DAMPAK PENERAPAN PRINSIP INDIVIDUALISASI PADA PROGRAM LATIHAN FISIK TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN GERAK (SPEED & AGILITY).

(1)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAMPAK PENERAPAN PRINSIP INDIVIDUALISAI PADA PROGRAM LATIHAN FISIK TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN GERAK

(SPEED & AGILITY)

(Studi Eksperimen Pada Pemain Futsal SMA Negeri 5 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

Akbar Ghufron Maftuhaddin 0901852

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

DAMPAK PENERAPAN PRINSIP INDIVIDUALISASI PADA PROGRAM LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP KECEPATAN GERAK

(SPEED & AGILITY)

OLEH

AKBAR GHUFRON MAFTUHADDINA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana fakultas pendidikan olahraga dan kesehatan

© Akbar Ghufron Maftuhaddin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

SIDANG

NAMA : Akbar Ghufron Maftuhaddin

NIM : 0901852

JUDUL : DAMPAK PENERAPAN PRINSIP INDIVIDUALISASI PADA PROGRAM LATIHAN FISIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN GERAK (SPEED & AGILITY)

DISETUJUI OLEH : Pembimbing I

Dr. Dikdik Zafar Sidik,M.Pd. NIP. 1968121819940210001

Pembimbing II

Bambang Erawan,M.Pd. NIP.196907282001121001 Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua

Dr.R. Boyke Mulyana,M.Pd. NiP.196210231989031001


(4)

ABSTRAK

DAMPAK PENERAPAN PRINSIP INDIVIDUALISASI PADA PROGRAM LATIHAN FISIK TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN GERAK

(SPEED & AGILITY) Pembimbing : 1. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd.

2. Bambang Erawan, M.Pd.

Akbar Ghufron Maftuhaddin*

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah dampak penerapan

prinsip individualisasi pada program latihan fisik terhadap peningkatan kecepatan

gerak (Speed&Agility).

Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan dampak penerapan prinsip

individualisasi pada program latihan fisik terhadap peningkatan kecepatan gerak

(Speed&Agility). Kegunaan dari hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai referensi untuk memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya untuk prinsip-prinsip latihan dalam meningkatan kemampuan fisik (Latihan Fisik).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sampel yang digunakan adalah 10 orang. Instrument atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Test Sprint 20 M dan test Agility dengan menggunakan test Shutlle Run 5 X 4 M.

Penghitungan dan uji signifikansi peningkatan hasil latihan menggunakan uji non parametrik (Wilcoxon Signed Rank Test). Hasil pengujian tersebut memperoleh nilai T dari uji jenjang bertanda wilcoxon yaitu 1 lebih kecil dari tabel nilai kritis T untuk wicoxon signed rank test untuk n =10, α = 0,05 dengan pengujian 2 arah nilai Tα = 8. Kriteria pengujianya adalah HO diterima apabila T ≥ Tα. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan adanya peningkatan yang signifikan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan prinsip individualisasi pada program latihan fisik memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan kemampuan gerak (Speed&Agility).


(5)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE IMPACT FROM APLICATION INDIVIDUAL PRINCIPE TO PHYSICAL TRAINING PROGRAM TOWARDS INCREASE

MOVEMENT SPEED (SPEED&AGILITY).

The problem raised in the research is impact from aplication individual principe to physical training program towards increase movement speed (Speed&Agility). To purpose this research is to express impact from aplication individual principe to physical training program toward increase movement speed (Speed&Agility). To use from result this research is in the theoritys methode can be use as reference to enrich and develoved the science, in particular to training principle’s in towrds to increase physical fitness (Physical training). The methode in the research is experiment methode. The tekhnique for taker the sample is purpossive sampling tekhnique. The sample is 10 person, instrument or the collecting instrument data in the research is sprint test 20 M and agility test with to use test shuttle run 5x4 M. The calculation and signification from this test is to increase result the training use non prametrict test (wilcoxon signed rank test). The result from the test is to get T value more small fron T tabel critical fro wilcoxon signed rank test for n=10, α = 0,05 with 2 test direction value Tα=8. The criteria test is HO accepted when T ≥ Tα. So a researcher can get conclude be found to increase significant. The conclude from the research is aplication individual principel to training program physical to give significant impact in to increase movement spee (speed&agility).

Key word : Individual Principle, Movement Speed (speed&agility), Physical training.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Hakekat Kemampuan Fisik ... 9

B. Hakekat Kecepatan Gerak ... 15

C. Hakekat Kecepatan Maksimal (Speed) ... 17

D. Hakekat Kelincahan (Agility) ... 20

E. Hakekat Program Latihan ... 21

F. Prinsip-Prinsip Latihan ... 26

G. Hakekat Prinsip Individualisasi ... 28

H. Prinsip Individualisasi dalam Latihan Kecepatan ... 30

I. Kerangka Pemikiran ... 31

J. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB II METODE PENELITIAN ... 34

A. Metode Penelitian ... 34


(7)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Desain Penelitian ... 36

D. Instrument Penelitian ... 38

E. Pelaksanaan latihan ... 40

F. Prosedur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Analisis Data ... 47

C. Diskusi Penemuan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Futsal atau dalam bahasa sepanyol disebut Futbol Sala yang berarti sepak bola yang dimainkan di dalam ruangan. Futsal pertama kali di populerkan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930 oleh Juan Carlos Ceriani, seorang pelatih sepak bola asal Argentina. Keunikan permainan Futsal mendapat perhatian di Amerika Latin terutama di Negara Brasil (http://id.wikipedia.org/wiki/Futsal).

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 5 orang pemain dalam lapangan. Tujuan permainan futsal sama seperti tujuan pada permainan sepak bola, tujuan sepak bola menurut pendapat Sujipto et al. (2000:7), yang menjelaskan : “Tujuan permainan sepak bola adalah pemain memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan”.

Dewasa ini perkembangan futsal sangat cepat dan pesat sehingga begitu poluler dan mendunia di berbagai lapisan masyarakat. Futsal tidak kalah menarik dengan sepak bola konfensional sehingga tidak mengherankan apabila olahraga ini sekarang dapat dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa, hingga kaum wanita. Dilihat dari karakteristik permainan futsal yang memiliki ukuran lapangan yang relative kecil yaitu sekitar panjang 25 meter-42 meter x lebar 15 meter-25 meter, Sehingga dalam permainan futsal cenderung lebih banyak terjadinya gol dari pada permainan sepak bola konfensional.

Karakteristik futsal seperti itu menuntut pemain futsal harus memiliki kemampuan tehnik dan fisik yang sangat baik. Menurut Justinus Lhaksana

(2012:7) :”Futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Dari segi

lapangan yang relatif kecil, hamper tidak ada ruang untuk membuat kesalahan”.

Teknik yang sangat baik hrus dimiliki oleh seorang pemain futsal untuk mencapai prestasi tertinggi. Di samping pemain futsal juga di tuntut harus memiliki kemampuan kondisi fisik yang sangat baik, sehingga tehnik yang dimiliki bisa di tampilkan selama pertandingan dengan konsisten untuk


(9)

2

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan puncak prestasi. Untuk mencapai hal itu, atlet di tuntut mempunyai kemampuan. Harsono (1988: 100) mengatakan bahwa “ada empat aspek latihan yang perlu di perhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu : Latihan

fisik, teknik, taktik dan mental”.

Aspek latihan fisik lebih di dahulukan, karena merupakan pondasi dari suatu cabang olahraga prestasi. Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Olah karena itu, latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian serius direncanakan secara baik dan sistematis sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik.

Latihan fisk merupakan bagian terpenting untuk cabang olahraga. Tujuannya adalah membentuk kondisi tubuh sebagai dasar untuk meningkatkan ketahanan, kebugaran dan pencapaian suatu prestasi. Seperti yang kemukakan oleh Satriya

et.al (2010:51) bahwa “kondisi fisik merupakan suatu persyaratan yang sangat

diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi, bahkan dapat dikatakan sebagian keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi”.

Kondisi fisik yang prima akan membuat atlet tampil dengan rasa percaya diri yang tinggi, seperti di ungkapkan oleh Satrya et al (2010:58) : “Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi pula terhadap aspek-aspek kejiwaan yang berupa

peningkatan motivasi kerja, rasa percaya diri, dan lain sebagainya.”

Kemampuan fisik merupakan kebutuhan dasar dalam penampilan olahraga futsal dan kemampuan fisik juga harus dipertimbangkan sebagai bagian penting untuk menampilkan teknik dan taktik yang sempurna seperti dalam olahraga futsal. Menurut bompa (2000) yang dikutip oleh satrya et.al (2010: 51) bahwa,

“Persiapan fisik merupakan salah satu harus diperhatikan dan dipertimbangkan

dari beberapa kasus penting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan untuk mencapai puncak penampilan (prestasi)”.

Komponen fisik yang menjadi kebutuhan prestasi atlet futsal menuntut pelatih untuk berusaha keras memahami dengan baik tentang pelatihan-pelatihan komponen fisik, seperti : kemampuan kelentukan, kecepatan gerak (dalam bentuk

speed, agility maupun quickness), Kekuatan maksimal, kekuatan yang cepat


(10)

Semua komponen fisik tersebut pada prinsipnya merupakan kemampuan dinamis anaerobic dan aerobic.

Buku Taktik dan Strategi Futsal Modern mengemukakan Komponen kondisi fisik yang dominan salah satunya adalah kecepatan gerak. Karena seorang pemain futsal harus mempunyai kecepatan yang baik, agar dapat bertahan dan melakukan serangan balik yang lebih cepat dan lebih efisien. Seperti yang dikemukakan dalam buku tersebut oleh J. Lhaksana (2012:15-16) mengemukakan bahwa

“melihat dari karakteristik cabang olahraga futsal, dapat disimpulkan bahwa

komponen yang harus lebih dominan dimiliki pemain futsal adalah daya tahan (endurance), Kekuatan (Strength) keepatan (Speed)”.

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1988:216). Wahjoedi (2000:61) mengemukakan bahwa kecepatan

adalah “Kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya”.

Kecepatan tidak hanya dibutuhkan untuk berlari, tetapi pada dasarnya kecepatan dapat dipergunakan dalam segala aktivitas olahraga permainan seperti futsal. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut Nurhasan (1994) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11) “kecepatan gerakan dan kecepatan reaksi sering dianggap

sebagai ciri dari atlet berprestasi”.

Proses latihan yang dilakukan harus berpedoman pada teori-teori yang telah di uji melalui penelitian-penilitian bertahun-tahun serta prinsip latihan yang benar dan sudah diterima secara universal. sehingga latihan yang diberikan tidak membahayakan untuk atlet secara langsung maupun tidak langsung

(mal-practice). Karena itu, setiap pelatih harus mengetahui prinsip-prinsip latihan yang

dasar, seperti yang di kemukakan oleh Harsono (1988: 102-120) dalam buku


(11)

4

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prinsip-prinsip yang mendasar dalam melatih adalah : 1. Prinsip beban lebih (overload Principle)

2. Prinsip perkembangan menyeluruh 3. Prinsip spesialisasi

4. Prinsip individualisai 5. Variasi latihan

Prinsip latihan individualisasi merupakan prinsip latihan yang dikaji berdasarkan disiplin ilmu Fisiologik, sehingga dalam melaksanakan latihan khususnya latihan fisik menjadi salah satu syarat yang penting dalam latihan, karena setiap individu memiliki perbedaan dari segi kemampuan fisik yang dimiliki, sehingga untuk latihan kondisi fisik prinsip individualisasi harus di terapkan agar sesuai dengan kebutuhan dan kekhasan setiap atlet. Menurut Harsono (1988:112) mengenai prinsip individualisasi mengemukakan “Seluruh konsep latihan haruslah disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar

tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai”.

Atlet adalah seorang manusia yang memiliki perbedaan kondisi fisik, organ-organ fisik, dan kemampuan dalam menerima beban latihan yang diterima atau di bebankan oleh seorang pelatih. Karena itu pelatih harus mampu memberikan porsi latihan khususnya latihan kondisi fisik yang sesuai dengan kemampuan fisik atlet yang dibinanya agar mendapat peningkatan yang di harapkan, dan yang paling penting dari itu adalah agar tidak terjadi overtrain pada atlet. Sebab itu, prinsip individualisasi sangat penting dalam pelatihan kondisi fisik, tetapi dalam kenyataanya para pelatih sering memberikan program latihan kepada atlet-atlet sama besar atau seluruhnya sama untuk setiap atlet. Karena pelatih hanya mementingkan keefesienan program latihan. Satriya et.al (2010:36) : ”Kita sering menjumpai atau bahkan melaksanakannya dimana program yang diberikan kepada atlet-atlet sebagian besar atau seluruhnya sama semua atlet, apalagi bila program

itu diberikan untuk cabang olahraga beregu”.

Prinsip indivisualisasi relatif jarang dilakukan dalam pelatihan fisik terutama untuk cabang olahraga beregu yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti beberapa pelatih yang belum mengetahui tentang prinsip individualisasi dan pelatih hanya mementingkan keefesiensian program latihan. Hal tersebut terbukti ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa atlet cabang olahraga


(12)

futsal level nasional mengenai pelatihan kondisi fisik di tim yang mereka bela. Peneliti mendapat jawaban yang sama yaitu program latihan kondisi fisik yang disusun oleh pelatih fisik merupakan satu program latihan fisik untuk seluruh pemain dalam satu tim. Menurut peneliti, hal itu terjadi dikarenakan pelatih belum mengetahui kekurangan dan kelebihan jika menerapkan prinsip individualisasi terhadap program latihan fisik.

Menanggapi masalah tersebut, peneliti sangat tertarik mengungkapkan kelemahan dan kelebihan penerapan prinsip individualisasi pada program latihan fisik, karena jika dibiarkan para pelatih olahraga beregu akan terus mengabaikan prinsip individualisasi tersebut sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi

overtrain bagi sebagaian atlet dan tidak akan berdampak signifikan dalam

peningkatan kemampuan kondisi fisik untuk atlet yang lainnya.

Latar belakang tersebut membuat peneliti merasa penting untuk mengkaji lebih dalam masalah tersebut melalui kajian penelitian tentang dampak penerapan prinsip individualisasi pada program latihan fisik terhadap peningkatan kemampuan fisik atlet dan dalam hal ini peneliti akan lebih spesifikasi pada salah satu komponen fisik yaitu kecepatan gerak (Speed & Agillity).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka variabel yang termuat dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas tentang prinsif individualisasi, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan kecepatan gerak (Speed & agility). Setiap perencanaan program latihan harus mentaati dan mengikuti prinsip latihan. Sehingga masalah penelitianya adalah : Apakah penerapan prinsip individualisasi memperikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan gerak (Speed & Agility) ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi secara teoritis berdasarkan kondisi aplikasi dilapangan sehingga diketahui makna dan manfaat dari penerapan prinsip individualisasi. Dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil kebermaknaan dari penerapan prinsip


(13)

6

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individualisasi terhadap peningkatan kemampuan kecepatan gerak (Speed &

Agility).

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis mengharapkan ada manfaat dan kegunaan yang bisa digeneralisasikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

 Dapat dijadikan sumbangan bagi pengetahuan olahraga mengenai dampak penerapan prinsip individualisasi terhadap peningkatan kondisi fisik khususnya speed

 Memberikan bahan informasi bagi para pelatih untuk meningkatkan dan memelihara kondisi fisik atlet/pemain

2. Secara praktis

Dapat dijadikan pedoman/acuan bagi para pelatih atau pembina dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan atlet khususnya kondisi fisik dan prinsip-prinsip latihan.

E. Struktur Organisai Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis utntuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Pembahasan Pendahuluan, membahas tentang :  Latar Belakang Penelitian

 Rumusan Masalah  Tujuan Penelitian  Manfaat Penelitian


(14)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, sebagai berikut :  Hakikat Kemampuan Fisik

 Hakikat Kecepatan Gerak

 Hakikat Kecepatan Maksimal (Speed)  Hakikat Kelincahan (Agility)

 Hakikat Hakekat Program Latihan  Hakikat Prinsip-Prinsip Latihan

 Hakikat Prinsip Latihan Individualisasi

 Hakikat Prinsip Latihan Individualisasi Dalam Latihan Kecepatan  Kerangka Pemikiran

 Hipotesis Penelitian BAB III

METODE PENELITIAN

Membahas tentang metode dan teknik pengumpulan data, Sebagai berikut :  Metode Penelitian

 Populasi dan Sampel  Desain Penelitian  Instrument Penelitian  Pelaksanaan Latihan  Prosedur Pengolahan Data BAB IV

HASIL PENELITIAN

Membahas tentang hasil penelitian, sebagai berikut :  Hasil Penelitian

 Analisis Data  Diskusi Temuan


(15)

8

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Membahas tentang :

 Kesimpulan Penelitian  Saran


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Seiring dengan pernyataan Sudaryanto (1993) yang dikutip oleh Dedi (2011:53) “Metode adalah cara yang harus dilakukan”. Lebih jelas lagi dalam buku yang sama metode dalam kegiatan penelitian dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur tersebut merupakan langkah kerja bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan.

Penulisan karya ilmiah (Skripsi) ini, penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) menjelaskan, “ Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode penelitian eksperimen digunakan atas dasar petimbangan bahwa sifat penelitian eksperimen yaitu mencoba suatu untuk mengetahui pengaruh suatu treatment atau perlakuan. Disamping itu, penulis ingin mengetahi pengaruh variabel terikat yang diselidiki atau diamati.

Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki suatu hal atau masalah sehingga diperoleh suatu hasil yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan hasil penelitian. Hasil dari kegiatan percobaan itu nantinya juga akan menegaskan hubungan variabel-variabel yang diselidiki. Menurut Arikunto (2010: 161) “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Dalam penelitian ekperimen peneliti mencari pengaruh paling sedikit dari satu buah variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu gejala yang mempengarui atau menyebabkan kepada variabel terikat. Dalam penelitian ini penulis menentukan yang menjadi variabel bebas adalah prinsip individualisasi sedang variabel terikat adalah suatu gejala yang ingin diketahui, karena adanya


(17)

35

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari variabel bebas, sehingga kemampuan gerakan berupa speed dan agility menjadi variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel adalah hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Menurut sugiyono (2009:80) dijeskan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya”.

Populasi bisa merupakan kumpulan individu atau objek dengan sifat-sifat umumnya. Sebagian yang diambil dari populasi disebut sempel penelitian. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul – betul mewakili populasi. Seperti yang dijelaskan oleh Surakhmad (1985:93) berikut ini :

“Karena tidak memungkinkanya penyelidikan selalu langsung menyelidi segenap populasi, padahal tujuan penyelidikan ilah menemukan generalisasi yang berlaku sevara umum, maka sering kali penyelidikan terpaska mempergunakan sebagian saja dari populasi yakni sebuah sempel yang dapat dipandang representatif terhadap populasi tersebut”.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih populasi yaitu anggota ekstrakulikuler futsal SMA Negeri 5 Bandung yaitu sebanyak 25 orang Sebagian dari populasi tersebut menjadi suatu kelompk yang lebih kecil lagi yang disebut dengan sampel penelitian. Mengenai hal ini, Sugiyono (2009: 81) menjelaskan bahwa, “sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut”

Peneliti dalam menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan. Arikunto (2010:189), menjelaskan :

“Teknik pengambilan sampel, yang disebut juga teknik sampling, meliputi :

Random Sampling, Stratified Sampling, Area Probability Sampling, Proprotional Sampling, Purposive Sampling, Quoto Sampling, Cluster Sampling, Dan Double Sampling”.

Berdasarkan penjelasan dihalaman sebelumnyat, penulis menetapkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive


(18)

sampling atau sampel bertujan. Mengenai cara pengambilan sampel purposive sampling, Arikunto (2002: 117) Menjelaskan bahwa :

Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Proses penentuan jumlah sampel, tidak ada patokan yang standar untuk dijadikan patokan dalam melakukan penelitian dari populasi yang tersedia, maka untuk memilih sampel harus terdapat penyelidikan dari sifat populasi. Seperti yang diungkapkan oleh Nasution (2004:134) yaitu “bahwa tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipergunakan atau suatu penelitian di populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud sampel besar dan kecil.”

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang siswa SMA Negeri 5 Bandung yang tergabung dalam Ekstrakulikuler olahraga futsal, sebanyak 25 orang.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran rencana untuk mengumpulkan menganalisis dan menyimpulkan suatu data agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian serta sebagai pegangan dalam melakukan penelitian. Nazar (2005:84) mengungkapkan bahwa “desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dan perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain One Grup Pretest and Posttest


(19)

37

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Desain Penelitian

Sumber : (Sugiyono, 2006:110-111) O1 : Nilai pretest sebelum diberikan perlakuan

O2 : Nilai postest setelah diberikan perlakuan X : Tritment (perlakuan)/Eksperimen

Pengaruh penerapan prinsip individualisasi pada program latihan kondisi fisik terhadap peningkatan kemampuan kecepatan gerak (speed & agility) = (O1 -O2).

Adapun langkah-langkah penelitiannaya penulis deskripsikan dalam bentuk gambar, Seperti berikut :

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian Sumber: (Arikunto, 2002 :23)

O

1

x O

2

POPULASI

SAMPEL

TES AWAL: Kemampuan Kondisi Fisik

PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

KESIMPULAN Treatment/Eksperiment


(20)

D. Instrumen Penelitian

Agar penelitian menjadi lebih kongkrit, maka perlu adanya data. Data tersebut diperoleh pada awal ekperimen sebagai data awal dan pada akhir eksperimen sebagai data akhir. Untuk mendapat data yang diperlukan dalam penelitian, diperlukan alat ukur yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanaka. Nurhasan (2007: 5) mengemukakan bahwa :

“Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) tes dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan , b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (oF), derajat celcius (oC)”.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis dapat mengumpulkan data secara objektif yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu berupa angka – angka yang dapat diperoleh secara statistic. Tujuanya agar dapat mengetahui pengaruh dari hasil perlakuan dan perbedaanya yang merupakan tujuan akhir eksperimen.

Untuk melaksanakan proses dan mengumpulkan data maka instrument yang akan digunakan berupa program latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan berikut item tes untuk mengetahui kemampuan fisik, yaitu :

1. Tes Kecepatan Maksimal (Speed)  Sprint 20 Meter

 Prosedur pengambilan data :

 Tujuan : Mengukur kecepatan maksimal

 Alat/fasilitas :- Stop watch - Meteran

- Lintasan 20 Meter - Pluit

- Bendera Start

 Pelaksanaan : Sempel beridiri dibelakang garis start dengan sikap start melayang atau berdiri. Pada aba – aba “ya” ia berusaha lari secepat – cepatnya mencapai garis finish. Tiap sempel diberikan dua kali percobaan  Skor : Hasil waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan.


(21)

39

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tes Kelincahan (Agility)

 Shutlle Run : 5 x 4 Meter  Prosedur pengambilaan data :

 Tujuan : Mengukur kelincahan

 Alat/Fasilitas :- Stop watch - Meteran - Cons

- Lintasan 4 Meter - Pluit

- Bendera Start

 Pelaksanaan : Sempel beridiri dibelakang garis start dengan sikap start melayang atau berdiri. Pada aba – aba “ya” ia berusaha lari secepat – cepatnya mencapai garis finish. Tiap sempel diberikan dua kali percobaan  Skor : Hasil waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan.

3. Tes Daya Tahan  Beep Test

 Prosedur pengambilaan data :

 Tujuan : Mengukur daya tahan

 Alat/Fasilitas :- instrument beep test - Meteran

- Cons

- Lintasan 20 Meter

 Pelaksanaan : Sempel beridiri dibelakang garis start dengan sikap start melayang atau berdiri. Ketika telah ada bunyi tanda mulai dari instrument beep test, maka sempel mulai berlari untuk melakukan balikan pertama, dilakukan sampai tingkatan setinggi – tingginya sesuai kemampuan sempel. Jika sempel tidak berhasil berlari menuju tempat yang menjadi tujuan hingga waktu yang telah di tentukan dalam instrument sebanyak 3 kali berturut – turut maka sempel itu dinyatakan selesai.


(22)

4. Tes Fleksibiltas

 Sit & Reach Modification  Prosedur pengambilan data :

 Tujuan : mengukur fleksibilitas pinggang  Alat/fasilitas : Meteran

 Pelaksanaan : Sampel duduk di area yang datar dan menjulurkan lengan ke depan dengan maksimal dengan tungkai lurus, kemudian tungkai dibuka dan setelah itu lengan diluruskan kembali maksimal ke depan dan kemudian di ukur berapa jauh jarak ujung lengan berhenti.

 Skor : semakin jauh jarak ujung lengan, maka semakin baik. 5. Tes Power Tungkai

 3 Hoop Jump

 Prosedur pengambilan data :  Tujuan : Mengukur power tungkai  Alat/fasilitas : Meteran

 Pelaksanaan : Sampel melakukan lompatan dengan kaki yang sama sebanyak tiga kali kemudian hasil akhirnya yang diambil.

 Skor : Semakin jauh lompatan maka semaki baik, jika lompatan bergantian kaki , maka itu tidak sah.

E. Pelaksanaan Latihan

Latihan dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : Tempat : - Lapangan jalan bali SMA Negeri 5 Bandung

- Lapangan GOR Saparua

Waktu : Senin dan rabu pukul 15.30 s.d 17.30 WIB Sabtu Pukul 07.00 s.d 09.00 WIB

Lama Latihan : 120 Menit

Untuk mendapatkan perkembangan yang positif terhadap kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental diperlukan proses latihan dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Harsono (2004:50) “atlet sebaiknya berlatih 2-5 kali dalam seminggu, tergantung dari tingkat keterlibatannya dalam


(23)

41

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

olehraga”. Mengenai jumlah hari latihan dalam satu minggu, Kosasih (1985:28) mengatakan bahwa : “Sebaiknya berlatih paling sedikit tiga kali seminggu.” Dari penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini penulis membuat jadwal latihan sebanyak tiga kali pertemuan dalam seminggu yaitu hari Senin dari pukul 15.30 s.d 17.30 WIB, hari Rabu pukul 15.30 s.d 17.30 WIB dan hari sabtu pukul 07.00 s.d 09.00 WIB.

