ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI, DAN KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI JAWA TIMUR.

ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN
TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI,
DAN KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI JAWA TIMUR.

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1
Program Studi Ekonomi Pembangunan

Oleh :

WIMBO BRAMANTYO
0811010028

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN
TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI, DAN
KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI J AWA TIMUR.
Diajukan Oleh:
WIMBO BRAMANTYO
0811010028/ FE/ IESP
Telah di pertahankan dan di terima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional ”veteran” J awa Timur
Pada Tanggal
Menyetujui,
Tim Penguji
1. Ketua

Pembimbing Utama


PROF.DR.SYAMSUL HUDA, SE, MT

PROF.DR.SYAMSUL HUDA, SE, MT
2. Sekretaris

DRA.EC.NINIEK IMANINGSIH, MP
3. Anggota

DRS.EC.WIWIN PRIANA, MT
Mengetahui,
DEKAN

Dr.Dhani Ichsanudin Nur, MM
NIP. 030 202 389

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Assalammualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT
dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, akhirnya penyusunan
skripsi dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya dengan judul :


ANALISIS

KABUPATEN

LOCATION

QUOTIEN

TRENGGALEK,

DAN

TIPOLOGI


KABUPATEN

DAERAH

TULUNGAGUNG,

KABUPATEN KEDIRI, DAN KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI
DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI
J AWA TIMUR.”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dalam
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Bapak PROF. Dr. SYAMSUL HUDA, SE, MT selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberi bimbingan selama penyusunan
skripsi dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri
maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan
data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna
skripsi ini.
5. Kedua Orang Tua, Dr. H. Subagyo, SH. MM dan Dra. Susilowati, dan
kakak-kakak, dr. Nadia Asmirtaria Mumpuni dan, Detanti Asmaningayu
Pramesti, SH, yang telah memberikan dorongan semangat dan doa yang
tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan sebaik–baiknya.

6. Kepada Agnes

Widiyarti, SE, dan Keluarga yang selalu memberikan

dorongan semangat, bantuan, dan doa yang tulus sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Kepada saudara-saudara, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu
karena telah banyak mendukung dan mendoakan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Kepada Robi Susanto yang telah menghibur dan memberikan doa serta
dukungan selama penulisan skripsi ini berlangsung.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada umumnya dan
teman-teman HIMIESPA pada khususnya, atas doa dan dukungan selama
penulisan skripsi ini berlangsung. Kepada Mas antok Juri DEWA 99 BC,
Mas Sedek perawat burung kawakan, yang telah banyak mendukung dan

mendoakan sehingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
10. Kepada Opan, Robby Malapetaka, Farid (sanapon), Mas Harun, yang telah
banyak

memberikan

pengalaman

pengalaman

sehingga

penulis

bersemangat dalam menyelesaikan skripsinya.
11. Kepada Juri Juri DEWA 99 BC, yang telah memberikan hiburan di saat
penulis jenuh dengan skripsi, sehingga penulis bisa bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi dengan baik.
12. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat
serta karuniaNya. Besar harapan bagi saya semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya.

Surabaya, Oktober 2013

Penulis

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... ...........

i

DAFTAR ISI .............................................................................................


iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xi

ABSTRAKSI .............................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


1

1.1 Latar Belakang ................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah .........................................................................

4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................


6

2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................

6

2.1.1 Bagus Herwindro (Surabaya, 2000 : 14) ........................................

6

2.1.2 Idham Nurcholid (Surabaya, 2000 : 7) ..........................................

7

2.1.3 Basuki (Yogyakarta, 2009 : 5) ......................................................

8

2.1.4 Azhar (Nanggroe Aceh Darussalam, 2002 : 5) ...............................

9

2.2 Landasan Teori ................................................................................

10

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi .............................................................

10

2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ........................................

10

2.2.2.1 Teori Ekonomi Neo Klasik ....................................................

11

2.2.2.2 Teori Basis Ekonomi .............................................................

11

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.2.3 Teori Lokasi ..........................................................................

