KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER SCHOOL (HBS) PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG.

(1)

KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS

BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER SCHOOL (HBS)

PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur

Oleh :

TANIA NANDINI 0905918

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang

Kelas Bangunan Kolonial Hoogere

Burger School (HBS) Pada Sekolah

Menengah Atas di Kota Bandung

Oleh Tania Nandini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Tania Nandini 2009 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Bandung, Juli 2014

Diajukan Kepada Dewan Penguji

Sidang Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

Pembimbing I :

Dr.Johar Maknun, M.Si. NIP : 19630204 198803 1 002

Pembimbing II :

Dra. RR. Tjahyani Busono, M.T. NIP : 19621213 198803 2 005

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI Bandung

Dra. RR. Tjahyani Busono, M.T. NIP : 19621213 198803 2 005


(4)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang di Indonesia pada masa pendudukan Belanda. Gaya arsitektur kolonial tidak hanya ditujukan untuk bangunan perumahan, tetapi juga ditujukan untuk bangunan pemerintahan dan bangunan pendidikan. Salah satu contoh dari bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang sampai saat ini dijadikan bangunan pendidikan adalah SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung. Dibandingkan dengan arsitektur tahun 90-an, jejak-jejak arsitektur kolonial terasa lebih banyak memberikan warna yang khas bagi kota Bandung hingga saat ini. Karakteristiknya yang kuat menjadikan arsitektur kolonial sebagai langgam yang sangat dikenal, bahkan oleh orang-orang yang lahir jauh setelah masa kemerdekaan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga interpretasi hasil penelitian ini menggunakan data bersifat empiris. Pada penelitian ini digunakan Pedoman Observasi Dan Format Pengukuran Kondisi Fisik dan Lingkungan (POFPKFL). Pedoman instrumen ini digunakan untuk mengukur kondisi eksisting fisik dan lingkungan lokasi penelitian.

Gambaran umum yang didapatkan dari hasil pengukuran adalah kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial Hoogere Burger School (HBS) pada sekolah menengah atas di Kota Bandung sebagian besar belum memenuhi standar pencahayaan alami ruang kelas berdasarkan SNI. No. 03-2396-1991 : Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari untuk Rumah dan Gedung. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah bukaan yang menghadap ke arah jalan raya. Selain itu kondisi lingkungan sekitar bangunan yang banyak terdapat pepohonan besar juga turut mempengaruhi kinerja pencahayaan alami pada bangunan tersebut. Sebagai bangunan pendidikan yang masih aktif digunakan, seharusnya pihak pemerintah dan pihak sekolah dapat menciptakan kenyamanan pencahayaan alami ruang kelas khususnya dalam usaha penghematan energi.


(5)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keyword : Kinerja Pencahayaan Alami, Pencahayaan Alami, Pencahayaan Alami Ruang Kelas, Hoogere Burger School (HBS)

ABSTRACT

Colonial architecture is a short term for a style of architecture that developed in Indonesia during the Dutch occupation. Colonial architectural style is not only intended for residential buildings, but also aimed at government buildings and educational buildings. One example of Dutch Colonial heritage building which until recently was used as educational buildings and SMAN 5 SMAN 3 Bandung. Compared with the architecture of the 90s, the traces of colonial architecture gives noticeably more typical color for Bandung today. Its characteristics make strong colonial architecture as a style that is very well known, even by people who were born long after independence.

This research is a descriptive qualitative approach so that the interpretation of the results of this study uses the data is empirical. In this study used observation and Format Guidelines for Measuring Physical and Environmental Conditions (POFPKFL). Guidelines for these instruments are used to measure the physical and environmental condition of the existing research sites.

The general picture obtained from the results of performance measurement is the natural lighting of classrooms colonial buildings Hoogere Burger School (HBS) at a high school in Bandung mostly natural lighting not meet the standards based classroom SNI. No. 03-2396-1991: Natural Lighting Design Procedures Day for Home and Building. This is caused by the difference in the number of openings are facing toward the highway. In addition the environmental conditions around buildings that there are many big trees also affect the performance of natural lighting in the building. As an educational building that is still in active


(6)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu use, the government and the school should be create the comfort of natural lighting in classrooms, especially the energy saving efforts.

Title: Performance Natural Lighting, Natural Lighting, Daylighting Classroom, Hoogere Burger School (HBS)

KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadiran Allah SWT karena dengan segala rahmat dan karunia-Nya Peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, dengan segala usaha dan doa yang tak henti-hentinya Peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Atas izin-Nya akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Kine rja Pencahayaan Alami Ruang Kelas

Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (HBS) Pada Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penyusunan skripsi ini ditulis dengan mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Johar Maknun, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, serta motivasi kepada Peneliti untuk menyusun poposal penelitian ini.

2. Ibu Dra. RR. Tjahyani Busono, M.T., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI yang telah memberikan bimbingan, dukungan, serta motivasi kepada Peneliti untuk menyusun poposal penelitian ini.


(7)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Semoga kebajikan dan doa yang telah mereka berikan kepada Peneliti mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Peneliti mohon maaf atas segala kekhilafan serta kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan semoga bermanfaat bagi Peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya dan juga untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan dan Arsitektur.

Bandung, Juli 2014


(8)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... …iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Istilah dalam Judul ... 6

F. Tujuan Penelitian... 7

G. Manfaat Penelitian... 7

H. Sistematika Penulisan... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Arsitektur Kolonial di Indonesia ...9

B. Hoogere Burger School (HBS) ... 13

C. Cahaya ... 23

D. Pencahayaan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Metode Penelitian... 54

B. Variabel dan Paradigma Penelitian ... 55


(9)

v Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Populasi dan Sampel ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

F. Instrumen Penelitian... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 63

B. Deskripsi Hasil Pengukuran ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 162

C. Kesimpulan... 162

D. Saran ... 162

DAFTAR PUSTAKA ...164


(10)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Simbol dan satuan dalam cahaya ... 27

Tabel 2.2. Prosentase kegagalan rata-rata ... 35

Tabel 2.3 Nilai faktor langit untuk bangunan umum ... 48

Tabel 2.4 Nilai faktor langit untuk bangunan seko lah ... 48

Tabel 2.5 Nilai faktor langit bangunan tempat tinggal... 49

Tabel 2.6 Nilai faktor langit sebagai fungsi H/D dan L/D ... 53

Tabel 3.1 Gambaran Proses Penelitian... 54

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data ... 58

Tabel 4.1 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 3 Bandung ... 48

Tabel 4.2 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 3 Bandung ... 49

Tabel 4.3 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 5 Bandung ... 49

Tabel 4.4 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 5 Bandung ... 50

Tabel 4.5 Kinerja pencahayaan alami (KPA) di ruang A1 ... 51

Tabel 4.6 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A1 51 Tabel 4.7 Kinerja Pencahayaan Alami (KPA) di ruang A2 ... 51

Tabel 4.8 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A2 51 Tabel 4.9 Kinerja Pencahayaan Alami (KPA) di ruang A3 ... 51


