PUSAT SENI FOTOGRAFI DI SURABAYA.

(1)

TUGAS AKHIR

”PUSAT SENI FOTOGRAFI DI SURABAYA”

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Diajukan oleh :

DHIMAS HARYO WIBOWO

0651010011

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

2011


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xi

Abstrak ... xii

Bab I Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang ... 1

1. 2. Tujuan dan Sasaran Perancangan... 5

1. 3. Batasan dan Asumsi ... 5

1. 4. Tahapan Perancangan... 6

1. 5. Sistematika Laporan... 7

Bab II Tinjauan Obyek Rancangan 2. 1. Tinjauan Umum Perancangan ... 9

2. 1. 1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir ... 9

2. 1. 2. Studi Literatur ... 10

2. 1. 3. Studi Kasus ... 14

2. 1. 4 Analisa Hasil Studi... 26

2. 2. Tinjauan Khusus Perancangan ... 26

2. 2. 1. Lingkup Pelayanan... 26

2. 2. 2. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 27

2. 2. 3. Perhitungan Luas Ruang ... 28

2. 2. 3. 1. Perhitungan Luasan Ruang Fasilitas Pameran ... 28

2. 2. 3. 2. Perhitungan Luasan Ruang Fasilitas Pendidikan ... 28

2. 2. 3. 3. Perhitungan Luasan Ruang Fasilitas Studio Foto ... 29


(3)

2. 2. 3. 5. Perhitungan Luasan Ruang Fasilitas Perdagangan ... 30

2. 2. 3. 6. Perhitungan Luasan Ruang Luar... 30

2. 2. 3. 7. Perhitungan luasan ruang fasilitas servis ...30

Bab III Tinjauan Lokasi Perancangan 3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ...32

3. 2. Penetapan Lokasi ...33

3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ...34

3. 3. 1. Aksesibilitas ...39

3. 3. 2. Potensi Lingkungan / Site ...40

3. 3. 3. Infrastruktur Kota...41

Bab IV Analisa Perancangan 4. 1. Analisa Ruang ...44

4. 1. 1. Organisasi Ruang ...47

4. 1. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi...50

4. 1. 3. Diagram Abstrak ...51

4. 2. Analisa Site ...52

4. 2. 1. Analisa Aksesibilitas...52

4. 2. 2. Analisa Iklim...54

4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar...55

4. 3. Analisa Bentuk dan Tampilan...57

4. 3. 1. Bentuk Geometri Dasar...57

Bab V Konsep Perancangan 5. 1. Issue dan Fakta...59

5. 2. Tema Rancangan...59

5. 3. Konsep Rancangan...60

5. 4. Konsep Ruang Luar ...61

5. 4. 1. Konsep Pencapain ke Dalam Site ...61


(4)

5. 4. 3. Konsep Ruang Luar...62

5. 4. 4. Konsep Bentuk ...63

5. 4. 5. Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan. ...64

5. 4. 6. Konsep Struktur Bangunan. ...65

5. 4. 7. Konsep Utilitas...65

BAB VI Aplikasi Rancangan 6. 1. Aplikasi Ruang Luar ... 66

6. 1. 1. Aplikasi Pencapaian Kedalam Site ... 66

6. 1. 2. Aplikasi Pembentuk Ruang Luar ... 67

6. 2. Aplikasi Bentuk dan Tampilan Bangunan ... 68

6. 3. Aplikasi Ruang Dalam ...70

6. 3. 1. Aplikasi Zonning...70

6. 3. 2. Aplikasi Sirkulasi Dalam Bangunan ...71

6. 3. 3. Aplikasi Struktur Bangunan...73

Daftar Pustaka ... 74


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. South Lake Union Discovery Center ... 14

Gambar 2. 2. Tampilan Bangunan Discovery Center 1 ... 15

Gambar 2. 3. Tampilan Bangunan Discovery Center 2 ... 15

Gambar 2. 4. Site Plan Discovery Center ... 16

Gambar 2. 5. Denah Discovery Center ... 16

Gambar 2. 6. Potongan Discovery Center... 17

Gambar 2. 7. Warna Tampilan Bangunan... 18

Gambar 2. 8. Darwis Triadi School of Photography... 19

Gambar 2. 9. Lobby Darwis Triadi School of Photography ... 20

Gambar 2. 10. Resepsionis Darwis Triadi School of Photography... 20

Gambar 2. 11. Ruang penghubung yang di gunakan sebagai gallery ... 21

Gambar 2. 12. Ruang Kelas Kecil... 21

Gambar 2. 13. Ruang Kelas Besar ... 22

Gambar 2. 14. Ruang Rias ... 22

Gambar 2. 15. Pantri dan Toilet ... 23

Gambar 2. 16. Sirkulasi Bangunan ... 23

Gambar 2. 17. Bentuk Geometri ... 24

Gambar 2. 18. Warna Tampilan Luar Bangunan ... 25

Gambar 2. 19. Warna Tampilan Dalam Bangunan ... 25

Gambar 3. 1. Lokasi Site... 32

Gambar 3. 2. kondisi Fisik Lokasi ... 35

Gambar 3. 3. Batas – Batas Bangunan 1... 35

Gambar 3. 4. Batas – Batas Bangunan 2... 36

Gambar 3. 5. Data Lokasi ... 39

Gambar 4. 1. Diagram Abstraksi... 52

Gambar 4. 2. Analisa Site Aksesbilitas... 53

Gambar 4. 3. Analisa Main Entrance ... 53


(6)

Gambar 4. 5. Orientasi Matahari 2... 55

Gambar 4. 6. Gambar Keadaan Lingkungan... 56

Gambar 4. 7. Kondisi Jalan Basuki Rachmad... 56

Gambar 4. 8. Ide Bentuk 1 ... 57

Gambar 4. 9. Ide Bentuk 2 ... 58

Gambar 5. 1. Sketsa Konsep ... 61

Gambar 5. 2. Konsep Pencapaian Dalam Site... 62

Gambar 5. 3. Konsep Ruang Luar 1... 63

Gambar 5. 4. Konsep Ruang Luar 2... 63

Gambar 5. 5. Konsep Bentuk 1 ... 64

Gambar 5. 6. Konsep Bentuk 2 ... 64

Gambar 5. 7. Konsep Struktur Bangunan ... 65

Gambar 5. 8. Konsep Penghawaan ... 65

Gambar 6. 1. Aplikasi Pencapaian ke Dalam Site ... 67

Gambar 6. 2. Aplikasi Pembentukan Ruang Luar... 68

Gambar 6. 3. Aplikasi Tampilan 1 ... 68

Gambar 6. 4. Aplikasi Tampilan 2 ... 69

Gambar 6. 5. Aplikasi Tampilan 3 ... 69

Gambar 6. 6. Aplikasi Tampilan 4 ... 69

Gambar 6. 7. Aplikasi Zonning... 70

Gambar 6. 8. Aplikasi Sirkulasi Dalam Bangunan ... 72


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Jumlah fotografer di Surabaya ... 2

Tabel 1. 2. Jumlah Pameran Fotografi di Surabaya ... 3

Tabel 2. 2. Perhitungan Luas Ruang ... 28


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. 1. Bagan Tahapan Rancangan... 6

Bagan 4. 1. Organisasi Ruang Secara Makro... 47

Bagan 4. 2. Organisasi Ruang Area Fasilitas Utama ... 48

Bagan 4. 3. Organisasi Ruang Area Fasilitas Penunjang ... 49

Bagan 4. 4. Organisasi Ruang Area Outdoor... 49

Bagan 4. 5. Organisasi Ruang Fasilitas Servis... 50

Bagan 4. 6. Sirkulasi Pengunjung ... 51

Bagan 6. 1. Sirkulasi Pengunjung 1 ... 71

Bagan 6. 2. Sirkulasi Pengunjung 2 ... 71

Bagan 6. 3. Sirkulasi Pengelola 1 ... 72


(9)

ABSTRAKSI

Rancangan Arsitektur

Pusat Seni Fotografi di Surabaya

Di Surabaya perkembangan seni Fotografi tergolong pesat. (Herlina, 2009). Dari tahun ke tahun peminat fotografi di Surabaya mengalami peningkatan. Semuanya tergabung pada club-club fotografi yang ada di Surabaya. Untuk merespon hal itu, Pusat Seni Fotografi di Surabaya merupakan suatu bangunan yang dengan maksud didalamnya bisa menampung Karya-karya dari para fotografer khususnya di Surabaya dan sekitarnya, untuk lebih bisa mengekspresikan seni Fotografinya dan pusat jujukan bagi masyarakat yang memerlukan jasa dan perlengkapan fotografi. Tema rancangan yang diterapkan adalah Green Architecture. arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan. Dengan memberikan bukaan dan diberikan sading sehingga cahaya alami bisa masuk kedalam bangunan dan dapat meminimalkan penggunaan pencahayaan buatan pada siang hari. juga terdapat taman yang berada di atap bangunan (Roof top Garden) dengan penerapan roof top garden ini diharapkan mampu meningkatkan penghijauan kota.

Proyek Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini di buat konsep bangunan yang baru, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya untuk bisa lebih aprisiate kepada seni fotografi. Untuk konsep dan metoda yang dipakai pada rancangan ini nantinya adalah “Combined Metafora” oleh karena itu didalam perancangan lebih di tekankan pada bentuk bangunan yang menyerupai Lensa Kamera SLR.

Kata kunci :


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Surabaya, merupakan kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam etnis migrant ke Surabaya. Sebut saja etnis Melayu, China, India, Arab dan Eropa, sementara etnis nusantara sendiri antara lain Madura, Sunda, Batak, Borneo, Bali, Sulawesi datang dan menetap, hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralisme budaya yang kemudian menjadi ciri khas kota Surabaya.Inilah yang membedakan kota Surabaya dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Bahkan ciri khas ini sangat kental mewarnai kehidupan pergaulan yang sangat egaliter, terbuka, berterus terang, kritik dan mengkritik merupakan sikap hidup yang dapat di temui sehari-hari. Bahkan kesenian tradisional dan makanan khasnya mencerminkan budaya Surabaya.

Sejak zaman kolonial Belanda, corak kesenian di Surabaya lebih menekankan pada aspek hiburan. Ini karena Surabaya sejak awal dirancang sebagai kota perdagangan. Demikian antara lain pandangan budayawan Surabaya. dan sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya sudah selayaknya memiliki Gallery kesenian yang representatif untuk menampung karya seniman-seniman di Surabaya.

Fotografi adalah suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik, baik yang bersifat universal maupun lokal atau terbatas. Sebuah karya atau foto kita katakan sebagai benda seni, ia harus bukan sekedar hasil upaya proses reproduksi belaka. Foto seni semestinya berasal dari suatu kontemplasi yang intens. Pemunculan gagasan/idea tidaklah serentak dan berkesan dadakan. Dengan begitu sebuah foto seni tidak hanya sebentuk “seni instan” belaka. Seni Fotografi, merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda. Seni fotografi berbeda dengan seni rupa yang lain, seperti seni lukis atau seni patung. Seniman fotografi tidak mutlak memperoleh penghasilan hanya membuat karya. Dalam berkesenian fotografi mereka berkarya sesuai dengan pesanan si pemesan, namun disisi lain kepuasan batinlah yang lebih mereka inginkan selain menjual karya mereka. Di


(11)

Surabaya perkembangan seni Fotografi tergolong pesat. (Herlina, 2009). Dari tahun ke tahun peminat fotografi di Surabaya mengalami peningkatan. Semuanya tergabung pada club-club fotografi yang ada di Surabaya.

No. Club Fotografi 2007 2008 2009

1 AFO 40 55 60

2 CIPHOC 2 7 25

3 Himarfi 21 14 25

4 Lensa 15 15 30

5 Xphose 15 17 30

6 AKRIWAHARTA - 20 20

7 Gforst 52 45 58

Total 145 173 248

Tabel 1. 1. Jumlah Fotografer di Surabaya (Sumber : Adhitya, CIPS, 2009)

Seni Fotografi di Surabaya banyak diminati oleh semua golongan, mulai dari anak-anak muda hingga orang-orang dewasa. Dari kalangan pelajar, para pegawai swasta, pegawai pemerintah, hingga para orang-orang yang bergerak dibidang fotografi. Ada berbagai macam aliran seni fotografi, seperti

 Jurnalistik

Foto Jurnalistik mengarah kepada pemberitaan media  Street photography

Street photography, aliran seni fotografi ini memiliki unsur candid dan

setiap hasil foto dituntut memiliki makna dan cerita yang lebih dalam.  Product Photograpy

Aliran seni Product Photography yang khusus untuk mengabadikan gambar dari suatu product. Pada aliran seni Product Photograpy ini lebih di pentingkan teknis fotografi dan biasanya menggunakan lighting tambahan (flash / blitz, softbox dll).

 Photo Model

Aliran seni Photo Model banyak disenangi para fotografer. Aliran ini difokuskan pada modelnya, model harus berperan sesuai keinginan fotografer. Pada Photo Model secara teknis sama dengan Product


(12)

Photograpy.

 Lansekap

Aliran foto Lansekap mengabadikan keindahan alam yang ada di dunia ini, ada kiat – kiat khusus untuk memotretnya, biasanya pada untuk memotret foto Lansekap dilakukan pada pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 9 dan sore hari sekitar jam 3 sampai jam 6.

Fine Art

Untuk Fine Art, adalah dengan memberikan tambahan seperti menggambar pada foto yang sudah jadi atau menggoreskan klise sehingga pada saat di cetak foto yang dihasilkan menjadi unik.

Sport Photograpy

Aliran Sport Photograpy adalah suatu aliran fotografi yang khusus mengabadikan moment olahraga. Biasanya aliran seni Sport Photograpy ini di publikasikan oleh media cetak.

Namun Fotografer di Surabaya tidak cenderung di satu aliran saja. (Adhitya, 2009) Komunitas seni Fotografi sendiri banyak tersebar di kota Surabaya, seperti Xpose (Universitas Pembangunan Nasional), AKRIWAHATRA (Universitas Pembangunan Nasional), APS (UNAIR), AFO (UNESA), LENSA17 (Universitas 17 Agustus), Gforst (Stikom), CIPHOC (UNITOMO), Himarfi (Stikosa AWS), Martografi. Namun hanya Martografilah yang terdaftar pada FPSI (Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia). Sedangkan yang lain tergabung dalam CIPS (Community Photography of Soerabaja). Yang jadi permasalahan, mereka terkendala dalam hal tempat / ruang yang permanen, yang khusus untuk memerkan karya-karya mereka, apabila adanya Gallery Seni khususnya seni Fotografi di kota Surabaya ini. Para seniman foto akan memiliki wadah tersendiri yang secara khusus mewadahi Seni Fotografi. Saat ini sudah banyak pameran yang diadakan di Surabaya.

TAHUN 2007

No. Tema Pameran Tempat Pelaksana

1 Yang Biasa Terlihat Lobby FISIP UPN Adhit "Gle'wow"

2 Titik Balik Royal Plaza AFO


(13)

No. Tema Pameran Tempat Pelaksana

1 "Mekkah" Royal Plaza

Redaktur Foto Antara

2 9 wali & Syah Siti Jenar CCCL Seno Gumirah

3 Surabaya Desain Week Balai Pemuda DEMAYA

4 Ketika Wanita Bermata Satu

Lobby Gedung F

unitomo CIPHOC

5 Pameran ke 16

Lobby Gedung F

unitomo CIPHOC

6 Cinderamata Jember Royal Plaza AFO

TAHUN 2009

No. Tema Pameran Tempat Pelaksana

1 Wajah Pendidikan di Indonesia Balai Pemuda Himarfi

2 "ROCKLAMASI"

Museum MPU

tantular CIPS

3 Mahotshawa Salaksa Karya Gallery Seni Jagir

Gabungan seniman jawa-bali

4 17'an

Selasar Puskom

'UPN' AKRIWAHATRA

5 The Beauty of 'IJEN' Creator Royal Plaza Xphose

6 "ARSIP"

Perpustakaan

UNESA AFO

7 Suramadu Balai Pemuda Semen Gresik

Tabel 1. 2. Jumlah Pameran Fotografi di Surabaya (Sumber : Adhitya, CIPS, 2009)

Apabila dilihat pada tabel 1. 2. nampak pameran fotografi yang ada di Surabaya diselenggarakan diberbagai tempat. Namun tempat-tempat yang menjadi ruang pajang pamer karya fotografi masih tergolong belum memenuhi syarat dari gallery. Maka apabila dengan adanya Pusat Seni Fotografi di Surabaya akan menjadikan ruang pajang karya fotografi yang permanen, selain itu Pusat Seni Fotografi di Surabaya bisa menjadi tempat ajang berkumpulnya para fotografer dan menjadikan ikon fotografi di Surabaya.

Seniman harus berkerja keras. Bakat alam tanpa diimbangi inteluktualisasi akan habis dimakan waktu. Oleh sebab itu, seniman harus terus belajar. Semestinya sanggar seni bukan tempat cangkruan, tempat nongkrong, tetapi tempat belajar, berdiskusi dan melahirkan karya-karya inovatif. Selain itu yang lebih bisa menggangkat kesenian di Surabaya adalah dari keikutsertaan pemerintah dan masyarakat Surabaya.


(14)

1. 2 Tujuan dan Sasaran Perancangan

Untuk merespon hal ini, jika kita membuat suatu bangunan yang dengan maksud didalamnya bisa menampung Karya-karya dari para fotografer Surabaya untuk lebih bisa mengekspresikan seni Fotografinya tersebut. Maka, diharapkan tempat ini bisa menjadi icon dari seni Fotografi dan menjadi Pusat seni Fotografi di Surabaya.

Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan hasil perencanaan ini bertujuan bagi :

 Masyarakat luas, bisa mengetahui lebih dalam tentang seni Fotografi Surabaya.

 Pemerintah Setempat menambah pendapatan daerah sekaligus meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata. Karena diharapkan dengan adanya Pusat Seni Fotografi di Surabaya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi kota Surabaya dan meningkatkan citra Indonesia, khususnya Surabaya sebagai kota besar kedua setelah Jakarta.

 Swasta atau Investor mengembangkan usaha dibidang pariwisata.Dan dapat menanamkan modal sesuai kemampuan finansial.

Diharapkan dengan adanya Pusat seni Fotografi di Surabaya, para seniman bisa bergairah kembali dalam menghasilkan karya-karya baru. Juga lebih bisa menpublikasikan karya-karya seniman ke masyarakat luas, bukan dari masyarakat Surabaya sendiri tetapi juga masyarakat indonesia dan manca negara

1. 3 Batasan dan asumsi

Untuk menghindari permasalahan yang ada agar tidak melebar, sehingga dapat merambat pada masalah – masalah yang tidak perlu dibahas maka perlu adanya batasan – batasan yang melingkupi permasalahan yang ada didalam ruang lingkup pembahasan pada Pusat Seni Fotografi di Surabaya, yang meliputi :

 Perencanaan dan perancangan arsitektur lebih di titik beratkan pada perancangan fisik dan fungsi bangunan.


(15)

 Sistem struktur dan utilitas tidak dibahas secara detail tetapi dipakai sebagai bahan pertimbangan.

 Penentuan lokasi sesuai dengan tata guna lahan yang telah ditentukan dalam master plan kota Surabaya dan rencana detail tata ruang kota.

1. 4 Tahapan Perancangan

Sub bab Tahapan Rancangan disini menjelaskan secara skematik tentang urutan yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari tahap pemilihan judul sampai dengan laporan selesai untuk kemudian diaplikasikan pada gambar perancangan.

Diagram 1. 1. Bagan Tahapan Rancangan

Pengumpulan data

Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Rumusan Konsep

Aplikasi Perancangan Gambar

Judul

“ Pusat Seni Fotografi di Surabaya

Data Lapangan / Empirik

Data Literatur / Studi kasus

Data Site / Lokasi

Analisa Study

kasus Analisa Tema Analisa Site

Analisa Teori Perancangan


(16)

1. 5 Sistematika Laporan

Untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama tentang Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini, maka penyajian laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I :

Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang pemilihan judul, tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan, dan tahap perancangan beserta dengan uraian penjelasan dari tiap tahapannya yang menjelaskan secara rinci isinya. Dikarenakan permasalahan tentang tidak adanya wadah bagi para fotografer untuk berkarya. Maka disini ingin memberikan wadah bagi fotografer dan tempat yang menjadi jujukkan masyarakat yang ingin menggunakan jasa fotografer.

BAB II :

Tinjauan Obyek Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul yang berisi pengertian tentang pusat pengembangan kreativitas dan pengertian anak jalanan itu sendiri yang kemudian disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi literatur yang berisi tentang segala data dari bermacam jenis literatur yang digunakan sebagai data penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan obyek perancangan yang berisi dua obyek studi kasus sejenis secara fungsi dan aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang menbantu rancangan nantinya, dari hasil analisa dan pembandingan yang dilakukan pada studi kasus. Tahap kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan pembatasan pelayanan rancanangan, serta aktivitas kebutuhan ruang dan perhitungan luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang yang diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang dibutuhkan.

BAB III :

Tinjauan Lokasi perancangan yang menjabarkan tentang :  Latar Belakang Pemilihan Lokasi

 Penetapan Lokasi  Keadaan Fisik Lokasi  Aksesibilitas


(17)

 Potensi bangunan Sekitar  Infrastruktur Kota

BAB IV :

Analisa Perancangan, isinya sudah mengarah ke arah lebih lanjut yaitu mulai dari analisa sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan yang akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang berserta hubungannya, analisa aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar. Sampai dengan diagram abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak konsep bentukan atau lay out.


(18)

BAB II

TINJAUAN OBYEK RANCANGAN

2. 1. Tinjauan Umum Perancangan

2. 1. 1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir

Pusat Seni Fotografi di Surabaya, judul proyek tersebut memiliki arti sebagai berikut :

1. Pusat

Pokok, pangkal, atau yang menjadi pimpinan (berbagai urusan, hal, dan sebagainya), yang membawahi berbagai bagian. (WJS Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia)

2. Seni Fotografi

Seni fotografi adalah perpaduan antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang tidak tercakup dalam teknologi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk memberikan karakter dan keindahan pada hasil visualnya. Seni fotografi bukan sekedar merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan. bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual dari pengalaman yang dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep AIDA (Attention - Interest - Desire - Action) atau Perhatian – Ketertarikan – Keinginan – Tindakan.