12

2.2.2.4 Teori Tempat Sentral .............................................................

13

2.2.2.5 Teori Kausasi Kumulatif .......................................................

13

2.2.2.6 Teori Model Daya Tarik ........................................................

14

2.2.3 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ................................................

14

2.2.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ...........................

15

2.2.5 Sumber Daya Perencanaan Pembangunan Daerah ....................

16

2.2.6 Lingkungan Fisik Sebagai Sumber Daya Perencanaan ..............

17

2.2.7 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah ........................

17

2.2.8 Pembangunan Daerah di Era Otonomi ......................................

18

2.2.9 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...............................

19

2.2.9.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ....................

19

2.2.10. Teori Produk Domestik Regional Bruto .................................

21

2.2.11. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita ...........................

22

2.2.12. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ..........................................

22

2.2.13. Sektor-sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto ..........

25

2.2.14. Satuan Wilayah Pembangunan ..............................................

34

2.2.15. Analisis Tipologi Daerah .......................................................

36

2.2.15.1. Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pendapatan ..........

39

2.2.15.2. Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah .............................................................

40

2.2.16. Analisis Location Quotient(LQ) ............................................

40

2.2.16.1. Kunggulan Metode LQ ....................................................

41

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.16.2. Kelemahan Metode LQ ...................................................

42

2.3. Kerangka Pikir ................................................................................

43

2.4 Hipotesis .........................................................................................

45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

46

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................

46

3.2. Pendekatan Penelitian .....................................................................

46

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...............................

47

3.4. Teknik Penentuan Sampel ...............................................................

51

3.5. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................

52

3.6. Teknik Analisis dan Pengolahan Data .............................................

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................

55

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ..............................................................

55

4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur .....................................

55

4.1.2. Gambaran Umum Kab. Trenggalek ............................................

56

4.1.3. Gambaran umum Kab.TulungAgung .........................................

56

4.1.4. Gambaran umum Kota Blitar .....................................................

56

4.1.5.Gambaran umum Kab.Kediri ......................................................

57

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ...............................................................

58

4.2.1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur .............

58

4.2.2. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Trenggalek ...................

60

4.2.3. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Tulungagung ................

61

4.2.4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar ............................

63

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.5. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kediri ...........................

64

4.3. Hasil Pembahasan ...........................................................................

66

4.3.1. Analisis LQ ( Location Quotient ) ..............................................

66

4.3.2. Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Trenggalek Tahun
2009 – 2011 ...............................................................................

67

4.3.3. Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Tulugagung Tahun
2009 – 2011 ...............................................................................

69

4.3.4. Analisis Location Quotient (LQ) Kota Blitar Tahun 2009 – 2011

70

4.3.5. Analisis Location Quotient (LQ) Kab. Kediri Tahun 2009 – 2011

72

4.4. Analisis Tipologi Daerah ................................................................

73

4.4.1. Analisis Tipologi Klassen Kab. Trenggalek Tahun 2009 – 2011

76

4.4.2. Analisis Tipologi Klassen Kab. Tulungagung Tahun 2009 – 2011

77

4.4.3. Analisis Tipologi Klassen Kota Blitar Tahun 2009 – 2011 .........

78

4.4.4. Analisis Tipologi Klassen Kab. Kediri Tahun 2009 – 2011 ........

79

BAB V .......................................................................................................

