Gambar 4.2 Posisi Relatif Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur Tahun 2014

  aporan L Akhir

4.1. ANALISIS SOSIAL 4.1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

  Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks

pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun

kualitas hidup manusia, dalam hal ini berarti kualitas hidup masyarakat/penduduk yang dijadikan

sebagai salah satu ukuran kinerja di masing-masing daerah. Ukuran pencapaian keberhasilan

suatu daerah diihat melalui 3 dimensi dasar pembangunan yaitu : (1) lamanya hidup, (2)

pengetahuan/tingkat pendidikan dan (3) standar hidup layak. Indikator yang mewakili ketiga

dimensi tersebut yaitu : Angka Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup, Harapan

Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk mengukur status tingkat pendidikan,

serta pengeluaran rill per kapita disesuaikan untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk

mencapai standar hidup layak.

  Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2010 - 2014), perkembangan menunjukkan adanya

peningkatan pada tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pembangunan sumberdaya

manusia di Kota Semarang telah menunjukkan perbaikan yang berarti. Pada grafik di bawah,

terlihat bahwa pada tahun 2010, capaian IPM Kota Semarang adalah sebesar 76,96 dan terus

mengalami peningkatan menjadi sebesar 79,24 pada tahun 2014. Jika diakumulasikan, telah

terjadi peningkatan sebesar 2,28 selama periode tersebut. sebesar 77,17 terus meningkat menjadi 79,24 pada tahun 2014. aporan L Akhir

  Sumber : BPS Kota Semarang

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2014

  Berdasarkan posisi relatif IPM tahun 2014, capaian IPM Kota Semarang yang sebesar 79,24

lebih rendah dari capaian IPM Kota Salatiga yang sebesar 79,98. Jika dibandingkan dengan capaian

  

IPM Provinsi Jawa Tengah, capaian IPM Kota Semarang masih lebih tinggi dengan perbedaan

capaian sebesar 4,49. Untuk melihat posisi relatif perkembangan IPM Kota Semarang dapat dilihat

dari Sebagaimana gambar di bawah ini.

  Sumber : BPS Kota Semarang

Gambar 4.2 Posisi Relatif Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan 5 Kota

  

lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur Tahun 2014 aporan L Akhir

  

Indikator pembentuk IPM Kota Semarang, meliputi usia harapan hidup, Harapan Lama

Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, mengalami kenaikan dalam kurun waktu 2010-2014. Pencapaian indikator pembentuk IPM, baik usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah maupun pengeluaran perkapita yang disesuaikan juga sudah berada di atas pencapaian indikator pembentuk IPM Provinsi Jawa Tengah.

  

Pada tahun 2014, terdapat metode baru untuk menghitung IPM dan indikator kompositnya.

Capaian indikator komposit IPM Kota Semarang pada tahun 2014 adalah sebagai berikut Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Semarang sebesar 77,18, kemudian indikator komposit Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling) sebesar 10,19 tahun, Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling) sebesar 13,97 tahun, dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan yang didekati dengan indikator Paritas Daya Beli (PPP) yang sebesar Rp. 12.802,- (ribu rupiah).

  Tabel perkembangan indikator pembentuk IPM Kota Semarang tahun 2010

  • – 2014 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Perkembangan Indikator Pembentuk IPM Kota Semarang Tahun 2010 – 2014 Paritas Daya Angka Harapan Harapan Lama Rata-rata Lama Beli Tahun Hidup Sekolah Sekolah (PPP-Ribu (AHH) (HLS) (RLS) Rupiah)

  2010 Kota Semarang 77,17 13,12 9,61 11.987,00

  • Jawa Tengah 2011 Kota Semarang 77,17 13,26 9,80 12.271,00
  • - - - Jawa Tengah

  • 2012 Kota Semarang 77,18 13,37 9,92 12.488,00
  • - - - Jawa Tengah

    2013 Kota Semarang 77,18 13,66 10,06 12.714,00
  • Jawa Tengah 2014 Kota Semarang 77,18 13,97 10,19 12.802,00 Jawa Tengah 73,88 12,17 6,93 9.639,78

  Keterangan : Data IPM dan Pembentuk IPM (Metode Baru) Provinsi Jawa Tengah untuk Tahun 2010

  • – 2013 tidak tersedia Sumber : BPS Kota Semarang
aporan L Akhir 4.1.2.

   Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar

pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki

dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara

laki-laki dan perempuan. Dikatakan tidak ada kesenjangan pembangunan apabila nilai IPG sama

dengan IPM. Pada kurun waktu 2010

  • – 2014 capaian IPG Kota Semarang cenderung mengalami

    kenaikan, dari tahun 2010 sebesar 92,66% menjadi 95,56% pada tahun 2014, seperti terlihat pada

    gambar berikut ini :

  Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.3 Perkembangan IPG Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2014

  Berdasarkan posisi relatifnya, capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Semarang

pada tahun 2014 berada pada peringkat ke-5 diantara kabupaten/kota lain di Jawa Tengah,

berada setelah Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, dan Kab. Klaten. Posisi relatif peringkat 10 besar IPG Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar berikut ini. aporan L Akhir

  Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.4 Posisi Relatif Peringkat 10 Besar IPG Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

  Capaian IPG Kota Semarang Tahun 2014 jika dilihat dari indikator komposit pembentuknya,

terlihat bahwa perempuan unggul di dua indikator komposit yaitu Angka Harapan Hidup dan

Angka Harapan Lama Sekolah. Sementara dua indikator komposit lainnya diungguli oleh laki-laki,

yaitu Angka Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan

dalam memperoleh manfaat pembangunan dibidang pendidikan dan perekonomian cenderung

lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga perlu upaya-upaya yang dilakukan

pemerintah agar hasil pembangunan dapat dirasakan secara merata oleh laki-laki dan perempuan.

  Untuk melihat secara lengkap indikator komposit pembentuk IPG, dapat dilihat pada di bawah ini. aporan L Akhir

Tabel 4.2 Capaian Indikator Komposit IPG Kota Semarang Tahun 2014

  Capaian No Indikator Komposit IPG Laki-laki Perempuan

  1 Angka Harapan Hidup (tahun) 75,15 79,11

  2 Harapan Lama Sekolah (tahun) 14,07 13,91

  3 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 10,99 9,62

  4 Pengeluaran (ribu rupiah) 14.429 12.685 Sumber : Badan Pusat Statistik 4.1.3.

   Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang tersusun dari

beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses

pengambilan keputusan dalam bidang politik dan ekonomi. Pada tahun 2010 capaian IDG Kota

Semarang adalah sebesar 63,19% dan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2013

mencapai sebesar 70,62%, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

  Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.5 Perkembangan Indeks Gender (IDG) Kota Semarang

  Tahun 2010 – 2013 aporan L Akhir

  Jika dibandingkan dengan Kab/Kota lain di Provinsi Jawa Tengah, capaian IDG Kota

Semarang pada tahun 2013 berada di urutan ke-8 diantara kab/kota di Jawa Tengah dengan

capaian sebesar 62,59%. Capaian ini berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar

70,62%. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

  Sumber : BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Gambar 4.6 Posisi Relatif IDG Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

  Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) terdiri atas tiga indikator pembentuk, yaitu: 1)

keterlibatan perempuan dalam parlemen, 2) perempuan sebagai manager, profesional,

administrasi, dan teknisi, dan 3) sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Terlihat bahwa

capaian indikator keterlibatan perempuan dalam parlemen, dan sumbangan perempuan dalam

pendapatan kerja capaiannya masih rendah, sedangkan perempuan sebagai tenaga manager,

professional, administrasi, dan teknisi capaiannya cukup baik. Secara rinci capaian indikator komposit pembentuk IDG dapat dilihat pada tabel di berikut ini. aporan L Akhir

Tabel 4.3 Capaian Indikator Komposit IDG Kota Semarang Tahun 2013

  No Indikator Komposit IDG Capaian

  1 Keterlibatan perempuan dalam parlemen (%) 18,00

  2 Perempuan sebagai tenaga manager, professional, administrasi, dan teknisi (%) 46,07

  3 Sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja (%) 35,54 Sumber : BPS Kota Semarang dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 4.1.4.

   Aspek Pendidikan Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga tercipta

sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan dan

penyelenggaraan pendidikan.Dalam lingkup Sustainable Development Goals aspek pendidikan

menjadi salah satu aspek terpenting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan di tahun 2030. Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali

dengan pelaksanaan MDGs yang telah selesai di tahun 2014. Berdasarkan laporan capaian

pelaksanaan MDGs di Kota Semarang, disebutkan bahwa keberhasilan capaian pada aspek

pendidikan di Kota Semarang dilihat melalui Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan

SD/MI/Paket A, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan angka

melek huruf penduduk usia 15-24 tahun perempuan dan laki-laki. Status capaian MDGs Kota

Semarang menunjukan bahwa Angka Partisipasi Murni SD/MI tahun 2015 sebesar 93,26%, Angka

Partisipasi Murni SMP sebesar 83,89%, Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/ MI

sebesar 99. Berdasarkan Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan MDG’s Kota Semarang 2013 – 2015,

dalam aspek pendidikan, Kota Semarang telah dinilai berhasil mencapai target yang ditetapkan.

  Selain melihat dari pencapaian MDG’s di Kota Semarang, perlu diketahui bagaimana kinerja

pembangunan Pemerintah Kota Semarang khususnya di bidang pendidikan dengan melihat

beberapa indikator baik yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan

maupun dalam indikator minimal yang ada di Permendagri No. 54 Tahun 2010 khususnya pada

urusan pendidikan diantaranya adalah : 1.

  Angka Melek Huruf; 2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah; 3. Angka Partisipasi Kasar; 4. Angka Partisipasi Murni; 5. Angka Pendidikan yang Ditamatkan. aporan L Akhir

Tabel 4.4 Aspek Pendidikan

  Tahun No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)

  

1 Angka Melek Huruf 99,97 99,95 99,91 99,96 99,97 99,96

  

2 Rata Lama Sekolah 9,61 9,80 9,92 10,06 10,19 10,19

  3 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD **) 26,24 42,20 53,72 57,38 58,95 60,36 SD/MI 105,77 105,69 107,25 107,45 107,35 107,54 SLTP/MTS 111,85 110,31 112,20 117,19 116,43 110,07 SMA/SMK/MA 116,71 111,39 119,56 118,97 121,87 113,81

  4 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 90,85 90,55 92,58 92,22 91,90 92,08 SLTP/MTS 79,53 79,24 79,14 80,23 82,97 81,24

SMA/SMK/MA 79,54 79,29 84,11 81,87 83,67 76,41

5 Angka Pendidikan Yang Ditamatkan *)

  • Tamat SD/MI/Paket A 22,87 22,87 22,87 32,00 22,88 Tamat SMP/MTs/Paket B 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 Tamat SMA/SMK/MA/Paket C 21,11 21,11 21,11 21,11 21,11 21,11 Tamat D1/D2/D3 4,35 4,35 4,35 4,35 4,35 4,34 Tamat D4/S1/S2/S3 4,45 4,45 4,45 4,45 4,45 4,44

  Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang Keterangan :

  • *). Capaian MDG’s Kota Semarang **). Sumber Dinas Pendidikan 4.1.5.

   Aspek Kesehatan Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial dapat dilihat juga dari aspek kesehatan.

  

Selain aspek pendidikan, aspek kesehatan juga memegang peranan penting dalam menentukan

kualitas sumber daya manusia di Kota Semarang. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan

menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah diantaranya :

1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi; 2.

  Angka Usia Harapan Hidup; 3. Persentase Balita Gizi Buruk Jika melihat dari indikator yang tercantum dalam SPM Kesehatan, capaian Kota Semarang dalam meningkatkan kualitas kesehatan warganya dapat dilihat sebagai berikut : aporan L Akhir

Tabel 4.5 Aspek Kesehatan

  Tahun No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Angka Kelangsungan Hidup bayi per/ 1000

  1 87% 87,85% 89,33% 99,55% 90,63% 90,44% Kelahiran Hidup (%)

  

2 Angka Harapan Hidup 72,13 72,18 72,24 72,44 72,45 77,18

  

3 Persentase Gizi Buruk 1,01% 1,05% 0,69% 0,87% 0,38% 0,40%

Sumber : Bappeda Kota Semarang

  Berbeda dengan indikator minimal yang tercantum baik dalam Permendagri No. 54 Tahun

2010 dan SPM Kesehatan, pentingnya aspek kesehatan menjadi tujuan yang harus diwujudkan

pada pelaksanaan Sustainable Development Goals di Kota Semarang. Sama halnya dengan aspek

pendidikan, aspek kesehatan juga perlu diperhatikan guna mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan di tahun 2030. Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali dengan pelaksanaan

MDGs yang telah selesai di tahun 2014.

  Berdasarkan laporan capaian pelaksanaan MDGs di Kota Semarang, terdapat beberapa tujuan yang terkait erat dengan aspek kesehatan diantaranya :

  1. Tujuan ke-4 : Menurunkan Angka Kematian Anak 2.

  Tujuan ke-5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu 3. Tujuanke-6 : Memerangi HIV/ AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Menurunkan angka kematian anak yang merupakan tujuan ke-4 dari MDGs menjadi suatu

tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kota Semarang untuk lebih meningkatkan kualitas

kesehatan anak. Pada tujuan ke-4, terdapat beberapa indikator yaitu:

  1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup 2.

  Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 kelahiran hidup 3. Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak Dari ketiga indikator, dua diantaranya telah tercapai yaitu AKBA dan proporsi anak berusia

  

1 tahun diimunisasi campak. Untuk indikator pertama yaitu AKB di tahun 2014 belum tercapai dan

perlu perhatian khusus dari Pemerintah kota Semarang khususnya Dinas Kesehatan.Kematian bayi

di Kota Semarang disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain bayi berat lahir rendah dan

prematuritas, asfiksia (kegagalan bernapas spontan) dan infeksi. Jumlah Kematian bayi di Kota

Semarang dibandingkan dengan Kota lain di Jawa Tengah merupakan yang tertinggi. Hal ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah Kota Semarang. aporan L Akhir

  Pada tujuan ke-5 MDGs, aspek kesehatan khususnya ibu menjadi perhatian utama dengan indikatornya terdiri dari:

  1. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup; 2.

  Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih; 3. Angka pemakaian kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun (cara modern dan semua cara);

  4. Tingkat kelahiran pada remaja (per 1.000 perempuan usia 15 – 19 tahun); 5.

  Cakupan pelayanan antenatal (K4); dan 6. Unmet need KB (Kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi) Dari keenam indikator tersebut, terdapat beberapa indikator yang telah tercapai, akan

tercapai dan perlu diperhatikan. Indikator yang sudah tercapai yaitu Angka Pemakaian

Kontrasepsi/ CPR bagi perempuan menikah usia 15-49 cara modern. Sedangkan beberapa

indikator memiliki status belum tercapai namun sudah memiliki indikasi akan segera tercapai

adalah proporsi kelahiran yang ditolong kesehatan terlatih dan cakupan pelayanan antenatal.

  

Sedangkan indikator lainnya seperti Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup dan Unmeet

need KB perlu membutuhkan perhatian khusus mengingat capaiannya mengalami penurunan di

tahun 2014.Terkait dengan pencapaian target Angka Kematian Ibu, salah satu upaya untuk

menekan kasus kematian pada ibu melahirkan adalah meningkatkan pelayanan kelahiran melalui

tenaga kesehatan. Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dari tahun

2009 sampai tahun 2015 sudah mencapai 98,2%. Angka tersebut masih sedikit di bawah target

yang telah ditetapkan dalam MDGs yakni 100%. Sedangkan angka unmetneed KB di Kota

Semarang pada tahun 2015 sudah on the track karena pada tahun 2015 angkanya sudah menurun

menjadi 12,22% dari 13,54% pada tahun 2010, sedangkan angka yang ditargetkan adalah

menurun.

  Selain terkait dengan kesehatan ibu, MDGs juga masih memiliki tujuan lain yang terkait erat dengan aspek kesehatan diantaranya adalah tujuan ke- 6 yaitu “Memerangi HIV/AIDs, Malaria,

dan Penyakit Menular Lainnya”. Adapun target yang akan dicapai terdiri dari 3 target utama yaitu:

  1. Mengendalikan penyebaran kasus HIV dan AIDS dan menurunkan jumlah kasus baru dengan indikator:  Persentase kasus Infeksi Menular Seksual yang diobati  Persentase ODH yang aktif minum ARV  Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir. aporan L Akhir

   Persentase penduduk 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS 2. Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator persentase penduduk terinfeksi HIV yang aktif minum ARV (antiretroviral) 3. Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru TBC dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015, dengan indikator:

   Proporsi kasus TB yang ditemukan.  Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate).  Persentase keberhasilan pengobatan kasus TB  Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk).

   Kematian DBD Terkait dengan ke tiga target tersebut, Pemerintah Kota Semarang telah berhasil mencapai

target khususnya pada pengendalian penyebaran dan penemuan jumlah kasus HIV/AIDS pada

tahun 2015 dan target untuk mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/ AIDS bagi semua yang

membutuhkan sampai dengan tahun 2021. Sementara itu, pada target ke-3 yaitu Mengendalikan

penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga

tahun 2015, Pemerintah Kota Semarang belum mencapai target dan perlu memberikan pehatian

lebih pada beberapa indikator yaitu :  Tingkat kematian karena tuberculosis (per 100.000 penduduk)

 Proprosi kasus Tuberkulosis yang berhasil diobati dalam program DOTS

 Angka kesakitan DBD (per 100.000 penduduk) Angka keberhasilan pengobatan TB masih belum sesuai yang diharapkan tahun 2015 yaitu

sebesar 83% dari target 90%. Target MDGs pada tahun 2015 adalah menurun, sehingga Kota

Semarang pada indikator ini harus bekerja keras untuk mencapainya. Kemudian, selain TB,

Pemerintah Kota Semarang perlu bekerja keras khsusnya menekan kasus Demam Berdarah

Dengue (DBD). Berdasarkan buku MDGs Nasional, DBD bukan merupakan indikator dalam tujuan

6. Pemerintah Jawa Tengah menambahkan DBD dikarenakan Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD. Incident Rate (IR) DBD pada tahun 2009-2015 cenderung mengalami penurunan.

  

Pada tahun 2010 IR DBD sebesar 368 per 100.000 penduduk turun tahun 2015 menjadi 84,65 per

100.000 penduduk. Meskipun demikan angka tersebut belum sesuai dengan target MDGs.

