Pengaruh Style The Amsterdam School pada Bangunan Kolonial di Kota Medan

(1)

PENGARUH

STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL

PADA

BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

ROBBY SUHANDA 110406018

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH

STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL

PADA

BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROBBY SUHANDA 110406018

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH STYLE THE AMSTERDAM SCHOOL PADA BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis


(4)

Judul Skripsi : Pengaruh Style The Amsterdam School Pada Bangunan Kolonial Di Kota Medan

Nama Mahasiswa : Robby Suhanda Nomor Pokok : 110406018 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Imam Faisal Pane, ST.,MT.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc.,) (Ir. N. Vinky Rahman, MT.)


(5)

Telah diuji pada Tanggal : Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof.Ir. M.Nawawiy Loebis, M.Phil.,Ph.D. Anggota Komisi Penguji : 1. Imam Faisal Pane, ST.,MT.


(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Imam Faisal Pane, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D dan Bapak Ir. Dwi Lindarto

Hadinugroho, MT, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Pegawai dan Satpam gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk (Lonsum), Pegawai Kantor Pos Besar Medan dan Pegawai Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(7)

6. Kedua orang tua saya Zubir Amir S.Si. (Papa) dan Ismelda Harfianti (Mama) dan Adik-adik dan sepupu yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Kepada pacar saya tercinta Puan Nurul Huda yang tiada hentinya memberikan semangat dan dukungan kepada saya. serta sahabat saya (Rheza fauzy, M. Taufik akbar dan Rahma wardani siregar), yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dorongan hingga selesainya skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Teddy, Andre, Iqbal dan Bg Liel), rekan-rekan mahasiswa/i stambuk 2011 dan adik-adik stambuk 2014, teman-teman Stabat Skateboarding & Binjai Skateboarding yang juga memberikan semangat hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(8)

ABSTRAK

The Amsterdam School merupakan salah satu aliran arsitektur yang berkembang di Belanda, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan Nieuwe Kunst. Aliran Amsterdam School pengaruhnya sangat luas bahkan sampai ke Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda juga mendapat bagian secara tidak langsung pada bangunan-bangunan kolonial Belanda. Penelitian ini akan membahas tentang terjadinya pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan melakukan studi dokumen/literature dimana studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan literartur serta catatan tertulis dan terkhusus yang berkaitan dengan Style The Amsterdam School. Melalui beberapa analisis maka hasil yang diperoleh yaitu, pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan tidak terlalu besar, Pengaruh dari Style The Amsterdam School hanya diambil sebagian-sebagian saja oleh arsitek Belanda yang berkarya di Nusantara. Karena lebih dari 90% arsitek yang berkarya di Hindia Belanda berasal dari Belanda, bahkan banyak diantara mereka dulunya berasal dari Amsterdam dan bentuk ekspresionisme pada bangunan kolonial di kota Medan hanya terdapat sebagian kecil saja pada gedung Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I ditandai oleh sisi bukaannya berbentuk segi tiga menghadap ke depan yang mendominasi sisi kiri hingga kanan bangunannya. Karena bangunan tersebut terlihat tidak umum dan distorsi, sedangkan bangunan kolonial lainnya seperti gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk dan Kantor Pos Besar Medan tidak memiliki bentuk ekspresionisme, karena bangunan tersebut masih terlihat umum dan tidak distorsi.


(9)

ABSTRACT

The Amsterdam School is an architectural stream developed in the Netherlands, is rooted in a stream called Nieuwe Kunst. Amsterdam School stream has a very large influence even to Indonesia, a former Dutch colony also indirectly got part in the Dutch colonial buildings. This research discusses the influence of the Amsterdam School Style on a colonial building in the Medan city. The method used is qualitative descriptive method that data obtained through field observations by directly observing the object to be examined and to study documents / literature where the study was conducted by studying books and literature as well as written records and especially those related to The Amsterdam School Style. Through some analysis of the results obtained, namely, the influence of the Amsterdam School style on a colonial building in the Medan city was not too big, influence of The Amsterdam School Style only taken partial by the Dutch architect who worked in the archipelago. Because of more than 90% of architects who worked in the Dutch East Indies are from Holland, even many of them used to come from Amsterdam and forms of expressionism on the colonial buildings in the Medan city there are only a small part on Office of Culture & Tourism of North Sumatra Province Level I building marked by the side of the triangle-shaped opening facing the front which dominates the left to the right side of the building. Because the building is not look common and distortion, while the other colonial buildings such as building PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk and Medan Post Office does not have the form of expressionism, as the building is still look common and no distortion.


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Keaslian Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Berfikir ... 5

1.7 Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Asal-usul The Amsterdam School ... 8

2.2 The Amsterdam School sebagai gaya total ... 9

2.3 Perkembangan The Amsterdam School ... 10

2.4 Definisi The Amsterdam School ... 11

2.5 Konsep The Amsterdam School ... 12


(11)

BAB III METODOLOGI ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Kawasan Penelitian ... 32

3.6 Metode Analisa Data ... 32

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

A. Keadaan Wilayah Kota Medan ... 34

B. Keadaan Iklim Kota Medan ... 35

4.2 Deskripsi Kawasan Penelitian ... 35

A. Kawasan kesawan ... 35

B. Objek Kawasan Penelitian ... 36

4.3 Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ... 38

4.3.1 Gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk (dulu kantor Harrison& Crossfield) ... 38

Sejarah singkat PT. London Sumatera Indonesia Tbk ... 38

Bentuk Ekspresionisme ... 40

4.3.2 Kantor Pos Besar Medan ... 43

Sejarah Kantor Pos dan Perkembangan Pos di Indonesia ... 43


(12)

4.3.3 Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Tingkat I ... 51

Sejarah Singkat Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 51

Bentuk Ekspresionisme ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59


(13)

DAFTAR TABEL

2.1 Konsep The Amsterdam School menurut arsiteknya ... 28 4.1 The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ... 57


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 5

Gambar 2.1 Park Guell di Barcelona ... 16

Gambar 2.2 Taut Glass Pavilion di Cologne ... 17

Gambar 2.3 Einstein Observatory Tower di Postdam ... 18

Gambar 2.4 Het Schip ... 20

Gambar 2.5 Jembatan Keizersgracht di Vijzelstraat Amsterdam ... 23

Gambar 2.6 Department store de Bijenkorf ... 24

Gambar 2.7 Scheepvaarthuis ... 25

Gambar 2.8 Langit-langit pada interior Scheepvaarthuis ... 27

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Kesawan pada tahun 1920-an ... 35

Gambar 4.2 Kawasan Kesawan ... 36

Gambar 4.3 Lokasi Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ... 37

Gambar 4.4 Lokasi Kantor Pos Besar Medan ... 37

Gambar 4.5 Lokasi Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ... 38

Gambar 4.6 Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk tempo dulu ... 39

Gambar 4.7 Bangunan Gedung PT.PP London Sumatera ... 40

Gambar 4.8 Tiang-Tiang Tangga Besar Didepan Pintu Masuk gedung Lonsum ... 42


(15)

Gambar 4.10 Bukaan pada gedung Lonsum ... 43

Gambar 4.11 Kantor Pos Besar Medan tempo dulu ... 47

Gambar 4.12 Bangunan Kantor Pos besar Medan ... 48

Gambar 4.13 Fasade utama pada kantor pos besar Medan ... 49

Gambar 4.14 Kubah dan unsur seni dekoratif padakantor pos besar Medan ... 50

Gambar 4.15 Bukaan pada Kantor Pos Besar Medan ... 55

Gambar 4.16 Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ... 52

Gambar 4.17 Menara hias pada Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 55

Gambar 4.18 Bukaan pada Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata ... 55

Gambar 4.19 Bukaan pada bangunan Scheepvaarthuis di Amsterdam ... 56


(16)

ABSTRAK

The Amsterdam School merupakan salah satu aliran arsitektur yang berkembang di Belanda, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan Nieuwe Kunst. Aliran Amsterdam School pengaruhnya sangat luas bahkan sampai ke Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda juga mendapat bagian secara tidak langsung pada bangunan-bangunan kolonial Belanda. Penelitian ini akan membahas tentang terjadinya pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan melakukan studi dokumen/literature dimana studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan literartur serta catatan tertulis dan terkhusus yang berkaitan dengan Style The Amsterdam School. Melalui beberapa analisis maka hasil yang diperoleh yaitu, pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan tidak terlalu besar, Pengaruh dari Style The Amsterdam School hanya diambil sebagian-sebagian saja oleh arsitek Belanda yang berkarya di Nusantara. Karena lebih dari 90% arsitek yang berkarya di Hindia Belanda berasal dari Belanda, bahkan banyak diantara mereka dulunya berasal dari Amsterdam dan bentuk ekspresionisme pada bangunan kolonial di kota Medan hanya terdapat sebagian kecil saja pada gedung Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I ditandai oleh sisi bukaannya berbentuk segi tiga menghadap ke depan yang mendominasi sisi kiri hingga kanan bangunannya. Karena bangunan tersebut terlihat tidak umum dan distorsi, sedangkan bangunan kolonial lainnya seperti gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk dan Kantor Pos Besar Medan tidak memiliki bentuk ekspresionisme, karena bangunan tersebut masih terlihat umum dan tidak distorsi.


(17)

ABSTRACT

The Amsterdam School is an architectural stream developed in the Netherlands, is rooted in a stream called Nieuwe Kunst. Amsterdam School stream has a very large influence even to Indonesia, a former Dutch colony also indirectly got part in the Dutch colonial buildings. This research discusses the influence of the Amsterdam School Style on a colonial building in the Medan city. The method used is qualitative descriptive method that data obtained through field observations by directly observing the object to be examined and to study documents / literature where the study was conducted by studying books and literature as well as written records and especially those related to The Amsterdam School Style. Through some analysis of the results obtained, namely, the influence of the Amsterdam School style on a colonial building in the Medan city was not too big, influence of The Amsterdam School Style only taken partial by the Dutch architect who worked in the archipelago. Because of more than 90% of architects who worked in the Dutch East Indies are from Holland, even many of them used to come from Amsterdam and forms of expressionism on the colonial buildings in the Medan city there are only a small part on Office of Culture & Tourism of North Sumatra Province Level I building marked by the side of the triangle-shaped opening facing the front which dominates the left to the right side of the building. Because the building is not look common and distortion, while the other colonial buildings such as building PT.PP London Sumatra Indonesia Tbk and Medan Post Office does not have the form of expressionism, as the building is still look common and no distortion.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga interior bangunan yang berkembang pada masa kolonial Belanda di Indonesia. Karena masa kolonial Belanda mampu memberikan kontribusi positif dalam perkembangan arsitektur di Indonesia. Sehingga jejak-jejak arsitektur kolonial mampu memberikan warna khas tersendiri pada bangunannya dan membuat karakteristiknya yang kuat menjadikan arsitektur kolonial sebagai langgam yang mudah dikenal.

Menurut Sumalyo (1993), Dalam bukunya berjudul Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia, Dalam perkembangan arsitektur dari segi masa, perubahan bentuk dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu pertama perubahan secara pelan-pelan atau evolusioner dan kedua secara cepat, Maksudnya yang digolongkan ke dalam kategori pertama itu adalah arsitektur klasik bahkan yang usianya beratus-ratus tahun lamanya, yang kedua arsitektur modern, berkembang pesat dan berubah cepat dengan sejalannya perkembangan teknologi dan penduduk. Arsitektur kolonial termasuk dalam kategori kedua, Arsitektur kolonial di Indonesia adalah merupakan fenomena yang sangat unik, tidak dapat di jumpai di lain tempat dan juga pada Negara-negara bekas koloni. Hal ini dikatakan demikian karena terjadinya percampuran budaya antara penjajah dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam, Oleh karena itu arsitektur kolonial di berbagai


(19)

tempat di Indonesia di satu tempat dengan tempat lainnya apabila di teliti memiliki perbedaan-perbedaan dan ciri-ciri tersendiri.

Masa kolonial di Indonesia sangat berperan penting dan mewarnai sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia. Jika dilihat bentangnya sejarah arsitektur di Indonesia dibagi menjadi dalam tiga periode utama. Yaitu ketika periode sebelum penjajahan Belanda di Indonesia, Periode selama masa penjajahan Belanda di Indonesia dan yang terakhir periode pasca penjajahan Belanda di Indonesia. Periode inilah yang menempatkan kedatangan Belanda ke Indonesia sebagai penggalan penting yang mewarnai dan merubah perjalanan arsitektur di Indonesia. Periode selama masa penjajahan belanda banyak dikenal dengan istilah Masa kolonial, yang berlangsung dari abad ke-17 sampai dengan abad ke-20 tepatnya di tahun 1940-an.

Handinoto(1986), Membagi secara garis besar perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia ini dalam tiga kurun waktu yaitu :

1. Di awal abad ke-17 sampai akhir abad ke-18 dimana pada masa itu Belanda masuk ke Indonesia dibawah pengaruh kekuasaan penjajahan oleh VOC, VOC adalah sebuah perusahaan dagang Belanda yang pertama masuk ke Indonesia dengan alasannya sangat tertarik dengan hasil perkembunan di Indonesia salah satunya seperti Rempah-rempah. Maka dari itu di awal abad ke-17 bangunan-bangunan di Indonesia banyak didominasi oleh bangunan berarsitektur perbentengan.

2. Di akhir abad ke-18 sampai abad ke-19, Bangunan perbentengan berubah dengan gaya arsitektur Belanda yang dibawa dari eropa ke Indonesia yang


(20)

awalnya dipengaruhi oleh budaya setempat, contohnya saja pulau jawa dengan kondisi lingkungan dan iklim tropisnya. Oleh karena itu bentuk-bentuk bangunan yang di bawa oleh Belanda menyesuaikan dengan lingkungan dan menghasilkan tampilan yang berbeda pula dengan arsitektur periode sebelumnya.

3. Di awal abad ke-20 sampai akhir tahun 1940-an bisa dikatakan pula dimana akhir dari penjajahan Belanda di Indonesia muncullah gerakan yang menginginkan bentuk arsitektur khas Indiesch dengan mengambil sumber arsitektur tradisional Indonesia. Gerakan ini dipelopori oleh arsitek-arsitek muda belanda yang datang ke Indonesia untuk bekerja dan berkarya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas maka secara singkat perumusan masalah dapat di rumuskan sebagai berikut :

Kenapa terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Mengetahui terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah lembaga pendidikan khususnya mahasiswa Arsitektur dan masyarakat maupun akademisi lainnya mengenai Pengaruh Style The Amsterdam Schoolpada bangunan kolonial di kota Medan sebagai sumber pembelajaran sejarah heritage di Kota Medan.

2. Penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan serta memperkaya kajian keilmuan melalui hasil - hasil penelitian yang di dapat melalui kajian pustaka, bahkan menjadi masukan dan bahan bagi peneliti yang ingin tertarik membahasnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah maupun khalayak umum tentang Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota medan yang di dalamnya terdapat bangunan-bangunan yang bernilai historis.

4. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam objek penelitian yang sama.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini akan menganalisa Pengaruh Style The Amsterdam School

pada bangunan kolonial di kota Medan. Sebagai upaya mengetahui dan memahami seperti apa dan kenapa Pengaruh Style The Amsterdam Schooltersebut di terapkan pada bangunan kolonial di kota Medan.


(22)

1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG

Penjelasan mengenai latar belakang yang mana didalam latar belakang tersebut akan dijelaskan mengenai pengambilan tema Pengaruh Style The Amsterdam

School pada bangunan kolonial di kota Medan.

RUMUSAN MASALAH

Kenapa terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan ?

TUJUAN MASALAH

Mengetahui terjadinya Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan.

OBSERVASI

Dilakukan dengan mengamati langsung bangunan kolonial di kota Medan yang akan diteliti. Bagian-bagian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

 Pengaruh Style The Amsterdam School dan karakteristiknya pada bangunan kolonial di kota Medan.

STUDI PUSTAKA Dilakukan dengan mencari data-data mengenai apa saja Pengaruh Style The Amsterdam School, Sejarah perkembangan The Amsterdam School dan

karakteristiknya pada bangunan kolonial di kota medan berdasarkan jurnal/buku-buku yang berkaitan, kemudian ditentukan teori-teori yang akan digunakan.

PENGUMPULAN DATA

ANALISA DATA


(23)

1.7 Sistematika Pembahasan

Laporan ini disusun dalam 5 Bab, Dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi penjelasan mengenai latar belakang yang mana didalam latar belakang tersebut akan dijelaskan mengenai pengambilan tema Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan. Selanjutnya terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, lingkup studi, keaslian penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian mengenai teori yang berhubungan dengan penelitian agar dapat memberikan gambaran tentang Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial dan Mengindentifikasi karakteristik bangunan kolonial yang berpengaruh Style The Amsterdam School.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi mengenai pemilihan jenis penelitian, variabel penelitian, lokasi penelitian, dan metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyelesaikan penelitian secara sistematis.

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

Berisi mengenai tentang deskripsi objek kawasan penelitian yang sudah dilakukan.


(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dan uraian pembahasan dari data-data yang sudah didapatkan.

BAB V KESIMPULAN


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal-usul The Amsterdam School

Amsterdam School memiliki asal-usul di kantor arsitek Eduard Cuypers di Amsterdam. Walaupun Cuypers tidak progresif arsitek dirinya, dia memberikan banyak kesempatan untuk mengembangkan karyawan. Pemimpin Amsterdam school Michel de Klerk, Johan van der Mey dan Piet Kramer semua bekerja untuk Cuypers sampai sekitar tahun 1910. Pada tahun 1905 Amsterdam adalah kota pertama untuk membangun kode bangunan, dan kota mempekerjakan Johan van der Mey setelah itu, khusus menjabat sebagai Penasihat estetika, untuk membawa persatuan artistik dan visi untuk lingkungan yang dibangun.

Amsterdam School merupakan salah satu gerakan arsitektural yang merupakan bagian dari gerakan ekspresionisme yang berkembang di Amsterdam Belanda pada awal abad ke 20. gerakan ini muncul sebagai akibat dari kebijakan pemerintah kota Amsterdam untuk membangun tempat tinggal yang layak bagi golongan pekerja di kota tersebut. sebagai bagian dari paham sosialis, gerakan amsterdam school juga diterapkan pada bangunan-bangunan pemerintahan dan sekolah. gaya ini pertama kali diperkenalkan oleh kantor arsitek Eduard cuypers, dimana tiga pegawainya, Michel de klerk, Johan van der mey, dan Piet kramer menjadi pemimpin gerakan ini.


(26)

2.2 The Amsterdam School sebagai gaya total

Amsterdam School bukan hanya menerapkan gaya arsitektur. Seperti

gerakan lain itu juga berlaku untuk benda-benda lain, seperti furniture, desain grafis dan penggunaan benda. Ini adalah bagian dari karakteristik yang berusaha untuk mengaburkan batas-batas antara arsitektur dan seni yang diterapkan. Filosofi desain ini, yang kebetulan meskipun itu populer dengan Berlage, ditunjuk dengan istilah Gesamtkunstwerk. Ini diterapkan satu sisi untuk menggabungkan berbagai seni melalui patung, besi tempa, furniture, mural untuk membawa dan menerapkan di sisi lain tingkat tinggi kerajinan di semua bahan, ubin hiasan, pegangan tangga elegan, pekerjaan plester yang indah, kaca-kaca, dan sebagainya. Itu tidak harus selalu dari desainer yang sama, desainer lain yang sering menempatkan ke daerah atau bahan tertentu.

Di perumahan, itu tidak mungkin untuk menerapkan sebanyak dekorasi dalam berbagai bahan, hanya karena penghuni tidak bisa membelinya. Namun kita melihat contoh agak lebih sadar seni jumlah ini di kantor pos di The Ship (1919-1921) oleh Michel de klerk, yang sekarang menjadi museum berada. Namun, seringkali itu tetap dalam seni terapan. Amsterdam School juga tidak hanya tinggal di perumahan sosial. Gayanya segera menjadi populer di antara semua lapisan. Banyak bangunan indah yang sudah populer dan aliran baru banyak dipesan oleh kalangan orang elit. Ada beberapa bangunan seperti villa terkenal yang tak terhitung jumlahnya dalam gaya Amsterdam School, meskipun tampaknya mengakui ideal sosialis dimana gaya ini juga bisa dipisahkan dari


(27)

ideologi dan ada banyak arsitek yang merancang didalam gaya Amsterdam School, tapi tidak ada hubungannya dengan sosialisme.

2.3 Perkembangan The Amsterdam School

Menurut Handinoto (2007), Perkembangan arsitektur modern di eropa pada akhir abad 19 dan awal abad ke 20, tidak dipelopori oleh negara-negara industri besar seperti inggris dan perancis, tapi justru oleh negara-negara industri baru eropa yang relatif lebih kecil seperti belgia, austria, jerman dan belanda. arsitektur Amsterdam School, yang pada awalnya berkembang disekitar Amsterdam, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan sebagai Nieuwe Kunst di Belanda. Nieuwe kunst adalah versi Belanda dari aliran Art Nouveau yang masuk ke Belanda pada peralihan abad 19 ke 20, (1892-1904).

Agak berbeda dengan Art Nouveau, didalam dunia desain Nieuwe Kunst

yang berkembang di Belanda, berpegang pada dua hal yang pokok, pertama adalah orisinalitas dan kedua adalah spritualitas, disamping rasionalitas yang membantu dalam validitas universal dari bentuk yang diciptakan (de Wit, 1983:35).

Aliran Amsterdam Shool menafsirkan orisinalitas ini sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap perancang, sehingga setiap desain yang dihasilkan, harus merupakan ekspresi pribadi perancangnya. Sedangkan spritualitas ditafsirkan sebagai metode penciptaan yang didasarkan atas penalaran yang bisa menghasilkan karya-karya seni termasuk arsitektur, dengan memakai bahan dasar yang berasal dari alam seperti bata, kayu, batu alam, tanah liat, dan sebagainya. Bahan-bahan alam tersebut dipasang dengan keterampilan tangan yang tinggi


(28)

sehingga memungkinkan dibuatnya bermacam-macam ornamentasi yang indah. Tapi semuanya ini harus tetap memperhatikan fungsi utamanya.

Pada tahun 1915, Nieuwe Kunst ini kemudian terpecah menjadi dua aliran. Pertama yaitu aliran Amsterdam School dan yang kedua adalah De Stijl. Meskipun berasal dari sumber yang sama dan mempunyai panutan yang sama oleh arsitek Hendrik Petrus Berlage, tapi ternyata kedua aliran arsitektur ini mempunyai perbedaan yang sangat besar sekali kalau tidak bisa dikatakan berlawanan. Kedua aliran inilah yang mendominasi dunia arsitektur di Belanda sampai tahun 1950 an.

2.4 Definisi The Amsterdam School

Apa atau siapa yang dimaksud dengan Amsterdam School itu, Wim de Wit (1983:29) menjelaskan sebagai berikut :

The Amsterdam School sebuah informali kelompok yang terorganisir dari arsitek dan desainer berpusat di sekitar sebuah majalah yang disebut Wendingen, aktif antara sekitar 1915-1930, pertama di Amsterdam dan kemudian di luar ibukota Belanda juga. Selama periode ini kelompok lain juga datang ke depan di Belanda. Ini adalah De Stijl, sebuah asosiasi longgar arsitek dan pelukis yang menggunakan De Stijl majalah untuk menyebarkan seni abstrak dengan yang lingkungan yang sama sekali baru bisa menciptakan.

Pemimpin utama dari aliran The Amsterdam School ini adalah Michael de Klerk, Kelompok tersebut tergabung dalam kumpulan arsitek di kota Amsterdam yang dinamakan Architectura et Amicitia Kelompok ini juga menerbitkan majalah


(29)

2.5 Konsep The Amsterdam School Arsitektur Ekspresionisme

Sejarah Arsitektur Ekspresionis diawali dari Jerman, Belanda, Austria, Ceko dan Denmark dari tahun 1910 sampai 1924. Arsitektur Ekpresionis mengacu pada gaya Arsitektur yang berkembang di Eropa pada permulaan abad ke 20. Arsitektur Ekspresionis pertama terjadi di Jerman sebagai bagian dari pergerakan Ekpresionisme dan juga di Belanda khususnya Amsterdam school antara tahun 1910 dan 1925. Gaya ini di ambil pada awal Modernisme yang di adopsi dari novel-novel dan roman-roman, terkadang terlihat sangat tidak lazim dengan menggunakan bahan dari batu bata, baja dan terutama kaca.

Pada tahun 1905, di Dresden dibentuk Die Brucke (Jembatan) yang merupakan gerakan Ekspresionisme secara resmi yang pertama. Nama

Ekspressionismus belum dipakai pada waktu itu dan baru muncul kurang lebih enam tahun kemudian. Pelopor pembentuknya adalah Ernest Ludwig Kirchner

(1880-1938), seorang pemuda mahasiswa Arsitektur yang makin lama makin cenderung kearah Seni grafis. Untuk merealisasikan idenya itu ia memanggil teman-teman Arsitekturnya yakni, Fritz Bleyl, Erick Heckel (1883-1970) dan Karl Schmidt rottluff (1884-1976). Kemudian menyusul tokoh yang lebih tua, Max Pechstein (1881-1955) yang kala itu berusia 25 tahun dan Emil Nolde (1867-1956). Satu lagi yang berhubungan dengan Die Brucke, yaitu Otto Mueller (1874-1930).

Penganut ekspresionisme memiliki paham bahwa “Art is an expression of


(30)

Aliran ini bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa seni merupakan pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impression). Menurutnya ekspresi sama dengan intuisi, atau pengetahuan intuitip yang diperoleh melalui penghayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (image). Ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks, yang dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran ekspresionisme adalah aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang

bergolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya ekspresionisme adalah adanya unsur subyektifitas yang sangat tinggi. Ekspresionisme menjelajahi jiwa dan menemukan „Sturm und Drag‟ dan pancarannya keluar, merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya kepada orang lain.

Arsitektur Ekspresionisme mula-mula dikenal dengan ciri-cirinya yang menggunakan batu bata. Sehingga terdapat pemahaman tentang Brick Ekspresionisme, yang dikembangkan pada tahun 1920. Arsitek Bauhaus berpendapat, bahwa Brick Ekspresionisme mengacu pada penghapusan semua elemen dekoratif, Arsitek Ekspresionis mengembangkan bentuk khas atau elemen pelengkap berbentuk kasar. Hal mencolok dari Brick Ekspresionisme adalah keaktifan fasadenya, yang murni dicapai melalui pola pembentukan batu bata. Hal ini membantu untuk membuat bangunan terlihat meriah dan tidak monoton. Dalam beberapa kasus, bahkan batu bata yang tidak terpakai seperti


(31)

potongan-potongan yang telah rusak selama pembakaran menyebabkan pewarnaan tidak merata atau tidak diinginkan dapat digunakan sebagai elemen dekoratif, mengeksploitasi penampilan masing-masing. Batu bata digabungkan dalam berbagai sudut pengaturan, menciptakan karya hias yang tinggi, termasuk bentuk-bentuk khusus patung.

Dalam Arsitektur Ekspresionisme memiliki nilai-nilai, yaitu sebagai berikut :

a) Menghargai kebebasan bentuk dan garis

b) Menghasilkan bentuk bangunan yang tidak monoton (imajinasi seseorang). c) Mengekspresikan bahasa emosi bentuk dan warna.

d) Merupakan ungkapan isi hati seseorang.

e) Menjelajahi jiwa dan melukiskan emosi kepada orang lain.

Menurut Erich Mendelsohn dalam penelitiannya bahwa Ekspresionis menguraikan kelompok seni dinamik yang dipimpin oleh tiga macam Arsitek, yaitu:

a) Para kaum Simbolis Kristalin yang menempatkan pengalaman simbolik, ideal di atas pengalaman spatial yang nyata.

b) Para analis ruang, yaitu mereka yang menyadari Arsitektur sebagai manifestasi intelektual dari ruang abstrak.

c) Mereka yang mencari bentuk, yang berangkat dari persyaratan-persyaratan material yang konstruktif.

Dengan demikian maksud dan tujuan dari pada Ekspresionis pada Arsitektur yaitu adalah untuk menghargai kebebasan berimajinasi dan kebebasan


(32)

mencipta merupakan seni dalam arsitektur. Kebebasan yang dimaksud ini adalah seni yang tidak hanya dibatasi oleh modul yang akan menjadikan bentuk bangunan terlihat kaku dan monoton. Bentuk ekspresinya biasa terdapat pada emosi kemarahan dan depresi serta emosi bahagia.