82

5.1. Kesimpulan ....................................................................................

84

5.2. Saran ..............................................................................................

86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN
TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI, DAN
KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI JAWA TIMUR.
ABSTRAKSI

Proses otonomi daerah telah membawa Kabupaten/Kota untuk menata
kembali potensi daerah yang belum tertata secara efektif. Pemerintah Daerah perlu
melakukan kajian pengembangan wilayahnya sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja, dan peningkatan nilai tambah pengembangan kegiatan produktif lainnya,
terutama untuk mendukung peningkatan potensi dan daya saing daerah.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dari Sembilan sektor di Kab.
Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, dan Kab. Kediri, manakah yang
berpotensi mendorong laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.kesembilan sektor
tersebut adalah, sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor angkutan/komunikasi,
sektor bank/keuangan/perum, dan sektor jasa. Dalam menganalisis data digunakan
metode kualitatif atau menganalisis berdasarkan teori yang dibahas. Selain itu juga
dengan metode kuantitatif dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis
Tipologi Klassen.
Dengan melihat hasil perhitungan LQ dan Tipologi klassen yang didapat maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa selama tahun 2009 - 2011 menurut
perhitungan LQ Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, dan Kab. Kediri
tidak mengalami perubahan dalam sektor basis dan non-basisnya. Menurut
perhitungan Tipologi Klassen untuk Kab. Trenggalek dan Kab. Tulungagung berada
di kuadran III, Kota Blitar berada di kuadran I, sedangkan Kab. Kediri berada di
kuadran IV.
Kata Kunci: Sektor unggulan Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar,
Kab. Kediri, PDRB Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar,
kab. Kediri.

xiii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
yang dilakukan secara terus menerus dan meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan utama dari suatu
pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar
1945. Pembangunan nasional dilaksanakan bersama oleh seluruh
komponen, yakni masyarakat dan pemerintahan. Masyarakat adalah
pelaku utama sebagai motor dalam pembangunan tersebut, sedangkan
pemerintah adalah sebagai pengarah atau pengontrol yang nantinya dapat
menciptakan suasana yang menunjang satu sama lain. Pembangunan
nasional adalah dari, oleh dan untuk rakyat yang dilaksanakan di semua
aspek kehidupan dan diarahkan untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan. Pembangunan dilakukan secara berencana, menyeluruh,
terarah, terpadu, dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan taraf hidup
masyarakat. Pembangunan nasional menitik beratkan pada bidang
ekonomi yang merupakan motor penggerak utama pembangunan dan
didorong dengan pembangunan bidang lain yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu. Jadi pada dasarnya, pembangunan ekonomi adalah :

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

1. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, dimana
tingkat pertumbuhan GDP melebihi tingkat pertambahan penduduk
pada suatu tahun.
2. Usaha untuk melakukan perombakan dan modernisasi dalam struktur
perekonomian yang umumnya masih bersifat tradisional.
Pembangunan daerah merupakan sub-sistem dari pembangunan
nasional dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional. Maka dari itu pembangunan daerah sepenuhnya di
laksanakan oleh pemerintah daerah, dan pada pelaksanaannya pemerintah
daerah memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu
daerah. Dalam kondisi ini pemerintah

harus mampu meningkatkan

kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber – sumber potensi
yang dimiliki oleh daerahnya. Munir (2002) berpendapat bahwa kunci
keberhasilan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah dimana
kebijakan pembangunan ditekankan pada ciri khas karakteristik daerah yg
bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya yang dimiliki
oleh daerah tersebut. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa
corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah berbeda - beda antar
daerah satu dengan daerah lainnya. dan untuk menganalisis perkembangan
pembangunan suatu daerah tersebut dapat dilihat dari sembilan sektor
ekonomi yang dapat di hitung dalam PDRB suatu daerah. Ada pun
sembilan sektor tersebut yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

1. Sektor pertanian
2. Sektor pertambangan dan penggalian
3. Sektor industri pengolahan
4. Sektor listrik, gas dan air bersih
5. Sektor bangunan
6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
7. Sektor pengangkutan dan komunikasi
8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Sektor jasa-jasa
(Anonim, 2004 : 12)
Provinsi Jawa Timur adalah kontributor terbesar dalam PDRB
setelah Jawa Barat, karena letak sumber-sumber ekonomi yang senantiasa
dipisahkan oleh spasial / ruang, maka perkembangan ekonomi suatu
daerah senantiasa berbeda dengan daerah lainnya. Demikian juga halnya
dengan permasalahan perwilayahan pembangunan di Provinsi Jawa Timur.
(Anonim, 2004 : 1)
Oleh karena dalam rangka pemerataan pembangunan, untuk
mengurangi ketimpangan dan mengembangkan pembangunan wilayah
berdasarkan potensi masing-masing maka pengembangan struktur wilayah
Jawa Timur telah dibagi dalam 9 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP)
yang tertuang dalam pasal 33 sampai pasal 43 Perda Provinsi Jawa Timur
Nomor 4 tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Timur Tahun 1997/1998-2011/2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Sembilan

