TINGKAT KESADARAN TERHADAP NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA-SISWA SMA NEGERI DI KOTAMADIA BANDUNG: Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kesadaran Terhadap Nilai-Nilai Moral Pada Siswa-Siswa Yang sering Meninggalkan Sekolah.

TINGKAT KESADARAN TERHADAP NILAI-NILAI MORAL
PADA SISWA-SISWA SMA NEGERI
DI KOTAMADIA BANDUNG

(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kesadaran
Terhadap Nilai-Nilai Moral Pada Siswa-Siswa

Yang sering Meninggalkan Sekolah)

TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tests

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Program S2
Bidang Studi Pendidikan Umum

HENDRIK AGONTA

NPM : 726/G/XIX-ll

PROGRAM PASCASARJANA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1992

DISETUJUI UNTUK UJIAN TAHAP II

PEMBIMBING I,

DR. H.M.I. SOELAEMAN

PEMBIMBING II,

PROF. DR. H. ROCHMAN NATAWID JAJA

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR


i

UCAPAN TERIMA KASIH

iv

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR DIAGRAM
BAB I

PERMASALAHAN
A.

B.
C.
D.
E.
F.
G.

BAB II

xiii
1

Latar Belakang Permasalahan
Perumusan dan Analisis Masalah
Alasan Pemilihan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Hasil Penelitian
Definisi Operasional
Asumsi-asumsi Penelitian


PENDEKATAN

KONSEPTUAL MENGENAI

KESADARAN
MORAL
MEMPENGARUHINYA

DAN

1
8
29
33
34
34
37

PERKEMBANGAN


FAKTOR-FAKTOR

YANG

39

A. Beberapa Pengertian Dasar

39

B. Kesadaran Moral dan Perkembangan pada
Remaja

5g

C. Pendekatan terhadap Perkembangan Kesadaran
Moral
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Perkembangan Kesadaran Moral


74
79

E. Dasar Penyusunan Alat Pengukuran Tentang

BAB III

Tingkat Kesadaran Terhadap Nilai-nilai
Moral
F. Pendidikan Umum dan Pembinaan Kesadaran
Moral pada Remaja

92

METODOLOGI PENELITIAN

95

A. Metode Penelitian
B. Populasi dan Sampel


95
97

ix

88

Halaman

C. Pengembangan Alat Pengumpulan Data
D. Menguji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen

E. Rancangan Analisis Data

BAB IV

BAB V


101
;.. 108
117

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ...

121

A.
B.
C.
D.

121
122
123
126

Persiapan Pengumpulan Data
Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengolahan Data
;.
Analisis Hasil Penelitian ..............: .

PEMBAHASAN, KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN
REKOMENDASI
A.
B.
C.
D.

Pembahasan Hasil Penelitian
Kesimpulan Hasil Pembahasan Penelitian ...
Implikasi
Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

146
146

177
179
185

193

DAFTAR TABEL

Tabel

• Halaman

1

Daftar populasi siswa-siswa yang sering me
ninggalkan sekolah di SMA Kotamadya Bandung...

97

2


Daftar Populasi Siswa-siswa yang sering berada di sekolah di SMA Kotamadya Bandung

98

3

Daftar

penyebaran

anggota

sampel

siswa-

siswa yang sering meninggalkan sekolah

4

Daftar

penyebaran anggota

99

sampel siswa-siswa

yang sering berada di sekolah

5

Kisi-kisi alat ukur tingkat kesadaran terhadap
nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
neninggalkan sekolah dan siswa-siswa yang se
ring berada di sekolah di SMA
dung

6
7

100

Kotamadia

Ban

Penjabaran kisi-kisi angket (alat ukur) cerita
I, yaitu menghormati hak hidup orang lain ....
Penjabaran kisi-kisi angket

cerita

Penjabaran kisi-kisi angket cerita III,

105

yaitu

tanggung jawab dan kebersamaan

9

105

Prosentasi tingkat kesadaran terhadap nilai
menghormati
hak hidup orang lain
pada siswa
yang sering meninggalkan sekolah dan yang se
ring berada di sekolah

10

Prosentasi

127

tingkat kesadaran

terhadap

nilai

menghormati
hak milik orang lain pada siswa
yang sering meninggalkan sekolah dan yang se
ring berada di sekolah

11

Prosentasi

tingkat kesadaran

terhadap

Prosentasi tingkat kesadaran terhadap nilainilai moral pada siswa yang sering meninggal
kan sekolah dan siswa yang sering berada di
sekolah

XI

129

nilai

tanggung jawab dan kebersamaan pada
siswa
yang sering meninggalkan sekolah dan yang se
ring berada di sekolah

12

104

II, yaitu

menghormati hak milik orang lain

8

103

130

132

Tabel

13

u«,i «,«,«,„

Haiaman

Kecenderungan
tingkat
kesadaran
terhadap
ndlai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
meninggalkan sekolah

14

Kecenderungan

tingkat

kesadaran

terhadap

nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
berada di sekolah

Xll

134

134

DAFTAR DIAGRAM

Diagram:

1

Halaman

Kecenderungan
tingkat
kesadaran
terhadap
nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
meninggalkan sekolah

2.

136

Kecenderungan
tingkat
kesadaran
terhadap
nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
berada di sekolah

3.

136

Kecenderungan tingkat kesadaran terhadap nilainilai moral pada siswa-siswa yang
sering me
ninggalkan sekolah dan yang sering berada
sekolah

di
137

Xlll

BAB

I

PERMASALAHAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Siswa-siswa SMA dapat dipandang sebagai generasi muda
yang

mengemban tugas dan tanggung jawab bangsa

Indonesia
penerus

di masa yang akan datang. Sebagai
cita-cita

berbagai

bangsa

pengetahuan,

selayaknyalah

ketrampilan

dan

dan

negara

generasi

dibekali

sikap

muda
dengan

yang

dapat

mencerminkan kepribadian bangsa. Karena itu, nilai-nilai dan
norma-norma

yang

dijunjung tinggi

oleh

bangsa

Indonesia

perlu diwariskan kepada mereka.

Salah satu nilai dasar yang diharapkan terbentuk pada
setiap

warga

Pembentukan
nilai

negara Indonesia

adalah

nilai-nilai

sikap atau perilaku yang sesuai

moral kepada anak-anak yang sedang

sosialisasi

dan

internalisasi

merupakan

dengan

nilai-

menjalani

proses

suatu

hal

penting mendapat perhatian, karena anak-anak yang
remaja,

seperti

moral.

siswa-siswa SMA, masih berada

yang

tergolong
dalam

masa

perkembangan baik fisik, mental, maupun moral.

Dipandang

dalam

dari sudut kebudayaan

peranan

pendidikan

pembinaan sikap dan prilaku moral di kalangan

merupakan upaya peralihan isi-isi kebudayaan kepada

remaja
anggota

masyarakat (anak-anak didik). Dalam hal ini peran pendidikan

adalah memperkenalkan, memilih, merawat, meneruskan,
lah

mengo-

dan mengembangkan seluruh hasil pikiran, kemampuan

perasaan manusia (Daoed Joesoef,

bahwa

1978:IV & 55). Ini

pembinaan dan pengembangan moral di

dan

berarti

kalangan

remaja

harus pula dilihat sebagai suatu proses transformasi budaya,
proses

sosialisasi, dan proses internalisasi

maupun

moral bagi anak-anak didik. Dalam hal ini

moral

pada ank didik perlu diperhitungkan

yang

mempengaruhi

faktor

itu

perkembangan

moral

nilai,

morma

pembinaan

berbagai

seseorang.

berasal dari dalam diri dan berasal

faktor
Faktor-

dari

luar

diri anak didik, seperti keluarga, sekolah dan faktor-faktor

sosial budaya yang melatarbelakangi kehidupan seseorang.
Di kalangan anak-anak didik masih tampak adanya sikap
yang acuh tak acuh, masa bodoh, dan sikap yang tidak
terhadap

masalah-masalah

sosial yang

terjadi

maupun

di

masyarakat. Boleh jadi sikap ini

fleksi

dari pada kemampuan pribadi seseorang

banyak

dibentuk oleh faktor sosial budaya

di

peduli
sekolah

merupakan
yang

re-

sedikit

setempat,

yaitu

budaya hanya menerima apa adanya, tidak berpikir untuk
esok

(masa

masyarakat
berbagai

faktor

depan) yang telah tertanam

dan

berakar

setempat. Dipihak lain, nilai-nilai
intrumen

yang

dalam masyarakat

merupakan

ikut dipertimbangkan seseorang

mengambil keputusan untuk bertindak.

hari
dalam

budaya
salah

(siswa)

dan
satu

dalam

Sementara itu, keluarga sebagai lingkungan anak yang /
terdekat

dengan orang tua yang dijadikan tokoh yang

mempengaruhi

interaksi

bagi

perkembangan anak, dalam

hal

sangat

ini

pola

orang tua dengan anak, harapan-harapan orang

tua

(keluarga) yang merupakan refleksi dari budaya yang ada

dan

berlaku

dan

di dalam masyarakat ikut membentuk pola

perkembangan

kian,

moral anak-anak didik tersebut.

Dengan

demi-

yang

dimi-

pembinaan

moral

lingkungan keluarga dan referensi budaya

likinya

akan mempengaruhi terhadap proses

pikir

seseorang.

Sedangkan

budayanya

didik.
pada

Ini

akan

sekolah

dengan

seperangkat

ikut pula bersosialisasi

berarti bahwa program sekolah

nilai-nilai

dengan

anak-anak

harus

ditujukan

upaya penciptaan masyarakat belajar dan berusaha

jadikan sekolah sebagai teladan bagi masyarakat

men-

sekitarnya.

Yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah sekolah

sudah

siap untuk mewujudkan perannya sebagai pusat kebudayaan ?
Pertanyaan

mendasar ini muncul setelah melihat

disi sekolah dewasa ini yang masih menunjukkan adanya

lah

tanpa keteraturan budaya, seperti banyaknya siswa

kon-

geja-

yang

berkeliaran di luar sekolah, bertebarannya jualan

disekitar

sekolah (tanpa ketertiban) sehingga anak-anak yang

memiliki

uang dapat jajan seenaknya, sementara yang tidak punya

menjadi

penonton

yang setia. Gejala ini

langsung

uang

ataupun

tidak

langsung

kalangan

akan

menimbulkan

kecemburuan

sosial

anak-anak didik. Dalam keadaan seperti

ini,

sekolah dituntut untuk berbuat lebih banyak dari pada

di

maka
orang

tua, mengingat sekolah sebagai pusat kebudayaan harus mampuh
memberikan

anak

landasan budaya yang kuat bagi

kehidupan

anak-

didik dimasa yang akan datang, sehingga mereka

mampu

menghadapi dan mengantisipasi berbagai perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat.

Tak
formasikan

institusi
nilai-nilai

dapat disangkal bahwa nilai-nilai yang
kepada

anak-anak

didik

melalui

ditrans- iinstitusi-

pendidikan yang diutarakan di atas, dapat
positif maupun negatif. Hal ini

tidak

berupa
menutup

kemungkinan terjadinya benturan-benturan nilai dalam
rakat.

Yang dikawatirkan jangan sampai nilai-nilai

masya
negatif

ini menjadi referensi anak-anak didik dalam bertindak.

nilai-nilai

negatif ini akan memungkinkan mereka

Sebab

melakukan

tindakan-tindakan yang melanggar nilai, norma dan moral yang
berlaku dalam masyarakat. Pada dasarnya tindakan seperti ini
tidak diinginkan oleh semua pihak,

karena dapat

menimbulkan

berbagai permasalahan dalam masyarakat. Dikhawatirkan jangan
sampai

anak-anak lebih jauh meninggalkan

diharapkan

terbentuk,

tumbuh

dan

nilai-nilai

berkembang

dalam

yang

diri

mereka. Memang ada suatu kerisauan di kalangan tenaga pendidik,

orang tua, dan masyarakat,

ilmuwan

tentang

bahkan pemerintah serta kaum

prilaku siswa yang akhir-akhir

ini

mulai

meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di sekolah dan

masya

rakat. Kekhawatiran semacam ini telah terungkap di' berbagai
media massa

seperti yang dimuat diharian

Kompas

tentang

pernyataan Kakanwil Depdikbud DKI, bahwa kualitas dan

titas

kenakalan

pelajar cenderung meningkat

kuan-

(Kompas,

29

Nopember 1989). Dari segi kuantitas jumlah kasus yang dibuat
kaum pelajar pada tahun 1989 meningkat lebih dari 500%

bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 1.117 kasus pada
tahun

1989

korban

dari 207 kasus tahun

1988.

Secara

kenakalan kaum pelajar meningkat pula

kualitatif

(Anton

Taba,

1990:4).

Data-data yang dikemukakan di atas menunjukkan, bahwa

di kalangan remaja, terutama siswa-siswa SLTA, mulai
norma

dan

nilai-nilai

moral

yang

dilanggar

banyak
ataupun

ditinggalkan. Perbuatan-perbuatan tersebut dapat digolongkan

ke dalam

bentuk kenakalan remaja.

dimaksudkan

di

bertentangan

sini

yaitu

dengan

nilai,

Kenakalan

suatu

remaja

yang

bentuk perbuatan

yang

norma,

ataupun

ketentuan-

ketentuan yagn berlaku, di mana pelakunya adalah siswa-siswa

SMA. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenakalan
merupakan

1980:46),

James

bentuk

"perilaku

menyimpang"

atau "perilaku nakal" (Sikun

Coleman

mendeskripsikan

dan

William,

E.

arti

kenakalan

itu

remaja

(Sinolungan,

Pribadi,

Broen
sebagai

1987:49).

(1974:373)
berikut:

"Delinquent behavior may range from truancy incorrigibility,

and

the use of illegal drugs to homicide and other

offenses".

criminal
oleh

Perilaku nakal yang

sering

remaja, khususnya para pelajar SMA antara

serious

dilakukan

lain

"suka

membolos dari sekolah" (Sikun Pribadi, 1987:49-51)

Sifat
dilakukan

oleh

hadir harian

hadir

membolos

ini

merupakan

gejala

nyata

siswa-siswa SMA. Ini terlihat

dan daftar hadir jam pelajaran.

dari

daftar

Dalam

daftar

tersebut ditemukan catatan berupa huruf "B"

pada

beberapa

dicatat

dengan

orang siswa dan ada juga
huruf "a" (alpa).

dari

Menurut

yang

(bolos),

mereka

yang

informasi

dari

ketua kelas, dan guru kelas bahwa siswa-siswa tersebut lebih

banyak
waktu

waktunya

berada di luar

kelas

(sekolah).

Artinya

belajarnya di sekolah lebih banyak digunakan di

sekolah.

Siswa-siswa

ini

dapat

ditemukan

di

luar

stasiun,

kompleks pertokoan di tempat-tempat rekreasi, dan di kantinkantin

sekitar sekolah.

Karena mereka sudah berada di

luar

sekolah maka perilaku mereka tidak dapat dikontrol lagi. Hal
ini disebabkan karena mereka sudah berada di luar pengawasan
guru-guru

di sekolah. Keadaan ini

memungkinkan

terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan, seperti melakukan

perbuatan-

perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral, atau

ketentuan-

ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat. Sedangkan siswasiswa

yang

berada

di

sekolah

tindakan

mereka

dikontrol, karena di sekolah ada aturan, dan ada

dari

guru

kelas, piket, dan wali kelas,

dimana

sering

pengawasan

perbuatan

mereka diarahkan pada hal-hal yang sifatnya positif. Artinya
perilaku

mereka sesuai dengan nilai-nilai

dan

norma-norma

yang berlaku di sekolah. Ini bukan berarti bahwa siswa-siswa
yang

aktif

memiliki

mengikuti berbagai kegiatan

kematangan

moral.

Sebab

di

mereka

sekolah

juga

sudah

memiliki

berbagai pertimbangan dalam mengikuti atau mematuhi berbagai
peraturan yang berlaku di sekolah. Begitu juga dengan siswa-

siswa yang sering meninggalkan kelas (sekolah). Mereka

juga

memiliki berbagai alasan yang dapat dipertimbangkan, mengapa
mereka meninggalkan/melarikan diri dari sekolah.

Memang

siswa-siswa

sekolah

harus

diakui

bahwa,

bagaimanapun

itu (apakah dia siswa yang sering

atau

siswa

yang sering hadir

di

keadaan

meninggalkan

sekolah,

tetap

memiliki kesadaran akan baik dan buruk. Karena kesadaran ini
merupakan

suatu

menentukan
berbagai

pilihan

besar

(siswa)

masyarakat.

dan

tindakan,

persoalan.

kemungkinan
anak

daya yang ada pada diri manusia

Apabila daya

ia
ini

berhadapan

sebagai

lembaga

dengan

dikembangkan

bagi

perkembangan

akan berakibat buruk

itu sendiri, dan

dalam

tidak

kehidupan

sosialnya

Sehubungan dengan hal tersebut,

sekolah

peranannya

bila

di

pendidikan

maka

dalam

keluarga

sangat

besar

dalam mengubah dan meningkatkan kesadaran

moral

dan perilaku anak didik. Dalam arti merubah anak-anak

didik

memiliki

yang

dan meningkatkan kesadaran tentang yang

buruk.

Harapan

ini

merupakan

salah

baik

satu

dan

tugas

pendidikan

umum, seperti yang dikemukakan oleh

John

Raven

(1977:156-157), Poedjawijatna (1986:26-27), Winarno Surahmad

(1989:6),
dengan

bahwa

tugas

pendidikan

umum

upaya pembinaan generasi muda

yang

berhubungan

adalah

mengembangkan

dan meningkatkan kematangan moral kepada setiap individu.

Dalam

rangka meningkatkan kemantapan

anak-anak

didik,

kesadaran

moral pada siswa-siswa SMA. Hal

agar

maka perlu

diungkapkan

pembinaan moral pada siswa-siswa SMA

dengan

baik.

penelitian

Oleh

sebagai

nilai-nilai

moral

karena

itu

berikut:
pada

moral
tentang
ini

siswa-siswa

dapat

dilakukan

satu

kesadaran
SMA

tingkat

dimaksudkan

dirumuskan

"Tingkat

kepada

topik
terhadap

yang

sering

meninggalkan kelas atau sekolah di SMA Kotamadya Bandung".

B. Perumusan dan Analisis Masalah

Masalah

merupakan

dapat

ini

masalah

diteliti

berbeda.

kesadaran siswa terhadap

dan

nilai-nilai

yang luas karena mengandung

dibahas

dari

berbagai

Karena itu untuk menganalisis

aspek

yang

dimensi

yang

masalah

perlu ditetapkan suatu rumusan permasalahan

dijadikan

fokus penelitian. Fokus

akan

penelitian

ini adalah: "Sampai pada tingkat manakah kesadaran

sekolah di SMA>Kotamadia Bandung?"

penelitian

yang

permasalahan

nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering

moral

terhadap

meninggalkan

Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

roenganalisis

dalam

masalah tersebut. Pertama, masalah siswa

yang

sering meninggalkan sekolah dan siswa-siswa yang sering ber

ada

di Sekolah. Kedua, masalah tingkat

kesadaran

terhadap

nilai-nilai moral, ketiga, masalah moral dan perilaku moral.

a. Masalah siswa yang sering meninggalkan sekolah.
Setelah

dan

daftar

hadir jam pelajaran, tampaknya ada siswa yang jarang

bahkan

ada

yang sama sekali tidak mengikuti

sekolah.

Ada

mengikuti
dan

mempelajari daftar hadir harian

beberapa hal yang

kegiatan-kegiatan

menyebabkan

di

mereka

tidak

kegiatan-kegiatan di sekolah, yaitu sakit,

izin,

alpa termasuk mereka yang keluar secara diam-diam

dari

sekolah.

Yang menjadi perhatian dalam studi ini adalah

siswa

yang

sekolah,

suka

meninggalkan

atau

melarikan

karena siswa-siswa ini sengaja tidak

siswa-

diri
masuk

atau meninggalkan sekolah tanpa diketahui oleh ketua
guru-guru,

dari

bahkan ada yang tidak diketahui oleh

kelas

kelas,

orang

tua

mereka masing-masing. Mereka ini lebih senang berada di luar

sekolah
berbagai

dapat

daripada mengikuti kegiatan-kegiatan
kegiatan

lain di

sekolah.

belajar

Siswa-siswa

ditemukan di tempat-tempat umum, seperti

di

tersebut

tempat-

tempat rekreasi, pasar, kompleks pertokoan, bahkan ada
ditemukan

di

kantin-kantin yang ada

di

sekitar

atau

yang

sekolah.

10

Memang diakui, bahwa tidak semua mereka yang berada di

luar

sekolah

suka

dimasukkan

meninggalkan

atau

disebabkan,
alasan

sekolah
sering
ikut

dalam

melarikan

kelompok

siswa

yang

diri dari

sekolah.

Hal

karena siswa-siswa tersebut

memiliki

berbagai

yang

dikatakan

ke

dapat

sebagai

dipertimbangkan.
siswa

yang seuka

Mereka

yang

melarikan

dapat

diri

dari

dalam penelitian ini adalah mereka yang sering
sekali meninggalkan sekolah, karena

malas

tidak

ada

guru,

jengkel

kepada

pula

tidak

sama.

meninggalkan

Ada

yang

sekolah

meninggalkan/tidak

membolos
8-13

masuk

ditemui

meninggalkan

1-7
hari,

dan

di

rumah.

ditelusuri dari daftar hadir harian

bahwa frekuensi siswa yang suka

luar

guru-guru

sekolah, kurang mendapat perhatian dari orang tua di
Apabila

dan

belajar,

teman, senang bersama-sama dengan teman-teman di

sekolah,

ini

sekolah

hari,

ada

yang

ada

pula

yang

sekolah sampai 14-20

hari

dalam

sebulan.

Dari

data-data

dimengerti

bahwa

siswa-siswa

SMA,

yang diungkapkan

perilaku

tidak

bolos

yang

dilakukan pada

di

atas

dapatlah

ditunjukkan

waktu

yang

sehingga frekuensi bolosnya tidak sama pula. Artinya

oleh

sama,
jumlah

jam dan harinya berbeda. Oleh karena itu tindakan siswa yang
sering meninggalkan kelas/sekolah membolos dalam

ini

dikelompokkan

sekali

ke

dalam tidak

bagian,

14 - 21 hari, sering kali 8-13 hari,

penelitian

yaitu:

dan

sering

kadang-

11

kadang 3-7 hari dalam sebulan. Bila diprosentasikan,
siswa-siswa yang meninggalkan sekolah dalam
diperincikan
26,92%,

sebagai

sering

mencapai

berikut: (a)

siswa-siswa

sebulan

kadang-kadang

kali 30, 76% - 50%, dan (c)

53% - 76,92%. Perhatian studi ini

yang

masuk

katagori sering

maka
dapat

11,5%

sering

sekali

ditujukan

kali

dan

-

pada

sering

sekali meninggalkan sekolah tanpa pemberitahuan kepada ketua
kelas, guru ataupun kepala sekolah.

Perilaku

yang

ditampilkan

oleh

siswa-siswa

sering kali meninggalkan kelas ini merupakan suatu
yang

melanggar peraturan sekolah. Artinya

tidak

tindakan

perilaku

lagi mengikuti nilai dan norma yang ada

di

yang
mereka

sekolah.

Yang dikhawatirkan kepada mereka yaitu jangan sampai

mereka

terlibat pada perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai-nilai

moral

yang berlaku di masyarakat, sebab mereka

diawasi

oleh guru-guru di sekolah.

Sebaliknya

tidak

lagi

siswa-siswa

yang berada di sekolah, perilakunya lebih banyak dipengaruhi
oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di sekolah. Di

samping
piket,

itu mereka sering dikontrol oleh guru
wali

kelas

dan ketua

kelas,

sehingga

kelas,

guru

perbuatan-

perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai, norma-norma, dan
moral memungkinkan kurang terjadi.

Tindakan-tindakan siswa tersebut tidak terlepas

kemampuan

adalah

yang

dimilikinya.

kemampuan

menilai,

Kemampuan

kemampuan

yang

dari

dimaksudkan

mempertimbangkan

12

terhadap

dasar

nilai-nilai

untuk

ditampilkan
sadar.

moral yang

bertindak.
oleh

Artinya

Dengan

nantinya

akan

demikian

perilaku

seseorang, kemungkinan
ia dapat mengetahui dan

dijadikan

yang

dilakukan
merasakan

secara
akibat-

akibat yang akan ditimbulkan oleh perbuatannya itu.

b. Tingkat Kesadaran Terhadap Nilai-nilai Moral

Kesadaran

ini erat kaitannya dengan
Kemampuan

yang

kemampuan

dimiliki

seseorang.

dimaksudkan

kemampuan

menimbang dan menilai terhadap sesuatu

yang
adalah

hal

yang

baik dan yang buruk. Setiap individu yang memiliki kemampuan
ini, akan mampu menilai dan memilih mana tindakan yang

baik

dan mana tindakan yang benar atau salah.

yang dimaksudkan dalam tulisan ini

adalah

suatu keadaan di mana seseorang menerima nilai-nilai

moral,

Kesadaran

dapat

mengerti, memahami, mengakui dan menghormati

orang

lain

dan dapat dinyatakan kembali

pilihan-pilihan

tindakan

tertentu. Ada

ke

dua

hak-hak

dalam

bentuk

fungsi

pokok

dalam aspek kesadaran ini yaitu pikiran dan perasaan. Kedua-

duanya

bekerja

dengan cara memberikan

penilaian

terhadap

suatu objek. "Pikiran memberikan penilaian atas dasar

benar

dan

dasar

salah.

menyenangkan

Sedangkan

perasaan

atau tidak menyenangkan"

menilai

atas

(Sumadi

Suryabrata,

1984:114-115). Oleh karena itu kesadaran ini dapat dikatakan

daya-daya yang terdapat dalam diri seseorang yang

berfungsi

13

dalam mempertimbangkan dan memutuskan tentang penerimaan dan
pengamalan

nilai-nilai

Poedjawijatna,

tindakan
tindakan

moral

"kesadaran

kongkrit

untuk

dalam

moral

Atas

seseorang

dasar

akan

memberikan

tertentu tentang baik dan

hidupnya.

berfungsi

keputusan

dalam

terhadap

buruk".

itulah dapat dikatakan,

disadari

Menurut

bahwa

sebagai perbuatan-perbuatan

perilaku

yang

bagi

sipelaku mempunyai arti yang subjektif. Artinya perilaku itu
didorong

yang

oleh suatu motive

menjadi

dibuatnya

orientasi kesadaran akan arti dari

itu.

unsur-unsur

yang disadari sebagai

apa

yang

akan

ditelaah

dari

dianggap menjadi kekuatan

internal

bagi

Tingkat kesadaran ini

yang

sesuatu

seseorang

berperilaku.

pembagian

tingkat kesadaran ini adalah teori Kohlberg

membagikan

tahap

Unsur-unsur

yang

dijadikan

enam tahap perkembangan moral seseorang.

dasar

yang
Keenam

itu adalah (1) Obedience punishment orientation,

(2)

Instrumental relativism, (3) Good boy-nice girl orientation;
interpersonal

concordance, (4) Authority and

social

maintaining orientation, (5) Social legalistic

order

orientation,

(6) Concience or principles orientation (Lawrence

Kohlberg,

1975:72).

Pertimbangan-pertimbangan

yang mendasari

dipilihnya

teori Kohlberg ini adalah sebagai berikut:

1. Bahwa,

perkembangan

moral

manusia

seirama

perkembangan kesadaran moral manusia (Driyarkara,

dengan
1978),

.14

yaitu dari kesadaran pra-moral ke kesadaran moral otonom.

Penelusuran

tentang tingkat perkembangan kesadaran

akan

nilai-nilai moral pada seseorang, tidak saja hanya sampai
pada

apa yang baik atau yang buruk, melainkan

seseorang

buruk.

sampai pada suatu keputusan tentang

Bernhard Keiser (1987). dan

menyebutnya

yang

bagaimana
baik

Poespoprodjo

sebagai kesimpulan dari pemikiran

ditarik

dari

prinsip-prinsip

dan

(1986)

terdahulu

yang

nyata

kebenarannya. Jadi yang diselidiki di sini adalah alasan-

alasan yang dibuat setiap orang untuk sampai kepada suatu

keputusan

atau

tindakan. Penyelidikan

alasan

yang dibuat seseorang sangat

konsep

"moral

dikemukakan
Kohlberg

reasoning"
Kohlberg

telah

atau

penalaran

disebabkan

seseorang.

penalaran

kematangan

dengan

moral

Nasution

bahwa

terdapat

oleh faktor usia dan

faktor

perbedaan
Perbedaan

lingkungan

Menurut Kohlberg orang yang mencapai

moral yang tinggi, berarti orang itu

kurang

matang

Dengan kata lain, orang yang mencapai

tingkat

penalaran moral (pertimbangan moral) yang tinggi

berarti

moralnya.

orang

dan

rendah

orang

memiliki

tingkat

moralnya

Sebaliknya

tingkat

yang

penalaran

moralnya.

yang
(1989).

individual dalam kecepatan perkembangan moral.

ini

alasan-

berhubungan

(1972;1984),

menemukan

tentang

dikatakan

itu memiliki tingkat kesadaran moral

orang yang tingkat penalaran moralnya

yang

tinggi

rendah

dapat

15

dikatakan

pula tingkat kesadaran akan nilai-nilai

moral

adalah rendah pula.

2. Teori

perkembangan

berdasarkan

teori

penerapannya

telah

dalam

diperkuat

moral dari

Dewey

Kohlberg

dan Piaget

berbagai kondisi

oleh

Kohlberg

telah

yang

disusun

telah

diuji

sosio-budaya,

melalui

dan

penelitian-

penelitian "Cross cultural" dibeberapa negara, dan studi-

studi eksperimental yang cukup lama melalui

penyelidikan

longitudinal (Kohlberg 1984). Dengan demikian,

penerapan

untuk kondisi Indonesia diasumsikan sesuai pula.

3. Teori perkembangan kesadaran moral ciptaan Kohlberg
bersifat

universal

ini, sangat

tepat

digunakan

penelitian ini, mengingat latar belakang dan
orang

tua

dan

berbeda-beda.

guru-guru di

sekolah

dalam

sosialisasi

tidak

Di samping itu, bila ditinjau

yang

sama

dari

atau

teori

perkembangan kognitif dan perkembangan moral Piaget, maka
remaja sudah mencapai perkembangan taraf berpikir formaloperation. Jadi memungkinkan penerapannya bagi
remaja,

anak-anak

khususnya siswa-siswa SMA.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

kan

di

atas, maka dalam penelitian

ini

akan

dikemuka

menggunakan

teori Kohlberg sebagai dasar (alat) pengukuran tentang ting
kat

kesadaran terhadap nilai-nilai moral

pembolos
Oleh

pada

siswa-siswa

dan non-pembolos di SMA Negeri Kotamadia

karena itu tingkat kesadaran dalam tulisan ini

Bandung.
adalah

16

sebagai berikut:

1.

Kesadaran yang berorientasi pada kepatuhan dan

Ini

berarti yang terjadi pada siswa hanya

hukuman.

proses

peniruan

atau hanya sekedar ikut apa yang ditunjuk atau dierintahkan.

Ada juga tindakan atau perbuatan yang dibuat oleh orang lain
diterima dan diikuti begitu saja tanpa mempertimbangka

baik

buruknya atau risiko-risiko yang akan diterimanya nanti.
2 Kesadaran yang timbul atas dasar kepentingan pribadi
kepentingan

hanya

dirinya

sendiri.

Artinya

nilai-nilai

atau
dibuat

untuk mematahui kepentingan dirinya sendiri. Hal

ini

berarti pula, bahwa sesuatu dianggap baik bila berguna untuk
membawa

kebaikan

membantu

temannya

bagi

dirinya.

membuat

Misalnya

pekerjaan

seorang

siswa

(PR),

dengan

rumah

harapan dikemudian hari temannya itu akan membalasnya dengan
cara

yang sama, bahkan melebihi dengan apa yang

berikan

pada

menerima

dan

temannya itu. Jadi tahap ini,
menerapkan

nilai-nilai

pernah

seseorang

moral

itu

ia

mau

apabila

berguna dan menguntungkan bagi dirinya sendiri.
3. Kesadaran

atas

Perbuatan-perbuatan
pada

dasar

kekompakan

dan

yang ditampilkan oleh

konformitas.

siswa

upaya untuk menyenangkan hati orang lain dan

ditujukan
diterima

oleh orang lain.

Di sini anak didik atau siswa berusaha agar disenangi
orang lain dan menunjukkan dirinya sebagai yang paling
di

antara

teman,

saudara, dan

masyarakat.

Jadi

ia

baik
mau

17

menerima

dan

mengamalkan

diterima

dan

disenangi

nilai-nilai

oleh

itu,

apabila

orang-orang

yang

ia

ada

disekelilingnya.

4.

Kesadaran

karena
tahap

pada

bahwa nilai-nilai

adanya

dibuat

aturan-aturan yang

dan

pemerintah

menerima

yang telah

moral

ditetapkan,

didasarkan

undang-undang,

atasan atau otoritas. jadi siswa-siswa

nilai-nilai

Pada

mengikat/mengatur.

ini kesadaran terhadap nilai-nilai

aturan-aturan

dilaksanakan,

itu disebabkan

adanya

itu

mau

aturan-aturan

atau kekuatan-kekuatan dari luar yang mengikatnya.

5.

Kesadaran

aturan

bahwa nilai-nilai moral

bukan

lagi

atau dikehendaki dari kekuatan-kekuatan

dari

melainkan

nilai-nilai itu dibuat untuk kepentingan

dan

dasar

atas

persetujuan bersama.

sebagai

Artinya

luar,
bersama

dibuat

dan

dilaksanakan atas dasar kepentingan individu dan kepentingan
bersama.

6. Kesadaran yang timbul berdasarkan suara hati. Ini berarti

sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilihnya sendiri.

Jadi tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan

pribadi

atau kekuatan-kekuatan dari luar, melainkan didasarkan

pada

otonomi yang berasal dari anak itu sendiri.

Tahap-tahap

memiliki
berbeda.
menuntut

ini

siswa

akan

tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai moral

yang

Adanya
pula

menunjukkan

tingkatan

penanganan

bahwa

kesadaran
atau

setiap

moral

perlakuan

siswa

yang

ini,

berbeda.

18

Misalnya

seseorang siswa yang

berorientasi

besar
ada.

memiliki

kesadaran

pada aturan-aturan yang mengikat,

yang

kemungkinan

ia akan melakukan sesuatu menurut aturan-aturan
Dengan

terhindar

kata lain ia akan melakukan

sesuatu

dari hukuman. Hal ini akan berbeda

yang

agar

dengan

ia

siswa

yang memiliki kesadaran yang berorientasi pada prinsip etika
yang berlaku. Siswa yang memiliki kesadaran ini akan berbuat
sesuatu menurut nilai-nilai moral yang secara hakiki melekat

pada setiap manusia, artinya perbuatannya itu ditujukan pada
upaya

yang

membela hak-hak asasi manusia. Untuk menangani

pertama

tentunya

harus

dilakukan

dengan

siswa

hukuman,

sedangkan orang yang kedua tidak perlu menggunakan sesuatu.
Dengan demikian kesadaran ini, tidak secara

otomatis

diperoleh setiap siswa, melainkan kesadaran ini harus diakui
sebagai

siswa

interelasi

banyak faktor yang

berasal

itu sendiri dan dari luar diri siswa,

dari

seperti

ling

kungan sosial, keluarga, dan lain-lainnya. Oleh karena
melalui

penelitian ini akan dicoba

mengungkapkan

tingkat

kesadaran akan nilai-nilai moral

pada

diri

itu,

mengenai

siswa-siswa

yang sering meninggalkan sekolah dan siswa-siswa yang sering

berada

di sekolah. Artinya, apakah siswa-siswa

yang

dalam

pengalamannya sering menerima dan melaksanakan norma,

nilai

dan moral yang berlaku di sekolah memiliki tingkat kesadaran

moral
berada

yang

lebih

baik daripada

siswa-siswa

di luar sekolah? Kemudian akan dikaji

yang

sering

faktor-faktor

19

yang berhubungan dengan tingkat kesadaran mereka terhadap
nilai-nilai moral.

Dalam penelitian

ini perbedaan ini

variabel untuk melihat tingkat

akan

dijadikan

kesadaran siswa terhadap

nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
c

Masalah perilaku kesadaran moral

Tindakan

atau

perilaku

seseorang

didorong

berbagai

faktor yang

ada di dalam dan di

Perilaku

siswa di sini adalah perilaku yang terjadi

didorong oleh suatu motive

oleh

luar dirinya.

yang mendasari sebagai

karena
sesuatu

yang menjadi orientasi kesadaran akan arti perbuatannya itu.

Dalam hubungan dengan tulisan ini berarti dorongan-dorongan
untuk

melakukan hal-hal yang baik atau hal-hal yang

sesuai

dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Perilaku

adalah

suatu

disadari
sebagai

kesadaran

bentuk

sebagai

moral yang dimaksudkan

tindakan atau

suatu

kewajiban

perbuatan
dan

sini

siswa yang

tanggung

manusia yang hidup di tengah-tengah

di

jawabnya

manusia

lain.

Ini berarti bahwa, ia dapat mengetahui serta merasakan bahwa

perbuatannya

itu

orang

Dengan demikian perilaku kesadaran

lain.

berkenaan

dengan

baik, menyenangkan
perilaku yang sesuai

dan

tidak

dengan

merugikan
moral

ini

nilai-nilai

moral yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Nilai-nilai ini tidak terlepas dari hak yang dimiliki
oleh

setiap manusia dan kewajiban yang harus

dilaksanakan-

20

nya. Ada empat kelompok hak-hak yang dimiliki manusia

hak

asasi) yaitu "(1) hak-hak asasi negatif

(2)

hak-hak asasi aktif atau demokratis, (3) hak-hak

positif

(4)

hak-hak asasi sosial"

(Franz

atau

(hak-

liberal,

Magnis

asasi

Suseno,

1988:126-129).

Hak-hak asasi negatif atau liberal ini, merupakan hak

pribadi

seorang. Dasar etis dari hak-hak asasi negatif

ini

adalah tuntutan agar otonomi setiap orang atas dirinya

sen

diri

oleh

dihormati.

orang

atas

Artinya ia harus bebas dari

paksaan

lain dan masyarakat. Hak-hak asasi ini meliputi:

hidup, keutuhan jasmani, bebas bergerak,

perlindungan

terhadap hak milik, hak untuk mengurus kerumahtanggaan

diri,

hak untuk memilih pekerjaan dan tempat

hak

tinggal,

sen

hak

atas kebebasan beragama, kebebasan berpikir, bebas berkumpul
dan

berserikat,

hak untuk tidak sewenang-wenang

dan

lain

asasi aktif atau demokratis didasarkan

pada

sebagainya.

Hak-hak

suatu

keyakinan

bahwa semua orang

sama derajatnya sebagai

manusia,

urusan bersama menjadi hak mereka semua,

termasuk

juga

kebebasan

asasi

pers,

hak untuk menyatakan pendapatnya,

hak untuk membentuk

di

sini

hak

atas

perkumpulan.

kelompok ketiga, meliputi hak atas

perlakuan

Hak-hak

hukum,

hak agar suatu pelanggaran terhadap hak-hak mendapat jaminan
suatu

keadilan. Sedangkan hak-hak sosial meliputi hak

jaminan-jaminan

sosial,

hak atas

pekerjaan,

hak

atas

pilihan

tempat

dan jenis pekerjaan, hak

mendapatkan

syarat-syarat

kerja yang memadai, hak atas upah yang wajar, dan lain sebagainya.

Hak-hak

asasi

yang dikemukakan di

atas

mengandung

makna bahwa setiap orang mempunyai kewajiban untuk melakukan

sesuatu

terhadap

menghormati

dan

orang lain. Artinya

setiap

menghargai terhadap apa yang

orang

wajib

menjadi

orang lain. Ada beberapa macam kewajiban yang harus

hak

dilaku

kan oleh setiap orang "(1) wajib terhadap orang lain (perorangan), (2) wajib terhadap orang lain dalam masyarakat,
wajib

terhadap Tuhan, (4) wajib terhadap

(Poedjawijatna,

Atas

dirinya

sendiri"

1986:64).

dasar uraian tentang hak dan kewajiban di

maka diturunkanlah beberapa nilai moral yang akan
titik

tolak pengembangan perilaku kesadaran

atas

dijadikan

moral,

nilai-

nilai itu adalah sebagai berikut: (1) menghormati hak
orang

(3)

lain, (2) menghormati hak milik orang lain,

hidup

dan

(3)

tanggung jawab dan kebersamaan.

Nilai-nilai

ini

tidak terlepas

dari

sifat

manusia sebagai mahluk individu, sosial dan sekaligus

kodrat

seba

gai mahluk Tuhan. Ini berarti bahwa setiap manusia mempunyai
hak

untuk dilindungi dan berkewajiban

menghormati

manusia lain (seseorang). Menghormati hak hidup orang

hak-hak

lain,

berarti juga menghormati martabat manusia sekaligus menghor
mati

kekuasaan Sang Pencipta. Dengan demikian,

nilai-nilai

22

itu dapat mengarahkan tujuan hidup manusia baik yang

bersi

fat religius, moral maupun sosial.
Nilai-nilai yang dikemukakan di atas, sekalipun seca

ra

terpisah,

satu

tetapi juga nilai-nilai itu

kesatuan

yang dapat menjelaskan

tetap

arti

merupakan

dari

kesadaran

moral seseorang. Artinya nilai-nilai

berkaitan

antara satu dengan yang lain.

perilaku

itu

saling

Unsur-unsur

nilai

tersebut dianalisis secara terpisah dimaksudkan untuk

lebih

mengkongkritkan
sehingga

makna

dan arti perilaku

kesadaran

moral,

dengan analisis tersebut dapat mengungkapkan

mas-

alah-masalah kongkrit sebagai masalah kesadaran moral.
1. Perilaku Kesadaran Terhadap Hak Hidup Orang Lain
Dalam melakukan suatu kewajiban sebagai manusia

sebagai siswa, ia diperhadapkan dengan manusia lain

atau

sebagai

perorangan ataupun sekelempok orang. Kewajiban ini ada

pada

setiap

juga

orang

mempunyai

hidup.

orang
berarti

(manusia),

hak.

dikarenakan

orang

lain

Hak yang tampak pada seseorang

Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban pada

untuk
ada

kewajiban,

menghormati

kehidupan

pengakuan terhadap

dan

persamaan derajat

orang

lain.
hak,

antar

manusia.

gangguan

penggunaan
hidup

orang

hak

orang lain.

Dan

sebagai

setiap individu tidak boleh

lain.

Dengan kata lain

hak

ini

persamaan

Sebagai

dilindungi

mahluk

sosial

melanggar
hidup

hak

setiap

Hal

persamaan

mahluk individu manusia mempunyai hak yang harus

dari

adalah

hak

seseorang

23

senantiasa

dibatasi

oleh hak orang lain.

Dengan

dalam hidup bersama dalam masyarakat tidak dapat

demikian

dibenarkan

seseorang menggunakan dengan leluasa segala haknya
menyinggung

perasaan

orang

lain

atau

sehingga

menganiaya,

atau

bertindak kejam terhadap orang lain.
Perilaku

kesadaran moral dalam menghormati hak hidup

orang lain, ditujukan pada hal-hal sebagai berikut: mengakui
dan

menghormati

seperti

persamaan

derajat

antar

sesama

manusia

dirinya sendiri, mengakui dan memperlakukan

setiap

orang tanpa membeda-bedakan.

Perilaku kesadaran setiap siswa terhadap

moral

tersebut,

tentunya tidak akan

sama,

nilai-nilai

karena

setiap

siswa memiliki kemampuan, minat, motivasi yang berbeda.

siswa

yang

melakukan perbuatan atau tindakan

yang

sesuai

dengan nilai-nilai moral tersebut didorong oleh orang
misalnya

orang

tua, guru, atau sekedar

melakukan

aturan

yang berlaku. Perilaku kesadaran semacam

berada

pada tahap yang keempat yaitu kesadaran

Ada

lain,
aturan-

ini

masih

atas

dasar

aturan yang berlaku.

2. Prilaku Kesadaran dalam Menghormati Hak Milik Orang lain

Setiap
sendiri,

ini

berhak

untuk

memiliki

barang,

maupun bersama-sama dengan orang lain.

diperlukan

hidup.

orang

Untuk

oleh setiap orang karena
memenuhi kebutuhan hidup

orang
ini,

baik

Hak

milik

itu

butuh

maka

manusia

berusaha sekuat tenaga untuk menghasilkan keperluan hidupnya

24

itu,

dan hasilnya menjadi milikinya.

Oleh karena itu

orang

wajib

lain,

hak milik seseorang tidak dapat diperlakukan

mena,

misalnya

seperti

dibela dan membela hak miliknya.

tindakan melenyapkan

mengambil secara paksa,

mengurangi

hak

sebagainya.

Dengan

milik

untuk

sesama manusia.

semenaseseorang

seperti merusak,

Untuk itu,

dan

dan

Tindakan seperti itu merupakan suatu

diwajibkan

kata

perampasan, pencurian,

milik tersebut,

terhadap hak manusia.

perbuatan

hak

setiap

lain

perkosaan

setiap orang dituntut

mengakui dan menghormati akan

atau

hak

milik

Artinya tidak dibenarkan seseorang melakukan

yang semena-mena terhadap hak milik

orang

lain.

Perbuatan semacam ini berarti melanggar nilai-nilai,

norma,

dan moral yang berlaku dalam masyarakat.

Di

kalangan

lingkungan

siswa-siswa SMA, baik

sekolah

maupun

yang

berada

yang
di

berada

luar

di

sekolah

cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang menghormati hak
milik

orang

berusaha

lain.

Ini terlihat dari perilaku

menghindar

dari

tindakan-tindakan

mereka

yang

perncurian,

perampasan, dan pengrusakan barang di sekolah maupun di luar
sekolah,

begitu

melakukan

juga

tindakan

keyakinan,

bahwa

tersebut

sudah

kewajibannya

untuk

siswa

melakukan

itu

menginginkan

sebaliknya.

Bagi

belum

merupakan

siswa-siswa

didorong

suatu

melakukan perbuatan itu.

balikan

perbuatan

dari

orang

tersebut

lain,

oleh

yang
suatu

tugas

dan

Mungkin

saja

karena

ia

ataukah

ia

25

melakukannya

karena

ingin mendapat perhatian

dari

teman-

temannya, agar ia diterima dengan baik oleh orang-orang yang

ada

disekitarnya. Perilaku semacam ini, masih

berada

pada

tingkat yang kedua dan ketiga, yaitu perilaku kesadaran atas
dasar kepentingan pribadi, dan perilaku kesadaran atas dasar
kekompakkan dan konformitas.

3. Perilaku Kesadaran terhadap

Tanggung

Jawab

dan

Keber

samaan

Nilai-nilai yang secara hakiki harus

dihormati

pula

adalah
dalam

kebersamaan.
kebersamaan

dilindungi

Nilai-nilai
ini,

terkandung

di

keselarasan

antara kepentingan perorangan

masyarakat,

dan

negara. Dalam kebersamaan

didahulukan

kepentingan
dan

diputuskan

bersama

yang

ataupun

golongan atau kelompok. Karena setiap

individu

ini

tunduk

melalui

kepentingan

mengandung

pribadi,

kelompok

bukan

adanya

kepentingan

ini

sikap dasar bahwa kepentingan dan keselamatan
harus

yang

yaitu
dan

dan

pada

kepentingan

bersama

suatu proses perdebatan

dan

yang

penilaian

bersama. Ini berarti pula sudah ada kesatuan pikir, kehendak
dan

kesatuan gerak,

dilaksanakan
sekelompok

bersama-sama. Jadi tidak ada

seseorang

seorangpun

orang yang mengingkari terhadap apa

diputuskan.

menghendaki

sehingga apa yang diputuskan itu

Dengan

pula
apa

sendirinya

adanya suatu

di

dalam

kejujuran,

yang telah diputuskan,

ia

yang

atau
sudah

kebersamaan

keyakinan
mau

harus

pada

melaksanakan

26

dengan

penuh tanggung jawab. Tanggung jawab dalam arti

yang

diputuskan

adalah

baik

adalah

baik, dan

apa

yang

dilaksanakan

untuk dirinya, dan baik terhadap

orang

Jadi tanggung jawab di sini selalu melihat dan

apa

yang

menjadi

bernilai
konsep

bagi

tugas dan

kepentingan

tanggung

jawab

kewajibannya,

bersama.

yang

lain.

melaksanakan

dan

apa

Disinilah

dikemukakan

apa

yang

pentingnya

oleh

Ki

Hajar

Dewantara (1977:469). Menurut Soepardjo Adikusumo (1989:37).
Istilah
kata

tanggung jawab

kunci

hidup

yang dikemukakan di atas

yang baku, karena setiap

individu

merupakan
tidak

bisa

sendiri dalam mengembangkan diri pribadinya. Hal

disebabkan
individu

karena setiap individu berada
lain.

Keberadaan ini

di

menuntut

ini

tengah-tengah

setiap

individu

memahami keberadaan dan kepentingan-kepentingan orang

lain.

Oleh

lahir

karena

itu pengembangan diri

pribadinya

baik

maupun bathin terkandung unsur tanggung jawab atas sesamanya

yaitu

sesama

mengemukakan
jawabkan

warga masyarakat. Dick
bahwa

segala

manusia

tindakannya,

yang

Hartoko
mampu

segala

(1987:23-25)

mempertanggung

kebebasannya bahkan

keterbatasannya sendiri adalah manusia yang paripurna

manusia

yang "memiliki" dirinya sendiri dalam

tetapi dalam

yaitu

kemerdekaan,

waktu yang sama tunduk secara sukarela

kepada

Tuhan sebagai nilai tertinggi. Dengan demikian manusia

yang

memiliki

yang

hidup

kesadaran akan nilai hidupnya adalah manusia

disatukan

demi

tujuan moral

dan

menghormati

akan

27

eksistensi orang lain sekaligus menjunjung tinggi nilai yang
tertinggi yang akan dilayaninya.
Perilaku

ditujukan

kesadaran

terhadap

kebersamaan

kepada kesadaran siswa dalam

di

mengikuti

sini

kegiatan

bersama, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keikutsertaan
siswa

dalam mendiskusikan suatu masalah,

persoalan,

dan

tanggung

jawabnya

memecahkan

dalam

suatu

melaksanakan

keputusan bersama.

Kembali pada persoalan yang dikemukakan di atas bahwa
siswa-siswa yang sering meninggalkan kelas atau sekolah

siswa-siswa

belakang
berada

yang sering berada di sekolah,

kehidupan

di

daripada

memiliki

yang berbeda. Siswa-siswa

sekolah

lebih banyak

siswa-siswa

yang

sering

latar

yang

berkecimpung

di

meninggalkan

dan

sering
sekolah

sekolah.

Lingkungan ini akan memberikan pengaruh pada seseorang untuk
keputusan terhadap sesuatu hal. Ini berarti

mengambil
bahwa

lingkungan kehidupan akan memberikan

seseorang

dalam

dikemukakan

Kohlberg

menyebabkan

keputusan
Kohlberg,

mengambil keputusan

adanya

bahwa

perbedaan

perbedaan

pada

seperti

yang

faktor

yang

moral,

"salah

satu

seseorang

moral adalah tempat kehidupan

pula

dalam

mengambil

mereka"

(Lawrence

1976:206-210).

Siswa-siswa yang lingkungan kehidupannya lebih banyak
di

sekolah,

moral

yang

diperkirakan akan memiliki

tingkat

lebih tinggi daripada siswa-siswa

kesadaran

yang

sering

28

meninggalkan

sekolah.

siswa-siswa

diawasi

oleh

diingatkan

dapat

guru-guru

akan

guru

di

sekolah.

nilai-nilai moral.

PMP, agama, PSPB,

Mereka

juga

banyak

moral

pendidikan

Ataupun

sekolah.

atau

ini

moral

guru

piket,

lain,

perilaku siswa-siswa yang sering meninggalkan sekolah

tidak

diawasi

dan aturan-aturan

dikontrol

Nilai-nilai

dll.

perilaku

Dipihak

lagi

sekolah

karena

berada di sekolah sering

diturunkan langsung dari guru-guru

seperti

kepala

yang

Hal ini disebabkan

oleh guru-guru sekolah, dan

kurang

mendapat

peringatan, sebagaimana yang dihadapi oleh siswa-siswa
berada

di

melakukan

sekolah. Ini bararti pula

bahwa

perbuatan-perbuatan

bertentangan

nilai-nilai

moral

siswa-siswa

yang

Pertanyaan

mendasar

sebagaimana

tingkat

yang

besar kemungkinan

terjadi

yang

luar

berada

yang

di

dapat diajukan

kesadaran terhadap

peluang

di

yang
untuk

dengan
kalangan

kelas/sekolah.
di

sini

adalah

nilai-nilai

moral

pada siswa-siswa yang sering meninggalkan kelas/sekolah? dan
bagaimana tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai moral

siswa-siswa

yang

lingkungan

kesadaran

tempat

terhadap

sering

berada

kehidupan

mereka

di

sekolah?,

apakah

mempengaruhi

tingkat

nilai-nilai moral? Untuk

itulah,

ditetapkan satu fokus permasalahan penelitian sebagai
kut "Sampai
nilai

moral

pada
pada

tingkat

pada

maka
beri-

manakah kesadaran terhadap nilai

siswa-siswa

yang

sering

meninggalkan

sekolah dan siswa-siswa yang sering berada di sekolah ?".

29

Permasalahan

ini

dibagi menjadi

tiga

sub

masalah

sebagai berikut:

1. Sampai

pada

tingkat

nilai moral pada

manakah

kesadaran terhadap nilai-

siswa-siswa

yang

sering

meninggalkan

sekolah?

2.

Sampai
nilai

pada
moral

tingkat
pada

manakah

kesadaran terhadap nilai-

siswa-siswa

yang

sering

berada

di

sekolah?

3. Apakah

terdapat

terhadap

nilai-nilai

meninggalkan
berada di

C.

sekolah

Terdapat

Pertama,

tingkat

kesadaran

dengan

siswa-siswa

yang

sering

?

Masalah

beberapa

masalah ini.

sebagai berikut

tentang

moral pada siswa-siswa yang sering

sekolah

Alasan Pemilihan

pemilihan

perbedaan

pertimbangan

yang

mendasari

Pertimbangan-petimbangan itu

adalah

:
pemilihan masalah ini bertolak

asumsi

bahwa

kesadaran yang dimiliki

unsur

utama

kewajiban

yang

dapat

dari

seseorang
dijadikan

suatu

merupakan
parameter

perkembangan kepribadian manusia.

Kedua,

Setiap

individu maupun

nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

masyarakat

Nilai-nilai yang diyakini

oleh setiap orang akan menjadi dasar dan kekuatan
perilaku
sesuatu

orang
nilai

itu.
akan

Ini berarti bahwa
mendasari

memiliki

kesadaran

seseorang

untuk

penggerak
terhadap
bersikap

30

ataupun
maka

berperilaku.
Dick

Hartoko

mengemukakan
selalu

bahwa

berakar

nilai,

(1987)

dan

perilaku

kepercayaan

dan

masyarakat

terhadap

ataupun

peningkatan

ataupun

individu

tradisi.

manusia

kesadaran

sesuatu nilai sangat

(1986)

masyarakat
tujuan,

karena

itu

individu

maupun

penting

artinya

manusia.

Soepardjo

(1989:35) menjelaskan bahwa kualitas sumber
harus dipahami dalam pengertian

terhadap

tersebut,

mengenai

Oleh

pengembangan kualitas sumber daya

Adikusumo

hal

Poedjawijatna•

individu

pada kesadaran

pembinaan

bagi

Dalam hubungan dengan

eksistensinya

sebagai

kesadaran

manusia.

daya

manusia

Kesadaran

akan

eksistensinya itu tercermin pada ikhtiarnya untuk memperkuat

ketahanan

dirinya

melaksanakan

agar

peranannya

lingkungannya, sehingga
hidupnya.
akan

dia bisa

menghidupi

dalam proses

berinteraksi

dengan

dalam

Kesadaran anak-anak didik terhadap sesuatu

nilai

dicapai

melalui

mempunyai

dan

makna

dapat

peranannya

dirinya

pendidikan

oleh

karena

itu

pendidikan harus berfungsi sebagai proses penyadaran. Proses

penyadaran ini harus ditujukan pada : (a) Pemberian
agar

manusia

sadar akan dirinya sendiri,

(b).

bantuan

Memberikan

bantuan agar manusia sadar akan lingkungannya, (c).
kesadaran

bahwa alam hidup kita dan hidup

Membina

sesamanya

dalam

naungan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketiga,
telah

banyak

Perkembangan ilmu pengetahuan dan
mempengaruhi

aktivitas

anak-anak

teknologi
didik.

31

Kemajuan
pikiran
SMA.

ini telah membawa beberapa hal
dan

tindakan generasi muda

yang

mempengaruhi

khususnya

siswa-siswa

Akibatnya banyak terjadi pemisahan di kalangan generasi

muda,

memberikan peluang kebebasan kepada

anak-anak

dan telah banyak merubah skop dan sifat kenakalan

didik
ini

yang masih duduk di SMA.
maka

tingkat

dalam penelitian
kesadaran

moral

anak-anak

Bertolak dari pokok

ini akan
pada

mencoba

didik

pikiran

mengungkapkan

siswa-siswa

yang

sering

meninggalkan kelas/sekolah.

Keempat,

meninggalkan

Dipilihnya

didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

(a).

Bahwa

yang

menentukan

disamping

SMA merupakan komponen
keberhasilan

pendidikan
karena

mereka

sebagai obyek pembangunan, juga berperan

sebagai

subyek pembangunan nasional,
Oleh

subyek

sering

ini

siswa-siswa

sebagai

yang

penelitian

ikut

sekolah

siswa-siswa

pendidikan,

khususnya di bidang pendidikan.

karena itu penanganan terhadap masalah yang muncul

kalangan

siswa-siswa

mengatasi

permasalahan

SMA

merupakan

suatu

pendidikan yang

lebih

upaya

siswa

yang non aktif dalam mengikuti berbagai

sekolah.

(b).
siswa-

kegiatan

di

Siswa-siswa ini banyak ditemukan di kalangan siswa-

siswa

yang sering meninggalkan kelas/sekolah

diam,

akibatnya citra siswa-siswa yang sering

sekolah

dalam

luas.

Kenyataan bahwa di kalangan siswa-siswa SMA terdapat

di

di

kalangan

remaja

(pelajar),

guru

secara

diam-

meninggalkan
dan

dalam

32

pandangan

masyarakat

seakan-akan

turun,

bahkan

ada

masyarakat dan pelajar yang telah "mencap" bahwa siswa-siswa
tersebut

sebagai siswa yang "tidak tahu aturan" dan

bermoral".

penyebab
berawal

Disamping

terjadinya
dari

sekolah.

itu,

berbagai

banyaknya

Hal

sekolah

jembatan

menuju

pada

kriminal

bahkan

dapat

penjahat.

meninggalkan
Pencegahan

siswa

dugaan

bahwa

kenakalan
yang

ini

remaja

merupakan

mengantar

ini

siswa-siswa

merupakan

terhadap
dari

nilai,

sering
khusus.

yang

sering

upaya

yang

keluhan-keluhan

perbuatan-perbuatan
norma dan moral

atau

menjadi

yang

suatu

strategis untuk memperkecil atau mengurangi
masyarakat

itu

perlu mendapat perhatian

perilaku

sekolah

sering

vandalisme,

Oleh karena itu siswa-siswa

terhadap

luar

awal

yang

anak-anak

di

yang

langkah

satu

(pelajar)

berkeliaran

tindakan-tindakan

sekolah ini,

meninggalkan

menyimpang

salah

ini menunjukkan juga bahwa siswa

meninggalkan

seorang

ada

"tidak

siswa

yang

yang

berlaku

di

se