Dengan mengacuh pada pendekatan tersebut, maka ciri Arsitektur Ekspresionis, yaitu:

a) Menggunakan makna dari simbol dan ide ruang yang diterapkan dalam bangunan.

b) Menggunakan bentuk yang terdiri dari material yang konstruktif berupa kaca, baja dan dinding beton/batu bata.

c) Menggunakan kesamaan arti makna dari aliran seni Ekspresionis dengan aliran-aliran dalam Arsitektur,

d) Menggunakan kesamaan antara nilai arsitektur ekspresionis dengan objek bangunan.

Berikut ini contoh-contoh bangunan yang memilik unsur Arsitektur Ekspresionis, yaitu :

1. Park Guell, Barcelona

Park Guell adalah sebuah taman umum yang terletak di Carmel Hill, di Barcelona Spanyol. Taman ini dibangun antara tahun 1900 dan 1914 dan secara resmi dibuka sebagai sebuah taman umum pada tahun 1926. Pada tahun 1984, UNESCO mendeklarasikan Taman sebuah situs warisan dunia di bawah karya Antoni Gaudi.


(33)

Taman hasil rancangan Gaudi ini terdiri dari pavilion-paviliun dengan struktur batu yang mengagumkan. Bentuk atapnya yang melengkung, ditutupi dengan ubin berwarna cerah yang menakjubkan, dengan puncaknya yang dihiasi elemen berbentuk buah nanas.

Gambar 2.1 Park Guell di Barcelona (Sumber : Google image)

2. Taut Glass Pavilion, Cologne

Glass Pavilion di Pameran Clogne Deutcher Werkbund ini dibangun pada tahun 1914 oleh Bruno Taut. Taut Glass Pavilion dibangun dengan menggunakan struktur beton dan kaca, dengan kubah kaca prismatic berwarna cerah. Bidang-bidang kaca berwarna ini bertindak sebagai cermin pada fasadenya. Taut menjelaskannya sebagai kuil kecil akan keindahan dan refleksi cahayanya berwarna mulai dari biru gelap di dasar, meningkat ke warna lumut, hijau dan kuning keemasan hingga kuning pucat bercahaya pada puncaknya. Struktur ini dibuat pada masa keagungan ekspresionisme di Jerman.


(34)

Gambar 2.2 Taut Glass Pavilion di Cologne (Sumber : Google image)

The Glass Pavilion adalah struktur beraneka ragam seperti buah nanas, berpola belah ketupat polygonal, berbasis 14 sisi, terbuat dari lempeng kaca tebal. Pada interiornya menggunakan tangga logam kaca-patri menuju ke ruang proyeksi atas yang menyajikan kaleidoskop warna dari efek prisma yang memproduksi cahaya warna dari sinar matahari. Keindahan Paviliun Glass ditulis dengan puisi aphoristic oleh Scheerbart pada tahun 1914 pada buku yang berjudul

Glasarchitektur “Kaca bermakna menghancurkan kebencian, tanpa sebuah istana

kaca, hidup adalah sebuah keyakinan”, yang pada gilirannya didedikasikan untuk

Taut. Taut pada 1914 mendirikan sebuah majalah bernama Fuhlicht (Fajar Cahaya) untuk kalangan ekspresionis pengikutnya. Hal ini terfokus pada ikonografi kaca yang diwakili dalam bukunya Glass Pavilion. Filosofi ini dapat ditelusuri kembali ke Bait Solomo dimana tersimpan gambar awal Pavilion Kaca yang membuktikan akan keberasilannya dalam menghidupka semangat Gotik.

3. Einstein Observatory Tower, Postdam

Ini merupakan sebuah astrofisika Albert Einstein Science Park di Posdam Jerman yang dirancang oleh Erich Mendelsohn. Dibangun di puncak dari


(35)

Telegraphenberg Postdam untuk rumah teleskop surya yang dirancang oleh astronom Erwin Finlay-Freundlich. Teleskop percobaan dan pengamatan ini untuk mendukung validasi teori relativitas Einstein. Bangunan ini pertama kali dimulai sekitar tahun 1917, kemudian dibangun tahun 1919-1921. Struktur bangunan ini pada awalnya adalah beton, namun oleh karena kesulitan konstruksi akan desain yang kompleks, dan kekurangan akibat perang maka sebagian besar bangunan ini menggunakan bata kemudian ditutupi dengan semacam semen.

Gambar 2.3 Einstein Observatory Tower di Postdam (Sumber : Google image)

Karena perubahan penggunaan bahan selama masa konstruksi dan desain tidak diperbaruhi untuk disesuaikan, hal ini menyebabkan banyak masalah dikemudian hari seperti terjadinya retak dan kelembaban yang tinggi. Perbaikan yang ekstensif terhadap bangunan ini harus dilakukan hanya dalam 5 tahun setelah konstruksi awal, yang diawasi langsung oleh Mendelsohn sendiri. Sejak itu banyak pula renovasi yang telah dilakukan secara berkala. Hal ini menyangkut karena Einstein Observatory Tower adalah salah satu landmark arsitektur ekspresionis.


(36)

2.6 Tokoh The Amsterdam School 1. Michel de Klerk (1884–1923).

Arsitek paling penting dari gaya The Amsterdam School adalah Michel de Klerk yang membangun satu blok apartemen yang disebut Het Schip (The Ship). Gaya The Amsterdam School sangat dipengaruhi oleh ekspresionisme. Bangunan dibangun sering dalam bentuk bulat dan ekspresif, dengan menara, menara hias dan dekorasi jendela dan pintu. Permukaan dinding Amsterdam school disertifikasi oleh keahlian para pembangun yang menggunakan banyak macam batu bata berbeda yang diterapkan, walaupun dekorasi tetap sederhana dan bersih dalam bentuk bangunannya. Patung biasanya figuratif diintegrasikan ke bangunan bata ini. Unsur-unsur besi tempa, biasanya dicat warna hitam atau hijau gelap (Amsterdam green), yang digunakan sebagai unsur dekoratif atau fungsional yang sederhana, biasanya dicat putih atau lagi hijau gelap yang melengkapi bangunan.

Het Schip adalah sebuah gedung apartemen di distrik Spaarndammerbuurt di Amsterdam, dibangun dengan gaya arsitektur dari Amsterdam School arsitektur ekspresionis. Ini adalah salah satu contoh yang paling penting dari gaya arsitektur, yang menggunakan versi Brick Ekspresionism. Versi Brick Ekspresionism yang dimaksud keseluruhan bangunan Het schip menggunakan dinding bata yang mencolok berwarna oranye menghiasi seluruh dinding bangunan Het schip, Bangunan ini dirancang oleh Michel de Klerk. Bangunan samar-samar menyerupai garis kapal. Penampilannya sangat tidak konvensional dari semua sudut dirancang pada tahun 1919, bangunan berisi 102 rumah untuk kelas pekerja,


(37)

ruang rapat kecil, dan kantor pos, yang pada 2001 adalah museum dari Amsterdam School.

Het schip terdiri dari tiga blok besar. Blok pertama pada jalan Oostzaan didirikan pada 1913-1915 dengan kontraktor yaitu Klaas Hille. Kemudian blok kedua, di sisi timur Zaanstraat dibangun pada tahun 1915-1918 untuk perumahan (De woningbouwvereniging) Eigen Haard . Akhirnya pada tahun 1917 blok ketiga disisi Hembrugstraat dibangun yang berfungsi untuk perumahan juga. Berdasarkan warna alami dari batu bata yang digunakan membuat bangunan ini tampak mencolok kemudian desain bangunan yang juga berbeda dari yang lainnya membuat Het Schip lebih mirip dengan karya ekspresionisme dibandingkan dengan perumahan umum tradisional.

Gambar 2.4 Het Schip (Sumber : Google image)

Berikut ini karakteristik Amsterdam School pada gedung Het schip : 1.Originalitas

Dalam aliran ini originalitas merupakan hal yang sangat penting. nilai estetika dari perancang harus muncul dari jiwanya, atau bisa dikatakan perancang


(38)

tidak meniru seni bangunan lain. Bangunan ini membentuk segitiga setengah kapal sehingga dikenal dengan Het schip.

2. Batu alam

Bangunan dari aliran Amsterdam school biasanya dibuat dari dominasi batu alam, Bangunan ini dibuat dari susunan batu bata yang dikerjakan dengan rumit dan keahlian yang tinggi. keahlian ini nampak dari dinding batu bata yang disusun dengan rapi serta adannya lengkungan-lengkungan didindingnya.

3. Warna alam mendominasi bangunan

Dalam aliran The Amsterdam school warna yang mendominasi bangunan ini adalah warna-warna alam, seperti yang terdapat di Het Schip yaitu warna batu bata dan batu alam. Ornamendari bangunan ini juga berasal dari bahan asli dari alam seperti batu bata, batu alam dan kayu.

4. Bentuk jendela dan kusen

Bentuk jendela dan kusen pada bangunan Het Schip memperlihatkan garis-garis horizontal yang merupakan ciri ekspresionisme, disamping itu ada juga setengah lengkungan untuk memperindah bentuk kusen. namun bentuk ini tidak lepas dari ciri aliran Amsterdam school yaitu kusen jendela dengan bentuk laddervensters atau kusen jendela nampak seperti tangga.

5.Ornamen yang terdapat pada Het schip

Terdapat beberapa ukiran yang terdapat pada bangunan Het schip ialah satunya yaitu ukiran berbentuk manusia memegang panah yang diyakini merupakan simbol dari kelas buruh, Di uuung dinding kantor pos terdapat patung tanduk dan petir yang diukir oleh oleh pematung, Hildo Krop (1884-1970).


