BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1536550846BAB IV Analisis Sosial
Pemerintah Kabupaten Klungkung
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN
4.1. Analisis Sosial
4.1.1.
Pengarustamaan gender
Kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan, , Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS),
4.1.2.
Identifikasi kebutuhan penanganan social pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap
masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan
beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan, serta permukiman kembali.
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok
masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi masyarakat berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan
dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,
persiapan AMDAL dan pembebasan lahan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan
pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang
diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang
terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan
pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan,
rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,
perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Jika ada usulan kegiatan dalam RPIJM yang memerlukan upaya pengadaan lahan atau permukiman kembali penduduk
(resettlement) maka tindak lanjut tahapan pemindahannya perlu diidentifikasi untuk memastikan pembangunan
infrastruktur permukiman yang berkeadilan.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 1
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat
tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut
4.2. Analisis Ekonomi
4.2.1. Kemiskinan
Data jumlah penduduk miskin bermanfaat untuk mengetahui gambaran umum tentang estimasi jumlah
penduduk di suatu daerah yang tergolong sebagai penduduk miskin, karena daya belinya yang berada di bawah garis
kemiskinan (kemiskinan absolut). Garis kemiskinan yang menjadi standar pengukuran ini merupakan agregrasi antara
garis kemiskinan makanan dan non makanan, yang besaran angkanya menunjukkan jumlah uang secara minimum yang
harus dimiliki dan mampu dibelanjakan oleh seseorang setiap bulannya untuk membeli kebutuhan hidup berupa
makanan maupun non makanan, agar terhindar dari kondisi hidup yang miskin. Keberadaan informasi garis kemiskinan
ini selanjutnya dapat menjadi sumber informasi dalam perencanaan pembangunan, karena dapat menjadi dasar dalam
memperkirakan jumlah penduduk miskin yang perlu mendapatkan intervensi dan perhatian secara khusus pemerintah
dan pihak terkait melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial. Selain itu, garis
kemiskinan juga berguna sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan anggaran untuk menarik penduduk miskin
agar bisa keluar dari bawah garis kemiskinan. Walau demikian menarik penduduk miskin keluar dari kemiskinan tentu
saja tidak semata dapat dilakukan hanya dengan mengalokasikan sejumlah anggaran untuk “membantu” biaya hidupnya
agar dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan pada setiap bulan. Persoalan yang menyebabkan mereka
berada dalam kemiskinan tentunya amat kompleks dan beragam, sehingga menuntut pola penanganan yang berbeda
dengan rentang waktu yang berbeda pula.
Dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2015 persentase kemiskinan di Kabupaten Klungkung berfluktuasi dengan
kecenderungan menurun yaitu dari 7,58 persen di tahun 2010 menjadi tinggal 6,91 persen di tahun 2015. Garis
kemiskinan merupakan penjumlah dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan Kabupaten Klungkung tahun 2010 adalah sebesar Rp 223.639,00 meningkat menjadi Rp 264.866,00
di tahun 2015. Indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan dimana semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan berarti semakin
jauh pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Klungkung
dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat yaitu dari 0,66 di tahun 2011 menjadi 1,00 di tahun 2015. Indikator
kemiskinan penting lainnya yang dipergunakan adalah indeks keparahan kemiskinan yang memberikan gambaran
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks berarti semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin. Dalam lima tahun terakhir, indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten
Klungkung fluktuaktif dengan kecendrungan meningkat yaitu dari 0,11 di tahun 2011 menjadi 0,22 di tahun 2015.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 2
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Sekalipun bermanfaat dalam perencanaan kebijakan, data jumlah penduduk miskin tersebut belum menjadi data yang
operasional serta dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan program, mengingat data tersebut belum memberikan
informasi tentang siapa saja orang miskin tersebut dan lokasi tempat tinggalnya. Pemerintah berupaya mengatasi hal
tersebut dengan melaksanakan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) .
Kegiatan ini terakhir dilaksanakan pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2015 dilaksanakan pemutakhiran
atas PPLS 2011 melalui Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015. Data ini amat bermanfaat karena terdapat
informasi nama kepala keluarga dan anggotanya, lokasi tempat tinggal, kondisi sosial ekonomi dan informasi lainnya
yang amat bermanfaat dalam perencanaan program, perhitungan kebutuhan anggaran, penetapan sasaran serta
monitoringnya. Hasil PPLS ini mengklasifikasikan Rumah Tangga Sasaran (RTS) program perlindungan sosial ke dalam
tiga klasifikasi yaitu:
1) Desil 1 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia
2) Desil 2 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia
3) Desil 3 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah di Indonesia
Berdasarkan hasil PPLS 2011 di Kabupaten Klungkung, terdapat 11.192 Rumah Tangga Sasaran (RTS),
dengan komposisi RTS pada desil 1 sebanyak 2.650 RTS, desil 2 sebanyak 3.007 RTS, desil 3 sebanyak 4.477 RTS
dan desil 4 sebanyak 1.058 RTS. Populasi RTS dalam desil 1 yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Banjarangkan
(186 RTS) sedangkan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Nusa Penida (1.940 RTS). Selanjutnya untuk RTS dalam
desil 2 polanya ternyata sama yaitu paling sedikit ditemukan di Kecamatan Banjarangkan (383 RTS) dan paling banyak
ditemukan di Kecamatan Nusa Penida (1.678 RTS). Sedangkan untuk RTS dalam desil 3 terdapat perbedaan pola,
karena paling sedikit ditemukan di Kecamatan Dawan (718 RTS) dan paling banyak ditemukan di Kecamatan Nusa
Penida (1.743 RTS). Untuk RTS dalam desil 4 paling sedikit ditemukan di Kecamatan Dawan (200RTS), paling banyak
ditemukan di kecamatan Klungkung (332 RTS). Dari data ini pula secara keseluruhan dapat diketahui bahwa
Kecamatan Dawan merupakan daerah dengan jumlah RTS yang paling sedikit yaitu hanya sebanyak 1.637 RTS.
Sebaliknya Kecamatan Nusa Penida merupakan daerah dengan jumlah total RTS paling banyak yaitu sebanyak 5.668
RTS.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 3
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Grafik 4.1 Grafik jumlah RTS
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum kemiskinan di suatu daerah adalah garis
kemiskinan (poverty line). Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus
dibelanjakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan minimum makanan
(beras, umbi-umbian, ikan dan sebagainya) maupun kebutuhan hidup minimum non makanan (perumahan, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan sebagainya). Untuk menghitung besarnya garis kemiskinan, metode yang digunakan
adalah Head Count Index, yaitu penghitungan terhadap jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh seseorang (per
kapita) per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam skala minimum agar tidak jatuh miskin.
Mengacu pada ukuran garis kemiskinan BPS, maka statistik kemiskinan mengklasifikasikan penduduk ke
dalam empat kelompok, yaitu:
1)
penduduk sangat miskin, yaitu penduduk dengan tingkat pengeluaran di bawah 0,7 x garis kemiskinan.
2)
penduduk miskin, yaitu penduduk dengan tingkat pengeluaran antara 0,7 x garis kemiskinan hingga sebesar
garis kemiskinan
3)
penduduk hampir miskin, yaitu penduduk yang pengeluarannya di atas garis kemiskinan, namun lebih kecil dari
1,2 x garis kemiskinan. Kelompok penduduk yang hampir miskin ini merupakan kelompok penduduk yang sangat
rentan terhadap gejolak perekonomian dan mudah terjerumus ke bawah garis kemiskinan jika terjadi goncangan
ekonomi.
4.2.2.
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi lokal masyarakat
Analisis ekonomi sangat terkait dengan isu kemiskinan khususnya yang terkait dengan pembangunan dan
pengembangan infrastruktur permukiman sebagai prasarana lingkungan dalam upaya pengembangan wilayah
Kabupaten Klungkung. Namun data penduduk miskin yang tersedia hanya dalam lingkup kabupaten seperti yang telah
diuraikan diatas. Data lingkup Kabupaten belum dapat secara tajam menganalisis kemiskinan dikaitkan dengan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 4
Pemerintah Kabupaten Klungkung
pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman yang penyebarannya pada unit desa/kelurahan atau
kecamatan. Data berfungsinya infrastruktur permukiman yang telah dibangun pada lokasi penduduk miskin juga sangat
diperlukan dalam analisis dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap ekonomi masyarakat lokal.
Secara teoritis pembangun an infrastruktur permukiman tentu berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat
setempat dengan beberapa alasan, antara lain:
Pembangunan jalan lingkungan atau jalan usaha tani (Bangkim) yang secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga
pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi (PSPAM, PSPLP) untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat akan berdampak pada berkurangnya biaya untuk berobat dan meningkatnya waktu untuk
melakukan kegiatan produktif.
Berdasarkan data Profil Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2016, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Klungkung dari tahun 2011 sampai tahun 2016 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 mencapai 3,97% yang
selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2012, yaitu mencapai 4,40%. Berikutnya pada tahun
2013 meningkat menjadi 4,90%, tahun 2014 menjadi 5,68 % dan terakhir pada tahun 2015 meningkat menjadi 6,41%.
Dalam upaya menanggulangi/menekan tingkat kemiskinan daerah, momentum pertumbuhan ekonomi yang terus
tumbuh secara stabil perlu dipertahankan, mengingat pertumbuhan ekonomi menjadi semacam mesin yang
menggerakkan berbagai sektor yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja. Tentunya pertumbuhan ekonomi ini
juga perlu diarahkan agar dapat tersebar dan dirasakan dampaknya oleh kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah (rentan miskin), agar daya beli mereka juga dapat bertumbuh dan tidak tertinggal oleh cepatnya
laju inflasi. Selain laju pertumbuhan ekonomi, indikator lainnya yang perlu dipantau karena dampaknya turut
mempengaruhi kemiskinan adalah tingkat inflasi, yaitu suatu keadaan ketika tingkat harga-harga mengalami kenaikan.
Inflasi amat mempengaruhi daya beli masyarakat dan akan berdampak negatif bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah yang amat rentan terhadap kenaikan harga
barang kebutuhan pokok. Pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, sebagian besar dari total pengeluarannya akan dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang mendasar yaitu berupa makanan, sehingga hanya sebagian kecil yang digunakan untuk membeli
barang-barang non makanan. Dengan demikian inflasi menyebabkan peningkatan harga barang-barang kebutuhan
pokok yang selanjutnya menyebabkan bertambahnya jumlah orang miskin. Hal ini terjadi karena pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, tingkat pendapatan mereka relatif amat terbatas, sehingga kenaikan harga barang –
barang kebutuhan pokok akan membuat membesarnya proporsi dari pengeluaran mereka yang harus digunakan untuk
membeli makanan, dan terpaksa mengesampingkan kebutuhan hidup lainnya yang juga penting seperti pendidikan dan
kesehatan.
Data jumlah penduduk miskin bermanfaat untuk mengetahui gambaran umum tentang estimasi jumlah penduduk
di suatu daerah yang tergolong sebagai penduduk miskin, karena daya belinya yang berada di bawah garis kemiskinan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 5
Pemerintah Kabupaten Klungkung
(kemiskinan absolut). Garis kemiskinan yang menjadi standar pengukuran ini merupakan agregrasi antara garis
kemiskinan makanan dan non makanan, yang besaran angkanya menunjukkan jumlah uang secara minimum yang
harus dimiliki dan mampu dibelanjakan oleh seseorang setiap bulannya untuk membeli kebutuhan hidup berupa
makanan maupun non makanan, agar terhindar dari kondisi hidup yang miskin. Keberadaan informasi garis kemiskinan
ini selanjutnya dapat menjadi sumber informasi dalam perencanaan pembangunan, karena dapat menjadi dasar dalam
memperkirakan jumlah penduduk miskin yang perlu mendapatkan intervensi dan perhatian secara khusus pemerintah
dan pihak terkait melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial. Selain itu, garis
kemiskinan juga berguna sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan anggaran untuk menarik penduduk miskin
agar bisa keluar dari bawah garis kemiskinan. Walau demikian menarik penduduk miskin keluar dari kemiskinan tentu
saja tidak semata dapat dilakukan hanya dengan mengalokasikan sejumlah anggaran untuk “membantu” biaya hidupnya
agar dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan pada setiap bulan. Persoalan yang menyebabkan mereka
berada dalam kemiskinan tentunya amat kompleks dan beragam, sehingga menuntut pola penanganan yang berbeda
dengan rentang waktu yang berbeda.
Gini ratio adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado Gini Tahun 1912, yaitu koefisien
yang digunakan untuk mengukur kesenjangan distribusi pendapatan diantara populasi. Gini ratio memiliki nilai antara 0
– 1 dimana semakin kecil nilainya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan semakin merata.
Gini ratio Kabupaten Klungkung dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 0,2857 di
tahun 2010 menjadi 0,3543 di tahun 2014 meski menurun dibandingkan dengan Gini ratio tahun 2013 yang mencapai
0,3559. Adapun perkembangan gini ratio Kabupaten Klungkung dan perbandingannya dengan gini ratio Provinsi Bali
tahun 2010 – 2014 adalah sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015
Grafik 4.2 Perkembangan Gini Ratio Kabupaten Klungkung dan Bali Tahun 2011-2015
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 6
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa Gini ratio Kabupaten Klungkung dalam lima tahun terakhir berfluktuasi
dengan tren menurun yaitu dari 0,3777 tahun 2011 menjadi 0,3695 pada tahun 2015. Tetapi jika dibandingkan dengan
tahun 2014 yang sebesar 0,3543, maka Gini Ratio Kabupaten Klungkung sedikit meningkat. Kondisi ini berbeda dengan
Gini Ratio provinsi Bali Tahun 2015 yang menurun menjadi 0,4377 dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai
0,415.beda pula.
Di samping tingkat kemiskinan dan garis kemiskinan, informasi lebih lanjut yang detail mengenai kondisi penduduk
miskin dapat diketahui dari indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Indeks
kedalaman kemiskinan (poverty depth) merupakan indikator yang menunjukkan jarak rata-rata antara pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan
menunjukkan semakin jauhnya jarak (kesenjangan) antara pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Sebaliknya bila nilai indeks kedalaman kemiskinan mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa daya
beli/pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan sehingga mereka semakin berpeluang untuk
keluar dari garis kemiskinan. oleh sebab itu kondisi menurunnya indeks kedalaman kemiskinan inilah yang diharapkan
dapat terjadi dari waktu ke waktu.
Selanjutnya indikator yang terkait pula dengan kondisi kemiskinan adalah indeks keparahan kemiskinan (poverty
severity). Indeks keparahan kemiskinan (P 2 ) mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin,
dengan mengukur besarnya jarak pengeluaran rata-rata di antara masing-masing penduduk miskin. Semakin kecil
angka P 2 mengindikasikan semakin kecil pula ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Sebaliknya
semakin besar nilai P 2 mengindikasikan semakin besarnya ketimpangan di antara penduduk miskin.
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum kemiskinan di suatu daerah adalah garis
kemiskinan (poverty line). Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus
dibelanjakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan minimum makanan
(beras, umbi-umbian, ikan dan sebagainya) maupun kebutuhan hidup minimum non makanan (perumahan, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan sebagainya). Untuk menghitung besarnya garis kemiskinan, metode yang digunakan
adalah Head Count Index, yaitu penghitungan terhadap jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh seseorang (per
kapita) per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam skala minimum agar tidak jatuh miskin.
Kriteria distribusi pendapatan menurut Bank Dunia yang difokuskan pada kelompok 40% penduduk berpendapatan
terendah tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh < 12% dari total pendapatan maka pemerataan
tergolong rendah/ketimpangan distribusi tinggi
2)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh antara 12%- 17% dari total pendapatan maka
pemerataan/ketimpangan distribusi pendapatan tergolong sedang
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 7
Pemerintah Kabupaten Klungkung
3)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh > 17%
dari total pendapatan maka distribusi
pendapatan tergolong tinggi/ketimpangan distribusi pendapatan rendah.
Lemahnya daya saing, akses yang terbatas pada permodalan, terbatasnya akses terhadap pasar kerja dan dunia
usaha merupakan beberapa faktor yang lain menjadi penyebab melemahnya distribusi pendapatan pada kelompok 40%
masyarakat berpendapatan terendah. Oleh sebab itu memang diperlukan program intervensi secara khusus terhadap
kelompok masyarakat 40% berpendapatan terendah agar distribusi pendapatan yang mereka peroleh dapat membesar
dari tahun ke tahun. Bentuk-bentuk intervensi khusus inilah yang menjadi salah satu tantangan pemerintah, terutama
dalam memformulasikannya ke dalam bentuk program/kegiatan yang tepat. Hal ini terjadi karena setiap rumah tangga
sasaran berpendapatan terendah, seperti yang terdata melalui PPLS 2011 memiliki karakteristik permasalahan yang
berbeda.
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap
masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan
beberapa langkah antisipasi, seperti :
1) Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat
yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk
menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan
AMDAL dan pembebasan lahan.
2) Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan
pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah
yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman
kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,
perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.
Jadi output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat
tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 8
Pemerintah Kabupaten Klungkung
4.3. Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh
pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
2. “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
3. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
4. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20102014:
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan
pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim”
5. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan
6. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan
yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1). Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 9
Pemerintah Kabupaten Klungkung
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan
lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan
peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2). Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan
kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan
kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3). Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang
selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program
Berdasarkan KLHS RPJMD Kabupaten Klungkung diarahkan untuk menjaga konsistensi, keterkaitan dan
keberlanjutan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dengan kebijakan pembangunan jangka panjang
daerah relepan dan sudah mengandung unsur konsisten, terkait dan berkelanjutan. Konsistensi program pembangunan
prioritas daerah telah mengakomodir semua program prioritas nasional sesuai dengan Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang
program pembangunan berkeadilan, baik dalam hal program pro-rakyat, program keadilan untuk semua dan program
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 10
Pemerintah Kabupaten Klungkung
pencapaian tujuan pembangunan milenium. Rekomendasi KLHS untuk mengintegrasikan rumusan mitigasi dan/atau
alternatif ke dalam bentuk program-program disertai dengan indikator-indikator, waktu pelaksanaanya dan
pembiayaannya. Beberapa usulan rumusan mitigasi pengaruh/dampak program terhadap isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Klungkung yaitu:
1. Program Peningkatan Kesempatan Kerja diarahkan pada peningkatan kesempatan kerja dengan pemberdayaan
sumber daya perdesaan yang ada, sehingga kesempatan kerja yang ada tidak harus dibarengi dengan alih fungsi
lahan.
2. Program transmigrasi regional diarahkan pada sektor perkebunan dan pertanian.
3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah, diusahakan sistem
pendukung usaha mikro dan menengah mengadopsi Teknologi Tepat Guna (TTG).
4. Program peningkatan dan pengembangan ekspor haru diawasi, sehingga tidak mengeksploitasi sumber daya alam
yang ada secara berlebihan.
5. Program pembangunan perumahan sebaiknya diatur dengan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
6. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan perlu diimbangi dengan counter program yaitu: Program
Pengendalian Hama Terpadu untuk menekan penggunaan pestisida. Program Pertanian Organik untuk menekan
penggunaan pupuk anorganik.
7. Program Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian menggunakan Teknologi tepat Guna (TTG).
8. Program pemanfaatan sumber daya hutan diarahkan pada pengembangan ekotorisem (wisata alam) dan
sebelumnya harus dikaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan terhadap manfaat yang diperoleh (kajian
ekonomi lingkungan).
9. Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kawasan berfungsi
lindung dan pengembangan hutan rakyat tidak dilakukan pada lahan pertanian produktif terutama sawah.
10. Program peningkatan produksi hasil ternak agar diimbangi dengan pengendalian pencemaran lingkungan oleh
limbah ternak dan/atau pemanfaatan limbah ternak (bio gas)
11. Program pengembangan industri kecil dan menengah selalu mengedepankan dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari hasil industri tersebut.
12. Dalam pengembangan industri kecil dan menengah dibuatkan kebijakan tentang pengolahan limbah dari kegiatan
industri.
13. Program peningkatan kapasitas iptek sistem produksi diarahkan pada Teknologi Tepat Guna (TTG).
14. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir lebih mengedepankan keberlanjutan kawasan pesisir tersebut.
15. Program pengembangan budi daya perikanan diarahkan pada keberlajutan ekosistem laut agar tidak punah.
16. Program pengembangan pemasaran pariwisata perlu diimbangi dengan counter program yaitu:
Program
Pengembangan Pengolahan Air Limbah, Program pengembangan kinerja pengelolaan sampah di kawasan
pariwisata dan daya tarik wisata, Program pengendalian pemanfaatan ruang Program pengelolaan kawasan
lindung.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 11
Pemerintah Kabupaten Klungkung
17. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi di barengi dengan kajian dampak investasi terhadap
lingkungan (kajian ekonomi lingkungan)
18. Program pengembangan desnisasi pariwisata perlu diimbangi dengan counter program yaitu:
Program
pengembangan pengolahan air limbah, Program pengembangan kinerja pengelolaan sampah di Kawasan
Pariwisata dan daya tarik wisata, Program pengendalian pemanfaatan ruang, Program pengelolaan kawasan
lindung.
19. Program penataan daerah otonomi baru diarahkan pada peningkatan sumber daya manusia dan pemanfaatan
sumber daya alam menekankan pada konsep keberlanjutan.
20. Program pengembangan jalan dan jembatan lebih diarahkan untuk menunjang peningkatan perekonomian
masyarakat terutama daerah terpencil dan kepulauan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 12
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN
4.1. Analisis Sosial
4.1.1.
Pengarustamaan gender
Kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan, , Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS),
4.1.2.
Identifikasi kebutuhan penanganan social pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap
masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan
beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan, serta permukiman kembali.
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok
masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi masyarakat berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan
dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,
persiapan AMDAL dan pembebasan lahan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan
pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang
diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang
terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan
pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan,
rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,
perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Jika ada usulan kegiatan dalam RPIJM yang memerlukan upaya pengadaan lahan atau permukiman kembali penduduk
(resettlement) maka tindak lanjut tahapan pemindahannya perlu diidentifikasi untuk memastikan pembangunan
infrastruktur permukiman yang berkeadilan.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 1
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat
tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut
4.2. Analisis Ekonomi
4.2.1. Kemiskinan
Data jumlah penduduk miskin bermanfaat untuk mengetahui gambaran umum tentang estimasi jumlah
penduduk di suatu daerah yang tergolong sebagai penduduk miskin, karena daya belinya yang berada di bawah garis
kemiskinan (kemiskinan absolut). Garis kemiskinan yang menjadi standar pengukuran ini merupakan agregrasi antara
garis kemiskinan makanan dan non makanan, yang besaran angkanya menunjukkan jumlah uang secara minimum yang
harus dimiliki dan mampu dibelanjakan oleh seseorang setiap bulannya untuk membeli kebutuhan hidup berupa
makanan maupun non makanan, agar terhindar dari kondisi hidup yang miskin. Keberadaan informasi garis kemiskinan
ini selanjutnya dapat menjadi sumber informasi dalam perencanaan pembangunan, karena dapat menjadi dasar dalam
memperkirakan jumlah penduduk miskin yang perlu mendapatkan intervensi dan perhatian secara khusus pemerintah
dan pihak terkait melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial. Selain itu, garis
kemiskinan juga berguna sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan anggaran untuk menarik penduduk miskin
agar bisa keluar dari bawah garis kemiskinan. Walau demikian menarik penduduk miskin keluar dari kemiskinan tentu
saja tidak semata dapat dilakukan hanya dengan mengalokasikan sejumlah anggaran untuk “membantu” biaya hidupnya
agar dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan pada setiap bulan. Persoalan yang menyebabkan mereka
berada dalam kemiskinan tentunya amat kompleks dan beragam, sehingga menuntut pola penanganan yang berbeda
dengan rentang waktu yang berbeda pula.
Dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2015 persentase kemiskinan di Kabupaten Klungkung berfluktuasi dengan
kecenderungan menurun yaitu dari 7,58 persen di tahun 2010 menjadi tinggal 6,91 persen di tahun 2015. Garis
kemiskinan merupakan penjumlah dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan Kabupaten Klungkung tahun 2010 adalah sebesar Rp 223.639,00 meningkat menjadi Rp 264.866,00
di tahun 2015. Indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan dimana semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan berarti semakin
jauh pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Klungkung
dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat yaitu dari 0,66 di tahun 2011 menjadi 1,00 di tahun 2015. Indikator
kemiskinan penting lainnya yang dipergunakan adalah indeks keparahan kemiskinan yang memberikan gambaran
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks berarti semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin. Dalam lima tahun terakhir, indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten
Klungkung fluktuaktif dengan kecendrungan meningkat yaitu dari 0,11 di tahun 2011 menjadi 0,22 di tahun 2015.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 2
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Sekalipun bermanfaat dalam perencanaan kebijakan, data jumlah penduduk miskin tersebut belum menjadi data yang
operasional serta dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan program, mengingat data tersebut belum memberikan
informasi tentang siapa saja orang miskin tersebut dan lokasi tempat tinggalnya. Pemerintah berupaya mengatasi hal
tersebut dengan melaksanakan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) .
Kegiatan ini terakhir dilaksanakan pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2015 dilaksanakan pemutakhiran
atas PPLS 2011 melalui Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015. Data ini amat bermanfaat karena terdapat
informasi nama kepala keluarga dan anggotanya, lokasi tempat tinggal, kondisi sosial ekonomi dan informasi lainnya
yang amat bermanfaat dalam perencanaan program, perhitungan kebutuhan anggaran, penetapan sasaran serta
monitoringnya. Hasil PPLS ini mengklasifikasikan Rumah Tangga Sasaran (RTS) program perlindungan sosial ke dalam
tiga klasifikasi yaitu:
1) Desil 1 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia
2) Desil 2 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia
3) Desil 3 :Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah di Indonesia
Berdasarkan hasil PPLS 2011 di Kabupaten Klungkung, terdapat 11.192 Rumah Tangga Sasaran (RTS),
dengan komposisi RTS pada desil 1 sebanyak 2.650 RTS, desil 2 sebanyak 3.007 RTS, desil 3 sebanyak 4.477 RTS
dan desil 4 sebanyak 1.058 RTS. Populasi RTS dalam desil 1 yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Banjarangkan
(186 RTS) sedangkan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Nusa Penida (1.940 RTS). Selanjutnya untuk RTS dalam
desil 2 polanya ternyata sama yaitu paling sedikit ditemukan di Kecamatan Banjarangkan (383 RTS) dan paling banyak
ditemukan di Kecamatan Nusa Penida (1.678 RTS). Sedangkan untuk RTS dalam desil 3 terdapat perbedaan pola,
karena paling sedikit ditemukan di Kecamatan Dawan (718 RTS) dan paling banyak ditemukan di Kecamatan Nusa
Penida (1.743 RTS). Untuk RTS dalam desil 4 paling sedikit ditemukan di Kecamatan Dawan (200RTS), paling banyak
ditemukan di kecamatan Klungkung (332 RTS). Dari data ini pula secara keseluruhan dapat diketahui bahwa
Kecamatan Dawan merupakan daerah dengan jumlah RTS yang paling sedikit yaitu hanya sebanyak 1.637 RTS.
Sebaliknya Kecamatan Nusa Penida merupakan daerah dengan jumlah total RTS paling banyak yaitu sebanyak 5.668
RTS.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 3
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Grafik 4.1 Grafik jumlah RTS
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum kemiskinan di suatu daerah adalah garis
kemiskinan (poverty line). Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus
dibelanjakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan minimum makanan
(beras, umbi-umbian, ikan dan sebagainya) maupun kebutuhan hidup minimum non makanan (perumahan, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan sebagainya). Untuk menghitung besarnya garis kemiskinan, metode yang digunakan
adalah Head Count Index, yaitu penghitungan terhadap jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh seseorang (per
kapita) per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam skala minimum agar tidak jatuh miskin.
Mengacu pada ukuran garis kemiskinan BPS, maka statistik kemiskinan mengklasifikasikan penduduk ke
dalam empat kelompok, yaitu:
1)
penduduk sangat miskin, yaitu penduduk dengan tingkat pengeluaran di bawah 0,7 x garis kemiskinan.
2)
penduduk miskin, yaitu penduduk dengan tingkat pengeluaran antara 0,7 x garis kemiskinan hingga sebesar
garis kemiskinan
3)
penduduk hampir miskin, yaitu penduduk yang pengeluarannya di atas garis kemiskinan, namun lebih kecil dari
1,2 x garis kemiskinan. Kelompok penduduk yang hampir miskin ini merupakan kelompok penduduk yang sangat
rentan terhadap gejolak perekonomian dan mudah terjerumus ke bawah garis kemiskinan jika terjadi goncangan
ekonomi.
4.2.2.
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi lokal masyarakat
Analisis ekonomi sangat terkait dengan isu kemiskinan khususnya yang terkait dengan pembangunan dan
pengembangan infrastruktur permukiman sebagai prasarana lingkungan dalam upaya pengembangan wilayah
Kabupaten Klungkung. Namun data penduduk miskin yang tersedia hanya dalam lingkup kabupaten seperti yang telah
diuraikan diatas. Data lingkup Kabupaten belum dapat secara tajam menganalisis kemiskinan dikaitkan dengan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 4
Pemerintah Kabupaten Klungkung
pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman yang penyebarannya pada unit desa/kelurahan atau
kecamatan. Data berfungsinya infrastruktur permukiman yang telah dibangun pada lokasi penduduk miskin juga sangat
diperlukan dalam analisis dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap ekonomi masyarakat lokal.
Secara teoritis pembangun an infrastruktur permukiman tentu berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat
setempat dengan beberapa alasan, antara lain:
Pembangunan jalan lingkungan atau jalan usaha tani (Bangkim) yang secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga
pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi (PSPAM, PSPLP) untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat akan berdampak pada berkurangnya biaya untuk berobat dan meningkatnya waktu untuk
melakukan kegiatan produktif.
Berdasarkan data Profil Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2016, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Klungkung dari tahun 2011 sampai tahun 2016 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 mencapai 3,97% yang
selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2012, yaitu mencapai 4,40%. Berikutnya pada tahun
2013 meningkat menjadi 4,90%, tahun 2014 menjadi 5,68 % dan terakhir pada tahun 2015 meningkat menjadi 6,41%.
Dalam upaya menanggulangi/menekan tingkat kemiskinan daerah, momentum pertumbuhan ekonomi yang terus
tumbuh secara stabil perlu dipertahankan, mengingat pertumbuhan ekonomi menjadi semacam mesin yang
menggerakkan berbagai sektor yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja. Tentunya pertumbuhan ekonomi ini
juga perlu diarahkan agar dapat tersebar dan dirasakan dampaknya oleh kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah (rentan miskin), agar daya beli mereka juga dapat bertumbuh dan tidak tertinggal oleh cepatnya
laju inflasi. Selain laju pertumbuhan ekonomi, indikator lainnya yang perlu dipantau karena dampaknya turut
mempengaruhi kemiskinan adalah tingkat inflasi, yaitu suatu keadaan ketika tingkat harga-harga mengalami kenaikan.
Inflasi amat mempengaruhi daya beli masyarakat dan akan berdampak negatif bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah yang amat rentan terhadap kenaikan harga
barang kebutuhan pokok. Pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, sebagian besar dari total pengeluarannya akan dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang mendasar yaitu berupa makanan, sehingga hanya sebagian kecil yang digunakan untuk membeli
barang-barang non makanan. Dengan demikian inflasi menyebabkan peningkatan harga barang-barang kebutuhan
pokok yang selanjutnya menyebabkan bertambahnya jumlah orang miskin. Hal ini terjadi karena pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, tingkat pendapatan mereka relatif amat terbatas, sehingga kenaikan harga barang –
barang kebutuhan pokok akan membuat membesarnya proporsi dari pengeluaran mereka yang harus digunakan untuk
membeli makanan, dan terpaksa mengesampingkan kebutuhan hidup lainnya yang juga penting seperti pendidikan dan
kesehatan.
Data jumlah penduduk miskin bermanfaat untuk mengetahui gambaran umum tentang estimasi jumlah penduduk
di suatu daerah yang tergolong sebagai penduduk miskin, karena daya belinya yang berada di bawah garis kemiskinan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 5
Pemerintah Kabupaten Klungkung
(kemiskinan absolut). Garis kemiskinan yang menjadi standar pengukuran ini merupakan agregrasi antara garis
kemiskinan makanan dan non makanan, yang besaran angkanya menunjukkan jumlah uang secara minimum yang
harus dimiliki dan mampu dibelanjakan oleh seseorang setiap bulannya untuk membeli kebutuhan hidup berupa
makanan maupun non makanan, agar terhindar dari kondisi hidup yang miskin. Keberadaan informasi garis kemiskinan
ini selanjutnya dapat menjadi sumber informasi dalam perencanaan pembangunan, karena dapat menjadi dasar dalam
memperkirakan jumlah penduduk miskin yang perlu mendapatkan intervensi dan perhatian secara khusus pemerintah
dan pihak terkait melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial. Selain itu, garis
kemiskinan juga berguna sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan anggaran untuk menarik penduduk miskin
agar bisa keluar dari bawah garis kemiskinan. Walau demikian menarik penduduk miskin keluar dari kemiskinan tentu
saja tidak semata dapat dilakukan hanya dengan mengalokasikan sejumlah anggaran untuk “membantu” biaya hidupnya
agar dapat memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan pada setiap bulan. Persoalan yang menyebabkan mereka
berada dalam kemiskinan tentunya amat kompleks dan beragam, sehingga menuntut pola penanganan yang berbeda
dengan rentang waktu yang berbeda.
Gini ratio adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado Gini Tahun 1912, yaitu koefisien
yang digunakan untuk mengukur kesenjangan distribusi pendapatan diantara populasi. Gini ratio memiliki nilai antara 0
– 1 dimana semakin kecil nilainya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan semakin merata.
Gini ratio Kabupaten Klungkung dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 0,2857 di
tahun 2010 menjadi 0,3543 di tahun 2014 meski menurun dibandingkan dengan Gini ratio tahun 2013 yang mencapai
0,3559. Adapun perkembangan gini ratio Kabupaten Klungkung dan perbandingannya dengan gini ratio Provinsi Bali
tahun 2010 – 2014 adalah sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015
Grafik 4.2 Perkembangan Gini Ratio Kabupaten Klungkung dan Bali Tahun 2011-2015
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 6
Pemerintah Kabupaten Klungkung
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa Gini ratio Kabupaten Klungkung dalam lima tahun terakhir berfluktuasi
dengan tren menurun yaitu dari 0,3777 tahun 2011 menjadi 0,3695 pada tahun 2015. Tetapi jika dibandingkan dengan
tahun 2014 yang sebesar 0,3543, maka Gini Ratio Kabupaten Klungkung sedikit meningkat. Kondisi ini berbeda dengan
Gini Ratio provinsi Bali Tahun 2015 yang menurun menjadi 0,4377 dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai
0,415.beda pula.
Di samping tingkat kemiskinan dan garis kemiskinan, informasi lebih lanjut yang detail mengenai kondisi penduduk
miskin dapat diketahui dari indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Indeks
kedalaman kemiskinan (poverty depth) merupakan indikator yang menunjukkan jarak rata-rata antara pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan
menunjukkan semakin jauhnya jarak (kesenjangan) antara pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Sebaliknya bila nilai indeks kedalaman kemiskinan mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa daya
beli/pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan sehingga mereka semakin berpeluang untuk
keluar dari garis kemiskinan. oleh sebab itu kondisi menurunnya indeks kedalaman kemiskinan inilah yang diharapkan
dapat terjadi dari waktu ke waktu.
Selanjutnya indikator yang terkait pula dengan kondisi kemiskinan adalah indeks keparahan kemiskinan (poverty
severity). Indeks keparahan kemiskinan (P 2 ) mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin,
dengan mengukur besarnya jarak pengeluaran rata-rata di antara masing-masing penduduk miskin. Semakin kecil
angka P 2 mengindikasikan semakin kecil pula ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Sebaliknya
semakin besar nilai P 2 mengindikasikan semakin besarnya ketimpangan di antara penduduk miskin.
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum kemiskinan di suatu daerah adalah garis
kemiskinan (poverty line). Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus
dibelanjakan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan minimum makanan
(beras, umbi-umbian, ikan dan sebagainya) maupun kebutuhan hidup minimum non makanan (perumahan, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan sebagainya). Untuk menghitung besarnya garis kemiskinan, metode yang digunakan
adalah Head Count Index, yaitu penghitungan terhadap jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh seseorang (per
kapita) per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam skala minimum agar tidak jatuh miskin.
Kriteria distribusi pendapatan menurut Bank Dunia yang difokuskan pada kelompok 40% penduduk berpendapatan
terendah tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh < 12% dari total pendapatan maka pemerataan
tergolong rendah/ketimpangan distribusi tinggi
2)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh antara 12%- 17% dari total pendapatan maka
pemerataan/ketimpangan distribusi pendapatan tergolong sedang
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 7
Pemerintah Kabupaten Klungkung
3)
Bila 40% penduduk berpendapatan terendah memperoleh > 17%
dari total pendapatan maka distribusi
pendapatan tergolong tinggi/ketimpangan distribusi pendapatan rendah.
Lemahnya daya saing, akses yang terbatas pada permodalan, terbatasnya akses terhadap pasar kerja dan dunia
usaha merupakan beberapa faktor yang lain menjadi penyebab melemahnya distribusi pendapatan pada kelompok 40%
masyarakat berpendapatan terendah. Oleh sebab itu memang diperlukan program intervensi secara khusus terhadap
kelompok masyarakat 40% berpendapatan terendah agar distribusi pendapatan yang mereka peroleh dapat membesar
dari tahun ke tahun. Bentuk-bentuk intervensi khusus inilah yang menjadi salah satu tantangan pemerintah, terutama
dalam memformulasikannya ke dalam bentuk program/kegiatan yang tepat. Hal ini terjadi karena setiap rumah tangga
sasaran berpendapatan terendah, seperti yang terdata melalui PPLS 2011 memiliki karakteristik permasalahan yang
berbeda.
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap
masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan
beberapa langkah antisipasi, seperti :
1) Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat
yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk
menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan
AMDAL dan pembebasan lahan.
2) Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan
pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah
yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman
kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,
perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.
Jadi output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat
tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 8
Pemerintah Kabupaten Klungkung
4.3. Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh
pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
2. “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
3. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
4. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20102014:
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan
pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim”
5. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan
6. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan
yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1). Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 9
Pemerintah Kabupaten Klungkung
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan
lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan
peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2). Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan
kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan
kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3). Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang
selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program
Berdasarkan KLHS RPJMD Kabupaten Klungkung diarahkan untuk menjaga konsistensi, keterkaitan dan
keberlanjutan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dengan kebijakan pembangunan jangka panjang
daerah relepan dan sudah mengandung unsur konsisten, terkait dan berkelanjutan. Konsistensi program pembangunan
prioritas daerah telah mengakomodir semua program prioritas nasional sesuai dengan Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang
program pembangunan berkeadilan, baik dalam hal program pro-rakyat, program keadilan untuk semua dan program
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 10
Pemerintah Kabupaten Klungkung
pencapaian tujuan pembangunan milenium. Rekomendasi KLHS untuk mengintegrasikan rumusan mitigasi dan/atau
alternatif ke dalam bentuk program-program disertai dengan indikator-indikator, waktu pelaksanaanya dan
pembiayaannya. Beberapa usulan rumusan mitigasi pengaruh/dampak program terhadap isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Klungkung yaitu:
1. Program Peningkatan Kesempatan Kerja diarahkan pada peningkatan kesempatan kerja dengan pemberdayaan
sumber daya perdesaan yang ada, sehingga kesempatan kerja yang ada tidak harus dibarengi dengan alih fungsi
lahan.
2. Program transmigrasi regional diarahkan pada sektor perkebunan dan pertanian.
3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah, diusahakan sistem
pendukung usaha mikro dan menengah mengadopsi Teknologi Tepat Guna (TTG).
4. Program peningkatan dan pengembangan ekspor haru diawasi, sehingga tidak mengeksploitasi sumber daya alam
yang ada secara berlebihan.
5. Program pembangunan perumahan sebaiknya diatur dengan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
6. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan perlu diimbangi dengan counter program yaitu: Program
Pengendalian Hama Terpadu untuk menekan penggunaan pestisida. Program Pertanian Organik untuk menekan
penggunaan pupuk anorganik.
7. Program Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian menggunakan Teknologi tepat Guna (TTG).
8. Program pemanfaatan sumber daya hutan diarahkan pada pengembangan ekotorisem (wisata alam) dan
sebelumnya harus dikaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan terhadap manfaat yang diperoleh (kajian
ekonomi lingkungan).
9. Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kawasan berfungsi
lindung dan pengembangan hutan rakyat tidak dilakukan pada lahan pertanian produktif terutama sawah.
10. Program peningkatan produksi hasil ternak agar diimbangi dengan pengendalian pencemaran lingkungan oleh
limbah ternak dan/atau pemanfaatan limbah ternak (bio gas)
11. Program pengembangan industri kecil dan menengah selalu mengedepankan dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari hasil industri tersebut.
12. Dalam pengembangan industri kecil dan menengah dibuatkan kebijakan tentang pengolahan limbah dari kegiatan
industri.
13. Program peningkatan kapasitas iptek sistem produksi diarahkan pada Teknologi Tepat Guna (TTG).
14. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir lebih mengedepankan keberlanjutan kawasan pesisir tersebut.
15. Program pengembangan budi daya perikanan diarahkan pada keberlajutan ekosistem laut agar tidak punah.
16. Program pengembangan pemasaran pariwisata perlu diimbangi dengan counter program yaitu:
Program
Pengembangan Pengolahan Air Limbah, Program pengembangan kinerja pengelolaan sampah di kawasan
pariwisata dan daya tarik wisata, Program pengendalian pemanfaatan ruang Program pengelolaan kawasan
lindung.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 11
Pemerintah Kabupaten Klungkung
17. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi di barengi dengan kajian dampak investasi terhadap
lingkungan (kajian ekonomi lingkungan)
18. Program pengembangan desnisasi pariwisata perlu diimbangi dengan counter program yaitu:
Program
pengembangan pengolahan air limbah, Program pengembangan kinerja pengelolaan sampah di Kawasan
Pariwisata dan daya tarik wisata, Program pengendalian pemanfaatan ruang, Program pengelolaan kawasan
lindung.
19. Program penataan daerah otonomi baru diarahkan pada peningkatan sumber daya manusia dan pemanfaatan
sumber daya alam menekankan pada konsep keberlanjutan.
20. Program pengembangan jalan dan jembatan lebih diarahkan untuk menunjang peningkatan perekonomian
masyarakat terutama daerah terpencil dan kepulauan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Klungkung Tahun 2015-2019
IV - 12