Latihan dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 minggu (3x seminggu) atau 30 pertemuan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat Harsono (1988:154) “….. Latihan kondisi fisik pre-seasion uang intensif selama 6-10 minggu ….. ”. Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Adapun uraian singkat dari latihanya adalah sebagai berikut :

1. Latihan Pemanasan

Sebelum memulai latihan inti, sempel diarahkan untuk melakukan melakukan latihan pemansan dengan panduan dari penulis. Latihan pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktifitas pada latihan ini, hal itu sesuasi dengan pendapat Giriwijoyo (2004 : 125) yang menyatakan “Pemanasan dimaksudkan untuk mempersiapkan raga untuk menjalani latihan inti atau pertandingan”

Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis aktif dan dinamis, Menurut Dikdik (2008:18) “Statis aktif yaitu atlet melakukan gerakan peregangan secara statis (gerakan menahan diam)”, sedangakan peregangan dinamis yaitu atlet melakukan gerakan peregangan yang dinamis dengan mengaktifkan/menggerak-gerakan bagian badan secara berirama (Dinamis), seperti memantul-mantul (balisitik) (Dikdik, 2008:18). Dalam pelaksanaanya diantara sebelum melakukan peregangan dinamis di selingi dengan lari mengelilingi lapangan.


(24)

2. Latihan inti

Dalam inti latihan, secara garis besar para sampel diberikan latihan fisik daam upaya meningkatkan kecepatan gerak atlet. Prinsip – prinsip latihan pun diterapkan seperti prinsip berulang-ulang, sistematis, overload dan tentunya prinsip individualisasi yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini.

3. Latihan pendinginan dan evaluasi

Setelah melakukan latihan inti, sampel diarahkan pula untuk melakukan latihan pendinginan dengan bimbingan peneliti dan setelah itu diadakan kegiatan evaluasi latihan. Untuk lebih jelas lagi, metode dan bentuk-bentuk latihan yang digunakan dapat dilihat dalam program latihan yang terlampir.

F. Prosedur Penelitian

Setelah data hasil penelitian telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan rumus – rumus statistika, kemudian setelah itu analisis data. Rumusan – rumusan yang digunakan dalam pengeolahan data penelitian ini, peneliti menggunakan rumus – rumus statisika yang dikutip dalam buku Sudjana (2005).

Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata – rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

̅

Arti dari tanda – tanda dalam rumus tersebut adalah : ̅ = Skor rata – rata yang dicari = Jumlah sampel

= Jumlah = Nilai data

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut : √ ̅

Arti dari tanda – tanda dalam rumus adalah : = Simpangan baku yang dicari

̅ = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata – rata = Jumlah sampel


(25)

43

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan menggunakan rumus :

̅

(X dan S masing – masing merupaka rata – rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn Z1. Jika proporsi dinyatakan S (Z1), maka :

Menghitung selisih F (Z1) – S (Zi) kemdian tentukan harga – harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak dan menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk tarif nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainya hipotesis nol diterima. Sehingga dalam langkah berikutnya menggunakan langkah statistika non parametrik uji jenjang vertanda wilcoxion (Wilcoxion Signed Rang Test) 4. Uji Homogenitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah data yang dihimpun berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga pengujian ini diperlukan untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam pengujian hipotesis data. Karena syarat dari uji parametric adalah data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen. Rumus Homogenitas

Langkah – langkah yang ditempuh dalam mencari homogenitas adalah sebgai berikut :


(26)

a. Menyusun data dari hasil test

b. Menghitung jumlah kuadrat dari masing – masing tes

c. Menghitung varians masing – masing kelompok tes dengan rumus :

d. Masukan nilai – nilai varians kedalam rumus homogenitas

e. Menentukan dk = V1 =(n-1), untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1), untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1), kelompok varians kecil dengan α = 0,10 maka ⁄ α = 0,05

f. Kriteria tolak hipotesis jika Fhitung ≥ F ⁄ α dengan (V1,V2)

5. Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil test

speed dan agility sebelum dan sesuadah perlakuan (pre test dan post test)

pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan prinsip individualisasi terhadap peningkatan kemampuan

speed dan agility.

Untuk menguji data hasil pre test dan post test digunakan penghitungan uji jenjang bertanda wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) sebagai berikut :

a. Berikan jenjang (rank) untuk tiap-tiap beda dari pasangan pengamatan hasil Pre test & Post test sesuai dengan besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperdulikan tanda beda itu (nilai beda absolt (+) (-)). Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu adalah jenjang rata-rata.

b. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.

c. Dari jumlah tanda jenjang positif (+) negatif (-), notasikan jumlah tanda jenjang yang lebih kecil ini dengan nilai T untuk uji jenjang bertanda Wicoxion.


(27)

45

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Maka kriteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis adalah : HOditerima apabila T ≥ Tα

HO ditolak apabila T < Tα

Karena, sampel yang digunakan dalam penelitian kurang dari 15 orang, jadi pengujian hipotesis tidak dilanjutkan dengan uj-Z.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa : penerapan prinsip individualisasi terhadap program latihan fisik memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan gerak (Speed & Agility).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan fisik dengan menerapkan prinsip individualisasi pada program latihan fisik maka disarankan kepada seluruh pelatih untuk menerapkan prinsip indiviualisasi pada program latihan dan tidak disamakan untuk seluruh atlet. Penerapan prinsip individualisasi pada program latihan fisik akan memberikan beban latihan yang sesuai dengan kemapuan fisik setiap atlet, sehingga dapat meminimalisir terjadinya overtrain dan juga meminimalisir sikap pemain yang nakal (berbohong) dalam melakukan program latihan fisik yang telah disiapkan.

Efektifitas penerapan pola latihan fisik dengan penerapan prinsip latihan pada pembebanan latihan (program latihan) terbukti signifikan, oleh karena itu sangat diharapkan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang digeluti. Penerapan latihan secara adekuat dengan memperhatikan metode latihan, pola latihan, prinsip-prinsip latihan khususnya prinsip individualisasi yang sering terabaikan, dan norma-norma latihan dengan tetap merupakan kunci penting untuk mendapatkan overkompensasi (efek latihan). Dengan prinsip individualisasi ini seorang pelatih akan mampu mengetahui kebutuhan seorang pemain (atet) untuk menjalani pertandingan.

Penerapan prinsip individualisai sangatlah sulit dan memerlukan kesungguhan dari seorang pelatih, karena pelatih harus memperhitungkan setiap kebutuhan pemain (atlet) dalam latihan kondisi fisik untuk bekal pertandingan. Karena itu, seorang pelatih yang menerapkan dengan sungguh-sungguh prinsip individualisasi harus didukung oleh semua kalangan yang terlibat sebagai


(29)

54

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesatuan tim, seperti magement, rekan-rekan pelatih dan juga pemain (atlet) itu sendiri baik moral maupun material.

Saran lain untuk pengembangan keilmuan dalam kepelatihan yang lebih efektif dan efisien maka dalam penelitian ini dapat dikembangkan melalui kajian lain atau penerapan pada olahraga yang lebih spesifik dominan kemampuan fisik seperti cabang olahraga yang dominan kekuatan (Sport Strength) atau dominan daya tahan (Sport Endurance).


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Aduan Awam & Faq, (2001). Apakah Definisi Program ? [On Line]. Tersedia : http://jknkedah.moh.gov.my/hesk/knowledgebase.php?article=76

Arikunto Suharsimi .(2002). Prosedur Penelitian Ilmiah suatu pendekatan Praktik, Jakarta : Rineke Cipta

Giriwijoyo Santoso, (2007) Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga, edisi 7. Bandung : Buku ajar FPOK UPI.

Giriwijoyo S dan Zafar S.D. (2012) Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Harsono, (1988). Coacing dan Asep-Aspek Psikologis. Jakarta. CV. Tambak Kusuma

Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Harsono, (2004). Perencanaan Program Latihan. Edisi Kedua. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Januar, A. (2011), Dampak Penerapan Pelatihan Complex Training Terhadap Peningkatan Kemampuan Speed. Skripsi Sarja Pada FPOK UPI Bandung : Tidak Terbit.

Laksamana, Justinus (2012). Taktik & Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion

Lutan R. Dkk, (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Penelitian Olahraga. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Matjan, Bastinus N. (2009). Ilmu Kesehatan Olahraga. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. UPI Bandung

Nurhasan H. et al. (2008), Mata Kuliah Statistika. Bandung : Redpoint

Satrya. et al. (2012). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. UPI Bandung.

Sajoto M, (1995) Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Oahraga, Semarang. Effhar Offset Semarang.

Scorefutsal 4U. (20100. Definisi Futsal [On Line]. Tersedia : http://scorefutsal.wordpress.com/2010/10/08/definisi-futsal-2/


(31)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sidik, Zafar D. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Surakhmand, Winarto (2002). Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode,

Tekhnik.

Tim Penyusun Kamus, (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Putsaka

Wiarto Giri, (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wikipedia. (2013), FUTSAL [On Line]. Tersedia :


(1)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menyusun data dari hasil test

b. Menghitung jumlah kuadrat dari masing – masing tes

c. Menghitung varians masing – masing kelompok tes dengan rumus :

d. Masukan nilai – nilai varians kedalam rumus homogenitas

e. Menentukan dk = V1 =(n-1), untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1),

untuk kelompok varians terbesar V2 = (n-1), kelompok varians kecil

dengan α = 0,10 maka ⁄ α = 0,05

f. Kriteria tolak hipotesis jika Fhitung ≥ F ⁄ α dengan (V1,V2)

5. Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil test

speed dan agility sebelum dan sesuadah perlakuan (pre test dan post test)

pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan prinsip individualisasi terhadap peningkatan kemampuan

speed dan agility.

Untuk menguji data hasil pre test dan post test digunakan penghitungan uji jenjang bertanda wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) sebagai berikut :

a. Berikan jenjang (rank) untuk tiap-tiap beda dari pasangan pengamatan hasil Pre test & Post test sesuai dengan besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperdulikan tanda beda itu (nilai beda absolt (+) (-)). Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu adalah jenjang rata-rata.

b. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.

c. Dari jumlah tanda jenjang positif (+) negatif (-), notasikan jumlah tanda jenjang yang lebih kecil ini dengan nilai T untuk uji jenjang bertanda Wicoxion.


(2)

45

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka kriteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis adalah : HOditerima apabila T ≥ Tα

HO ditolak apabila T < Tα

Karena, sampel yang digunakan dalam penelitian kurang dari 15 orang, jadi pengujian hipotesis tidak dilanjutkan dengan uj-Z.


(3)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa : penerapan prinsip individualisasi terhadap program latihan fisik memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan gerak (Speed & Agility).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan fisik dengan menerapkan prinsip individualisasi pada program latihan fisik maka disarankan kepada seluruh pelatih untuk menerapkan prinsip indiviualisasi pada program latihan dan tidak disamakan untuk seluruh atlet. Penerapan prinsip individualisasi pada program latihan fisik akan memberikan beban latihan yang sesuai dengan kemapuan fisik setiap atlet, sehingga dapat meminimalisir terjadinya overtrain dan juga meminimalisir sikap pemain yang nakal (berbohong) dalam melakukan program latihan fisik yang telah disiapkan.

Efektifitas penerapan pola latihan fisik dengan penerapan prinsip latihan pada pembebanan latihan (program latihan) terbukti signifikan, oleh karena itu sangat diharapkan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang digeluti. Penerapan latihan secara adekuat dengan memperhatikan metode latihan, pola latihan, prinsip-prinsip latihan khususnya prinsip individualisasi yang sering terabaikan, dan norma-norma latihan dengan tetap merupakan kunci penting untuk mendapatkan overkompensasi (efek latihan). Dengan prinsip individualisasi ini seorang pelatih akan mampu mengetahui kebutuhan seorang pemain (atet) untuk menjalani pertandingan.

Penerapan prinsip individualisai sangatlah sulit dan memerlukan kesungguhan dari seorang pelatih, karena pelatih harus memperhitungkan setiap kebutuhan pemain (atlet) dalam latihan kondisi fisik untuk bekal pertandingan. Karena itu, seorang pelatih yang menerapkan dengan sungguh-sungguh prinsip individualisasi harus didukung oleh semua kalangan yang terlibat sebagai


(4)

54

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesatuan tim, seperti magement, rekan-rekan pelatih dan juga pemain (atlet) itu sendiri baik moral maupun material.

Saran lain untuk pengembangan keilmuan dalam kepelatihan yang lebih efektif dan efisien maka dalam penelitian ini dapat dikembangkan melalui kajian lain atau penerapan pada olahraga yang lebih spesifik dominan kemampuan fisik seperti cabang olahraga yang dominan kekuatan (Sport Strength) atau dominan daya tahan (Sport Endurance).


(5)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aduan Awam & Faq, (2001). Apakah Definisi Program ? [On Line]. Tersedia : http://jknkedah.moh.gov.my/hesk/knowledgebase.php?article=76

Arikunto Suharsimi .(2002). Prosedur Penelitian Ilmiah suatu pendekatan Praktik, Jakarta : Rineke Cipta

Giriwijoyo Santoso, (2007) Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga, edisi 7. Bandung : Buku ajar FPOK UPI.

Giriwijoyo S dan Zafar S.D. (2012) Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Harsono, (1988). Coacing dan Asep-Aspek Psikologis. Jakarta. CV. Tambak Kusuma

Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Harsono, (2004). Perencanaan Program Latihan. Edisi Kedua. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Januar, A. (2011), Dampak Penerapan Pelatihan Complex Training Terhadap Peningkatan Kemampuan Speed. Skripsi Sarja Pada FPOK UPI Bandung : Tidak Terbit.

Laksamana, Justinus (2012). Taktik & Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion

Lutan R. Dkk, (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Penelitian Olahraga. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Matjan, Bastinus N. (2009). Ilmu Kesehatan Olahraga. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. UPI Bandung

Nurhasan H. et al. (2008), Mata Kuliah Statistika. Bandung : Redpoint

Satrya. et al. (2012). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. UPI Bandung.

Sajoto M, (1995) Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Oahraga, Semarang. Effhar Offset Semarang.

Scorefutsal 4U. (20100. Definisi Futsal [On Line]. Tersedia : http://scorefutsal.wordpress.com/2010/10/08/definisi-futsal-2/


(6)

Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

Dampak Penerapan Prinsip Individualisasi Pada Program Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kecepatan Gerak (Speed & Agility)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sidik, Zafar D. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI Bandung.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Surakhmand, Winarto (2002). Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode,

Tekhnik.

Tim Penyusun Kamus, (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Putsaka

Wiarto Giri, (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wikipedia. (2013), FUTSAL [On Line]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Futsal


Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN AGILITY DAN PERTURBATION TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PASIEN Pengaruh Latihan Agility dan Perturbation Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Pasien Osteoarthritis Lutut Di Posyandu Lansia Pelaihari.

0 3 12

PENGARUH LATIHAN AGILITY DAN PERTURBATION TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PASIEN Pengaruh Latihan Agility dan Perturbation Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Pasien Osteoarthritis Lutut Di Posyandu Lansia Pelaihari.

0 6 18

PENERAPAN PROGRAM LATIHAN SPEED, AGILITY AND QUICKNESS (SAQ TRAINING) DALAM MENINGKATKAN KEBERBAKATAN SISWA KELAS VII SMPN 1 SERANGPANJANG KAB. SUBANG.

0 2 62

DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA: Studi Eksperimen Program Latihan Fisik pada Tim Sepakbola PORDA Kota Bandung.

0 0 12

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN TABATA TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN (SPEED)(Studi Eksperimen pada Atlet Futsal PuteriAnggota UKM Futsal UPI Bandung).

4 13 35

PENGARUH LATIHAN “KOMBINASI PLYOMETRICS DAN KELINCAHAN” TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN (AGILITY).

0 2 32

DAMPAK LATIHAN SPEED, AGILITY, DAN QUICKNESS TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR DRIBBLING FUTSAL (Study Eksperimen pada Tim Futsal MAN 1 Kota Bandung).

7 26 37

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN KECEPATAN (SPEED ENDURANCE).

0 1 39

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN DIK’S LETTERS AGILITY TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN ATLET FUTSAL - repository UPI S KOR 1102013 Title

0 1 3

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN LATIHAN LATERAL RUN TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PADA PEMAIN FUTSAL

0 6 11