3. di Surabaya

pada, posisi, menunjukan pada suatu tempat merupakan kota besar kedua di Indonesia, dengan sekian juta penduduk yang terdiri dari kelas

menengah ke bawah, menagah dan kelas menengah keatas. Sebagai kota industri, perdagangan, pendidikan, pariwisata, dll.


(19)

Berdasarkan pengertian diatas maka :

Pusat Seni Fotografi di Surabaya :

Merupakan suatu wadah yang jadi pumpunan atau merupakan suatu wadah sentral segala macam bentuk kegiatan seni, dalam hal ini seni fotografi, dimana wadah ini merupakn salah satu bentuk usaha untuk mengaprasiasikan suatu karya foto seni yang memiliki nilai estetik dan tidak hanya sekedar hasil upaya proses reproduksi belaka. Dan lokasinya terdapat di ibukota Jawa Timur yaitu Surabaya yang merupakan kota besar kedua di Indonesia.

2. 1. 2. Studi Literatur Pengertian Seni Fotografi

seni fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual dari pengalama yang dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep AIDA (Attention – Interest - Desire - Action) atau

Perhatian – Ketertarikan – Keinginan – Tindakan.

Syarat pertama adalah harus menimbulkan perhatian (attention). Sebuah karya foto pertama-tama harus mampu mendapatkan perhatian orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan (interest) terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah orang tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya keinginan (desire) untuk mengetahui lebih jauh pesan yang disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan (action) seperti yang diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai pengalaman yang dimiliki seniman/fotografer pada orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu (sedih, gembira, marah, takut,


(20)

terharu, dal lain-lain) hingga tindakan yang nyata. Misalnya : membeli produk yang tercantum pada foto (pada commercial photography), memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa musibah/kesusahan ( pada photojournalism, human

interest ) menimbulkan rasa kagum bahkan cinta, dan lain sebagainya.

Fotografi menampilkan kenyataan (realita) dan tidak ada unsur abstrak (dalam seni fotografi). Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni fotografi dengan kamera berarti membatasi subyek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini menjadikan seni fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam seperti memfotocopy subyek yang ada di depannya.

Subyek foto mencakup banyak hal dan tidak terbatas, mulai dari pemotretan manusia, alam semesta, arsitektur, sampai dengan mikroorganisme. Memang, banyak seniman foto yang berusaha membuat foto dengan film khusus, seperti film infra merah supaya subyeknya terlihat lebih abstrak. Namun, subyek dengan warna yang tidak seperti kenyataan tetap merupakan bukti dan bukanlah khayalan. Pembuatan foto perlu perencanaan dan pengenalan subyek yang dapat dilakukan dengan cara mendatangi satu tempat berkali-kali atau mendalami suatu tema foto.

Foto Hitam Putih dan Foto Berwarna

Fotografi hitam putih dan fotografi berwarna adalah dua hal yang berbeda namun berdiri sejajar. Dalam era kemajuan teknologi fotografi yang begitu pesatnya ini bukan berarti bahwa masih hadirnya foto hitam putih merupakan foto yang ketinggalan zaman. Selain masih diperlukan dilingkungan media informasi cetak, misalnyakoran, majalah ataupun buku-buku. Fotografi berwarna bukanlah semata-mata modernisasi dari fotografi hitam putih. Demikian pula fotografi hitam putih bukanlah merupakan penyederhanaan fotografi berwarna. Fotografi warna dan fotografi hitam putih telah berjalan sendirisendiri menjadi dua aliran dalam seni fotografi, dengan pengikutnya masing-masing. Ini dapat dibuktikan pabrik perlengkapan fotografi ILFORD di Inggris menyebut dirinya spesialis foto hitam putih.bahkan pabrik tersebut memiliki slogan “Ilford, The Future in Black


(21)

Foto hitam putih adalah foto yang sangat sederhana, sehingga jika tidak diolah secara kreatif tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena hampir semua subyek yang ada di depan fotografer adalah mengandung warna yang beraneka ragam atau berwarna, maka seorang fotografer hitam putih dituntut mampu menterjemahkan warna-warna yang terdapat dalam subyeknya ke dalam gradasi hitam putih.

Terlepas dari foto warna ataupun hitam putih, pada prinsipnya adalah sama dalam hal proses penciptaanya. Secanggih apapun perangkat fotografi yang digunakan, mutu hasilnya sangat tergantung pada tujuan, fungsi, naluri, dan tingkat kreativitas fotografernya.

Standart Fasilitas Art Gallery

 Standart Temperatur Udara

Beberapa gallery mengijinkan suatu transisi lambat untuk kelembaban relatif dan termperatur dalam menetapkan poin-poin kebutuhan udara didalamnya. Seseorang akan nyaman sekitar suhu 72 – 760 F, 68 – 700 F, dalam suhu ini sangat baik untuk menyimpan koleksi gallery.

 Pencahayaan

Karena fleksibilitas gallery secara khas dirancang dengan lebih dari yang kapasitas pencahayaan yang minimum. Yang terutama pencahayaan terpenting untuk area ruang pamer.

Untuk panjang gelombang lighting adalah –(400-700 nm (nanometers), ultra lembayung adalah 300-4(11), dan sedangkan ultra lembayung spektrum mempunyai lebih energi dan dapat lebih merusakkan objek. Karena ultra lembayung (LV) bukan infraed (IR) [cahaya/ringan] sangat mempengaruhi, sehingga perlu dihindari penggunaan lighting dengan efek warna lembayung dari pameran dan koleksi. Dua sember UV cahaya yang ringan dan utama adalah cahaya matahari dan lampu neon (David, 2005)

Di dalam kebanyakan gallery, semua pengukuran cahaya di ruang pamer dan area koleksi lain perlu LV yang dilindungi ke kurang dari 75 microwatts setiap satuan cahaya dan melampirkan untuk menghindari kerusakan pada objek


(22)

dalam hal kerusakan lampu

Juga perlu adanya pengaturan penempatan dinding temporer. Tata ruang perlu mengakomodasi dengan aturan :

1. Penjuru sudut diukur dari suatu titik banding dan 5 feet- 4 inchi di atas lantai (yang merupakan suatu rata-rata mata mengukur untuk orang dewasa) harus antara 45 dan 75 derajad secara horizontal.

2. Karena dinding permanen, penjuru/sudut yang ideal pada umumnya 65-70 derajat

3. Semakin sensitif material koleksi / karya seni, semakin sedikit pencahayaan yang disajikan

Spesifikasi Dan Ketentuan Teknis

Terdapat beberapa spesifikasi dan kententuan teknis yang perlu di perhatikan dalam perencanaan dan perancangan sebuah art center, spesifikasi dan ketentuannya

Luasan dan Layout Ruang Pameran

Semakin luas ukuran sebuah ruang semakin fleksibel. Hal ini dikarenakan sebuah ruang pamer ditentukan dari besarnya karya, banyaknya karya dan sirkulasi pengunjung.

 Ruang pemeran minimal memiliki luasan untuk kebutuhan tempat karya 3 – 5 M2 dengan tinggi plafon 6 – 7 M. (Neufert 2nd)

 Ruang pamer memiliki luasan untuk tempat kebutuhan tempat material 6 – 10 M2 dengan tinggi plafon 6 – 7 M. (Neufert 2nd)

 Ruang studio foto minimal memiliki luasan 12 – 25 M2 dengan tinggi plafon 3 – 5 M. (Neufert 2nd)

 Ruang kelas minimal memiliki luasan 15 – 30 M2 dengan tinggi plafon 3 – 5 M. (Neufert 2nd)

 Ruang kontrol minimal memiliki luasan 30 M2 dengan tinggi plafon 3 – 5 M. (Neufert 2nd)


(23)

pengunjung dan memudahkan penyusunan benda – benda yang dibutuhkan di dalam ruang pameran. Begitu juga dengan ruang – ruang lainnya, apabila lantai ruang datar akan memudahkan sirkulasi pengunjung.

Standart fasilitas dalam sebuah Art Center

 Ruang Pamer  Ruang Workshop  Lobby

 Art Shop

 Gudang Penimpanan  Cafe

2. 1. 3. Studi Kasus

Studi kasus 1

South Lake Union Discovery Center

Gambar 2. 1. South Lake Union Discovery Center

a. Project Data :

Architec : Hull Miller

Diresmikan : April 2005 Luas proyek : 11,000 m²


(24)

The Discovery Center di South Lake Union di Seattle, Washington yang

memiliki konsep green architecture telah mendapatkan penghargaan dari

American Institute of Architects (AIA) Komite Lingkungan (COTE). Konsep yang

dipakai oleh sang arsitek adalah green architectur. Bangunan ini sangat menghemat energi dengan memberikan bukaan yang lebar pada bangunan. Desainer mengorientasikan bukaan jendela sebagai dinding, cahaya matahari sangat dimaksimalkan sehingga dapat memberikan lebih banyak cahaya alami yang masuk dan mengurangi kebutuhan penerangan listrik pada siang hari.

Gambar 2. 2. Tampilan bangunan Discovery Center 1

Gambar 2. 3. Tampilan bangunan Discovery Center 2

Bentuk dan tampilan bangunan The Discovery Center di South Lake Union

di Seattle, Washington yang berkonsep green architecture ini sangat simpel


(25)

Gambar 2. 4. Site plan Discovery Center

Site plan bangunan The Discovery Center di South Lake Union di Seattle, Washington, ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu kesatuan antara

ruang luar dengan ruang dalam bangunan

Gambar 2. 5. Denah Discovery Center

Denah yang sengaja tidak dibuat rumit dan nampak begitu simple. Dengan bentukan bangunan yang modern yang berpengaruh juga dengan denah. Penempatan gallery di depan merupakan salah satu hal yang ingin ditonjolkan pada bangunan The Discovery Center di South Lake Union di Seattle, Washington


(26)

ini. Di dalam gallery tersebut, memajang berbagai karya seni fotografi lansekap.

Gambar 2. 6. Potongan Discovery Center

Green Architecture merupakan konsep dari bangunan The Discovery Center di South Lake Union di Seattle, Washington. Dengan memakai memberikan bukaan

yang lebar (jendela) dan dengan menggunakan material kaca sebagai dinding maka apabila pada siang hari akan menghemat penggunaan listrik pencahayaan buatan, karena cahaya matahari yang masuk melalui dinding kaca.

Penggunaan material yang bersahabat dengan alam adalah salah satu cara sebagai pengaplikasian konsep Green Architecture

b. Luas bangunan (dalam site)

Luas building atau bangunan The Discovery Center adalah 11,000 m² c. Bentukan bangunan

The Discovery Center ini tipologi yang sama yaitu berbentuk persegi panjang yang panjangnya mengarah ke samping. Dengan berkonsepkan bangunan modern bentukan bangunan The Discovery Center ini nampak begitu dinamis dengan dinding kaca yang berada di bagian depan bangunan.

d. Warna tampilan bangunan

Sebagai bangunan yang memang dirancang dengan konsep minimalis modern bangunan The Discovery Center, warna pada bagian luar bangunan ini


(27)

cenderung warna silver, abu-abu, hitam. Namun pada bagian dalam bangunan atau interior cenderung warna coklat, kuning, dan putih.

Gambar 2. 7. Warna tampilan bangunan

g. penghawaan

Untuk sistem penghawaan pada bangunan The Discovery Center menggunakan penghawaan buatan atau Air Conditioner.

h. Pencahayaan

Pencahayaan yang digunakan disini menggunakan kombinasi pencahayaan alami dan buatan.pada siang hari penggunaan pencahayaan buatan sangatlah minim hal ini dikarenakan penggunaan kaca sebagai dinding pada bagian depan bangunan.

i. Sistem utilitas

Sistem utilitas yang digunakan disini adalah : a. Kamar mandi dan WC berada di dalam bangunan

b. Menggunakan pencahayaan buatan dan alami, pencahayaan buatan berasal dari lampu sedangkan pencahayaan alami berasal dari cahaya matahari yang masuk melalui bukaan. Namun yang dominan menggunakan pencahayaan alami.

c. Untuk penghawaan, pada bangunan ini lebih dominan menggunakan penghawaan buatan dangan Air Conditioner.


(28)

Studi kasus 2

Darwis Triadi School of Photography

Gambar 2. 8. Darwis Triadi School of Photography

a. Data proyek :

Nama proyek : Darwis Triadi School of Photography

Lokasi : Jl. Bendul Merisi selatan Airdas No. 36A, Surabaya Selatan.

Luas : ± 180 m2

Fungsi : Sekolah fotografi

Darwis Triadi School of Photography terdapat di tiga kota besar Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya. Gambar diatas merupakan Darwis Triadi School of Photography yang ada di kota Surabaya

Bagunan Darwis Triadi School of Photography memiliki konsep modern minimalis tampak dinamis dengan perpaduan warna yang kontras antara warna merah, abu-abu dan hitam.

b. Terdapat beberapa fasilitas didalam bagunan Darwis Triadi School of Photography ini diantaranya :


(29)

Lobby :

Gambar 2. 9. Lobby Darwis Triadi School of Photography

Entrance yang langsung menggarah pada lobby, lobby Darwis Triadi School of Photography memiliki luas yang kecil namun dapat berfungsi sangat maksimal, lobby berhubungan langsung dengan ruang resepsionis. Pada lobby dan resepsionis terdapat bukaan yang lebar sehingga dapat menggurangi penggunaan pencahayaan buatan pada siang hari.


(30)

Ruang Penghubung :

Gambar 2. 11. Ruang penghubung yang digunakan sebagai gallery

Ruang penghubung ini digunakan sebagai penghubung antar ruang lobby / resepsionis dan ruang kelas, ruang rias, tangga yang menggarah pada ruang office dan dapur yang terletak di belakang bangunan. Ruang penghubung ini selain digunakan untuk menghubungkan antar ruang juga digunakan untuk memajang beberapa karya foto.

Ruang kelas :

Ruang kelas pada Darwis Triadi School of Photography ada dua, masing-masing ruang kelas memiliki ukuran yang berbeda. Pada setiap ruang kelas terdapat studio fotografi

Gambar dibawah merupakan ruang kelas yang berukuran kecil


(31)

Sedangkan gambar yang di bawah ini merupakan ruang kelas yang berukuran lebih besar.

Gambar 2. 13. Ruang Kelas Besar

Ruang Rias :

Ruang rias memiliki luasan yang kecil yaitu 3 meter x 3 meter, namun walupun tergolong kecil, ruang rias yang ada di Darwis Triadi School of Photography ini memiliki fasilitas yang lengkap.

Gambar 2. 14. Ruang Rias

Ruang service :

Terdapat pantri dan toilet yang terletak pada bagian belakang bangunan. Pada pantri, ada tangga yang menggarah pada ruang tinggal penjaga Darwis Triadi School of Photography


(32)

Lobby resipsionis

R. Kelas

R. Kelas R. Rias

Taman

Gudan g

Pantri Toilet

Gambar 2. 15. Pantri dan Toilet

Pola tatanan

a. Bentuk pola sirkulasi

Membahas bentuk dan pola sirkulasi dalam lingkup ”pola tatanan” berarti menjelaskan pola sirkulasi dari mulai luar  sampai menuju ke obyek atau bangunan.

Obyek tatanan massa biasanya mempunyai pola sirkulasi yang teratur, runut dan saling berkaitan dari mulai luar sampai menuju ke obyek dan antar tiap massanya yang membentuk ”pola” tersendiri. Untuk obyek dengan masa tunggal pola sirkulasi yang hadir bisa menjadi lebih sederhana.

Darwis Triadi School of Photography ini adalah obyek dengan masa tunggal. Obyek masa tunggal yang berbatasan langsung dengan area di luar obyek yang disini adalah jalan dan massa obyek–obyek lain. Pola sirkulasi pada rumah singgah ini dimulai dari jalan yang langsung menuju ke obyek.


(33)

b. Luas bangunan (dalam site)

Luas building atau bangunan Darwis Triadi School of Photography adalah seluas ukuran site itu sendiri, karena merupakan obyek masa tunggal yang terbangun penuh di atas sitenya. Luas bangunan ± 180 m2

c. Bentukan bangunan

Darwis Triadi School of Photography ini terdiri dari bangunan dua lantai yang lantai satu dan duanya memiliki bentukan atau tipologi yang sama yaitu berbentuk persegi panjang yang panjangnya mengarah ke belakang. Bagian atas obyek ditutup dengan atap pelana yang merupakan aplikasi dari bentukan dasar geometri prisma segitiga namun juga dengan mengaplikasikan bangunan minimalis modern.

Gambar 2. 17. Bentukan Bangunan

d. Warna tampilan bangunan

Sebagai bangunan yang memang dirancang dengan konsep minimalis modern bangunan Darwis Triadi School of Photography, maka dalam penyelesaiannya dibuat agak lebih menonjol untuk finishing catnya dibandingkan bangunan disekitarnya dengan perpaduan warna yang kontras namun dinamis antara warna merah, hitam, abu-abu dan putih

Bentuk geometri prisma segitiga Bentuk geometri


(34)

Gambar 2. 18. Warna Tampilan Luar Bangunan

Gambar 2. 19. Warna Tampilan Dalam Bangunan

g. penghawaan

Untuk sistem penghawaan pada bangunan Darwis Triadi School of Photography menggunakan penghawaan buatan atau Air Conditioner. Alasan menggunakan penghawaan buatan adalah menggingat panasnya suhu udara di kota Surabaya ini. Namun pada bagian belakang bangunan menggunakan penghawaan alami karena terdapat taman.

h. Pencahayaan

Pencahayaan yang digunakan disini menggunakan kombinasi pencahayaan alami dan buatan. Namun pada siang hari lantai dua dirasa lebih terang, karena pencahayaan alami yang diberikan sinar matahari masuk ke dalam ruangan dengan baik melalui bukaannya dan tidak terhalang bangunan disekitarnya.

j. Sistem utilitas

Sistem utilitas yang digunakan disini adalah :

a. Kamar mandi dan WC berada di dalam bangunan


(35)

c. Menggunakan pencahayaan buatan dan alami, pencahayaan buatan berasal dari lampu sedangkan pencahayaan alami berasal dari cahaya matahari yang masuk melalui bukaan. Namun yang dominan menggunakan pencahayaan buatan

d. Untuk penghawaan, pada bangunan ini lebih dominan menggunakan penghawaan buatan dangan Air Conditioner.

2. 1. 4. Analisa Hasil Studi

Pada dasarnya gedung Art Gallery lebih mementingkan pencahayaan dan

penghawaan karena Gallery yang digunakan sebagai ruang pajang karya harus lebih terjaga dan aman. Selain itu sirkulasi antar ruang harus dibuat seefisien mungkin.

Sedangkan Fasilitas yang akan dihadirkan pada Gedung Art Gallery ini adalah fasilitas utama, fasilitas penunjang, fasilitas pelengkap, dan servis. Dan kapasitas pada ruang pamer berukuran sedang menurut buku Architects Data dapat menampung 100-500 orang.

2. 2. Tinjauan Khusus Perancangan 2. 2. 1. Lingkup Pelayanan

Skala pelayanan pada perancangan dan perancangan Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini adalah masyarakat umum khususnya wilayah Surabaya dan sekitarnya, untuk semakin mengerti akan nilai seni foto.

 Bagi fotografer

- Wadah bagi para fotografer

- Menyediakan tempat untuk berkumpul, berdiskusi, seminar ( klub fotografi dan ruang workshop)

 Bagi masyarakat umum

- Apabila masyarakat Surabaya dan sekitarnya yang memiliki minat dan ingin memperdalam fotografi

- Menyediakan jasa dan pelayanan yang menyangkut dengan fotografi (jasa fotografer profesional, foto studio, laboratorium foto, dsb)


(36)

- Menyediakan sarana promosi dan penjualan perlengkapan dan peralatan fotografi.

 Bagi pemerintah kota Surabaya

- Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat menekan angka pengangguran.

- Meningkatkan pendapatan daerah dengan pajak dan penggunaan fasilitas pemerintah

- Memperkuat kedudukan kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dan mendorong kota Surabaya untuk menjadi kota Metropolitan.

2. 2. 2. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang

Dalam perancangan Pusat Seni Fotografi yang berkala lokal di Surabaya ini mengupayakan dan mengakomodasi bermacam – macam aktifitas diantara :

 Mengadakan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan seni fotografi untuk meningkatkan pemahaman dan pengenalan akan seni fotografi terhadap masyarakat luas.

 Menghasilkan karya seni fotografi

 Menyediakan sarana dan kebutuhan untuk berkembangnya nilai seni di masyarakat

Fasilitas dalam objek perencanaan

Berdasarkan aktifitas yang terjadi, ruang – ruang dapat dikelompokkan kedalam kriteria :

Penggelola dan Staff :

- Area Fasilitas Pengelola dan Staff - Area Fasilitas Penunjang

Fotografer :

- Area Fasilitas Profesional - Area Fasilitas Perdagangan Pengunjung :


(37)

- Area Fasilitas Penunjang - Area Fasilitas Perdagangan

2. 2. 3. Perhitungan Luas Ruang

2. 2. 3. 1. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Pameran

No. Nama Ruang Kapasitas Unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1 Hall 100 orang 1

1.5

m²/org 150 NAD

2 Lobby 200 orang 1 2 m²/org 400 NAD

3 Resepsionis 2 orang 1 5 m²/org 10 Asumsi

4 Ruang. Informasi 2 orang 1

15

m²/org 30 Asumsi

5 Gallery 500 orang 1 4 m²/org 2000 NAD

6 Gudang 1 25 Asumsi

7 Toilet 12 orang 1 4 m²/org 48 AD

Sub total 8 2663

Sirkulasi 25% 665.75

Total luasan 3328.75

2. 2. 3. 2. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Kursus

No. Nama Ruang Kapasitas unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1 Resepsionis 1 9 NAD

2 Ruang. Tamu 1 20 NAD

3

Ruang. Staf

Pengajar 10 orang 1

2.5

m²/org 25 NAD

4 Ruang. Kelas 20 orang 2

50

m²/kelas 100 Asumsi

5

Ruang Studio

Foto 20 orang 2

75

m²/ruang 150 NAD

No. 6 Nama Ruang Gudang Kapasitas unit 1 Standart Luas (m²) 25 Sumber Asumsi


(38)

7 Toilet 4 orang 1 4 m²/org 16 AD

Sub total 9 345

Sirkulasi 25% 86.25

Total luasan 431.25

2. 2. 3. 3. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Studio Foto

No. Nama Ruang Kapasitas unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1 Resepsionis 2 orang 1 5 m²/org 10 Asumsi

2 R. Tamu 10 orang 1 20 Asumsi

3 Office 10 orang 1 5 m²/org 50 NAD

4

Ruang Studio

Foto Indor 20 orang 3

75

m²/ruang 225 NAD

5 Kamar Gelap 1 36 m² 36 Asumsi

6

Laboratorium

Foto 1 50 NAD

7 Gudang 1 25 Asumsi

Sub total 9 416

Sirkulasi 25% 104

Total luasan 520

2. 2. 3. 5. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Penunjang

No. Nama Ruang Kapasitas unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1 Resepsionis 1 9 NAD

2 R. Tamu 1 20 NAD

3 R. Workshop 50 orang 2

125

m²/ruang 250 Asumsi

4 R. Kontrol 5 orang 1 25 m² 25 Asumsi

5 Café 100 orang 2

400

m²/ruang 800 Asumsi

No. 6 Nama Ruang Gudang Kapasitas Unit 1 Standart Luas (m²) 25 Sumber Asumsi


(39)

7 Toilet 6 orang 1 4 m²/org 24 AD

Sub total 9 1153

Sirkulasi 25% 288.25

Total luasan 1441.25

2. 2. 3. 5. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Perdagangan

No. Nama Ruang Kapasitas unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1 Counter Toko 10 orang 10

30

m²/ruang 300 NAD

3

Ruang

Penggelola 10 orang 1 5 m²/org 50 NAD

4 Gudang 1 25 Asumsi

Sub total 14 435

Sirkulasi 25% 108.75

Total luasan 543.75

2. 2. 3. 6. Perhitungan Luas Ruang Luar

No. Nama Ruang Kapasitas unit Standart

Luas

(m²) Sumber

1

Studio Foto

Outdoor 250 orang 1 1000 Asumsi

2 Parkir mobil 100 mobil 1

12.5

m²/mobil 1250 NAD

3 Parkir motor 200 motor 1

5

m²/motor 1000 NAD

4 Parkir karyawan

25 motor &

25 mobil 1 437.5 Asumsi

5 Ruang Serkuriti 10 orang 1 5 m²/org 50 NAD

6 Mushola 10 orang 1 30 NAD

Sub total 6 3767.5

Sirkulasi 25% 941.875

Total luasan 4715.375

2. 2. 3. 6. Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Service


(40)

(m²)

1

Locker dan ruang

ganti karyawan 1 9 Asumsi

2 Ruang Karyawan 20 orang 1 2 m²/org 40 NAD

3 pantri 10 orang 1

3.6

m²/org 36

4 Gudang 1 25 NAD

5 Ruang mesin AC 1 10 Asumsi

6 Ruang Genset 1 10 NAD

7

Ruang Gardu dan

Panel listrik 1 6 Asumsi

Sub total 7 136

Sirkulasi 25% 34

Total luasan 170

Tabel 2. 2. Perhitungan Luas Ruang

Luas Keseluruhan Bangunan

Fasilitas Pameran : 3328.75 m² Fasilitas Kursus : 431.25 m² Fasilitas Studio foto : 520 m² Fasilitas Penunjang : 1441.25 m² Fasilitas Perdagangan : 543.75 m² Fasilitas Ruang Luar : 4715.375 m² Fasilitas Service : 170 m²

Total 11150.38 m2

Keterangan :

NAD : Neufert Architect’s Data


(41)

BAB III

TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Karena Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia. Kota Surabaya sebagai pemilihan lokasi Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini. Kota Surabaya dikategorikan pula sebagai kota metropolis, karena tingkat pertumbuhan penduduknya yang juga cukup padat setelah Jakarta.

Kota di Surabaya dibagi menjadi lima kawasan yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat. Struktur tata ruang kota Surabaya yang cenderung dilayani satu pusat utama yaitu kawasan pusat kota memberikan dampak terhadap jalur transportasi dengan terjadinya kelambatan waktu pergerakan ke kawasan pusat kota. Dampak yang lain adalah terhadap perkembangan fisik kota, yang disebabkan kelengkapan fasilitas yang cenderung memusat.

Gambar 3. 1. Lokasi Site

Untuk pemerataan pembangunan maka perencanaan Pusat Seni Fotografi di

LOKASI

SITE


(42)

Surabaya ini terletak di Surabaya Pusat, karena memiliki beberapa pertimbangan sebagai berikut :

- Kawasan ini terkenal sebagai landmark dan ikon dari kota Surabaya. - Kawasan ini memiliki potensi besar dalam berkembang.

- Kawasan ini merupakan jantung atau pusat kehidupan yang ada di kota Surabaya.

- Kawasan ini juga merupakan distrik sentra bisnis dan hiburan di kota Surabaya.

3. 2. Penetapan Lokasi

Sebagai dasar alternatif pemilihan lokasi site Pusat Seni Fotografi di Surabaya yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria untuk mempermudah dalam pemilihan lokasi site yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Pencapaian.

Mudah dicapai baik dari dalam kota maupun luar kota hal ini memberi nilai lebih, karena tempat dapat mudah dijangkau.

2. Aspek Tata Kota.

Dalam aspek tata kota daerah Basuki Rahmat merupakan daerah Unit Distrik Jasa dan Hiburan maka dari itu dalam perencanaan Pusat Fotografi tersebut membutuhkan lokasi atau lahan sebagai proyek perancangan yang pada dasarnya merupakan lahan yang diperuntukkan untuk perdagangan, mengingat proyek yang dipilih merupakan fasilitas untuk Fotografi. Lokasi terletak pada area perdagangan atau bisnis atau dapat disebut juga sebagai Distrik Jasa dan Hiburan, dengan alasan sebagai berikut :

- Penggunaan daya listrik yang besar.

- Frekuensi penggunaan akses melalui jaringan telepon maupun internet relatif tinggi.


(43)

3. Aspek Penyediaan Tanah.

Dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung segala fasilitas yang dibutuhkan di dalam komplek perfilman sehingga segala aktifitas di dalam perfilman tersebut dapat berjalan dengan baik.

4. Aspek Aktifitas Penunjang.

Adanya komplek lembaga pendidikan Broadcast Design Unair, tempat peninggalan budaya sejarah yaitu Arca Joko Dolog, pertokoan atau ruko, perkantoran, perhotelan, restoran siap saji, pusat perbelanjaan, dan tempat rekreasi yang dapat mendukung aktifitas.

5. Aspek Sarana Prasarana.

Tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air bersih, listrik, telepon, dan beberapa akses kendaraan yang dapat memudahkan pencapaian para pengunjung dalam mencapai site seperti angkot taksi dan lain – lain, yang dapat mendukung pelaksanaan operasional.

Berdasarkan kriteria di atas, maka pemilihan lokasi perencanaan Pusat Seni Fotografi ini berada di Jalan Basuki Rahmat Surabaya. Penetapan Lokasi yang berada pada kawasan Surabaya Pusat ini juga didasari pertimbangan potensi bangunan di sekitar site yang berupa fasilitas umum, perdagangan, serta merupakan kawasan golongan menengah atas yang sekiranya dapat menjadi daya dukung perencanaan Pusat Seni Fotografi di Surabaya.

3. 3. Kondisi Fisik Lokasi

Pusat Seni Fotografi ini berada di wilayah Surabaya Pusat, yaitu jalan Basuki Rahmat. Dalam pembagian unit pengembangan Surabaya, kawasan ini merupakan unit pengembangan Tunjungan. Batas wilayah unit pengembangan Tunjungan


(44)

Gambar 3. 2. kondisi fisik lokasi

kondisi site terpilih memiliki beberapa detail-detail spesifik diantaranya meliputi :

 Batas-batas bangunan

Gambar 3. 3. Batas-batas bangunan 1

LOKASI SITE

LOKASI

SITE

LOKASI


(45)

 Batas sebelah barat berbatasan langsung dengan jalan basuki rachmat, di depan site tedapat dealer mobil nissan dan toserba glael

 Batas sebelah timur berbatasan dengan makam joko dolog.  Batas sebelah utara berbatasan langsung dengan Taman Absari  Batas sebelah selatan berbatasan dengan dealer mobil Honda.

Gambar 3. 4. Batas-batas bangunan 2

LOKASI

Batas Barat Batas Timur

Batas Selatan Batas Utara


(46)

 Luas lokasi bangunan : + 2 hektar  Peraturan Bangunan.

Kota Surabaya Pusat dalam perencanaan penggunaan lahan merupakan kawasan terbangun, dilihat dari kondisi eksistingnya diwilayah ini penggunaan lahannya merupakan pola pusat lipat ganda seperti terdapat pada kawasan perdagangan dan jasa di sekitar jalan Basuki Rachmad. Dalam wilayah ini terdiri dari beberapa penggunaan lahan, yaitu untuk perumahan, ruang terbuka hijau, fasilitas perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan. Peraturan bangunan pada lokasi sesuai dengan rujukan RDTRK kota Surabaya, antara lain :

1. KDB : 50 % dan > 50%

2. KLB : 100%

3. GSB untuk bangunan perumahan : + 5 m 4. GSB untuk bangunan perdagangan : + 10 m

5. Damija (m) : 25 meter

(Sumber :Tata Kota Surabaya, Mei 2003).

 Klasifikasi dan kondisi ruas jalan utama pada kawasan perencanaan (jalan Basuki Rahmat) yaitu antara lain sebagai berikut :

Kondisi / Jenis Perkerasan : baik dan beraspal. Lebar Jalan (m) : 19,20 m.

Lebar Trotoar (m) : 2,75 + 0,50 m. Lebar Saluran Tepi : 1,00 + 1,00 m.

(Sumber :Tata Kota Surabaya, Mei 2003).

 Data tapak yang ada pada kawasan perencanaan tepatnya di sekitar site Basuki Rachmat antara lain sebagai berikut :

1. Suhu harian : suhu minimum 27,2 º C dan suhu

maksimum 28,8 º C


(47)

3. Tekanan udara : 1007,5 Mbs – 1012,2 Mbs

4. Curah hujan : 172 mm / tahun. (Sumber :Tata Kota Surabaya, Mei 2003).

 Kondisi Site.

Dalam suatu perencanaan dan perancangan sebuah bangunan khususnya ditujukan pada Pusat Seni Fotografi ini haruslah menganalisa dan melihat kondisi site yang akan digunakan sebagai site proyek tersebut, sehingga sebelum proses pembangunan nanti, bangunan yang akan dirancang dapat menyesuaikan dengan keadaan di sekitar site Basuki Rachmat. Kondisi site tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Topografi :

Sebagai kawasan perencanaan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tanah bervariasi ( ketinggian maksimum + 5 meter dan ketinggian minimum + 4,3 meter dari titik I Tanjung Perak yang mempunyai ketinggian + 3, 6075 meter terhadap Air Rendah Purnama / ARP. ( Sumber : Tata Kota Surabaya, Mei 2003 ).

1. Hidrografi :

Kedalaman air tanah pada kawasan perencanaan adalah 2,0 sampai dengan 3,0m ( Sumber : Tata Kota Surabaya, Mei 2003 ).

2. Geologi tanah :

Menurut data kemampuan tanah dan jenis tanah dari peta data pokok Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya tahun 1992, kondisi tanah pada kawasan adalah :

Lereng : Mempunyai kemiringan 0 – 2 %

Kedalaman efektif tanah : Lebih dari 90 cm

Tekstur tanah : Halus

Drainase : Tidak pernah tergenang

Erosi : Tidak ada erosi

Faktor pembatas : Air tanah asin


(48)

Gambar 3. 5. Data Lokasi

Data Lokasi :

 Lokasi : Jl. Basuki Rahmat

 Kelurahan : Embong Kaliasin

 Kecamatan : Genteng

 Kotamadya : Surabaya

 Propinsi : Jawa Timur

(Sumber : hasil pengamatan Tata Kota Surabaya 2000-2005).

3. 3. 1. Aksesbilitas.

Aktifitas di ruas sepanjang jalan Basuki Rahmat ini dipengaruhi oleh 3 faktor, diantaranya sebagai berikut :

1. Kepadatan / kemacetan lalu lintas biasanya terjadi pada pagi hari dan sore hari pada jam-jam masuk dan pulang kerja.

2. Kepadatan dan kemacetan dikarenakan dimensi jalan tidak sesuai lagi dengan jumlah kendaraan yang melewatinya, disamping itu juga disebabkan karena jalan Basuki Rahmat merupakan simbol pertemuan arus lalu lintas yang datang dari kawasan Surabaya Barat menuju Timur.


(49)

3. Kepadatan / kemacetan tersebut juga disebabkan karena tingginya aktifitas keluar – masuk di Tunjungan Plasa.

Selain itu arus pencapaian cukup mudah, dikarenakan adanya jalan yang lebar dan jarang terjadi kemacetan. Pencapaian dari dalam kota menuju lokasi site dapat dilalui dari beberapa alternatif jalur, antara lain :

- Alternatif jalur 1 :

Jl. Panglima Sudirman – Jl. Basuki Rahmat (dari arah daerah Bambu Runcing) Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Basuki Rahmat (dari arah daerah BRI Tower ).

- Alternatif jalur 2 :

Jl. Tunjungan – Jl. Pemuda – Jl. Taman Apsari – Jl. Basuki Rahmat.

3. 3. 2. Potensi Lingkungan / Site.

Potensi bangunan disekitar site tidak terlepas dari keadaan di sekitar site yaitu:

- Kawasan merupakan daerah perumahan yang mayoritas merupakan masyarakat golongan menengah atas.

- Fasilitas lainnya yaitu kawasan ini merupakan daerah perkantoran, perdagangan bahkan fasilitas hiburan umum yang berupa seperti bank swasta, show room, ruko, restoran siap saji, dan Mall.

Pada kawasan ini juga terdapat peninggalan cagar budaya sejarah ”Joko Dolog” yaitu tepatnya di belakang kawasan tersebut, tetapi sayangnya keberadaan fasilitas kebudayaan masih kurang optimal, fasilitasnya hanya sebatas Gapura dan pagar / tembok pembatas itupun juga digunakan PKL (pedagang kaki lima) untuk menjajakan panganannya.

Desain dari perencanaan Pusat Seni Fotografi ini dapat mendukung kawasan karena dari segi fungsi bangunan dapat memberikan nilai lebih bagi kawasan tersebut. Dengan adanya bangunan Mall dan banyaknya bangunan perdagangan seperti halnya Show Room Toyota seperti pada kawasan ini dan juga secara tidak langung dapat memberikan ”landmark” tersendiri pada kawasan Basuki Rahmat ini (Unit Kawasan Jasa dan Perdagangan), dapat diharapkan dapat menarik pengunjung dalam jumlah yang besar. Dengan demikian eksistensi bangunan


(50)

Pusat Sinematografi tersebut terhadap ”sequence” bangunan sekitar dapat memberikan ciri khas tersendiri dan dapat memberikan eksisting lingkungan yang bagus terhadap lingkungan sekitar site.

3. 3. 3. Infrastruktur Kota.

Infrastruktur kota merupakan hal terpenting dalam menunjang suatu kota agar menjadi struktur kota yang teratur. Infrastruktur kota yang ada di wilayah lokasi obyek perancangan meliputi :

- Jaringan Listrik.

Kebutuhan fasilitas listrik pada kawasan perencanaan di suplai oleh PLN wilayah XII Cabang Surabaya Selatan. Jaringan listrik yang ada pada wilayah perencanaan ini yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) yang melintasi kelurahan Embong Kaliasin dan kelurahan Genteng ke arah selatan. Saluran Udara Menengah ( SUTM ) 20 KV terdapat di jalan Urip Sumoharjo sampai jalan Basuki Rahmat dan Saluran Udara Tegangan Rendah terdistribusi merata pada jalan lingkungan yang melewati kawasan permukiman.

- Jaringan Air Bersih.

Pelayanan air bersih untuk wilyah distrik ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) dengan jaringan yang telah menjangkau wilayah ini. Seluruh kawasan perencanan mendapat pelayanan air bersih dari PDAM, dilayani melalui jaringan pipa primer berdiameter > 600 mm dan pipa sekunder berdiameter < 600 mm yang melewati Jalan Urip Sumoharjo – Jalan Basuki Rahmat.

- Jaringan Telepon.

Jaringan telepon di wilayah perencanaan sudah menjangkau seluruh kawasan ini. Pola jaringan telepon mengikuti pola jaringan jalan yang ada di wilayah ini. Pelayanan telepon tidak hanya melalui sambungan langsung ke rumah atau tempat usaha, tetapi juga dengan telepon umum dan wartel yang


(51)

dimaksudkan agar dapat menjangkau masyarakat luas. Pengembangan pelayanan telekomunikasi telepon diutamakan terutama untuk kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa dan kegiatan lain dengan intensitas tinggi.

- Pembuangan Sampah.

Wilayah perencanaan untuk saat ini sudah memiliki sistem pengelolaan dan pembuangan sampah, namun sebagian sampah yang dihasilkan dari rumah tangga masih dibuang pada tempat sampah yang ada dan selanjutnya dibuang ke TPS dan TPA. Sedangkan sampah non perumahan, pembuangannya dilakukan oleh Dinas Kebersihan menuju ke TPA.

- Jaringan Gas.

Pada kawasan perencanaan terdapat jaringan gas yang dipasok dari Pagerungan Madura melalui stasiun gas Porong. Kebutuhan gas untuk rumah tangga pada kawasan perencanaan dipenuhi melalui pelayanan gas dengan sistem tebung, meskipun jaringan pipa gas sudah tertanam di dalam kawasan perencanaan.

- Drainase.

Jaringan saluran drainase yang berada di kawasan perencanaan ini kebanyakan peninggalan Belanda, air flushing untuk kawasan tersebut berasal dari Kali Mas lewat pintu air disamping jembatan Jalan Sonokembang. Kondisi eksisting saluran drainase pada kawaan perencanaan berdasarkan 4 hal yang mempengaruhi kondisi eksisting drainase tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Sistem dan klasifikasi : Tersier.

2. Nama saluran : Pinggir Jalan Basuki Rahmat.

3. Arah aliran : Selatan - Utara, muara ke saluran Embong Sawo Barat

4. Kondisi : Plengsengan, terawat, lebar saluran 0,8 m.


(52)

- Limbah.

Limbah yang dihasilkan pada unit distrik wilayah ini merupakan limbah domestik. Air buangan yang berasal dari dapur dan kamar mandi umumnya disalurkan langsung dan kemudian dibuang bersama air hujan menuju saluran pematusan. Sedangkan buangan dari WC dibuang di septic tank, kemudian diserapkan dalam tanah melalui sumur resapan. Penanganan limbah pada daerah Basuki Rachmat telah melalui instalasi pengelolaan limbah yang dimiliki oleh pengembang infrastruktur kota. (sumber Tata Kota Surabaya, Mei 2003).

- Penanggulangan Kebakaran.

Sarana dan prasarana yang disediakan dalam rangka antisipasi bagi penanggulangan kebakaran adalah berupa pos pemadam kebakaran, hidran umum, dan tabung kebakaran. Sarana dan prasarana ini sangat diperlukan, mengingat wilayah perencanaan merupakan kawasan pengembangan perumahan. Satu pos pemadam kebakaran minimum menyediakan 2 unit mobil kebakaran atau dengan perbandingan 1 unit mobil kebakaran untuk melayani 10.000 jiwa penduduk. (sumber Tata Kota Surabaya, Mei 2003).


(53)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

Keberhasilan dalam mendesain sebuah rancangan, juga ditentukan oleh keberhasilan seorang arsitek dalam mendesain dan menata bagian-bagian dalam bangunan yang direncanakan. sesuai dengan kebutuhan, dan untuk siapa bangunan ini diciptakan. Selain desain, analisa-analisa juga berperan penting dalam perancangan seperti analisa ruang,dan analisa site. Semua data yang didapat dari analisa tersebut akan berperan penting untuk mencapai tingkat kenyamanan dan kebutuhan yang ingin dicapai, agar setiap pengunjung yang datang diharapkan dapat menikmati setiap sudut dari bangunan yang kita rancang. Berikut akan dijelaskan lebih rinci dalam proses analisa ruang dan site bangunan.

4. 1. Analisa Ruang

Dari pemrograman ruang berdasarkan kebutuhan yang telah dilakukan di bab 2 sebelumnya, telah ditemukan ruang-ruang dengan perbedaan fungsi, kebutuhan, aktivitas yang terjadi di dalamnya, dan juga perbedaan pengguna yang direncanakan hadir dalam perancangan proyek. Dari beragam jenis ruang-ruang yang ada tersebut, perlu dilakukan sebuah pengorganisasian ruang agar ruang-ruang tersebut dapat hadir dengan perancangan yang lebih terarah, teratur, terencana dan tidak abstrak penempatannya sehingga secara pasti untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan ruang-ruang tersebut nantinya.

Ruang-ruang yang hadir dalam perencanaan berdasarkan pemrograman kebutuhan ruang yang telah dilakukan (masih bersifat ruang secara umum, ruang skala besar), adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas Utama

Fasilitas utama yang ada di Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini terdiri dari Gallery sebagai ruang pamer karya para seniman foto dan studio fotografi serta laboratorium fotografi. Fasilitas ini diperuntukkan bagi para fotografer


(54)

untuk memajang karya dan para menikmat foto yang ingin menggunakan jasa fotografer.

a. Fasilitas pameran

- Gallery sebagai ruang pamer karya b. Fasilitas pendidikan

- Kursus fotografi c. Fasilitas profesional

- Studio fotografi - Laboratorium fotografi

2. Fasilitas Penunjang

Beberapa ruang dalam fasilitas penunjang ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan bagi umum dan sebagai aarea perdagangan peralatan dan perlengkapan fotografi tetapi juga ada beberapa ruang yang privasi dan dikhususkan untuk pengelola gedung Pusat Seni Fotografi di Surabaya tersebut.

- Lobby

- Ruang Resepsionis - Hall

- Ruang Pimpinan dan Administrasi - Musholla

- Cafe

- Ruang Workshop

- Toko yang menjual perlengkapan dan kebutuhan fotografi

3. Fasilitas Servis

Beberapa ruang dalam fasilitas servis ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan bagi karyawan yang membantu dalam hal peralatan maupun infrastruktur gedung Pusat Sinematografi tersebut.

- Gudang Peralatan - Dapur


(55)

- Ruang Mesin

- Ruang Istirahat dan loker (karyawan + satpam) - Toilet

4. Fasilitas Outdoor Area

Fasilitas outdoor ini ditempatkan di sekitar luar bangunan atau gedung Pusat Seni Fotografi di Surabaya tersebut dan diperuntukkan bagi umum dan juga sebagai menambah estetika.

- Parkir - Taman

Program Ruang merupakan pengelompokkan ruang – ruang yang ada didalam obyek perancangan. Dimana pengelompokkan ruang – ruang ini terbagi atas beberapa kelompok ruang yang terdiri dari beberapa ruang didalam obyek perancangan. Pengelompokkan ruang tersebut seperti terlihat pada tabel dibawah.

No. Kelompok

Ruang Fasilitas Nama Ruang

1. Area Pengelola Ruang

Pengelola

- Ruang Pimpinan - Ruang Administrasi - Ruang Karyawan - Ruang Resepsionis - Ruang Satpam (security) 2. Area Utama Fasilitas Utama - Gallery sebagai ruang pamer

karya.

- Kursus fotografi

- Laboratorium Foto h/p dan Warna

- Ruang Studio Fotografi - Kamar Gelap


(56)

3. Area Penunjang Fasilitas Penunjang

- Lobby

- Ruang Resepsionis - Hall

- Ruang Pimpinan dan Administrasi

- Musholla - Cafe

- Ruang Workshop - Toko yang menjual

perlengkapan dan kebutuhan fotografi

4. Area Servis Fasilitas Servis - Gudang Peralatan - Dapur

- Ruang Mesin - Toilet

5. Area Outdoor Fasilitas Outdoor

- Parkir - Taman

Tabel 4. 1. Program Ruang (Sumber : Analisis penulis, 2011)

4. 1. 1. Organisasi Ruang

Merupakan pembagian kebutuhan ruang didalam obyek perancangan yang membentuk sebuah alur antara ruang yang satu dengan ruang yang lain. Dimana nantinya didalam pengorganisasian ruang ini dapat terlihat hubungan antara ruang yang satu dengan yang lain.

Bagan 4. 1. Organisasi Ruang Secara Makro Sumber : Analisis penulis, 2011 - R. Fasilitas

penunjang - R. Fasilitas Perdagangan

Ruang Fasilitas Utama

- Ruang Fasilitas kursus - R. Fasilitas Umum

Ruang Fasilitas servis Entrance


(57)

 Organisasi ruang secara makro :

Konsep organisasi ruang secara makro menggunakan konsep terpusat dimana ada ruang yang dominan dan terdapat ruang-ruang sekunder yang dikelompokkan, hal ini diharapkan untuk mempermudah pencapaian pada ruang yang dominan dan mempermudah pencarian ruang.

 Organisasi ruang secara mikro :

Konsep organisasi ruang secara mikro menggunakan konsep secara linier dimana ruang berurutan dan berulang-ulang, ini ditujukan untuk mempermudah pencapaian antara satu ruang dengan ruang yang lainnya.

Struktur organisasi dalam skala mikro a. Fasilitas Utama.

Bagan 4. 2. Organisasi Ruang Fasilitas Utama Sumber : Analisis penulis, 2011

Entrance

Lobby

Out Door Area

Gallery

Kursus fotografi Toilet

Kamar Gelap


(58)

b. Fasilitas Penunjang.

Bagan 4. 3. Organisasi Ruang Fasilitas Penunjang Sumber : Analisis penulis, 2011

d. Ruang Luar

Bagan 4. 4. Organisasi Ruang Area Outdoor Sumber : Analisis penulis, 2011

Parkir

Main Entrance Taman

Studio Foto

Outdoor

Ruang Serkuriti

Mushola Parkir

Entrance

Lobby

Ruang Workshop

Toko perlengkapan fotografi

Ruang Pengelola

Ruang Pimpinan dan Direktur

Cafe Out Door Area

Toilet


(59)

e. Fasilitas Servis

Bagan 4. 4. Organisasi Ruang Fasilitas Servis Sumber : Analisis penulis, 2011

4. 1. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Sirkulasi manusia

Merupakan jenis sirkulasi yang digunakan untuk manusia berjalan kaki. Untuk menjaga agar kendaraan bermotor tidak memasuki daerah yang digunakan sebagai area pejalan kaki. Ada beberapa solusi untuk menjaga hal tersebut, diantaranya :

a. Dengan cara memberikan perbedaan tekstur pada pedestrian dan jalan untuk kandaraan bermotor.

b. Dengan cara memberikan perbedaan ktinggian atau level tanah pejalan kaki dengan pengguna kendaraan bermotor antara 10-15 cm.

Toilet

Gudang Peralatan Pantri

Parkir / Outdoor Area

Ruang Karyawan

Ruang Mesin AC Ruang Genset Ruang Gardu dan


(60)

Sirkulasi pengunjung

Bagan 4. 6. Sirkulasi Pengunjung Sumber : Analisis penulis, 2009

4. 1. 3. Diagram Abstraksi

Filosofi arsitektur Tradisional menjadi pertimbangan dalam membuat pola sirkulasi, dan konsep rumah Jawa yang menjadi acuan dalam menentukan pola sirkulasi. Konfigurasi hubungan ruang atau bagian- bagian rumah Jawa yang membentuk tatanan tiga bagian linier belakang, menjadi pendekatan dari konsep sirkulasi.

Dimana bagian depan adalah Pendopo, ditengah peringgitan, dan yang paling belakang dan terdalam adalah dalem. Maka konsep sirkulasi antar ruang menggunakan pola linier. Sirkulasi linier : sirkulasi yang menunjukkan satu arah dan menggambarkan gerakan perkembangan dan pertumbuhan ( Francis D.K. Ching ). Sirkulasi linier mengarahkan perjalanan dari keterkaitan masing-masing ruang.

Parkir

Main Entrance

Lobby

Gallery

Outdoor Area

Cafe

Toilet R. workshop

Toko Perlengkapan Fotografi


(61)

Gambar 4. 1. Diagram Abstrak

Gambar 4. 1. Diagram Abstrak Sumber : Analisis penulis, 2011

4. 2. Analisa Site

4. 2. 1 Analisa Aksesbilitas

Dapat dilihat bahwa jalur dari arah Jl. Basuki Rachmad cukup lebar dan berada pada pusat kota, sehingga arus kendaraan yang melalui daerah site dapat dengan mudah untuk mencapai site yang akan digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merancang sebuah jalur aksesibilitas atau pencapaian adalah :

a. Sirkulasi kendaraan

Sirkulasi kendaraan pada daerah Basuki Rachmat tidaklah terlalu macet, hanya bila terjadi macet pada saat-saat tertentu saja dikarenakan padatnya kendaraan-kendaraan umum yang menunggu atau menurunkan penumpang tepat di depan Tunjungan Plaza. Karena jalan Basuki Rahmat cukup lebarnya dangan ukuran lebar jalan 19,20 m tersebut dapat mengurangi kemacetan yang diakibatkan padatnya kendaraan umum maupun pribadi.


(62)

Gambar 4. 2. Analisa Site Aksesbilitas Sumber : Analisis penulis, 2011

b. Enterance

Main Entrance yang baik untuk sirkulasi kendaraan keluar ataupun masuk pada pada site tersebut dapat ditemukan pada bagian Barat dengan analisa pada bagian tersebut dekat dengan sirkulasi kendaraan yang searah sirkulasi kendaraan yang akan masuk ataupun keluar dari site tersebut. Sehingga tidak menggangu sirkulasi kendaraan umum yang lalu - lalang pada Jl. Basuki Rahmat terhadap sirkulasi kendaraan yang yang keluar – masuk site tersebut.

Gambar 4. 3. Analisa Main Entrance Sumber : Analisis penulis, 2009

LOKASI SITE

Main Entrance

Pada sisi ini dapat dikatakan sangat baik karena memiliki view

yang besar

Main Entrance Sirkulasi kendaraan yang cukup lebar dapat mengurangi

kemacetan

Akses keluar masuk pada

area permukiman


(63)

c. View bangunan

View yang tertangkap pada bangunan yaitu pada bagian daerah Tunjungan Plaza dan McDonald, karena 2 bangunan tersebut merupakan ikon hiburan dari Jl. Basuki Rahmat dan juga pada 2 tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dan merupakan tempat pusat hiburan. Dan dengan menaruh view pada bagian ini, diharapkan dapat menangkap view-view tersebut untuk dijadikan view keluar pada bangunan maupun view yang ditangkap oleh orang-orang pada lingkungan sekitar tersebut

4. 2. 2. Analisa iklim

Keadaan klimatologi rencana tidak berbeda dengan keadaan klimatologi Kota Surabaya pada umumnya. Dimana tekanan udara maksimum 1014,8 mbs dan minimum 1002,4 mbs. Temperatur maksimum 31,3 dan minimum 26,2 kelembaban udara maksimum 100 % dan minimum 30 %. Rata-rata curah hujan pertahun 117,67 mm ( sumber : RTRK UD. Tunjungan ).

Site yang terletak pada kawasan micro climate Surabaya memiliki kondisi

iklim tropis lembab, sehingga bangunan di anjurkan untuk menggunakan desain bangunan tropis, yang diutamakan pada desain atap. Letak site di sebelah barat memiliki orientasi mengahadap ke jalan utama Basuki Rahmat. Bangunan yang menghadap ke arah barat dan timur tentunya menyerap lebih panas daripada bagian bangunan yang menghadap utara dan selatan.

Gambar 4. 4. Orientasi Matahari 1 Sumber : Analisis penulis, 2011


(64)

Sinar matahari disiasati dengan penggunanan second skin pada bagian yang terkena sinar matahari secara langsung dan frontal. Sehinga dapat menggurangi radiasi panas matahari.

Gambar 4. 5. Orientasi Matahari 2 Sumber : Analisis penulis, 2009

4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar.

Pada site ini memiliki dua view yang biasa digunakan, yakni dari arah jalan Basuki Rahmat dan Jalan Taman Apsari. Karena hanya jalan ini yang berbatasan dengan site tersebut.

Dengan melihat batas-batas sekitar site, untuk area antara bangunan dan jalan dapat digunakan sebagai ”view penangkap” terhadap jalan raya terutama pada bagian McDonald dan Tunjungan Plaza. Kemudian area yang berbatasan dengan permukiman penduduk dapat digunakan sebagai foyer yang menjadi ruang perantara antara kompleks Pusat Seni Fotografi di Surabaya dengan perumahan penduduk ataupun dapat digunakan sebagai ruang-ruang penunjang.

U


(65)

SITE

Gambar 4. 6. Gambar Keadaan Lingkungan Sumber : Analisis penulis, 2011

a. Kebisingan

Kebisingan pada lingkungan site termasuk dalam kondisi ramai dan padat, karena intensitas lalu lintas kendaraan padat tetapi dimensi jalan cukup lebar sehingga jarang terjadi kemacetan. Bila ada kemacetan itupun dipengaruhi oleh adanya banyak kendaraan umum, seperti halnya Bus, Bemo, dan Taksi yang akan menepi untuk mengambil penumpang pada depan bangunan Tunjungan Plaza.

Gambar 4. 7. Kondisi Jalan Basuki Rachmad

Jl. Basuki Rahmat McDonald

Tunjungan Plaza


(66)

b. Bangunan Sekitar Site.

Pada sekitar site terdapat beberapa bangunan seperti perkantoran dan pertokoan (Mall) seperti Tunjungan Plasa yang sampai saat ini menjadi ikon yang kuat, beberapa Shoroom mobil seperti Shoroom Honda, Shoroom Nissan, Shoroom Toyota yang merupakan merk mobil kelas dunia, ada juga Fastfood Mcdonals yang sangat famliar di kancah anak muda karena di tempat tersebut merupakan tempat kongkow yang nyaman dan cocok untuk anak muda. Dimana pada bangunan perkantoran dan pertokoan tersebut sama-sama menggunakan gaya modern, hal tersebut ditujukan untuk menarik pengunjung dan saling memberikan eksisitensi pada lingkungan sekitar site dan mengingat pada kawasan tersebut merupakan Unit Kawasan Jasa dan Perdagangan di Surabaya. Dan juga pertokoan dan perkantoran merupakan bangunan yang terlihat dominan pada kawasan tersebut.

4. 3. Analisa Bentuk dan Tampilan 4. 3. 1. Bentuk Geometri Dasar (Tipologi)

Bentukan dasar dari bagunan Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini adalah lingkaran dan persegi panjang. Penggunaan bentukan lingkaran ini dikarenakan fleksibilitas dan konsep ide bentuk bangunan diambil dari metafora bentukan lensa yang berbentuk lingkaran.

Gambar 4. 8. Ide Bentuk 1

U

Gallery

Toko Fotografi Main Lobby

Studio Fotografi Entrance


(67)

Dalam konsep fasad ini terdapat beberapa bentukan yang diaplikasikan pada bangunan Pusat Seni Fotografi di Surabaya. Bentukan tabung, lempeng, garis-garis vertikal.

Bentukan tabung yang mengambil ide bentuk lensa kamera SLR dan bentukan bagian belakan dari bangunan Pusat Seni Fotografi ini berbentuk tabung.

Gambar 4. 9. Ide Bentuk 2


(68)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5. 1. ISSUE DAN FAKTA

Issue

Obyek tatanan massa biasanya mempunyai pola sirkulasi yang teratur, runut dan saling berkaitan dari mulai luar sampai menuju ke obyek dan antar tiap massanya yang membentuk ”pola” tersendiri. Untuk obyek dengan masa tunggal pola sirkulasi yang hadir bisa menjadi lebih sederhana.

Darwis Triadi School of Photography ini adalah obyek dengan masa tunggal. Obyek masa tunggal yang berbatasan langsung dengan area di luar obyek yang disini adalah jalan dan massa obyek–obyek lain. Pola sirkulasi pada gallery ini dimulai dari jalan yang langsung menuju ke obyek.

fakta

Gallery seni fotografi yang ada di indonesia tidak bersifat permanen untuk gallery seni fotografi saja. Khususnya di Kawasan kota Surabaya, gallery seni fotografi tidak ada. Apabila seniman foto ingin melakukan pameran harus menyewa tempat.

5. 2. TEMA RANCANGAN

Tema rancangan yang diterapkan adalah Green Architecture. arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan. Green Architecture ( Arsitektur hijau) adalah sebuah konsep desain arsitektur yang berwawasan lingkungan secara global dan holistik (menyeluruh), berdasarkan kepedulian tentang konservasi lingkungan alami (nature, ecology,

ecosystem) melalui peningkatan kesadaran menggunakan enargi secara bijaksana,

mendorong konservasi sumber daya alami. (Widigdo C, 2007)

Dengan memberikan bukaan dan diberikan shadding sehingga cahaya alami bisa masuk kedalam bangunan dan dapat meminimalkan penggunaan pencahayaan buatan pada siang hari. Kaitannya Green Architecture dengan seni fotografi, seni fotografi membutuhkan kamera, dan pada kamera terdapat


(69)

komponen lensa. Sementara prinsip kerja lensa membutuhkan cahaya, terutama cahaya matahari. Jadi untuk itu penggunaan Green Architectire diaplikasikan pada pengehematan penggunaan cahaya buatan dengan menggunakan cahaya alami. Juga terdapat taman yang berada di atap bangunan (Roof Top Garden) dengan penerapan Roof Top Garden ini diharapkan mampu meningkatkan penghijauan kota.

5. 3. KONSEP RANCANGAN

Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture” suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.

Combined Metaphors (penggabungan antara Tangible dan Intangibel)

Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.

Konsep yang di pakai pada pusat seni Fotografi di Surabaya adalah

Combained Metaphores. Mengambil dari bentuk diafragma lensa kamera SLR,

yang berbentuk tabung, bertransformasi bentuk sehingga menjadi ide bentuk dari

vocal point dari Pusat Seni Fotografi di Surabaya. Selain itu, metafora bentukan

lensa digunakan pada bangunan yang merupakan pusat kegiatan pada Pusat Seni Fotografi ini, berdasarkan pada fungsi vital dari lensa terhadap sebuah kamera. karena kamera tanpa lensa, tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.


(70)

Gambar 5.1. Sketsa konsep. Sumber : Gambar pribadi, 2011

5. 4. KONSEP RUANG LUAR

5. 4. 1. Konsep Pencapain Ke Dalam Site

Konsep pencapaian ke dalam site secara garis besar telah diuraikan dalam pembahasan analisa aksesibilitas di bab sebelumnya, yang kemudian secara lebih lanjut menetapkannya area Main Entrance dalam perancangan.

Disimpulkan bahwa pencapaian ke dalam site dapat diakses dari beberapa jalur, karena letak site sendiri yang pada ke dua sisinya berbatasan langsung dengan jalan yaitu Jalan Basuki Rahmat pada bagian depan site dan Jalan Joko Dolog pada bagian belakang site. Melalui ke dua jalan tersebut akses menuju site bisa dicapai.

Main Entrance yang terletak di Jalan Basuki Rahmat mempunyai

kemudahan aksesibilitas dengan intensitas kendaraan yang cukup tinggi. Jalan ini juga sebagai jalur aksesibilitas transportasi umum menuju site. Sedangkan Jalan Joko Dolog yang terletak dibelakang site digunakan sebagai akses menuju site bagi dan barang.

Entance. Open Space 0pen Space Masuk ke parkir

ground floor

keluar ke parkir


(71)

Gambar 5.2. Konsep pencapaian dalam site. Sumber : Gambar pribadi, 2011

5. 4. 2. Konsep Sirkulasi

Pada konsep sirkulasi Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini terbagi menjadi dua sirkulasi yaitu sebagai berikut :

 Sirkulasi ruang luar

Sirkulasi pengunjung pada ruang luar menggunakan sirkulasi radial terpusat yang diterapkan dengan penggunaan dua pintu masuk dan dua pintu keluar keluar.

 Sirkulasi ruang dalam

Pola sirkulasi yang digunakan untuk mengarahkan pengunjung sesuai aktifitasnya terbagi menjadi 2 macam sirkulasi yaitu:

a. Sirkulasi horizontal, menggunakan sirkulasi radial terpusat. b. Sirkulasi vertikal, menggunakan tangga, dan lift

5. 4. 3. Konsep Ruang Luar

Penyelesaian ruang luar yang dilakukan antara lain dengan penggunaan

vegetasi (tanaman) baik seperti pohon-pohon besar dan perdu maupun vegetasi


(1)

Gambar 6. 4. Aplikasi Tampilan 2. Sumber : Gambar pribadi, 2011

Gambar 6. 5. Aplikasi Tampilan 3. Sumber : Gambar pribadi, 2011

Gambar 6. 6. Aplikasi Tampilan 4. Sumber : Gambar pribadi, 2011

Konsep fasade bangunan Pusat Seni Fotografi di Surabaya ini mengambil dari bentukan dasar lensa kamera SLR yang berbentuk tabung

Terdapat beberapa penggulangan pada fasade bangunan ini yaitu garis-garis vertikal.

Pada bagian belakang bangunan lebih dikhusus untuk sirkulasi pejalan kaki (pengunjung). Terdapat banyak anak tangga memperlihatkan elevasi yang sangat mencolok sehingga yang memberikan kesan monumental pada bangunan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

6. 3. APLIKASI RUANG DALAM 6. 3. 1. Aplikasi Zonning

Zonning pada perencanaan Pusat Seni Fotografi Di Surabaya di bagi menjadi 2 yaitu: Vertikal dan Horisontal.

1. Horisontal

- Area utama (gallery, studio fotografi)

- Area penunjang (toko fotografi, cafe, workshop) - Area servis (gudang, toilet)

- Area pengelola (ruang pengelola)

- Area outdoor (café outdoor, gallery outdoor, studio foto outdoor)

2. Vertikal

- Area utama (gallery, kursus fotografi)

- Area penunjang (toko fotografi, ruang workshop)

Gambar 6. 7. Aplikasi Zonning. Sumber : Gambar pribadi, 2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

6. 3. 2. Aplikasi Sirkulasi Dalam Bangunan

Konsep dalam ruangan menggunakan konsep sirkulasi radial terpusat yaitu pengunjung setelah melewat main entrance diarahakan secara langsung ke gedung utama . Dari lobby yang ada digedung utama, pengunjung diarahkan menuju : - Sirkulasi pengunjung 1.

Bagan 6. 1. Sirkulasi Pengunjung 1

- Sirkulasi pengunjung 2.

Bagan 6. 2. Sirkulasi Pengunjung 2 Droop off Main Entrence

R. Studio Fotografi Gallery

Lobby R. Lab fotografi

Main Lobby

Toko Fotografi Ruang Workshop

Parkir Main Lobby

Ruang Workshop

Gallery

Toko Fotografi R. Studio Fotografi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

Gambar 6. 8. Aplikasi Sirkulasi Dalam Bangunan. Sumber : Gambar pribadi, 2011

- Sirkulasi pengelola

Bagan 6. 3. Sirkulasi Pengelola 1

Parkir Kantor pengelola

Gallery Lobby/Main

Lobby

Toko Fotografi

Ruang Workshop Cafe

Gudang penyimpanan

: Sirkulasi Pengelola

Gallery Hall

Lobby

Main Lobby

Open Space

Cafe

Office

Loading dock

R. Workshop Studio Foto

: Sirkulasi Pengunjung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

- Sirkulasi pengangkut barang

Bagan 6. 4. Sirkulasi Pengelola 2

6. 3. 3. Aplikasi Struktur Bangunan Struktur:

- Struktur bangunan menggunakan beton bertulang. Dengan modul 5m x 5m.

- Struktur atap bangunan menggunakan rangka baja dan dack

Gambar 6. 9. Aplikasi struktur bangunan Sumber : Gambar pribadi, 2011

Loading dock Gudang Penyimpanan

Ruang Pengelola

Toko Fotografi Gallery

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A, Idrus H . 1996. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha Jaya. Surabaya.

Chiara, Joseph De and Jhon C. Time Sarver Standart for Building Type.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan dan Kesenian.

Buku Petunjuk Pendididkan Dasar Musik.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Kartono, Ario, dkk. 2007. Kreasi Seni Budaya. Ganeca Exact. Jakarta.

Mediastika, Cristina E.,Ph. D. 2005. Akustika Bangunan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Poewardaminta, WJS. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia.

Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota. UD. Jajar Tunggal. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. Bapekko Surabaya

Supandar, J Pamuji. 2004. Faktor Akustik Dalam Perancangan Desain Interior. Djambatan. Jakarta.

Tutt, Paricia and David Adler. New Matric Hand Book. London.

Agus Dharma, 2009. Unsur Komunikasi Dalam Arsitektur Post-Modern. Jakarta. Stem, Robert, The Doubles of Post-Modern, dalam buku Beyone The Modern

Movement,

www.suntory.com,

www.surabaya.go.id

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :