BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1519104725Bab IV Analisis Sosek dan Lingkungan

BAB IV
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
4.1. Analisis Sosial
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah
satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek
sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah
kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran,
karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada
tabel berikut ini.
4..1.1. Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara
laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis,
tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat
yang luas. Dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah
Indonesia

mendorong

pengarusutamaan


gender

di

setiap

bidang

pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya.
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
mengamanatkan semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di
seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.
Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2016 sebanyak 92.628 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 86.091 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 107,
artinya pada tahun 2016 untuk setiap 207 penduduk di Kabupaten Belitung
terdapat 100 penduduk perempuan dan 107 penduduk laki-laki.
161


Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Belitung Tahun 2016
No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk
Laki-Laki

Perempuan

Total

1

Membalong

14.385


13.259

27.644

2

Tanjungpandan

51.012

48.251

99.263

3

Badau

7.942


6.893

14.835

4

Sijuk

16.027

14.661

30.688

5

Selat Nasik

3.262


3.027

6.289

Jumlah

92.628

86.091

178.719

Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Tabel 4.2. Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Penduduk
Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2016
No.

Uraian


Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1.

Angkatan Kerja yang Bekerja

53.927

29.976

83.903

2.

Pencari Kerja


3.411

604

4.015

3.

Jumlah Angkatan Kerja

57.338

30.580

87.918

4.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


84,80

49,03

67,64

5.

Tingkat Pengangguran

5,95

1,98

4,57

Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Peran serta gender dalam pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten
Belitung sejak tahun 2011 sangat menonjol dalam penuntasan kumuh kota

dan pembangunan akses jamban masyarakat. Pembangunan jamban
masyarakat di Kabupaten Belitung adalah karya nyata gender dalam upaya
pencapaian akses sanitasi mendukung program nasional 100-0-100 melalui
arisan jamban di setiap desa di Kabupaten Belitung. Pencapaian Desa bebas
buang air besar sembarangan/Open Defecation Free yang menjadi
keberhasilan/prestasi Kabupaten Belitung merupakan hasil interfensi gender
secara langsung dlaam program Cipta Karya Kabupaten Belitung.
Penuntasan kumuh dan akses sanitasi juga akses air minum dalam perspektif
162

gender dilakukan melalui peran serta gender memberikan pembinaan mulai
dari tingkat keluarga, sekolah, lingkungan terhadap prilaku hidup bersih dan
sehat, Cuci Tangan Pakai Sabun, program CLTS (Community Led Total
Sanitation).
Bagaimanapun isu terkait penagrusutamaan gender harus tetap menjadi
perhatian

dan

dikembangkan


mengingat

adanya

kecenderungan

peningkatan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Belitung.
Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek gender dan kemiskinan, isu
strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:
1. Tingginya tingkat efektifitas dari pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok

masyarakat

pemilah

sampah


serta

pokmas-pokmas

persampahan pada tingkat bawah dalam memanage sampah skala rumah
tangga dalam mendukung pelaksanaan program persampahan pola 3R
untuk

mengurangi

timbulan

sampah

langsung

disumbernya.

Keberhasilan ini juga didukung peran aktif pemerintah dalam pelatihan
ketrampilan masyarakat dan fasilitasi dukungan sarana dan prasarana
salah satunya dengan pengadaan komposter aerob skala rumah tangga;
2. Masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam peran serta pengelolaan
persampahan melalui Pokmas Peduli Sampah;
3. Pemberdayaan masyarakat dan kemiskinan dalam program sanitasi salah
satunya dengan program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM);
4. Peranan pendidikan di sekolah diharapkan memasukkan kurikulum /
kegiatan yang menyangkut 3R yang bisa bekerjasama dengan organisasi
yang terkait dengan pengolaan sampah.
5. Peningkatan kesadaran dan pembentukan lembaga pengelola sampah
diharapkan dapat mempengaruhi kebiasaan masyarakat untuk memilah
sampah dan mengurangi penggunaan bahan non organik dalam kegiatan
3R.
163

