Daya antibakteri ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun lidah mertua (sansevieria trifasciata prain) terhadap bakteri staphylococcus aureus atcc 25923 dan pseudomonas aeruginosa atcc 27853 - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT,
DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Palma Aprilia Talino Batuah
NIM :108114149


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT,
DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :
Palma Aprilia Talino Batuah
NIM :108114149

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


“There is only one way to learn. It’s through action.
Everything you need to know you have learn through your
journey.”
Paulo Coelho

Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus,
Ayah dan ibu, kak icha, dek ria, sahabat,
dan semua orang yang memerlukan naskah skripsi ini.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA


Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, kasih dan
kesempatan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “DAYA
ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT, DAN
PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)
TERHADAP

BAKTERI

Staphylococcus

aureus

ATCC

25923

DAN

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm) program studi
fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan,
dukungan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji
yang telah memberi bimbingan, dukungan, saran dan meluangkan waktu
untuk berdiskusi bersama Penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.
3. Dosen Penguji,

Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan, kritik, dan
saran yang berhubungan dengan skripsi penulis.

v

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Dosen Penguji, Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt. yang telah
meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan, kritik, dan
saran yang berhubungan dengan skripsi penulis.
5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
6. Ibu Christophori Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan semangat
kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi Penulis.
7. Bapak Wagiran, Bapak Mukminin, Mas Sigit, Mas Andri beserta Laboran dan
karyawan lain yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Maria Dwi Jumpowati, S. Si. yang telah bersedia menyediakan waktunya
untuk berdiskusi, memberikan saran, dan semangat untuk Penulis.
9. Teman-teman FKK B 2010 Farmasi Universitas Sanata Dharma atas
dukungan, semangat, dan canda tawa yang selalu menyeimbangkan

kejenuhan yang dialami Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakak, Adik, dan teman-teman senasib sepenanggungan angkatan 2010 di
Asrama Syantikara yang memberikan warna-warni kehidupan bagi Penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran skripsi
ini.

Penulis menyadari dalam penulisan naskah skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun
agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat terutama demi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu Farmasi, lebih khusus lagi dalam bidang Mikrobiologi Farmasi.

Penulis

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

viii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

iv

PRAKATA

v

...............................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................

ix

DAFTAR ISI ...............................................................................................

x

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xv

INTISARI

...............................................................................................

xvii

ABSTRACT

...............................................................................................

xviii

BAB I. PENGANTAR .................................................................................

1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................

1

1. Rumusan masalah............................................................................

4

2. Keaslian penelitian ..........................................................................

4

3. Manfaat penelitian ..........................................................................

6

B. TUJUAN PENELITIAN .....................................................................

6

1. Tujuan umum .................................................................................

6

2.

6

Tujuan khusus ...............................................................................
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...........................................................

8

A. Infeksi Luka Bakar ..............................................................................

8

B. Tanaman Sansevieria ...........................................................................

9

C. Ekstraksi ..............................................................................................

11

D. Kromatografi Lapis Tipis .....................................................................

13

E. Senyawa Fitokimia ..............................................................................

15

F. Staphylococcus aureus .........................................................................

18

G. Pseudomonas aeruginosa.....................................................................

19

H. Metode Uji Kepekaan Antibakteri ........................................................

21

I. Landasan Teori ....................................................................................

22

J. Hipotesis ..............................................................................................

23

BAB III. METODE PENELITIAN ...............................................................

24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................

24

B. Variabel dan Definisi Operasional........................................................

24

1. Variabel penelitian ............................................................................

24

2. Definisi operasional ...........................................................................

25

C. Bahan Penelitian ..................................................................................

26

D. Alat Penelitian .....................................................................................

26

E. Tata Cara Penelitian .............................................................................

27

1. Determinasi daun S. trifasciata ..........................................................

27

2. Pengumpulan bahan daun S. trifasciata ............................................

27

3. Pembuatan ekstrak daun S. trifasciata dengan metode maserasi ........

27

4. Pembuatan fraksi etil asetat daun S. trifasciata dengan metode fraksinasi

28

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Pembuatan perasan daun S. trifasciata ...............................................

28

6. Preparasi mikroba uji ........................................................................

28

7. Sterilisasi peralatan dan media ..........................................................

29

8. Pengujian potensi antibakteri secara metode difusi sumuran .............

29

9. Pengujian kepekaan antibiotik dengan menentukan nilai KHM dan KBM
dengan dilusi padat ...........................................................................

31

10. Uji fitokimia ekstrak daun S. trifasciata ............................................

32

11. Kromatografi Lapis Tipis (Uji Penegasan Senyawa Flavonoid) ........

34

F. Analisis Hasil ......................................................................................

34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

36

A. Pengumpulan Bahan dan Identifikasi Daun Sansevieria trifasciata ...

36

B. Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata ................................................

37

C. Maserasi, Fraksinasi, dan Pemerasan Daun S. trifasciata ..................

38

D. Pengujian Potensi Antibakteri Secara Metode Sumuran ....................

41

E. Uji Fitokimia Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat dan Perasan Daun
S. trifasciata .....................................................................................

50

F. Uji Penegasan dengan Kromatografi lapis Tipis (KLT) ......................

55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

59

A. Kesimpulan .......................................................................................

59

B. Saran ...............................................................................................

59

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

60

LAMPIRAN ...............................................................................................

65

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................

98

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Rendemen hasil ekstraksi, fraksinasi, dan pemerasan daun
S. trifasciata dengan pelarut etanol 96% dan etil asetat ..........

40

Tabel II.

Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun S. trifasciata ....

45

Tabel III.

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun S. trifasciata ......

46

Tabel IV.

Uji aktivitas antibakteri perasan daun S. trifasciata ................

48

Tabel V.

Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan
perasan daun S. trifasciata .....................................................

Tabel VI.

50

Hasil uji KLT pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat
dan perasan daun S. trifasciata ...............................................

xiii

56

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman S. trifasciata ................................................................

37

Gambar 2. Fraksinasi dengan etil asetat........................................................

40

Gambar 3. Reaksi uji Mayer .........................................................................

52

Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan natrium hidroksida ...............................

53

Gambar 5. Reaksi tanin dengan besi (III) klorida..........................................

54

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Keterangan Determinasi Tanaman S. trifasciata Prain ...

66

Lampiran 2.

Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923

67

Lampiran 3.

Sertifikat Hasil Uji Bakteri
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 ................................

68

Lampiran 4.

Foto Proses Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata ...................

69

Lampiran 5.

Kontrol Kontaminasi, Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus,
Kontrol pertumbuhan bakteri P. aeruginosa ...........................

Lampiran 6.

Foto Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat, dan
Perasan Daun S. trifasciata.....................................................

Lampiran 7.

70

72

Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan
Metode Sumuran ....................................................................

Lampiran 8.

73

Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata
terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan
Metode Sumuran ....................................................................

Lampiran 9.

74

Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan
Metode Sumuran ....................................................................

75

Lampiran 10. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata
terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan
Metode Sumuran ....................................................................

76

Lampiran 11. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan
Metode Sumuran ....................................................................
xv

77

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 12. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata
terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan
Metode Sumuran ....................................................................

78

Lampiran 13. Analisis Statistik ....................................................................

79

Lampiran 14. Hasil Uji Tabung Kandungan Fitokimia .................................

86

Lampiran 15. Uji Penegasan Kandungan Flavonoid dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) ..................................................................

xvi

94

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan, ketidaknyamanan, bahkan
kematian bagi penderita. Salah satu penyebab kematian bagi penderita luka bakar
adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
adalah salah satu tanaman hias yang memiliki banyak manfaat sebagai tanaman
antibakteri karena tanaman ini memiliki kandungan fitokimia antara lain saponin,
alkaloid, flavonoid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya
antibakteri pada tanaman S. trifasciata dengan pelarut etanol, etil asetat, dan
perasan air yang selanjutnya untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan
P. aeruginosa ATCC 27853. Masing-masing bahan dibuat dalam konsentrasi
100%, 75%, 50%, dan 25% v/v.
Uji daya antibakteri pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan
daun S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan
P. aeruginosa ATCC 27853 dilakukan dengan metode difusi sumuran, untuk
mengetahui perbedaan hasil diameter zona jernih tiap konsentrasi dengan kontrol
negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat tidak memiliki
aktivitas antibakteri pada kedua bakteri. Ekstrak etanol menunjukkan zona jernih
pada bakteri S. aureus ATCC 25923 di konsentrasi 100% dan 75%. Setelah
dianalisis dengan Kruskal Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
aktivitas antibakteri yang bermakna antara ekstrak etanol daun S. trifasciata
dengan kontrol negatif. Pada perasan daun S. trifasciata menunjukkan aktivitas
antibakteri
yang
lemah
pada
S.
aureus
ATCC
25923
dan
P. aeruginosa ATCC 27853 masing-masing di konsentrasi 25%. Pada uji Kruskal
Wallis terdapat perbedaan tidak bermakna antara perasan daun S. trifasciata
dibandingkan dengan kontrol negatif. Berdasarkan uji kandungan fitokimia, fraksi
etil asetat tidak memiliki kandungan saponin, tanin, alkaloid, maupun flavonoid.
Ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid
yang dipertegas dengan uji KLT.
Kata kunci : S. trifasciata, luka bakar, daya antibakteri, etanol, etil asetat, perasan

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Burn can cause disabilities, inconvenience, even death for patients. One
of the leading causes of death for patients with burn was infection caused by
Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Sansevieria trifasciata
Prain ornamental plants is one that has many benefits as plants antibacterial
because this plant contains phytochemical saponin, alkaloid, flavonoid, and
tannin. Research was meant to know antibacterial plant S.trifasciata with solvent
ethanol, ethyl acetate, and juice the next to know Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concetration (MBC) against
S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853. Each items made in
concentration 100%, 75%, 50%, and 25% v/v.
The antibacterial assay on ethanol extract, ethyl acetate fraction, and
juice S.trifasciata leaves against S. aureus ATCC 25923 and
P. aeruginosa ATCC 27853 was conducted using diffusion method to determine
difference between diameter result each concentration with negative control.
Results of the study showed that the ethyl acetate fraction does not have such
antibacterial on the two bacteria. Ethanol extract shows a clear zone on
S.aureus ATCC 25923 at concentration 100% and 75% in a repetition. After that
Kruskal Wallis test shows that there is no significant difference between ethanol
extract S. trifasciata leaves with negative control. In juice shows such
antibacterial is weak in S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853
each in 25%, Kruskal Wallis test was not significant difference compare with
negative controls. Based on phytochemical analysis, ethyl acetate fraction
S. trifasciata leaves did not contain saponin, tannin, alkaloids, and flavonoids.
Ethanol extract and juice S.trifasciata leaves contains flavonoid that confirm with
KLT test.
Key words : S. trifasciata, burn, antibacterial activity, ethanol, ethyl acetate, juice

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 1
PENGANTAR

A.

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman
hayati, salah satunya tanaman. Tanaman yang tumbuh di negara Indonesia
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obat dan bahan baku
obat. Penggunaan tanaman sebagai obat sudah digunakan sejak zaman dahulu dan
telah disebarkan secara turun-temurun ataupun dari mulut ke mulut. Menurut
Fajiriah, Darmawan, Sundowo, dan Artanti (2007), tanaman secara fungsional
tidak lagi digunakan sebagai penghias saja, tetapi juga sebagai tanaman obat yang
multi fungsi. Pengobatan yang dilakukan dengan tanaman dipandang sebagai
alternatif yang terjangkau sehingga banyak diminati oleh masyarakat.
Pada saat ini luka bakar menjadi masalah yang diperhatikan banyak
orang. Luka bakar adalah luka pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas,
kimia, elektrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu masalah karena dapat
menyebabkan ketidaknyamanan, kecacatan, dan kematian. Di United State of
America (USA) sekitar 2,5 juta orang yang menderita luka bakar memerlukan
penanganan medik setiap tahun. Lebih dari 100.000 pasien masuk rumah sakit dan
sekitar 12.000 orang meninggal karena luka bakar tiap tahun (Mayhall, 2003).
Secara umum, semua luka bakar akan segera mengalami kontaminasi
setelah cedera, baik oleh flora endogen atau organisme residen dari fasilitas
perawatan (Soedarmo, dkk., 2008). Apabila luka bakar tidak diatasi dengan baik,

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

maka dapat terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab kematian
pasien infeksi luka bakar yang dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya
bakteri. Bakteri yang sering ditemukan pada penyakit infeksi luka bakar adalah
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa (Church, Elsayed, Reid,
Winston, dan Lindsay, 2006). Stafilokokus merupakan organisme penyebab
infeksi yang paling dominan, salah satunya pada luka bakar. Menjelang akhir
tahun 1950-an, bakteri gram negatif terutama spesies Pseudomonas muncul
sebagai organisme dominan. Pseudomonas dapat menyebabkan infeksi pada luka
bakar akibat adanya penurunan daya tahan tubuh. (Soedarmo, dkk., 2008).
Salah satu alternatif terapi dalam penyembuhan infeksi luka bakar
dengan menggunakan tanaman obat yang memiliki kandungan antibakteri.
Antibakteri bekerja menghambat serta membunuh bakteri penyebab infeksi
tersebut. Keberhasilan penggunaan antibakteri dalam mengobati infeksi sering
disertai dengan terjadinya resistensi bakteri, sehingga mengurangi efektifitas
antibakteri. Sampai saat ini para peneliti berusaha untuk mengembangkan dan
memperbaharui antibakteri. Banyaknya variasi obat antibakteri diharapkan dapat
menurunkan resistensi bakteri.
Tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) merupakan salah
satu tanaman hias yang sudah mulai banyak dikenal oleh hampir semua
masyarakat Indonesia. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini juga dikenal
sebagai tanaman antipolutan karena kemampuannya dalam menyerap polutan
berbahaya yang terdapat di udara. S. trifasciata dapat tumbuh di dalam ruangan
(indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Spesies lainnya selain S. trifasciata,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

yaitu S. roxburghiana dan S. liberica juga telah banyak diteliti kandungan dan
manfaatnya dalam bidang kesehatan. Pada penelitian Sheela, Jeeva, Shamila,
Lekshmi dan Brindha (2012), tanaman Sansevieria jenis S. roxburghiana
memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang
dapat berfungsi sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian dari Philip, Kaleena,
Vallivittan, dan Kumar (2011) tanaman S. roxburghiana dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit infeksi dan diare pada manusia. Menurut Ikewuchi,
Ikewuchi, Ayalogu, dan Onyeike (2010), tanaman S. liberica memiliki kandungan
flavonoid dan saponin, selain itu juga memiliki kandungan alkaloid dan tanin
dalam jumlah yang sedikit. Sama halnya dengan tanaman S. trifasciata dimana
dalam penelitian Gitasari (2011), tanaman tersebut memiliki aktivitas dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Pemilihan pelarut dalam ekstraksi harus berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan zat aktif dalam bahan tanaman yang digunakan dengan
semaksimal mungkin. Etanol dan air merupakan pelarut polar yang dapat
melarutkan senyawa polar, seperti flavonoid glikosida, tanin, dan saponin (Lei,
Wang, Zhou, dan Duan, 2002). Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi
polar yang dapat melarutkan senyawa flavonoid aglikon yang bersifat kurang
polar (Pranoto, Ma’ruf, dan Pringgenies, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut
untuk memberdayakan tanaman S. trifasciata dalam upaya pengembangan
antibakteri dengan pengujian daya antibakteri daun S. trifasciata dengan berbagai
pelarut terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

berupa nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM). Pembuktian tersebut diharapkan S. trifasciata dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif obat antibakteri.
1. Rumusan masalah
a.

Apakah ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata

memiliki daya antibakteri pada bakteri S. aureus ATCC 25923 dan
P. aeruginosa ATCC 27853?
b.

Berapa nilai KHM dan KBM dalam ekstrak etanol, fraksi etil asetat,

dan perasan daun

S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai daya antibakteri ekstrak
etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata belum pernah dilakukan.
Penelitian sebelumnya terkait dengan daya antibakteri terhadap salah satu jenis
tanaman Sansevieria, yaitu S. roxburghiana. Penelitian tentang tanaman
S. roxburghiana oleh Sheela, et al. (2012)

menunjukkan bahwa daun

S. roxburghiana memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pada
penelitian ini daun diekstraksi dengan menggunakan pelarut dietil eter, etanol, dan
aseton. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa daun S. roxburghiana mampu
menghambat

pertumbuhan

bakteri Staphylococcus

aureus,

Pseudomonas

aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Escherichia coli.
Pada penelitian Philip, et al. (2011) daun dan rhizome tanaman
S. roxburghiana memiliki kandungan karbohidrat, saponin, flavonoid, fenol,
alkaloid, antosianin, glikosida, dan protein. Tanaman ini diekstraksi dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

menggunakan pelarut metanol, aseton, etil asetat dan air. Hasil uji antibakteri
menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan aseton daun S. roxburghiana
menghambat bakteri gram positif seperti Micrococcus luteus, Bacillus cereus,
Enterococcus spp., Staphylococcus aureus, dan bakteri gram negatif seperti
Proteus

vulgaris,

Pseudomonas

aeruginosa,

Pseudomonas

fluorescence,

Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Klebsiella pneumoniae, Shigella sonnei
dan Escherichia coli, dan juga menghambat jamur yaitu Cryptococcus spp. dan
Candida albican.
Penelitian lain yang menggunakan tanaman S. trifasciata yang diteliti
oleh Gitasari (2011) menunjukkan bahwa tanaman ini hanya dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus saja, dan diduga metabolit lainnya
tidak menunjukkan aktivitas penghambatan pada bakteri uji lain. Penelitian ini
dilakukan 2 tahap yaitu maserasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan
kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:etil asetat (1:6 v/v). Selain itu,
pengujian daya antibakteri pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi
agar cakram (paper disk). Kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak kasar
daun S. trifasciata dalam penelitian ini adalah flavonoid, steroid, dan alkaloid.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya
adalah bahan tanaman Sansevieria trifasciata yang digunakan berasal dari kebun
obat Fakultas Farmasi Sanata Dharma dengan tiga perlakuan. Bahan akan
diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol, fraksinasi dengan
pelarut etil asetat dan pemerasan dengan air. Metode pengujian daya antibakteri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

pada penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran dan metode dilusi untuk
melihat nilai KHM dan KBM.
3. Manfaat penelitian
a.

Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu

pengetahuan dalam bidang farmasi tentang khasiat tanaman S. trifasciata
sebagai tanaman antibakteri.
b.

Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui daya antibakteri ekstrak

etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata yang dapat
dikembangkan menjadi alternatif pengobatan penyakit infeksi luka bakar
yang

disebabkan

oleh

bakteri

S.

aureus

ATCC

25923

dan

P. aeruginosa ATCC 27853.

B.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Memastikan tanaman Sansevieria trifasciata sebagai tanaman yang
memiliki daya antibakteri pada bakteri S. aureus

ATCC 25923 dan bakteri

P. aeruginosa ATCC 27853 untuk dapat menambah alternatif obat antibakteri.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan
daun

S.

trifasciata

pada

P. aeruginosa ATCC 27853.

bakteri

S.

aureus

ATCC

25923

dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

b. Mengetahui nilai KHM dan KBM dalam ekstrak etanol, fraksi etil asetat,
dan perasan daun S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan
bakteri P. aeruginosa ATCC 27853.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Infeksi Luka Bakar
Infeksi merupakan akibat dari invasi mikroorganisme patogen ke dalam
tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi terhadap organisme dan toksinnya.
Sebenarnya hanya ada beberapa dari beribu-ribu mikroorganisme di alam ini yang
bersifat patogen terhadap manusia. Organisme lainnya berperan sebagai flora
normal dan mereka ini menimbulkan daya tahan tubuh alamiah terhadap invasi
mikroorganisme patogen (Corwin, 2008).
Luka bakar dapat timbul akibat kulit terpapar oleh suhu tinggi, syok
listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan berdasar pada kedalaman
dan luas daerah yang terbakar. Luka bakar adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak, dan sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar yang tidak
dicegah maka akan menimbulkan komplikasi yang berarti setiap luka bakar dapat
terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian. Infeksi adalah
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien yang awalnya bertahan
terhadap luka bakar luas. Infeksi luka bakar dapat disebabkan oleh agen-agen
penginfeksi salah satu contohnya adalah bakteri. Staphylococcus aureus
merupakan penyebab infeksi nosokomial paling sering pada pasien luka bakar di
rumah sakit (Corwin, 2008).
Luka bakar yang luas memengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh. Semua sistem terganggu, terutama sistem kardiovaskular. Karena semua

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

organ tubuh memerlukan aliran darah yang adekuat, maka perubahan fungsi
kardiovaskular memiliki dampak luas pada daya tahan hidup dan pemulihan
pasien (Corwin, 2008).

B.

Tanaman Sansevieria

Sansevieria trifasciata (mother-in-laws tongue) merupakan tanaman
yang telah banyak ditemukan di Indonesia yang dikenal dengan tanaman lidah
mertua. Ada juga yang menjulukinya snake plant (tanaman ular). Hal ini mungkin
dikarenakan corak beberapa jenis tanaman ini mirip dengan corak ular (Backer
dan Brink, 1968). Klasifikasi tanaman Sansevieria trifasciata Prain. adalah:
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Bangsa

: Liliales

Suku

: Agavaceae

Marga

: Sansevieria

Jenis

: Sansevieria trifasciata Prain.
(Plantamor, 2012)
Keragaman jenis Sansevieria memang cukup besar. Anggota genus ini

mencapai 130-140 spesies bahkan lebih dari 200 spesies. Selain itu snake plant
mudah berubah bentuk menjadi penampilan baru yang lebih stabil. Hal seperti ini
merupakan penyimpangan yang mendasari tanaman ini memiliki banyak spesies.
S. trifasciata merupakan spesies yang paling banyak mengalami penyimpangan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Saat ini diduga lebih 60 varian dihasilkan. Di Indonesia, S. trifasciata hampir
dijumpai hingga pelosok daerah. Sosok tanaman ini lebih menarik, mudah
tumbuh, dan jarang mati, meski tidak dipelihara (Purwanto, 2006).
Secara morfologi, tanaman Sansevieria pada umumnya dicirikan dengan
daun yang tebal karena kandungan airnya yang tinggi. Pada beberapa jenis
Sansevieria, daun berkedudukan seperti roset mengelilingi batang semu. Disebut
batang semu karena Sansevieria sesungguhnya tidak memiliki batang. Pada jenis
yang lain, daun berbentuk silinder. Jenis yang lain mempunyai helaian daun kaku
seperti pedang. Sansevieria merupakan tanaman monokotil sehingga memiliki
akar serabut. Selain itu, Sansevieria memiliki rhizome yang tumbuh menjalar di
atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Bunga Sansevieria termasuk
berumah dua yaitu benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda. Bunga
Sansevieria berbau harum, terlebih pada malam hari, dan mampu bertahan sampai
tujuh hari. Biji-biji Sansevieria bersifat diploid yaitu terdapat dua embrio dalam
satu biji (Backer dan Brink, 1968).
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman S. trifasciata
mengungkapkan bahwa tanaman ini memiliki banyak kandungan metabolit
sekunder. Bagian tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat adalah daun
dan rhizome. Ekstrak daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid, steroid
dan alkaloid (Gitasari, 2011). Selain itu tanaman ini juga mengandung senyawa
saponin, kardenolin dan sedikit senyawa tanin (Dewatisari, 2009). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Sunilson, et al. (2009), ekstrak etanol dan air daun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

S. trifasciata mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin,
protein, dan karbohidrat.
Sansevieria secara umum juga memiliki peranan penting di bidang
kesehatan karena kandungan kimia yang beragam pada berbagai jenis tanaman ini.
Getah spesies tertentu dipercaya mengandung antiseptik. Bagian tumbuhan yang
paling banyak digunakan sebagai obat adalah daunnya yang sering digunakan
sebagai pembalut luka pada pengobatan tradisional. Daun mentah yang
dihancurkan dapat digunakan untuk luka cacar air oleh kelompok etnis asli Afrika.
Ekstrak daun biasanya dipergunakan sebagai obat tetes mata dan penyembuhan
bila terjadi pembengkakan atau infeksi (Dalimartha, 2006). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sunilson, et al. (2009), ekstrak etanol dan air daun S. trifasciata
memiliki khasiat analgesik dan antipiretik yang tidak terlalu tinggi, sehingga
tanaman S. trifasciata ini dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk mengatasi
demam dan inflamasi.

C.

Ekstraksi

Dalam analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar yang
kemudian dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan, pengeringan
tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya
perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya,
tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah
betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama sebelum
digunakan untuk dianalisis. Tata cara ini telah dilakukan pada herbarium yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

telah disimpan bertahun-tahun dalam analisis flavonoid, alkaloid, kuinon, dan
terpenoid (Harborne, 1987).
Ekstraksi merupakan suatu proses dalam upaya penarikan senyawa kimia
dari suatu tanaman, dimana senyawa tersebut akan terlarut dalam cairan pelarut
yang sesuai. Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstraksi tersebut yang biasanya
merupakan sediaan kental. Ekstrak tersebut dapat menjadi sediaan kental karena
sebelumnya telah terjadi proses penguapan pelarut dan massa yang tidak
diperlukan (Dirjen POM, 2000).
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan
cara dingin misalnya pemerasan, maserasi dan perkolasi serta dapat pula
dilakukan dengan cara panas seperti soxlet, infusa, reflux, dan digesti. Pemilihan
metode dan jenis cairan penyari yang akan digunakan tergantung dari zat aktif
yang akan disari. Metode pemerasan digunakan untuk simplisia segar yang
diawali dengan penghancuran bahan dengan penambahan air, diperas kemudian
disaring. Metode infundasi merupakan cara sederhana untuk menyari kandungan
aktif dari simplisia yang larut dalam air panas. Perkolasi umumnya digunakan
untuk mengekstraksi serbuk kering terutama simplisia yang keras seperti kulit
batang, kulit buah, biji, kayu dan akar. Digesti adalah metode ekstraksi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 40°-50° C. Metode ini sangat tepat untuk
bahan yang memiliki kandungan zat aktif tahan terhadap panas (Direktorat Obat
Asli Indonesia, 2013).
Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan merendam serbuk
simplisisa dalam cairan penyari yang tidak menggunakan proses pemanasan atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

disebut juga ekstraksi dingin. Proses pemisahan senyawa dalam simplisia
menggunakan pelarut tertentu berdasarkan prinsip like dissolved like, dimana
suatu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar yang terdapat dalam simplisia
tersebut. Cairan penyari yang menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Pratiwi, 2008).

D. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pilihan teknik
pemisahan kandungan tumbuhan bentuk kromatografi planar. Metode KLT ini
lebih khas dibandingkan kromatografi lainnya seperti kromatografi kertas karena
kepekaan, kecepatan, dan dapat lebih dapat dimodifikasi. Kepekaan KLT
memungkinkan proses pemisahan dapat dilakukan dengan jumlah bahan yang
lebih sedikit menggunakan ukuran µg. Kecepatan KLT lebih besar karena
menggunakan fase diam yang lebih padat bila diaplikasikan pada plat. Metode
KLT dapat dimodifikasi, artinya selain dengan fase diam selulosa, beberapa fase
diam yang lain juga dapat diaplikasikan pada plat kaca atau penyangga lainnya
(Harborne, 1987).
Penggunaan

KLT

dalam

beberapa

bidang

digunakan

untuk

mengidentifikasi senyawa dan menentukan banyaknya komponen dalam
campuran. Secara kualitatif, analisis KLT parameter yang digunakan untuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

identifikasi adalah nilai Rf. Nilai Rf ini dapat diketahui dengan membandingkan
jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak. Apabila
dua senyawa memiliki nilai Rf yang sama maka dua senyawa tersebut merupakan
dua senyawa yang identik jika diukur pada kondisi KLT yang sama (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Fase diam yang biasanya digunakan dalam KLT adalah silika dan
selulosa. Fase diam merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel
antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin
sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam proses
pengelusiannya. Pengaplikasian fase diam dilakukan diatas plat kaca, gelas, atau
aluminium pada ketebalan tertentu, biasanya dengan ketebalan 250 µm. Fase
gerak pada KLT merupakan campuran 2 pelarut organik agar daya elusi campuran
tersebut dapat disesuaikan sehingga terjadi pemisahan secara optimal. Pada bahan
yang bersifat polar seperti campuran metanol dan air sebaiknya menggunakan
campuran pelarut sebagai fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).
Tahap pertama dalam pelaksanaan KLT adalah penotolan sampel pada
plat yang telah disapukan fase diam. Proses penotolan tidak memerlukan sampel
dalam jumlah yang banyak, karena proses kromatografi akan menjadi tidak
optimal. Penotolan yang tidak tepat akan memberikan hasil yang bias seperti
bercak yang menyebar. Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan, dimana
plat yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang
telah diisikan fase gerak. Bejana kromatografi sebelumnya harus dijenuhkan
dengan fase gerak dan harus tertutup rapat (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Jarak yang ditempuh solut
Rf =
Jarak yang ditempuh fase gerak
(Gandjar dan Rohman, 2007).

E. Senyawa Fitokimia
Beberapa senyawa fitokimia dalam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
obat merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman tersebut. Metabolisme
sekunder berbeda dari metabolisme primer yang berupa asam amino, karbohidrat,
nukleotida dan lemak. Hasil dari metabolisme sekunder berupa flavonoid, tanin,
saponin, alkaloid, dan lain-lain, dimana digunakan oleh tanaman untuk
melindungi diri dari serangan bakteri, jamur, dan hama lainnya. Hampir semua
tanaman mempunyai hasil metabolisme sekunder namun akan berbeda
kandungannya tergantung dari spesies dan kadarnya tergantung dari lingkungan
tempat tanaman hidup (Lenny, 2006).
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang bersifat
polar, sehingga pada umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol, butanol, dan aseton. Senyawa fenol memiliki sifat efektif menghambat
pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Mekanisme flavonoid dalam menghambat
pertumbuhan bakteri, yaitu dengan merusak permeabilitas dinding sel, mikrosom,
dan lisosom. Adanya gugus hidroksil pada gugus flavonoid dapat menyebabkan
perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang akhirnya akan
mengakibatkan timbulnya efek toksik bagi bakteri (Sabir, 2005).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), fase gerak yang biasa
digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang baik pada lempeng selulosa
adalah fase atas dari campuran butanol : asam asetat : air (40 : 50 : 10) v/v.
Pembanding baku yang biasanya digunakan pada kromatogram adalah rutin. Rutin
merupakan senyawa glikosida flavonol yang sangat umum terdapat dalam
tumbuhan (Harborne, 1987).
Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat membentuk kompleks
dengan protein. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan yang letaknya terpisah dari
enzim dan sitoplasma. Tanin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh
asam atau enzim seperti tannase. Tanin terkondensasi tidak terhidrolisis menjadi
molekul yang lebih sederhana dan tidak mengandung gugus gula (Trease dan
Evans, 2002). Mekanisme tanin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah
dengan menghambat pembentukan dinding sel, sehingga sel bakteri akan mati
akibat lisisnya sel bakteri karena tekanan osmotik maupun fisik (Ngajow,
Abidjulu, dan Kamu, 2013).
Tanin merupakan senyawa asam karboksilat fenol yang dapat dipisahkan
menggunakan fase diam silika gel atau selulosa. Fase gerak yang digunakan
dalam identifikasi senyawa tanin bermacam ragam. Fase gerak yang umum
digunakan adalah toluene : etil format : asam format (50 : 40 : 10) v/v (Harborne,
1987).
Alkaloid merupakan senyawa organik yang berasal dari alam yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Di alam, alkaloid terdapat dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

bentuk bebas, sebagai garam dan N-Oksida. Sebagian besar alkaloid berasa pahit
dan mudah larut dalam pelarut organik (Harborne, 1987). Alkaloid berperan
sebagai antibakteri dengan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan yang
menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk sehingga berdampak pada
kematian sel (Farida, Dewa, Titis, dan Endrawati, 2010).
Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), pemisahan alkaloid secara KLT
dapat menggunakan fase diam silika gel, alumina, selulosa atau kieselguhr.
Alkaloid secara umum dapat dideteksi secara visibel. Reagen yang biasa
digunakan adalah reagen Dragendorf yang akan menghasilkan warna cokelat atau
orange (visibel) yang tidak stabil ketika dilakukan penyemprotan reagen.
Saponin tersebar luas di berbgai jenis tumbuhan. Keberadaan saponin
sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air apabila
digojog menimbulkan buih yang stabil (Gunawan dan Mulyani, 2004). Saponin
bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel sehingga
menyebabkan sel lisis. Bakteri mengalami kerusakan membran sel dan
menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu
protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, Besung, dan Mahatmi, 2012).
Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), pengujian KLT untuk saponin
menggunakan fase gerak seperti campuran kloroform : metanol : air (65 : 35 : 10)
v/v untuk memisahkan campuran glikosida terpenoid yang netral. Fase diam yang
sering digunakan adalah silika gel.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

F.

Staphylococcus aureus

Taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Kerajaan

: Bacteria

Filum

: Firmicutes

Kelas

: Cocci

Bangsa

: Bacillales

Suku

: Staphylococcaceae

Marga

: Staphylococcus

Jenis

: Staphylococcus aureus
(National Center for Biotechnology Information, 2014)

Staphylococcus aureus merupakan salah satu genus stafilokokus yang
berkaitan dengan medis. Perbedaan S. aureus dengan spesies yang lain adalah
bakteri ini bersifat Gram positif. S. aureus adalah pathogen utama pada manusia.
Hampir setiap orang pernah mengalami infeksi S. aureus selama hidupnya, dari
keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang
tidak bisa disembuhkan. Secara umum bakteri stafilokokus tumbuh dengan cepat
pada berbagai tipe media dan dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan
fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna
putih hingga kuning gelap. S. aureus sering menghemolisis darah, mengkoagulasi
plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan toksin. S. aureus cepat
menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba dan ini merupakan masalah besar
pada terapi (Brooks, Butel, dan Morse, 2001).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Bakteri S. aureus pertama kali diteliti oleh seorang ahli fisika dari
Jerman, Anton Rosenbach pada tahun 1884. Bakteri ini merupakan bakteri non
motil (tidak bergerak), tidak memiliki spora dan memiliki struktur seperti anggur.
Ukuran diameter selnya sekitar 1 mikrometer, jadi hanya dalam jarak 1 millimeter
bakteri ini terdiri atas 1000 sel. Bakteri S. aureus terdapat di kulit dan membran
mukosa. Selain itu S. aureus juga dapat hidup berkoloni di membran nasal karena
bakteri ini suka hidup di tempat yang hangat dan lembab. S. aureus memiliki
dinding sel yang tebal dibandingkan dengan bakteri lainnya. Hal ini menjadi salah
satu penyebab obat antibakteri sulit masuk ke dalam sel dan membunuhnya.
(Freeman-Cook dan Freeman-Cook, 2006).
Infeksi S. aureus dapat juga berasal dari kontaminasi langsung dari luka,
misalnya pasca operasi infeksi stafilokokus atau infeksi yang menyertai trauma
osteomielitis kronik setelah patah tulang terbuka, meningitis yang menyertai patah
tulang tengkorak. Jika S. aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka biasanya
terjadi endokarditis, osteomielitis hematogenus akut, meningitis atau infeksi paruparu (Brooks, et al., 2001).

G.

Pseudomonas aeruginosa

Taksonomi dari bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut:
Kerajaan

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Kelas

: Gammaproteobacteria

Bangsa

: Pseudomonadales

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Suku

: Pseudomonadaceae

Marga

: Pseudomonas

Jenis

: Pseudomonas aeruginosa
(National Center for Biotechnology Information, 2014)

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, motil,
aerobik, beberapa galur memproduksi pigmen larut air. P. aeruginosa sering ada
dalam jumlah sedikit pada flora normal usus dan kulit manusia dan merupakan
patogen utama dari kelompok jenis pseudomonas. P. aeruginosa bersifat invasive
dan toksigenik, mengakibatkan infeksi pada pasien dengan penurunan daya tahan
tubuh, dan merupakan patogen nosokomial yang penting. P. aeruginosa tersebar
luas di alam dan biasanya ada di lingkungan lembab di rumah sakit. P. aeruginosa
dapat bersifat saprofit pada orang sehat, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada
manusia yang memiliki ketahanan tubuh yang tidak normal (Brooks, et al., 2001).
Ciri-ciri dari bakteri ini adalah berbentuk batang dengan ukuran 0,6 x 2
mikrometer. Merupakan bakteri gram negatif yang terlihat sebagai bentuk batang
tunggal, ganda, dan kadang-kadang dalam rantai pendek. Pseudomonas
aeruginosa bersifat aerobik obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe
media, kadang memproduksi bau manis (corn taco-like odor). Beberapa galur
menghemolisis darah. Pseudomonas aeruginosa tumbuh baik pada 37-42°C.
Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat memproduksi berbagai kelompok
koloni. Dari bentuk koloni yang berbeda mungkin juga memiliki aktivitas
biokimia dan enzimatik yang berbeda, dan memberi kepekaan yang berbeda
terhadap antimikroba (Brooks, et al., 2001).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

H.

Metode U

Dokumen yang terkait

Aktivitas antibakteri fraksi aktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain)

3 13 23

Aktivitas antibakteri fraksi aktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain)

0 10 45

PENDAHULUAN Uji efektivitas ekstrak etanol rimpang lengkuas (languas galanga (l.) stuntz.) terhadap bakteri staphylococcus aureus atcc 6538 dan escherichia coli atcc 11229 secara in vitro.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Uji efektivitas ekstrak etanol rimpang lengkuas (languas galanga (l.) stuntz.) terhadap bakteri staphylococcus aureus atcc 6538 dan escherichia coli atcc 11229 secara in vitro.

0 1 5

Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong [Anredera cordifolia [Tenore] steen] terhadap staphylococcus aureus ATCC 25923 dan pseudomonas aeruginos ATCC 27853.

0 4 99

uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etilasetat daun jambu mete (aNACARDIUM oCCIDENTALE l.)

0 0 4

Efektivitas antibakteri fraksi ekstrak etanol daun bintaro (cerbera odollam) terhadap bakteri staphylococcus aureus - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Ujipotensi antibakteri ekstrak polar daun binahong [Anredera cordifolia [Ten.] Steenis] terhadap baacillus subtilis ATCC 6633 dan pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 - USD Repository

0 0 90

Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong [Anredera cordifolia [Tenore] steen] terhadap staphylococcus aureus ATCC 25923 dan pseudomonas aeruginos ATCC 27853 - USD Repository

0 1 97

Uji aktivitas antibakteri fraksi air ekstrak etanol jamur portabella (agaricus brunnescens peck) terhadap bakteri staphylococcus aureus atcc 25923 dan escherichia coli atcc 38218 - USD Repository

0 1 129