Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

DI SUMATERA UTARA.

SKRIPSI

Diajukan Oleh : ERIANTO PASARIBU

050523028

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABATRACT

The research analyzes the relation beetwen the composites of Human Developmen Index in to step up prosperous of people, who can see from value of Human Developmen Index at 25th of Regency/City of North Sumatera. Theory of composites Human Development Index with Ordinary Least Square and Fixed Effect Modelwere used to exhibite how many influence of independent variable to dependent variable. The rasult show that there is a significant influence of the composites Human Development Index the prosperous of people by 0,99 coeficient of determinad. While, each of independent variable has a significant affect to dependent variable.

The research too see about necessary have a repair in education, healty, social, and population in North Sumatera along with necessary action from government to small villages.

Keywords : Human Development Index, Life Expectancy, Literacy Rate, Mean Year of Schooling,real Percapita,Infant Mortality Rate, and Population Growth


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa hubungan antara indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia tersebut di 25 kabupaten/Kota Sumatera Utara. Teori indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia dengan menggunakan teori kuandrat terkecil dan Model Effect Tetap digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh yang signifikan antara indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia terhadap kesejahteraan masyarakat dengan determinan koefisien 0,99. yang mana, setiap variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

Dalam penelitian ini juga melihat bahwa perlunya adanya perbaikan dalam pendidik, kesehatan, sosial dan kependudukan di sumatera utara serta perlunya perhatian pemerintah kepada dearah yang terpencil.

Kata Kunci : Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, Angka Melek huruf, Rata-rata Lama Bersekolah,Pengeluaran Rill Perkapita, Angka Kematian Bayi dan Pertumbuhan Penduduk.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat penyertaan, kasih setia, serta pendampingan-Mu pada kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini guna memenuhui salah satu syarat meraih gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Adapun penulisan skripsi ini disusun dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian perpustakaan serta perkembangan dan data sekunder yang terkait dalam hal yang diteliti.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh penulis baik meteril maupun moril, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Kepala Departemen Ekonomi Unversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulisan dan penyempurnaan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. HB.Tarmizi, SU selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran dan kritik dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku dosen wali, serta dosen pengajar mata kuliah di FE-USU yang sudah membantu, membimbing, mengarahkan dan membuka wawasan penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Staf administrasi FE-USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan urusan-urusan administrasi selama perkuliahan.

7. Dengan rasa hormat kepada Bapak aku G.Pasaribu dan Mama aku S.br.oppusungguh yang telah mendukung dengan Doa dan kasih sayang yang tak ternilai.

8. Kepada Saudara-saudara aku : Elistin (kakak),adek-adek aku (Ertrima, Emmy, dan Edo) atas doanya dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan seluruh keluarga yang telah mendukung aku dalam Doa dan kepada teman-teman anak G’12 (makasi yach…)

9. Kepada sahabat-sahabatku (EP Ext 05) terima kasih atas sarannya

10. Kepada KTB.Ekklesia PD. Maranatha (B’Adi,K’Lina dan Maradona) terima kasih atas Doanya.


(6)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak hal kurang dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini sehingga pada akhirnya akan dapat dipergunakan dalam pengembangan dan pemahaman study ilmiah.

Medan, Maret 2008 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ………... i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………..… iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….... ix

DAFTAR SINGKATAN ……….….. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 4

1.3 Hipotesis ……….. 4

1.4 Tujuan Penelitian ………. 5

1.5 Manfaat Penelitian ………...… 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Konsep Pembangunan Manusia dan Pengukurannya .………. 7

2.2 Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya ……….. 9

2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : Pegukuran Pencapaian Pembangunan …..……… 10

2.4 Kegunaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ……….. 12


(8)

2.6 Kedudukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dalam Pembangunan Daerah ..………... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup ………...… 17

3.2 Jenis dan Sumber Data ………...… 18

3.3 Pengolahan Data ……… 19

3.4 Model Analisa ……….... 19

3.5 Defenisi Operasional ……….. 20

BAB IV TINJAUAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara 4.1.1 Jumlah Penduduk ………..…. 21

4.1.2 Pendidikan ……….. 24

4.1.3 Kesehatan dan Keluarga Berencana………...…………. 26

4.1.4 Produk Domestik Regional bruto 4.1.4.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha ..………... 28

4.1.4.2 PDRB Menurut Penggunaan…….……… 28

4.2 Gambaran Kesejahteraan rakyat Sumatera Utara 4.2.1 Harapan Hidup ……… 29

4.2.2 Melek Huruf ……… 30

4.2.3 Rata-rata Lama Bersekolah ………. 30


(9)

4.2.5 Pertumbuhan Penduduk 4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Hasil Estimasi Dengan Metode Ordinary Least Square (OLS) ..33 4.3.2 Hasil Estimasi Dengan Fixed Effect Model (FEM) …………... 37 4.3.3 Hasil Estimasi Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model .41

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan ………..……….. 43 5.2 Saran ………..……… 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.4 Kegunaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 12 4.1 Luas Wilayah, Jumlah penduduk, dan Kepadatan Penduduk 23 4.2 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SD Menurut Kabupaten/Kota 25 4.3 Jumlah Rumah Sakit Umum menurut Kabupaten/Kota 27

4.4 Harapan Hidup 29

4.5 Melek Huruf 30

4.6 Rata-rata Lama Bersekolah 31

4.7 Persentase Angka Kematian Bayi 31

4.8 Hasil Estimasi OLS Untuk Data Panel 33 4.9 Hasil Estimasi Fixed Effect Model 37

4.10 Hasil Estimasi Heteroditas 40


(11)

DAFTAR SINGKATAN

ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku ADHK = Atas Dasar Harga Konstan

ASEAN = Association of South-East Asia Nation APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAPEDA = Badan Perencanaan Daerah

BBM = Bahan Bakar Minyak BPS = Badan Pusat Statistik BPU = Balai Pengobatan Umum BUMN = Badan Usaha Milik Negara

DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FEM = Fixed Effect Model

GBHN = Garis-Garis Besar Haluan Negara GNP = Gross National Product

HDR = Human Development Report IDT = Inpres Desa Tertinggal

IPM = Indeks Pembangunan Manusia KUKESRA = Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat KUT = Kredit Usaha Tani

OLS = Ordinary Least Square PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa


(12)

REPELITA = Rencana Pembangunan Lima Tahun RI = Republik Indonesia

SD = Sekolah Dasar

SDM = Sumber Daya manusia

SMTP = Sekolah Menengah Tingkat Pertama SMTA = Sekolah Menengah Tingkat Atas SP = Sensus Penduduk

TAKESRA = Tabungan Kesejahteraan Rakyat TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja UNDP = United Nation Developmen Program UUD = Undang-Undang Dasar


(13)

ABATRACT

The research analyzes the relation beetwen the composites of Human Developmen Index in to step up prosperous of people, who can see from value of Human Developmen Index at 25th of Regency/City of North Sumatera. Theory of composites Human Development Index with Ordinary Least Square and Fixed Effect Modelwere used to exhibite how many influence of independent variable to dependent variable. The rasult show that there is a significant influence of the composites Human Development Index the prosperous of people by 0,99 coeficient of determinad. While, each of independent variable has a significant affect to dependent variable.

The research too see about necessary have a repair in education, healty, social, and population in North Sumatera along with necessary action from government to small villages.

Keywords : Human Development Index, Life Expectancy, Literacy Rate, Mean Year of Schooling,real Percapita,Infant Mortality Rate, and Population Growth


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa hubungan antara indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia tersebut di 25 kabupaten/Kota Sumatera Utara. Teori indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia dengan menggunakan teori kuandrat terkecil dan Model Effect Tetap digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh yang signifikan antara indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia terhadap kesejahteraan masyarakat dengan determinan koefisien 0,99. yang mana, setiap variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

Dalam penelitian ini juga melihat bahwa perlunya adanya perbaikan dalam pendidik, kesehatan, sosial dan kependudukan di sumatera utara serta perlunya perhatian pemerintah kepada dearah yang terpencil.

Kata Kunci : Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, Angka Melek huruf, Rata-rata Lama Bersekolah,Pengeluaran Rill Perkapita, Angka Kematian Bayi dan Pertumbuhan Penduduk.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN.

