CAPAIAN LITERASI SAINS SISWA SMAN DI KOTA PADANG DALAM PISA-KIMIA DITINJAU DARI BENCHMARK NASIONAL DAN INTERNASIONAL.

(1)

CAPAIAN LITERASI SAINS SISWA SMAN DI KOTA PADANG DALAM PISA-KIMIA DITINJAU DARI BENCHMARK NASIONAL DAN

INTERNASIONAL

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia

Oleh Seprianto NIM 1201421

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

CAPAIAN LITERASI SAINS SISWA SMAN DI KOTA PADANG DALAM PISA-KIMIA DITINJAU DARI BENCHMARK NASIONAL DAN

INTERNASIONAL

Oleh Seprianto

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia

© Seprianto

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

SEPRIANTO

CAPAIAN LITERASI SAINS SISWA SMAN DI KOTA PADANG DALAM PISA-KIMIA DITINJAU DARI BENCHMARK NASIONAL DAN

INTERNASIONAL


(4)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ... 8

1. Programme for International Student Assessment (PISA) ... 8

2. Literasi Sains dalam PISA ... 10

3.

Asesmen dan Benchmark ... 16

4. Penelitian Relevan ... 19

B. Kerangka Pemikiran ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

B. Desain dan Metode Penelitian ... 24


(5)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Prosedur dan Alur Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Capaian Konten Kimia Siswa dalam PISA-Kimia Dibandingkan Terhadap Benchmark Nasional dan Internasional ... 39

2. Capaian Proses Sains Siswa dalam PISA-kimia Dibandingkan Terhadap Benchmark Nasional dan Internasional ... 46

3.

Capaian Konteks Sains Siswa dalam PISA-Kimia Dibandingkan Terhadap Benchmark Nasional dan Internasional ... 52

4. Profil Sikap Sains Siswa Khususnya Sikap Terhadap Kimia ... 58

5. Perbedaan Kemampuan Literasi Sains Siswa Antar Klaster ... 62

6. Respon Guru Terkait Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran Berbasis Literasi Sains ... 66

B. Pembahasan ... 75

1. Pembahasan Kemampuan Konten Kimia Siswa dalam PISA-Kimia 76 2. Pembahasan Kemampuan Proses Sains Siswa dalam PISA-Kimia 79

3.

Pembahasan Kemampuan Konteks Sains Siswa dalam PISA-Kimia 81 4. Pembahasan Profil Sikap Sains Siswa dalam PISA-Kimia ... 83

5. Pembahasan Perbedaan Kemampuan Literasi Sains Siswa Antar Klaster ... 85

6. Pembahasan Respon Guru Terkait Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran Berbasis Literasi Sains ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(6)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Konteks Pada Penilaian PISA Dalam Bidang Sains ... 12

2.2 Kompetensi Proses Sains Dalam Penilaian PISA ... 13

2.3 Kategori Pengetahuan Sains PISA Dalam Sistem Fisik ... 14

2.4 Capaian Literasi Sains Indonesia Dalam PISA... 16

3.1 Tabel untuk Menentukan Ukuran Sampel Minimum Jika Diketahui Ukuran Populasi untuk Data Kontinu ... 24

3.2 Format Lembar Validasi Instrumen Tes PISA-Kimia ... 27

3.3 Hasil Uji Keterbacaan Soal PISA-Kimia ... 28

3.4 Kisi-Kisi Pengembangan Angket ... 29

3.5 Hasil Uji Keterbacaan Angket ... 30

3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 30

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.8 Kriteria Penskoran Angket ... 36

4.1 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia Berdasarkan Konten Kimia antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional... 41

4.2 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia Berdasarkan Konten Kimia antara Klaster Penelitian, Nasional, dan Internasional... 45

4.3 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia Berdasarkan Proses Sains antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional... 48

4.4 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia Berdasarkan Proses Sains antara Klaster Penelitian, Nasional, dan Internasional... 51

4.5 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia Berdasarkan Konteks Sains antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional... 54 4.6 Proporsi Jawaban Benar Pada Masing-Masing Item Tes PISA-Kimia


(7)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Internasional... 57 4.7 Rerata Skor dan Kecenderungan Sikap Siswa Terhadap Sains Pada

Setiap Indikator ... 59 4.8 Perbandingan Skor Rerata dan Kecenderungan Sikap Terhadap Sains

Siswa Masing-Masing Klaster Pada Setiap Indikator ... 60 4.9 Skor Rata-Rata Kemampuan Literasi Sains Siswa Klaster Atas,

Menengah dan Bawah Dalam PISA-Kimia ... 62 4.10 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Literasi Sains Siswa Dalam

PISA Kimia ... 62 4.11 Hasil Uji Homogenitas Skor Kemampuan Literasi Sains Siswa Dalam

PISA-Kimia ... 63 4.12 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Kemampuan Literasi Sains Dalam

PISA-Kimia ... 63 4.13 Skor Rata-Rata Sikap terhadap Sains Siswa Klaster Atas, Menengah,

dan Bawah Dalam Angket PISA ... 64 4.14 Hasil Uji Normalitas Skor Sikap Siswa Terhadap Sains dalam Angket . 65 4.15 Hasil Uji Homogenitas Skor Sikap Siswa Terhadap Sains dalam

Angket ... 65 4.16 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Sikap Siswa Terhadap Sains dalam

Angket PISA ... 66 5.1 Hubungan Hasil Literasi Sains Penelitian dengan Benchmark Nasional


(8)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Penilaian PISA Dalam Bidang Sains ... 11

2.2 Kerangka Pemikiran ... 21

3.1 Skema Pengambilan Sampel ... 23

3.2 Alur Penelitian ... 33

4.1 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Konten Kimia antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 40

4.2 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Konten Kimia antara PISA Klaster Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 44

4.3 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Proses Sains antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 46

4.4 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Proses Sains antara PISA Klaster Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 50

4.5 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Konteks Sains antara PISA Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 52

4.6 Diagram Perbandingan Proporsi Jawaban Benar Pada Aspek Konteks Sains antara PISA Klaster Penelitian, Nasional, dan Internasional ... 56


(9)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A

A.1 Pemetaan Karakteristik Soal Sains pada PISA Nasional 2000-2009 ... 103

A.2 Pemetaan Karakteristik Soal Sains pada PISA Internasional 2000-2009 104 Lampiran B B.1 Kisi-Kisi Tes PISA-Kimia ... 105

B.2 Instrumen Tes PISA-Kimia ... 107

B.3 Kunci Jawaban dan Kriteria Penskoran Tes PISA-Kimia ... 118

B.4 Kisi-Kisi Angket PISA ... 125

B.5 Instrumen Angket PISA ... 127

B.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 129

Lampiran C C.1 Lembar Validasi Terjemahan Tes PISA-Kimia ... 130

C.2 Lembar Validasi Terjemahan Angket PISA ... 135

Lampiran D D.1 Rekapitulasi Skor Tes PISA-Kimia ... 139

D.2 Rekapitulasi Skor Angket PISA... 148

Lampiran E E.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 157

E.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 158


(10)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

CAPAIAN LITERASI SAINS SISWA SMAN DI KOTA PADANG DALAM PISA-KIMIA DITINJAU DARI BENCHMARK NASIONAL DAN

INTERNASIONAL ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh gambaran tentang kemampuan literasi sains siswa aspek konten kimia, proses sains, konteks sains, dan sikap terhadap sains ditinjau dari benchmark nasional dan internasional, (2) menganalisis perbedaan kemampuan literasi sains siswa antar klaster, dan (3) memverifikasi apakah guru kimia telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains. Penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan menggunakan metode survei. Survei dilakukan terhadap 230 orang siswa kelas X dari tiga SMAN di kota Padang. Pengambilan sampel siswa menggunakan teknik stratified cluster random sampling. Sementara itu, semua guru kimia kelas X dari sekolah yang menjadi sampel penelitian menjadi responden wawancara. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan literasi sains siswa aspek konten kimia, proses sains, konteks sains dan sikap terhadap sains digunakan tes PISA-kimia dan angket PISA. Capaian literasi sains aspek konten kimia, proses sains, konteks sains dinyatakan dalam proportion correct dan dibandingkan terhadap benchmark nasional dan internasional. Apakah guru kimia telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains diverifikasi melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian siswa pada semua konten kimia, indikator proses sains, dan konteks sains masih berada pada kisaran yang rendah dengan rata-rata proportion correct < 0,5 kecuali konten kimia perubahan materi dan konteks sumber daya alam. Secara umum, capaian siswa pada semua konten kimia, indikator proses sains, dan konteks sains lebih rendah dibandingkan benchmark internasional namun lebih tinggi dibandingkan benchmark nasional kecuali pada konten energi yang menyertai perubahan materi, proses sains mengidentifikasi isu ilmiah dan konteks kesehatan serta perkembangan terkini sains dan teknologi. Profil sikap siswa terhadap sains cenderung positif hampir pada semua indikator sikap sains, kecuali indikator konsep diri dalam kimia. Sementara itu, kemampuan literasi sains siswa dalam PISA-kimia antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah berbeda secara signifikan dengan nilai asymptotic significance < 0,05 pada uji Kruskal Wallis. Berdasarkan respon guru dalam wawancara, secara umum pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia yang dilakukan guru belum berorientasi pengembangan literasi sains siswa. Ini dapat menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menghadapi PISA-kimia.

Kata Kunci: benchmark, konteks sains, literasi sains, konten kimia, PISA-kimia, proportion correct, proses sains, sikap terhadap sains.


(11)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

STUDENTS’ SCIENTIFIC LITERACY ACHIEVEMENT IN SENIOR HIGH SCHOOL PADANG ON PISA-CHEMISTRY BASED NATIONAL

AND INTERNATIONAL BENCHMARKS ABSTRACT

The aims of this study were to: (1) obtain an overview about students' scientific literacy abilities in chemical content, the process of science, scientific context, and attitudes toward science based national and international benchmarks, (2) analyze the difference of students' scientific literacy abilities on clusters, and (3) verify whether chemistry teacher has to apply learning process and its assessment based scientific literacy. This study employed comparative study with survey method. 230 ten grade students from three senior high schools in Padang participated in this study. Sampling used stratified cluster random sampling technique. All of ten grade chemistry teachers become interview respondents. To obtain about students' scientific literacy abilities in chemical content, the process of science, scientific context, and attitudes toward science used chemistry test and PISA-questionnaires. Students' scientific literacy achievement on chemical content, the process of science, science contexts expressed in proportion correct and compared with national and international benchmarks. Whether chemistry teacher has to apply learning process and its assessment of based scientific literacy verified through interview. Findings of this study revealed that the student’s performance in all of chemical contents, science process indicators, and context of science was still in the low range with average proportion correct < 0.5 except in change of matter content and the context of natural resources. In general, student achievement in all of chemical contents, science process indicators, and context of science is lower than the international benchmark, but higher than the national benchmark except in matter and energy content, the process of science identify the scientific issues, and the context of health, and the latest development of science and technology. Profile of students' attitudes toward science tend to be positive in all of science attitude indicators, except self concept in chemistry indicator. Meanwhile, the students’ literacy skills in PISA science-chemistry between the high cluster, middle cluster and the low cluster was significantly different with asymptotic significance value < 0.05 in Kruskal-Wallis test. Based on teachers' responses in interview, in general, chemistry learning process and its assessment were not oriented of development of student’scientific literacy. It can be the cause of students’difficulties in dealing with the PISA-chemistry.

Keywords: the benchmark, the context of science, chemical content, PISA-chemistry, proportion correct, scientific literacy, the process of science, attitudes toward science.


(12)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Pencapaian tujuan pendidikan nasional diukur melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi proses menilai, membandingkan, dan memutuskan hasil penilaian (Bloom dalam Nuh, 2013). Benchmarking merupakan suatu kegiatan evaluasi. Dalam konteks pendidikan, benchmarking dapat diartikan sebagai kegiatan membandingkan mutu pendidikan antar kelompok berdasarkan suatu pembanding tertentu. Benchmarking pendidikan nasional perlu dilakukan dalam pengendalian kualitas pendidikan agar arah kebijakan pendidikan nasional selaras dengan arus globalisasi.

Dalam rangka benchmarking pencapaian program pendidikan nasional, Indonesia berpartisipasi dalam berbagai studi internasional seperti PISA. PISA (Program for International Student Assessment) merupakan studi yang dikembangkan oleh negara-negara maju di dunia yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). PISA menilai dan membandingkan kemampuan siswa usia 15 tahun dalam literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains antar negara peserta studi.

Tujuan keikutsertaan Indonesia dalam PISA yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains siswa Indonesia. Dengan diketahuinya kelemahan dan kekuatan siswa Indonesia maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan dalam perumusan kebijakan oleh lembaga yang berwenang untuk peningkatan mutu pendidikan (Balitbang Depdiknas, 2006).


(13)

2

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kualitas pendidikan Indonesia menurut studi PISA dari tahun ke tahun sangat memprihatinkan karena tidak menunjukkan perbaikan. Hasil PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012 menunjukkan bahwa skor literasi sains siswa Indonesia selalu berada di bawah rata-rata skor internasional. Skor literasi sains siswa Indonesia tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012 secara berurutan yaitu 393, 395, 393, 383, dan 382. Sementara itu, rata-rata skor literasi sains internasional ditetapkan 500. Trend literasi sains siswa Indonesia belum menunjukkan perubahan proportion correct yang signifikan. Dari tahun 2000 sampai 2009 nilai proportion correct masih rendah, yaitu secara berturut-turut 0,35; 0,35; 0,34; 0,34 (Balitbang Depdikbud, 2011). Studi PISA terbaru tahun 2012 menunjukkan literasi sains siswa Indonesia usia 15 tahun berada pada ranking ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi.

Literasi sains dalam konteks PISA didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007). Salah satu cabang dari sains adalah kimia. Kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, sifat, perubahan, dinamika dan energetika materi. Pembelajaran kimia sudah seharusnya diarahkan pada pengembangan literasi sains dalam rangka menyiapkan siswa untuk kehidupannya di masa depan. Sejalan dengan itu, penilaian hasil belajar kimia dengan menggunakan tes yang kontekstual dan terintegrasi seperti pada tes PISA tentu lebih bermakna.

Menurut Depdikbud (2013) capaian siswa Indonesia yang tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan PISA disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Secara khusus, menurut Balitbang Depdikbud (2011) rendahnya literasi sains siswa Indonesia dapat dijadikan indikator bahwa


(14)

3

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran sains yang terjadi di Indonesia belum memberikan penekanan pada penerapan dalam dunia nyata. Selain itu, rendahnya literasi sains siswa pada PISA juga menunjukkan rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir secara integratif yaitu cara mengaitkan konsep-konsep yang ada baik pada bidang studi yang sama maupun lintas bidang studi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai usaha telah dilakukan praksis pendidikan kita dalam pengembangan literasi sains siswa diantaranya melalui pembelajaran kontekstual. Namun demikian, pembelajaran yang kontekstual masih belum diiringi dengan instrumen penilaian yang kontekstual. Hal ini menjadi penyebab siswa tidak terbiasa menghadapi tes berbasis literasi sains seperti PISA. Penilaian secara kebiasaan kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan materi pembelajaran. Pada umumnya para pendidik hanya berfokus pada materi yang harus diberikan kepada para siswanya (Cooper dalam Suwarto, 2013).

Pada tahun 2006 pernah muncul ide penilaian skala nasional melalui model ujian nasional berbasis literasi. Menurut Yusuf (2006), tujuan ujian nasional hendaknya diarahkan untuk menilai pencapaian kompetensi sesuai dengan standar nasional pendidikan dan pencapaian tingkat literasi siswa Indonesia. Oleh karena itu, salah satu usaha yang harus dicoba dalam rangka pengembangan literasi sains siswa Indonesia yaitu melalui pembiasaan penggunaan tes berbasis literasi sains dalam penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester, atau bentuk lain yang sesuai untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik. Menurut McMilan (Firman, 2013), hasil penilaian oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Jadi, tes PISA dapat berfungsi untuk mendiagnosa tingkat literasi sains siswa, sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran.


(15)

4

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi pasca-PISA telah dilakukan di banyak negara dalam rangka mengetahui kelemahan siswa dengan lebih spesifik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan kebijakan dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan negara tersebut. Namun di Indonesia, studi pasca-PISA dirasakan minim. Di Amerika Serikat, studi pasca-PISA misalnya seperti laporan NGA, CCSSO & Achieve (2008). Dalam laporan tersebut, capaian siswa dibandingkan berdasarkan perbedaan ras di Amerika. Di Kanada, studi pasca-PISA dilakukan misalnya oleh Knighton, Brochu & Gluszynski (2010) dimana capaian siswa pada tiap provinsi diuraikan secara lebih rinci.

Studi tentang analisis trend literasi siswa Indonesia secara nasional pernah dirilis Balitbang Depdikbud pada tahun 2011. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa trend literasi sains siswa Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari tahun 2000-2009 angka capaiannya masih rendah. Analisis trend literasi sains yang dirilis Balitbang Depdikbud tersebut dirasakan kurang spesifik. Penelitian yang fokus untuk mengungkap kemampuan literasi sains siswa pada bidang sains tertentu seperti kimia tentu lebih bermanfaat. Jika dilakukan studi secara spesifik pada suatu sekolah, informasi capaian literasi sains siswa dalam PISA dapat digunakan untuk memperbaiki proses dan penilaian hasil belajar pada sekolah yang menjadi subjek penelitian.

Di bidang pendidikan, pemerintah kota Padang memiliki tekad meningkatkan kualitas pendidikan sejalan dengan rencana strategis program pendidikan nasional, diantaranya peningkatan kompetensi dan daya saing bangsa. Dalam mengukur kompetensi dan daya saing bangsa tentu berdasarkan benchmark atau suatu standar tertentu. Jadi, kota Padang memerlukan data perbandingan prestasi siswa terhadap benchmark tertentu. PISA merupakan studi tentang profil kemampuan dasar hidup yang diantaranya adalah kemampuan literasi sains. Literasi sains terdiri dari empat aspek yaitu konten, proses sains, konteks, dan sikap terhadap sains. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasakan perlu adanya suatu penelitian terhadap capaian siswa dalam


(16)

PISA-5

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kimia dalam penelitian yang berjudul “Capaian Literasi Sains Siswa SMAN di Kota Padang dalam PISA-Kimia Ditinjau dari Benchmark Nasional dan Internasional”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan paparan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kualitas pendidikan Indonesia menurut studi PISA dari tahun ke tahun tidak menunjukkan perbaikan. Hasil PISA tahun 2000 sampai 2012 menunjukkan bahwa literasi sains siswa Indonesia selalu berada di bawah rata-rata skor internasional. Oleh karena itu diperlukan adanya perbaikan, baik perbaikan proses pembelajaran maupun perbaikan penilaian hasil belajar. Proses pembelajaran sudah seharusnya diarahkan pada pengembangan literasi sains dalam rangka menyiapkan siswa untuk kehidupannya di masa depan. Sejalan dengan itu, pembiasaan penggunaan tes berbasis literasi sains dalam penilaian hasil belajar perlu dilakukan.

Perbaikan kemampuan literasi sains siswa tentunya harus diawali dengan adanya penelitian yang bertujuan untuk mengungkap capaian literasi sains siswa sehingga tingkat literasi sains siswa dapat dipetakan dengan baik. Tes PISA dapat berfungsi untuk mengungkap dan mendiagnosa tingkat literasi sains siswa sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Literasi sains terdiri dari empat aspek yaitu konten, proses sains, konteks, dan sikap terhadap sains. Oleh karena itu, penting untuk memetakan capaian literasi sains siswa pada setiap aspek khususnya terkait bidang kimia. Dengan demikian, informasi capaian literasi sains siswa dalam PISA-kimia dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar pada sekolah yang menjadi subjek penelitian.

C. Rumusan Masalah

Di atas telah dipaparkan bahwa penting untuk mengungkap capaian literasi sains siswa pada empat aspek literasi sains yaitu konten, proses sains, konteks,


(17)

6

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sikap terhadap sains dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Capaian literasi sains siswa khususnya terkait bidang kimia dibandingkan terhadap benchmark literasi sains nasional dan internasional. Oleh karena itu, pada penelitian ini dapat dinyatakan rumusan masalah “Bagaimanakah capaian literasi sains siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional?”. Adapun rumusan masalah penelitian tersebut diuraikan menjadi pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakah profil literasi sains aspek konten kimia siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional?

2. Bagaimanakah profil literasi sains aspek proses sains siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional?

3. Bagaimanakah profil literasi sains aspek konteks sains siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional?

4. Bagaimana profil sikap terhadap sains siswa SMAN di kota Padang khususnya sikap terhadap kimia?

5. Bagaimanakah perbandingan capaian literasi sains siswa antar klaster SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia?

6. Apakah guru kimia SMAN di kota Padang telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains kepada siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran tentang literasi sains aspek konten kimia siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional.


(18)

7

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Memperoleh gambaran tentang literasi sains aspek proses sains siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional.

3. Memperoleh gambaran tentang literasi sains aspek konteks sains siswa SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari benchmark nasional dan internasional.

4. Memperoleh gambaran tentang sikap terhadap sains siswa SMAN di kota Padang khususnya sikap terhadap kimia.

5. Menganalisis perbedaan capaian literasi sains siswa antar klaster SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia.

6. Memverifikasi apakah guru kimia SMAN di kota Padang telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains kepada siswa sehingga diketahui penyebab siswa mengalami kesulitan menghadapi tes PISA-kimia.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Bahan masukan bagi guru tentang gambaran literasi sains siswa khususnya pada bidang kimia.

2. Berdasarkan kelemahan literasi sains siswa yang terungkap dalam penelitian, pembelajaran yang dilakukan guru diharapkan lebih diarahkan pada pengembangan literasi sains.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk membiasakan penggunaan tes berbasis literasi sains dalam penilaian hasil belajar agar siswa tidak kesulitan dalam menghadapi tes PISA.

4. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada dinas pendidikan terkait dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan literasi sains.

5. Peneliti lainnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan untuk melanjutkan penelitian-penelitian pasca-PISA lainnya.


(19)

8

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional


(20)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri di kota Padang yang berada di kelas X pada tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan data dari dinas pendidikan kota Padang diketahui bahwa populasi siswa kelas X SMA Negeri di kota Padang yaitu sekitar 4.500-an siswa dari 15 sekolah. Populasi penelitian ini merupakan siswa kelas X karena PISA merupakan studi yang menilai capaian literasi siswa yang telah menempuh masa akhir wajib belajar yang sebagian besar diantaranya berada di kelas X SMA. Pemerintah kota Padang di bidang pendidikan memiliki rencana strategis meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya peningkatan kompetensi dan daya saing bangsa. Kompetensi dan daya saing bangsa diukur berdasarkan benchmark atau pembanding tertentu. Jadi, kota Padang memerlukan data perbandingan prestasi siswa terhadap benchmark tertentu.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified cluster random sampling. Seluruh SMA Negeri di kota Padang dikelompokkan ke dalam tiga klaster berdasarkan trend hasil Ujian Nasional dua tahun terakhir yang diakses dari website Balitbang Depdikbud (2014). Dari setiap klaster dipilih masing-masing satu sekolah secara acak, ketiga sekolah terpilih mewakili sekolah klaster atas, menengah, dan bawah. Kemudian dari ketiga sekolah terpilih, diambil masing-masing 10 orang siswa dari setiap kelas X secara acak sebagai sampel penelitian. Skema penyampelan dalam penelitian ini seperti dalam Gambar 3.1.

Agar kesimpulan yang diperoleh dari sampel penelitian berlaku untuk populasi, maka ukuran sampel harus memadai yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah statistik. Bartlett, Kotrlik & Higgins (2001) dalam artikelnya telah merilis tabel standar mengenai ukuran sampel minimum jika diketahui ukuran populasi dalam


(21)

23

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian survei. Berikut Tabel 3.1 tentang ukuran sampel minimum berdasarkan ukuran populasi untuk data kontinu.

Gambar 3.1 Skema Pengambilan Sampel

Sebanyak 230 orang siswa terpilih sebagai sampel penelitian ini. Rinciannya yaitu: 80 orang siswa terpilih mewakili sekolah klaster atas yang berasal dari delapan kelas, 70 orang siswa terpilih mewakili sekolah klaster menengah yang berasal dari tujuh kelas, dan dari delapan kelas sekolah klaster bawah terpilih 80 orang siswa. Berdasarkan Tabel 3.1, untuk data kontinu dan alpha 0,05 jika jumlah anggota populasi diantara 2.000-6.000 maka ukuran sampel minimum yang memadai yaitu diantara 112-119. Jadi, berdasarkan tabel

5 Sekolah klaster bawah

Stratifikasi berdasarkan trend hasil UN 5 Sekolah klaster menengah

5 Sekolah klaster atas

Diambil secara acak

1 Sekolah klaster bawah 1 Sekolah klaster menengah 1 Sekolah klaster atas

Kelas X1 Kelas X2 Kelas X... Kelas Xn Guru kimia

kelas X

Diambil secara acak dan proporsional

10 orang siswa

10 orang siswa

10 orang siswa

10 orang siswa Diwawancarai


(22)

24

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

standar Bartlett, Kotrlik & Higgins (2001) untuk populasi siswa kelas X kota Padang ukuran sampel telah memadai.

Tabel 3.1 Tabel untuk Menentukan Ukuran Sampel Minimum Jika Diketahui Ukuran Populasi untuk Data Kontinu (Bartlett, Kotrlik & Higgins, 2001)

Ukuran populasi

Ukuran sampel untuk data kontinu (margin of error = 0,03) alpha = 0,10

t = 1,65

alpha = 0,05 t = 1,96

alpha = 0,01 t = 2,58

100 46 55 68

200 59 75 102

300 65 85 123

400 69 92 137

500 72 96 147

600 73 100 155

700 75 102 161

800 76 104 166

900 76 105 170

1.000 77 106 173

1.500 79 110 183

2.000 83 112 189

4.000 83 119 198

6.000 83 119 209

8.000 83 119 209

10.000 83 119 209

Dari masing-masing sekolah yang menjadi sampel penelitian, semua guru kimia kelas X menjadi responden dalam wawancara. Pada penelitian ini telah dilakukan wawancara dengan delapan orang guru kimia yang mengajar di kelas X. Kedelapan orang guru kimia yang menjadi responden dalam wawancara berasal dari dua orang guru kimia dari sekolah klaster menengah dan masing-masing tiga orang guru kimia dari sekolah klaster atas dan klaster bawah.

B. Desain dan Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif karena penelitian ini bertujuan membandingkan capaian literasi sains siswa dalam PISA-kimia terhadap benchmark nasional dan internasional dengan apa adanya tanpa


(23)

25

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan perlakuan. Menurut McMillan & Schumacher (2001), “the purpose of comparative studies is to investigate the relationship of one variable to another by simply examining whether the value of the dependent variable in one group is different from the value of the dependent variable in the other group”. Dengan kata lain, penelitian komparatif meneliti perbedaan antara dua kelompok atau lebih pada sebuah variabel. Dalam setiap kasus penelitian komparatif, peneliti membuat perbandingan berdasarkan data deskriptif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sukmadinata (2011), metode survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang relatif besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil melalui pemberian instrumen, wawancara, observasi langsung ataupun melalui surat dan telepon. Dalam penelitian ini survei dilakukan terhadap siswa dan guru. Survei kepada siswa bertujuan untuk mengungkap kemampuan literasi sains siswa menggunakan instrumen tes PISA-kimia dan angket skala sikap. Survei kepada guru menggunakan pedoman wawancara untuk memverifikasi apakah guru kimia telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Capaian literasi sains adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan. Dalam penelitian ini, capaian literasi sains siswa dalam PISA-kimia terdiri atas empat aspek yaitu aspek konten kimia, proses sains, konteks sains dan sikap terhadap sains. 2. Konten kimia yang terdapat dalam PISA-kimia meliputi empat konten utama

yaitu konten komposisi materi, sifat materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan materi yang diukur menggunakan tes PISA-kimia.


(24)

26

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Proses sains dalam PISA-kimia terdiri atas indikator mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah yang diukur menggunakan tes PISA-kimia.

4. Konteks sains yang terdapat dalam PISA-kimia mencakup tema kesehatan, sumber daya alam, lingkungan, bahaya, serta perkembangan terkini sains dan teknologi yang diukur menggunakan tes PISA-kimia.

5. Sikap terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia meliputi indikator pembelajaran kimia menyenangkan, termotivasi untuk belajar kimia, termotivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia, konsep diri dalam kimia, kimia bernilai secara umum, dan kimia bernilai bagi diri sendiri yang diukur dengan angket skala sikap PISA.

6. Benchmark adalah standar yang dibandingkan dalam benchmarking. Dalam penelitian ini, benchmark yang dimaksud dalam PISA adalah proporsi jawaban benar (proportion correct) yang menjadi pembanding capaian siswa penelitian terhadap siswa nasional dan internasional.

7. Benchmark nasional yang dijadikan rujukan adalah hasil analisis trend kemampuan siswa indonesia hasil PISA 2000-2009 yang dirilis Balitbang Depdikbud tahun 2011 dan ringkasan studi PISA 2006 yang dirilis Balitbang Depdiknas tahun 2007.

8. Benchmark internasional yang dijadikan rujukan adalah rerata proportion correct tiap butir item yang sama pada PISA sains 2000 sampai 2009 yang dirilis oleh OECD.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati dalam penelitian (Sugiyono, 2013). Untuk mendapatkan data yang menjawab pertanyaan penelitian ini, penulis menyusun instrumen yang terdiri atas tes PISA-kimia, angket, dan pedoman wawancara.


(25)

27

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tes PISA-Kimia

Tes adalah instrumen yang harus direspon oleh subyek penelitian dengan menggunakan penalaran dan pengetahuannya. Tes PISA-kimia adalah sub tes dari PISA sains yang terdiri atas item-item tes PISA 2000-2009 pada bidang kimia. Item tes PISA terdiri atas empat tipe soal: simple multiple-choice items, short constructed responses items, complex multiple-choice items, open-constructed response items. Penggunaan tes PISA-kimia bertujuan untuk mendapatkan data mengenai capaian literasi sains siswa dalam PISA pada aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains. Tes PISA-kimia diberikan kepada seluruh siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian. Respon yang diharapkan dari pelaksanaan tes ini berupa jawaban siswa pada setiap butir item tes PISA-kimia.

Tes PISA-kimia disusun melalui beberapa tahapan: pemilihan item, penerjemahan, validasi terjemahan, uji keterbacaan, revisi instrumen dan penentuan aspek literasi sains (konten kimia, proses sains, dan konteks) dari setiap butir item tes. Item tes dipilih dari item tes PISA sains tahun 2000-2009 pada bidang kimia. Item tes asli terpilih dalam bahasa inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Sebelum digunakan, tes harus terstandarisasi dalam pengertian teruji validitas berdasarkan pengujian empirik. Karena tes PISA merupakan tes standar yang telah tervalidasi, maka sesuai kepentingan penelitian, instrumen hanya divalidasi berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing (judgment expert). Adapun yang akan divalidasi adalah kesesuaian terjemahan tiap butir item tes terhadap butir item tes yang original. Lembar validasi terjemahan tes PISA-kimia terdapat pada lampiran C.1. Adapun format lembar validasi terjemahan PISA-kimia seperti pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Format Lembar Validasi Instrumen Tes PISA-Kimia Kode

soal

Pertanyaan atau

pernyataan original Terjemahan

Kesesuaian terjemahan Catatan


(26)

28

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah validasi terjemahan dilakukan, tahapan berikutnya adalah melakukan uji keterbacaan soal. Pada penelitian ini telah dilakukan uji keterbacaan soal PISA-kimia kepada lima orang siswa kelas X di salah satu sekolah. Siswa diminta membaca dan memahami semua pernyataan maupun pertanyaan yang terdapat dalam instrumen tes. Siswa merespon pernyataan maupun pertanyaan yang kurang mereka pahami dalam soal PISA-kimia dengan cara melingkari bagian tersebut. Temuan uji keterbacaan soal kemudian direvisi berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing. Berikut Tabel 3.3 mendeskripsikan beberapa temuan hasil uji keterbacaan soal PISA-kimia beserta revisinya.

Tabel 3.3 Hasil Uji Keterbacaan Soal PISA-Kimia Sebelum revisi Setelah revisi

Emisi Emisi (pelepasan)

Konstan Tetap

Air suling Air suling (air murni)

Jelaga Jelaga (debu hitam)

Kesesuaian penentuan aspek literasi sains (konten kimia, proses sains dan konteks) dari setiap butir item tes juga berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing. Aspek literasi sains (konten kimia, proses sains dan konteks) dari setiap butir item dikatakan sesuai jika kata operasional yang terdapat dalam tiap butir item mengarah kepada keyword operasional konten, konteks dan proses sains yang dimaksud. Adapun instrumen tes PISA-kimia terdapat pada lampiran B.2.

2. Angket Skala Sikap (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013). Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjaring informasi secara langsung dan utuh mengenai sikap siswa terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia. Adapun yang menjadi responden dalam angket ini adalah seluruh siswa yang


(27)

29

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terpilih sebagai sampel penelitian. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, yakni terdapat sejumlah pernyataan sikap siswa terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia, yang direspon siswa dengan menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya dalam tingkatan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Sikap terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia yang dinyatakan dalam angket meliputi indikator pembelajaran kimia menyenangkan, termotivasi untuk belajar kimia, termotivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia, konsep diri dalam kimia, kimia bernilai secara umum dan kimia bernilai bagi diri sendiri. Setiap indikator terdiri atas beberapa item pernyataan. Pengisian angket dilakukan segera setelah siswa menyelesaikan tes PISA-kimia. Adapun dimensi sikap dan indikator yang akan diukur pada angket ini adalah seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pengembangan Angket

Dimensi Sikap Indikator

Kesenangan dalam mengikuti pembelajaran kimia

Pembelajaran kimia menyenangkan Motivasi terhadap bidang kimia Termotivasi untuk belajar kimia

Termotivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia

Konsep diri dalam kimia Merasa mudah memahami kimia di sekolah

Kimia bernilai bagi kehidupan Kimia bernilai secara umum Kimia bernilai bagi diri sendiri

Rubrik pernyataan dalam angket diadaptasi dari angket PISA. Sebelum pengangketan dilakukan, rubrik pernyataan yang terdapat di dalam angket divalidasi terlebih dahulu. Karena angket PISA merupakan angket standar, maka sesuai kepentingan penelitian angket hanya divalidasi berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing (judgment expert). Adapun yang akan divalidasi adalah kesesuaian terjemahan tiap butir pernyataan terhadap pernyataan original. Lembar


(28)

30

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validasi terjemahan angket terdapat dalam lampiran C.2. Setelah validasi terjemahan dilakukan, tahapan berikutnya adalah melakukan uji keterbacaan. Pada penelitian ini juga telah dilakukan uji keterbacaan angket kepada lima orang siswa kelas X di salah satu sekolah. Temuan uji keterbacaan kemudian direvisi berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing. Berikut Tabel 3.5 mendeskripsikan beberapa temuan hasil uji keterbacaan angket beserta revisinya. Sementara itu, kisi-kisi pengembangan angket beserta butir pernyataannya terdapat pada lampiran B.4.

Tabel 3.5 Hasil Uji Keterbacaan Angket Pernyataan sebelum revisi Pernyataan setelah revisi Belajar topik mendalam dari kimia

mudah bagi saya.

Belajar topik yang rumit dalam kimia mudah bagi saya.

Saya ingin bekerja pada proyek kimia saat dewasa.

Saya ingin bekerja pada bidang kimia pada saat dewasa.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang direncanakan diajukan kepada responden. Adapun yang menjadi responden dalam wawancara ini adalah guru yang mengajar kimia di kelas X pada sekolah yang menjadi sampel penelitian. Respon yang diharapkan yaitu jawaban guru mengenai pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia yang selama ini dilakukan guru.

Lembar wawancara diperlukan untuk menjaring informasi secara langsung dari guru dalam rangka memverifikasi apakah guru kimia SMAN di kota Padang telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains kepada siswa sehingga diketahui penyebab siswa mengalami kesulitan menghadapi tes PISA-kimia. Menurut Sukmadinata (2011), wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan diperoleh secara lengkap, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan hasilnya dapat diperoleh saat itu juga. Sebelum wawancara dilakukan, daftar pertanyaan dalam pedoman wawancara dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kisi-kisi


(29)

31

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pedoman wawancara ditunjukkan pada Tabel 3.6. Adapun instrumen pedoman wawancara terdapat pada lampiran B.6.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Dimensi Indikator

Pembelajaran kimia Tanggapan guru tentang pembelajaran kimia yang dilakukan apakah telah diarahkan pada pengembangan literasi sains siswa

Penilaian hasil belajar kimia

Tanggapan guru tentang pembiasaan penggunaan tes berbasis literasi sains dalam penilaian hasil belajar

E. Prosedur dan Alur Penelitian

Dalam mengungkap capaian siswa dalam PISA kimia ada beberapa tahap penelitian yang dilakukan:

Tahap 1: Tahap perencanaan penelitian

1. Kajian terhadap framework PISA dan sumber lain terkait studi PISA dari tahun 2000 sampai 2012.

2. Kajian item tes PISA dari tahun 2000 sampai 2009 untuk menentukan item tes yang dapat digunakan dalam tes PISA-kimia beserta benchmark nasional dan internasionalnya.

Tahap 2: Tahap pelaksanaan penelitian

1. Menyusun instrumen penelitian yaitu tes PISA-kimia, pedoman wawancara, dan angket skala sikap.

2. Memvalidasi instrumen penelitian yang disusun.

3. Melakukan uji keterbacaan soal PISA-kimia dan angket skala sikap. 4. Perbaikan dan revisi instrumen.

5. Pelaksanaan tes PISA-kimia pada siswa.

6. Pemberian angket pada siswa setelah pelaksanakan tes tertulis.

7. Pelaksanaan wawancara secara langsung kepada guru dengan bantuan pedoman wawancara.


(30)

32

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahap 3: Tahap analisis data hasil penelitian

1. Mengkoreksi jawaban seluruh siswa pada setiap butir item tes tertulis.

2. Menganalisis benchmark (proportion correct) setiap butir item tes tertulis dari seluruh siswa.

3. Mengidentifikasi konten kimia, proses sains, dan konteks sains dari setiap butir item.

4. Menentukan rata-rata benchmark (proportion correct) masing-masing konten, konteks, dan proses dari seluruh siswa.

5. Mentabulasi rata-rata benchmark (proportion correct) menurut konten, konteks dan proses dari seluruh siswa.

6. Membandingkan profil benchmark (proportion correct) sampel penelitian terhadap profil benchmark nasional dan internasional masing-masing konten, konteks dan proses.

7. Menentukan rata-rata benchmark (proportion correct) masing-masing konten, konteks, dan proses dari masing-masing klaster.

8. Mentabulasi dan mendeskripsikan perbedaan profil rata-rata benchmark (proportion correct) menurut konten, konteks dan proses antar klaster.

9. Menganalisis perbedaan kemampuan literasi siswa antar klaster SMAN di kota Padang dalam PISA-kimia

10.Menganalisis jawaban angket siswa untuk mengungkap sikap siswa terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia.

11.Menganalisis respon guru dari hasil wawancara. 12.Menarik kesimpulan.

Tahap-tahap tersebut lebih jelasnya diringkaskan dalam alur penelitian pada Gambar 3.


(31)

33

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penyusunan instrumen penelitian

Perbaikan dan revisi instrumen Kajian framework PISA dan

studi-studi tentang PISA

Tes PISA-kimia

Kajian item tes PISA beserta benchmark nasional dan

internasionalnya

Angket

Validasi dan uji keterbacaan instrumen penelitian

Pelaksanaan tes tertulis

Analisis data

Profil literasi sains siswa Konten

kimia

Proses sains

Konteks sains

Sikap terhadap sains Pedoman

wawancara

Pelaksanaan wawancara Pemberian

angket

Benchmark penelitian

Benchmark internasional Benchmark

nasional

Profil pembelajaran dan penilaian hasil belajar


(32)

34

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Alur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui teknik tes dan teknik non tes. Dalam pengumpulan data dilakukan penentuan sumber data, jenis data, instrumen yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Teknik tes berupa tes PISA-kimia yang digunakan untuk mengungkap capaian literasi sains siswa dalam PISA-kimia. Teknik non tes berupa angket (kuesioner) dan wawancara menggunakan pedoman wawancara. Tes PISA-kimia diberikan kepada seluruh siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian. Angket diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan tes tertulis. Angket diberikan untuk memperoleh gambaran sikap siswa terhadap sains, khususnya sikap terhadap kimia. Wawancara dilakukan kepada guru sebelum atau setelah pelaksanaan tes tertulis. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memverifikasi secara langsung dari guru apakah guru terbiasa melaksanakan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains, selain itu juga untuk menemukan beberapa informasi pendukung yang dibutuhkan untuk analisis data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa hasil jawaban siswa pada tes tertulis dan angket, serta


(33)

35

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

respon wawancara guru. Secara ringkas, teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data Teknik

pengumpulan data Sumber data Jenis data

Waktu pelaksanaan Tes tertulis Semua siswa

yang terpilih sebagai sampel penelitian

Kemampuan literasi sains siswa pada setiap aspek (konten kimia, proses sains dan konteks) Setelah pemberitahuan kepada siswa akan adanya tes PISA kimia

Angket Semua siswa

yang terpilih sebagai sampel penelitian

Sikap terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia

Setelah pelaksanaan tes tertulis

Wawancara Guru kimia

yang mengajar di kelas X pada sekolah sampel penelitian

Tanggapan mengenai pembelajaran dan penilaian hasil belajar kimia apakah telah berbasis literasi sains

Sebelum atau setelah pelaksanaan tes tertulis

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh tiga jenis data yaitu data hasil tes PISA-kimia, data hasil angket siswa, dan data hasil wawancara guru. Karena penelitian ini merupakan penelitian komparatif, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif-komparatif. Berikut tahapan yang dilakukan dalam menganalis data yang telah dikumpulkan.

1. Analisis Tes PISA-kimia

a. Mengkoreksi jawaban seluruh siswa pada setiap butir item tes tertulis. Kunci jawaban dan kriteria penskoran PISA-kimia terdapat padalampiran B.3. b. Menentukan benchmark (proporsi jawaban benar) setiap butir item tes

PISA-kimia. Proporsi jawaban benar (proportion correct) ditentukan menggunakan rumus:

p = JB / N keterangan:


(34)

36

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

JB = total skor yang diperoleh seluruh siswa pada butir item tes tertentu N = total skor jika semua siswa menjawab benar butir item tes tertentu

c. Mengidentifikasi konten kimia, proses sains dan konteks dari setiap butir item. d. Menentukan rata-rata benchmark (proporsi jawaban benar) seluruh siswa

penelitian berdasarkan aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains. e. Mentabulasi rata-rata benchmark (proporsi jawaban benar) seluruh siswa

penelitian berdasarkan aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains. f. Membandingkan profil benchmark (rata-rata proporsi jawaban benar) sampel

penelitian terhadap profil benchmark nasional dan internasional berdasarkan aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains. Adapun benchmark nasional dan internasional (proporsi jawaban benar) setiap butir item terdapat pada lampiran A.1 dan A.2.

g. Menentukan rata-rata benchmark (proporsi jawaban benar) masing-masing klaster berdasarkan aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains. h. Mentabulasi dan mendeskripsikan perbedaan profil rata-rata benchmark

(proporsi jawaban benar) antar klaster berdasarkan aspek konten kimia, proses sains dan konteks sains.

i. Menentukan skor rata-rata kemampuan literasi sains siswa klaster atas, menengah, dan bawah dalam PISA-kimia.

j. Data skor literasi sains dalam PISA-kimia pada klaster atas, klaster menengah, dan klaster bawah diuji normalitas dengan uji Kolmogorof-Smirnov menggunakan program SPSS 20.

k. Data skor literasi sains dalam PISA-kimia pada klaster atas, klaster menengah, dan klaster bawah diuji homogenitas dengan uji Levene menggunakan program SPSS 20.

l. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan skor literasi sains siswa dalam PISA-kimia antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah dilakukan uji perbedaan rata-rata. Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis dengan program SPSS 20. Hal ini karena


(35)

37

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data literasi sains siswa dalam PISA-kimia berdistribusi tidak normal dan tidak homogen, sehingga tidak memenuhi asumsi uji ANOVA.

m. Menarik kesimpulan.

2. Analisis Angket

a. Skoring yaitu pemberian skor terhadap tiap butir item yang dijawab siswa berdasarkan kriteria penskoran. Tabel 3.8 menggambarkan kriteria penskoran angket yang digunakan menurut skala Likert (Sugiyono, 2013).

Tabel 3.8 Kriteria Penskoran Angket

Respon Skor

Pernyataan positif Pernyataan negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

b. Menghitung skor rata-rata angket siswa setiap indikator menggunakan rumus: Skor angket rata-rata pada suatu indikator sikap terhadap sains = fx / N.x Keterangan:

fx = skor total seluruh siswa pada suatu indikator sikap terhadap sains N = jumlah siswa yang mengisi angket

X = jumlah pernyataan pada suatu indikator sikap terhadap sains c. Tabulasi skor rata-rata angket siswa tiap indikator sikap terhadap sains

d. Menganalisis skor rata-rata angket siswa per indikator sikap terhadap sains untuk mengungkap kecenderungan sikap siswa terhadap sains khususnya sikap terhadap kimia.

Kriteria yang digunakan yaitu: jika skor rata-rata < 2 maka sikap siswa pada suatu indikator sikap terhadap sains cenderung negatif dan jika skor rata-rata > 2 maka sikap siswa pada suatu indikator sikap terhadap sains cenderung positif.


(36)

38

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Sikap siswa terhadap sains yang dianalisis meliputi indikator pembelajaran kimia menyenangkan, termotivasi untuk belajar kimia, termotivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia, konsep diri dalam kimia, kimia bernilai secara umum dan kimia bernilai bagi diri sendiri.

f. Data skor sikap terhadap sains dalam PISA-kimia pada klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah diuji normalitas dengan uji Kolmogorof-Smirnov menggunakan program SPSS 20.

g. Data skor sikap terhadap sains dalam PISA-kimia pada klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah diuji homogenitas dengan uji Levene menggunakan program SPSS 20.

h. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan skor sikap siswa terhadap sains dalam angket antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah dilakukan uji perbedaan rata-rata. Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu uji ANOVA dengan program SPSS 20. Hal ini karena data sikap terhadap sains dalam angket berdistribusi normal dan homogen, sehingga memenuhi asumsi uji ANOVA.

i. Menarik kesimpulan.

3. Analisis Hasil Wawancara

a. Membuat transkrip wawancara yang sistematis dari hasil wawancara setiap guru yang menjadi responden.

b. Menentukan data yang penting (reduksi data) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

c. Respon yang menjadi fokus adalah jawaban guru mengenai pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia yang selama ini dilakukan guru apakah telah berbasis pengembangan literasi sains.

d. Mengelompokkan data (respon) yang sama. e. Penyajian data.


(37)

39

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Hubungan satu data dengan data lain dikonstruksikan sehingga menghasilkan pola tertentu.


(38)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Capaian siswa penelitian pada tiga dari empat konten kimia yaitu konten komposisi materi, sifat materi, dan energi yang menyertai perubahan materi, masih berada pada kisaran yang rendah, yaitu kurang dari separuh siswa mampu menjawab dengan jawaban yang benar. Pada konten kimia komposisi materi, sifat materi, dan perubahan materi, capaian siswa penelitian lebih tinggi dibandingkan PISA nasional. Namun, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional pada semua konten kimia. 2. Capaian siswa penelitian pada semua indikator proses sains masih berada pada

kisaran yang rendah. Siswa penelitian memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan PISA nasional pada indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Namun, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional pada semua indikator proses sains.

3. Capaian siswa penelitian pada hampir semua konteks sains selain konteks sumber daya alam masih berada pada kisaran yang rendah. Pada semua konteks sains, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional. Namun, capaian siswa penelitian lebih tinggi dibandingkan PISA nasional pada tiga dari lima konteks yaitu konteks sumber daya alam, lingkungan, dan bahaya.

4. Sebagian besar siswa setuju bahwa pembelajaran kimia menyenangkan, memiliki motivasi untuk belajar kimia, memiliki motivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia, serta memandang kimia bernilai secara umum dan bagi diri sendiri. Akan tetapi, sebagian besar siswa merasa sulit mempelajari dan memahami materi kimia.


(39)

98

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kemampuan literasi sains siswa dalam PISA kimia antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah berbeda secara signifikan. Kemampuan literasi sains siswa klaster atas lebih tinggi dibandingkan kemampuan literasi sains siswa klaster menengah dan klaster bawah. Sementara itu, kemampuan literasi sains siswa klaster menengah lebih tinggi dibandingkan kemampuan literasi sains siswa klaster bawah. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap siswa terhadap sains dalam angket PISA antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah.

6. Tiga dari delapan orang guru yang diwawancarai telah menerapkan pembelajaran kimia berbasis literasi sains walaupun hanya sesekali. Sementara itu, dua dari delapan orang guru yang diwawancarai telah menerapkan penilaian hasil belajar kimia yang berorientasi pengembangan literasi sains siswa, dan itu pun masih sesekali. Ini dapat menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal PISA-kimia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam proses sains mengidentifikasi isu ilmiah sangat rendah. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang selama ini berlangsung perlu diperbaiki dengan jalan merancang pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk bertanya, bernalar dan berargumentasi. Sesuai dengan kurikulum 2013, ini sebenarnya merujuk kepada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, hendaknya guru benar-benar menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut.

2. Berdasarkan temuan penelitian, sebagian guru menyatakan bahwa mereka belum pernah menggunakan soal-soal yang mengukur tingkat literasi sains siswa seperti soal PISA. Oleh karena itu, hendaknya guru didorong menggunakan model soal berbasis literasi sains dalam penilaian hasil belajar.


(40)

99

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam menghadapi soal-soal berbasis literasi sains serupa PISA.

3. Guru diharapkan dapat memilih pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat ketika membelajarkan konten-konten kimia yang menunjukkan capaian literasi siswa yang sangat rendah dalam rangka meningkatkan capaian siswa pada konten kimia tersebut.

4. Siswa-siswa tidak dapat mencapai hasil yang baik tanpa bimbingan guru yang terampil dan profesional, waktu belajar yang cukup, dan sumber belajar disekelilingnya. Semua ini tidak terlepas dari dukungan stake holder terkait. 5. Stake holder terkait perlu untuk mempertimbangkan pengembangan soal ujian

nasional berbasis literasi dalam rangka menyiapkan anak-anak Indonesia sejak dini sebagai sumber daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. 6. Peneliti merekomendasikan perlunya dilakukan penelitian lanjutan tentang

verifikasi apakah guru kimia telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains melalui data-data pendukung lainnya seperti observasi pembelajaran, wawancara terhadap siswa mengenai pembelajaran dan melakukan kajian terhadap soal-soal ulangan yang selama ini digunakan.

7. Peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait pemetaan kemampuan literasi sains siswa dalam PISA dan upaya untuk memperbaiki kelemahan siswa yang terungkap dalam penelitian tersebut.


(41)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Balitbang Depdikbud. (2011). Seminar pisa: analisis trend kemampuan siswa indonesia hasil pisa 2000-2009. Jakarta: Depdikbud.

Balitbang Depdiknas. (2007). Ringkasan studi pisa 2006. Jakarta: Depdiknas Balitbang Depdiknas. (2006). Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia

dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca. Jakarta: Depdiknas.

CCCSE. (2010). Benchmarking & benchmarks: effective practice with entering students. Austin, TX: The University of Texas at Austin, Community College Leadership Program.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdikbud (2013). Dokumen peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan

republik indonesia nomor 69 tahun 2013. Jakarta: Depdikbud.

Firman, H. (2007). Laporan analisis literasi sains berdasarkan hasil pisa nasional tahun 2006. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Firman, H. (2013). Evaluasi pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Hafsari (2012). Analisis kemampuan membaca dan menggambar representasi submikroskopik siswa sma pada topik larutan elektrolit dan nonelektrolit. Tesis pada Prodi Pendidikan IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Harlen, W. (2013). Assessment & inquiry-based science education: issues in policy and practice. Trieste: Global Network Of Science Academies Science

Education Programme. [Online]. Tersedia di:

http://www.interacademies.net/File.aspx?id=21245 . Diakses 25 September 2013.

Hayat, B. (2003). Kemampuan dasar untuk hidup: prestasi literasi membaca, matematika, dan sains anak Indonesia usia 15 tahun di dunia internasional. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan


(42)

101

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Enviromental & Science Education, 4 (3), 275-288. Knighton, T., Brochu, P., & Gluszynski (2010). Measuring up: canadian results

of the oecd pisa study. Ottawa: Minister of Industry.

McMilan, J.H. (2007). Classroom assessment: principles and practice for effective standard-based instruction. Boston: Pearson Education.

McMilan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in education: a conceptual introduction. New York: Addison Wesley Longman.

NGA, CCSSO, & Achieve. (2008). Benchmarking for success: ensuring u.s. students receive a world-class education. Washington: National Governors Association.

Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007). Educational assessment of students. New Jersey: Pearson Education.

Nuh, M. (2013, 23 Oktober). UN upaya pengendalian mutu pendidikan. Kompas, hlm. 6.

OECD. (2006). Assessing scientific, reading and mathematical literacy: a framework for PISA 2006. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

OECD. (2012). PISA 2012 assessment and analytical framework: mathematics, reading, science, problem solving and financial literacy. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

OECD. (2013). PISA 2012 results in focus: what 15-year-olds know and what they can do with what they know. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

Rustaman, N.Y. (2011). Trend literasi sains siswa indonesia dalam studi pisa 2000-2009. Jakarta: Balitbang Depdikbud.

Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dengan Program Pascasarjana UPI.


(1)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Capaian siswa penelitian pada tiga dari empat konten kimia yaitu konten komposisi materi, sifat materi, dan energi yang menyertai perubahan materi, masih berada pada kisaran yang rendah, yaitu kurang dari separuh siswa mampu menjawab dengan jawaban yang benar. Pada konten kimia komposisi materi, sifat materi, dan perubahan materi, capaian siswa penelitian lebih tinggi dibandingkan PISA nasional. Namun, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional pada semua konten kimia. 2. Capaian siswa penelitian pada semua indikator proses sains masih berada pada

kisaran yang rendah. Siswa penelitian memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan PISA nasional pada indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Namun, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional pada semua indikator proses sains.

3. Capaian siswa penelitian pada hampir semua konteks sains selain konteks sumber daya alam masih berada pada kisaran yang rendah. Pada semua konteks sains, siswa penelitian memiliki capaian yang lebih rendah dibandingkan PISA internasional. Namun, capaian siswa penelitian lebih tinggi dibandingkan PISA nasional pada tiga dari lima konteks yaitu konteks sumber daya alam, lingkungan, dan bahaya.

4. Sebagian besar siswa setuju bahwa pembelajaran kimia menyenangkan, memiliki motivasi untuk belajar kimia, memiliki motivasi untuk berkarir dalam bidang yang berhubungan dengan kimia, serta memandang kimia bernilai secara umum dan bagi diri sendiri. Akan tetapi, sebagian besar siswa merasa sulit mempelajari dan memahami materi kimia.


(2)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kemampuan literasi sains siswa dalam PISA kimia antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah berbeda secara signifikan. Kemampuan literasi sains siswa klaster atas lebih tinggi dibandingkan kemampuan literasi sains siswa klaster menengah dan klaster bawah. Sementara itu, kemampuan literasi sains siswa klaster menengah lebih tinggi dibandingkan kemampuan literasi sains siswa klaster bawah. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap siswa terhadap sains dalam angket PISA antara klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah.

6. Tiga dari delapan orang guru yang diwawancarai telah menerapkan pembelajaran kimia berbasis literasi sains walaupun hanya sesekali. Sementara itu, dua dari delapan orang guru yang diwawancarai telah menerapkan penilaian hasil belajar kimia yang berorientasi pengembangan literasi sains siswa, dan itu pun masih sesekali. Ini dapat menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal PISA-kimia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam proses sains mengidentifikasi isu ilmiah sangat rendah. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang selama ini berlangsung perlu diperbaiki dengan jalan merancang pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk bertanya, bernalar dan berargumentasi. Sesuai dengan kurikulum 2013, ini sebenarnya merujuk kepada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, hendaknya guru benar-benar menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut.

2. Berdasarkan temuan penelitian, sebagian guru menyatakan bahwa mereka belum pernah menggunakan soal-soal yang mengukur tingkat literasi sains siswa seperti soal PISA. Oleh karena itu, hendaknya guru didorong menggunakan model soal berbasis literasi sains dalam penilaian hasil belajar.


(3)

99

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam menghadapi soal-soal berbasis literasi sains serupa PISA.

3. Guru diharapkan dapat memilih pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat ketika membelajarkan konten-konten kimia yang menunjukkan capaian literasi siswa yang sangat rendah dalam rangka meningkatkan capaian siswa pada konten kimia tersebut.

4. Siswa-siswa tidak dapat mencapai hasil yang baik tanpa bimbingan guru yang terampil dan profesional, waktu belajar yang cukup, dan sumber belajar disekelilingnya. Semua ini tidak terlepas dari dukungan stake holder terkait.

5. Stake holder terkait perlu untuk mempertimbangkan pengembangan soal ujian

nasional berbasis literasi dalam rangka menyiapkan anak-anak Indonesia sejak dini sebagai sumber daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. 6. Peneliti merekomendasikan perlunya dilakukan penelitian lanjutan tentang

verifikasi apakah guru kimia telah menerapkan pembelajaran dan penilaian hasil belajar berbasis literasi sains melalui data-data pendukung lainnya seperti observasi pembelajaran, wawancara terhadap siswa mengenai pembelajaran dan melakukan kajian terhadap soal-soal ulangan yang selama ini digunakan.

7. Peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait pemetaan kemampuan literasi sains siswa dalam PISA dan upaya untuk memperbaiki kelemahan siswa yang terungkap dalam penelitian tersebut.


(4)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Balitbang Depdikbud. (2011). Seminar pisa: analisis trend kemampuan siswa indonesia hasil pisa 2000-2009. Jakarta: Depdikbud.

Balitbang Depdiknas. (2007). Ringkasan studi pisa 2006. Jakarta: Depdiknas Balitbang Depdiknas. (2006). Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia

dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca. Jakarta: Depdiknas.

CCCSE. (2010). Benchmarking & benchmarks: effective practice with entering students. Austin, TX: The University of Texas at Austin, Community College Leadership Program.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdikbud (2013). Dokumen peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan

republik indonesia nomor 69 tahun 2013. Jakarta: Depdikbud.

Firman, H. (2007). Laporan analisis literasi sains berdasarkan hasil pisa nasional tahun 2006. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Firman, H. (2013). Evaluasi pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Hafsari (2012). Analisis kemampuan membaca dan menggambar representasi submikroskopik siswa sma pada topik larutan elektrolit dan nonelektrolit. Tesis pada Prodi Pendidikan IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Harlen, W. (2013). Assessment & inquiry-based science education: issues in policy and practice. Trieste: Global Network Of Science Academies Science

Education Programme. [Online]. Tersedia di:

http://www.interacademies.net/File.aspx?id=21245 . Diakses 25 September 2013.

Hayat, B. (2003). Kemampuan dasar untuk hidup: prestasi literasi membaca, matematika, dan sains anak Indonesia usia 15 tahun di dunia internasional. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan


(5)

101

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Enviromental & Science Education, 4 (3), 275-288. Knighton, T., Brochu, P., & Gluszynski (2010). Measuring up: canadian results

of the oecd pisa study. Ottawa: Minister of Industry.

McMilan, J.H. (2007). Classroom assessment: principles and practice for effective standard-based instruction. Boston: Pearson Education.

McMilan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in education: a conceptual introduction. New York: Addison Wesley Longman.

NGA, CCSSO, & Achieve. (2008). Benchmarking for success: ensuring u.s. students receive a world-class education. Washington: National Governors Association.

Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007). Educational assessment of students. New Jersey: Pearson Education.

Nuh, M. (2013, 23 Oktober). UN upaya pengendalian mutu pendidikan. Kompas, hlm. 6.

OECD. (2006). Assessing scientific, reading and mathematical literacy: a framework for PISA 2006. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

OECD. (2012). PISA 2012 assessment and analytical framework: mathematics, reading, science, problem solving and financial literacy. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

OECD. (2013). PISA 2012 results in focus: what 15-year-olds know and what

they can do with what they know. [Online]. Tersedia di:

http://www.oecd.org. Diakses 6 Desember 2013.

Rustaman, N.Y. (2011). Trend literasi sains siswa indonesia dalam studi pisa 2000-2009. Jakarta: Balitbang Depdikbud.

Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dengan Program Pascasarjana UPI.


(6)

Seprianto, 2014

Capaian Literasi Sains siswa SMAN Di Kota Padang Dalam Pisa-Kimia Ditinjau Dari Benchmark Nasional Dan Internasional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunarya, Y., Kusrijadi, A., & Sonjaya, Y. (2000). Kimia dasar jilid 1. Bandung: Jurusan Kimia FPMIPA IKIP Bandung.

Suwarto (2013). Pengembangan tes diagnostik dalam pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tjalla, A. (2009). Potret mutu pendidikan indonesia ditinjau dari hasil-hasil studi

internasional. [Online]. Tersedia di:

http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG601.pdf. Diakses 17 Januari 2014. Wiersma, W. & Jurs, S.G. (1990). Educational measurement and testing. Boston:

Allyn and Bacon.

Wiersma, W. & Jurs, S.G. (2009). Research methods in education. Boston: Allyn and Bacon.

Wulan, A.R. (2003). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan

pengukuran.[Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/

197404171999032ANA_RATNAWULAN/pengertian-asesmen.pdf. Diakses 25 September 2013.

Yusuf, S. (2006). Perbandingan gender dalam prestasi literasi siswa indonesia. [Online]. Tersedia di: http://www.uninus.ac.id. Diakses 17 Januari 2014. Yusuf, S. (2006). Tingkat literasi membaca siswa indonesia dan upaya

pengembangan model ujian nasional berbasis literasi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.