KONTRIBUSI KONSEP DASAR KIMIA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENALARAN TERHADAP CAPAIAN SISWA SMP DALAM TIMSS-KIMIA.

(1)

KONTRIBUSI KONSEP DASAR KIMIA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENALARAN TERHADAP CAPAIAN SISWA SMP

DALAM TIMSS-KIMIA TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh: Andhika Baruri

NIM 1201456

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

KONTRIBUSI KONSEP DASAR KIMIA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENALARAN TERHADAP CAPAIAN SISWA SMP

DALAM TIMSS-KIMIA

Oleh Andhika Baruri

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia

© Andhika Baruri

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. KAJIAN PUSTAKA 1. Studi TIMSS ... 8

2. Kerangka Kerja Penilaian (Assesment Framework) TIMSS ... 10

3. Konsep Dasar Kimia ... 14

4. Keterampilan Proses Sains ... 18

5. Penalaran (Reasoning) ... 23

6. Tinjauan Materi Kimia Berdasarkan Domain Konten TIMSS ... 27

7. Penelitian Yang Relevan ... 31

B. Kerangka Pemikiran ... 33


(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Definisi Operasional... 39

D. Instrumen Penelitian... 40

E. Analisis Instrumen ... 41

F. Prosedur dan Alur Penelitian ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Analisis Deskriptif TIMSS-Kimia, Konsep Dasar Kimia, Keterampilan Proses Sains dan Penalaran ... 55

a. Capaian TIMSS-Kimia Siswa ... 55

b. Capaian Konsep Dasar Kimia Siswa ... 57

c. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 59

d. Kemampuan Penalaran Siswa ... 62

2. Pengujian Hipotesis ... 64

a. Hubungan antara konsep dasar kimia dengan capaian TIMSS-Kimia 64 b. Hubungan antara Keterampilan Proses Sains dengan Capaian TIMSS-Kimia ... 66

c. Hubungan antara Penalaran dengan Capaian TIMSS-Kimia ... 67

d. Hubungan Antara Konsep Dasar Kimia, Keterampilan Proses Sains dan Penalaran Secara Bersama-sama Dengan Capaian TIMSS-Kimia ... 68

B. Pembahasan ... 71

1. Capaian TIMSS-Kimia Siswa ... 71

2. Capaian Konsep Dasar Kimia Siswa ... 73

3. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 74


(6)

5. Hubungan antara Konsep Dasar Kimia dengan Capaian

TIMSS-Kimia ... 76 6. Hubungan antara Keterampilan Proses Sains dengan Capaian

TIMSS-Kimia ... 77 7. Hubungan antara Penalaran dengan Capaian TIMSS-Kimia... 79 8. Hubungan antara Konsep Dasar Kimia, Keterampilan Proses

Sains dan Penalaran Secara Bersama-sama Dengan Capaian

TIMSS-Kimia ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains ... 9

2.2 Analisis Cakupan Konsep Dasar Kimia Pada Soal TIMSS-Kimia ... 15

2.3 Aspek KPS dan Karakteristiknya ... 19

2.4 Perbedaan Sifat Zat Padat, Cair Dan Gas ... 27

3.1 Nilai Kritis CVR (Content Validity Ratio) ... 42

3.2 Kriteria Validitas Butir Soal ... 44

3.3 Kategori Reliabilitas Tes ... 45

3.4 Kategori Daya Pembeda ... 46

3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 47

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.7 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 52

4.1 Statistik Deskriptif Skor Tes TIMSS-Kimia ... 55

4.2 Statistik Deskriptif Skor Tes Konsep Dasar Kimia ... 57

4.3 Statistik Deskriptif Skor Tes Keterampilan Proses Sains ... 60

4.4 Statistik Deskriptif Skor Tes Penalaran ... 62

4.5 Korelasi parsial antara Konsep Dasar Kimia dengan TIMSS-Kimia ... 65

4.6 Korelasi Parsial antara KPS dengan TIMSS-Kimia ... 66

4.7 Korelasi Parsial antara Penalaran dengan TIMSS-Kimia ... 67

4.8 Model Summary: Hubungan Konsep Dasar Kimia, Keterampilan Proses Sains dan Penalaran dengan Capaian TIMSS-Kimia Siswa ... 68

4.9 Model Anova: Hubungan Konsep Dasar kimia, Keterampilan Proses Sains dan Penalaran dengan Capaian TIMSS-Kimia Siswa ... 69

4.10Koefisien Regresi: Hubungan Konsep Dasar Kimia, Keterampilan Proses Sains dan Penalaran dengan Capaian TIMSS-Kimia ... 70


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 35

3.2 Bagan Alur Penelitian ... 49

4.1 Histogram Rata-rata Skor TIMSS-Kimia Siswa ... 56

4.2Histogram Capaian Siswa Berdasarkan Domain Konten Kimia TIMSS ... 57

4.3 Histogram Skor Konsep Dasar Kimia Siswa ... 58

4.4 Histogram Capaian Siswa Pada Masing-masing Topik Konsep Dasar Kimia ... 59

4.5 Histogram Skor Keterampilan Proses Sains Siswa ... 60

4.6 Histogram Proportion Correct Masing-masing Aspek KPS ... 61

4.7 Histogram Rata-rata Skor Penalaran Siswa ... 63


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A

A.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes TIMSS-Kimia ... 88

A.2 Instrumen Tes TIMSS-Kimia ... 89

A.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Konsep Dasar Kimia ... 95

A.4 Instrumen Tes Konsep Dasar Kimia ... 101

A.5 Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 104

A.6 Instrumen Tes Penalaran... 112

LAMPIRAN B B.1 Lembar Validasi Terjemahan TIMSS-Kimia ... 122

B.2 Lembar Validasi Terjemahan Keterampilan Proses Sains... 128

B.3 Lembar Validasi Terjemahan Penalaran ... 136

B.4 Lembar Validasi Konten Tes Konsep Dasar Kimia ... 148

LAMPIRAN C C.1 Perhitungan Nilai CVR Tes Konsep Dasar Kimia ... 158

C.2 Distribusi Skor Uji Coba Tes Konsep Dasar Kimia ... 160

C.3 Analisis Reliabilitas Tes Konsep Dasar Kimia ... 162

C.4 Analisis Instrumen Tes konsep Dasar kimia ... 163

C.5 Rekapitulasi Skor TIMSS-Kimia, Skor Konsep Dasar Kimia, Skor KPS, Skor Penalaran Siswa ... 167

C.6 Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Linieritas... 175

LAMPIRAN D D.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 182

D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 185


(10)

