ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus Pada BMT Surya Asa Artha Pada Tahun 2015-2016) NASKAH PUBLIKASI - ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPA

  

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA

KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN

SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL

(

  

Studi Kasus Pada BMT Surya Asa Artha Pada Tahun 2015-2016)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

  

Putri Wahyuni

13061080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

  

201

  

ABSTRAK

  Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi kasus BMT

  Surya Asa Artha Pada Tahun 2015-2016) Oleh:

  Putri Wahyuni Program Studi Akuntansi

  Universitas Mercu Buana Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penilaian kesehatan pada tahun 2015-2016 di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dengan menggunakan metode CAMEL. Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis kuantitatif dilaksanakan dengan mencari rasio yang didapat oleh masing-masing faktor, kemudian dilakukan penelitian sesuai dengan bobot komponen sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

  Analisis rasionya terdiri dari analisis Permodalan yang dihitung menggunakan rasio CAR, Aset yang dihitung menggunakan rasio KAP dan PPAP, Manajemen yang dihitung menggunakan rasio NPM, Rentabilitas yang dihitung menggunakan rasio ROA dan BOPO dan Likuiditas yang dihitung menggunakan rasio Cash ratio dan LDR. Hasil dari penelitian ini pada tahun 2015 nilai kredit dari perhitungan CAMEL mendapatkan nilai 74,86 dan pada tahun 2016 nilai kredit dari perhitungan CAMEL mendapatkan nilai 75. Sehingga dapat disimpulkan CUKUP SEHAT karena diantara range angka 66-<81.

  Kata Kunci : CAMEL, Analisis Tingkat Kesehatan, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, Permodalan, Aset, Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas

A. Latar Belakang Masalah

  Perkembangan perbankan syariah ini telah mendorong munculnya industri keuangan syariah lainnya yang turut memberikan kiprah dan layanan pada masyarakat, seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Kemunculan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) menjadi menarik perhatian dari sekian perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

  Saat ini, perkembangan bank syariah berkembang pesat. Salah satu lembaga keuangan syariah adalah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi semua nasabah, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas BMT. Dan dalam menghadapi perkembangan ekonomi nasional dan global maka dari itu dibutuhkan koperasi yang sehat dan mandiri.

  Peran BMT di Indonesia sangat penting yaitu sebagai perantara (mediator) antara masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan dana, terutama untuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil. Pesatnya perkembangan lembaga keuangan mikro seperti BMT menunjukkan bahwa keberadaan lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Agar BMT dapat terus berperan dalam pengembangan ekonomi kerakyatan dibutuhkan pengelolaan dan kinerja yang sehat.

  Pesatnya perkembangan BMT tidak berarti bahwa lembaga ini terbebas dari serentetan masalah yang menjadi risiko. Beberapa BMT terpaksa harus gulung tikar, bangkrut, tidak beroperasi, dan bahkan harus berhadapan dengan persoalan hukum karena mis-management. Faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan BMT, yaitu kurangnya persiapan SDM (pengelola) baik pengetahuan maupun keterampilan dalam mengelola BMT terutama dalam pengguliran pembiayaan. Contoh: banyaknya pembiayaan yang tidak tertagih.

  Salah satu unsur yang penting adalah unsur kinerja dan kesehatannya, karena dengan mengetahui unsur tersebut kita dapat menilai serta membandingkan kualitas suatu bank terhadap bank yang lain. Unsur tersebut penting untuk diketahui oleh para nasabah yang menanamkan dananya pada bank tertentu. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan Laporan Keuangan terutama dalam melihat pertumbuhan laba dari tahun ke tahun.

  Hal yang strategis dalam rangka memperbaiki kualitas kinerja BMT adalah kemampuan mengetahui sedini mungkin tentang permasalahan yang akan dan sedang dihadapi oleh BMT dengan melakukan evaluasi atau penilaian tingkat kesehatan BMT. BMT yang kurang sehat menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dalam pengelolaannya dan apabila tidak segera diantisipasi BMT yang kurang sehat akan mengalami banyak kesulitan dalam mekanisme operasionalnya sebelum akhirnya terpuruk dan mengalami kerugian, untuk mengukur tingkat kesehatan BMT digunakan hasil laporan keuangan berupa neraca atau laporan rugi laba, dengan demikian dapat dilakukan suatu prediksi BMT di masa yang akan datang.

  Untuk itu, penilaian kesehatan perlu dilakukan pada tiap akhir periode tertentu, dan ini merupakan salah satu tindakan penting yang harus dilakukan oleh BMT guna mengetahui prestasi dan keuntungan yang dicapainya melalui indikator-indikator pengukuran tingkat kesehatan keuangan dengan harapan BMT beroperasi secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

  Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan BMT yaitu penilaian rasio kesehatan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) yang dikenal dengan istilah rasio CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity). Kelima aspek tersebut adalah modal, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

  Rasio-rasio keuangan CAMEL merupakan dasar untuk melihat sejauh mana pengelolaan BMT/Koperasi Syariah sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut berarti semakin sehat BMT/Koperasi Syariah tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus Pada BMT Surya Asa Artha Pada Tahun 2015-2016)”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalahnya yaitu: Bagaimana penilaian tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha pada tahun 2015-2016 dengan menggunakan metode CAMEL?

  C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yaitu Untuk mengetahui hasil penilaian kesehatan pada tahun 2015-2016 di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dengan menggunakan metode CAMEL.

  D. Penetapan Kesehatan

  Berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek sebagaimana dimaksud di atas maka diperoleh skor secara keseluruhan. Penetapan predikat kesehatan serupa secara parsial berdasarkan aspek yang dinilai juga dapat dilihat pada masing- masing penilaian aspek yang sudah dijelaskan di atas. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

  Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, kriteria penetapan peringkat komposit dapat digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu sebagai berikut :

  1. Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi

  pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan

  2. Mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi

  pengaruh negatif namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin

  3. Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat

  beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif

  4. Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap

  negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan koraktif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

5. Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif

  terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebagai berikut: a. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 1 (PK-1) atau peringkat komposit 2 (PK-2) b. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 3 (PK-3) c. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 4 (PK-4) d. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 5 (PK-5)

  Terhadap masing-masing komponen tersebut maka diberikan bobot yang sesuai dengan besarnya pengaruh tingkat kesehatan bank. Pada tabel berikut diperlihatkan ketentuan pembobotan berdasarkan ketetapan Bank Indonesia. Berdasarkan nilai CAMEL secara keseluruhan maka dapat ditetapkan 4 (empat) golongan tingkat kesehatan bank sebagai berikut:

Tabel 2.2 Prediksi Bank Sesuai Dengan Nilai Kredit Kriteria Tingkat Kesehatan Predikat Peringkat

  SEHAT 81-100 1 dan 2 CUKUP SEHAT 66 - <81

  3 KURANG SEHAT 51 - <66

  4 TIDAK SEHAT 0 - <51

  5 Sumber: Bank Indonesia 2004

E. Metode CAMEL

  Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomer: 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum, berikut ini adalah penjelasan dari setiap variabel yang akan dianalisis dalam analisis CAMEL, yaitu: 1. Capital.

  • 1

  25% CAR ≥ 12%

  a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasi (APYD)= pembiayaan kurang lancar + pembiayaan diragukan + pembiayaan macet

  ×100 % Nilai Kredit = 22,5 %−rasio

  KAP = Aktiva produktif yang diklasifikasikan Total aktiva produktif

  Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif (KAP) yang dikuantifikasikan didasarkan pada rasio, yaitu:

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  4 CAR ≤ 6%

  3 6% < CAR < 8%

  2 8% ≤ CAR < 9%

  1 9% ≤ CAR < 12%

  Bobot Rasio CAR Peringkat

  Penilaian faktor kecukupan modal menggunakan rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan perbandingan antara jumlah modal bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah merupakan modal minimum yang wajib dimiliki oleh bank. Besarnya CAR suatu bank dapat dihitung menggunakan rumus:

  Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Capital Adequancy Ratio

  f. Akumulasi Penyusutan adalah= jumlah penyusutan gedung pada beberapa waktu/periode.

  e. PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

  d. Aktiva adalah sumber daya dalam bentuk harta benda atau hak yang dikuasai perusahaan.

  c. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko adalah aktiva dalam neraca perbankan yang diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu sebagai faktor resiko.

  b. Total ATMR= Aktiva – PPAP – Akumulasi Penyusutan Gedung - Akumulasi Penyusutan inventaris – Akumulasi Penyusutan Pra Operasional.

  a. Total Modal= modal inti + modal pelengkap

  0,1 %

  ×100 % Nilai Kredit = rasio

  CAR = Total M odal Total ATMR

2. Asset Quality

  b. Pembiayaan kurang lancar adalah apabila terjadi tunggakan lebih dari 90 hari, mutasi rekening cukup rendah, dokumen pinjaman lemah.

  c. Pembiayaan diragukan adalah apabila terdapat tunggakan melampaui 180 hari dan dokumentasi hukum yang lemah bauk untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan.

  d. Pembiayaan macet adalah apabila terdapat tunggakan lebih dari 270 hari, kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, dan jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar baik secara hukum maupun kondisi pasar.

  e. Yang diperhitungkan sebagai aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah:  50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar  75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan  100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet f. Total aktiva produktif adalah Total Antar Bank Aktiva + Penyertaan.

  

Tabel 2.5

Kriteria Penilaian Kualitas Aktiva Produktif

  Bobot Rasio KAP Peringkat

  KAP≤ 2%

  1 25%

  2% < KAP ≤ 3%

  2 3% < KAP≤ 6%

  3 6% < KAP≤ 9%

  4 KAP> 9%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  PPAP x 100 % PPAP =

  PPAPWD Rasio

  1 Nilai Kredit =

  • 1%

  a. PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

  b. PPAPWD= Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk

  c. PPAP adalah cadangan yang wajib dibentuk membebani perhitungan laba rugi tahun berjalan, gunanya untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dan tidak diterimanya sebagian atau seluruh aktiva produktif.

  d. PPAPWD adalah penyisihan dari aktiva produktif suatu bank yang telah ditetapkan besarnya oleh Bank Indonesia.

  

Tabel 2.6

Kriteria Penilaian Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif

  Bobot Rasio PPAP Peringkat

  PPAP ≥ 110%

  1 5%

  105% ≤ PPAP < 110%

  2 100% ≤ PPAP < 105%

  3 95% ≤ PPAP < 100%

  4 PPAP < 95%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  3. Management

  Machfoez (1998) menyatakan penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Dalam hal ini faktor penilaian manajemen dilakukan menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM) yang menggambarkan tingkat keuntungan bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio NPM ini dapat digunakan untuk menilai kesehatan manajemen suatu bank, karena seluruh kegiatan manajemen bank pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menentukan NPM:

  Laba Bersih x 100 % NPM = pendapatanOperasional

  Nilai Kredit = Nilai Rasio NPM a. Laba bersih adalah laba yang didapatkan bank setelah dikurangi pajak.

  b. Pendapatan operasional adalah pendapatan dari penyaluran dana investasi yang dibenarkan syariah yaitu pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip ijaroh.

  Tabel 2.7 Kriteria Penilaian Net Profit Margin

  Bobot Rasio NPM Peringkat

  NPM ≥ 100%

  1 25% 81% ≤ NPM < 100%

  2 66% ≤ NPM < 81%

  3 51% ≤ NPM < 66%

  4 NPM < 51%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  4. Earning

  Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap 2 komponen yaitu ROA dan BOPO. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Kemudian BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rumus ROA dan BOPO sebagai berikut:

  Laba Sebelum Pajak x 100 % RETURN ON ASSET ( ROA ) =

  Total Aktiva Rasio

  1 Nilai Kredit =

  • 0,015 %

  a. Laba sebelum pajak adalah laba yang didapatkan oleh bank sebelum dikurangi dengan kewajiban pajak.

  b. Total aktiva adalah penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tidak lancar yang merupakan harta bank secara keseluruhan.

  c. Aktiva lancar adalah aktiva yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun, terdiri dari kas, surat berharga, deposito jangka pendek, piutang usaha, persediaan dan pendapatan yang diterima.

  d. Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tidak tetap terdiri dari aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak berwujud.

  e. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu dan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan, berupa tanah, mesin, kendaraan, gedung, dan peralatan.

  f. Investasi jangka panjang adalah bentuk penyertaan jangka panjang di luar kegiatan pokok perusahaan.

  g. Aktiva tidak berwujud adalah hak istimewa yang dimiliki dan memberikan masa manfaat ekonomi kepada perusahaan, berupa hak paten, merek dagang, goodwill, dan franchise.

  

Tabel 2.8

Kriteria Penilaian Return On Asset

  Bobot Rasio ROA Peringkat

  ROA > 1,5%

  1 5% 1,25% < ROA ≤ 1,5%

  2 0,5% < ROA ≤ 1,25%

  3 0% < ROA ≤ 0,5%

  4 ROA ≤ 0%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  Beban Operasional x 100 % BOPO =

  Pendapatan Operasional

  100 %−rasio

  1 Nilai Kredit = + 0,08 %

  a. Beban operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang terperinci. b. Beban operasional terdiri dari beban penghapusan aktiva produktif, beban estimasi kerugian, beban administrasi dan umum, beban personalia, beban penurunan nilai surat berharga, serta beban transaksi valas.

  c. Beban penghapusan aktiva produktif berisi penyusutan/amortisasi yang dilakukan bank terhadap aktiva produktif bank.

  d. Beban estimasi kerugian berisi penghapusan/amortisasi atas transaksi rekening administratif.

  e. Beban administrasi dan umum terdiri dari premi asuransi lainnya, penelitian dan pengembangan, sewa dan promosi, pajak (tidak termasuk pajak penghasilan), barang dan jasa.

  f. Beban personalia terdiri dari gaji pegawai, honorarium komisaris/ dewan pengawas, pendidikan dan pengawasan.

  g. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank dan pendapatan tersebut benar-benar telah diterima.

  Tabel 2.9 Kriteria Penilaiam BOPO

  Bobot Rasio BOPO Peringkat

  BOPO ≤ 94%

  1 5%

  94% < BOPO ≤ 95%

  2 95% < BOPO ≤ 96%

  3 96% < BOPO ≤ 97%

  4 BOPO > 97%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

5. Liquidity

  Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengetahui apakah mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera ditagih (jangka pendek). Perhitungan ini menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio):

  Kredit Yang Diberikan

x 100 %

LDR =

  Dana Pihak Ketiga

  115%−rasio

  x 4 Nilai Kredit =

  1 % Kredit yang diberikan di sini adalah kredit yang sifatnya jangka pendek. Jangka waktu pengembalian pinjamannya kurang dari satu tahun. Biasanya pinjaman diberikan kepada usaha kecil.

  a. Kredit yang diberikan didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan kesepakatan pinjam- meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat. Dana pihak ketiga ini berbentuk titipan (wadiah), partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko, serta investasi khusus.

  Tabel 2.10 Kriteria Penilaian Loan to Deposit Ratio

  

Bobot Rasio LDR Peringkat

  LDR ≤ 75%

  1 10%

  75% < LDR ≤ 85%

  2 85% < LDR ≤ 100%

  3 100% < LDR ≤ 120%

  4 LDR > 120%

  5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

  F. GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya

  BMT Surya Asa Artha Gamping Sleman Yogyakarta merupakan salah satu jaringan Muamalat Center Indonesia (MCI). BMT Surya Asa Artha sebelumnya bernama BMT Mitra Muamalah yang didirikan tanggal 9 juli 2001. BMT Surya Asa Artha merupakan unit usaha dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang kini disebut Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang diresmikan pada tanggal 2 Mei 2007 dengan badan hukum No.10/BH/KPTS/V/2007. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha terdiri dari dua lembaga yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal adalah Lembaga yang menghimpun dana anggota dalam bentuk infaq, shodaqoh, dan hibah. Sedangkan Baitul Tamwil menghimpun dana dan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan kepada anggota. Operasional Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha didampingi oleh Muamalat Center Indonesia (MCI).

1. Visi dan Misi

  Visi Mewujudkan lembaga ekonomi ummat yang sehat, tangguh, mandiri dan profesional dengan nilai-nilai rahmatan lil’alamin.

  Misi Memberikan layanan terbaik dan kesejahteraan untuk anggota

  2. Motto

  Mitra Bisnis Terpercaya Dalam menjalankan bisnis atau usaha ada saling percaya, sebagai mitra yang baik ada saling memberi dan menerima, ada kebersamaan, dan ada kekeluargaan yang terbangun.

  3. Tujuan Meningkatkan kesejahteraan anggota, pengelola dan ummat. Turut berpartisipasi aktif dalam membumikan ekonomi ummat, menyediakan permodalan islami bagi usaha mikro.

B. Produk Yang Ditawarkan

1. Produk Simpanan

  a. Simpanan Wadiah

  (Setoran Awal minimal Rp 15.000)

  b. Simpanan Mudhorobah Umum

  (Setoran Awal minimal Rp 100.000)

  c. Simpanan Mudhorobah Berjangka 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan

  (Setoran Awal minimal Rp 1.000.000)

  2. Produk Simpanan Penyertaan ( 2 Tahun )

  (Setoran Awal minimal Rp 1.000.000)

  3. Produk Pembiayaan

  a. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan yang diberikan kepada anggota dimana 100% dananya dari BMT. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan proporsi nisbah yang telah disepakati. Bila terjadi kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung shahibul maal (kecuali kerugian karena kelainan mudharib: Penyelewengan, Penyalahgunaan Dana dan Kecurangan).

  b. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan yang diberikan kepada anggota dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama. Apabila untung, maka setiap pihak akan mendapatkan bagi hasil secara proporsional sesuai dengan kontribusi modalnya.

  Apabila merugi, maka kerugian akan ditanggung bersama secara proporsional.

  c. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan dengan sistem jual beli barang pada harga asal dengan tambahan margin/keuntungan yang telah disepakati.

  Pembayaran dilakukan secara angsuran atau secara jatuh tempo.

G. Jenis dan Sumber Data

  Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang berupa laporan keuangan tahunan dari Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha periode 2015-2016.

H. Teknik Pengumpulan Data

  Pada penelitian ini untuk memperoleh data yang relevan dalam menganalisis permasalahan tersebut maka penulis menggunakan dua metode yaitu:

  1. Penelitian Pustaka (Library Research), yaitu pengumpulan data teoritis dengan cara menelaah berbagai buku literatur, pustaka yang lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

  2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data lapangan dengan cara Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang menyangkut dokumen-dokumen Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

I. Metode Analisis Data

  Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan Metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) untuk menentukan tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha.

J. HASIL ANALISIS DATA

A. Analisis terhadap Faktor Permodalan (Capital)

  Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara Rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), Sehingga CAR di BMT Surya Asa Artha pada periode Tahun 2015 - 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Perhitungan Capital Adequency Ratio (CAR) Tahun Total Modal (Rp) ATMR (Rp) CAR (%)

  2015 953.584.596 2.044.831.143 46,63 2016 663.356.229 2.092.269.444 31,71

  Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha

  CAR Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 46,63%, tahun 2016 sebesar 31,71%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016. Rasio CAR Koperasi penurunan sebesar 14,92%. Setelah melakukan perhitungan nilai rasio CAR, maka selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit rasio Capital

  Adequecy Ratio (CAR) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015 - 2016.

Tabel 4.13 Nilai Kredit Faktor CAR Nilai Nilai CAR Kredit Nilai Bobot Rasio Kredit

  

Tahun (%) Rasio Maksimal CAR (%) Faktor

  2015 46,63 467,3 100

  25

  25 2016 31,71 318,1 100

  25

  25 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit CAR Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 467,3% dan tahun 2016 sebesar 318,1%. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio CAR pada tahun 2015 hingga 2016 diatas diakui sebagai 100.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio Permodalan pada tahun 2015- 2016 menunjukkan nilai CAR lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 12% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dimana indikator yang menunjukkan kelompok sehat semakin besar rasio CAR (Capital Adequacy

  Ratio) yang dimiliki oleh Koperasi maka akan semakin baik hal ini dikarenakan Koperasi mampu menyediakan modal dalam jumlah yang besar.

B. Analisis terhadap Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset)

  Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua rasio. Berikut ini adalah hasil perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016:

Tabel 4.14 Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Aktiva Tahun APYD KAP (%) Produktif

  2015 65.607.971,5 380.451.553 17,24 2016 84.527.658,5 373.510.001 22,63

  Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha

  KAP Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016 rasio KAP Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha mengalami kenaikan sebesar 5,29%.

  Setelah melakukan perhitungan nilai rasio KAP , maka selanjutnya adalah

  1

  melakukan analisis nilai kredit Kualitas Aktiva Produktif (KAP) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016.

Tabel 4.15 Nilai Kredit Faktor KAP Nilai

  

Tahun KAP Nilai Kredit Bobot Rasio Kredit

KAP (%) faktor

  2015 17,24 5,26 25 1,31 2016 22,63

  25 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit KAP Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 5,26% dan tahun 2016 sebesar 0%. Perbedaan yang mencolok ini merupakan akibat dari besaran nominal pada penentuan APYD yang meningkat. Kontribusi paling besar adalah pada nominal Macet yang memberikan kontribusi sebesar 100%.

  Perubahan tersebut mengakibatkan nilai KAP pada tahun 2016 sebesar 22,63 sehingga Nilai Kredit nya jika Rasio 22,5 % atau lebih diberi nilai 0.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio KAP pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan nilai kredit KAP lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yaitu ≤ 2% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha Tahun 2015 dan tahun 2016 tersebut dikategorikan dalam kelompok TIDAK SEHAT. 1) Rasio Penyisihan Penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan (PPAP). Berikut ini adalah hasil analisis Penyisihan

  Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016:

Tabel 4.16 Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Tahun PPAP PPAPWD PPAP (%)

  2015 166.536.794 61.360.845 271,41 2016 180.646.587 84.316.245 214,25

  

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah BMT Surya Asa Artha

  Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha selalu membentuk cadangan atau PPAP yang lebih besar dari PPAPWD, hal ini digunakan untuk mengantisipasi dan menutup kemungkinan bila terjadi kerugian atas tidak tertagihnya pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga.

  Setelah melakukan perhitungan nilai rasio PPAP, maka selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kreditnya pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016.

Tabel 4.17 Nilai Kredit Faktor PPAP Bobot Nilai PPAP Nilai

  

Tahun Nilai Kredit Rasio Kredit

(%) Maksimal PPAP Faktor

  2015 271,41 272,41 100

  5

  5 2016 214,25 215,25 100

  5

  5 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit PPAP Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 272,41% dan tahun 2016 sebesar 215,25%. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio PPAP pada tahun 2015 hingga 2016 diakui sebagai 100.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio PPAP pada tahun 2015-2016 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan sebesar >110% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Semakin besar rasio PPAP yang dimiliki oleh koperasi maka akan semakin baik yang berarti koperasi melakukan dengan benar dalam mengantisipasi penghapusan kredit macet.

C. Analisis terhadap Faktor Manajemen (Management)

  Kualitas manajemen dapat dinilai dari sumberdaya manusia yang ada di dalamnya. Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya digunakan panduan wawancara atau kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data yang ditujukan bagi pihak manajemen koperasi, namun dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kuesioner atau kegiatan wawancara. Hal ini dengan unsur kerahasian koperasi, oleh sebab itu dalam penelitian ini aspek manajemen diproyeksikan dengan rasio net profit margin (Rhomy, 2011). Perhitungan rasio manajemen dilakukan dengan menggunakan Rasio net profit margin dengan asumsi bahwa hasil dari rasio

  

net profit margin menunjukkan seberapa baik kinerja manajemen koperasi

tersebut.

Tabel 4.18 Perhitungan Net Profit Margin (NPM)

  

Tahun Laba Pendapatan NPM Nilai Bobo Nilai

  Nilai t Kredit Bersih Operasional % Kredit Maksimal Rasio Faktor

  2015 39.112.387 740.461.710 5,28 5,28 100 25 100 2016 43.937.900 853.512.096 5,14 5,14 100 25 100

  

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah BMT Surya Asa Artha

  NPM Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 5,28% dan tahun 2016 sebesar 5,14%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016 rasio NPM Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha mengalami penurunan 0,34. Untuk menentukan Nilai Kredit NPM disamakan dengan nilai Rasio NPM. Dilihat dari nilai kredit faktor yang merupakan perkalian antara rasio NPM dengan bobot komponen yaitu 25% dihasilkan nilai 100 untuk tahun 2015 dan tahun 2016. Dalam ketentuan indikator kesehatan yang telah ditetapkan maka masuk dalam kategori TIDAK SEHAT.

D. Analisis terhadap Faktor Rentabilitas (Earning)

  Rasio rentabilitas dilakukan untuk megetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilitas terbagi menjadi 2 yaitu: 1) ROA: membandingkan antara laba dengan total aktiva 2) BOPO: membandingkan antara beban operasi dengan pendapatan operasi.

  Berikut ini adalah hasil analisis Return On Assets (ROA) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015- 2016 :

Tabel 4.19 Perhitungan Return On Assets (ROA) Laba Sebelum Pajak

  

Tahun Total Aktiva (Rp) ROA %

(Rp)

  2015 39.112.387 2.303.144.403 1,70 2016 43.937.900 2.410.842.604 1,82

  

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah BMT Surya Asa Artha

  ROA Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 1,70% dan tahun 2016 sebesar 1,82%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016 rasio ROA Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha mengalami kenaikan sebesar 0.12%. Kenaikan rasio ROA ini menunjukkan semakin baiknya pengelolaan aset koperasi dalam menghasilkan laba. Semakin besar ROA yang diperoleh maka semakin besar pula laba yang dihasilkan oleh

  Selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit Return On Assets (ROA) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016.

Tabel 4.20 Nilai Kredit Faktor ROA

  Nilai Nilai Kredit Tahun ROA % Nilai Kredit Bobot Maksimal Faktor

  2015 1,70 114,33 100

  5

  5 2016 1,82 122,33 100

  5

  5 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit ROA Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 114,33% dan tahun 2016 sebesar 122,33%. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio ROA pada tahun 2015 dan 2016 lebih dari 100 maka diakui sebagai 100.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio ROA pada tahun 2015-2016 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan koperasi yang telah ditetapkan sebesar 1,5% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dikategorikan dalam kelompok SEHAT.

  Sedangkan hasil analisis Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016 :

  Tabel 4.21

Perhitungan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO)

  Tahu Pendapatan Operasional Beban Operasional (Rp) BOPO % n (Rp)

  2015 699.047.312 740.461.710 94,40 2016 758.544.737 853.512.096 88,80

  

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah BMT Surya Asa Artha

  BOPO Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 94,40% dan tahun 2016 sebesar 88,80%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016 rasio BOPO Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha mengalami penurunan, sebesar 5,6%. Bila terjadi penurunan rasio BOPO menunjukkan semakin baiknya tingkat efisiensi yang dijalankan oleh koperasi bersangkutan. Semakin kecil rasio BOPO suatu koperasi berarti usaha yang dijalankan oleh koperasi tersebut semakin efisien karena dengan biaya yang dikeluarkan

  Selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016.

Tabel 4.22 Nilai Kredit Faktor BOPO Bobot Nilai Nilai Nilai Kredit Tahun BOPO % Rasio Kredit Maksimal Faktor BOPO

  2015 94,40 71 100 5 3,55 2016 88,80 141 100

  5

  5 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit BOPO Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 71% dan tahun 2016 sebesar 141%. Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio BOPO pada tahun 2015-2016 dikalikan dengan bobot rasio BOPO.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio BOPO pada tahun 2015-2016 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan koperasi yang telah ditetapkan sebesar 94% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha dikategorikan dalam kelompok SEHAT untuk Tahun 2015 dan Tahun 2016.

E. Analisis terhadap Faktor Likuiditas (Liquidity)

  Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya yang ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi surat berharga, piutang dan persediaan.

  Berikut akan di analisis Loan To Deposit Ratio (LDR) pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015- 2016 :

Tabel 4.23 Perhitungan Loan Deposit Ratio (LDR) Dana Pihak

  

Tahun Kredit LDR %

Ketiga

  2015 1.676.881.094 2.629.479.318 63,77 2016 1.893.378.097 2.442.699.346 77,51

  Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha

  LDR Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 63,77% dan tahun 2016 sebesar 77,51%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2015 hingga 2016 rasio LDR Koperasi kenaikan. Terjadinya kenaikan rasio LDR ini menunjukkan adanya penurunan dana yang disalurkan koperasi melalui pembiayaan.

  Setelah melakukan perhitungan nilai rasio LDR, maka selanjutnya adalah melakukan analisis nilai kredit LDR pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha tahun 2015-2016.

Tabel 4.24 Nilai Kredit Faktor LDR LDR Nilai Bobot Nilai Kredit Tahun Nilai Kredit % Maksimal LDR Faktor

  2015 63,77 204,92 100

  10

  10 2016 77,51 149,96 100

  10

  10 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

  Syariah BMT Surya Asa Artha

  Nilai Kredit LDR Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha per 31 Desember 2015 sebesar 204,92% dan tahun 2016 sebesar 149,96%. Oleh karena nilai kredit maksimum 100, maka nilai rasio LDR untuk tahun 2015 dan 2016 diakui sebesar 100.

  Berdasarkan hasil perhitungan aspek Rasio LDR pada tahun 2015 dan 2016 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan koperasi yang telah ditetapkan sebesar 75% maka rasio yang dicapai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha pada tahun 2015 – 2016 dikategorikan dalam kelompok SEHAT.

F. Nilai Bersih Rasio CAMEL

  Perhitungan masing-masing rasio adalah sebagai berikut :

Tabel 4.26 Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2015

  

Faktor Yang Angka Rasio Nilai Kredit Bobot Rasio Nilai Kredit

dinilai Komponen % Rasio % Faktor

Capital CAR 46,63 467,3

  25

  25 Asset KAP 17,24 5,26 25 1,31 PPAP/PPAPWD 271,41 272,41

  5

  5 Management NPM 5,28 5,28

  25

  25 Earning ROA 1,70 114,33

  5

  5 BOPO

  94.40

  71 5 3,55 Liquidity LDR 63,77 204,92

  10

  10 Jumlah Total 100 74,86

  

Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

BMT Surya Asa Artha yang diolah Tabel 4.27

  Nilai Bersih Rasio CAMEL Tahun 2016

Faktor Yang Angka Rasio Nilai Kredit Bobot Rasio Nilai Kredit

dinilai Komponen % Rasio % Faktor

  Capital CAR 31,71 318,1

  25

  25 Asset KAP 22,63

  25 PPAP/PPAPWD 214,25 215,25

  5

  5 Management NPM 5,14 5,14

  25

  25 Earning ROA 1,82 122,33

  5

  5 BOPO 88,80 141

  5

  5 Liquidity LDR 77,51 149,96

  10

  10 Jumlah Total 100

  75 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Surya Asa Artha yang diolah

  Setelah melakukan perhitungan dengan metode CAMEL (Capital, Asset,

  Management, Earning, Liquidity) pada Koperasi Simpan Pinjam dan