SWP

tersebut,

diantaranya

adalah

:

SWP

I

Gerbangkertosusila; SWP II Madura dan kepulauan; SWP III Banyuwangi;
SWP IV Jember sdan sekitarnya; SWP V Probolinggo, Lumajang; SWP
VI Malang-Pasuruan; SWP VII Kab. Kediri dan sekitarnya; SWP VIII
Madiun dan sekitarnya; dan SWP IX Tuban, dan Bojonegoro.
Dalam penelitian ini, daerah yang menjadi objek penelitian adalah
Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kab. Kediri, Kota Blitar yang
tergabung dalam satuan wilayah pembangunan VII .
1.2.

PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang sudah diuraikan, maka ada
permasalahan yang diangkat yaitu :
1. Sektor apa sajakah yang merupakan sektor basis di Kab.
Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri ?
2. Sektor apa sajakah yang merupakan sektor non-basis di Kab.
Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri ?
3. Apakah Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab.
Kediri dapat digolongkan kedalam tipologi daerah jenis cepat maju
dan cepat tumbuh?

1.3.

TUJ UAN PENELITIAN
1. Mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis di Kab.
Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

2. Mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor non-basis di Kab.
Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri.
3. Untuk mengetahui jenis tipologi pada Kab. Trenggalek, Kab.
Tulungagung, Kota Blitar, Kab. Kediri Provinsi Jawa Timur.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN
1. Secara umum, memberikan informasi kepada pembaca tentang potensi
apa yang saja yang ada dan sektor apa saja yang menjadi unggulan di
daerah tersebut, serta untuk menambah wawasan pembaca.
2. Secara khusus, sebagai tugas akhir perkuliahan si penyusun untuk
meraih predikat sarjana.
3. Penelitian ini dapat menambah pembendaharaan perpustakaan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Jawa Timur
4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya agar dapat menlengkapi
kekurangan – kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain :

2.1.1. Bagus Herwindro, ( 2000 )
Judul penelitiannya adalah “Analisis Ekonomi Regional Terhadap
Perkembangan Ekonomi di Satuan Wilayah Pembangunan VII Provinsi
Jawa timur 1993-1998”. Penelitian tersebut membahas tentang ekonomi
regional di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur yang terdiri dari
6 daerah kabupaten dan 2 daerah kotamadya yaitu kabupaten Trenggalek,
Tulungagung, Blitar, Kediri, Nganjuk, Jombang, dan Kotamadyanya
Kediri dan Blitar, dengan periode penelitian selama 6 tahun yaitu mulai
dari tahun 1993 sampai 1998. Penelitian ini didasarkan pada teori basis
ekonomi

dengan

menggunakan

analisis

location

quotient

untuk

membedakan sektor-sektor perekonomian daerah menjadi 2,yaitu sektor
basis dan nonbasis.selain itu skripsi ini juga didasarkan pada hasil analsis
shift share, dimana dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan suatu
sektor bila dibandingkan dengan daerah lain,dapat diketahui juga
kecepatan pertumbuhan suatu sektor dibandingkan daerah acuan serta
untuk mengetahui daya dukung suatu sektor terhadap daerah acuan.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Dari kedua analisis tersebut diatas, maka dapat disusun skala
prioritas pembangunan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan
VII Jawa Timur, maupun di setiap daerah tingkat II dalam SWP VII Jawa
Timur serta penentuan lokasi pembangunan tiap-tiap sektor.