  Sedangkan Angka Kematian karena DBD (CFR DBD) justru cenderung mengalami

peningkatan. Pada tahun 2010 CFR DBD sebesar 0,82% meningkat pada tahun 2015 menjadi 1,1%. aporan L Akhir

  

Kondisi ini belum sesuai dengan target MDGs tahun 2015, karena yang diharapkan adalah angka

ini menurun menjadi 1%.

  Kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Kota Semarang cenderung mengalami peningkatan.

Pada tahun 2011-2015 yaitu 427, 520, 430, 453, dan 456 kasus. Sedangkan kasus AIDS pada tahun

2011-2015 adalah 61, 59, 104, 75, 40 dan 51 kasus. Meskipun demikian masih banyak kasus HIV

baru yang belum ditemukan karena kasus HIV seperti fenomena gunung es. Untuk orang dengan

HIC/AIDS (ODHA) yang aktif minum ARV mengalami penurunan. Pada tahun 2015 sebesar 34%.

  

Kondisi ini masih belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu semua ODHA yang

memenuhi syarat harus minum ARV.

4.1.6. Kemiskinan

  Dalam menentukan penduduk kategori miskin, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

  Penduduk miskin di Kota Semarang dalam 4 tahun terakhir menunjukkan kondisi yang

fluktuatif. Ini dapat dilihat dari tingkat keimiskinan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar

5,25% mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 5,13%. Kondisi tahun 2012

sebetulnya sudah menurun sangat baik jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 5,68%.

Sementara itu kondisi tahun 2011 menunjukkan tingkat kemiskinan paling tinggi jika dibandingkan

dengan 3 tahun lainnya. Perkembangan tingkat kemiskinan Kota Semarang dapat dilihat pada

Grafik di bawah ini.

  Sumber : BPS Kota Semarang

Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Tingkat Persentase Kemiskinan

  di Kota Semarang Tahun 2010 – 2014

  L aporan

  Akhir Tingkat kemiskinan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar 5,25% jika dibandingkan

dengan rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Tengah sebesar 14,44% menunjukan kondisi yang lebih

baik yaitu berada di bawahnya. Jika dibandingkan dengan kota lainnya yang ada di Jawa Tengah,

tingkat kemiskinan di Kota Semarang menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan lima kota

lainnya, walaupun dilihat dari luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Semarang lebih besar.

Untuk lebih jelasnya posisi relatif tingkat kemiskinan Kota Semarang dapat dilihat melalui tabel

grafik berikut di bawah ini.

  Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.8 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi

  

Jawa Tengah Tahun 2013

Tabel Persentase Pentahapan Keluarga Sejahtera Kota Semarang; 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur Tahun 2014.

Tabel 4.6 Pentahapan Keluarga Sejahtera Kota Semarang dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa

  

Tengah Tahun 2014

No Kota / Kabupaten Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera

  II Keluarga Sejahtera

  III Keluarga Sejahtera

  III Plus

  1 Kab. Grobogan 60,06 12,66 13,56 12,29 1,43

  2 Kab. Demak 35,89 23,30 23,24 14,03 3,54

  3 Kab. Semarang 25,71 22,84 16,65 31,27 3,53

  4 Kab. Kendal 34,61 14,45 16,13 30,95 3,85

  5 Kota Magelang 14,48 20,16 14,66 40,77 9,93

  6 Kota Surakarta 8,35 17,98 23,66 33,29 16,71 aporan L Akhir

  Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga

No Kota / Kabupaten Pra Sejahtera Sejahtera Sejahtera

Sejahtera I

  Sejahtera

II III

  III Plus

  7 Kota Salatiga 11,10 14,01 21,10 43,52 10,27

8 Kota Semarang 10,06 18,03 22,38 38,79 10,74

  9 Kota Pekalongan 15,20 19,43 25,74 28,10 11,53

  10 Kota Tegal 16,92 25,34 21,12 30,71 5,91

  11 Prov. Jawa Tengah 26,11 20,70 23,40 25,38 4,42

  Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi tantangan besar bagi setiap daerah dalam

melaksanakan kegiatan pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui

program dan kegiatan untuk menurunkan angka kemiskinan. Upaya-upaya tersebut baik

dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dalam melaksanakan program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan perlu adanya ketepaduan antara pemerintah kota, dunia usaha,

perguruan tinggi dan masyarakat yang peduli terhadap pengentasan kemiskinan.

  Berdasarkan pendataan warga miskin Kota Semarang yang dilakukan Pemerintah Kota

Semarang dapat diketahui jumlah penduduk rawan miskin dari tahun 2010-2015 sebagaimana

pada grafik di bawah ini : Sumber : Bappeda Kota Semarang

Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Persentase Kemiskinan Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2015
  • – 2013, jumlah tindak pidana menonjol (crime index) menurut jenis adalah sebagai berikut :

  • 2014

    Jenis Tindak Pidana Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014

  3 j. Narkotika

  6

  5

  3

  3

  4

  h. Kenakalan remaja i. Uang palsu

  2

  2

  40

  10

  63

  61

  80 k. Perjudian

  14

  81

  92

  88

  35 l. Pemerasan / Ancaman 36 94 150 116 131

  Jumlah 640 1.895 1.922 1.553 1.579 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2014

  g. Perkosaan

  2

  L aporan

  82

  Akhir 4.1.7.

   Angka Kriminalitas Dinamika perkembangan Kota Semarang yang pesat dengan kemajemukan masyarakat

akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk

yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin

bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu

meningkatnya angka kriminalitas. Selama 4 tahun dari tahun 2010

Tabel 4.7 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Menurut Jenis Di Kota Semarang Tahun 2010

  

a. Pencurian dgn pemberatan 147 539 521 419 438

  

b. Pencurian ranmor 407 884 768 566 620

  c. Pencurian dgn kekerasan

  15

  58

  92

  89

  14

  d. Penganiayaan berat 13 171 206 200 172

  e. Kebakaran

  1

  14

  11

  13

  f. Pembunuhan

  1

  7

  Selama tahun 2014, jumlah kasus tindak pidana di Kota Semarang yang terjadi di wilayah

hukum Polrestabes Kota Semarang adalah sejumlah 1.579 kejadian, sedikit meningkat jika

dibandingkan dengan kasus di tahun 2013 yang sebanyak 1.553 kejadian. Dari jumlah kejadian

tindak pidana tersebut, yang paling menonjol di tahun 2014 adalah kejadian curanmor yang sebanyak 620 kejadian dan pencurian dengan pemberatan (438 kejadian). aporan L Akhir

4.2. ANALISIS EKONOMI 4.2.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat

kondisi perekonomian suatu wilayah pada periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas

dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-

harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan

yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan.

  PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. sedang PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang

berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan

untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi. pergeseran struktur ekonomi suatu

daerah. Sementara itu. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak

dipengaruhi oleh faktor harga. (BPS. 2013).

  Besarnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2010

  • – 2014) mengalami peningkatan dari Rp 80.824.099,97 (juta) pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp

    121.262.902,12 (juta) pada tahun 2014. Peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (ADHK)

    juga sejalan dengan peningkatan PDRB ADHB yang menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp

    80.824.099,97 (juta) pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 102.501.385,64 (juta) pada tahun 2014.

    Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

  Laporan Akhir

Tabel 4.8 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2014 (Milyar Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 Kategori Kategori / Subkategori Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 849,08 1,05 935,16 1,03 995,39 1,00 1.127,32 1,04 1.191,74 0,98 B Pertambangan dan Penggalian 160,72 0,20 176,76 0,19 184,89 0,19 197,68 0,18 237,36 0,20 C Industri Pengolahan 20.032,78 24,79 24.308,84 26,70 27.081,66 27,15 29.630,55 27,24 34.014,76 28,05

  D Pengadaan Listrik, Gas 97,24 0,12 105,37 0,12 112,47 0,11 114,57 0,11 115,32 0,10 E Pengadaan Air 99,63 0,12 102,00 0,11 99,27 0,10 101,37 0,09 106,01 0,09 F Konstruksi 22.459,13 27,79 24.091,57 26,46 26.644,82 26,71 28.890,04 26,56 32.419,24 26,73

  G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan 13.083,37 16,19 14.738,17 16,19 15.143,68 15,18 16.216,45 14,91 17.109,72 14,11 perawatan mobil dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan

  2.739,45 3,39 2.964,07 3,26 3.265,04 3,27 3.783,64 3,48 4.443,06 3,66

  I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.469,89 3,06 2.790,80 3,07 3.235,13 3,24 3.708,67 3,41 4.193,19 3,46 J Informasi dan Komunikasi 6.581,51 8,14 7.214,59 7,93 7.645,50 7,66 7.976,71 7,33 8.613,39 7,10

  K Jasa Keuangan 3.606,96 4,46 3.923,15 4,31 4.397,83 4,41 4.803,99 4,42 5.182,18 4,27 L Real Estate 2.358,52 2,92 2.543,86 2,79 2.690,97 2,70 2.937,75 2,70 3.302,29 2,72

  M, N Jasa Perusahaan 425,23 0,53 497,44 0,55 547,93 0,55 643,16 0,59 712,30 0,59 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 3.008,67 3,72 3.147,23 3,46 3.517,89 3,53 3.774,72 3,47 4.031,88 3,32

  Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 1.396,30 1,73 1.887,77 2,07 2.456,87 2,46 2.913,46 2,68 3.329,44 2,75 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

  488,97 0,60 580,14 0,64 691,32 0,69 777,57 0,71 902,19 0,74 R, S, T Jasa lainnya 966,67 1,20 1.027,19 1,13 1.043,01 1,05 1.185,72 1,09 1.358,82 1,12

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 80.824,10 100,00 91.034,10 100,00 99.753,67 100,00 108.783,39 100,00 121.262,90 100,00

  Sumber : Publikasi Analisi Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2014 4-18

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 aporan L Akhir

Tabel 4.9 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2014 (Milyar Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 **) Kategori Kategori / Subkategori Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 849,08 1,05 903,82 1,05 919,39 1,01 954,10 0,98 955,37 0,93 B Pertambangan dan Penggalian 160,72 0,20 165,92 0,19 173,03 0,19 179,27 0,18 180,99 0,18 C Industri Pengolahan 20.032,78 24,79 21.956,02 25,49 23.700,81 25,96 25.954,06 26,66 27.693,43 27,02 D Pengadaan Listrik, Gas 97,24 0,12 104,33 0,12 114,15 0,13 123,21 0,13 123,65 0,12 E Pengadaan Air 99,63 0,12 101,22 0,12 99,15 0,11 98,54 0,10 100,36 0,10 F Konstruksi 22.459,13 27,79 23.022,73 26,73 24.467,35 26,80 25.709,84 26,41 26.606,79 25,96 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan 13.083,37 16,19 14.300,92 16,60 14.404,60 15,78 14.968,95 15,38 15.307,23 14,93 perawatan mobil dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan

  2.739,45 3,39 2.877,54 3,34 3.099,05 3,40 3.415,67 3,51 3.718,91 3,63

  I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.469,89 3,06 2.651,72 3,08 2.866,79 3,14 3.040,32 3,12 3.238,50 3,16 J Informasi dan Komunikasi 6.581,51 8,14 7.117,18 8,26 7.826,30 8,57 8.449,29 8,68 9.498,19 9,27

  K Jasa Keuangan 3.606,96 4,46 3.699,67 4,29 3.809,63 4,17 3.961,91 4,07 4.048,69 3,95 L Real Estate 2.358,52 2,92 2.505,22 2,91 2.640,25 2,89 2.842,92 2,92 3.026,68 2,95

  M, N Jasa Perusahaan 425,23 0,53 466,45 0,54 497,32 0,54 558,25 0,57 597,79 0,58 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 3.008,67 3,72 3.091,25 3,59 3.117,27 3,41 3.215,76 3,30 3.198,84 3,12

  Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 1.396,30 1,73 1.644,24 1,91 1.946,15 2,13 2.125,57 2,18 2.312,70 2,26 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

  488,97 0,60 537,74 0,62 597,81 0,65 640,17 0,66 711,49 0,69 R, S, T Jasa lainnya 966,67 1,20 997,01 1,16 1.002,97 1,10 1.103,14 1,13 1.181,77 1,15

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 80.824,10 100,00 86.142,97 100,00 91.282,03 100,00 97.340,98 100,00 102.501,39 100,00

  Sumber : Publikasi Analisi Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2014 4-19

  Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Semarang Tahun 2016-2020 aporan L Akhir

  Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Semarang telah bergeser dari lapangan

usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari

penurunan peranan setiap tahunnya terhadap pembentukan PDRB Kota Semarang. Sumbangan

terbesar pada tahun 2014 dihasilkan oleh lapangan usaha Industri Pengolahan, kemudian

lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,lapangan usaha Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Motor, lapangan usaha Konstruksi. Sementara peranan lapangan

usaha lainnya di bawah 5 persen.

  Gambaran lebih jauh struktur perekonomian Kota Semarang dapat dilihat berdasarkan dari

peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB Kota Semarang. Sektor Primer

yang terdiri dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian

adalah sebagai penyedia kebutuhan dasar dan bahan, peranannya menurun menjadi 1,16 persen

pada tahun 2014, dibanding tahun 2013 yang sebesar 1,11 persen. Demikian juga yang terjadi

pada sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas;

Pengadaan Air serta sektor Konstruksi yang peranannya juga menurun dari 53,30 persen pada

tahun 2013 turun menjadi 53,19 persen pada tahun 2014. Sektor tersier yang sifat kegiatannya

sebagai jasa peranannya mengalami peningkatan dari 45,53 persen tahun 2013 menjadi 45,70

persen pada tahun 2014. Pada tahun 2014 sumbangan terbesar masih diperoleh dari sektor

Industri Pengolahan sebesar 27,02 persen, peranannya naik dibanding tahun 2013 yang mencapai

26,66 persen. Sumbangan dari sektor Konstruksi merupakan terbesar kedua yaitu sebesar 26,41

persen pada tahun 2013 mengalami sedikit penurunan menjadi 25.96 persen pada tahun 2014.

Dan kontribusi terbesar ketiga adalah dari sektor Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan

perawatan mobil dan sepeda motor, yaitu sebesar 15,38 pada tahun 2013 mengalami penurunan

menjadi sebesar 14,93 pada tahun 2014.

  4-20 L aporan

  Akhir 4-21

  Sumber : BPS Kota Semarang

Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Tengah dan

  Nasional Tahun 2010 – 2014 Laju pertumbuhan PDRB Kota Semarang tahun 2014 mencapai 5,30 persen, lebih lambat

dibandingkan tahun 2013 dengan pertumbuhan 6,64 persen. Angka tersebut berada dibawah

  Prov. Jawa Tengah dan diatas Nasional. Selama kurun waktu tahun 2011

  • – 2013, LPE Kota Semarang berada diatas LPE Prov. Jawa Tengah dan saling bertukar tempat dengan LPE Nasional.

Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kota Semarang Tahun 2010

  • – 2014

  

Kategori Kategori / Subkategori 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  Atas Dasar Harga Berlaku : A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - 10,14 6,44 13,25 5,71 B Pertambangan dan Penggalian - 9,98 4,59 6,92 20,07 C Industri Pengolahan - 21,35 11,41 9,41 14,80

  D Pengadaan Listrik, Gas - 8,35 6,74 1,87 0,65 E Pengadaan Air - 2,37 -2,67 2,12 4,58 F Konstruksi - 7,27 10,60 8,43 12,22 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor

  • 12,65 2,75 7,08 5,51 H Transportasi dan Pergudangan - 8,20 10,15 15,88 17,43

  I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum - 12,99 15,92 14,64 13,06 J Informasi dan Komunikasi - 9,62 5,97 4,33 7,98 K Jasa Keuangan - 8,77 12,10 9,24 7,87 L Real Estate - 7,86 5,78 9,17 12,41

  L aporan

  Akhir 4-22

  

Kategori Kategori / Subkategori 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  Atas Dasar Harga Berlaku : M, N Jasa Perusahaan - 16,98 10,15 17,38 10,75 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

  • 4,61 11,78 7,30 6,81 P Jasa Pendidikan - 35,20 30,15 18,58 14,28 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 18,64 19,16 12,48 16,03

    R, S, T Jasa lainnya - 6,26 1,54 13,68 14,60

  LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTTO (PDRB) - 12,63 9,58 9,05 11,47

Kategori Kategori / Subkategori 2010 2011 2012 2013 2014

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Atas Dasar Harga Konstan 2010 : A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - 6,45 1,72 3,78 0,13

  B Pertambangan dan Penggalian - 3,23 4,29 3,61 0,96 C Industri Pengolahan - 9,60 7,95 9,51 6,70 D Pengadaan Listrik, Gas - 7,29 9,41 7,94 0,36 E Pengadaan Air - 1,59 -2,04 -0,61 1,85

  F Konstruksi - 2,51 6,27 5,08 3,49 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor

  • 9,31 0,73 3,92 2,26 H Transportasi dan Pergudangan - 5,04 7,70 10,22 8,88

  I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum - 7,36 8,11 6,05 6,52 J Informasi dan Komunikasi - 8,14 9,96 7,96 12,41 K Jasa Keuangan - 2,57 2,97 4,00 2,19 L Real Estate - 6,22 5,39 7,68 6,46

  M, N Jasa Perusahaan - 9,69 6,62 12,25 7,08 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

  • 2,74 0,84 3,16 -0,53 P Jasa Pendidikan - 17,76 18,36 9,22 8,80 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 9,97 11,17 7,09 11,14 R, S, T Jasa lainnya - 3,14 0,60 9,99 7,13

  LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTTO (PDRB) - 6,58 5,97 6,64 5,30 Sumber : BPS Kota Semarang aporan L Akhir

  Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi

sebesar 12,41 persen. Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Pertanian merupakan satu-

satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi 0,13 persen. Laju pertumbuhan tertinggi

kedua yaitu lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,20 persen, diikuti

lapangan usaha Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 11,14 persen, Transportasi dan Pergudangan

tumbuh sebesar 8,88 Persen, Jasa lainnya tumbuh sebesar 7,13 persen, Jasa Perusahaan tumbuh

sebesar 7,08 persen, Industri Pengolahan tumbuh sebesar 6,70 persen, Penyediaan Akomodasi

dan Makan minum tumbuh sebesar 6,52, Real Estate tumbuh sebesar 6,46 persen, pertambangan

dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 0,96 persen.