(39)

6. Menara

Menara pada bangunan Het schip yang menyerupai paying dibangun dengan ide menyerupai menara oriental Scandinavia.

2. Piet Krammer (1881-1961).

Piet Kramer adalah seorang mahasiswa Eduard Cuypers dan salah satu perwakilan terpenting dari Amsterdam school, Aliran ini banyak merancang di bidang perumahan sosial, terkenal karena bentuk yang aneh dan kaya ornamen. Kramer banyak menerapkan warna pada desainnya seperti warna sekunder orange, hijau dan ungu yang kurang dikenal. Pada tahun 1911 ia bekerja sama dengan Johan van der Mey dan Michel de Klerk berpartisipasi dalam rumah pengiriman atau dikenal dengan Scheepvaarthuis yang merupakan salah satu contoh bangunan pertama Amsterdam School.

Kramer juga banyak merancang jembatan dalam bentuk estetis dan memadukan unsur besi tempa dan penerapan patung dengan gaya unik, Arsitek Piet Kramer telah memberikan kontribusi untuk penerapan aliran Amsterdam School pada desain jembatannya. Ia banyak merancang ratusan jembatan di Amsterdam. Krakteristik jembatan yang dirancangan oleh Piet Kramer berupa besi yang ditanamkan, memadukan unsur besi tempa, dan patung. Patung ini kebanyakan dirancang oleh Hildo Krop. Hildo krop (1884-1970) adalah seorang pematung Belanda yang produktif dan desainer mebel, dikenal sebagai pemahat kota Amsterdam.

Salah satu yang pertama ciptaan Kramer adalah jembatan Keizersgracht di Vijzelstraat Amsterdam (1922). Yang paling mencolok adalah bantalan batu


(40)

besar-besar pada pangkal jembatan tersebut dan pegangan yang begitu rinci dan rumit. Pada detail pegangan ini, jelas terlihat bahwa keahlian yang diperlukan sangat tinggi sehingga menhasilkan bentuk yang plastis.

Gambar 2.5 Jembatan Keizersgracht di Vijzelstraat Amsterdam (Sumber : Google image)

Department store de Bijenkorf (1924-1926) di Den Haag merupakan gerakan ekspresionis aliran Amsterdam school, Department store de Bijenkorf atau dikenal Sarang lebah adalah Department store di Belanda dengan toko andalannya di Dam Square, Amsterdam. De bijenkorf merupakan bangunan penting di pusat kota Den haag yang mulai dibangun pada tahun 1925, bangunan ini merupakan hasil karya Arsitek Belanda bergaya Amsterdam school yaitu Piet Kramer yang terinspirasi dari bentuk monumental bulat, bagian atas bangunan De bijenkorf terdiri dari permukaan vertikal terus menerus, dinding bata oranye menghiasi permukaan bangunan De bijenkorf, diantara pilar-pilar terdapat jendela kaca berbentuk persegi besar memanjang kebawah dibalut bingkai warna perunggu, bagian sudut bangunan diperlakukan dengan bentuk bulat kelihatan seperti menara.


(41)

Gambar 2.6 Department store de Bijenkorf (Sumber : Google image)

3. Johan Melchior van der Mey (1878-1949)

Johan Melchior van der Mey adalah seorang arsitek Belanda paling dikenal tentang Scheepvaarthuis (rumah pengiriman) di Amsterdam terletak di Prins Hendrikkade, Van der Mey adalah seorang mahasiswa Eduard Cuypers sejak tahun 1898, memenangkan versi Belanda dari Prix de Rome pada tahun 1906, dan mendapat pekerjaan di kota Amsterdam sebagai penasihat “Estetika”. Pada tahun 1905 Amsterdam telah menjadi kota pertama di dunia untuk memaksakan kode bangunan, dan mereka mempekerjakan Johan van der Mey sebagai ahli bangunan sipil. Dalam kapasitas ini ia mengembangkan fasad untuk 1912 Palm House di Hortus Bontanicus antara bangunan lainnya.

Pada tahun yang sama dibawa komisi untuk Scheepvaarthuis, koperasi besar bangunan untuk enam perusahaan pengiriman Belanda. Van der Mey dicari oleh rekan arsiteknya Michel de Klerk dan Piet Kramer, dan arsitek lain yang bernama A.D.N. van Gendt adalah bertanggung jawab untuk teknik struktur beton. Pekerjaan Van der Mey adalah untuk mengkoordinasikan seni simbolis yang ekstensif dan program patung baik interior maupun eksteriornya. Banyak


(42)

seniman-seniman terkenal ikut berkontribusi dalam desain ini. Ini adalah titik awal yang yang menarik perhatian Amsterdam School (1910-1940), sebuah aliran arsitektur yang menanggapi rasionalisme, desain ekspresif di bata, genteng merah dan kayu terpahat halus menentukan tampilan bangunan. Garis horizontal adalah salah satu karakteristik yang paling penting dari gaya ini.

Gambar 2.7 Scheepvaarthuis (Sumber : Google image)

Scheepvaarthuis adalah bangunan di ujung barat dari Waalseiland dekat pelabuhan Amsterdam yang merupakan salah satu dari 100 situs warisan Belanda dan umumnya dianggap sebagai contoh bangunan dari Amsterdam school, The Scheepvaarthuis dianggap sebagai karya dari arsitek Van der Mey dengan gaya arsitektur Amsterdam school. Dibangun antara 1912 dan 1916 oleh arsitek Van der Mey yang akan digunakan sebagai kantor pusat oleh perusahaan pelayaran yang paling berkembang pesat di Amsterdam.

Bangunan Scheepvaarthuis merupakan contoh bangunan berarsitektur yang dinamis, bangunan scheepvaarthuis dianggap sebagai bahan manifesto pertama dari Amsterdam School, meskipun tidak memiliki plastisitas invetif bangunan lainnya. Namun dari itu Scheepvaarthuis memiliki gaya arsitektur


(43)

Amsterdam school dengan gaya ekspresionism, kekayaan bentuk detail, integrasi arsitektur dan patung membuat Scheepvaarthuis menjadi bangunan yang berkesan. Sekelompok besar seniman berpartisipasi besar dalam dekorasi baik itu eksterior dan interior gedung. Seperti yang dimaksudkan untuk melayani sebagai kantor praktis, modern dan fungsional dan juga merujuk kepada tradisi maritim yang kaya di Belanda, ada banyak simbol maritim yang dimasukkan ke dalam desain bangunan tersebut. Sebagai contoh, luar bangunan diliputi oleh ukiran patung-patung yang mencerminkan Kekaisaran kolonial Belanda, dengan patung personifikasi lautan di sekitar pintu masuk utama yang disajikan sebagai eksotis wanita misterius.

Desain bangunan diamanahkan kepada saudara Johan Godart dan Adolf Daniel Nicholas van Gendt. Saudara-saudara van Gendt yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan teknis dan desain bingkai beton. Desain arsitektur yang tersisa untuk kemudian relatif tidak diketahui arsitek Johan van der Mey. Arsitek

Amsterdam School Michel de Klerk dan Piet Kramer juga ikut berkontribusi. Pembangunan perusahaan publik didirikan dengan modal 1.000.000 gulden. Gedung yang direncanakan untuk menduduki 1.400 meter persegi di sudut Prins Hendrikkade dan Binnenkant. Dalam desain bangunannya untuk menghindari variasi warna, batu bata dipanggang pada saat kontruksi yang sama. berbagai jenis batu bata, besi, kaca patri, kayu keras eksotis dan tekstil yang diproses dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan juga sangat mahal dengan beberapa jenis bata dan cetakan untuk diterapkan secara khusus. Selain itu, batu mulia banyak juga digunakan seperti granit, marmer, dan jenis diorite porfiri.


(44)

Pintu utama di sudut Prins Hendrikkade dan Binnenkant atasnya dengan struktur terpotong tower, dilapisi dengan tembaga berwarna Inggris slate. Pada bagian interior Scheepvaarthuis langit-langitnya tertutup kaca yang menampilkan tema bahari yang khas.

Gambar 2.8 Langit-langit pada interior Scheepvaarthuis (Sumber : Google image)


(45)

Tabel 2.1 Konsep The Amsterdam School menurut arsiteknya

The Amsterdam

School

Michel de Klerk (1884-1923)

Piet Kramer (1881-1961)

Johan van der Mey (1878-1949) Arsitektur Ekspresionisme Het Schip (1919) Spaarndammerbuurt Bangunan didesain dalam bentuk bulat dan ekspresif, dengan

menara, menara hias dan dekorasi jendela dan pintu. Permukaan

dinding Amsterdam school menggunakan

banyak macam batu bata berbeda yang diterapkan, Patung biasanya figuratif diintegrasikan ke bangunan bata ini.

Unsur-unsur besi tempa, biasanya dicat

warna hitam atau hijau gelap (Amsterdam green), yang digunakan sebagai unsur dekoratif atau fungsional yang sederhana, biasanya dicat putih atau lagi hijau gelap yang

melengkapi bangunan. De Bijenkorf (1925) Den Haag Bangunan didesain dengan bentuk yang

aneh dan kaya ornament, menerapkan warna

pada desainnya seperti warna sekunder orange, hijau dan ungu yang

kurang dikenal, bentuk estetis dan memadukan unsur besi tempa dan penerapan patung dengan gaya unik.

Scheepvaarthuis (1912-1916) Amsterdam . Bangunannya didesain dengan gaya ekspresionism, kekayaan bentuk detail, integrasi arsitektur dan patung, seni simbolis

yang ekstensif dan program patung baik

interior maupun eksteriornya, desain

ekspresif di bata, genteng merah dan kayu terpahat halus

menentukan tampilan bangunan.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu menghasilkan data deskriptif dari Objek yang diamati yaitu bangunan kolonial di kota Medan. Data-data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan, menganalisa serta menyimpulkan data-data dan informasi yang diperlukan dari lokasi yang berkaitan dengan The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan.