(11)

vii Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.10 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A3 ... 51 Tabel 4.11 Kinerja Pencahayaan Alami (KPA) di ruang B1 ... 51 Tabel 4.12 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang B1 ... 51 Tabel 4.13 Kinerja Pencahayaan Alami (KPA) di ruang B2 ... 51 Tabel 4.14 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang B2 ... 51 Tabel 4.15 Kinerja Pencahayaan Alami (KPA) di ruang B3 ... 51 Tabel 4.16 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang B3 ... 51


(12)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gaya Kolom Arsitektur Neo Klasik ... 9

Gambar 2.2 Pedimen ... 9

Gambar 2.3 Tympanum... 11

Gambar 2.4 Bangunan Hoogere Burgerschool pada tahun 1950-an ... 14

Gambar 2.5 Tampak atas lokasi Hoogere Burger School ... 15

Gambar 2.6 Batas wilayah SMA Negeri 3 dan 5 Bandung... 17

Gambar 2.7 Bentuk dan Massa Bangunan Hoogere Burger School ... 18

Gambar 2.8 Denah SMA Negeri 3 Bandung... 20

Gambar 2.9 Denah SMA Negeri 5 Bandung... 22

Gambar 2.10 Pembagian area SMAN 3 dan 5 Bandung... 23

Gambar 2.11 Lingkaran surya (sundial) ... 24

Gambar 2.12 Lingkaran surya Kota Bandung untuk lintang 0 ... 25

Gambar 2.13. Distribusi luminansi untuk langit yang seluruhnya tertutup awan, untuk ketinggian matahari (a) 250, (b) 400, (c) 750 dan (d) tengah hari, pada azimuth 1800 dari kedudukan matahari ... 31

Gambar 2.14. Komponen langit ... 37


(13)

ix Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.16. Komponen Refleksi Dalam dari lubang cahaya pada dinding ... 39

Gambar 2.17. Tinggi dan lebar cahaya efektif ... 40

Gambar 2.18a. Penjelasan mengenai jarak d pada dinding sejajar ... 41

Gambar 2.18b. Penjelasan mengenai jarak d pada dinding tidak sejajar ... 42

Gambar 2.19. Penjelasan jarak d ... 42

Gambar 2.20. Pengamat (0) yang memandang ke langit melalui jendela ... 46

Gambar 2.21. Faktor langit sebagai fungsi H/D dan L/D ... 52

Gambar 4.1 Hoogere Burger School (HBS) pada masa kolonial Belanda ... 63

Gambar 4.2 Hoogere Burger School (HBS) saat ini ... 63

Gambar 4.3 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 3 Bandung... 65

Gambar 4.4 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 5 Bandung... 66

Gambar 4.5 Lokasi Penelitian ... 67

Gambar 4.6 Batas-batas wilayah SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung... 68

Gambar 4.7 Orientasi matahari terhadap bangunan ... 68

Gambar 4.8 Kondisi lingkungan di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung ... 69

Gambar 4.9. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung... 71

Gambar 4.10 Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung... 72

Gambar 4.11. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung... 76

Gambar 4.12. Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung.... 77

Gambar 4.13 Grafik KPA 1 di ruang A1 ... 85

Gambar 4.14 Grafik KPA 2 di ruang A1 ... 86

Gambar 4.15 Grafik KPA 3 di ruang A1 ... 87

Gambar 4.16 Grafik KPA 4 di ruang A1 ... 88

Gambar 4.17 Grafik KPA 5 di ruang A1 ... 89

Gambar 4.18 Grafik KPA 6 di ruang A1 ... 90

Gambar 4.19 Grafik KPA 7 di ruang A1 ... 91

Gambar 4.20 Grafik KPA 8 di ruang A1 ... 92


(14)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.22 Kondisi lingkungan di sekitar ruang A1 ... 95

Gambar 4.23 Grafik KPA 1 di ruang A2 ... 98

Gambar 4.24 Grafik KPA 2 di ruang A2 ... 99

Gambar 4.25 Grafik KPA 3 di ruang A2 ... 100

Gambar 4.26 Grafik KPA 4 di ruang A2 ... 101

Gambar 4.27 Grafik KPA 5 di ruang A2 ... 102

Gambar 4.28 Grafik KPA 6 di ruang A2 ... 103

Gambar 4.29 Grafik KPA 7 di ruang A2 ... 104

Gambar 4.30 Grafik KPA 8 di ruang A2 ... 105

Gambar 4.31 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang A2 ... 106

Gambar 4.32 Kondisi Lingkungan di sekitar ruang A2 ... 108

Gambar 4.33 Grafik KPA 1 di ruang A3 ... 111

Gambar 4.34 Grafik KPA 2 di ruang A3 ... 112

Gambar 4.35 Grafik KPA 3 di ruang A3 ... 113

Gambar 4.36 Grafik KPA 4 di ruang A3 ... 114

Gambar 4.37 Grafik KPA 5 di ruang A3 ... 115

Gambar 4.38 Grafik KPA 6 di ruang A3 ... 116

Gambar 4.39 Grafik KPA 7 di ruang A3 ... 117

Gambar 4.40 Grafik KPA 8 di ruang A3 ... 118

Gambar 4.41 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang A3 ... 119

Gambar 4.42 Kondisi lingkungan di sekitar ruang A3 ... 121

Gambar 4.43 Grafik KPA 1 di ruang B1... 125

Gambar 4.44 Grafik KPA 2 di ruang B1... 126

Gambar 4.45 Grafik KPA 3 di ruang B1... 127

Gambar 4.46 Grafik KPA 4 di ruang B1... 128

Gambar 4.47 Grafik KPA 5 di ruang B1... 129

Gambar 4.48 Grafik KPA 6 di ruang B1... 130

Gambar 4.49 Grafik KPA 7 di ruang B1 ... 131


(15)

xi Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.51 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang B1 ... 133

Gambar 4.52 Kondisi lingkungan di sekitar ruang B1 ... 135

Gambar 4.53 Grafik KPA 1 di ruang B2... 138

Gambar 4.54 Grafik KPA 2 di ruang B2... 139

Gambar 4.55 Grafik KPA 3 di ruang B2... 140

Gambar 4.56 Grafik KPA 4 di ruang B2... 141

Gambar 4.57 Grafik KPA 5 di ruang B2... 142

Gambar 4.58 Grafik KPA 6 di ruang B2... 143

Gambar 4.59 Grafik KPA 7 di ruang B2... 144

Gambar 4.60 Grafik KPA 8 di ruang B2... 145

Gambar 4.61 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang B2 ... 146

Gambar 4.62 Kondisi lingkungan di sekitar ruang B2 ... 148

Gambar 4.63 Grafik KPA 1 di ruang B3... 151

Gambar 4.64 Grafik KPA 2 di ruang B3... 152

Gambar 4.65 Grafik KPA 3 di ruang B3... 153

Gambar 4.66 Grafik KPA 4 di ruang B3... 154

Gambar 4.67 Grafik KPA 5 di ruang B3... 155

Gambar 4.68 Grafik KPA 6 di ruang B3... 156

Gambar 4.69 Grafik KPA 7 di ruang B3... 157

Gambar 4.70 Grafik KPA 8 di ruang B3... 158

Gambar 4.61 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang B2 ... 159


(16)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang di Indonesia pada masa pendudukan Belanda. Pada masa tersebut para arsitek Belanda banyak membawa serta pengaruh-pengaruh langgam yang pada saat itu sedang berkembang di Benua Eropa dan kemudian menyesuaikannya dengan kondisi iklim di Indonesia. Gaya arsitektur kolonial tidak hanya ditujukan untuk bangunan perumahan, tetapi juga ditujukan untuk bangunan pemerintahan dan bangunan pendidikan.Salah satu contoh dari bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang sampai saat ini dijadikan bangunan pendidikan adalah SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung. Diakui atau tidak, masa kolonial Belanda sedikit banyak telah memberi pengaruh positif dalam perkembangan arsitektur kota ini. Dibandingkan dengan arsitektur tahun 90-an, jejak-jejak arsitektur kolonial terasa lebih banyak memberikan warna yang khas bagi kota Bandung hingga saat ini. Karakteristiknya yang kuat menjadikan arsitektur kolonial sebagai langgam yang sangat dikenal, bahkan oleh orang-orang yang lahir jauh setelah masa kemerdekaan.

Arsitektur kolonial meninggalkan jejak aneka konsep dengan keistimewaan tersendiri baik dari wujud maupun nilai sejarahnya. Salah satu karakteristik yang terlihat dalam bangunan zaman Kolonial Belanda adalah pada sistem pencahayaannya. Pada siang hari, karakteristik bangunan-bangunan tua bersejarah dapat hadir dan menampilkan citra visual yang kuat. Elemen-elemen arsitektur yang kuat dengan permainan detail, ornamen dan tekstur dapat dinikmati secara utuh. Namun, pada malam hari, tanpa adanya perlakuan yang khusus pada pencahayaan buatan, elemen-elemen tersebut akan tenggelam dalam bayangan. Kondisi ini akan menciptakan kondisi


(17)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu visual yang buruk, terlebih dari terbentuknya bahwa bangunan-bangunan tua akan menciptakan suasana yang menyeramkan.

Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan.Pencahayaan alami mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut Lechner (1991) perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya. Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan yang ada.

Berdasarkan pada prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan. Selain aspek kuantitas dan kualitas pencahayaan perlu juga memperhatikan aspek efisiensi konsumsi energi dengan memanfaatkan cahaya alam untuk mendapatkan keuntungan yang besar. (Energy Programs and Fisheries Division,1994) Cahaya alam yang masuk melalui jendela, dapat dipakai sebagai sumber pencahayaan di dalam bangunan sekaligus upaya untuk menghemat energi. Fungsi utama dari sistem pencahayaan adalah :

Menyediakan lingkungan visual yang aman,

Memungkinkan untuk dapat melihat dengan jelas, dan

Untuk menyediakan lingkungan visual yang nyaman dan

menyenangkan.

Melihat begitu pentingnya cahaya bagi manusia untuk beraktivitas, maka tidaklah mengherankan jika perencanaan cahaya pada bangunan pendidikan juga memegang peranan penting bagi keberhasilan fungsi dari bangunan tersebut. Pada pencahayaan alamiah siang hari (PASH), sumber cahaya


(18)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu didapat dari sinar matahari sehingga keberadaannya sangat tergantung dari keadaan alam serta posisi suatu daerah di bumi. Sehingga pengendalian pencahayaan alamiah tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. (Sumber :I Dewa Gede Agung Diasana Putra, 2010)

Ruang kelas, sebagai salah satu bagian terpenting dari bangunan pendidikan, menjadi salah satu objek penting dalam perencanaan sistem pencahayaan. Hal ini dikarenakan ruang kelas merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Oleh karena itu diperlukan sistem pencahayaan yang baik agar proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan secara kondusif.

Bentuk dan karakter ruang kelas secara tidak langsung bergantung pada kurikulum yang diterapkan di sekolah dan kebijakan pemerintah. Misalnya, pada era kolonial awal abad ke 19, pemerintah Belanda membangun sejumlah sekolah di Indonesia dengan gaya Eropa. Sekolah–sekolah tersebut masih dapat disaksikan hingga sekarang.

Di Bandung terdapat gedung sekolah yang dibangun pada tahun 1916, yaitu Hoogere Burger School (HBS) yang sekarang menjadi SMAN 3 dan SMAN 5. HBS ini dirancang oleh C.P Wolff Schoemaker, seorang arsitek yang selama puluhan tahun telah banyak merancang beberapa bangunan privat dan publik di Bandung.Beberapa peneliti di bidang arsitektur telah mengungkap karya – karyanya terutama ditinjau dari sejarah dan aspek– aspek geometri pada bangunan khas Schoemaker.

Dalam sebuah penelitian kita membutuhkan objek penelitian yang akan kita gunakan sebagai studi kasus. Dalam penelitian ini peneliti memakai ruang kelas pada sekolah menengah atas SMAN 3 Bandung dan SMAN 5 Bandung yang merupakan bangunan peninggalan zaman kolonial yang setiap harinya digunakan untuk belajar dan mengajar sebagai objek penelitian yang representatif.

Berdasarkan hal di atas ide pembahasan pencahayaan disarikan ke dalam judul penelitian, yaitu :“KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG


(19)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER SCHOOL

(HBS) PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG”.

B.

Identifikasi Masalah

Matahari sebagai sumber cahaya alami utama bagi bumi mempunyai peran penting dalam sejarah kehidupan manusia. Terbit pagi hari dari ufuk timur dan terbenam sore hari di ufuk barat, begitulah siklus harian perjumpaan manusia dengan sang surya. Sinar dan cahaya matahari telah memberikan energi dan inspirasi yang tiada habisnya bagi manusia.

Di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia, matahari memang hadir dalam suasana yang mendua. Matahari dicintai karena memberikan energi (panas dan cahaya berlimpah), namun juga dibenci karena menyebabkan ketidak-nyamanan. Dalam banyak kesempatan matahari lebih dilihat sebagai gangguan. Oleh karena itu dalam arsitektur pun masyarakat Indonesia memberikan perhatian khusus pada atap yang berfungsi sebagai pelindung terhadap sengatan panas matahari.Matahari dianggap sebagai gangguan yang harus diminimalkan dampaknya.

Beberapa kelemahan cahaya matahari untuk dipergunakan mencahayai ruangan adalah sebagai berikut :

 Pada bangunan berlantai banyak dan berdenah rumit sulit untuk memanfaatkan cahaya alami matahari (walau ada teknologi serat kaca yang dapat menyalurkan cahaya jauh ke dalam ruangan);

 Intensitasnya tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup;

 Pada malam hari tidak tersedia;

 Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan (Sumber : Prasasto Satwiko, 2008:143)

Ruang kelas sebagai salah satu bagian terpenting dalam bangunan pendidikan selain membutuhkan perencanaan sistem pencahayaan yang baik, juga memerlukan perencanaan kondisi yang nyaman untuk kegiatan belajar


(20)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengajar. Hal ini dikarenakan suatu ruang kelas merupakan suatu ruang dengan aktivitas yang padat dari pagi hari hingga siang hari yang terjadi hampir setiap hari dan secara terus menerus tanpa tergantung dari kondisi cuaca. Oleh karena itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam suatu perencanaan pencahayaan alami agar proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan secara kondusif.

Karena sinar matahari langsung membawa serta panas, maka cahaya yang dimanfaatkan untuk pencahayaan ruangan adalah cahaya bola langit. Sinar matahari langsung hanya diperkenankan masuk ke dalam ruangan untuk keperluan tertentu atau bila hendak digunakan untuk mencapai efek tertentu.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan mengenai batasan dan rumusan masalah yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS dibatasi hanya pada waktu penggunaan aktif ruangan, yaitu pada pagi hari sampai dengan siang hari dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.

b. Objek penelitian yang digunakan adalah ruang kelas bangunan kolonial Hoogere Burger School (HBS) di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Bandung yang saat ini masih dipergunakan dan berfungsi sebagai ruang kelas bagi siswa dan guru.

c. Ruang lingkup penelitian ini adalah kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kinerja pencahayaan alami ruang kelas pada bangunan pendidikan peninggalan zaman kolonial HBS ?


(21)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Apakah pencahayaan alami ruang kelas bangunan pendidikan zaman

kolonial HBS sudah memenuhi standar pencahayaan alami ?

D.

Penjelasan Istilah dalam Judul

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis mengambil

judul “KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER SCHOOL (HBS) PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG” yang akan penulis jelaskan makna dari istilah – istilah yang terdapat dalam judul tersebut menurut para ahli :

1. Kinerja Pencahayaan Alami

Pengertian kinerja menurut Kusnadi (2003:64), kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan, atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu.

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang menggunakan sinar matahari langsung pada waktu pagi dan siang hari atau dikenal pula dengan sistem matahari plat, yaitu desain bangunan itu sendiri harus memudahkan pengumpulan dan penyimpanan energi matahari dan dengan biaya tambahan yang kecil (Snyder J. c Catanese anthony j,1989).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kinerja pencahayaan alami adalah kegiatan pencahayaan alami siang hari yang bertujuan untuk memudahkan pengumpulan dan penyimpanan energi matahari.

2. Ruang kelas Bangunan Kolonial HBS

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007, ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus. HBS (singkatan dari bahasa Belanda: Hoogere Burger School atau Hoogere Burgerschool) adalah sekolah lanjutan tingkat menengah pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi dengan bahasa pengantar


(22)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bahasa Belanda. HBS setara dengan MULO + AMS atau SMP + SMA, namun hanya 5 tahun. Dalam hal yang menjadi objek penelitian adalah ruang kelas bangunan SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Bandung yang merupakan salah satu bangunan peninggalan bangunan kolonial HBS.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang kelas bangunan kolonial HBS adalah ruang kelas yang diperuntukan untuk siswa sekolah lanjutan tingkat menengah pada zaman Hindia Belanda.

E.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS pada sekolah menengah atas di kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami pada bangunan pendidikan peninggalan zaman kolonial.

b. Untuk mengetahui apakah pencahayaan alami bangunan pendidikan zaman kolonial sudah memenuhi standar pencahayaan alami.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik di dalam disiplin ilmu arsitektur maupun disiplin ilmu pasti lainnya, yaitu :

- Bagi pengguna (siswa dan guru di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung), diharapkan mendapatkan pencahayaan alami ruang kelas yang nyaman saat melaksanakan proses belajar mengajar sehari-hari agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara optimal.


(23)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi pengetahuan, pengalaman, dan

motivasi untuk dapat mengoptimalkan pencahayaan alami dalam usaha untuk menghemat energi.

G.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun untuk memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi penelitian secara konseptual.Laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi hal-hal yang paling mendasar dalam penelitian ini yang terdiri dari latar belakang masalah yang dikaji, identifikasi masalah yang akan terjadi, batasan masalah yang harus diselesaikan, rumusan masalah yang akan menjadi batasan ruang lingkup dalam pembahasan penelitian ini, definisi operasional untuk menyamakan persepsi mengenai arah penulisan, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang dapat diperoleh, dan sistematika penulisan yang akan menjadi struktur penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka mencakup teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan anggapan dasar untuk memperkuat teori tentang kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial Hoogere Burger School (HBS) pada sekolah menengah atas di Kota Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan, instrumen penelitian yang digunakan serta langkah- langkah dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini mencakup deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini. Dan dilanjutkan pada saran dan rekomendasi.


(24)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005:234). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif sehingga interpretasi hasil penelitian ini menggunakan data bersifat empiris.

Gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang seluruh aktivitas ruang kelas bangunan kolonial HBS yang memenuhi standar kenyamanan pencahayaan alami yang tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Gambaran Proses Penelitian

Jenis Metode Langkah-langkah

Penelitian Luaran (Output) Keterangan Studi

Dokumentasi

Analisis standar dan prosedur pengukuran pencahayaan

Deskripsi standar

dan prosedur

pengukuran kenyamanan pencahayaan alami

Pengukuran

geometri ruang

meliputi kedalaman ruang, lebar ruang,

Data kondisi iklim Kota Bandung : temperatur udara, kelembaban udara,


(25)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tinggi ruang sinar matahari,

curah hujan, dan pergerakan udara Pengukuran bukaan

pada dinding

meliputi tinggi, lebar, posisi, dan orientasi

Ukuran geometri ruang

Deskriptif Pencatatan material dinding, lantai dan plafon termasuk jenis, warna dan tekstur

- Ukuran bukaan dinding

- Jenis material dinding,

lantai, dan plafon

Pencatatan dan

pengukuran kondisi lingkungan termasuk waktu penyinaran matahari

Jenis dan bahan penghalang

Kualitatif Melakukan

pengukuran cahaya ruang kelas dan

ruang luar

menggunakan Lux Meter

Kondisi lingkungan

Analisis data

pencahayaan alami ruang kelas

Intensitas cahaya (lux)


(26)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu variabel tunggal, yaitu kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS.

C. PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma merupakan konsep dasar dan alur berpikir yang melandasi penelitian dan menghubungkan variabel–variabel yang diteliti. Paradigma penelitian ini dirumuskan dalam bagan sebagai berikut :


(27)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER SCHOOL (HBS)

PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Variabel X

Kinerja Pencahayaaan Alami

 Pemanfaatan pencahayaan alami :

- Geometri ruang

- Bukaan pada dinding

- Material yang digunakan pada dinding, lantai dan plafon

 Kinerja pencahayaan alami pada ruang kelas efektif :

- Intensitas cahaya

- Waktu yang digunakan selama PBM

HASIL PENELITIAN


(28)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

: arah penelitian

: lingkup penelitian

D. DATA DAN SUMBER DATA

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2010:172). Berdasarkan pernyataan di atas, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data

Data Sumber Data

a. Data mengenai bangunan kolonial HBS (Hoogere Burgerschool), termasuk denah HBS dan denah SMA Negeri 3 dan 5 Bandung saat ini.

b. Data mengenai kinerja pencahayaan alami.

a. Studi literatur.

b. Survei dengan pengukuran kinerja pencahayaan alami.

E. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:297). Populasi dalam penelitian ini yaitu ruang kelas bangunan kolonial HBS pada SMA Negeri di Kota Bandung.

2. Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu jenis Area Probability Sample dengan teknik Sampling Acak. Berdasarkan teknik sampling tersebut, maka sampel


(29)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian ini adalah ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 Bandung yaitu; ruang kelas XII IPA 1 (ruang 1), ruang kelas XII IPA 3 (ruang 3), dan ruang kelas XII IPA 5 (ruang 5).Sedangkan pada SMAN 5 Bandung sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ruang kelas XII IPA 2 (ruang 2), ruang kelas XII IPA 3 (ruang 3), dan ruang kelas XII IPA 4 (ruang 4).

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data cocok digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sutrisno (Sugiyono, 2011:203) mengungkapkan bahwa dalam observasi terdapat dua proses terpenting yaitu proses-proses pengamatan dan ingatan.

Pada penelitian ini digunakan pedoman observasi dan format pengukuran kondisi fisik dan lingkungan (POFPKFL). Pedoman instrumen ini digunakan untuk mengukur kondisi eksisting fisik dan lingkungan lokasi penelitian.

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2011:148).

Penelitian ini menggunakan 1 (satu) jenis instrumen yaitu, pedoman observasi dan format pengukuran kondisi fisik dan lingkungan (POFPKFL) ruang kelas berdasarkan kenyamanan pencahayaan alami.

1. Pedoman Observasi dan Format Pengukuran Kondisi Fisik dan Lingkungan (POFPKFL)

Instrumen ini digunakan untuk mengukur kondisi eksisting fisik dan lingkungan lokasi penelitian. Beberapa format survey yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Format pengukuran geometri ruang


(30)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengukuran geometri ruang dilakukan dengan cara mengukur volume ruang kelas dari masing- masing sampel ruang ruang kelas.

a. SMAN 3 Bandung

Ruang Gambar Panjang

(p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume (p x x t) XII IPA 1

XII IPA 3 XII IPA 5

JUMLAH

b. SMAN 5 Bandung

Ruang Gambar Panjang (p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume (p x x t) XII IPA 2

XII IPA 3 XII IPA 4

JUMLAH

2. Format pengukuran bukaan pada dinding

Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur dimensi bukaan pada dinding ruang yang terdiri dari :

o Jendela o Pintu

o Lubang kaca pada pintu

Setelah didapat dimensi bukaan, lalu dilakukan perhitungan dengan

menggunakankonsep DF (Daylight Factor). Konsep DF hanya valid untuk kondisi bola langit yang tercahayai secara merata (overcast) dan tidak ada sinar langsung dari matahari. DF akan terpengaruh oleh tiga komponen, yaitu komponen langit (SC, sky component), komponen pantulan permukaan luar (ERC, externally


(31)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

reflected component), dan komponen pantulan permukaan dalam ruangan (IRC,

internally reflected component).

3. Format pencatatan material dinding, lantai dan plafon

Pencatatan material dinding, lantai dan plafon meliputi hal sebagai berikut : Jenis Material yang

Digunakan

Efek yang Ditimbulkan

Daya Tahan Material terhadap

Sinar Matahari Dinding

Lantai Keramik Plafon Gypsum

4. Format pengukuran intensitas cahaya dengan lux meter a. SMAN 3 Bandung

WAKTU PENYINARAN

(WIB)

XII IPA 1 XII IPA 3 XII IPA 5

07.00 – 08.00

08.05 – 09.00

09.05 – 10.00

10.05 – 11.00

11.05 – 12.00

12.05 – 13.00

13.05 – 14.00

14.05 – 15.00

b. SMAN 5 Bandung

WAKTU PENYINARAN

(WIB)

XII IPA 2 XII IPA 3 XII IPA 4

07.00 – 08.00


(32)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

09.05 – 10.00

10.05 – 11.00

11.05 – 12.00

12.05 – 13.00

13.05 – 14.00


(33)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Berdasarkan website resmi SMA Negeri 5 Bandung, pembangunan gedung Hoogere Burger School (HBS) pada tahun 1915 yang terletak di Beliton Straat (Jl. Belitung) Bandung bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat Belanda yang bermukim di Hindia Belanda pada akhir abad ke 19. HBS menerima murid untuk pertama kalinya tahun 1916 dan dibuka bagi masyarakat Belanda serta bagi kaum bangsawan pribumi. Pendidikannya berorientasi pada sistem pendidikan Eropa kontinen dengan lama masa belajar tiga tahun. Bangunan asli dari HBS ini adalah yang kini menjadi bangunan induk di bagian depan, yang dipergunakan bersama-sama dengan SMAN 3 Bandung, serta rangkaian bangunan yang memanjang dari barat sampai timur yang saat ini digunakan sebagai ruang BP/BK, perpustakaan, dan ruang audio visual SMAN 5.

Gambar 4.1 Hoogere Burger School (HBS) pada masa kolonial Belanda (kiri), dan

Gambar 4.2 Hoogere Burger School (HBS) saat ini (kanan) Sumber : id.wikipedia.org (kiri), www.ivonesia.com (kanan)

Dalam penelitian yang berjudul “KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER


(34)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG” ini peneliti berusaha untuk mencari apakah kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 dan SMAN 5 di Kota Bandung telah memenuhi standar pencahayaan alami ruang kelas atau belum. Ruang kelas yang peneliti gunakan sebagai sampel adalah ruang 1 (XII IPA 1), ruang 3 (XII IPA 3), dan ruang 5 (XII IPA 5) yang terletak di lantai dua SMAN 3 Bandung, dan ruang 2 (XII IPA 2), ruang 3 (XII IPA 3), serta ruang 4 (XII IPA 4) yang terletak di lantai 2 SMAN 5 Bandung. Alasan dari pengambilan sampel ini adalah karena bangunan HBS pada sampel tersebut selain masih aktif digunakan untuk kegiatan PBM, juga dikarenakan ruang kelas tersebut sebagian besar masih mengandalkan pencahayaan alami dalam kesehariannya.


(35)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.3 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 3 Bandung


(36)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.4 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 5 Bandung

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 dan 5 Bandung yang berlokasi di Jl. Belitung No. 8 Bandung.


(37)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.5 Lokasi Penelitian

(Sumber : Google Earth)

SMAN 3 dan 5 Bandung terletak di tengah Kota Bandung, tepatnya di Jalan Belitung no. 8 berdiri di atas tanah seluas 14.240 m². Bangunan gedung sekolah ini berada pada daerah yang rata-rata bangunan yang ada di wilayah ini merupakan bangunan yang dibangun pada masa kolonialisasi Belanda sekitar awal abad ke-19.

Letak bangunan gedung sekolah ini berbatasan langsung dengan Jalan Belitung pada bagian Utara, Jalan Kalimantan pada bagian Barat, Jalan Bali pada bagian Timur, dan bangunan rumah tinggal kolonial yang sekarang menjadi milik TNI pada bagian Selatan.


(38)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.6 Batas-batas wilayah SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung

(Sumber : Google Earth)

2. Sirkulasi dan Pencapaian

Bangunan HBS yang sekarang menjadi SMA Negeri 3 dan 5 Bandung memiliki pintu gerbang utama dan pintu masuk utama pada bagian Utara yang menghadap ke Jalan Belitung serta pintu masuk lain dari arah Timur yang menghadap ke Jalan Bali dan dari arah Barat yang menghadap ke Jalan Kalimantan. Bangunan ini dapat diakses dari dua arah melalui ketiga pintu masuk tersebut. Akses utama pada bangunan ini hanya digunakan untuk guru, pegawai, dan tamu yang datang ke sekolah, sedangkan siswa masuk lewat pintu samping Barat dan Timur. Pada bagian Barat hanya boleh diakses oleh siswa-siswi SMA Negeri 3 Bandung dan bagian Timur hanya boleh diakses oleh siswa-siswi SMA Negeri 5 Bandung.


(39)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Orientasi Matahari terhadap Bangunan

Gambar 4.7 Orientasi matahari terhadap bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Façade bangunan kolonial HBS di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung ini menghadap ke arah Jalan Belitung (sebelah utara), dengan pembagian SMAN 3 di sayap kiri (sebelah barat) yaitu ke arah Jalan Kalimantan, dan SMAN 5 di sayap kanan (sebelah timur) yaitu ke arah Jalan Bali. Pada pagi hari hingga menjelang siang hari ruang kelas di SMAN 5 Bandung mendapatkan cahaya matahari pagi lebih banyak dibandingkan dengan ruang kelas di SMAN 3 Bandung. Sementara pada waktu siang hingga sore hari matahari lebih banyak menyinari ruang kelas di SMAN 3 Bandung daripada ruang kelas di SMAN 5 Bandung. Hal ini menyebabkan kondisi pencahayaan alami ruang kelas di SMAN 5 Bandung lebih terang di saat pagi hari hingga menjelang siang hari dibandingkan dengan kondisi


(40)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pencahayaan alami ruang kelas di SMAN 3 Bandung yang hanya mendapatkan cahaya matahari maksimal dari siang hari hingga sore hari.

4. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang pada umumnya telah berumur ratusan tahun. Hal ini menyebabkan kondisi jalanan di sekitar SMAN 3 dan SMAN 5 menjadi teduh, karena pohon-pohon besar tersebut sedikit banyak menghalangi sinar matahari langsung pada pagi hari hingga sore hari.

Gambar 4.8 Kondisi lingkungan di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(41)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Untuk mengukur variabel X yakni mengenai kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS, peneliti melaksanakan kegiatan penelitian pertama pada hari Sabtu, tanggal 1 Maret 2014 pada bangunan HBS di SMA Negeri 3 Bandung yang memiliki kondisi cuaca cerah dan sedikit berawan dengan suhu udara rata-rata adalah 32o C. Dan untuk penelitian kedua dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 23 Maret 2014 pada bangunan HBS di SMA Negeri 5 Bandung yang memiliki kondisi cuaca cerah dan sedikit berawan dengan suhu udara rata-rata adalah 29o C. (Sumber : www.stageofbandung.info).

Pengukuran kinerja pencahayaan alami (KPA) ruang kelas bangunan HBS dilakukan pada pukul 07.00 – 15.00 WIB, dengan interval waktu setiap 1 jam, yaitu pada jam antara 07.00 – 08.00 WIB (KPA 1), 08.05 – 09.00 WIB (KPA 2), 09.05 – 10.00 WIB (KPA 3), 10.05 – 11.00 WIB (KPA 4), 11.05 – 12.00 WIB (KPA 5), 12.05 – 13.00 WIB (KPA 6), 13.05 – 14.00 WIB (KPA 7), dan 14.05 – 15.00 WIB (KPA 8).

Hasil penelitian dalam pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan selanjutnya akan dideskripsikan dalam bentuk grafik dan tabel agar dapat terlihat tingkat pencahayaan yang terjadi pada tiap sampel yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan RSNI 03-2396-2001 tentang

“Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung” yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Setelah itu akan diketahui hasil penelitian tersebut bahwa dalam sampel kelas ada yang telah memenuhi standar tingkat pencahayaan yang diperbolehkan dan ada yang belum memenuhi standar tingkat pencahayaan.

Untuk pengukuran pada ruang kelas, kelas yang digunakan untuk sampel penelitian adalah sebanyak 6 kelas yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu:

a. A1 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 1 yang digunakan oleh kelas XII IPA 1 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Kalimantan.


(42)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. A2 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai

2 yaitu ruang 3 yang digunakan oleh kelas XII IPA 3 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

c. A3 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 5 yang digunakan oleh kelas XII IPA 5 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

d. B1 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 2 yang digunakan oleh kelas XII IPA 2 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung dan Jalan Bali.

e. B2 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 3 yang digunakan oleh kelas XII IPA 3 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

f. B3 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 4 yang digunakan oleh kelas XII IPA 4 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

1. Gambaran Umum Ruang Kelas Bangunan HBS di SMAN 3 Bandung Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung terletak di sebelah sayap kiri bangunan dan memiliki dua lantai. Setiap lantai pada bangunan HBS masing-masing memiliki lima ruang kelas. Pada lantai satu dipergunakan untuk kelas XII IPS, sedangkan pada lantai dua dipergunakan untuk kelas XII IPA.

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung ini memiliki ukuran ruang kelas yang tidak modular. Masing-masing kelas memiliki ukuran luas dengan panjang 9m x lebar 8m x tinggi 6m dan tebal dinding ±30cm.


(43)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.9. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung ini memiliki banyak bukaan pada setiap ruangnya. Pada ruang 1 dan 2 di lantai dua terdapat enam buah jendela yang terdiri dari dua lapis material. Pada lapis pertama terdiri dari jendela jalusi kayu dengan bukaan menghadap ke luar. Dan pada lapis kedua terdiri dari jendela kaca dengan bukaan menghadap ke dalam. Dua buah jedela tersebut menghadap ke Jalan Kalimantan, dan empat buah lainnya menghadap ke Jalan Belitung. Sedangkan pada ruang 3, 4, dan 5 terdapat empat buah jendela jalusi kayu berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung, dan dua buah jendela jalusi kayu dengan arah bukaan yang menghadap ke lorong kelas. Jendela yang digunakan masing- masing berukuran 2,5m x 1m.


(44)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.10 Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3

Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berikut ini adalah hasil dari format survey yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

a) Format pengukuran geometri ruang

Pengukuran geometri ruang dilakukan dengan cara mengukur volume ruang kelas dari masing- masing sampel ruang ruang kelas.

 SMAN 3 Bandung

Tabel 4.1 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 3 Bandung

Ruang Gambar Panjang

(p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume (p x x t)


(45)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu XII

IPA 1

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 3

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 5

9 m 8 m 6 m 432 m2

JUMLAH 1296 m2

b) Format pencatatan material dinding, lantai dan plafon

Pencatatan material dinding, lantai dan plafon meliputi hal sebagai berikut :

Tabel 4.2 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 3 Bandung


(46)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Material

yang Digunakan

Gambar Efek yang

Ditimbulkan Daya Tahan Material terhadap Sinar Matahari

Dinding Ruangan kelas

terasa terang

dan luas

dikarenakan ruang kelas menggunakan cat berwarna

putih dan

kuning muda.

Daya tahan

material

terhadap sinar

matahari cukup kuat, warna dan

tekstur tidak

berubah.

Lantai Keramik

Lantai

menggunakan tegel sehingga tidak

menimbulkan bayangan yang jelas pada meja dan kursi

Daya tahan

material

terhadap sinar

matahari kurang kuat,

dikarenakan warna tegel yang

tidak merata.

Warna tegel

yang terpapar

sinar matahari

terlihat lebih

pudar dibandingkan

dengan warna

tegel yang


(47)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sinar matahari.

Plafon Gypsum Plafon

menggunakan plafon gypsum

yang dicat

warna putih sehingga

menimbulkan kesan ruangan yang terang.

Daya tahan

material

terhadap sinar

matahari cukup baik, warna dan

tekstur tidak

berubah.

2. Gambaran Umum Ruang Kelas Bangunan HBS di SMAN 5 Bandung Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung terletak di sebelah sayap kanan bangunan dan memiliki dua lantai. Setiap lantai pada bangunan HBS masing-masing memiliki lima ruang kelas. Pada lantai satu dipergunakan untuk kelas XII IPS, sedangkan pada lantai dua dipergunakan untuk kelas XII IPA.

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung ini merupakan refleksi cermin dari ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung yang memiliki ukuran ruang kelas yang tidak modular. Masing-masing kelas memiliki ukuran luas dengan panjang 9m x lebar 8m x tinggi 6m dan tebal dinding ±30cm.


(48)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.11. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Sama seperti halnya dengan ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung, ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung ini juga memiliki banyak bukaan pada setiap ruangnya. Pada ruang 1 dan 2 di lantai dua terdapat enam buah jendela yang terdiri dari dua lapis material. Pada lapis pertama terdiri dari jendela jalusi kayu dengan bukaan menghadap ke luar. Dan pada lapis kedua terdiri dari jendela kaca dengan bukaan menghadap ke dalam. Dua buah menghadap ke Jalan Bali, dan empat buah menghadap ke Jalan Belitung. Sedangkan pada ruang 3, 4, dan 5 terdapat empat buah jendela jalusi kayu berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung, dan dua buah jendela jalusi kayu dengan arah bukaan yang menghadap ke lorong kelas. Jendela yang digunakan masing-masing berukuran 2,5m x 1m.


(49)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.12. Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5

Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berikut ini adalah hasil dari format survey yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

1. Format pengukuran geometri ruang

Pengukuran geometri ruang dilakukan dengan cara mengukur volume ruang kelas dari masing- masing sampel ruang ruang kelas.


(50)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  SMAN 5 Bandung

Tabel 4.3 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 5 Bandung

Ruang Gambar Panjang

(p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume (p x x

t) XII

IPA 2

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 3

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 4

9 m 8 m 6 m 432 m2


(51)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Format pencatatan material dinding, lantai dan plafon

Pencatatan material dinding, lantai dan plafon meliputi hal sebagai berikut :

Tabel 4.4 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 5 Bandung

Jenis Material

yang Digunakan

Gambar Efek yang

Ditimbulkan Daya Tahan Material terhadap Sinar Matahari

Dinding Ruangan kelas

terasa terang

dan luas

dikarenakan ruang kelas menggunakan cat berwarna kuning muda.

Daya tahan

material terhadap sinar matahari

cukup kuat,

warna dan

tekstur tidak

berubah.

Lantai Keramik

Lantai

menggunakan tegel sehingga tidak

menimbulkan bayangan yang jelas pada meja dan kursi.

Daya tahan

material terhadap sinar matahari

kurang kuat,

dikarenakan

warna tegel

yang tidak

merata. Warna

tegel yang


(52)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu matahari

terlihat lebih

pudar dibandingkan dengan warna

tegel yang

terlindung dari sinar matahari. Plafon

Gypsum

Plafon menggunakan plafon gypsum yang dicat warna putih sehingga

menimbulkan kesan ruangan yang terang.

Daya tahan

material terhadap sinar matahari

cukup baik,

warna dan

tekstur tidak

berubah.

3. Perhitungan Untuk Perencanaan Pencahayaan Alami

Perhitungan untuk perancangan pencahayaan alami siang hari dari suatu sudut ruangan adalah sebagai berikut :

a. Ukuran ruang kelas bangunan HBS : 9 m x 8 m.

b. Titik-titik ukur utama pada ruang kelas adalah 1/3 d : 1/3 x 9 m = 3 m. c. Berdasarkan fungsi TUU dan TUS, maka :

1) flmin TUU

 flmin TUU = 0,35d  flmin TUU = 0,35 x 8 m  flmin TUU = 2,8% 2) flmin TUS


(53)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  flmin TUS = 0,20 x 8 m

 flmin TUS = 1,6%

3) Koreksi dari kusen jendela 30%, maka : a) flmin TUU :

flmin TUU = (0,35 x 8 m) + (0,35 x 3 m) flmin TUU = 2,8% + 1,05%

flmin TUU = 3,85% b) flmin TUS :

flmin TUS = (0,20 x 8 m) + (0,20 x 3 m) flmin TUS = 1,6% + 0,6%

flmin TUS = 2,2%

d. Karena letak jendela simetris ke arah melebar (ke kiri dan ke kanan), maka :

 flmin TUU = 3,85% : 2 flmin TUU = 1,925%  flmin TUS = 2,2%

Berdasarkan perhitungan untuk pencahayaan alami di atas, maka didapat flmin TUU ruang kelas bangunan HBS adalah 1,925% dan flmin TUS ruang kelas bangunan HBS adalah 2,2%.

4. Hasil Pengukuran

Berikut ini adalah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan HBS dan kualitas PBM yang peneliti laksanakan di ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 Bandung dan SMAN 5 Bandung.

a. Hasil Pengukuran Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial HBS di SMAN 3 Bandung

Dalam penelitian pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 Bandung, peneliti menggunakan tiga buah sampel ruang kelas, yaitu : ruang 1 (XII IPA


(54)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1), ruang 3 (XII IPA 3), dan ruang 5 (XII IPA 5). Masing-masing kelas memiliki ukuran ruang yang tidak modular yaitu 9 m x 8 m. Berikut ini adalah hasil pengukuran data kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan HBS menggunakan alat pengukur cahaya yaitu, luxmeter yang diukur dengan jarak 1/3 dari papan tulis dan kemudian data tersebut dicocokkan dengan perhitungan untuk perencanaan pencahayaan alami.

1) Ruang A1 (XII IPA 1)

Pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS pada ruang A1 (XII IPA 1) di SMAN 3 Bandung dilakukan dengan interval waktu setiap satu jam, yaitu :

Tabel 4.5 Kinerja pencahayaan alami (KPA) di ruang A1 No. Kinerja

Pencahayaan Alami (KPA)

Denah Hasil Pengukuran Kinerja Pencahayaan Alami


(55)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. KPA 2

3. KPA 3


(56)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. KPA 5

6. KPA 6


(57)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. KPA 8

Berdasarkan denah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial di ruang A1 (XII IPA 1) di atas, daerah pengukuran yang berwarna biru menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut belum memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu sebesar 1,925% di TUU dan 2,2% di TUS. Sedangkan daerah pengukuran yang berwarna hijau menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut telah memenuhi standar perhitungan pencahayaan alami ruang kelas. Dapat dilihat dari hasil pengukuran di atas bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) SMAN 3 Bandung memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas hanya pada waktu-waktu tertentu, yaitu berkisar pada pukul 09.05-12.00 WIB.

Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) SMAN 3 Bandung pada interval waktu per satu jam.


(58)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.13 Grafik KPA 1 di ruang A1 (XII IPA 1)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 1 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,07%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

b) KPA 2 (08.05-09.00 WIB) 1,45

1,38

1,40

1,34 1,36 1,38 1,40 1,42 1,44 1,46

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1) PADA PUKUL

07.00-08.00 WIB


(59)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.14 Grafik KPA 2 di ruang A1 (XII IPA 1)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 2 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,6%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

1,84

1,24 1,26

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 08.05-09.00 WIB


(60)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c) KPA 3 (09.05-10.00 WIB)

Gambar 4.15 Grafik KPA 3 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 3 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,59%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,15%.

3,09

2,50 2,35

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 09.05-10.00 WIB


(61)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) KPA 4 (10.05-11.00 WIB)

Gambar 4.16 Grafik KPA 4 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 4 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,24%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,40%.

3,54

3,30

2,90

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1(XII IPA 1)

PADA PUKUL 10.05-11.00 WIB


(1)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memiliki empat buah jendela jalusi berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung dan dua buah jendela jalusi yang menghadap ke koridor kelas. Kondisi lingkungan yang ada di sekitar ruang B3 (XII IPA 4) juga turut mempengaruhi kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut karena di sekitar ruang B3 (XII IPA 4) banyak terdapat pohon-pohon besar yang menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan.

Gambar 4.72 Kondisi lingkungan di sekitar ruang B3 (XII IPA 4)


(2)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung


(3)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adhiwijogo, M.U. (1969). Selection for the Design Sky for Indonesia based on the Illumination Climate of Bandung. Roorkee, India : Symposium on Environmental Physics as Applied in the Tropical Regions, Central Building Institute..

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budihardjo, Eko (2005), Tata Ruang Perkotaan. Bandung : PT. Alumni.

C.P., Kukreja. (1978). Tropical Architecture. New Delhi : Tata McGrawHill Publishing Company Limited.

Catanese, J. Anthony dan Synder, James. C. (1989). Urban Planning. Jakarta : Erlangga.

Frey & Drew. (1964). “Tropical Architecture in The Dry and Humid Zone”. New York : Krieger Publishing Co.

Hopkinson, Petherbridge dan Longmore, J. (1966). Daylighting. London : Heinenmann.

Koenigsberger, et.al. (1974). Manual of Tropical Housing and Building Part 1, Climatic Design. London : Longman.

Kusmiati, Artini. (2004). Dimensi Estetika pada Karya Arsitektur & Desain. Jakarta: Djembatan.

Lechner, Norbert. (1991). Heating, Cooling, Lighting (Design Methods for Architects). Canada : John Willey and Sons Inc.

Lembaga Meteorologi dan Geofisika. (1972). Climatological Data of Indonesia. A Continuation of Observations Made at Secondary stations, vol. XXIII A 1954-1955, vol. XXVIII B 1956-1957; vol. XXIX 1958-1960. Jakarta : Departemen Perhubungan.

Lembaga Meteorologi dan Geofisika. (1977). Data Iklim di Indonesia. Jakarta : Departemen Perhubungan.

Lippsmeier, G. 1980. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga.

Longmore, J. (1968). The Role of Models and Artificial Skies in Daylighting Design, vol. 27. London : Trans. Illumination Engineering Society.


(4)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lynes, J.A. (1968). Principles of Natural Lighting. Amsterdam : Elsvier

Publishing Company.

Manurung, Parmonangan. (2012). Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Moon, P. (1961). The Scientific Basics of Illuminating Engineering, Revised Edition. New York : Dover Publications, Inc.

Nakamura, et. Al. (1986). Daylighting Availability Theory and Measurements Proceeding. Long California, USA : International Daylighting Conference. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften. (1951). Deel 11,

Dagverlichting Van Woningen. (NBG II 1951).

Pamungkas, & Tjahjono, Rusdi. (2002). Tipologi-tipologi-Morfologi Arsitektur Kolonial Bealanda di Komples PG. Kebon Agung Malang. Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Satwiko, Prasasto. (2008). Fisika Bangunan. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. SNI. No. 03-2396-1991 : Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari

untuk Rumah dan Gedung.

Soegijanto dan Nugroho. (1981). Penelitian Besarnya Energi Matahari yang Menimpa Bangunan di Daerah Bandung dan Jakarta. Bandung : Badan Riset ITB.

Soegijanto. (1999). Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Bandung : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Jakarta : Komunitas Bambu.

Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suryawinata, R. (1974). Pengukuran Sky Luminance dan Kekuatan Penerangan Siang Hari di Bandung. Laporan Tugas Akhir. Bandung : Departemen Fisika Teknik ITB.

Suwantoro, Hajar. (2006). Pencahayaan Alami Pada Ruang Kuliah Labtek IX B Jurusan Teknik Arsitektur ITB. Medan : Makalah pada Analisa Metode Pengukuran Manual Dan Metode Lux-Meter.


(5)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jurnal :

Aziz, Ashari. (2012). “Kajian Terhadap Kenyamanan Ruang Teori di fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau dari Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Campuran”. Jurnal Teknik Sipil. 1, 1-17.

Internet :

Putra, I Dewa Gede A.D. (2010). Perencanaan Pencahayaan Buatan pada Interior Ruang Kelas. [Online] Tersedia : http://www.isi-dps.ac.id/artikel/perencanaan-pencahayaan-buatan-pada-interior-ruang-kelas [20Maret 2013]

http://stageofbandung.info/bmkg/logPrakiraan [25Maret 2014]

Sumber Gambar :

Dokumentasi Pribadi [1 Maret 2014] SMA Negeri 3 Bandung [17 Maret 2014] SMA Negeri 5 Bandung [18 Maret 2014] www.arsitekarchira.com [15 Desember 2014] www.bandungtempodoeloe.net [15 Desember 2013 www.gaisma.com [10 Juli 2014]

www.google.earth.com [23 Januari 2014] www.hilaroad.com [26 Mei 2014]

www.ivonesia.com [15 Desember 2013] www.proprofs.com [15 Desember 2013]


(6)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung