagaimana terjadi pada pola tingkah laku yang bersifat mental dan emosi lainnya, sebagai bentuk reaksi individu terhadap lingkungannya. Sikap kemandirian berpikir terbentuknya melalui bermacam-macam cara, antara lain : a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik).

  b. Melalui Imitasi Peniruan dapat teijadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. Individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap mode, disamping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal model yang hendak ditiru. Peniruan akan teijadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif dari pada perorangan.

  c. Melalui Sugesti Seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.

  d. Melalui Identifikas Disini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, identifikasi seperti siswa dengan guru.10

  10 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995. him. 189

  Dari uraian diatas jelaslah, bahwa aspek afektif pada diri siswa besar peranannya dalam pendidikan, oleh karena itu tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaakan pengetahuan menganai karakteriktik-karakteristik afaktif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

  Adapun beberapa metode kognitif dipergunakan untuk mengubah sikap kemandirian bepikir, antara lain :

  1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan.

  Caranya dengan memberi informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas.

  2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Cara ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak meraka senangi itu.

  3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku baru yang tidak konsisten denga sikap-sikap yang sudah ada.11 Sikap memberikan kemungkinan yang besar untuk suksesnya usaha seseorang sebagaimana gagalnya suatu kehidupan. Sikap merupakan kondisi intern dalam subyek yang berperan terhadap tindakan yang diambilnya, dan aspek yang paling penting adalah kerelaan untuk bertindak.

11 Ibid., him. 191

  Pembentukan sikap dan perasaan merupakan faktor non intelektual, khususnya berpengaruh terhadap semangat belajar. Dengan melalui perasaannya, siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan tertangkap dalam perasaan senang yaitu rasa puas, gembira, simpati dan sebagainya. Sedangkan penilaian yang negatif akan terungkap dalam perasaan tidak senang yaitu rasa segan, benci, rasa takut dan sebagainya.

  Penilaian yang agak spontan dan tanpa banyak refleksi, melalui perasaan ini dapat diperkuat dengan menemukan alasan-alasan rasional yang mendukung. Penilaian dan memainkan perasaan sebagai unsur atau aspek

  11 kognitif dalam penbentukan suatu sikap.

  C. Tahapan -tahapan terjadinya proses berpikir Pada pokoknya, proses berpikir itu teijadi melalui tiga tahap, yaitu:

  1. Membentuk pengertian dengan cara menganalisis ciri - ciri dari sejumlah objek yang sejenis, membandingkan ciri - ciri yang sama, lalu mengabstraksikan.

  2. Membentuk pendapat, yaitu dengan menghubungkan antara dua pengertian atau lebih yang sifatnya ada negative, affim atif atau modalitas kemungkinan - kemungkinan.

  3. Menarik kesimpulan atau membentuk keputusan. Ada tiga macam bentuk keputusan yaitu: 1

  2

  12 Ws. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta 1984, him. 31 a. Berpikir Induktif.

  Suatu proses dalam berpikir berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Mencari dulu sifat atau ciri tertentu dari sebuah fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa sifat dan ciri tersebut terdapat pada semua jenis fenomena tersebut.

  b. Berpikir Deduktif.

  Suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus.Bertolak dari suatu kesimpulan yang bersifat umum kemudian mencoba menerapkan kepada fenomena - fenomena khusus dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.

  c. Berpikir Analogi.

  Suatu proses berpikir dengan cara membandingkan atau mempersamakan fenomena - fenomena yang biasa atau pernah teralami. Prinsipnya adalah bahwa kebenaran dan fenomena yang dialami akan berlaku pula bagi fenomena yang akan dihadapi dikemudian hari.13 Selain tiga tahapan tersebut, Wallas juga mengemukakan empat tahapan proses berpikir kreatif, antara lain :

  1. Persiapan ( Preparation ) adalah tahap peletakan dasar.

  Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan informasi, data - data, dan bahan - bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. *

  2. Inkubasi ( Incubation )adalah tahap diterimanya proses pemecahan masalah dalam alam pra - sadar.

  Tahap ini berlangsung dalam waktu tak menentu, bisa lama dan bisa juga hanya sebentar. Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat lagi pada saat berakhirnya tahap pengeraman dan munculnya masa berikutnya.

  3. Iluminasi ( Illumination ) yaitu tahap munculnya aspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah.

  Dalam tahap ini muncul bentuk - bentuk cetusan spontan, ide atau gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru.

  4. Verifikasi ( Verification ) adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi kenyataan.14

  Dari tahapan - tahapan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa proses berpikir merupakan keaktifan jiw a manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Jadi manusia berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang dikehendaki.

II. PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar memiliki arti : hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). 13 Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli ad alah :

  Menurut WS. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental yang - berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas.1

  5 %

  16

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LKS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI I DI SMU NEGERI I RAMBIPUJI JEMBER TAHUN AJARAN 2000/2001

0 4 73

KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 SENDANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

3 3 6

BAB I PENDAHULUAN - KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 SENDANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

3 3 15

BAB V PEMBAHASAN - KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 SENDANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

2 2 26

PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BERPIKIR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS V SDN 125 PEKANBARU

0 1 6

PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 17 SURABAYA

0 1 12

UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SD ISLAM SE-KOTA SALATIGA

0 3 96

PENGARUH IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA ISLAM SUDIRMAN 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20062007

0 0 85

PERSEPSI SISWA MENGENAI PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SD NEGERI I KALIKOTES, KECAMATAN PITURUH, KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2006 - Test Repository

0 0 95

PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI

0 1 133