PENGARUH IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA ISLAM SUDIRMAN 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20062007

  

PENGARUH IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMA ISLAM SUDIRMAN 2 BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

  

S K R I P S I

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam

  

Dalam Ilmu Tarbiyah

  Winarno. S. Si.. M. Pd.

  Dosen STAIN Saiaiiga JL Stadion No. 03 Salatiga » (0298) 323706, 323444 Kode Pos 50712

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar H a S : Naskah Skripsi Yth.

  Asiyah Sdri.

  K e p a d a Yth. K e t u a STAIN Salatiga di - T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari: N a m a : ASIYAH N IM : 1 1 1 0 1 0 7 4

  

Jurusan/Program : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

J u d u l : PENGARUH

  IMPLEMENTASI ACTIVE DALAM LEARNING PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM DI SMA ISLAM SUDIRMAN 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2006/2007 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

  JL Stadion No. 03 Salatiga 9 (0298) 23433, 23706 Kode Pos 57021

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara : ASIY AH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 01 074 yang

berjudul : ’’PENG ARUH IM PLEM ENTA SI A C T IV E LE A R N IN G DALAM

PEM BELAJA R AN PENDIDIKAN AGAM A ISLAM TER H A D A P PR ESTASI

B E LA JA R PENDIDIK AN DI SM A ISLAM SUD IRM AN 2 BO Y O LALI Telah

dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari : Rabu tanggal 10 Safar 1428 H, yang

bertepatan dengan tanggal : 28 Pebruari 2007 M, dan telah diterima sebagai bagian

dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar SA R JA N A dalam Ilmu Tarbiyah.

  10 S a f a r 1428 H Salatiga, -------------------------------------

  28 Pebruari 2007 M

Panitia Ujian

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk

  • kapak dan Ibu tercinta

  Suamiku tersayang

  • Anakku tercinta
  • Sahabat-sahabat setia

  Pembaca yang budiman

  

M O T T O

Hari esok harus lebih baik dari hari ini.

  

Belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar diwaktu tua bagai

mengukir di atas air.

  

K A T A P E N G A N T A R

^jLuuVi (sic. ^Ii]b ^Ic. Jli^xLaJl

i K ^ l j j ^ U V a l o i A a ^ j j 4il(_rlc. ^^ic. ^LuJl S^iL-all Puji dan syukur hanya kami panjatkan kepada A llah SW T yang telah

  

berkenan m elimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

m enyelesaikan tugas skripsi ini. Sholawat serta salam tetap pada diri nabi

Muhammad SAW , dan para pengikutnya yang taat dan patuh menjalankan ajarannya

serta meninggalkan larangannya.

  Skripsi ini disusun untuk m em enuhi syarat-syarat guna m em peroleh gelar Saijana Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agam a Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini tentu saja penulis banyak mem peroleh

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

k ep a d a :

  1. Bapak Drs. Imam Sutom o, M .A g. selaku ketua STAIN Salatiga, yang telah

memberikan bimbingan pada penulis selam a belajar di Fakultas Tarbiyah.

  2. Bapak Fatchurrohman M . A g. selaku Ketua Program Studi jurusan Pendidikan

Agam a Islam, yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

vi

  3. Bapak Winamo, S. Si, M. Pd. selaku pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Setyo Sutrisno selaku kepala SMA Islam Sudirman 2 Boyolali, serta guru dan karyawan yang telah memberikan izin dan informasi sehingga sangat membantu dalam penulisan dan pelaksanaan penelitian.

  5. Ayah dan Ibu yang telah memberikan asuhan dan bantuan material dan spiritual, serta segenap keluarga yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menuntut ilmu hingga selesai menulis skripsi ini.

  6. Sahabat seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan sumbangan pikiran hingga terselesainya dalam menyusun skripsi.

  Akhir kata penulis berdoa semoga amal baik Bapak, Ibu serta saudara sekalian mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat dikembangkan dan diamalkan untuk masyarakat, negara dan agama. Amiin yarobbal ‘alamiin.

  Salatiga, 2007 Penulis

  

vii

  

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  1. Gambar 1 tentang Struktur Organisasi SMA Islam Sudirman 2 Boyolali........48

  2. Gambar 2 tentang Denah Ruang SMA Islam Sudirman 2 Boyolali..................50

  DAFTAR GAMBAR

  

D A F T A R

  ISI

   DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR BABI. PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

   BABU. LANDASAN TEORI

  A. Implementasi Active Learning

  12

  

  

  

  4. Sepuluh Metode Untuk Mendapatkan Partisipan/ K apanpun....................................................................................................1 7

  

  6. Bagaimana Membantu Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap

  

  

  

  

  

  

  G. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

  

  

  

  

  

  BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA

  B A B I P E N D A H U L U A N

  Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru adalah dengan menerapkan pendekatan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif).

  Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Cara Belajar Siswa Aktif merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Fenomena adanya cara belajar siswa aktif, perlu digunakan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi belajar siswa.

  Cara belajar siswa aktif perlu dikembangkan, karena cara belajar siswa aktif secara faktual dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa. Merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat konservatif guru pada umumnya.

  Semua metode dalam proses belajar mengajar dapat mengaktifkan siswa. Bagaimanapun, cara belajar “ duduk - dengar - catat - hafal = DDCH “ tetap mengandung keaktifan siswa. Cara belajar siswa aktif menuntut keaktifan

  1 siswa dalam kadar yang lebih besar, kalau mungkin sampai 100 %. Untuk itu perlu adanya penataan bahan, pelaksanaan proses belajar mengajar, alat evaluasi dan sebagainya, inklusif terhadap penyusunan satuan pelajaran dan yang lebih jauh lagi terhadap organisasi kurikulum.

  Mulai tahun pelajaran 2004 / 2005 SMA Islam Sudirman 2 Boyolali sudah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ). Kurikulum 2004 ini berarti active learning telah diterapkan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, yang berarti pula bahwa sebelum tahun pelajaran itu active learning belum dijalankan atau dengan kurikulum 94. Kurikulum 94 tersebut siswa belum diaktifkan, sehingga dalam proses belajar mengajar berpusat pada guru, bukan pada siswa.

  Perubahan kurikulum tersebut diharapkan siswa akan lebih aktif dan siswa setelah lulus akan memiliki keterampilan khusus yang diperoleh dari SMA Islam Sudirman 2 Boyolali, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup

  

( life skill ). Active learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

diharapkan ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

  Melihat latar belakang tersebut di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali dengan judul :

  

“ P e n g a r u h Im p le m e n ta si A c tiv e L e a rn in g d a la m P em b ela ja ra n

P en d id ik a n A g a m a Isla m te r h a d a p P r e sta s i B e la ja r P en d id ik a n A g a m a

Isla m di S M A Isla m S u d ir m a n 2 B o y o la li T a h u n P ela ja r a n 2 0 0 6 /2 0 0 7 “ .

  2 B. Penegasan Judul Pada uraian selanjutnya penulis akan mencoba menjelaskan apa sebenarnya maksud judul tersebut, adapun judul tersebut dapat diuraikan menurut kalimat-kalimat yang ada pada ju d u l: a. Implementasi.

  Yaitu penerapan dalam strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan materi yang diajarkan saat itu, dalam kegiatan belajar mengajar tidak ada metode yang terbaik, artinya seorang pendidik harus memilih metode dan strategi yang sesuai dengan kemampuan anak didik SMA Islam Sudirman 2 Boyolali.1

b. Active Learning

  Yaitu sesuatu kegiatan belajar mengajar yang menitikberatkan pada keaktifan siswa. Siswa berpedoman istilah sebagai berikut : apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya tahu dan apa yang saya kerjakan aya memahami dengan baik. Agar belajar efektif guru harus menggunakan gaya belajar yang digunakan dalam active learning yaitu diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat dalam kelas, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus.

  W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 1012

  3 c. Prestasi Belajar.

  Yaitu sesuatu yang telah dicapai dalam proses belajar mengajar sehingga menimbulkan kelakuan baru atau dapat merubah kelakuan lama sehingga lebih mampu menghadapi situasi dalam hidupnya sesuai dengan kemampuan siswa di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali. 2 d. Pendidikan Agama Islam

  Yaitu suatu usaha yang disengaja untuk membimbing anak didik agar menjadi muslim yang sejati, beramal sholeh, berakhlaq mulia dan berguna bagi masyarakat, agama dan negara sesuai dengan Pendidikan Agama Islam atau sesuai dengan bidang studi yang diajarkan di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali

  C. Perumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang penulis ajukan dalam hal ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana implementasi active learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali ?

  2. Apakah terdapat pengaruh implementasi dalam

  active learning

  pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa ?

2 Ibid, him 1978

  

4 D. Tujuan Penelitian Agar dapat memberikan gambaran konkret serta arah yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai, y aitu :

a. Untuk mengetahui implementasi active learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali.

  b. Untuk mengetahui pengaruh implementasi active learning pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa di SMA Islam Sudirman 2 Boyolali.

  E. Hipotesis Hipotesis adalah “ Suatu kesimpulan yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul ”.3

Dengan demikian pentinglah kiranya jika penulis mengajukan hipotesis, yaitu : “ Ada pengaruh positif Implementasi Active Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar “.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang akan dipergunakan dalam memecahkan masalah tersebut, harus diperlukan perencanaan yang matang dan prosedur yang tepat.

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, him. 67.

  

5

  2. Langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

  a. Populasi dan Sampel Populasi adalah “ Keseluruhan subjek penelitian Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa SMA Islam Sudirman 2 Boyolali, yang jumlahnya 222 orang. Sampel diambil 30 % dari jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian, yakni sebanyak 60 orang dengan teknik sampel random sampling ( acak).

  b. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

  1) Teknik Tes Tes adalah “ Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

  4 tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.

  Tes digunakan untuk menggali data tentang prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA Islam Sudirman 2 Boyolali. 2) Teknik Dokumentasi

  Dokumentasi berasal dari kata dokumen yaitu mencari data mengenai hal - hal / variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, leger dan sebagainya. Hal ini penulis menggunakan dokumen yang berupa daftar nilai atau leger mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. ? 4

4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., him. 115

  

6

  3) Teknik Observasi Observasi adalah “ Pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki ” 5. Pelaksanaannya penulis mengadakan observasi / pengamatan langsung pada saat proses belajar mengajar di kelas, terkait dengan implementasi active

  learning.

  4) Teknik Interview Menurut Sutrisno Hadi, Interview adalah “ Suatu proses tanya jawab lisan pada dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat pada yang lain, dan dapat mendengar percakapan diantara mereka dengan telinga mereka sendiri “.6

  Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam dan kepada siswa, tentang bagaimana proses pengajaran yang menggunakan active learning.

  c. Teknik Analisis Usaha mendapatkan data yang akan digunakan untuk memberikan kesimpulan tentang penelitian ini diperlukan data yang benar dan selanjutnya dianalisis yang nantinya akan dihasilkan suatu keputusan.

  Data yang penulis kumpulkan adalah berbentuk angka ( kuantitatif ), dalam menganalisis data tersebut digunakan metode statistik.

  5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981, him 136.

  6 Bimo W algito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yasbit Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981, him. 54

  

7 Tahap-tahap analisis data yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:

  a. Untuk mengetahui implementasi active learning pembelajaran pendidikan agama Islam diadakan perhitungan rata-rata dari hasil belajar siswa SMA Islam Sudirman 2 Boyolali, dengan rumus :

  M = fx N

  Keterangan M : Mean fx : Jumlah nilai atau angka-angka yang sudah dikalikan dengan frekuensi masing-masing

  N : Jumlah Individu

  b. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pembahasan data tentang prestasi belajar maka harus melihat hasil tes yang telah dijawab oleh siswa ( sebagai subjek penelitian ). Tes- tes tersebut telah penulis susun yang berhubungan dengan prestasi belajar, kemudian untuk menghitung hasil tes yang telah dijawab oleh siswa, maka perlu diadakan ketentuan agar dalam memberikan nilai hasilnya akan lebih meyakinkan dan lebih terarah.

  Ketentuan itu adalah :

  8 Nilai s* Kualitatif

  Nilai Kuantitatif

  Niali Kualitatif

  Nilai Kuantitatif

  Istimewa

  10 Hampir cukup

  5 Baik sekali

  9 Kurang

  4 Baik

  8 Kurang sekali

  3 Lebih dari cukup

  7 Buruk

  2 Cukup

  6 Buruk sekali

  1 Ketentuan tersebut dasarnya yaitu acuan norma, asumsinya bahwa kemampuan orang berbeda, tes harus membedakan orang, keterangan tersebut di atas, digunakan untuk membatasi hasil tes 1. Semua hasil skor tabulasi dijumlahkan dari setiap kelompok prestasi belajar, sehingga akan kita dapatkan hasil perhitungan yang menunjukkan nilai rata-rata. Hasil tersebut kita identifikasikan pada variabel terikat ( y ). Setelah data terkumpul, maka perlu disusun sebagai data yang teratur, karena hal ini akan memudahkan dalam pengolahan. Adapun pengolahan data tersebut dapat dihitung setelah variabel-variabel tersebut diketahui dengan jelas.

7 Slamet Trihatanto, Penilaian Berbasis Kompetensi, LPMP, Semarang, 2004, him. 2

  

9

  Implementasi active learning belajar Pendidikan Agama Islam adalah sebagai variabel bebas ( x ), sedangkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam sebagai variabel terikat ( y ). Kemudian dimasukkan dalam rumus “

  

U ji B e d a M ea n ( t - t e s t ) “

  Keterangan: Xi = Mean kelompok pertama

  X

  2 = Mean kelompok kedua

  SD

  1 2 = Standard Deviasi kelompok pertama

2 SD = Standard Deviasi kelompok kedua

  nj = Jumlah subjek kelompok pertama n

  2 = Jumlah subjek kelompok kedua

  Penulis memasukkan data-data pada rumus tersebut di atas maka akan kita dapati angka-angka yang menunjukkan apakah ada pengaruh atau tidak ada.

8 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., him. 435

  

10 G. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini ditulis dalam lima bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN : Berisikan tentang latar belakang masalah, penegasan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  v /

  BAB II LANDASAN TEORI : Berisikan tentang masalah implementasi active y pengertian Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan

  learning,

  Agama Islam, metode pengajaran Agama Islam , evaluasi Pendidikan Agama Islam, pedoman umum untuk belajar dan beberapa metode belajar aktif (101 Bagaimana mengaktifkan siswa dalam belajar ).

  Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam.

  BAB IH LAPORAN HASIL PENELITIAN : Berisikan tentang gambaran umum SMA Islam Sudirman 2 Boyolali dan Hasil Penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN : Berisikan tentang Analisis Data meliputi Implemetitasi active learning Pendidikan Agama Islam, Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, Pengaruh Implementasi active

  learning Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

  BAB V PENUTUP : Berisikan tentang kesimpulan, saran, dan kata penutup.

  11

  

B A B II

L A N D A S A N T E O R I

  A. Implementasi Active Learning merupakan suatu proses belajar mengajar yang aktif

  Active Learning

  dan dinamis, dalam proses ini peserta didik mengalami “ Keterlibatan intelektual- emosional disamping keterlibatan fisiknya. Jadi dipandang dari segi peserta didik, maka Active Learnig adalah suatu proses kegiatan yang dilakukannya dalam belajar. Dipandang dari sudut guru atau fasilitator, strategi belajar yang direncanakan sedemikian rupa sehingga proses belajar-mengajar yang dilaksanakan menuntut atktivitas dari peserta didik yang dilakukannya secara aktif. Dengan demikian maka proses belajar mengajar dimana peserta didik terlibat secara intelektual emosional dapat direncanakan guru dalam suatu sistem instruksional yang efektif dan efisien, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik \

  Proses belajar mengajar yang lebih memberikan tekanan kepada kegiatan peserta didik sering dikenal dengan “ Pengajaran yang berpusat pada peserta didik “. Sistem pengajaran ini peranan dan partisipasi yang tinggi dari peserta didik sangat ditonjolkan. Sebagai lawan dari sistem pengajaran ini, yaitu yang memberikan peranan dan aktifitas yang besar kepada guru. Di sini guru yang aktif mengambil inisiatif menetapkan dan mengeijakan segala sesuatunya, siswa hanya tinggal duduk dan mendengarkan wejangan guru. Sistem seperti ini disebut “ Pengajaran yang berpusat pada guru “. Gaya mengajar ini telah melupakan bahwa peserta didik bukanlah sekedar benda mati yang tidak akan memberi reaksi bila diberi rangsangan. Penganut sistem ini mengingkari bahwa

1 Drs. Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, him. 9

  

12 peserta didik merupakan makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dasar dan potensi yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.

  Gaya mengajar yang disebutkan di atas sangatlah bertentangan, yang satu memusatkan perhatian kepada pemberian peranan dan partisipasi aktif untuk peserta didik, sedangkan yang lainnya memberikan peranan dan kegiatan serta

inisiatif yang lebih besar pada guru dalam proses belajar mengajar. Dari uraian di

atas, maka gaya mengajar yang menempatkan peserta didik sebagai titik pusat kegiatan belajar mengajar akan dapat menghasilkan suatu proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

1. Memperkenalkan belajar aktif.

  Lebih dari 2400 tahun silam, Konfiisius menyatakan Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat Yang saya kerjakan, saya pahami

  Tiga pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif. Saya telah memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Konfiisius itu menjadi apa yang saya paham belajar aktif.

  Yang saya dengar, saya lupa Yartg saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan dan diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuna dan keterampilan.

  2 Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

  Ada sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada

kaitannya dengan tingkat kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan

2 Malwin L Sibennan, Active Learning, Nusa Media, Bandung, 2001, him. 15

  

13 pendengaran siswa. Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit. Tetapi, berapa banyak kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per menitnya? Ini tentunya juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya, jika siswa benar-benar berkonsetrasi mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50 hingga 100 kata per menit atau setengah dari apa yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Akan sulit menyimak guru yang bicaranya nerocos. Besar kemungkinan, siswa tidak bisa konsentrasi karena sekalipun materinya menarik, berkonsentrasi dalam waktu yang lama memang bukan perkara mudah. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu mengdengarkan ( tanpa memikirkan ) dengan kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Mendengarkan dalam waktu berkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara terlalu lambat, siswa cenderung menjadi jenuh dan pikiran mereka mengembara entah kemana.

  Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam perkuliahan bergaya caramah. Mahasiswa kurang menaruh perhatian selama 40 % dari seluruh waktu kuliah. Mahasiswa dapat mengingat 70 % dalam 10 menit pertama kuliah, sedangkan dari sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20 % materi kuliah.

  Dua figur terkenal dalam gerakan pendidikan kooperatif, David dan Roger Johnson, bersama Karl Smith, mengemukakan beberapa persoalan berkenaan dengan perkuliahan yang berkepanjangan yaitu perhatian mahasiswa menurun seiring berlalunya waktu, cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori, cara ini cenderung mengakibatkan kurangnya proses belajar tentang informasi faktual, cara ini mengasumsikan bahwa mahasiswa memerlukan informasi yang sama dengan langkah penyampaian yang sama pula,

  3

  mahasiswa cenderung tidak menyukainya. 3

3 Ibid., him. 17

  

14

  2. Gaya Belajar Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka menyukai penyampaian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru.

  Selama pelajaran, biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Peserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori. Yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikeijakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Peserta didik kinestifik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsif, semau gue, dan kurang sabaran.

  Selama pelajaran, mereka mungkin gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.

  Kalangan pendidik juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan kolegannya ( 1993 ) telah menerapkan indicator tipe Myer-Briggs ( MBT1 ) pada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan dunia usaha masa kini. Instrumen ini sangat berguna untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar 4. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, persentase itu bertambah tiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman

4 Ibid, him 21

  

15 langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian menerapkannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sekolah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif daripada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu. Semua ini dapat disimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus menggunakan yang berikut ini : diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroder menekankan bahwa siswa masa kini “ Bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama

  3. Sisi Sosial Proses Belajar Abraham Maslow mengajarkan kepada kita bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan/kebutuhan yang satu berupaya untuk tumbuh dan yang satu condong kepada keamanan. Orang yang dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memilih keamanan ketimbang pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman lurus aman dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru. Pertumbunan berjalan dengan langkah-langkah kecil. Menurut Maslow “ Tiap-tiap langkah maju hanya dimungkinkan bila ada rasa aman, ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju yang belum diketahui ”. 5

  Jerome Brunes membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasifikasinya, Toward a Theory o f Instruction. Dia menjelaskan tentang “Kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama dengan mereka guna mencapai tujuan Hal ini ia sebut resiprositas (hubungan timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan

5 Ibid, him. 24

  

16 sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulasi kegiatan belajar. Dia menulis sebagai berikut : “ Dimana dibutuhkan tindakan bersama, dan dimana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, di situlah terhadap proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran, membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok. 6

  Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

  Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.

  4. Sepuluh metode untuk mendapatkan partisipan/kapanpun Kegiatan belajar aktif tidak dapat belangsung tanpa partisipasi siswa.

  Ada bermacam cara untuk menyusun diskusi dan mendapatkan respon dari siswa pada saat kepan saja selama pelajaran sebagian sangat cocok bila waktunya terbatas / ketika siswa perlu dorongan supaya berpartisipasi. Metode-metode itu antara lain: diskusi terbuka, kartu jawaban, jejak pendapat, diskusi sub kelompok,

6 W . Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta, 2002, htm. 74

  

17 mitra belajar, penyemangat, diskusi panel, ruang terbuka, permainan, memanggil pembicara selanjutnya.7 a. Diskusi Terbuka

  Ajukan pertanyaan dan lemparkan kepada seluruh kelompok tanpa melakukan pengaturan lebih lanjut. Diskusi terbuka yang sifatnya langsung sangatlah menarik.

  b. Kartu Jawaban Bagikan Kartu indeks dan mintakan jawaban atas pertanyaan anda tanpa menyertakan nama. Gunakan kartu jawaban utnuk menghemat waktu / untuk melindungi privasi dari jawaban yang bisa menyinggung perasaan.

  c. Jejak Pendapat Susunlah sebuah survei singkat yang diisi dan dihitung hasilnya di tempat itu juga, lakukan pemungutan suara secara lisan. Gunakan pemungutan suara untuk mendapatkan data secara cepat dan dalam bentuk yang bisa dihitung.

  d. Diskusi Sub kelompok Gunakan diskusi sub kelompok bila anda memiliki cukup waktu untuk memproses pertanyaan dan soal. Ini merupakan salah satu metode utama untuk mendapat partisispasi dari seluruh siswa.

  e. Mitra Belajar Perintahkan siswa untuk mengeijakan tugas / mendiskusikan pertanyaan utama dengan siswa yang duduk di sebelahnya. Gunakan mitra belajar bila

  ______ anda ingin melibatkan semua siswa namun tidak memiliki cukup waktu untuk

7 Op. Cit., him. 3 8 - 4 2

  

18 melaksanakan diskusi kelompok kecil. Sebuah pasangan merupakan konfigurasi kelompok yang baik untuk membangun hubungan saling mendukung dan untuk melaksanakan aktivitas kompleks yang tidak cocok dengan konfigurasi kelompok besar.

  f. Penyemangat Datangi semua kelompok dan mutasi jawaban singkat atas pertanyaan utama.

  Gunakan kalimat penyemangat bila anda menginginkan sesuatu secara cepat dari siswa.

  g. Diskusi Panel Perintahkan sejumlah kecil siswa untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas. Sebuah Panel informal dapat dibentuk dengan meminta pendapat dari sejumlah siswa yang sudah ditentukan, yang masih berada di tempat duduk masing-masing. Gunakan panel bila waktunya mencukupi untuk mendapatkan jawaban yang lebih serius dan terfokus terhadap pertanyaan anda.

  h. Ruang Terbuka Perintahkan sebagian siswa untuk membentuk lingkaran diskusi, dan perintahkan sebagian lain untuk membentuk lingkaran pendengar di sekeliling mereka. Gunakan formasi ruang terbuka untuk membantu pemfokusan pada diskusi kelompok besar. Metode ini merupakan metode terbaik untuk mengkombinasikan keunggulan dari diskusi kelompok besar dan kecil.

  19 i. Permainan Gunakan latihan yang menyenangkan / permainan kuis untuk memancing pendapat, pengetahuan / keterampilan siswa. Permainan juga sangat membantu memunculkan suasana dramatis yang kelak akan terus diingat oleh siswa. j. Memanggil Pembicara Selanjutnya Perintahkan siswa untuk tunjuk jari ketika mereka ingin berbagi pendapat.

  Gunakan teknik ini bila yakin ada minat yang cukup besar terhadap diskusi atau aktivitas belajar, dan ingin meningkatkan interaksi siswa.

  5. Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal Memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan siswa akan melekat.

  Susunlah aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih mengenal satu sama lain merasa lebih leluasa ikut berfikir, dan memperlihatkan minat terhadap pelajaran. Kegiatan belajar aktif ada 3 tujuan penting yang harus dicapai, yaitu :

  a. Pembentukan tim : membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan menciptakan semangat keijasama dan interpendensi.

  b. Penilaian sederhana : pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.

  8 c. Keterlibatan belajar langsung : ciptakan minat awal terhadap pelajaran.

  Ketiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan kemauan mereka untuk 8

8 Op. Cit., him. 26

  

20 ambil bagian dalam kegiatan belajar aktif, dan menciptakan norma kelas yang positif. Tujuan di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Strategi Pembentukan Tim

  1) Bertukar Tempat Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal, berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan masalah baru. Ini merupakan cara yang luar biasa bagus untuk meningkatkan keterbukaan diri/menukar pendapat secara aktif.

  2) Siapa saja yang ada di kelas Aktivitas ini merupakan perburuan/pencarian teman sekelas, bukannya pencarian benda. Perburuan ini bisa dirancang dalam sejumlah cara dan untuk ukuran kelas apapun. Cara ini membantu terbentuknya semangat tim dan memungkinkan adanya gerakan fisik sejak awal pelajaran.

  3) Menyusun Aturan Dasar Kelas Ini merupakan metode jajak pendapat yang memungkinkan siswa untuk menetapkan aturan bagi perilaku mereka sendiri. Bila siswa merupakan bagian dari proses pembentukan tim ini, mereka lebih cenderung mendukung norma atau aturan yang mereka tetapkan. 9 b. Strategi Penilaian Sederhana

  1) Pertanyaan Penilaian Ini merupakan cara menarik untuk menilai kelas anda secara langsung dan pada saat bersamaan, melibatkan siswa dari awal untuk mengenal satu sama lain dan bekerja sama. 2) Penilaian Instan

  Merupakan strategi yang menyenangkan dan tidak mengancam untuk mengetahui siswa, anda bisa menggunakannya untuk menilai “ Secara Instan “ latar belakang, pengalaman, sikap, harapan dan kepedulian siswa.

9 Departemen Agam a RI, Kendali Mutu Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 2001, him. 42

  

21

  3) Sampel Perwakilan Adakalanya jumlah siswa dalam kelas sedemikian banyaknya dan mustahil untuk segera memahami siapa saja mereka. Prosedur ini memungikinkan anda untuk menarik sampel perwakilan siswa dari seluruh kelas dan mengetahuinya dengan mewawancarai mereka di depan kelas, c. Strategi Perlibatan Belajar Langsung

  1) Berbagi Pengetahuan Secara Aktif Merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa pada materi pelajaran yang anda ajarkan. Anda juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan pembentukan kegiatan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dan dengan materi pelajaran apapun.

  2) Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang Merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian teman sekelas mereka. Pertukaran pendapat ini bisa dengan mudah diarahkan kepada materi yang akan diajarkan di kelas. 3) Menyemarakkan Suasana Belajar

  Sebuah kelas bisa dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat siswa berhumor, namun juga berpikir. i0

10 Ibid, him. 104

  

22

  6. Bagaimana Membantu Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Secara Aktif.

  Pendidikan disegala jenjang pada umunya dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran pengetahuan (kognitif) mencakup pemerolehan informasi dan konsep. Pembelajaran ini tidak hanya berkenaan dengan pemahaman bahan ajar, namun juga dengan analisis dan penerapan pada situasi baru. Pembelajaran perilaku (keterampilan) mencakup pengembangan kompetensi dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran afektif (sikap) mencakup pengkajian dan penjelasan tentang perasaan dan prefensi. Siswa dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan pribadi mereka terhadap materi pelajaran.11

  Pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan/proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Dapat dikatakan, mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka/ pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Mereka mengupayakan pemecahan atas permasalahan yang diajukan oleh guru. Mereka tertarik untuk mendapatkan informasi/menguasai keterampilan guna menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Dan mereka dihadapkan pada persoalan yang membuat mereka tergerak untuk mengkaji apa yang mereka nilai dan yakini. Semua ini teijadi bila siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak

11 Op. Cit., him. 50

  

23 mereka untuk berpikir, bekerja, dan merasa U. Strategi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Belajar dalam Satu Kelas Penuh

  Bagian ini membahas cara-cara untuk menjadikan pengajaran yang dibimbing oleh guru lebih interaktif. Anda akan menjumpai strategi-strategi untuk menyajikan informasi dan gagasan yang melibatkan siswa secara mental.

  b. Menstimulasi Diskusi Menggali cara-cara untuk mengintensifkan dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama dalam materi yang dipelajari.

  c. Pengajuan Pertanyaan Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa yang telah dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar.

  d. Belajar Bersama Membahas cara-cara untuk merancang tugas belajar yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompok kecil.

  e. Pengajaran Sesama Siswa Membahas cara-cara yang memungkinkan siswa untuk mengajar satu sama lain. 1

  2

12 Op. Cit., him. 72

  

24

f. Belajar Secara Mandiri

  Membahas aktivitas balajar yang dilakukan siswa secara individual dan pribadi.

  g. Pembelajaran Afektif Membahas tentang siswa dalam memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.

  h. Pengembangan Keterampilan Membahas tentang keterampilan mempelajari dan mempratikkan baik teknis maupun nonteknis. 13

  7. Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester atau bidang studi. Mereka beranggapan bahwa pada saat-saat akhir mereka dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topik dan materi yang masih dalam agenda mereka. Makna dari “ Menyelesaikan “ mata pelajaran masih perlu dipertanyakan, karena ada kalanya guru hanya sekedar menyelesaikan materi yang masih tersisa. Mamaksakan diri mengajar hingga batas akhir sering kali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada terlewatkan atau ada yang masih belum jelas. Sebaliknya, bila kegiatan bersifat aktif, ada peluang untuk terjadinya peluang pemahaman. Bila kita menyediakan waktu untuk memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada peluang untuk terjadinya pengingatan.14

  Pembelajaran akan dapat dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingat­ kan dan memberikan sentuhan akhir yang menyentuh perasaan. Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata pelajaran yang bermakna dan tak terlupakan.

  13 Husni Rahim, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 2001, him. 1 3 1 - 1 3 2

  14 Ibid, him. 72

  

25 a. Strategi Peninjauan Kembali Membahas cara-cara untuk membantu siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan, kemampuan mereka yang sekarang.

  b. Penilaian Sendiri Membahas cara-cara untuk membantu siswa menilai apa yang sekarang mereka ketahui, kerjakan, dan sikap apa yang sekarang mereka pegang.

  c. Perencanaan Masa Depan Membahas cara-cara untuk membantu siswa mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan dalam rangka menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari.

  d. Ucapan Perpisahan Membahas cara-cara untuk membantu siswa mengenang pengalaman mereka bersama-sama dan mengungkapkan apresiasi mereka.