6. Pembiayaan pembangunan Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL)
Komunal bersifat sharing antara pemerintah dan masyarakat.
7. Masyarakat dan beberapa lembaga swadaya, komunitas dan elemen
masyarakat yang memiliki peran penting dalam penanganan masalahmasalah persampahan di Kota Tanjungpandan;
8. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yaitu
membuang limbah langsung ke saluran drainase dan sungai.
9. Dalam kampanye PHBS : memberdayakan keluarga untuk melaksanakan
PHBS,

mengembangkan

kegiatan-kegiatan

yang

mendukung

terwujudnya Rumah Tangga Sehat (mengacu pada 10 indikator PHBS di
rumah tangga), melakukan pendataan Rumah Tangga Sehat yang ada di
wilayahnya oleh Kader Posyandu.
10. Pengembangan layananan sanitasi di seluruh pelosok areal perkotaan
dengan prioritas pada kawasan permukiman yang memiliki risiko tinggi
terhadap gangguan kesehatan masyarakat, dan permukiman yang dihuni
masyarakat berpenghasilan rendah;
11. Pengembangan layanan sanitasi berbasis masyarakat, khususnya di
kawasan-kawasan hunian yang sulit dilayani;
12. Dukungan lembaga formal dan informal di masyarakat (kecamatan,
desa/kelurahan, RT/RW, PKK, puskesmas, posyandu, karang taruna,
Pengajian/Yassinan), tokoh masyarakat, tokoh agama, sudah ada sebagai
sarana sosialisasi program dan pengelolaan sanitasi. Perempuan diberi
kesempatan untuk menyampaikan usulan dan mengambil keputusan
dalam pengadaan sarana sanitasi di rumah tangga. Sudah ada pembagian
tugas dan tukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk berbagai
jenis kegiatan rumah tangga;
13. Minimnya kontribusi/swadaya masyarakat khususnya yang bermukim
di kawasan Sungai Cerucuk, Kubu, Saluran Siburik dalam pengelolaan
sanitasi (air limbah, persampahan, drainase lingkungan);

164

14. Dukungan SKPD terkait sanitasi cukup tinggi terhadap pembangunan
sanitasi kota dalam bentuk dana operasional, program, perangkat kerja,
dll;
15. Sosialisasi pada masyarakat tentang pengelolaan sarana sanitasi belum
memadai.
16. Adanya program-program pemberdayaan masyarakat dan perempuan;
17. Keterbatasan tenaga personil dalam pemberdayaan masyarakat;
18. Perlunya pelatihan penguatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan
sanitasi dari pihak luar;
19. Pembinaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pengelolaan
sanitasi;
20. Keterlibatan masyarakat dan kaum perempuan dalam pengelolaan
sanitasi masih kurang;
21. Kemampuan masyarakat untuk membangun prasarana sanitasi dasar
masih rendah;
22. Pendidikan

masyarakat

yang

rendah

mengurangi

kecepatan

pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;
23. Kurangnya kemampuan, keterampilan, profesionalisme, dan standar
kompetensi dari SDM pengelola prasarana dan sarana Air Limbah baik
dibidang teknis, management, dan hubungan masyarakat;
24. Masyarakat miskin kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan
sanitasi.
25. Meningkatkan

pengetahuan

dan

pemahaman

masyarakat

dalam

pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat.
26. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan sanitasi.
27. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam promosi dan sosialisasi
penyebarluasan informasi sanitasi.
28. Melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam pengelolaan sanitasi
berbasis masyarakat.

165

4.1.2. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial pada Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat baik pada tahap perencanaannya, tahap
pelaksanaan pembangunannya, maupun pada tahap setelah atau pasca
pembangunanpengelolaan.
Pada

taraf

perencanaan,

pembangunan

infrastruktur

permukiman

seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta
pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan
masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi,
pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali.
Kemudian pada tahapan setelah selesainya atau pasca pembangunan perlu
diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut
membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat di sekitar prasarana yang sudah terbangun dan memberikan
dampak positif.
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat
terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan
oleh penduduk setempat hanya untuk mendapatkan akses pelayanan
tersebut.
Indentifikasi terhadap kebutuhan penangan aspek sosial pasca pembangunan
Bidang Cipta Karya di Kabupaten Belitung diuraikan pada Tabel 4.3. berikut
ini :

166

Tabel 4.3. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca
Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No.

Sektor

Program/
Kegiatan

Lokasi

Tahun

1

2

3

4

5

Jumlah
Penduduk yang
Memanfaatkan
6

1

Pengembangan
Permukiman

Program Peningkatan Kualitas Kawasan
Permukiman
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kab.
Belitung (KP) PISEW Kabupaten Belitung
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kab.
Belitung (UB) P2KP Kab. Belitung
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws.
Tanjung Pandan Kab. Belitung
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Pembangunan PSP Permukiman Perdesaan Kws.
Membalong Kab. Belitung
Penataan Bangunan Kawasan Strategis
Peningkatan Kawasan Perkotaan Kabupaten
Belitung
Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air
Kaps. 2,5 LPD Lokasi Kws Kacang Butor Kec.
Badau
Kaps. 2,5 LPD Lokasi Desa Sungai Padang Kec.
Sijuk
Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Kaps.
10 LPD Lokasi Desa Air Seruk Kec. Sijuk
Pembangunan SPAM Ibu Kota Kecamatan
(IKK)
Pembangunan SPAM IKK Lokasi IKK Selat Nasik

4 Kec. di Kab.
Belitung
Kec.
Tanjungpandan
Kec.
Tanjungpandan

2015

40.000

2015

20.000

2017

20.000

Desa
Membalong
Keciput,
Tanjungbinga,
Tanjungpandan

2016

2.000

2017

20.000

2016

800

2
3

Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan
Air Minum

Desa Kacang
Botor
Desa Sungai
Padang
Air Seruk

2016

800

2016

3.200

Selat Nasik

2017

3.200

Badau

2016

Tanjungpandan

2016

Selat Nasik

2017

Desa Bantan

2016

Desa Simpang
Rusa

2016

Desa Sungai
Samak
Tanjungpandan

2017
2016

Tanjungpandan

2016

Selat Nasik

2016

Tanjungpandan

2016

Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
Optimalisasi SPAM Lokasi Kec. Badau
Optimalisasi SPAM Lokasi Kec. Tanjung Pandan
Optimalisasi SPAM Lokasi IKK Selat Nasik
Pemanfaatan Idle SPAM di Kawasan Rawan
Air
Optimalisasi SPAM Lokasi Kws Bantan Kec.
Membalong
Optimalisasi SPAM Lokasi Kws Simpang Rusa
Kec. Membalong
Pembangunan SPAM di Kawasan Strategis
Pembangunan SPAM Lokasi Kws Tanjung Batu

4

Penyehatan
Lingkungan
Permukiman

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan
Kab. Belitung
Penyusunan DED Drainase Lingkungan
Permukiman Kab. Belitung
Perencanaan Infrastruktur Pengembangan PLP Di
Selat Nasik Kab. Belitung
Penyusunan Outline Plan Sistem Pengelolaan Air
Limbah DED Air Limbah Kab. Belitung

167

3.200

Keterangan

7

4.2. Analisis Ekonomi
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan
dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran
infrastruktur dalam pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi yang implikasinya terhadap peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Secara makro ketersediaan pelayanan infrastruktur
mempengaruhi marginal productivity of private capital dan secara mikro
pengaruh pelayanan infrastruktur adalah mengurangi biaya produksi.
Pengaruh

infrastruktur

terhadap

peningkatan

kualitas

hidup

dan

kesejahteraan manusia, adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta
peningkatan kemakmuran. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa infrastruktur memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal
ini terlihat dari elastisitasnya yang relatif besar, terutama irigasi, listrik dan
jalan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan analisis ekonomi
terhadap pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) bidang Cipta Karya, antara lain:
1. Dapat dijadikan referensi dalam pengalokasian anggaran
2. Dapat dijadikan masukan bagi pimpinan departemen dalam penyusunan
kebijakan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat ke depan
3. Mengetahui sektor mana yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi baik secara makro maupun secara mikro
4. Mengetahui sektor mana yang paling banyak menyerap tenaga kerja baik
secara makro ataupun secara mikro
5. Dapat memperkirakan peningkatan pembangunan infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat jangka panjang yang efektif guna mendorong
peningkatan sosial ekonomi masyarakat.
168

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan berbagai pihak terhadap Sektor
Air Bersih yang meliputi pengadaan dan penyaluran air bersih, Sektor
Bangunan, meliputi penyiapan lahan, konstruksi gedung, pemukiman
(tempat tinggal) dan non pemukiman, pembangunan instalasi publik dan
kegiatan lainnya, Sektor Prasarana Pertanian, meliputi bangunan pengairan,
Sektor Jalan Jembatan & Pelabuhan, meliputi bangunan jalan, jembatan,
kereta

api

dan

dermaga

misalnya

diperoleh

kesimpulan

bahwa

pembangunan sektor Air Bersih, sektor bangunan meningkatkan sektor
lainnya, sektor jalan dan jembatan berperan membuka lapangan kerja
disektornya sendiri maupun sektor sektor lainnya memberikan efek
penggandaan (Multiplier effect) yaitu meningkatkan total output terhadap
sektor tersebut, sektor lainnya, perekonomian dan penyerapan tenaga kerja.
4.3. Analisis Lingkungan
Penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
berwawasan lingkungan telah tertuang dalam sejumlah peraturan, seperti
Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang No.
7/2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 38/2004 tentang Jalan
maupun Undang-Undang No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Bahkan
didalam Undang-Undang Perumahan Permukiman yang dikeluarkan pada
tahun 1992, telah diamanatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan
hidup terkait dengan pembangunan dan penataan Perumahan Permukiman
(Undang-Undang no. 4 Tahun 1992). Namun dalam pelaksanaannya, amanat
tentang pengelolaan lingkungan maupun pengawasan lingkungan belum
sepenuhnya diterapkan. Dari regulasi-regulasi tersebut, penyelenggaraan
infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diharapkan harus
lebih mempertimbangkan faktor lingkungan sehingga akan tetap menjaga
kualitas lingkungan selain juga mengurangi dampak buruk yang terjadi,
terutama terhadap pembangunan infrastruktur PUPR dalam skala menengah
dan besar. Hal ini karena didalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur skala menengah dan besar, singgungan terhadap faktor

169

lingkungan sangat rentan terjadi, sehingga diperlukan suatu dokumen
pengelolaan lingkungan agar dapat menekan seminimal mungkin dampak
besar dan negatif yang timbul karena pembangunan infrastruktur.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya
disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di
dalam RPIJM antara lain karena:
1.

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah
karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam
hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana
kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam
menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup

Tahapan

pelaksanaan

KLHS

diawali

dengan

penapisan

usulan

rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isuisu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan
wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan
lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5)
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan
jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan
dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau
dampak terhadap isu-isu tersebut. Penapisan usulan rencana program RPIJM
berdasarkan kriteria KLHS disajikan dalam tabel berikut ini.
170

Tabel 4.4. Kriteria Penapisan KLHS Usulan Program/Kegiatan RPIJM
Bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Tahun 2015-2019
No.

Kriteria Penapisan

1
1

2
Perubahan Iklim

2

Kerusakan,
kemerosotan dan/atau
kepunahan
keanekaragaman hayati
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber
daya alam

3

4

5

6

Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan
dan/atau lahan
Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan kelompok
masyarakat
Peningkatan resiko
terhadap kesehatan
dan keselamatan
manusia

Penilaian
Uraian Pertimbangan
3
Usulan kegiatan RPIJM merupakan suatu
upaya untuk mengantipasi dampak
perubahan iklim, seperti kegiatan
penyediaan air minum sebagai upaya
memberikan pelayanan air minum pada
daerah sulit air bersih, kemudian
kegiatan penyediaan
Drainase sebagai upaya mengurangi
dampak meluasnya genangan akibat
curah hujan yang tinggi.
Usulan kegiatan RPIJM tidak
bersinggungan dengan kawasan lindung
yang berkaitan dengan lingkungan hayati.
Usulan kegiatan RPIJM justru
berupaya menjaga kualitas dan
kelimpahan sumber daya air baku,
melalui kegiatan penyediaan drainase
berbasis konservasi air tanah serta
penyediaan IPAL Komunal untuk menjaga
kualitas air tanah dari pencemaran air
limbah domestik.
Usulan kegiatan RPIJM tidak
menyebabkan alih fungsi kawasan hutan
atau lahan produktif.
Usulan kegiatan RPIJM justru sebagai
upaya penanggulangan kemiskinan
melalui program-program peningkatan
swadaya masyarakat seperti kegiatan
PNPM dan kegiatan-kegiatan penyediaan
infrastruktu r dasar pada kawasan kumuh
dan masyarakat
Usulan kegiatan RPIJM justru
berupaya meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman menjadi lebih
layak huni bagi masyarakat.

Kesimpulan
4
Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan

Dari hasil penapisan di atas terlihat tidak teridentifikasi usulan kegiatan
RPIJM Bidang Cipta Karya berpengaruh terhadap kriteria-kriteria penapisan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

171

AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012
tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2008 Tentang
Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang wajib dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup,
yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Checklist kebutuhan analisis perlindungan lingkungan pada program
kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada
Program Cipta Karya
No.
1
1

2

Komponen Kegiatan
2
Pengembangan Permukiman

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(KOTAKU) skala Kota
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kel. Parit
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kel. Paal Satu
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kel. Kampung Parit
Peningkatan PSD Perdesaan Desa Air Merbau
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan Desa Aik Pelempang Jaya

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pendampingan Pemeriksaan Keandalan Fisik
Bangunan Gedung
Penataan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Tanjung
Kelayang (KSPN Tanjung Kelayang)
Penataan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Tanjung
Kelayang (KSPN Tanjung Kelayang)
Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata
Tanjungpendam
Fasilitasi Penyusunan DED Percontohan Ruang
Terbuka Publik-Revolusi Mental

Lokasi
3

Amdal
4

UKL/UPL
5

SPPLH
6

Kel. Parit, Damai,
Tanjungpendam
dan Air Saga
Kampong Damai

-

-

V

-

-

V

Parit
Paal Satu

-

-

V
V

Kelurahan Parit

-

-

V

Desa Air Membau
Desa Aik
Pelempang Jaua

-

-

V
V

Tanjungpandan

-

-

-

Keciput

-

V

-

Keciput

-

V

-

Tanjungpendam

-

V

-

Tanjungpendam

-

V

-

172

No.
1
3

4

Komponen Kegiatan
2

Lokasi
3

Pengembangan Air Minum
Pembangunan Jaringan Distribusi Utama dan SR dari
Sistem Kacang Botor
Pengembangan Jaringan Perpipaan Distribusi Utama
PDAM Kabupaten Belitung
Pembangunan Jaringan Distribusi Utama dan SR dari
Sistem Kacang Botor
Pengembangan SPAM Perkotaan Tanjungpandan
Optimalisasi SPAM IKK Selat Nasik
Optimalisasi SPAM IKK Badau
Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa
Kembiri
Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa
Gunung Riting
Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa
Pelepak Pute
Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa
Lassar
Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa
Petaling
Peningkatan SPAM Mempadin IKKÂ Sijuk dari 10L/d
ke 20L/d
Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Bangunan
UPTD SPAM
Pemanfaatan Idle Capacity SPAM Kab. Belitung
Pengembangan Jaringan SPAM IKK Sijuk
Pembangunan Perpipaan JDU Kawasan KSPN
Tanjung Kelayang Provinsi Bangka Belitung
Pembangunan SPAM Kawasan KSPN Tanjung
Kelayang Tanjungpandan Provinsi Bangka Belitung
Optimalisasi SPAM Kawasan Tanjung Batu
Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan
Industri Suge
Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan Sarana Infrastruktur Sanitasi
Kecamatan Selat Nasik
Pembangunan Drainase Lingkungan Kabupaten
Belitung Kp. Parit

-

Selat Nasik
Kp. Parit

173

Amdal
4

UKL/UPL
5

SPPLH
6

-

V

-

-

V

-

-

V

-

-

V
-

V
V
V

-

-

V

-

-

V

-

-

V

-

-

V

V

-

-

-

-

V

-

V
V
V

-

-

V

-

-

V
V

-

V