ABSTRAK

KONTRIBUSI KONSEP DASAR KIMIA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENALARAN TERHADAP CAPAIAN SISWA SMP

DALAM TIMSS-KIMIA

Penelitian ini bertujuan mendapat gambaran tentang kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional, dengan desain penelitian explanatory dan desain prediction. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN di Kota Bandung pada tahun pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes, meliputi tes TIMSS-Kimia, tes keterampilan proses sains dan tes penalaran. Pengolahan data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) capaian TIMSS-Kimia siswa tergolong dalam kategori rendah. (2) capaian Konsep Dasar Kimia siswa tergolong dalam kategori rendah. (3) Profil keterampilan proses sains siswa tergolong dalam kategori sedang. (4) profil kemampuan penalaran siswa berada pada tahap konkret. (5) terdapat hubungan positif dan signifikan antara konsep dasar kimia terhadap capaian TIMSS-Kimia r (0,43) p < 0,05. (6) terdapat hubungan positif dan signifikan antara Keterampilan Proses Sains terhadap capaian TIMSS-Kimia siswa r (0,34) p < 0,05, (7) terdapat hubungan positif dan signifikan antara penalaran terhadap capaian TIMSS-Kimia siswa r (0,42) p < 0,05, dan (8) terdapat hubungan positif dan signifikan antara konsep dasar kimia, Keterampilan Proses Sains dan penalaran secara bersama-sama (simultan) terhadap capaian TIMSS-Kimia siswa R (0,756) p < 0,05, yang menunjukkan hubungan yang kuat antara ketiga variabel bebas dengan variabel terikat. Kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran secara bersama-sama sebesar 57,1%. Kontribusi terbesar diberikan oleh variabel penalaran, kemudian yang kedua variabel konsep dasar kimia, dan yang terkecil disumbang oleh variabel keterampilan proses sains.

Kata kunci : Kontribusi, TIMSS-Kimia, Konsep Dasar Kimia, Keterampilan


(11)

ABSTRACT

CONTRIBUTION OF CHEMISTRY BASIC CONCEPT, SCIENCE PROCESS SKILL AND REASONING TOWARD STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN

JUNIOR HIGH SCHOOL ON TIMSS-CHEMISTRY

The aim of this study was to investigate the contribution of chemistry basic concept, science process skill, and reasoning toward students’ achievement in junior high school on TIMSS-Chemistry. This study used correlational study which combined explanatory research design and the prediction design. The population in this study was the eighth grade of junior high school student in Bandung which the school year 2013/2014. Sampling was stratified random sampling technique. The data was collected by test techniques, including TIMSS-Chemistry test, science process skill test, and reasoning abilities test. The data collected was analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. Findings of this study showed that (1) Students’ achievement on TIMSS-Chemistry was classified in low category. (2) Students’ achievement on Basic Concepts of Chemistry was classified in low category. (3) Student’s profile on science process skills was classified in medium category. (4) Students’ profile on reasoning abilities was at the concrete level. (5) there was positive and significant correlation between chemistry basic concept and achievement on TIMSS-Chemistry with r (0.43) p<0.05. (6) there was positive and significant correlation between Science Process Skills and students’ achievement on TIMSS-Chemistry with r (0.34) p<0.05. (7) there was positive and significant correlation between reasoning toward students’ achievement and achievement on TIMSS-Chemistry with r (0,42) p<0.05. and (8) there was simultaneously positive and significant relationship among chemistry basic concepts, science process skills and reasoning toward students’ achievement on TIMSS-Chemistry with R (0.756) p<0.05, which showed strong correlation between independent variables and dependent variable The contribution of chemistry basic concepts, science process skills and reasoning together were 57.1%. The biggest contribution given by variable reasoning, then variable are the chemistry basic concepts, and the smallest contributed by variable science process skills.

Keywords: Contribution, TIMSS-Chemistry, Chemistry Basic Concepts, Science


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus hasil belajar peserta didik berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Keberadaan TIMSS adalah sebagai studi yang berlanjut dilakukan setiap empat tahun sekali dan merupakan rangkaian panjang dari studi yang dilakukan oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang berada di Amsterdam, Belanda, yaitu sebuah asosiasi internasional untuk menilai prestasi dalam pendidikan. TIMSS dirancang untuk meneliti pengetahuan dan kemampuan matematika dan sains anak-anak berusia 14 tahun beserta informasi yang berasal dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah. TIMSS menampilkan empat tingkat pada skala sebagai standar internasional. Empat tingkatan untuk merepresentasikan rentang kemampuan peserta didik berdasar benchmark internasional tersebut adalah standar mahir (625), standar tinggi (550), standar menengah (475), dan standar rendah (400).

Bagi Indonesia, tujuan keikutsertaan Indonesia di dalam studi ini adalah untuk mendapat informasi mengenai kemampuan peserta didik Indonesia di bidang matematika dan sains berdasarkan benchmark Internasional, disamping itu juga untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di Negara lain serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Oleh sebab itu, hasil studi ini diharapkan menjadi masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan (Litbang, Depdiknas: 2013).

Berdasarkan hasil studi yang pernah diikuti oleh Indonesia khususnya TIMSS, posisi Indonesia masih berada dibawah benchmark internasional. Berdasarkan hasil studi TIMSS untuk bidang sains, pada tahun 1999 Indonesia berada di posisi 32 dari 38 negara peserta. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada


(13)

2

posisi 37 dari 46 negara peserta, tahun 2007 Indonesia berada diposisi 35 dari 49 negara peserta dan hasil studi terbaru yaitu tahun 2011 posisi Indonesia turun menjadi 40 dari 45 negara peserta. Ini artinya selama keikutsertaan Indonesia dalam studi TIMSS masih belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, capaian siswa Indonesia dalam studi TIMS berada pada standar rendah (400) serta tidak terjadi peningkatan prestasi siswa Indonesia dalam studi internasional (Kemendikbud 2013).

Pada saat Indonesia mengikuti TIMSS pertama kalinya pada tahun 1999 dan 2003, pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum 1994, dimana mata pelajaran kimia hanya dipelajari pada tingkat SMA sementara di tingkat SMP belum dipelajari. Kemudian pada tahun 2007, bidang studi kimia sudah termasuk dalam materi mata pelajaran IPA pada kurikulum SMP. Dengan adanya perubahan kurikulum ini, seharusnya posisi Indonesia dalam studi TIMSS akan mengalami perbaikan dibandingkan tahun 1999 dan 2003. Namun demikian, tidak seperti yang diharapkan prestasi anak-anak Indonesia tetap berada diurutan terbawah, bahkan posisi Indonesia berada dibawah negara-negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand yang juga ikut berpartisipasi dalam studi Internasional ini.

Rendahnya capaian siswa Indonesia dalam studi TIMSS merupakan potret dari rendahnya hasil belajar siswa Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, menurut Winkel (2005) beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi siswa di antaranya: kurikulum pengajaran dan efektivitas pembelajaran. Salah satu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah dengan pendekatan keterampilan proses. Menurut Sagala (2010) pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses sains. Kaitannya dengan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Karena kelebihan keterampilan proses membuat siswa menjadi bersifat kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh


(14)

3

pengetahuan. Dengan keterampilan proses sains maka siswa dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Sejalan dengan hal ini Rustaman, dkk. (2005) menyatakan bahwa belajar dengan keterampilan proses sains memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan IPA sehingga keterampilan proses sains turut menunjang penguasaan konsep siswa.

Selain faktor eksternal, menurut Clark (dalam Sudirno, 2002: 43) 70 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa (faktor internal). Salah satu faktor internal yang menunjang hasil belajar siswa adalah kemampuan penalaran siswa. Menurut Santoso (1993), mengemukakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Disamping itu, Lawson et. al (dalam Valanides, 1997) mengungkapkan bahwa kemampuan penalaran formal telah diidentifikasi sebagai kemampuan yang esensial bagi keberhasilan dalam pembelajaran matematika dan sains.

Disamping itu, pengusaan konsep prasyarat juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diungkapkan dalam teori belajar Gagne (dalam Mulyati, 2007: 90) yang menyebutkan bahwa peserta didik tidak akan berhasil dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan diatasnya jika tidak menguasai pengetahuan atau keterampilan prasyaratnya (prerequisite). Sejalan dengan hal ini Ausubel (Dahar, 2011: 95) menyebutkan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Anderson (2001) menjelaskan cara memperoleh konsep yaitu siswa mengkonstruk konsep dengan cara mengaitkan konsep yang baru diperoleh dengan pengetahuan awal yang terdapat pada skema dan kerangka dalam struktur kognitif siswa.

Oleh karena itu, rendahnya capaian peserta didik Indonesia pada TIMSS perlu kajian terkait baik pada domain konten maupun domain kognitif. Dengan penelitian tersebut dapat membantu memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperbaiki dan kebijakan apa yang harus diambil untuk memperbaiki


(15)

4

capaian siswa Indonesia dalam studi internasional. Sebenarnya penelitian lanjutan terkait hasil studi TIMSS sudah banyak dilakukan. Namun studi lanjutan tersebut masih dalam bidang matematika, sementara untuk bidang sains khususnya kimia belum banyak dilakukan.

Berbagai studi pasca TIMSS telah dilakukan untuk mengungkap dan menganalisis penyebab rendahnya capaian siswa Indonesia dalam studi Internasional. Dalam bidang matematika, Puspendik Balitbang Kemendikbud menyebutkan rendahnya capaian matematika siswa Indonesia disebabkan rendahnya kemampuan penalaran literasi matematika siswa Indonesia. Sedangkan dalam bidang sains ditemukan kelemahan-kelemahan siswa kita pada literasi sains. Kelemahan-kelemahan siswa-siswa Indonesia antara lain disebabkan oleh rendahnya kemampuan mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan, dan memahami penggunaan peralatan sains.

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Kartini (2008) yang menganalisis perbandingan capaian hasil tes kimia siswa kelas VIII, IX, X dan XI berdasarkan pengujian dengan soal-soal kimia TIMSS tahun 1999 dan 2003. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa capaian hasil tes TIMSS kimia siswa meningkat sesuai dengan tingkatan kelasnya. Enck (2011) melihat hubungan antara prestasi siswa pada TIMSS 2007 dengan pembelajaran konstruktivisme dan ukuran kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi guru menggunakan strategi konstruktivisme dan ukuran kelas dengan prestasi siswa dalam TIMSS 2007. Disamping itu, Letao & Bradley (2011) menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi sains siswa, diantaranya sosial ekonomi siswa, strategi guru dalam pembelajaran, pengalaman guru, otonomi sekolah, ukuran kelas, kurikulum, pembelajaran dan lain sebagainya.


(16)

5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia. Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berwenang dalam perumusan kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya kimia, sehingga nantinya dapat memperbaiki posisi Indonesia dalam studi Internasional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia?” untuk mempermudah pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, maka rumusan masalah diatas dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah capaian TIMSS-Kimia siswa kelas VIII SMP?

2. Bagaimanakah capaian konsep dasar kimia siswa kelas VIII SMP? 3. Bagaimanakah keterampilan proses sains siwa kelas VIII SMP? 4. Bagaimanakah kemampuan penalaran siswa kelas VIII SMP?

5. Bagaimanakah hubungan konsep dasar kimia dengan capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia?

6. Bagaimanakah hubungan keterampilan proses sains dengan capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia?

7. Bagaimanakah hubungan penalaran dengan capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia?

8. Secara bersama-sama bagaimanakah hubungan serta kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia?


(17)

6

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan penafsiran, maka peneliti perlu membatasi masalah penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor yang diduga memberikan kontribusi terhadap capaian siswa dalam TIMSS-Kimia dibatasi pada aspek konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan kemampuan penalaran.

2. Tes TIMSS-Kimia diambil dari TIMSS released items pada studi tahun 2003-2011.

3. Konsep dasar kimia yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada konsep-konsep IPA-Kimia yang terkait dengan cakupan konsep-konsep yang diujikan dalam TIMSS-Kimia.

4. Aspek KPS yang diukur dibatasi pada aspek mengukur, menyimpulkan, memprediksi, mengkomunikasikan, menafsirkan data, mengontrol variabel, definisi operasional variabel, berhipotesis dan bereksperimen.

5. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini secara umum ditujukan untuk: melihat kontribusi pengetahuan, keterampilan proses sains, dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan hasil TIMSS-Kimia siswa kelas VIII SMP.

2. Mendeskripsikan capaian konsep dasar kimia siswa kelas VIII SMP terkait TIMSS-Kimia.

3. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains Siswa kelas VIII SMP. 4. Mendeskripsikan kemampuan Penalaran siswa kelas VIII SMP.

5. Mengetahui hubungan konsep dasar kimia terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia.

6. Mengetahui hubungan keterampilan proses sains terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia.


(18)

7

7. Mengetahui hubungan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia.

8. Mengetahui secara bersama-sama hubungan serta kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran dengan capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi capaian siswa dalam TIMSS-Kimia, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Disamping itu bisa memberikan gambaran mengenai bagaimana penyusunan tes untuk penilaian formatif dan sumatif yang selevel dengan penilaian internasional.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan, perbaikan mutu pendidikan dimasa mendatang.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan dan melanjutkan penelitian ini sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini ingin mengkaji seberapa kuat hubungan serta seberapa besar kontribusi konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap capaian siswa SMP dalam TIMSS-Kimia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Menurut Creswell (2012: 337) studi korelasi digunakan untuk memprediksi skor dan menjelaskan hubungan antar variabel. Dalam penelitian korelasional, peneliti menggunakan uji statistik korelasi untuk menggambarkan dan mengukur derajat hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mencoba untuk mengontrol atau memanipulasi variabel. Sejalan dengan hal ini, Sudjana & Ibrahim (2007: 77) menyebutkan bahwa studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory design dan prediction design. Desain explanatory digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variasi dalam suatu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Sedangkan desain prediction bertujuan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang dapat memprediksi hasil atau variabel tertentu (Creswell, 2012: 340). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (independent variable) yaitu konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran, sedangkan variabel terikat (dependent variable) yaitu capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

Tujuan teknik korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti berdasarkan hasil pengumpulan data, apakah terdapat hubungan atau tidak, (2) untuk menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel tersebut kuat, sedang atau lemah, dan (3) ingin memperoleh kepastian secara matematis apakah hubungan antar variabel merupakan hubungan yang meyakinkan (signifikan) atau hubungan yang tidak meyakinkan (Sudijono, 2004: 188).


(20)

38

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Karena TIMSS merupakan studi Internasional yang menilai kemampuan siswa usia 14 tahun dalam bidang matematika dan sains, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Bandung pada tahun akademik 2013/2014. Berdasarkan data dari dinas Pendidikan Kota Bandung, jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Bandung adalah sekitar 11.000 siswa dari 53 sekolah.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling. Seluruh SMP Negeri di kota Bandung di kelompokkan kedalam tiga klaster berdasarkan trend hasil Ujian Nasional dua tahun terakhir yang diakses dari website Balitbang Depdikbud tahun 2013. Dari setiap klaster dipilih masing-masing dua sekolah secara acak. Sekolah yang terpilih mewakili sekolah klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah. Kemudian dari masing-masing sekolah yang terpilih diambil dua kelas secara acak. Seluruh siswa SMP kelas VIII dalam kelas yang terpilih inilah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel penelitian ini terdiri dari 305 siswa SMP kelas VIII yang mewakili siswa pada sekolah klaster atas, klaster menengah dan klaster bawah.

Untuk membuat sebuah generalisasi terhadap populasi maka ukuran sampel yang diteliti harus mewakili populasi. Bartlett, Kotrilk, & Higgins (2001) dalam artikelnya telah merilis tabel standar mengenai ukuran sampel minimum jika diketahui ukuran populasi untuk data kontinu. Untuk populasi 10.000 – 11.000 siswa maka ukuran sampel minimumnya ± 119 orang. Maka dari pada itu, jumlah sampel sebanyak 305 siswa dalam penelitian ini telah


(21)

39

memenuhi ukuran sampel minimum yang dikemukakan oleh Bartlett, Kotrilk, & Higgins (2001).

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan pandangan dalam menafsirkan, maka beberapa istilah dalam penelitian ini dijelaskan sbb:

1. Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumbangan efektif variabel bebas (konsep dasar kimia, keterampilan proses sains, dan penalaran) terhadap variabel terikat (capaian TIMSS-Kimia siswa).

2. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi internasional untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Dasar. Studi ini diselenggarakan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang berada di Amsterdam, Belanda.

3. TIMSS-Kimia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes yang disusun dari item-item tes TIMSS tahun 2003-2011 khususnya pada bidang kimia. 4. Konsep dasar kimia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

konsep-konsep dasar IPA-Kimia yang terkait dengan cakupan materi kimia yang diujikan dalam TIMSS-Kimia.

5. Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa mental, keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses di ukur berdasarkan aspek keterampilan proses sains. Dalam penelitian ini aspek KPS yang diukur yaitu Aspek KPS yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek mengukur, menyimpulkan, memprediksi, mengkomunikasikan, menafsirkan data, mengontrol variabel, definisi operasional variabel, berhipotesis dan bereksperimen.

6. Penalaran yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kemampuan penalaran formal siswa. Ada enam jenis penalaran yang diukur yaitu konservasi berat dan volume, penalaran proporsional, kontrol variabel,


(22)

40

penalaran kombinatorial, penalaran probabilistik, dan penalaran hipotetik-deduktif.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati dalam penelitian (Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes tertulis TIMSS-Kimia, tes konsep dasar kimia, tes keterampilan proses sains, tes penalaran. 1. Tes TIMSS-Kimia

Tes tertulis TIMSS-Kimia adalah sub tes dari TIMSS sains yang terdiri atas item-item tes TIMSS 2003-2007 pada bidang kimia. Tes TIMSS-kimia yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Penggunaan tes tertulis TIMSS-Kimia bertujuan untuk memperoleh data mengenai capaian siswa SMP dalam studi TIMSS khususnya pada bidang studi kimia. Karena item tes yang asli berbahasa Inggris, maka item tes tersebut harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Instrumen tes TIMSS-Kimia dapat dilihat pada lampiran A.2.

2. Tes Konsep Dasar Kimia

Tes konsep dasar kimia adalah tes berbentuk pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep dasar kimia siswa sesuai dengan cakupan konsep TIMSS-Kimia, Konsep dasar kimia yang diukur dalam penelitian ini hanya konsep-konsep yang berkaitan dengan domain konten pada TIMSS-Kimia. Instrumen tes konsep dasar kimia ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.4.

3. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Tes keterampilan proses sains ini berbentuk tes pilihan ganda yang diuji berdasarkan aspek keterampilan proses sains. Tes ini diadaptasi dari tes Integrated Science Process Skill yang dikembangkan oleh Tek, O. E et. al., (2011) dengan reliabilitas tes yaitu α = 0.88, dan Monica (2005) dengan reliabilitas tes yaitu α = 0.81. aspek KPS yang diukur


(23)

41

dalam tes ini meliputi aspek mengukur, menyimpulkan, memprediksi, mengkomunikasikan, menafsirkan data, mengontrol variabel, definisi operasional variabel, berhipotesis dan bereksperimen. Instrumen tes ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.5.

4. Tes Penalaran

Tes penalaran ini digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran siswa. Tes penalaran ini diadaptasi dari Scientific Reasoning Test yang dikembangkan oleh Anton E Lawson pada tahun 1978 dan direvisi tahun 2000 berbentuk two tier multiple choice dengan jumlah item sebanyak 24 butir. Uji reliabilitas tes ini menggunakan KR 20 dengan nilai α = 0.78. Ada enam jenis penalaran yang diukur dari tes ini yaitu konservasi berat dan volume, penalaran proporsional, kontrol variabel, penalaran kombinatorial, penalaran probabilistik, dan penalaran hipotetik-deduktif. Karena item tes yang asli berbahasa Inggris, maka item tes tersebut harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Instrumen tes penalaran ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.6.

E. Analisis Instrumen

Tes konsep dasar kimia yang dikembangkan oleh peneliti merupakan perangkat tes yang belum standar. Agar perangkat tes ini layak digunakan, maka perlu dilakukan beberapa analisis instrumen diantaranya meliputi validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan indeks kesukaran. Penjabarannya secara lengkap adalah sebagai berikut:

1. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan dari suatu tes. Suatu tes dikatakatan valid atau sahih apabila tes dapat mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas yang diukur adalah:

a. Validitas Isi

Validitas isi adalah validitas dari alat ukur dari segi isi (content) materi pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut (Firman, 2013). Validasi isi berkenaan dengan kevalidan suatu alat ukur dipandang dari segi isi (content)


(24)

42

dengan indikator yang hendak di ukur. Soal tes yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh ahli kemudian di hitung nilai CVR (Content Validity Ratio) masing-masing butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

CVR = Content Validity Ratio

ne = Banyaknya pakar yang sepakat

N = Banyaknya pakar yang memvalidasi (Lawshe, 1975) CVR adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur validitas content. Dalam menentukan apakah judgment pakar dapat dinyatakan valid pada taraf alpha 0,05 (uji satu sisi) maka nilai CVRhitung harus

lebih besar dari pada nilai CVRtabel. Berdasarkan perhitungan ulang yang

dilakukan ulang oleh Wilson et. al., (2012) terhadap nilai CVRtabel untuk

masing-masing panelis, maka diperoleh nilai baru untuk CVRtabel. Proses

validasi instrumen tes konsep dasar kimia dilakukan oleh 7 orang dosen/expert pendidikan kimia UPI. Berikut Tabel nilai kritis CVR berdasarkan perhitungan ulang oleh Wilson et. al.

Tabel 3.1. Nilai Kritis Untuk CVR (Content Validity Ratio) Level of significance for One-tailed Test

0.1 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

Level of significance for Two-Tailed Test

N 0.2 0.1 0.05 0.02 0.01 0.002

5 6 7 8 9 10 0.573 0.523 0.485 0.453 0.427 0.405 0.736 0.672 0.622 0.582 0.548 0.520 0.877 0.800 0.741 0.693 0.653 0.620 0.99 0.950 0.879 0.822 0.775 0.736 0.99 0.99 0.974 0.911 0.859 0.815 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.997 CVR =


(25)

43

Karakteristik penilaian CVR adalah:

a. Ketika kurang dari setengah panelis yang menjawab “ya”, maka nilai CVR akan negatif.

b. Ketika setengah panelis menjawab “ya” dan setengah lagi menjawab “tidak” maka perolehan nilai CVR adalah 0.

c. Ketika seluruh panelis menjawab “ya” maka perolehan nilai CVR adalah 1.

d. Ketika jumlah panelis yang menjawab “ya” lebih dari setengah maka nilai CVR berkisar antara 0 - 0.99 (Wilson. et. al, 2012).

Hasil perhitungan nilai CVR (Content Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index) instrument tes konsep dasar kimia berdasarkan pertimbangan (judgement) para ahli menyatakan bahwa instrument konsep dasar kimia layak digunakan. Perhitungan nilai CVR dan CVI selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.1. Selain itu, beberapa catatan dari tenaga ahli sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan instrument.

b. Validitas Item atau Validitas Butir Soal

Arikunto (2008: 79) menjelaskan bahwa sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah:

Q P St

t p pbi

M -M

Dengan:

γ pbi = koefisien korelasi point biserial

Mp = mean dari subyek- subyek yang menjawab benar dari item yang

dicari validitasnya

Mt = mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut tes )

P = proporsi subyek (siswa ) yang menjawab benar item tersebut Q = proporsi siswa yang menjawab salah ( Q = 1-p )


(26)

44

Menurut Arikunto (2008: 80) interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Validitas Butir Soal

Koefisien Kriteria

0,80 < γpbi ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < γpbi ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < γpbi ≤ 0,60 Cukup

0,20 < γpbi ≤ 0,40 Rendah

0,00 < γpbi ≤ 0,20 Sangat rendah

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan pada objek yang sama secara berkali-kali (Arikunto, 2008: 85). Hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang terhadap subyek yang sama akan menunjukkan hasil yang tetap. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap setiap kali digunakan.

Metoda yang digunakan adalah metode konsistensi internal. Reliabilitas soal dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Cronbach alpha berikut ini:

r11 =

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : jumlah varians butir


(27)

45

Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 < α≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < α≤ 0,80 Tinggi 0,40 < α≤ 0,60 Cukup 0,20 < α≤ 0,40 Rendah

α≤ 0,20 Sangat rendah

Perhitungan reliabilitas tes ini menggunakan software IBM-SPSS 20. Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas tes konsep dasar kimia maka diperoleh nilai α = 0,78. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3. Kemudian berdasarkan kategori reliabilitas tes pada Tabel 3.3, maka tes konsep dasar kimia memiliki reliabilitas yang tergolong dalam kategori tinggi. Perhitungan reliabilitas tes konsep dasar kimia secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.

3. Daya Beda

Daya beda merupakan kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah, untuk menentukan daya beda suatu soal digunakan rumus (Arikunto, 2008: 213):

B A B B

A

A P P

J B J B

D   

Keterangan :

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar


(28)

46

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda (Arikunto, 2008: 213) dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00<DP≤0,20 Jelek (poor) 0,20<DP≤0,40 Cukup (satisfactory)

0,40<DP≤0,70 Baik (good)

0,70<DP≤1,00 Baik sekali (excellent)

Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan ANATES V4. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

4. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran merupakan angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar suatu soal. Bermutu atau tidaknya suatu soal tes dapat diketahui dari indeks kesukaran yang dimiliki oleh tiap-tiap soal tes tersebut. Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar dan juga tidak terlalu mudah dengan kata lain memiliki indeks kesukaran sedang atau cukup. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi kemampuannya untuk menyelesaikan. Sebaliknya soal yang terlalu sulit menyebabkan siswa patah semangat. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan rumus:

JS B P Keterangan :

P : Indeks kesukaran masing-masing soal

B : banyaknya testee yang menjawab dengan benar butir item soal JS : Jumlah testee


(29)

47

Tabel 3.5. Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00<TK≤0,30 Sukar

0,30<TK≤0,70 Sedang

0,70<TK≤1,00 Mudah

Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan ANATES V4. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

c. Prosedur dan Alur Penelitian

Dalam melihat kontribusi variabel konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran terhadap variabel capaian TIMSS-Kimia siswa SMP ada beberapa tahap penelitian yang dilakukan:

Tahap 1: Tahap Perencanaan Penelitian

a. Kajian pustaka dari framework TIMSS dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan studi TIMSS dari tahun 2003 sampai 2011.

b. Kajian item tes TIMSS dari tahun 2003 sampai 2011 untuk menentukan item tes yang berkaitan dengan ilmu kimia.

c. Kajian konsep dasar kimia terkait cakupan konsep-konsep yang diujikan dalam TIMSS-Kimia.

Tahap 2: Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Menyusun instrumen penelitian yaitu tes TIMSS-Kimia, tes konsep dasar kimia, tes keterampilan proses sains dan tes penalaran.

b. Tes TIMSS-Kimia diambil dari release item TIMSS dari tahun 2003 sampai 2011 yang berkaitan dengan ilmu kimia diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan divalidasi dari sisi terjemahan kepada pembimbing.

c. Tes konsep dasar kimia disusun berdasarkan cakupan materi pada soal-soal TIMSS-Kimia. Konsep dasar kimia yang diukur dalam penelitian ini hanya yang berkaitan dengan cakupan materi kimia yang diujikan dalam TIMSS-Kimia


(30)

48

d. Tes keterampilan proses sains diadaptasi dari tes standar. Karena item tes standar menggunakan bahasa Inggris, maka perlu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia serta diadaptasi sesuai dengan konteks Indonesia. Adapun aspek KPS yang diujikan meliputi aspek mengukur, menyimpulkan, memprediksi, mengkomunikasikan, menafsirkan data, mengontrol variabel, definisi operasional variabel, berhipotesis dan bereksperimen.

e. Tes penalaran di adaptasi dari Sciencetific Reasoning Test yang dikembangkan oleh Lawson tahun 1978 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia .

f. Memvalidasi instrumen penelitian yang telah disusun kepada dosen pembimbing dan dosen pakar (judgment expert).

g. Perbaikan dan revisi instrumen.

h. Pelaksanaan tes tertulis TIMSS-Kimia, tes konsep dasar kimia, tes keterampilan proses sains dan tes penalaran pada siswa SMP kelas VIII.

Tahap 3: Tahap Analisis Data Hasil Penelitian

a. Pemberian skor masing-masing responden sesuai dengan kriteria penyekoran pada masing-masing tes.

b. Tabulasi data.

c. Melakukan analisis korelasi dan analisis regresi untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang telah diajukan.

d. Menginterpretasi data hasil penelitian. e. Menarik kesimpulan.

Tahap-tahap tersebut lebih jelasnya diringkaskan dalam kerangka operasional pada Gambar 3.2.


(31)

49

Perencanaan

Pelaksanaan

Analisis Data

Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian

Kajian Item Tes TIMSS Tahun 2003 sampai 2011

Tes Penalaran Kajian Pustaka dari Framework

dan Studi Terkait TIMSS Tahun 2003 sampai 2011

Kajian Cakupan Materi IPA-Kimia SMP Terkait TIMSS

Penyusunan Instrumen Penelitian

Perbaikan dan Revisi Instrumen Tes tertulis TIMSS

kimia

Tes Konsep Dasar Kimia

Validasi Instrumen Penelitian

Analisis Data  Analisis Korelasi  Analisis Regresi  Uji Hipotesis

Penarikan kesimpulan Tes KPS

Pelaksanaan Tes

Penyekoran Masing-Masing Tes

Tabulasi


(32)

50

d. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik tes. Tes yang digunakan meliputi tes tertulis TIMSS-kimia yang digunakan untuk mengungkap capaian siswa, tes konsep dasar kimia untuk mengungkap capaian konsep dasar kimia siswa terkait cakupan konsep kimia yang diujikan dalam TIMSS, tes KPS digunakan untuk menilai profil keterampilan proses sains siswa dan tes penalaran digunakan untuk mengungkap profil kemampuan penalaran siswa. Tes dilaksanakan dengan cara menyampaikan kepada siswa melalui guru IPA terpadu, bahwa akan diadakan tes TIMSS-Kimia, tes konsep dasar kimia, tes KPS dan tes penalaran. Secara ringkas teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik

Pengumpulan Data

Sumber

Data Jenis Data

Waktu Pelaksanaan

Tes TIMSS-Kimia Siswa Capaian siswa pada domain konten dan kognitif pengetahuan, aplikasi dan penalaran khususnya kimia. Akhir Semester genap

Tes Konsep Dasar kimia

Siswa Pengetahuan konsep dasar kimia siswa terkait cakupan materi kimia TIMSS

Akhir Semester genap

Tes KPS Siswa Keterampilan proses

sains siswa

Akhir Semester genap

Tes Penalaran Siswa Kemampuan

penalaran siswa

Akhir Semester genap


(33)

51

e. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk bagan atau tabel dari jawaban responden terhadap tes yang diberikan. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan teknik analisis korelasi dan regresi.

1. Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun berkelompok. Menurut Riduwan (2007: 38) tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. Dalam penelitian ini akan dibahas pengukuran gejala pusat seperti mean, median modus maksimum dan minimum.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data skor tes TIMSS-Kimia, tes konsep dasar kimia, tes penalaran dan tes keterampilan proses sains berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program IBM-SPSS 20 for window, yaitu dengan analisis uji Kolmogorov-Smirnov dan normal Q-Q plot. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data kelas penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada bersifat homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas varians data dilakukan dengan menggunakan program IBM-SPSS 20 dengan uji Levene.


(34)

52

4. Uji Hipotesis Penelitian

a. Korelasi Parsial

Uji korelasi parsial dimaksudkan untuk melihat hubungan antara sebagian dari sejumlah variabel apabila hubungan dengan sebagian variabel lainnya dianggap tetap. Untuk variabel-variabel X1, X2, X3 dan Y maka akan didapat

koefisien-koefisien korelasi parsial rYX1.23,rYX2.13,rYX3.12, dimana rYX3.12 misalnya,

menyatakan koefisien korelasi parsial antara X3 dan Y dengan menganggap X2

dan X2 tetap.

b. Korelasi Ganda (Multiple Correlation)

Analisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan dan kontribusi dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat (Y). Untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interpretasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman untuk koefisien korelasi (Sugiyono, 2013: 257)

Tabel 3.7 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

c. Koefisien Determinasi

Menghitung koefisien determinasi bertujuan untuk menguji hipotesis yang berfungsi untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, rumus yang digunakan adalah:

KP = (RX1.X2.Y)2 . 100%

Dimana:

KP = nilai kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. (RX1.X2.Y) = koefisien korelasi ganda.


(35)

53

d. Uji Signifikansi

Untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda dicari terlebih dahulu Fhitung

kemudian dibandingkan dengan Ftabel. Adapun rumus Fhitung adalah:

Fhitung =

Dimana:

R = Nilai koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

kaidah pengujian signifikansi:

Jika Fhitung≥ Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan

Fhitung≤ Ftabel terima Ho artinya tidak signifikan. (Riduwan, 2011: 86)

b) Analisis Regresi Ganda

Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Menurut Riduwan (2011: 108) Analisis regresi ganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3),…, (Xn)


(36)

54

Persamaan regresi ganda untuk tiga variabel bebas dirumuskan:

Dimana;

Ŷ = Nilai yang diprediksikan a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Konsep Dasar Kimia

X2 = Keterampilan proses sains

X3 = Penalaran

Analisis data dalam penelitian ini dibantu dengan program IBM-SPSS 20 for windows.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan untuk siswa kelas VIII kota Bandung sebagai berikut: 1. Capaian TIMSS-Kimia siswa SMP kelas VIII masih tergolong dalam kategori

rendah.

2. Capaian konsep dasar kimia siswa SMP kelas VIII masih tergolong dalam kategori rendah.

3. Keterampilan proses sains siswa SMP kelas VIII tergolong pada kategori sedang.

4. Kemampuan penalaran siswa SMP kelas VIII masih berada pada tahap operasi kongkret, hal ini tidak sesuai dengan tingkatan usia siswa yang seharusnya sudah memasuki tahap awal formal.

5. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara konsep dasar kimia dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

6. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses sains dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

7. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara penalaran dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

8. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan Positif dan signifikan antara konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran secara bersama-sama (simultan) terhadap capaian TIMSS-Kimia siswa SMP, dengan kontribusi variabel bebas (konsep dasar kimia, keterampilan proses sains, dan penalaran) sebesar 57,1%. Kontribusi terbesar diberikan oleh variabel penalaran, kemudian yang kedua variabel konsep dasar kimia, dan yang terkecil disumbang oleh variabel keterampilan proses sains.


(38)

83

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis menyarankan:

1. Bagi pembuat kebijakan, pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep prasyarat siswa, pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains dan pembelajaaran yang dapat mengembangkan serta meningkatkan daya nalar siswa sebaiknya diimplementasikan dalam kurikulum 2013, karena terbukti memiliki hubungan yang signifikan terhadap capaian siswa dalam studi TIMSS-Kimia.

2. Guru-guru bidang studi IPA hendaknya dalam proses pembelajaran agar menggunakan keterampilan proses sains sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

3. Guru-guru bidang studi IPA di dalam mengelola proses belajar mengajar hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar dan latihan-latihan soal IPA-Kimia yang dapat melatih, mengembangkan serta meningkatkan daya nalar siswa.

4. Kepada guru-guru bidang studi IPA agar memberikan pemantapan terhadap penguasaan konsep dasar kimia, agar para siswa mudah memahami konsep-konsep selanjutnya.

5. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, dapat menganalisis faktor-faktor lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap capaian siswa dalam studi TIMSS.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2001) A taxonomi for learning, teaching, and assising: A revision of Blooms Taxonomi of Educational objectives. NY: Addision Wesley Longman Inc.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Balitbang Depdiknas. (2013). Hasil studi internasional prestasi siswa indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Jakarta: Depdiknas. Bartlett, J. E., Kotrilk, J. W., & Higgins, C. C. (2001). Organizational research:

determining appropriate sample size in survey research. Information Technology, Learning, and Performance. 19(1), hlm 43-50.

Creswell, J. W. (2012). Educational research; planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research. Boston: Pearson.

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Enck, R. (2011). A study of the relationships between student achievement on the

timss-2007 and constructivist teaching pedagogy and class size. (Dissertation). St. John Fisher College.

Feyzioglu, B. (2009). An investigation of the relationship between science process skills with efficient laboratory use and science achievement in chemistry education. Journal of Turkish Science Education. 6(3), hlm 114-132. Fah, L. Y., Hoon, K. W., & Lee, J. C. O. (2010). The relationships among

integrated science process skills, logical thinking abilities, and science achievement among rural students of Sabah, Malaysia. Universiti Malaysia Sabah.

Herman, T. (2003). TIMSS dan implikasinya terhadap pendidikan matematika di Indonesia. Mimbar Pendidikan, 22(2), hlm 12-18.

Firman, H. (2013). Evaluasi pembelajaran kimia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Firman, H. (2013). Metode penelitian kimia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Indrawati (1999). Model-model pembelajaran ipa. Bandung: Depdikbud. Dirjen


(40)

85

Kartini, (2008). Analisis Perbandingan Capaian Hasil Tes Kimia Siswa Kelas VIII, IX, X Dan XI Berdasarkan Pengujian Dengan Soal-Soal Kimia Timss Tahun 1999 Dan 2003. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2011). Survey Internasional TIMSS. [online]. Tersedia di: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss. Diakses 10 Januari 2014.

Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Psychology, 28, hlm. 563-575.

Letao, S., Kelly, D., Bradley. (2011). A multi-level model approach to investigating factors impacting science achievement for secondary school students – timss hong kong sample. Kentucky. University Of Kentucky. Monica, K. M. M. (2005). Development and validation of a test of integrated

science process skills for the further education and training learners. (Dissertation). University Of Pretoria South Africa.

Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Ruddock, G.J., O’sullivan, C. Y. & Preuschoff. C.

(2011). TIMSS 2011 assesment framework. [online]. Tersedia: http://timss.bc.edu/timss2011/downloads/TIMSS2011_Frameworks.pdf. Diakses 29 Desember 2013.

Mulyati. (2007). Pengantar psikologi belajar. Jogjakarta: Quality Publishing. Oloyede, I. O. (2012). The relationship between acquisition of science process

skills, formal reasoning ability and chemistry achievement. IJAAS, 8(1), hlm 1-4.

Rahim, U. dan Hasnawati. (2007). Perbandingan hasil tes keterampilan penalaran formal mahasiswa sebelum dan sesudah perkuliahan pengantar dasar matematika. MIPMIPA. 6(1), hlm 12-18.

Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Riduwan, Sunarto. (2011). Pengantar statistika untuk penelitian pendidikan, sosial, ekonomi, dan bisnis. Bandung: Alfabeta.


(41)

86

Srikoon, S., Bunterm, T., Wannatong, K. (2012) Factors influencing science achievements. Journal Of Education Khon Kaen University, 25(2), hlm. 103-108.

Sagala, S. (2010). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santoso, S. I. (1994). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Jakarta: Sastra Hudaya.

Santyasa (2004). “Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif

pembelajaran inovatif”. Makalah Pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V 5-9 Oktober 2004, Surabaya.

Semiawan, C. (1985). Keterampilan proses. Bandung. Bina Cipta.

Sudijono, A. (2004). Pengantar statistik pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sudirno, D. (2002). Kurikulum dan pembelajaran dalam rangka otonomi daerah. Bandung: CV. Andira.

Sudjana (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukarno. (2013). The profile of science process skill (sps) student at secondary high school (case study in jambi). IJSER. 1(1), hlm 79-83.

Sukmadinata, S. (2011). Metode penelitian pendidikan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dengan Program Pascasarjana UPI. Tawil, M. (2006). Pengaruh kemampuan penalaran formal terhadap hasil belajar

fisika siswa kelas II SLTP N 1 Sungguminasa kabupaten Gowa. UNM: Makassar.

Tek, O. E, Tuang, W. Y, Yassin, S. M, Baharom, S, Yahya, A. (2011). The development and validation of an all-encompassing Malaysian-based science process skills test for secondary schools. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 34(2), hlm 203-236.


(42)

87

Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu. Bandung: Alfabeta.

Valanides, N. (1997). Formal reasoning abilities and school achievement. Studies In Educational Evaluation, 23(2) hlm169-185.

Wilson, F. R., Pan, W., & Schumsky, D. A. (2012). Recalculation of the critical

value for lawshe’s content validity ratio. Measurement and Evaluation in Counseling and Development. 45(3), hlm. 197- 210.

Winkel, W. S. (2005). Psikologi pendidikan dan evaluasi belajar. Jakarta: Gramedia.


(1)

82 Andhika Baruri, 2014

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan untuk siswa kelas VIII kota Bandung sebagai berikut: 1. Capaian TIMSS-Kimia siswa SMP kelas VIII masih tergolong dalam kategori

rendah.

2. Capaian konsep dasar kimia siswa SMP kelas VIII masih tergolong dalam kategori rendah.

3. Keterampilan proses sains siswa SMP kelas VIII tergolong pada kategori sedang.

4. Kemampuan penalaran siswa SMP kelas VIII masih berada pada tahap operasi kongkret, hal ini tidak sesuai dengan tingkatan usia siswa yang seharusnya sudah memasuki tahap awal formal.

5. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara konsep dasar kimia dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

6. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses sains dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

7. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara penalaran dengan capaian TIMSS-Kimia siswa SMP.

8. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan Positif dan signifikan antara konsep dasar kimia, keterampilan proses sains dan penalaran secara bersama-sama (simultan) terhadap capaian TIMSS-Kimia siswa SMP, dengan kontribusi variabel bebas (konsep dasar kimia, keterampilan proses sains, dan penalaran) sebesar 57,1%. Kontribusi terbesar diberikan oleh variabel penalaran, kemudian yang kedua variabel konsep dasar kimia, dan yang terkecil disumbang oleh variabel keterampilan proses sains.


(2)

83

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis menyarankan:

1. Bagi pembuat kebijakan, pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep prasyarat siswa, pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains dan pembelajaaran yang dapat mengembangkan serta meningkatkan daya nalar siswa sebaiknya diimplementasikan dalam kurikulum 2013, karena terbukti memiliki hubungan yang signifikan terhadap capaian siswa dalam studi TIMSS-Kimia.

2. Guru-guru bidang studi IPA hendaknya dalam proses pembelajaran agar menggunakan keterampilan proses sains sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

3. Guru-guru bidang studi IPA di dalam mengelola proses belajar mengajar hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar dan latihan-latihan soal IPA-Kimia yang dapat melatih, mengembangkan serta meningkatkan daya nalar siswa.

4. Kepada guru-guru bidang studi IPA agar memberikan pemantapan terhadap penguasaan konsep dasar kimia, agar para siswa mudah memahami konsep-konsep selanjutnya.

5. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, dapat menganalisis faktor-faktor lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap capaian siswa dalam studi TIMSS.


(3)

84 Andhika Baruri, 2014

and assising: A revision of Blooms Taxonomi of Educational objectives. NY: Addision Wesley Longman Inc.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Balitbang Depdiknas. (2013). Hasil studi internasional prestasi siswa indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Jakarta: Depdiknas. Bartlett, J. E., Kotrilk, J. W., & Higgins, C. C. (2001). Organizational research:

determining appropriate sample size in survey research. Information Technology, Learning, and Performance. 19(1), hlm 43-50.

Creswell, J. W. (2012). Educational research; planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research. Boston: Pearson.

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Enck, R. (2011). A study of the relationships between student achievement on the timss-2007 and constructivist teaching pedagogy and class size. (Dissertation). St. John Fisher College.

Feyzioglu, B. (2009). An investigation of the relationship between science process skills with efficient laboratory use and science achievement in chemistry education. Journal of Turkish Science Education. 6(3), hlm 114-132.

Fah, L. Y., Hoon, K. W., & Lee, J. C. O. (2010). The relationships among integrated science process skills, logical thinking abilities, and science achievement among rural students of Sabah, Malaysia. Universiti Malaysia Sabah.

Herman, T. (2003). TIMSS dan implikasinya terhadap pendidikan matematika di Indonesia. Mimbar Pendidikan, 22(2), hlm 12-18.

Firman, H. (2013). Evaluasi pembelajaran kimia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Firman, H. (2013). Metode penelitian kimia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Indrawati (1999). Model-model pembelajaran ipa. Bandung: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. P3G IPA Bandung.


(4)

85

Kartini, (2008). Analisis Perbandingan Capaian Hasil Tes Kimia Siswa Kelas VIII, IX, X Dan XI Berdasarkan Pengujian Dengan Soal-Soal Kimia Timss Tahun 1999 Dan 2003. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2011). Survey Internasional TIMSS. [online]. Tersedia di: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss. Diakses 10 Januari 2014.

Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Psychology, 28, hlm. 563-575.

Letao, S., Kelly, D., Bradley. (2011). A multi-level model approach to investigating factors impacting science achievement for secondary school students – timss hong kong sample. Kentucky. University Of Kentucky. Monica, K. M. M. (2005). Development and validation of a test of integrated

science process skills for the further education and training learners. (Dissertation). University Of Pretoria South Africa.

Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Ruddock, G.J., O’sullivan, C. Y. & Preuschoff. C. (2011). TIMSS 2011 assesment framework. [online]. Tersedia: http://timss.bc.edu/timss2011/downloads/TIMSS2011_Frameworks.pdf. Diakses 29 Desember 2013.

Mulyati. (2007). Pengantar psikologi belajar. Jogjakarta: Quality Publishing.

Oloyede, I. O. (2012). The relationship between acquisition of science process skills, formal reasoning ability and chemistry achievement. IJAAS, 8(1), hlm 1-4.

Rahim, U. dan Hasnawati. (2007). Perbandingan hasil tes keterampilan penalaran formal mahasiswa sebelum dan sesudah perkuliahan pengantar dasar matematika. MIPMIPA. 6(1), hlm 12-18.

Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Riduwan, Sunarto. (2011). Pengantar statistika untuk penelitian pendidikan, sosial, ekonomi, dan bisnis. Bandung: Alfabeta.


(5)

Andhika Baruri, 2014

Srikoon, S., Bunterm, T., Wannatong, K. (2012) Factors influencing science achievements. Journal Of Education Khon Kaen University, 25(2), hlm. 103-108.

Sagala, S. (2010). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santoso, S. I. (1994). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Jakarta: Sastra Hudaya.

Santyasa (2004). “Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif”. Makalah Pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V 5-9 Oktober 2004, Surabaya.

Semiawan, C. (1985). Keterampilan proses. Bandung. Bina Cipta.

Sudijono, A. (2004). Pengantar statistik pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sudirno, D. (2002). Kurikulum dan pembelajaran dalam rangka otonomi daerah. Bandung: CV. Andira.

Sudjana (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukarno. (2013). The profile of science process skill (sps) student at secondary high school (case study in jambi). IJSER. 1(1), hlm 79-83.

Sukmadinata, S. (2011). Metode penelitian pendidikan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dengan Program Pascasarjana UPI.

Tawil, M. (2006). Pengaruh kemampuan penalaran formal terhadap hasil belajar fisika siswa kelas II SLTP N 1 Sungguminasa kabupaten Gowa. UNM: Makassar.

Tek, O. E, Tuang, W. Y, Yassin, S. M, Baharom, S, Yahya, A. (2011). The development and validation of an all-encompassing Malaysian-based science process skills test for secondary schools. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 34(2), hlm 203-236.


(6)

87

Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu. Bandung: Alfabeta.

Valanides, N. (1997). Formal reasoning abilities and school achievement. Studies In Educational Evaluation, 23(2) hlm169-185.

Wilson, F. R., Pan, W., & Schumsky, D. A. (2012). Recalculation of the critical value for lawshe’s content validity ratio. Measurement and Evaluation in Counseling and Development. 45(3), hlm. 197- 210.

Winkel, W. S. (2005). Psikologi pendidikan dan evaluasi belajar. Jakarta: Gramedia.