Dalam mengumpulkan data menggunakan metode kualitatif, Penulis melakukan 2 hal jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kepustakaan (Library Research) dan studi lapangan

(Field Research).

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Metode penelitian studi pustaka ini dilakukan dengan cara menelusuri teori-teori serta buku-buku, artikel, dokumen maupun foto-foto yang relevan terhadap masalah yang akan diteliti. Studi pustaka ini penting dilakukan karena kemungkinan data-data yang hendak kita cari dilapangan sudah ada di dalam buku-buku ataupun terbitan terdahulu yang telah dikumpulkan oleh orang lain.


(47)

2. Penelitian Lapangan (Field Research )

Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari instansi terkait, baik komunikasi langsung dan observasi terhadap bangunan kolonial di kawasan Kota Medan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang yang mempunyai nilai yang beragam, Sekaran dalam (Sinulingga, 2011). Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:117), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Menurut Kartini (2014:55), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dengan meneliti sebagian dari populasi diharapkan bahwa hasil yang didapat akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemilihan sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.


(48)

Populasi pada penelitian ini yaitu pada bangunan kolonial di kawasan Kesawan di kota Medan

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling karena Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Sampel penelitian ini yaitu Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan seperti gedung PT.PP London sumatera Indonesia Tbk, Kantor pos besar Medan dan Kantor dinas pariwisata dan kebudayaan provinsi sumatera utara tingkat I Medan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Dalam mengumpulkan data, maka penulis mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu bangunan dalam suatu periode


(49)

tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati, Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh data yang akurat. 2. Studi Dokumen

Dalam penelitian ini dilakukan berupa pengumpulan buku, arsip-arsip atau dokumen, artikel-artikel didalam majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan topik penelitian, buku-buku serta literatur lain yang mendukung penelitian.

3.5 Kawasan Penelitian

Lokasi penelitian ini terdapat di Kelurahan Kesawan, Medan Barat,Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang banyak dipenuhi bangunan-bangunan kolonial bersejarah pada masa Hindia Belanda.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Sumber : Google maps)

3.6 Tahapan Analisa Data

Tahapan analisa data merupakan suatu alat yang digunakan dalam pembahasan dan penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang menjadi dasar bagi penyelesaian suatu


(50)

keputusan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995).

Penyusunan hasil kajian ini didukung oleh adanya suatu data yang berkaitan langsung dengan objek, Dalam memperoleh data tersebut digunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

Tahapan analisa data yang akan dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data dengan melakukan observasi langsung ke objek yang akan diidentifikasi/diteliti dan melakukan studi dokumen/literatur.

2. Mengidentifikasi Pengaruh The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan, Ditinjau dari sejarah mengapa terjadinya pengaruh

The Amsterdam School pada saat itu, Arsitek-arsitek yang berperan dalam

The Amsterdam School dan konsep apa saja yang digunakan The Amsterdam School pada bangunan tersebut berupa tampak wajah bangunan, penggunaan material, bentuk jendela dan pintu dan lain-lain. 3. Setelah data yang diperlukan terkumpul, data-data tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.

a. Data dikelompokkan dan di analisa dengan metode deskriptif. Data fisik mengenai eksisting lapangan digambarkan kembali sesuai dengan hasil survey.

b. Kajian analisis tersebut dipaparkan dan akan merujuk pada teori dan data yang sebelumnya telah dipaparkan pada bab kajian pustaka. 4. Membuat kesimpulan akhir dari penelitian tersebut.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil dan pembahasan dari kawasan penelitian, Adapun yang menjadi hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah bangunan-bangunan kolonial di kota Medan yang memiliki pengaruh Style The Amsterdam School.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Keadaan Wilayah Kota Medan

Wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ –3”43’ LU dan 98”35’ –

98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km² dengan batas-batas sebagai berikut :

 Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang Dan Selat Malaka  Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

 Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang  Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5

–37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.


(52)

B. Keadaan Iklim Kota Medan

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC - 33,2ºC (Stasiun Polonia 2001), Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%.

kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia.

4.2 Deskripsi Kawasan Penelitian A. Kawasan kesawan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia yang banyak menyimpan segudang cerita bersejarah yang diabadikan melalui bangunan-bangunan kuno dengan berbagai gaya dari beragam budaya arsitektur, seperti Eropa, Melayu, Cina dan lain sebagainya sejak jaman Kolonial Belanda.

Gambar 4.1 Kesawan pada tahun 1920-an (Sumber : Google image)


(53)

Kawasan Kesawan termasuk kawasan Kota Lama Medan, merupakan lokasi awal perkembangan Kota Medan modern yang mulai berdiri pada akhir abad ke-16 dan berkembang pada awal tahun 1900-an. Akibat adanya penggunaan fungsi bisnis yang sebagian berpusat di Jalan Ahmad Yani dan sekitarnya maka dari itu berdatanganlah perusahaan-perusahaan asing untuk membuka berbagai perkantoran seperti Bank, Perusahaan perkebunan, Kantor pusat, Perusahaan pelayaran, kapal-kapal asing, dan lain sebagainya, Sehingga kawasan Kesawan berkembang pesat menjadi pusat kota.

Gambar 4.2 Kawasan Kesawan (Sumber : Google maps)

B. Objek Kawasan Penelitian

Objek kawasan penelitian ini berada di daerah kawasan Kesawan, Medan barat, Medan, Indonesia yang memiliki banyak bangunan-bangunan kolonial, Objek penelitian terdiri dari bangunan kolonial seperti Gedung PT. London Sumatera (dulu kantor Harrison & Crossfield), Kantor Pos Besar Medan dan Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan.


(54)

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk berada di jalan Ahmad Yani No.2, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 4.3 Lokasi Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk (Sumber : Google Maps)

Kantor Pos Besar Medan

Bangunan Kantor pos besar Medan berada di Jalan Pos No.1 atau jalan balai kota, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 4.4 Kantor Pos Besar Medan (Sumber : Google Maps)


(55)

Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No.107 Kesawan, Medan Barat Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 4.5 Lokasi Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

(Sumber : Google Maps)

4.3 Pengaruh Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan 4.3.1 Gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk (dulu kantor Harrison & Crossfield)

Sejarah singkat PT. London Sumatera Indonesia Tbk

Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk atau umumnya dikenal lonsum ini dibangun tepatnya pada tahun 1906 bersamaan dengan lahirnya Ratu Juliana Royal Dutch Family. Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini dibangun oleh pemilik perusahaan di inggris yaitu Harrison and Crossfield Company atau bisa dikatakan Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini pendirinya bernama Daniel Harrison, Smith Harrison Dan Joseph Crossfield pada


(56)

tahun 1844 di Liverpool-Inggris yang bergelut di bidang importir perkebunan seperti teh dan kopi. Fungsi gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini adalah sebagai kantor perdagangan dan perkebunan, Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk dibangun dengan lima lantai dan keseluruhan gedung bercat putih krem setelah gedung ini dijual kepada pemerintah belanda pada masa itu dan namanya kemudian diubah sesuai dengan nama putri belanda yaitu menjadi Juliana Building, Arsitektur gedung ini mengadaptasi dari gaya arsitektur rumah-rumah di London sekitar abad 18-19. Model arsitekturnya banyak dipengaruhi oleh gaya Eropa seperti bentuk-bentuk jendela di sisi kiri dan kanan gedung, Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk ini memanjang ke atas, bentuk jendela yang panjang dan lebar, serta tiang-tiang tangga yang kokoh di depan pintu masuk atau entrance gedung ini menunjukkan kekhasan gaya arsitektur kolonial Belanda yang sangat mencolok namun indah.

Gambar : 4.6 Gedung PT. London Sumatera Indonesia Tbk tempo dulu (Sumber : Google image)

Kepemilikan Gedung London Sumatera kemudian beralih dari Harrison & Crossfield Company (H&C) ke tangan Indonesia setelah Indonesia merdeka.


(57)

Gedung London Sumatera langsung berganti nama menjadi PT PP London Sumatera saat ini. Lokasinya berada di pusat kota Medan dan didampingi dengan gedung-gedung lainnya yang tak kalah nilai sejarahnya seperti Kantor Pos Besar Medan, Bank Indonesia, Balai Kota dan bangunan lainnya.

Lokasi Gedung Lonsum ini sangat strategis, berada di persimpangan jalan pusat kota Medan yang kaya akan bangunan-bangunan bernilai historis tinggi. Tepatnya di jalan Jenderal Ahmad Yani nomor 2 Medan barat, Medan, Indonesia atau dikenal sebagai kawasan Kesawan yang mempunyai nilai perjalanan sejarah panjang dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya di kota Medan yang wajib dilindungi oleh pemerintah kota medan juga menjadi tujuan objek wisata bagi para masyarakat dan wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengenal sejarah bangunan kolonial di kota Medan.

Bentuk Ekspresionisme

Gambar 4.7 Bangunan Gedung PT.PP London Sumatera (Sumber : Data Lapangan 2015)

Bangunan gedung Lonsum dibangun dengan lima lantai secara keseluruhan, bangunan lonsum ini jika dilihat dari bawah hingga keatas


(58)

didominasi oleh warna putih, Bentuk gedung Lonsum ini menyerupai dan bergaya layak seperti rumah rumah yang ada di London pada abad ke 18-19. Bangunan lonsum ini dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa yang dapat bisa kita lihat pada bentuk bukaan jendelanya menghiasi dari sisi kiri bangunan lonsum hingga sisi kanan, bentuk jendela pada gedung lonsum terlihat panjang dan melebar serta didukung oleh tiang-tiang tangga besar di depan pintu masuk gedung lonsum.

Bangunan gedung lonsum merupakan bangunan arsitektur modern, bangunan ini dibangun oleh pendirinya bernama Daniel Harrison seorang berkebangsaan inggris, Bangunan lonsum memiliki gaya bangunan pada bentuk bulat atau lingkaran pada fasade utama bangunannya. Kemudian didukung oleh tiang tiang berbentuk bundar di pintu masuknya bentuknya didominasi oleh garis-garis horizontal yang menghiasi dari bawah tiang hingga keatas, sisi bangunan lonsum juga didominasi berbentuk garis-garis horizontal dari sisi kiri bangunan hingga kanan bangunannya, Bangunan lonsum tidak memiliki gaya arsitektur ekspresionisme karena bangunan tersebut masih terlihat umum pada tampilan bangunannya tidak seperti bangunan ekspresionisme pada umumnya. Hingga saat ini gedung ini masih berfungsi sebagai kantor perkebunan dari awal berdirinya hingga sekarang, gedung lonsum ini letaknya berada dipersimpangan jalan berdekatan dengan lapangan merdeka Medan.


(59)

Gambar 4.8 Tiang-Tiang Tangga Besar didepan Pintu Masuk Gedung Lonsum (Sumber : Data Lapangan 2015)

Tiang-tiang pada gedung lonsum tidak hanya berbentuk bulat saja di dalam bangunan terdapat juga tiang-tiang besar berbentuk persegi tidak berbentuk bulat lagi seperti tiang-tiang yang berada di depan bangunan lonsum. Tiang-tiang yang berada didalam bangunan lonsum ini ada diselimuti cat berwarna putih dan warna coklat seperti perpaduan batu alam. Tiang-tiang cat berwarna putih dapat dijumpai di bagian hall bangunan sedang tiang tiang cat berwarna coklat perpaduan batu alam terdapat di liftnya bangunan lonsum tersebut.


(60)

Gambar 4.10 Bukaan pada Gedung Lonsum dan Gedung Het-Schip (Sumber : Data Lapangan 2015)

Bukaan pada gedung lonsum berbentuk panjang dan melebar dari sisi kiri hingga sisi kanan bangunan serta adanya bentuk setengah lingkaran yang mendukung pada bagian atas dan bawah bangunan lonsum, Bukaan-bukaan pada gedung lonsum ini menggunakan kaca dibalut oleh bingkai kayu berwarna coklat yang mendominasi bukaannya secara keseluruhan dan ini merupakan ciri khas arsitektur kolonial modern. Nilai estetika bukaan pada gedung lonsum di dominasi oleh bentuk-bentuk setengah lingkaran pada bukaan lantai dasar dan lantai akhirnya yang sesuai dengan bangunannya yang megah dan indah.

4.3.2 Kantor Pos Besar Medan

Sejarah Kantor Pos dan Perkembangan Pos di Indonesia

Gagasan untuk mempelancar arus surat-menyurat selama jaman kolonial Belanda telah diwujudkan oleh Gubenur Jenderal G. W. Baron dengan mendirikan kantor pos yang pertama di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746. Peranan kantor pos semakin penting dan berkembang setelah penemuan teknologi telegram dan telepon, sehingga dibentuk Jawatan Pos Telegram.


(61)

Dinas Pos sudah berdiri dalam jangka waktu yang lama, yaitu sejak masa penjajahan. Perkembangannya pun tidak lepas dari masa penjajahan yang telah dialami oleh bangsa Indonesia. Berikut ini adalah perkembangan Pos dari awal hingga saat ini di Indonesia :

1. Masa VOC (1700-1808)

Masa VOC(1700-1808) merupakan awal kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada akhir abad 15 Masehi menandai awal sejarah pos di Indonesia. Awalnya adalah kedatangan kapal-kapal laut Belanda di bawah pimpinan Cornelius de Houtman pada tahun 1596. Pada masa VOC ini pengiriman Surat hanya dilakukan melalui jalur laut saja dengan menggunakan perahu yang belum tentu jelas jadwal pelayarannya. Kantor pertama didirikan di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W. Baron Van Imhoff, Dengan tujuan menjamin keamanan Surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar pulau Jawa.

2. Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)

Pada masa ini, Daendels mengeluarkan peraturan-peraturan tentang pos dan membagi pulau Jawa dalam beberapa wilayah tujuan tertentu seperti Banten, Batavia, Semarang, Surabaya Setiap wilayah tertentu dikepalai oleh Commsaris der Postern yang menempati sebuah kantor pos wilayah dan membawahi beberapa kantor pos kecil. Pengantaran Surat dilakukan oleh seorang tukang pos dengan mengendarai kuda pada masa itu.

3. Masa Pemerintahan Raffles (1811-1816)


(62)

porto untuk Surat kabar dan barang cetakan (Regulation for The Post Eshtablishment onThe Island of Java).

4. Masa Pemerintahan Belanda (1816-1942) dan Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)

Pada masa pemerintahan Belanda, Pengangkutan pos dimulai dengan mempergunakan kereta api Ekspress malam dari Batavia-Surabaya di tahun 1939, pada tahun 1864 peristiwa penting yang terjadi itu adalah perubahan bentuk usaha Dinas Pos menjadi Jawatan dan di tahun 1875 dinas pos digabungkan dengan dengan Dinas Telegraf dengan nama Post en Telegraaf Dienst yang berada dibawah Departement der Burgerh'jkke Openbae Werkn (Departemen Pekerjaan Umum). Pada tahun 1884 Jawatan Telepon bergabung dalam Jawatan Pos dan Telegraf yang kemudian dikenal dengan nama Post Telegraaf en Telefoondienst (PTT). Sejalan dengan perkembangan jaman, status Jawatan PTT diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Postel berdasarkan ordinasi tanggal 28 Desember 1931.

5. Masa Kemerdekaan Hingga Saat ini

Pada kurun waktu 1945-1950 situasi politik di Indonesia penuh dengan pergolakan dalam rangka merebut kedaulatan dari pendudukan Jepang dan Agresi Militer Belanda. Situasi ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap Dinas Pos yang ditandai dengan pemindahan perangkat komunikasi, pembumi hangusan sarana-sarana fisik pos dan terganggunya sarana perhubungan pos dan telegraf. Setelah situasi membaik tepatnya pada tanggal 6 Juli 1965 Perusahaan Negara Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro dan Perusahaan Negara


(63)

Telekomunikasi yang diatur oleh Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1965 dan Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965.

Sejarah Singkat Kantor Pos Besar Medan

Kantor Pos Besar Medan merupakan salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Kota Medan. letaknya berada di persimpangan Jalan Balai Kota tepatnya menghadap ke lapangan merdeka medan yang dulunya disebut Esplanade, Kantor Pos Besar Medan merupakan bangunan sejarah peninggalan jaman kolonial Belanda. Fungsi bangunan yang tidak berubah dari dulu yaitu sebagai jasa pengiriman surat dan pengiriman lain sangat menopang dan menjadi fungsi yang sangat penting untuk masyarakat kota Medan.

Bangunan Kantor Pos Besar Medan ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Ir. Simon Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa pemerintahan Belanda. Bangunan megah yang berdiri disudut lapangan merdeka ini memiliki luas bangunan 1200 M² dengan tinggi 20 meter, Panjang 60 meter dan Lebarnya 20 meter.

Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang terletak berhadapan dengan Hotel De Boer dan menghadap menyamping ke arah bekas bangunan Javasche Bank yang sekarang Bank Indonesia yang berdiri di samping gedung Balai Kota lama. Javasche Bank merupakan bank cabang milik Belanda di Jawa yang digunakan untuk mensosialisasikan mata uang Gulden milik Belanda selama di Medan. Bangunan ini dibangun sebagai fungsi kantor pos


(64)

dari awal berdirinya hingga saat ini, Kondisi bangunan ini masih terawat dengan baik. Diatas bangunan tersebut bertuliskan ANNO 1911 yang menjadi salah satu bukti tahun dibangunnya kantor pos besar Medan.

Gambar 4.11 Kantor Pos Besar Medan tempo dulu (Sumber : Google image)

Bangunan ini merupakan proyek besar pertama dilakukan oleh Ir. Simon Snuyf, Seorang arsitek yang telah menjadi kepala sipil pekerjaan umum untuk Indonesia pada masa itu. Karena pertumbuhan yang cepat dari pemerintah Hindia Belanda, ada kebutuhan bangunan baru untuk berbagai layanan pemerintah, seperti Sekolah, Penjara, Kantor pos dan lain-lainnya.

Bangunan bersejarah ini memiliki atap langit-langit yang tinggi dan memiliki struktur bangunan yang kokoh serta memiliki ruangan yang cukup luas. Selain itu, Bangunan bersejarah ini memiliki aspek historis yang kental terutama dari segi bentuk arsitektur bangunannya yang sangat nampak sekali sudah sangat lama dan berbeda sekali dengan bangunan bangunan modern yang ada terdapat disekelilingnya, Ketika dilihat dari dalam ruangan maupun di luar ruangan,


(65)

bangunan Kantor Pos ini terlihat sangat menarik untuk dilihat karena bentuknya yang unik.

Bentuk Ekspresionisme

Gambar 4.12 Bangunan Kantor Pos besar Medan (Sumber : Data Lapangan 2015)

Kantor pos besar medan merupakan bangunan kolonial yang banyak menyimpan nilai histori didalamnya, dan termasuk bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah kota Medan, Bangunan ini dari awal berdirinya hingga saat ini masih berdiri kokoh dengan fungsi yang sama sebagai sarana pengiriman surat menyurat dan lain sebagainya, Gaya bangunan pada bangunan kantor pos besar Medan terdapat pada bentuk sisi segi delapan yang memanjang keatas yang kelihatan seperti menara sekaligus berfungsi sebagai fasade utama sebagai pemisah bangunan yang berada disebelah kiri dan kanan bangunan tersebut dengan diberi bukaan setengah lingkaran besar pada sisi segi delapan tersebut. Bagian warna juga ikut menghiasi kantor pos besar medan yang dominan adalah warna putih dan oranye yang menjadi warna ciri khas pos Indonesia. bangunan ini terdiri dari dua lantai, Pada sisi eksterior bentuk sisi segi delapan terdapat ukiran


(66)

seni hias dikombinasikan dengan ornamen-ornamen arsitektur kolonial Belanda yang sangat kental. Kantor pos besar Medan tidak memiliki gaya arsitektur ekspresionisme karena bangunan tersebut masih terlihat umum pada tampilan bangunannya dan tidak distorsi seperti bangunan ekspresionisme pada umumnya.

Gambar 4.13 Fasade utama pada kantor pos besar Medan (Sumber : Data Lapangan 2015)

Kantor pos medan merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah kota medan, tak hanya menyimpan banyak histori atau sejarah dalam bangunannya, bangunan ini sangat unik dan berkesan, pada fasade bangunan utamanya yang memamanjang keatas dan jika kita masuk kedalam bangunan kantor pos medan kita dapat menemukan Hall besar dengan kubah berwarna kuning emas, serta adanya lampu hias kuno, besi tempah penyangga lampu dan ukiran-ukiran seni Belanda kuno yang terukir di sekeliling dinding Hall bangunan kantor pos besar Medan. Tidak hanya itu saja bangunan kantor pos medan merupakan bangunan kolonial Belanda yang memadukan unsur kaca hias dekoratif serta penggunaan bahan alam lainnya yg diterapkan dalam bangunan


(67)

kantor pos medan tersebut. Bangunan kantor pos besar medan ini berdiri menghadap persimpangan jalan berhadapan dengan lapangan merdeka Medan.

Gambar 4.14 Kubah dan unsur seni dekoratif pada kantor pos besar Medan (Sumber : Data Lapangan 2015)

Bukaan di Kantor Pos terdapat ada dua jenis, Pertama yang bentuk persegi panjang dengan memanjang kebawah ini dimaksudkan agar udara dan sinar yang masuk ke dalam bangunan tidak terlalu besar. Sementara bentuk kedua dengan bukaan yang diberi bentukan setengah lingkaran di bagian atas. Di tiap-tiap bukaan selalu dilengkapi dengan kisi-kisi agar tidak terlalu banyak cahaya yang masuk ke dalam bangunan kantor pos besar medan tersebut.

Gambar 4.15 Bukaan pada Kantor Pos Besar Medan (Sumber : Data Lapangan 2015)


(68)

4.3.3 Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I

Sejarah Singkat Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I merupakan Salah satu peninggalan bangunan Belanda bersejarah peninggalan di Kota Medan yang masih dapat ditemukan, Yang letaknya berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No.107 Medan. Bangunan bersejarah ini dahulunya merupakan tinggalan kolonialisme dan kemudian dijadikan sebagai gedung percetakan. Bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan kesawan, Lingkungan IV. Dalam proses sejarahnya, Bangunan ini didirikan oleh bangsa Belanda tahun 1921.

Setelah bangunan diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Pada masa itu gedung ini dijadikan Kantor Percetakan Negara. Sejak tahun 1984 gedung ini dipakai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tingkat I sampai sekarang. Bangunan ini terletak di Jalan Ahmad Yani, Kesawan. Bangunan ini didirikan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1921. Bangunan ini bersebelahan dengan Rumah Tjong A fie di sebelah kiri dan gedung Bank Mandiri di sebelah kanannya. Kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Sumut ini dahulunya bernama gedung Varekamp & Co, Yaitu sebuah gedung percetakan Harian Sumatra Post .

Gedung ini merupakan sebuah bangunan milik N.V. Boekhandel en Drukkerij Varekamp & Co, sebuah perusahaan penerbit dan toko buku di Medan. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1920-an. Dinamakan Varekamp & Co karena


(1)

Gambar 4.19 Bukaan pada bangunan Scheepvaarthuis di Amsterdam (Sumber : Google image)

Tidak hanya itu saja dibagian atap bangunan kantor dinas kebudayaan ini terdapat Ventilasi yang sangat unik berbentuk segi tiga yang menghadap kedepan dan diberi atap kecil diatasnya. Material yang digunakan pada bukaan ini yaitu kayu yang didesain dengan bentuk segi tiga menghadap kedepan serupa dengan bukaan pada bangunan tersebut . Sehingga bukaa dan ventilasi pada kantor dinas kebudayaan ini kelihatan unik dan menarik dalam desainnya.

Gambar 4.20 Ventilasi atap (Sumber : Data Lapangan 2015)


(2)

Tabel 4.1 The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan The

Amsterdam School

Daniel Harison Ir.Simon Snuyf Anton Pieter Varekamp

Arsitektur Ekspresionisme

PT. London Sumatera Indonesia Tbk

(1906)

Tidak memiliki gaya arsitektur ekspresionisme, karena bangunan masih terlihat umum

dan tidak distrosi

Kantor Pos Besar Medan (1909-1911)

Tidak memiliki gaya arsitektur ekspresionisme, karena bangunan masih terlihat umum

dan tidak distrosi

Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I (1921) Memiliki gaya arsitektur ekspresionisme namun hanya terdapat sebagian

kecil saja yang terdapat pada bukaan

jendelanya yang tidak normal/umum

dan distorsi.

Bukaan Jendela pada bangunan ini berbentuk sisi segi

tiga menghadap kedepan seperti bukaan jendela pada

bangunan Scheepvaarthuis

yang berada di Amsterdam.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan hasil tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu :

Pengaruh Style The Amsterdam School pada bangunan kolonial di kota Medan tidak terlalu besar, Pengaruh dari Style The Amsterdam School hanya diambil sebagian-sebagian saja oleh arsitek Belanda yang berkarya di Nusantara. Karena lebih dari 90% arsitek yang berkarya di Hindia Belanda berasal dari Belanda, bahkan banyak diantara mereka dulunya berasal dari Amsterdam.

The Amsterdam School merupakan salah satu gerakan arsitektural yang merupakan bagian dari gerakan ekspresionism, bentuk ekspresionisme pada bangunan kolonial di kota Medan hanya terdapat sebagian kecil saja pada gedung Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I ditandai oleh sisi bukaannya berbentuk segi tiga menghadap ke depan yang mendominasi sisi kiri hingga kanan bangunannya. Karena bangunan tersebut terlihat tidak umum dan distorsi, sedangkan bangunan kolonial lainnya seperti gedung PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk dan Kantor Pos Besar Medan tidak memiliki bentuk ekspresionisme, karena bangunan tersebut masih terlihat umum dan tidak distorsi.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, Penulis mengharapkan agar pemerintah dan masyarakat ikut serta dalam menjaga dan melestarikan bangunan-bangunan kolonial di kota Medan seperti PT.PP London Sumatera Indonesia Tbk, Kantor Pos Besar Medan dan Kantor Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tingkat I dan bangunan bersejarah lainnya yang merupakan peninggalan kolonialisme Belanda.

Selain itu pemugaran harus dilakukan untuk melindungi bangunan-bangunan kolonialisme peninggalan belanda dari pemusnahan massal seperti yang dilakukan dengan beberapa bangunan bersejarah lainnya di kota medan karena terlupakan sehingga kondisinya tidak terawat. Maka dari itu mari kita lestarikan bangunan cagar budaya ini yang banyak menyimpan nilai- nilai sejarah penting baik itu perjalanan arsitekturnya dan lain sebagainya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Casciato, maristella, 2003. The Amsterdam School, Rotterdam

Dinas Pekerjaan Umum. 2005. Profil Kabupaten/Kota Medan. Dinas Pekerjaan Umum. Medan.

Handinoto. 1994. “Indische Empire Style” Gaya Arsitektur “Tempo Doeloe” Yang Sekarang Sudah Mulai Punah. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra. Surabaya. Handinoto dan samuel. 2007. “The Amsterdam School” Dan Perkembangan

Arsitektur Kolonial Di Hindia Belanda Antara 1915-1940”. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Mudeng, J & Siswanto, W., 2012. Penerapan Prinsip-Prinsip Seni Ekspresionisme Dalam Rancangan Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Sumalyo, Y. 1993. Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia, Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Supardjo, Surijadi, 2012. Ekspresionisme Sebagai Pendekatan Perancangan Arsitektur, Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi.

Van Dijk, H., 1999. Twentieth-Century Architecture In The Netherlands, Rotterdam.


(6)

http://www.amsterdam.info/architecture/amsterdam-school http://www.britannica.com/art/Expressionism

http://dokumen.tips/documents/arsitektur-indis-art-deco

htmlhttp://www.genealogieonline.nl/en/stamboom-varekamp/I13.php http://e-journal.uajy.ac.id/6044/5/TA413255.pdf

http://www.antique-marks.com/art-deco-artists.html

http://amsterdamming.com/2013/06/26/the-scheepvaarthuis-shipping-house http://www.kunstbus.nl/architectuur/johan+melchior+van+der+mey.html http://www.nai.nl/

http://www.mimoa.eu/projects/Netherlands/Amsterdam/The%20Ship https://hamdiel.files.wordpress.com /2010/03/arsitektur-modern.pdf