BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI MEDIS - Eneng Tantri Sukmawati BAB II

  1. Definisi Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. (Yongki,dkk.2012.h;3)

  Lamanya kehamilan adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). atau 36-40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).Pada Kehamilan akan terjadi konsepsi antara sel telur dengan sperma. Pelepasan sel telur (ovum) hanya terjadi satu kalii setiap bulan, sekitar hari ke 14 pada Siklus menstruasi normal 28 hari disebut dengan masa ovulasi. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap wanita.

  2. Peristiwa terjadinya kehamilan di antaranya yaitu: (Manuaba,2010 h,75) a. Ovulasi

  Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang kompleks.

  b. Fertilisasi atau konsepsi Pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma yang akan membentuk zigot.

  10 c. Proses nidasi atau implantasi Setelah pertemuan antara ovum dan sperma, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya.

  3. Perubahan Anatomi dan adaptasi fisiologis pada kehamilan

  a. Uterus Tumbuh Membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesterone berperan elastisitas / kelenturan uterus.Taksiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus yaitu. 1) Tidak hamil / normal : sebesar telur ayam. 2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek 3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa 4) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat 5) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat 6) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat 7) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid 8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid 9) 36 : 3 sampai 1 jari bawah

  • – 42 minggu xyphoid. (Sukarni.2013;h.66)

  b. Serviks uteri Mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesterone yang disebut tanda goodel atau hegar. c. Vagina dan Vulva Terjadi hipervaskularisai akibat pengaruh estrogen dan progesterone, warnanya menjadi warna merah kebiruan disebut tanda chadwick.(Kusmiyati 2010; hal.55)

  d. Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutam fungsi produksi pprogesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi. Tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

  e. Payudara Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplapsia system duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormone laktogenik plasenta

  (diantaranya somatommotropin) yang menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel

  • –sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat
  • –zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel –sel lemak, kolostrum. Mamae membesar dan tegang, terjadii hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. (Hanum,2011.hal;90).

  f. Dinding Perut (abdominal ) Pembesaran Rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastis dibawah kulit rahim sehingga timbul strie gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra. (Hanum, 2011.hal; 90). g. Traktus Urinarius Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul kembali karena kandung kemih akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadii hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.

  Pelvis ginjal dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri karena diakibatkan pergeseran uterus lebih berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid disebelah kiri. (Kusmiyati, 2010; h.68)

  h. Sistem Respirasi Pada kehamilan 32 minggu terjadi desakan diafgrama karena dorongan uterus yang membesar, sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen meningkat sehingga ibu hamil bernafas lebih dalam. (Manuaba, 2010; h.93). i. Sirkulasi Darah

  Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadii pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia kehmilan 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%, curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. (Manuaba, 2010; h.93) j. Kenaikan berat badan Pada ibu hamil kenaikan berat badan sekitar 6,5 kg sampai 15 kg selama kehamilan. (Manuaba, 2010 h.117) Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh.

  Kategori

  IMT Rekomendasi Rendah 12,5 ≤ 19.8 – 18 Normal

  19.8 11.5- 16

  • – 26

    Tinggi 26-29 7- 16

    Obesitas ≥ 29 ≥ 7

Tabel 2.1 Dikutip dari cuningham

  Perubahan adaptasi psikologi pada ibu hamil terbagi menjadi 3 trimester yaitu : a. Trimester I

  Trimester pertama pada usia kehamilan 0

  • – 12 minggu, trimester ini sering dikatakan sebagai masa penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Dampak terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada ibu hamil akan mempengaruhi perubahan fisik sehingga banyak ibu hamil merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Pada trimester ini ibu akan selalu mencari tanda- tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Gairah seks pada trimester ini kebanyakan para wanita mengalami peningkatan.
b. Trimester II Trimester kedua pada usia kehamilan 13

  • – 28 minggu, trimester ini disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat, ini disebabkan umunya pada wanita merasa lebih baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan pikirannya secar lebiih konstruktif, gerakan janin mulai ibu rasakan. Ketika gerakan janin semakin jelas teras, yang terlihat dengan gerakan adanya gerakan dan denyut jantung janin kecemasan orangtua yaitu kemungkinan cacat pada janinnya.

  c. Trimester III Trimester ketiga pada usia kehamilan 29- 42 minggu, trimester ini disebut periode penantian, periode ini wanita menantii kehadiran bayi sebagai bagian dari dirinya. Menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Pada trimester ini waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan menjadi orangtua. ketakutan dan kekhawatiran terhadap hidupnya dan bayinya. proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilannya.

  4. Diagnosis kehamilan Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 - 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut: a. Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram nila berakhir disebut dengan keguguran. b. Usia kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas c. Usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu disebut aterm

  d. Usia kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau post term (serotinus).

  5. Tanda dan gejala kehamilan

  a. Amenorea (terlambat datang bulan) konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graff da ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus neagle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

  b. Mual dan Muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progeteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual muntah terutam pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

  c. Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  d. Payudara tegang yang dipengaruhi oleh hormone estrogen dan progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposi lemak, air dan garam pada payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  e. Sering buang air kecil, desakan rahim ke depan menyebabkan kantung kemih cepat terasa penuh dan sering buang air kecil.

  Pada trimester kedua, gejala ini sudah menghilang. f. Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  g. Pigmentasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae nigra, linea alba makin hitam) h. Varises atau penampakan pembuluh darah vena, karena pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

  6. Tanda Tidak Pasti Kehamilan Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh: a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.

  b. Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda chedwik dan tanda piskacek, kontraksi Braxton hicks dan teraba ballotemen.

  c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, namun sebagian ada positif palsu.

  7. Tanda Pasti Kehamilan Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui:

  a. Gerakan denyut janin dalam Rahim

  c. Denyut jantung janin, di dengar dengan stetoskop linex, Doppler, dilihat dengan ultrasonografi.

  8. Pemeriksaan Pada Kehamilan Pemeriksaan fisik umum yang meliputi :

  a. Pemeriksan fisik umum yang meliputi : Kesan umum komposmentis atau tampak sakit. Pemeriksaan tekanan darah nadi, pernapasan dan suhu, berat badan.

  1) Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menetapkan dan memastikan bahwa pertumbuhan janin konsisten dengan usia hamil selama perjalanaan kehamilan. Pemeriksaan ini mungkin bisa menimbulkan kekhawatiran pada ibu hamil dan komunikasi yang sensitive selama prosedur penting dilakukan. Metode pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.

  (a) Inspeksi Ukuran uterus dikaji dengan memperkirakan melalui observasi. Namun, kandung kemih yang penuh, kolom distensi atau obesitas dapat memberikan kesan yang keliru tentang ukuran janin. Bentuk uterus lebih panjang daripada lebarnya jika posisi janinnya lungotudinal. Mengobservasi gerkan janin dan perubahan kulit abdomen dengan terdapat tanda garis pada kehamilan. (b) Palpasi

  Palpasi menggunakan kedua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive tanda khusus fisik. Pada kehamilan pemeriksaan palpasi dengan cara maneuver leopold yaitu terdiri dari leopold 14. Leopold I Menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam fundus dan konsistensi fundus. atau menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan fundus dan tangan lain diatas simfisis. Leopold II Menetukan batas damping kanan kiri dari rahim.

  Serta menentukan letak punggung janin pada letak lintang, tentukan letak janin. Leopold III Menentukan bagian terbawah janin apakah bagian terbawah janin sudah masuk atau masih dapat digoyangkan. Leopold IV Menenetukan bagian terendah apakah kepala atau bokong dan sudah seberapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul. (Manuaba,2010.h;116)

  (c) Perkusi Merupakan tehnik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung yang berguna untuk mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ- organ tubuh yang bertujuan menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. (d) Auskultasi

  Auskultasi merupakan tehnik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan suara atau bunyi yang dihasilkan.

  Mendengarkan denyut jantung janin adalah bagian dari proses dengan menggunakan dopler atau linex. Dengan batas normal denyut jantung janin 120 –160 x/menit. (Prawirohardjo, 2010 hal 33).

  b. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan Darah

  (a) Hb Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia. (Manuaba, 2010; h.239).

  (b) Golongan darah Untuk mengetahui golongan darah ibu. (Asrinah,dkk.2010 135)

  2) Pemeriksaan Urine Untuk mengetahui kandungan protein atau glukosa di dalamnya (Varney, 2006; h.531). Pada pemeriksaan urin menggunakan reagen dipstick jika ditemukan hasil positif maka itu menandakan terjadi pre eklmapsi sedangkan pemeriksaan glukosa di lakukan untuk mendiagnosa adanya diabetes pada kehamilan.(Walsh et al, 2007; h.133).

  9. Ketidaknyamanan umum dalam kehamilan pada trimester III (Walsh.2007;h.139)

  a. Nyeri Punggung

  b. Pingsan /berkunang-kunang

  c. Keletihan

  d. Kesemutan jari e. Nyeri lipat paha/nyeri abdomen bawah

  f. Rasa panas pada ulu hati

  g. Konstipasi

  h. Sakit kepala i. Bengkak (oedem) j. Rabas Vaginal k. Varises

  10. Identifikasi tanda- tanda bahaya Pada Kehamilan (Kusmiyati et al.2009 hal;154) a. Tanda

  • – tanda bahaya kehamilan muda 1) Perdarahan pervaginam masa hamil muda

  Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus,kehamilan ektopik.

  2) Hipertensi Gravidarum Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca salin. (Hipertensi kronik, Superimposed pre eklamsi). 3) Nyeri Perut Pada Kehamilan Muda

  Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.

  b. Tanda- tanda bahaya kehamilan Lanjut 1) Perdarahan pervaginam

  Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Plasenta previa Solutio plasenta Gangguan pembekuan darah

  2) Sakit Kepala yang Berat Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat, sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

  3) Penglihatan Kabur.

  Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur, karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. 4) Bengkak di Wajah dan Jari

  • –jari Tangan Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat.

  5) Keluar Cairan Pervaginam 6) Gerakan janin tidak terasa

  Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester III.

  7) Nyeri Abdomen yang Hebat Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III. Nyeri abdomen yang menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.

  11. Standar Minimal kunjungan kehamilan Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan- kunjungan antenatal, maka sebaiknya ibu memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan. yaitu : (umi.et al.2010;h.12)

  a) 1 kali pada trimester I, sebelum minggu ke-14

  b) 1 kali pada trimester II, sebelum minggu ke-28

  c) 2 kali pada trimester III, antara minggu ke 28- 36 B. Tinjauan Teori Persalinan

  1. Definisi Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh bayi. (Varney,et al.2007).

  Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup buan (37-42 mingggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi, baik pada ibu maupun janin (Manuaba,2010; h.100)

  Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan persalinan, hipotermia, asfiksia bayi baru lahir. (JNPK- KR 2008).

  a. Tujuan Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintergrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. (JNPK- KR 2008. hal; 3)

  b. Lima aspek dasar atau lima benang merah dalam asuhan persalinan normal.

  1) Membuat Keputusan

  Proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir 2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

  Prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran. Dengan mengutamakan hak- hak klien.

  3) Pencegahan Infeksi Asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindari transmisi penyakit. 4) Pencatatan (Dokumentasi)

  Mencatat asuhan yang telah diberikan kepada ibu maupun bayi.

  5) Rujukan Melakukan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang lebih lengkap.

  2. Macam

  • – macam persalinan

  a. Persalinan spontan Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

  b. Persalinan buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar seperti ekstrasi vakum, forceps, bahkan dilakukan operasi sectsio caesaria. c. Persalinan anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin atau prostaglandin.

  3. Sebab - sebab mulainya persalinan

  a. Penurunan kadar progesterone Progesterone menimbulkan relaksasi otot

  • – otot rahim sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul kontraksi.

  b. Teori Oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi dari otot

  • – otot rahim.

  c. Keregangan otot

  • – otot Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
  • – rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot otot rahim makin rentan dan otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batasan tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua konsentrasinya meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim.

  4. Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi persalinan

  a. Powers (tenaga) Merupakan kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang teridiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot

  • – otot rahim.

  b. Passages Merupakan jalan lahir yang terbagi atas : Bagian tulang yang keras : tulang

  • – tulang panggul Bagian tulang yang lunak : otot
  • – otot, jaringan – jaringan dan ligament – ligament.

  c. Passenger Merupakan factor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah janin dan posisi janin.

  1) Sikap (habitus) Menunjukan hubungan bagian

  • – bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

  2) (situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

  3) Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Contoh : presentasi kepala,presentasi bokong, presentasi bahu.

  Bagian terbawah janin Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya Posisi janin Untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan atau sebelah kiri, depan belakang terhadap sumbu ibu (maternal-pelvis). Contoh pada letak belakang kepala ubun

  • – ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.

  5. Tanda dan Gejala Persalinan (Ida Bagus Manuaba.2010;h.169) 1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

  2) Perubahan serviks Perubahan servik terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda

  • – beda sebelum persalinan. Sehingga dengan kematangan serviks menandakan bahwa suatu proses persalinan akan dimulai. (Varney.et al.2007;h.673)

  3) Pengeluaran lendir dan darah Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis servikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian segmen bawah rahim hingga beberapa capillar darah terputus.

  4) Premature rupture of membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan secara tiba

  • – tiba dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah pada akhir kala satu persalinan. Apabila terjadi sebelum inpartu kondisi tersebut disebut ketuban pecah dini. Hal ini dialami sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan dalam waktu 24 jam.(Varney.et al.2007;h.673)

  6. Tahap

  • – tahap persalinan

  a) Kala I persalinan Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm).(Varney.2007;h.672). Kala I untuk primigravida lamanya berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam.

  Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I terbagi menjadi : Fase laten Yaitu fase pembukaan yang sangat lambat yaitu dari 0 cm sampai 3 cm yang membutuhkan waktu ± 8jam.

  Fase aktif Yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi menjadi: Fase accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm menjadi 4 cm yang dicapai dalam waktu 2 jam.

  Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam waktu 2 jam.

  Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam. (JNPK-KR 2008) Asuhan sayang ibu dalam persalinan kala I diantaranya : (1) Pengurangan rasa sakit (2) Dukungan emosional (3) Mengatur posisi (4) Pemberian cairan dan nutrisi (5) Kamar mandi (6) Pencegahan infeksi (7) Persiapan persalinan

  (Sondakh.2013;h.117-121)

  b) Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai keluarnya janin.

  Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.( Menurut JNPK-KR (2008; h. 77) Asuhan pada persalinan kala II

  (2) Pemantauan ibu (3) Kemajuan Persalinan (4) Pemantauan janin

  (5) Asuhan Dukungan (Sondakh.2013;h.133)

  c) Kala III Dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta. (Prawirohardjo 2009,h;297) Kebutuhan ibu pada persalinan kala III

  (1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk segera memeluk bayinya dan menyusuinya.

  (2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan. (3) Pencegahan infeksi pada kala III (4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan) (5) Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

  (6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi. (7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

  (Sondakh.2013;h.141)

  d) Kala IV Kala IV melakukan observasi pada 2 jam pertama postpartum karena perdarahan postpartum sering terjadi 1

  • – 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran dan keadaan umum ibu, pemeriksaan tanda
  • – tanda vital, dimulai dari tekanan darah, nadi, pernafasan, kontraksi uterus, jumlah urin dan jumlah darah yang keluar. (JNPK- KR 2008)

  7. Mekanisme Persalinan Normal (ari,et al. 2010.h; 111) Mekanisme persalinan normal adalah pergerakan kepala janin dalam rongga dasar panggul untuk menyesuaikan diri dengan luas panggul sehingga kepala dapat lahir secara spontan, diameter terbesar kepala janin berusaha menyesuaikan dengan diameter terbesar dalam ukuran panggul.

  Ada tiga ukuran diameter kepala janin yang digunaka sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal : a) Jarak biparietal

  Merupakan diameter kepala melintang terbesar dari kepala janin,dipakai di dalam definisi penguncian(engagement) b) Jarak suboksipito bregmatika

  Jarak antara batas leher dan oksiput ke anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan presentasi kepala.

  c) Jarak oksipitomental Merupakan diameter terbesar dari kepala janin, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi Mekanisme persalinan terbagi menjadi beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang di ikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi. (1) Penurunan kepala

  Terjadi selama proses persalinan karena adanya daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif posisi, serta kekuatan meneran dari pasien. Saat kepala melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promotorium yang dinamakan asinklitismus. Sedangkan sutura sagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi dinamakan sinklitismus. (2) Fleksi

  Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul , tahananya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam fleksi maksimal. (3) Putaran paksi dalam

  Putar paksi dalam yaitu pemutaran kepala janin secara perlahan menggerakan oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau ke posterior menuju lubang sacrum.

  Putar paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai bidang hodge III, terkadang baru setelah kepala sampai dasar panggul.

  (4) Ekstensi Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, terjadi ekstensi atau defleksi maksimal.

  (5) Putar paksi luar Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu serta untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Kepala memutar kembali searah punggung janin.

  (6) Ekspulsi Setelah putar paksi luar bahu depan sampai bawah simpisis dan menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang.

  Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh tubuh janin lahir searah dengan jalan lahir atau mengikuti poros carus.

  8. Penatalaksanaan Persalinan

  a. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Sondakh.2013.hal;197) KALA II 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

  Ibu mempunyai keinginan untuk meneran Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan anus Perineum menonjol Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

  2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik sekali pakai. 3) Mengenakan celemek.

  4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk. 5) Memakai satu sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.

  6) Menghisap oksitosin 10 unit dalam tabung suntik dengan menggunakan sarung tangan DTT.

  7) Melakukan vulvua hygiene 8) Melakukan pemeriksaan dalam, untk memastkan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh dan pembukkan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan denga cara merendam pada larutan klorin 0.5 %.

  10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi/saat uterus relaksasi, untuk memastikan frekuensi DJJ dalam batas normal(120-160 x/menit). 11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (ketika ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan memastikan ibu merasa nyaman). 13) Memimpin ibu untuk melakukan dorongan yang kuat untuk meneran:

  Membimbing ibu untuk dapat meneran secara benar dan efektif ketika ada kontraksi.

  Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran dan memperbaiki apabila cara meneran ibu tidak sesuai. Membantu ibu mengmbil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihan dan kemauan ibu.

  Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan berikan asupan makan dan cairan peroral.

  Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakan 1/3 kain dibawah bokong ibu. 16) Membuka partus set 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5

  • – 6 cm, lindungi perineum dengan sarung tangan yang dilapisis kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau kepala bernapas cepat saat kepala lahir.

  19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar,lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing

  • – masing sisi muka bayi (secara biparietal). Menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi berikutnya. Dengan lembut menarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan. Kemudian menarik curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

  23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan atas ke arah perineum, ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. gunakan tangan atas untuk menulusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. Membiarkan bahu dan lengan belakang lahir ke tangan tersebut. 24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusuri tangan yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati

  • – hati membantu kelahiran kaki.

  25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, ibu meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

  Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu

  • – bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin.

  27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. (janin tunggal) 28) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

  29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas kanan bagian luar.

  30) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira

  • – kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu).

  31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

  32) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi menempel di dada/perut ibu, usahakan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu.

  33) Menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai. KALA III 34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva. 35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, melakukan palpasi kontraksi uterus dan menstabilkan uterus. Tangan lain memegang tali pusat beserta klemnya. 36) Menunggu uterus berkontraksi dan melakukan penegangan tali pusat ke arah bawah sambil tangan kiri melakukan dorsokranial. Apabila plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga ada kontraksi berikutnya. (Melakukan rangasangan putting susu jika uterus tidak berkontraksi). 37) Lakukan peneganagn dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat ke arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir.Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga jarak sekitar 5-10 cm daari vulva dan lahirkan plasenta. 38) Jika plasenta terlihat introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

  39) Segera plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus dengan meletakan tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi menjadi keras.

  40) Memastikan plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

  Dengan memeriksa dibagian keduanya baik itu kearah ibu dan ke janin.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  KALA IV 42) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.

  43) Biarkan bayi teteap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu minimal 1 jam.

  Sebagian bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30- 60 menit.

  44) Setelah satu jam lakukan pemeriksaan antropometri dan pemberian tetes mata, vitamin K1 45) Setelah satu jam pemberian K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.

  46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam: 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap 15 pada 1 jam pertama pascapersalinan. Setiap 20 -30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan tindakan penanganan atonia uteri.

  Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik yang sesuai. 47) Mengajarakan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  48) Mengevaluasi kehilangan darah. 49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam, pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh setiap satu jam sekali selama dua jam pertama pascapersalinan.

  Melakukan tindakan yang sesuai apabila menemukan hal yang tidak normal.

  50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5- 37,5ºC)

  51) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 52) Membuang bahan

  • – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

  ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minuman sesuai keinginan ibu.

  55) Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin dan membilas dengan air bersih.

  56) Melepaskan dan merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar.

  57) Mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir. 58) Melengkapi patograf halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

  b. Inisasi Menyusui Dini Inisiasi menyususi dini atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya dibairkan setidaknya selama satu jam segera setelah bayi lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. (Sondakh.2013.hal; 171).

  c. Patograf Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. dengan tujuan untuk. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal.

  1) Penggunaan Patograf Menurut WHO (2000) Patograf agar lebih mudah dipahami dan mudah digunakan yaitu fase laten dihilangkan, dan pencatatan pada patograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. (Sarwono, 2010.hal;316)

  2) Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi.

  3) Semua tempat pelayanan persalinan( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit).

  4) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan.

  5) Patograf digunakan pada pengawasan persalinan dengan janin letak kepala. (Sarwono. 2010. Hal; 316)

  9. Identifikasi tanda-tanda bahaya persalinan

  a) Luka Jalan Lahir Definisi Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi Rahim baik. Perlukaan jalan lahir terdiri dari : Robekan perineum Penyebab : (1) Kepala janin terlalu cepat lahir (2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya.

  (3) Jaringan parut perineum (4) Distosia bahu

  Robekan serviks (1) Partus Presipitatus (2) Trauma karena pemakaian alat – alat operasi. (3) Pembukaan lengkap (4) partus lama Ruptur Uteri

  b) Infeksi Definisi Infeksi adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan infeksi dapat juga terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. penyebab Faktor predisposisi : distosia,ketuban pecah dini, servsitis, vaginitis.

  Diagnosis (1) Demam lebih dari 38ºC tanpa ada sumber infeksi (2) Takikardia ibu atau janin.

  (3) Nyeri pada uterus (4) Cairan amnion yang berbau.

  (5) Sepsis (6) Pemeriksaan cairan amnion

  Penatalaksanaan Antiobiotik diberikan sesuai penyebab. ampisilin 4 x 500mg. c) Partus Lama (1) Fase laten lebih dari 8 jam (2) Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir (3) Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif.

  (4) Kala dua lama (5) Inersia uteri

  d) Malpresentasi dan malposisi

  e) Retensio Plasenta

  C. Tinjauan Teori Bayi Baru Lahir Normal

  1. Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37

  • – 42 minggu dengan berat badan antara 2500-4000 gram. (Jenny,2013; hal 150)

  Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat bdan sekitar 2500-300 gram dan panjang badan 50

  • – 55 cm. (Sarwono, 2009) Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut: a) Berat Badan lahir bayi antara 2500- 400 gram.

  b) Panjang badan bayi 48- 50 cm.

  c) Lingkar dada bayi 32-34 cm.

  d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm. e) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

  f) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira- kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkosal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15menit.

  g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

  h) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. i) Kuku sedikit panjang dan lemas. j) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki)dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan) k) Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk. l) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

  2. Adaptasi Fisiologis BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir yaitu: a) Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.

  b) Dalam 24 jam setelah persalinan , system ginjal, gastrointestinal, hematologi, metabolic, dan system neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauteri.

  3. Periode Transisi terbagi menjadi 3 tahap yaitu:

  a. Periode reaktif yang segera dimulai setelah kelahiran bayi dan berlangsung sekitar 30 menit. pada saat tersebut, jantung bayi baru lahir berdenyut cepat dan denyut tali pusat terlihat warna bayi baru lahir memperlihatkan sianosis sementara atau akrosianosis.

  Pernafasan cepat. Mata bayi baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan prilaku terjaga. Bayi sering kali mengeluarkan feses segera setelah lahir dan bising usus.(Varney,2007; h.892)

  b. Periode Tidur Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahira bayi sampai 2 jam. Frekuensi bayi baru lahir menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali per menit, frekuensi pernafasan bayi menjadi lebih lambat dan tenang, bayi berada dalam tahap tidur nyenyak, bising usus ada, tetapi berkurang. Tidur nyenyak pertama memungkinkan bayi baru lahir pulih dari tuntuan kelhairan dan transisi ke kehidupan ekstrauteri.(Varney, 2007; h. 893) c. Periode Reaktivitas Kedua

  Selama reaktivitas kedua, dari usia sekitar 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna terjadi dengan cepat, yang berkaitan dengan stimulus lingkungan. frekuensi pernafasan harus tetap di bawah 60 kali per menit. Pemberian makan segera sangat penting untuk mencegah hipoglikemi. (Varney, 2007;h. 893)

  4. Perubahan termogulasi dan metabolic

  a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.

  c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi.

  d. Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungan dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.