1.1.Latar Belakang.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata meteril dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia (RI) yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

Sasaran pembangunan khusus di bidang ekonomi adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan handal sebagai usaha azas kekeluargaan, berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran yang semakin merata, pertumbuhan yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, didorong oleh kemitraan usaha yang kukuh antara Badan Usaha Koperasi, Negara dan Swasta serta pendayagunaan sumber daya alam yang optimal yang kesemuanya didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju, produktif, dan profesional, iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terpeliharanya fungsi lingkungan hidup.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), pembangunan manusia merupakan suatu model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk. Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan menitik-beratkan


(16)

pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatkan derajat kesehatan, berupa umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif serta mendapat penghasilan yang mencukupi dengan daya beli yang layak.

Berdasarkan konsep diatas, membangunan manusia berarti meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam arti yang luas meliputi aspek jasmani dan rohani, material dan spritual dan dalam skala individu maupun sosial yang pada akhirnya harus mampu menjadi sumber daya pembangunan secara komperhensif.

Kepala perwakilan program pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) untuk Indonesia Bo Asplund mengatakan menurunnya peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2003 itu disebabkan tidak adanya perbaikan signifikan yang dibuat Indonesia dalam beberapa indikator IPM.

Kualitas pendidikan dasar, seperti yang ditetapkan pemerintah Indonesia, juga masih memprihatinkan. Indonesia juga belum juga menunjukkan percepatan dalam meningkatkan cakupan pelayanan sosial dasar bagi anak-anak dan, perempuan, khususnya pelayanan imunisasi, persalinan, dan sanitasi. Selain itu, juga kurangnya perhatikan terhadap provinsi yang tertinggal.

Di kalangan anggota ASEAN, kata Asplund, Vietnam berada tiga tingkat di atas Indonesia karena Vietnam menunjukkan peningkatan berarti dalam indikator-indikator IPM.

Mengenai penurunan IPM Indonesia tersebut, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Perencanaan nasional Kwiek Kian Gie mengatakan, hal yang cukup mengejutkan bahwa kualitas manusia Indonesia


(17)

semakin memburuk. Penyebabnya, karena pembangunan Indonesia selama ini hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan mengesampingkan perbaikan kualitas manusia. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum krisis terus-menerus mancapai 6-7 persen, tetap saja kualitas manusianya tidak mengalami perbaikan.

Melihat kenyataan bahwa selama ini pertumbuhan ekonomi hanya dirasakan oleh sekelompok kecil rakyat Indonesia, maka dalam paradigma baru ini harus dipikirkan agar pertumbuhan ekonomi dinikmati semerata mungkin.

Perlunya paradigma baru juga disampaikan pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Chatib Basri (2003, WWW. UNDP.COM). Ia mengatakan, kurangnya perhatian pemerintah dalam perbaikan kualitas manusia tercermin terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dimana alokasi anggaran lebih besar untuk pengeluaran rutin dari pada anggaran pembangunan. Ia mengatakan, anggaran Negara atau Daerah itu penting untuk membuat akses. Sebab, yang membuat manusia itu miskin atau kelaparan atau sakit adalah tidak adanya akses, bukan tidak adanya sumber. Kelaparan ini bukan terjadi karena tidak adanya makanan, tetapi tidak ada akses untuk memperoleh makanan.

Chatib menambahkan, akses ini terkait dengan kebebasan dan jaminan kebutuhan pokok dari pemerintah, dimana hal ini tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pasar. Harus ada intervensi pemerintah, misalnya dalam pembangunan sarana dan infrastruktur. Kalau tidak, kualitas manusia tidak akan membaik.


(18)

Berdasarkan alasan di atas maka penulis berkeinginan untuk meneliti serta memilih judul skripsi :” Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara”.

1.2.Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar penelitian adalah :

1. Bagaimana pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

2. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Bersekolah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh Melek Huruf terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

4. Bagaimana pengaruh Angka Kematian Bayi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

5. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

1.3.Hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :


(19)

1. Terdapatnya hubungan positif antara Angka Harapan Hidup dengan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

2. Terdapatnya hubungan positif antara Rata-rata Lama Bersekolah dengan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

3. Terdapatnya hubungan positif antara Melek Huruf terhadap Indeks Pembanguna Manusia di Sumatera Utara.

4. Terdapatnya hubungan positif antara Angka Kematian Bayi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

5. Terdapatnya hubungan positif antara Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

1.4.Tujuan Penelitian.

Adapun tujan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Harapan Hidup terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Rata-rata Lama Bersekolah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Melek Huruf terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Angka Kematian Bayi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.


(20)

1.5.Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

• Sebagai bahan tambahan bagi Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) dalam mengambil kesimpulan mengenai Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

• Sebagai bahan literature bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa Departement Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) yang ini melakukan penelitian di masa akan datang.

• Sebagai bahan masukkan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.

• Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara yang dipengaruhi oleh berbagai variabel.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Konsep Pembanguanan Manusia dan Pengukurannya

UNDP mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the unlimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Sacara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Produkrivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan untuk berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafka. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan.

Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.


(22)

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan, dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, cultural, sosial, dan politik. Jika kedua sisi itu tidak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi


(23)

nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

2.2. Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya.

Pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN yang kemudian dijabarkan ke dalam Repelita adalah pembangunan yang menganut konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.

Azas pemerataan merupakan salah satu trilogy pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan, adalah salah satu prinsip pembangunan manusia. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dilakukan pemerintah melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan dasar. Di sektor ekonomi azas pemerataan yang diimplementasikan antara lain adalah dengan memberi kredit kepada petani berupa Kredit Usaha Tani (KUT), yang diperkirakan memberikan pengaruh yang besar oleh di karenakan sektor pertanian menyerap tenaga kerja


(24)

terbanyak. Juga upaya pemberdayaan dilakukan usaha bagi penduduk miskin melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Program Kukesra serta Takesra.

Pembangunan di bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini secara nyata telah berhasil telah menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia ditinjau dari pelbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih rendah.

2.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : Pengukuran Pencapian Pembangunan.

Pembangunan manusia menyangkut dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan idikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup, berpengaruh dan berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standart hidup layak.


(25)

Indeks Pembangunan Manusia, karena dimaksudkan untuk mengukur dampak sebagai komposit dasar tersebut, dengan demikian mengunakan indikator dampak sebagai komponen dasar perhitungannya yaitu, Angka Harapan Hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Bersekolah, serta Pengeluaran Rill. Nilai IPM suatu Negara atau wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu Angka Harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua masyarakat (tanpa kecuali), serta tingkat pengeluaran dan komsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat dengan nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen itu maka Indeks Pembangunan Manusia harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks tercermin dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebesan politik, kesinambungan lingkungan, dan kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998. menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks


(26)

pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepakaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek. 2.4. Kegunaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Tabel. 2.1

Nilai Minimum dan Maksimum IPM

Komponen IPM

Nlai

Catatan Maksimum Minimum

Angka harapan Hidup 85 25 Standart UNDP Angka Melek Huruf 100 0 Standart UNDP Rata-rata Lama

Bersekolah 15 0 Standart UNDP

Pengeluaran Rill 732.720 300.000

UNDP menggunakan PDB/ Kapita rill yang disesuaikan

Mencermati ukuran dan komponen di atas maka IPM yang dicapai oleh suatu bangsa atau dapat mencerminkan keberhasilan membangun unsur manusia dari tiga sisi yang paling mendasar yaitu Melek Huruf, Harapan Hidup, dan Daya Beli. IPM tidak mengukur aspek-aspek kebutuhan mendasar lainnya seperti perumahan,lingkungan, kualitas giji, dan sebagainya. Akan tetapi sendainya ketiga unsur tersebut juga masih rendah pencapaian hal itu dapat menggambarkan


(27)

Sebagai ukuran komposit tunggal, IPM (antara 0-100) mengartikan tingkatan status pembangunan manusia di suatu wilayah yang kemudian berfungsi sebagai patokan dasar perencanaan jika dibandingkan :

i.Antar kurun waktu memberikan gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau;

ii. Antar wilayah untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap daerah lain

untuk dapat memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah sebagai ukuran komposit, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan.

Di sektor perencanaan, pemanfaatan IPM terbatas hanya sebagai patokan dasar. Oleh karena itu perumusan kebijakan yang lebih terarah, suatu kajian tentang situasi pembangunan manusia perlu di lakukan di suatu wilayah untuk memberikan petunjuk yang lebih jelas tentang arah kebijakan pembangunan di massa yang akan datang.

Dalam merumuskan kebijakan pembangunan, perlu diperhatikan tingkat pencapaian setiap tahun. Karena itu kajian tentang pencapaian upaya pembangunan manusia perlu dilakukan dalam suatu periode tertentu, yang memberikan kesempatan untuk mengkaji dampak dari program bagi peningkatan kapasitas dasar penduduk. Tingkat pencapaian setiap tahun menuju status pembangunan manusia yang ideal yang telah dihasilkan pada suatu periode merupakan bagi kebijakan pembangunan yang telah diputuskan pada periode tertentu.


(28)

2.5. Rumus Umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Seperti yang dikemukakan sebelumnya komponen Indeks Pembangunan Manusia adalah Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Bersekolah, dan Pengeluaran Rill Perkapita. Dalam penyajiannya indeks tersebut dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut :

) , ( ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( j i Min j i Max j i Min j i j i I − − = χ χ χ

=

= = 9( , ) 1,2,3

3 1 )

(j 1 I i j j

IPM i

Dimana :

I(I,j) = Indeks Komponen IPM ke-i untuk proporsi ke-j Max X(I,j) = Nilai komponen IPM ke-i yang tertinggi

Min X(I,j) = Nilai komponen IPM ke –i yang terendah IPM (j) = Indeks Pembangunan Manusia provinsi j

Untuk tujuan perhitungan indeks, dapat ditempuh berbagai cara untuk menetapkan nilai maximum dan minimum X(i,j). sebagai ilustrasi, jika tujuan hanya sekedar membandingkan kinerja provinsi dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah X(i,j) pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum (nilai extreme). Metode pemilihan ini tidak memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu.

Nilai Indeks Pembangunan Manusia suatu Negara atau wilayah menunjukkan seberapa besar sasaran yang ditentukan telah tercapai seperti Angka Harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar yang telah dinikmati oleh lapisan


(29)

masyarakat (tanpa terkecuali), dan tingkat pengeluaran maupun komsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap 100 menunjukkan semakin dekat jalan menuju pembangunan manusia yang ideal dan diharapkan.

2.6. Kedudukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Pembangunan Daerah.

Pembangunan daerah merupakan realisasi dari asperasi dan tujuan suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya sistematis. Dalam konteks ini, perencanaan pembangunan merupakan tahapan yang menentukan keberhasilan mencapai tujuan yang sudah digariskan dalam GBHN dan Pola Dasar Pembangunan Daerah. Proses perencanaan juga meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap pelbagai program yang telah diimplementasikan pada periode sebelumnya. Suatu kajian yang membahas situasi dan kondisi yang objektif tentang permasalah pokok yang dihadapi dalam pelaksanaan pelbagai program pembangunan, karenanya perlu dilakukan untuk melakukan pentahapan, pencapaiaan tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka pendek serta bentuk menentukan prioritas, Melalui kajian tersebut dirumuskan suatu kebijakan umum yang akan menjadi pedoman bagi para perencana dalam merancang berbagai program.

Dalam konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan pada pola dasar pembangunan daerah yang akan datang. Hal ini merupakan langka penting karena Indeks Pembangunan Manusia menduduki salah satu posisi penting dalam manajement pembangunan daerah,


(30)

oleh karena itu pelaksanaan pembangunan secara luas juga meliputi unsur perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Fungsi indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci bagi terlaksananya perencanaan pembangunan terarah.

Kedudukan dan peran Indeks Pembangunan Manusia dalam manajement pembangunan akan lebih terlihat jika dilengkapi dengan suatu data set yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai salah satu sistem data utama dalam identifikasi lebih lanjut yang dilakukan untuk mengenali lebih dalam permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan upaya dan hasil-hasil serta dampak pembangunan manusia. Indentifikasi tersebut dibuat dalam suatu analisis situasi pembangunan manusia yang mengkaji berbagai kendala dalam implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya dan potensi yang dimiliki suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai masukkan dalam perencanaan pembangunan daerah periode yang akan datang. Proses ini merupakan kajian yang dapat menghasilkan rekomendasi bagi implikasi kebijakan pembangunan yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, IPM merupakan alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumusan kebijakan tentang langka-langka pada masa mendatang yang perlu dilakukan.

Penempatan IPM sebagai salah satu ukuran dan patokan dasar dalam penentuan sasaran dan tujuan pembangunan daerah ditetapkan setelah berbagai kajian metodelogis dan empiris dilakukan serta uji coba pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah perlu dilakukan.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN.

Metode penelitian adalah langka dan prosedur yang akan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

3.1. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup penelitian ini menitik-beratkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara, yang terdiri dari 25 Kabupaten/Kota, yaitu :

1. Nias

2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuan Batu 8. Asahan 9. Simalugun 10.Dairi 11.Karo


(32)

13.Langkat 14.Nias Selatan

15.Humbang Hasundutan 16.Pakpak Bharat

17.Samosir

18.Serdang Bedagai 19.Kota Sibolga 20.Kota Tanjung Balai 21.Kota Pematang Siantar 22.Kota Tebing Tinggi 23.Kota Medan

24.Kota Binjai

25.Kota Padang Sidempuan

3.2. Jenis dan Sumber Data.

Adapun data yang digunakan adalah data sekunder, jenis data yang diperoleh melalui Liberary Research, yaitu penelitian melalui kepustakaan. Dimana data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data berbentuk data Panel yaitu data gabungan dari data time series dengan data cross section, dengan kurun waktu dari tahun 2002-2005 (4 tahun) dengan data sebanyak 100 data (4 tahun*banyaknya Kabupaten/Kota pada tiapa tahun), sehingga penelitian ini merupakan hasil penggunaan data Panel selama periode tersebut.


(33)

3.3. Pengolahan Data.

Dalam pengolahan data penulis menggunakan program Eviews versi 4.1.

3.4. Model Analisis.

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis, sebagai berikut :

µ βχ βχ βχ βχ βχ βχ βχ

α + + + + + + + +

= it it it it it it it it

Y

Dimana :

i = 1,2,3,4,5,6,7 t = 1,2,3,4,5,6,7

it

Y = Indeks Pembangunan Manusia α = Intercept/Konstanta

β = Koefisien Regresi

1

χ = Harapan Hidup (Persen)

2

χ = Melek Huruf (Persen)

3

χ = Rata-rata Lama Bersekolah (Persen)

4

χ = Angka Kematian Bayi (Persen)

5

χ = Pertumbuhan Penduduk (Persen) µ = Term Error


(34)

3.5. Defenisi Operasional

1. Harapan Hidup adalah angka atau umur perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk di Sumatera utara pada tahun tertentu, dinyatakan dalam persen.

2. Melek Huruf adalah persentase penduduk Sumatera Utara yang dapat membaca dan menulis di Sumatera Utara, dinyatakan dalam persen

3. Rata-rata Lama Bersekolah adalah seberapa lama kita mengecap pendidikan baik formal maupun nonformal (terhitung sejak masuk Sekolah Dasar), dinyatakan dalam persen.

4. Persentase Angka Kematian Bayi adalah Angka atau umur perkiraan rata-rata lamanya hidup bayi di Sumatera Utara pada tahun tertentu, dinyatakan dalam persen.

5. Persentase Pertumbuhan Penduduk adalah persentase penambahan jumlah penduduk di Sumatera Utara dalam tahun tertentu, dinyatakan dalam persen.


(35)

BAB IV

TINJAUAN UMUM

4.1. Gambaran Umum Sumatera Utara 4.1.1 Jumlah Penduduk.

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hasil sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.543.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per Km2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per Km2

Penduduk laki-laki di Sumatera utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 penduduk sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari

. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1999-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37% per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005-2006 mencapai 1,57%.


(36)

pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa (45,11).

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993-2006. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31 persen dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen. Namun karena terjadinya krisis moneter secara maksimal termasuk Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74 persen dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan orang miskin baik secara absolute maupun secara persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun sebanyak 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93% kemudian tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%), namun dampak kenaikan BBM pada Maret dan Oktober 2005 penduduk menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%).


(37)

Tabel 4.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

No Kabupaten/Kota

Luas Wilayah

(Km2) Penduduk

Kepadatan Penduduk

(per Km2)

1 Nias 3.495,39 442.019 126

2 Mandailing Natal 6.620,70 413.75 63

3 Tapanuli Selatan 12.163,65 629.212 52

4 Tapanuli Tengah 2.158 297.834 136

5 Tapanuli Utara 3.764,65 256.444 69

6 Toba Samosir 2.352,35 169.116 68

7 Labuhan Batu 9.223,18 987.157 107

8 Asahan 4.580,75 1.038.554 227

9 Simalugun 4.368,60 841.198 192

10 Dairi 1.927,80 267.629 139

11 Karo 2.127,25 342.555 161

12 Deli Serdang 2.486,14 1.634.115 679

13 Langkat 6.263,29 1.013.849 162

14 Nias Selatan 1.625,91 271.062 148

15 Humbang Hasundutan 2.297,20 152.757 65

16 Pakpak Bharat 1.218,30 34.822 29

17 Samosir 2.433,50 130.662 63

18 Serdang Bedagai 1.913,33 605.63 304

19 Sibolga 10,77 91.941 8.537

20 Tanjung Balai 61,52 156.475 2.586

21 Pematang Sinatar 79,97 235.372 2.943

22 Tebing tinggi 38,44 137.959 3.631

23 Medan 265,10 2.067.288 7.798

24 Binjai 90,24 244.256 2.704

25 Padang Sidempuan 114,65 181.856 1.299


(38)

4.1.2 Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Kelas maupun guru pada tahun ajaran 2004/2005 untuk seluruh jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Di tingkat pendidikan dasar, jumlah sekolah pada tahun 2004/2005 ada sebanyak 9.594 unit dengan jumlah guru 79.444 orang dengan murid sebanyak 1.796.775 orang. Sementara jumlah sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) ada sebanyak 1.818 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 36.847 orang dengan jumlah murid sebanyak 557.710 orang. Pada tahun yang sama jumlah sekolah tingkat pendidikan sekolah menengah (SMTA) ada sebanyak 1.369 sekolah dengan jumlah guru dan murid masing-masing 34.621 orang dan 472.175 siswa termasuk didalamnya sekolah menengah kejurusan (SMK).

Rasio murid SD terhadap sekolah yang berarti bahwa setiap sekolah yang ada di Sumatera Utara secara rata-rata pada tahun 2005 sebesar 187,25. Rasio yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Pakpak Bharat yaitu 489,54 murid per sekolah dan Kota Medan yaitu 322,04 murid per sekolah, sedangkan rasio terkecil terdapat di Kabupaten Samosir yaitu 102,83 murid per sekolah. Pada tingkat pendidikan SLTP, rasio murid terhadap sekolah adalah sebesar 306,8 murid per sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kota Sibolga yaitu 479,5 murid untuk setiap sekolah dan yang terendah terdapat di Kabupaten Nias Selatan yaitu 53,8 murid untuk setiap sekolah. Sementara itu rasio murid sekolah menengah umum terhadap sekolah sebesar 374,8 murid per sekolah. Rasio yang tertinggi terdapat di


(39)

Kota Pematang Siantar yaitu 562,7 murid per sekolah dan terendah di Kabupaten Nias Selatan yaitu 137,9 murid untuk setiap sekolah.

Jumlah perguruan tinggi swasta pada tahun 2005 adalah sebanyak 252 PTS, yang terdiri dari 32 Universitas, 112 sekolah tinggi, 3 institut, 94 akademik dan 11 politeknik.

Tabel 4.2. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid SD menurut Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota Sekolah Guru Murid

1 Nias 421 2.973 77.750

2 Mandailing Natal 374 2.646 64.538 3 Tapanuli Selatan 674 4.495 99.078

4 Tapanuli Tengah 327 2.126 44.848

5 Tapanuli Utara 394 2.526 46.291

6 Toba Samosir 219 1.273 26.776

7 Labuan batu 708 4.823 149.894

8 Asahan 872 6.437 140.878

9 Simalugun 910 7.051 116.484

10 Dairi 264 2.585 47.168

11 Karo 308 2.670 45.686

12 Deli Serdang 814 8.527 191.716

13 Langkat 663 5.918 127.655

14 Nias Selatan 262 948 47.673

15 Humbang Hasundutan 220 1.239 29.156

16 Pakpak Bharat 57 1.267 27.904

17 Samosir 202 919 20.771

18 Serdang Bedagai 472 3.487 77.382

19 Sibolga 60 643 13.959

20 Tanjung Balai 91 955 26.300

21 Pematang Siantar 158 1.485 31.963

22 Tebing Tinggi 90 1.142 19.169

23 Medan 796 10.462 256.341

24 Binjai 148 1.570 38.922

25 Padang Sidempuan 90 1.277 28.473 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(40)

4.1.3 Kesehatan dan Keluarga Berencana.

Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor utama dalam menunjang perbaikan kualitas hidup. Rumah sakit yang ada di Sumatera Utara terdiri dari dari 26 rumah sakit pemerintah dan 119 rumah sakit swasta. Jumlah kapasitas tempat tidur rumah sakit pemerintah pada tahun 2004 sebanyak 3.930 buah dan 6.835 kapasitas tempat tidur rumah sakit swasta.

Sementara sarana kesehatan tingkat kecamatan dan pedesaan cukup banyak di Sumatera Utara. Puskesmas di Sumatera Utara tahun 2005 berjumlah 437 unit dan Puskesmas pembantu sebanyak 1.808 unit, sedangkan Balai Pengobatan Umum (BPU) terdapat sebanyak 886 buah dan Posyandu ada sekitar 12.611 unit.

Tenaga medis di Sumatera Utara jumlahnya terus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah dokter umum di Sumatera Utara tahun 2005 terdapat sebanyak 1.455 orang, dokter gigi 508 orang dan dokter spesialis sebanyak 368 orang. Sedangkan tenaga medis bidan tersedia sebanyak 7.142 orang dan perawat sebanyak 6.794 orang.

Perkembangan Pasangan Usia Subur (PUS) di Sumatera Utara setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, PUS di Sumatera Utara terdapat sebesar 1.740.669 dan tahun 2004 meningkat menjadi 1.786.746 PUS. Pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 1.799.450 PUS.

Persentase akseptor aktif terhadap PUS setiap tahun mengalami peningkatan. Tahun 2001 persentasenya mencapai 58,97 persen, tahun 2004 meningkat menjadi 62,90 persen, dan tahun 2005 meningkat lagi menjadi 63,91


(41)

persen. Jumlah klinik KB di Sumatera Utara tahun 2005 ada sebanyak 1.022 buah yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.

Tabel .4.3 Jumlah Rumah Sakit Umum menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Rumah Sakit Umum

Pemerintah Swasta

1 Nias 1 -

2 Mandailing Natal 1 1

3 Tapanuli Selatan 3 -

4 Tapanuli Tengah 1 -

5 Tapanuli Utara 1 1

6 Toba Samosir 1 2

7 Labuan batu 1 3

8 Asahan 1 5

9 Simalugun 1 9

10 Dairi 1 1

11 Karo 1 4

12 Deli Serdang 1 11

13 Langkat 1 3

14 Nias Selatan 1 1

15 Humbang Hasundutan 1 -

16 Pakpak Bharat 1 1

17 Samosir 1 -

18 Serdang Bedagai - -

19 Sibolga 1 1

20 Tanjung Balai 1 4

21 Pematang Siantar 2 7

22 Tebing Tinggi 1 41

23 Medan 2 21

24 Binjai 1 2

25 Padang Sidempuan 1 1


(42)

4.1.4 Produk Domestik Regional Bruto 4.1.4.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha.

PDRB provinsi Sumatera Utara Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2006 sebesar 160.033,72 miliyar. Sektor industri masih sebagai kontribusi utama dengan peranan mencapai 25,74 persen selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian (22,18 persen) dan sektor perdagangan, Hotel, dan Restauran (18,96 persen). Sementara sektor-sektor lain hanya memberikan total kontribusi sebesar 33,12 persen terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

Untuk melihat produktivitas ekonomi, maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara tahun 2006 sebesar Rp.93.330,11 miliyar. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 11,91 persen diikuti oleh sektor bangunan sebesar 10,33 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9,87 persen. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006 naik sebesar 6,18 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

PDRB perkapita Sumatera Utara tahun 2006 sebesar Rp.12.657.397 meningkat dari Rp.11.326.516 pada tahun 2005. Sementara berdasarkan harga konstan 2000, PDRB perkapita tahun 2006 sebesar Rp.7.381.671 meningkat sedikit dari tahun 2005 yang sebesar Rp.7.130.696.

4.1.4.2 PDRB Menurut Penggunaan

Untuk menggambarkan bagaimana penggunaan barang dan jasa oleh berbagai golongan konsumen, maka digunakan PDRB menurut penggunaan. Dari


(43)

Rp. 160.033,72 miliyar, nilai barang dan jasa di Sumatera Utara sebagian besar di komsumsi oleh rumah tangga, yaitu mencapai Rp.87.069,24 miliyar. Selanjutnya untuk ekspor netto sebesar Rp.33.430,18 miliyar, pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp.24.603,55 miliyar, komsumsi pemerintah sebeasar Rp.14.593,39 miliyar dan dana untuk komsumsi lembaga nirlaba sebesar Rp.713,17 miliyar.

4.2 Gambaran Kesejahteraan Rakyat Sumatera Utara 4.2.1 Harapan Hidup

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk suatu wilayah juga dapat dinilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup. Tabel 4.4 menunjukkan persentase Angka Harapan Hidup di Sumatera Utara.

Tabel 4.4

Persentase Angka Harapan Hidup Tahun 2002-2005

Tahun Persentase

Angka Harapan Hidup

2002 67,1

2003 68

2004 68,2

2005 68,7


(44)

4.2.2. Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses pembangunan. Tabel 4.5 menunjukkan persentase Angka Melek huruf di Sumatera Utara.

Tabel 4.5

Persentase Angka Melek Huruf Tahun 2002-2005

Tahun Persentase

Angka Melek Huruf

2002 95,9

2003 96,8

2004 96,6

2005 97

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2005

4.2.3. Rata-rata lama Bersekolah

Pendidikan di Sumatera Utara ditempuh melalui empat kebijakan pokok yaitu pemerataan untuk memperoleh kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, efisiensi memajukan pendidikan dan peningkatan relevansi pendidikan mulai dari anak usia dini sampai dengan orang tua usia lanjut. Tabel 4.6 menunjukkan persentase rata-rata lama bersekolah di Sumatera Utara.


(45)

Tabel 4.6

Rata-rata lama bersekolah Tahun 2002-2005 Tahun Rata-rata lama bersekolah

2002 8,4

2003 8,6

2004 8,4

2005 8,5

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2005

4.2.4 Angka Kematian Bayi

Salah satu akibat kematian adalah ketidak mampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal ini berakibat pada kekurangan giji anak dan wanita hamil. Implikasi dari masalah giji pada kedua kelompok sangat luas antara lain :

1. Tingginya relevansi berat bayi lahir rendah akibat tingginya prevalansi kurang energi kronik pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan angka kematian bayi, gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak, serta penurunan kecerdasan

2. kurangnya zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kematian bayi.

Tabel 4.7 menunjukkan persentase Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara Tabel 4.7

Persentase Angka Kematian Bayi Tahun 2002-2005 Tahun Persentase Angka

Kematian Bayi

2002 39

2003 37

2004 36,7

2005 34,2


(46)

4.2.5 Pertumbuhan Penduduk

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencachan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada keadaan tanggal 31 oktobe 1990 berjumlah 10,26 juta jiwa. Berdasarkan hasil Pendaftaran di Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2003 sebanyak 11,89 juta jiwa. Jumlah tersebut diproyeksikan menjadi 12,12 juta jiwa pada tahun 2004 dan terus meningkat menjadi 12,32 pada tahun 2005

4.3. Pembahasan dan Hasil

Dengan melihat hubungan antara variabel bebas yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Bersekolah, Angka Kematian Bayi, dan Pertumbuhan Penduduk terhadap variabel terikat yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

Analisa pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni variabel terikat dan variabel bebas. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dibuat, penulis mengajukan bentuk penulisan matematik apakah Angka Harapan Hidup, Angkla Melek Huruf, Rata-rata Lama Bersekolah, Angka Kematian Bayi, dan Pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadapa masing-masing koefisien regresi yaitu uji-T, uji-F yang diperoleh dengan alat bantu komputer.


(47)

4.3.1. Analisa Hasil Estimasi Dengan Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut :

Untuk melihat seberapa besar pengaruh harapan hidup, melek huruf, rata-rata lama bersekolah, angka kematian bayi, dan pertumbuhan penduduk terhadap Indek Pembangunan Manusia di Sumatera Utara, maka dilakukan estimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk data panel menggunakan Program Eviews versi 4.1. Dari hasil estimasi tersebut diperoleh model persamaan pada tabel 4.8 sebagai berikut ;

Tabel 4.8. Hasil Estimasi OLS Untuk Data Panel

IPM =0,0041 + 0,5172 HH + 0,2518 MH + 1,2546 RLB +0,0020 AKB– 0,0011PP (12,0817)* (7,0638)* (9,3423)* (0,2398)*** (-0,1280)***

R2

Prob. = 0,0000 Sumber : Data yang diolah (lampiran 1 )

Catatan : Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik * Signifikan pada α 1 % = 2,6413

**. Signifikan pada α 5 % = 1,9912 *** Signifikan pada α 10 % = 1,1653

= 0,9980 DW-Stat = 0,6356 F-Stat = 9482,694

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas , hasil estimasi yang dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan bahwa variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), rata-rata lama bersekolah (RLB), angka kematian bayi (AKB), dan pertumbuhan penduduk (PP) memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Indeks


(48)

Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2

Berdasarkan hasil estimasi di atas, tanda positif dari koefisien variabel harapan hidup (HH) memberikan indikasi adanya pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara selama periode 2002-2005 walaupun nilainya sebesar 0,5172. dengan kata lain, apabila harapan hidup

) sebesar 0,9980 yang berarti secara kesuluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut mampu menjelaskan variasi Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,99 persen selama kurun waktu 2000-2005, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan.

Bila dianalisa secara simultan dari masing-masing variabel bebasnya, maka pengaruhnya terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Namun jika dilakukan analisa secara parsial dari masing-masing variabel bebasnya menunjukkan hanya variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), dan rata-rata lama bersekolah (RLB) memberikan pangaruh yanh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara, sedangkan variabel angka kematian bayi (AKB) dan pertumbuhan penduduk (PP) tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Dan berdasarkan hasil estimasi di atas, hanya variabel pertumbuhan penduduk (PP) yang menunjukkan tanda negatif dan ini tidak sesuai dengan hipotesis yang ada, sedangkan variabel yang lain menunjukkan tanda positif.


(49)

(HH) meningkat 1 persen, cateris paribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 0,5172 persen dan hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa harapan hidup (HH) memberikan pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Koefisien regresi sebesar 0,5172 dengan nilai uji t sebesar 12,0817 menunjukkan bahawa variabel tersebut memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Berdasarkan hasil estimasi di atas, untuk variabel melek huruf (MH) menunjukkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,2518 dengan uji t-statistik sebesar 7,0638. Ini memberi arti bahwa variabel melek huruf (MH) memberikan pengaruh yang cukup nyata (signifikan) secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara untuk kurun waktu 2002-2005 pada tingkat kepercayaan 99 persen. Artinya apabila melek huruf (MH) meningkat sebesar 1 persen, cateris peribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 0,2518 persen dan ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa melek huruf (MH) memberi dampak yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil estimasi di atas, untuk variabel rata-rata lama bersekolah (RLB) menunjukkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 1,2546 dengan uji t-statistik sebesar 9,3423 . Ini memberi arti bahwa variabel rata-rata lama bersekolah (RLB) memberikan pengaruh yang cukup nyata (signifikan) secara statistik terhdapa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara untuk kurun waktu 2002-2005 pada tingkat kepercayaan 99


(50)

persen. Artinya apabila Rata-rata lama bersekolah (RLB) meningkat sebesar 1 persen, cateris peribus, maka akan meningkatkan Indek Pembangunanan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 1,2546 persen dan ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa melek huruf (MH) memberi dampak yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara

Berdasarkan hasil estimasi di atas, untuk variabel angka kematian bayi (AKB) menunjukkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0.0020 dengan uji t-statistik sebesar 0,2398 . Ini memberi arti bahwa angka kematian bayi (AKB) memberikan pengaruh yang tidak nyata (tidak signifikan) secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara untuk kurun waktu 2002-2005 pada tingkat kepercayaan 90 persen. Tidak signifikannya variabel angka kematian bayi (AKB) kemungkinan besar akibat adanya hubungan (korelasi) yang erat dengan dengan harapan hidup (HH).

Sementara itu, hasil untuk variabel pertumbuhan penduduk (PP) menunjukan tanda koefisien regresi yang negatif sebesar -0,0011 dengan nilai uji t sebesar -0,1280. Ini memberi arti bahwa variabel pertumbuhan penduduk (PP) memberi pengaruh yang tidak signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara untuk kurun waktu 2002-2005 pada tingkat kepercayaan 90 persen. Ketidak signifikansi veriabel pertumbuhan penduduk (PP) kemungkinan akibat adanya hubungan erat dengan rata-rata lama bersekolah (RLB). Hal ini juga tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat.


(51)

4.3.2 Analisa Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM)

Sebagaimana pendapat para pakar ahli ekonometrika mengatakan bahwa membuat pembuktian menentukan metode apa yang paling sesuai untuk digunakan dalam data panel,jika :

 Pada data panel, jumlah runtun waktu lebih besar dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode FEM

 Pada data panel, jumlah runtun waktu lebih besar dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode REM

Dengan adanya pendapat di atas, penulis melakukan estimasi dan estimasi dengan menggunakan FEM yang dapat di estimasikan.

Tabal 4.9 Hasil Estimasi Fixed Effect Model

IPM = 0,5197 HH +0,2259 MH + 1,3416 RLB + 0,0230 AKB – 0,0045 PP (19,1853)* (9,8733)* (15,1573)* (3,9625)* (-0,8263)*** R2

Prob. = 0,0000 Sumber : Hasil Estimasi (lampiran 2 )

Catatan : Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik * Signifikan pada α 1 % = 2,6413

**. Signifikan pada α 5 % = 1,9912 *** Signifikan pada α 10 % = 1,1653

= 0,9992 DW-Stat = 1,3376 F-Stat = 16995.65

Namun demikian, jika dilakukan analisa secara parsial memperlihatkan hanya variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), rata-rata lama bersekolah


(52)

(RLB), dan angka kematian bayi (AKB) yang memberikan yang positif dan signifikan secara statistik terhadap variasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sedangkan variabel pertumbuhan penduduk (PP) tidak memberikan pengaruh yang berarti. Disamping itu hasil estimasi di atas, hanya variabel pertumbuhan penduduk (PP) memiliki tanda koefisien regresi yang negatif dan tidak sesuai dengan hipotesis, sedangkan variabel lainnya (HH,MH,RLB,AKB) memiliki tanda koefisien regresi yang positif yang sesuai dengan hipotesis. Ini memberi arti jika salah satu variabel tersebut mengalami peningkatan, cateris paribus, maka akan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

Selanjutnya jika dilakukan analisa dari hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa variabel harapan hidup (HH) memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebessar 0,5197 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera utara. Ini memiliki arti apabila harapan hidup (HH) meningkat 1 persen, cateris paribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 0,5197 persen dan ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa harapan hidup (HH) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

Dengan melihat uji t statistik diperoleh nilai t sebesar 19, 1853, yang berati variabel harapan hidup (HH) memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99 persen pada kurun waktu 2002-2005.

Untuk variabel melek huruf (MH) memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,2259 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera


(53)

Utara. Artinya apabila terjadi peningkatan melek huruf (MH) sebesar 1 persen,cateris paribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 0,2259 persen dan sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat. Disamping itu dilihat dai uji t statistiknya sebesar 9,8733, menunjukkan bahwa variabel melek huruf (MH) memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan sebesar 99 persen dalam kurun waktu 2002-2005.

Untuk variabel rata-rata lama bersekolah (RLB) memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 1,3416 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Artinya apabila terjadi peningkatan rata-rata lama bersekolah (RLB) sebesar 1 persen,cateris paribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 1,3416 persen dan sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat. Disamping itu dilihat dai uji t statistiknya sebesar 15,1573, menunjukkan bahwa variabel rata-rata lama bersekolah (RLB) memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembanguna Manusia (IPM) di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan sebesar 99 persen dalam kurun waktu 2002-2005.

Untuk variabel angka kematian bayi (AKB) memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,0230 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Artinya apabila terjadi peningkatan angka kematian bayi (AKB) sebesar 1 persen,cateris paribus, maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sebesar 0,0230 persen dan sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat. Disamping itu dilihat dai uji t statistiknya


(54)

sebesar 3,9625, menunjukkan bahwa variabel angka kematian bayi (AKB) memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembanguna Manusia (IPM) di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan sebesar 99 persen dalam kurun waktu 2002-2005.

Sementara itu, untuk variabel pertumbuhan penduduk (PP) memiliki tanda koefisien regresi yang negatif sebesar -0,0045 terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara. Dari hasil uji t statistik, bahwa variabel pertumbuhan penduduk (PP) memberi pengaruh yang tidak signifikan secara statistik terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara untuk kurun waktu 2002-2005 pada tingkat kepercayaan 90 persen.

Analisa Fixed Effect Model ini baik karena banyaknya keputusan yang diambil bahwa t-statistik > t-tabel.

Selanjutnya peneliti menganalisis, apakah model ini baik. Mengingat dalam Fixed Effecr Model diasumsikan bebas dari autokorelasi, maka pengujian ataukorelasi dapat diabaikan. Selanjutnya pengujian yang perlu dilakukan adalah uji Heteroditas.

Tabal 4.10 Hasil Estimasi Heteroditas

IPM = 0,5197 HH +0,2259 MH + 1,3416 RLB + 0,0230 AKB – 0,0045 PP (24,4565) (11,9261) (14,6322) (4,9184) (-0,6181) R2

Prob. = 0,0000 Sumber : Hasil Estimasi (lampiran 3 )

Catatan : Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik


(55)

* Signifikan pada α 1 % = 2,6413 **. Signifikan pada α 5 % = 1,9912 *** Signifikan pada α 10 % = 1,1653

Hasil estimasi di atas hanya sedikit berbeda dengan hasil sebelumnya yakni hanya nilai t statistik yang berubah, namun keputusan masih tetap, yaitu variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), rata-rata lama bersekolah (RLB), dan angka kematian bayi (AKB) berpengaruh positif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara sedangkan pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

4.3.3 Hasil Estimasi Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model Tabel 4.11 Hasil Estimasi Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model Variabel Terikat : Indeks Pembangunan Manusia untuk periode 2002-2005 Variabel Bebas Ordinary Least Square Fixed Effect Model

C 0,0041 ……..

HH 0,2572* 0,5197*

MH 10,2518* 0,2259*

RLB 1,2546 * 1,3436*

AKB 0,0020 *** 0,0230*

PP -0,0020*** -0,0045***

R2

Sumber : Data diolah (lampiran 1& 2)


(56)

Catatan : Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik * Signifikan pada α 1 % = 2,6413 **. Signifikan pada α 5 % = 1,9912 *** Signifikan pada α 10 % = 1,1653

Dari hasil regresi di atas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,99 atau R2

Berdasarkan hasil estimasi di atas, Fixed Effect Model menunjukkan hasil yang baik dibandingkan Ordinary Least Square. Hal ini bisa dilihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya dan nilai R-Square (R

= 99 %, yang memberikan arti bahwa angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah, angka kematian bayi, dan pertumbuhan penduduk memberikan penjelasan sebesar 99 %, sementara sisanya 1 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

2

) dan nilai Durbin-Watson lebih baik pada Fixed Effect Model (FEM)


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan manusia (IPM) terdapat variasi Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Bersekolah, Angka Kematian Bayi, dan Pertumbuhan Penduduk. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil estimasi dengan Ordinary Least Square (OLS), menunjukkan bahwa variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), dan rata-rata lama bersekolah (RLB) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel angka kematian bayi (AKB) mempunyai hubungan positif tetapi tidak memberi pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel pertumbuhan penduduk (PP) mempunyai hubungan negatif dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

2. Berdasarkan hasil estimasi dengan Fixed Effect Model (FEM), menunjukkan bahwa variabel harapan hidup (HH), melek huruf (MH), rata-rata lama bersekolah (RLB), dan angka kematian bayi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel pertumbuhan penduduk (PP) mempunyai


(58)

hubungan negatif dan tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

3. Berdasarkan hasil estimasi di atas, baik dengan Ordinary Least Square (OLS) maupun Fixed Effect Model (FEM), pertumbuhan penduduk tidak membeikan pengaruh yang signifikan dan tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat, sedangkan angka kematian bayi memberikan pengaruh yang masih rendah terhadap peningkatan Indeks Pemabangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara.

4. Dari uji penyimpangan asumsi klasik diketahui model estimasi bebas dari multikolineritas dan autokorelasi.

5.2. Saran

Dari hasil studi empiris yang dilakukan untuk melihat pengaruh harapan hidup (HH), melek huruf (MH), rata-rata lama bersekolah (RLB), anka kematian bayi (AKB) dan pertumbuhan penduduk (PP) terhadapa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara, dibuat beberapa saran dan kebijakan untuk pihak-pihak yang terkait, antara lain :

1. Agar pemerintah memberikan perhatiannya di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terkhusus bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan

2. Agar para peneliti yang lainnya dapat melanjutkan penelitian ini dan memperhatikan data yang akan diolah supaya tidak terdapat kesalahan dalam mengestimasikannya ke dalam program.


(59)

3. Agar Pemerintah memberikan perhatiannya dalam meningkatkan pendidikan, kesehatan, sosial, dan kependudukan di Sumatera Utara.

4. Agar masyarakat menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah semaksimal mungkin.


(60)

Ariyo Pratomo, Wahyu, SE, MEc dan Hidayat, Paidi, SE, MSi. 2007. DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Prakris Penggunaan Evews, USU Pres.

Badan Pusat Statistika, 2004. Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara, BPS Medan

Badan Pusat Statistika, 2004. Sumaetera Utara Dalam Angka 2002-2007, BPS Medan.

Gujarati, Damonar, 1978. Ekonometrika Dasar, Jakarta : Penerbit Erlangga

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1997. Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam Pembangunan.

Departement Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia, 1997.

Indeks Pembangunan Manusia,

Kesehatan Dalam Pembangunan.

Indeks Pembangunan Manusia.

2007

Indeks Pembangunan Manusia Memburuk,WWW.KOMPAS.Com. Rabu, 12 November 2007

Moh. Nazir, Ph.D. Meteode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988

Nachrowi Djalal, MSC. Mphill, AppSc.Ph.D dan Hardus Usman, SSi, MSi. Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika, Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Todaro, Michael. P, 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid 1, terjemahan Haris Munandar, Jakarta : Penerbit Erlangga.


(61)

Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 03/02/08 Time: 22:06 Sample: 2002:01 2005:12 Included observations: 48

Number of cross-sections used: 3

Total panel (unbalanced) observations: 100 Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.004105 0.304438 0.013485 0.9893 HH? 0.517251 0.042813 12.08171 0.0000 MH? 0.251819 0.035649 7.063846 0.0000 RLB? 1.254669 0.134300 9.342303 0.0000 AKB? 0.002099 0.008751 0.239858 0.8110 PP? -0.001112 0.008681 -0.128071 0.8984 R-squared 0.998021 Mean dependent var 61.80800 Adjusted R-squared 0.997916 S.D. dependent var 23.11671 S.E. of regression 1.055268 Sum squared resid 104.6775 Log likelihood -144.1795 F-statistic 9482.694 Durbin-Watson stat 0.635695 Prob(F-statistic) 0.000000


(62)

Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 03/02/08 Time: 22:06 Sample: 2002:01 2005:12 Included observations: 48

Number of cross-sections used: 3

Total panel (unbalanced) observations: 100 Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. HH? 0.519791 0.027093 19.18535 0.0000 MH? 0.225918 0.022882 9.873315 0.0000 RLB? 1.341659 0.088516 15.15733 0.0000 AKB? 0.023076 0.005824 3.962503 0.0001 PP? -0.004546 0.005501 -0.826307 0.4108 Fixed Effects

_IPM--C -0.144349 _HH--C 1.650957 _MH--C 1.673713

R-squared 0.999227 Mean dependent var 61.80800 Adjusted R-squared 0.999168 S.D. dependent var 23.11671 S.E. of regression 0.666589 Sum squared resid 40.87930 Log likelihood -97.16654 F-statistic 16995.65 Durbin-Watson stat 1.337681 Prob(F-statistic) 0.000000


(63)

Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 03/02/08 Time: 22:07 Sample: 2002:01 2005:12 Included observations: 48

Number of cross-sections used: 3

Total panel (unbalanced) observations: 100

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. HH? 0.519791 0.021254 24.45651 0.0000 MH? 0.225918 0.018943 11.92619 0.0000 RLB? 1.341659 0.091692 14.63226 0.0000 AKB? 0.023076 0.004692 4.918406 0.0000 PP? -0.004546 0.007354 -0.618159 0.5380 Fixed Effects

_IPM--C -0.144349 _HH--C 1.650957 _MH--C 1.673713

R-squared 0.999227 Mean dependent var 61.80800 Adjusted R-squared 0.999168 S.D. dependent var 23.11671 S.E. of regression 0.666589 Sum squared resid 40.87930 Log likelihood -97.16654 F-statistic 16995.65 Durbin-Watson stat 1.337681 Prob(F-statistic) 0.000000


(1)

Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled Least Squares

Date: 03/02/08 Time: 22:06

Sample: 2002:01 2005:12

Included observations: 48

Number of cross-sections used: 3

Total panel (unbalanced) observations: 100

Cross sections without valid observations dropped

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

HH?

0.519791

0.027093

19.18535

0.0000

MH?

0.225918

0.022882

9.873315

0.0000

RLB?

1.341659

0.088516

15.15733

0.0000

AKB?

0.023076

0.005824

3.962503

0.0001

PP?

-0.004546

0.005501

-0.826307

0.4108

Fixed Effects

_IPM--C

-0.144349

_HH--C

1.650957

_MH--C

1.673713

R-squared

0.999227 Mean dependent var

61.80800

Adjusted R-squared

0.999168 S.D. dependent var

23.11671

S.E. of regression

0.666589 Sum squared resid

40.87930

Log likelihood

-97.16654 F-statistic

16995.65

Durbin-Watson stat

1.337681 Prob(F-statistic)

0.000000


(2)

Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled Least Squares

Date: 03/02/08 Time: 22:07

Sample: 2002:01 2005:12

Included observations: 48

Number of cross-sections used: 3

Total panel (unbalanced) observations: 100

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Cross sections without valid observations dropped

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

HH?

0.519791

0.021254

24.45651

0.0000

MH?

0.225918

0.018943

11.92619

0.0000

RLB?

1.341659

0.091692

14.63226

0.0000

AKB?

0.023076

0.004692

4.918406

0.0000

PP?

-0.004546

0.007354

-0.618159

0.5380

Fixed Effects

_IPM--C

-0.144349

_HH--C

1.650957

_MH--C

1.673713

R-squared

0.999227 Mean dependent var

61.80800

Adjusted R-squared

0.999168 S.D. dependent var

23.11671

S.E. of regression

0.666589 Sum squared resid

40.87930

Log likelihood

-97.16654 F-statistic

16995.65

Durbin-Watson stat

1.337681 Prob(F-statistic)

0.000000


(3)

Kabupeten/kota

Tahun 2002

Tahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

IPM Peringkat IPM Peringkat

Perubahan

Peringkat

IPM Peringkat

Perubahan

Peringkat

IPM Peringkat

Perubahan

peringkat

Nias

61.9

19

64.8

18

Naik

65

24

Turun

66.1

24

Tetap

Mandailin Natal

63.6

18

64.9

17

Naik

67.5

23

Turun

68.8

22

Naik

Tapanuli Selatan

68.3

10

69

11

Turun

71

11

Tetap

72.2

11

Tetap

Tapanuli Tengah

65.8

17

66.1

19

Turun

68.4

21

Turun

68.9

21

Tetap

Tapanuli Utara

67.3

13

67.8

16

Turun

70.9

13

Naik

72.1

12

Naik

Toba Samosir

69.5

7

71.4

7

Tetap

73.8

5

Naik

74.5

3

Naik

Labuhan Batu

67.2

15

68.1

15

Tetap

70.6

15

Tetap

71.1

17

Turun

Asahan

67

16

68.2

13

Naik

69.7

19

Turun

70.1

19

Tetap

Simalugun

68.2

11

68.9

12

Turun

70.5

16

Turun

71.3

15

Naik

Dairi

67.2

14

68.1

14

Tetap

69.9

18

Turun

70.5

18

Tetap

Karo

70.9

5

71.9

5

Tetap

72.3

8

Turun

73.5

6

Naik

Deli Serdang

68.4

8

69.6

8

Tetap

71.6

10

Turun

72.4

9

Naik

Langkat

68.3

9

69

10

Turun

70.7

14

Turun

71.3

14

Tetap

Nias Selatan *

0

-

0

-

-

63.1

25

-

63.9

25

Tetap

Humbang

Hasundutan*

0

-

0

-

-

69.1

20

-

69.8

20

Tetap

Pakpak Bharat*

0

-

0

-

-

68.3

22

-

68.7

23

Turun

Samosir

0

-

0

-

-

71.7

9

-

72.2

10

Turun

Serdang Bedagai*

0

-

0

-

-

70

17

-

71.2

16

Naik

Sibolga

70.7

6

71.7

6

Tetap

72.9

6

Tetap

73.2

8

Turun

Tanjung Balai

67.6

12

69.1

9

Naik

71

12

Turun

71.6

13

Turun

Pematang Sinatar

74.1

1

75.1

1

Tetap

75.4

1

Tetap

75.8

1

Tetap

Tebing tinggi

71.6

3

72

4

Turun

74

3

Naik

74.3

5

Turun

Medan

73.4

2

74.4

2

Tetap

74.7

2

Tetap

75.4

2

Tetap

Binjai

71.5

4

72.9

3

Naik

74

4

Turun

74.4

4

Tetap


(4)

Tahun Kabupeten/kota Harapan Hidup Melek Huruf Rata-rata Lama Bersekolah Angka Kematian bayi Pertumbuhan penduduk IPM

20

02

Nias 66.8 82.6 5.7 50 -0.02 61.9

Mandailin Natal 62 96.2 6.8 57.5 0.97 63.6

Tapanuli Selatan 65.2 99.3 8.6 41.7 1.6 68.3

Tapanuli Tengah 65.6 94.4 7.6 42 7.73 65.8

Tapanuli Utara 65.4 97.1 8.3 45.3 -0.06 67.3

Toba Samosir 66.9 96.2 9.1 52 -7.26 69.5

Labuhan Batu 65.9 95.5 7.6 51 4.61 67.2

Asahan 67.2 94.1 6.9 48.5 4.39 67

Simalugun 67.2 96.4 8 40.3 -6.86 68.2

Dairi 65.9 96.5 7.9 47 -2.7 67.2

Karo 71 97.6 8.7 21 5.76 70.9

Deli Serdang 66.3 95.1 8.3 35 0.98 68.4

Langkat 67.1 97.1 8.2 31 1.6 68.3

Nias Selatan * 0 0 0 0 0 0

Humbang

Hasundutan* 0 0 0 0 0 0

Pakpak Bharat* 0 0 0 0 0 0

Samosir 0 0 0 0 0 0

Serdang Bedagai* 0 0 0 0 0 0

Sibolga 68.6 98.7 9.6 30 1.25 70.7

Tanjung Balai 66.9 96.2 8.4 53.5 5.01 67.6

Pematang Sinatar 70.9 98.6 10.3 22 -9.5 74.1

Tebing tinggi 70 97.6 9.2 24 4.53 71.6

Medan 69.4 98.8 10.5 24.5 1.95 73.4

Binjai 69.4 97.3 9.6 26 2.28 71.5

Padang Sidempuan* 0 0 0 0 0 0

20

03

Nias 66 89.5 6 44.3 -65.57 64.8

Mandailin Natal 63.4 98.1 7.1 57 7.32 64.9

Tapanuli Selatan 67.1 99.3 8.8 40 -27.67 69

Tapanuli Tengah 66.7 94.4 7.9 41 0.63 66.1

Tapanuli Utara 66.1 97 8.7 44 -59.73 67.8

Toba Samosir 65.6 97.1 9.5 46.5 -0.01 71.4

Labuhan Batu 64.7 97.6 7.8 51 0.57 68.1

Asahan 65.1 94.4 7.4 48 0.3 68.2

Simalugun 67.6 96.4 8 38 0.01 68.9

Dairi 66.8 96.7 8.3 45 -13.08 68.1

Karo 72.8 97.6 9 19 0.46 71.9

Deli Serdang 68.9 97.1 8.6 35 0.66 69.6

Langkat 69.7 97.1 8.2 30 0.39 69

Nias Selatan * 0 0 0 0 0 0

Humbang

Hasundutan* 0 0 0 0 0 0

Pakpak Bharat* 0 0 0 0 0 0

Samosir* 0 0 0 0 0 0

Serdang Bedagai* 0 0 0 0 0 0

Sibolga 69.9 99 9.8 29 0.47 71.7

Tanjung Balai 64.6 97.5 8.9 49.5 0.78 69.1

Pematang Sinatar 72.3 98.3 10.4 21 0.05 75.1


(5)

Medan 71.7 99.1 10.5 23.6 0.35 74.4

Binjai 71 98.7 9.7 25.2 0.57 72.9

Padang Sidempuan* 0 0 0 0 0 0

20

04

Nias 67.9 86 6 41 2.57 65

Mandailin Natal 62.5 98.1 7.3 57 -4.65 67.5

Tapanuli Selatan 66.4 99.3 8.7 49 2.25 71

Tapanuli Tengah 66.8 95.4 7.8 38.3 2.2 68.4

Tapanuli Utara 66.9 98.1 8.7 41.5 0.09 70.9

Toba Samosir 68.9 96.6 9.7 43 -70.41 73.8

Labuhan Batu 66.1 97.9 8.1 48 2.5 70.6

Asahan 67.7 94 7.1 48 1.94 69.7

Simalugun 67.5 95.8 8.4 36 1.3 70.5

Dairi 66.2 95.7 8.1 43 1.27 69.9

Karo 70.1 96.6 8.8 18.6 1.73 72.3

Deli Serdang 68 96.8 8.6 32 -34.83 71.6

Langkat 68.2 96.5 8.5 27 1.54 70.7

Nias Selatan 67.4 84.4 5.9 0 2.57 63.1

Humbang

Hasundutan 66.2 97.7 8.5 0 0.09 69.1

Pakpak Bharat 66 95.2 8 0 1.27 68.3

Samosir 67.9 96.4 9.4 0 0 71.7

Serdang Bedagai 67.2 96 8.5 0 0 70

Sibolga 69 99.2 9.4 29 2.01 72.9

Tanjung Balai 68.1 98.7 8.3 45.7 2.85 71

Pematang Sinatar 71 99.2 10.6 20 1.58 75.4

Tebing tinggi 70.1 98.3 9.5 23 1.2 74

Medan 69.9 99 10.6 23 1.55 74.7

Binjai 70.1 98 9.5 25.2 2.88 74

Padang Sidempuan 68.1 99.3 9.6 35 2.25 72.6

20

05

Nias 68.7 87.1 6.2 36.1 1.91 66.1

Mandailin Natal 63 98.1 7.6 56.6 1.83 68.8

Tapanuli Selatan 66.6 99.5 8.9 38.5 2.67 72.2

Tapanuli Tengah 67 95.6 8 37.7 1.61 68.9

Tapanuli Utara 67.4 98.6 8.8 39.5 0.31 72.1

Toba Samosir 69.8 96.8 9.7 47.6 -5.61 74.5

Labuhan Batu 66.8 97.9 8.2 47.6 1.8 71.1

Asahan 68 94.2 7.2 34.6 1.41 70.1

Simalugun 68.4 96.2 8.6 35.2 0.86 71.3

Dairi 66.8 95.8 8.2 40.2 0.81 70.5

Karo 71.7 97.2 8.9 16.6 1.23 73.5

Deli Serdang 68.9 97.2 8.8 30.8 2.91 72.4

Langkat 68.8 96.8 8.7 26.6 1.55 71.3

Nias Selatan 67.9 84.8 6.2 0 1.91 63.9

Humbang

Hasundutan 66.8 98.2 8.6 0 0.31 69.8

Pakpak Bharat 66.3 95.3 8.1 0 0.81 68.7

Samosir 68.5 96.6 9.5 0 0.54 72.2

Serdang Bedagai 68 96.4 8.6 0 0.86 71.2

Sibolga 69.2 99.2 9.5 27.6 1.64 73.2

Tanjung Balai 68.6 98.8 8.6 41.9 2.34 71.6


(6)

Tebing tinggi 70.3 98.5 9.7 23 0.95 74.3

Medan 70.7 99.1 10.7 22.4 1.25 75.4

Binjai 70.5 98 9.7 23.3 2.38 74.4