2.1.2. Idham Nurcholid, ( 2000 )
Dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Sektor Basis Dalam
Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Timur Dengan Menggunakan Pendekatan
Export Base Model”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timurselama periode 1986-1997. Teori
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori export Base Model yang
dikemukakan oleh Douglas C North. Dalam teori tersebut dinyatakan
bahwa ekspor merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi
daerah. Untuk itu perekonomian daerah dibagi menjadi 2 sektor, yaitu
sektor basis (sektor ekspor) dan sektor non basis (sektor lokal). Untuk
mengetahui suatu sektor itu termasuk sektor basis atau non basis
digunakan metode location quatient (LQ). Dari metode LQ diketahui
bahwa yang terus-menerus menjadi sektor basis (LQ>1) selama periode
1986-1997 adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor bangunan dan sektor
komunikasi menjadi sektor basis hanya pada tahun 1987-1989.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Untuk mengetahui dan menguji ekspor sektor basis terhadap
pertumbuhan ekonomi jawa timur, digunakan analisis regresi sederhana
melalui dua model, yaitu model linier dan model log-ganda. Hasil analisis
menunjukan bahwa pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur adalah signifikan, baik yang dibentuk secara linier
maupun non linier (model log-ganda). Selain itu, hasil analisis juga
menunjukan bahwa hubungan antara ekspor sektor basis dengan
pertumbuhan ekonomi jawa timur adalah positif. Hal ini berarti ekspor
basis berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

2.1.3. Basuki, ( 2009 )
Tentang “Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Kepulauan Yapen
dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun 2004-2008” dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari hasil perhitungan LQ di dapat disimpulkan
bahwa Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki keunggulan kecuali sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan. Sektor
yang paling besar memiliki sektor unggulan adalah sektor jasa (rerata 4,9),
sektor keuangan dan jasa perusahaan (rerata 3,9) serta sektor bangunan
(rerata 2,9). Sedangkan sektor pendukung industri pariwisata, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga termasuk sektor unggulan (rerata
2,39), tetapi tidak termasuk dalam 3 besar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

2.1.4. Azhar, ( 2002 )
Tentang “Analisis Sektor Basis Dan Non Basis Di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam” dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis
menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis (sektor unggulan) dari
tahun 1992 sampai dengan 2001 Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
adalah sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,31, sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 2,70 serta sektor industri
pengolahan sebesar 1,17. Sedangkan menjadi sektor non basis (bukan
unggulan) antara lain sektor listrik dan air minum dengan nilai LQ ratarata sebesar 0,18, sektor bangunan sebesar 0,59, sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 0,36, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
0,96, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,15 serta
sektor jasa-jasa sebesar 0,67.
Jika ditinjau dari besarnya konstribusi yang diberikan sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan untuk
PDRB Nanggroe Aceh Darussalam tidak mengherankan bila sektor ini
menjadi sektor basis (sektor unggulan), hal ini disebabkan karena di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat banyak pertambangan dan
industri besar seperti LNG ARUN, Pabrik Pupuk Iskandar Muda, Pabrik
Kertas dan Pabrik Semen. Sedangkan sektor pertanian menjadi sektor
basis lebih di sebabkan oleh luas lahan yang dimiliki oleh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam sebagian besar merupakan lahan yang
digunakan untuk usaha pertanian. Oleh karena tidak dapat dipungkiri bila

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

sektor ini juga merupakan sektor pendukung dalam pembentukan PDRB
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Petumbuhan

ekonomi

adalah

proses

perubahan

kondisi

perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu (Wikipedia, 15/08/2013 : 10.46)
Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yanng menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat dan kemakmuran masyarakat meningkat.
(Sukirno 2004 : 9)
Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi suatu negara
sebagai peningkatan kemampuan negara tensebut dalam menyediakan
barang-barang ekonomi bagi penduduknya. Pertumbuhan kemampuan ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi dari kelembagaan serta penyesuaian
ideologi yang dibutuhkan (Arsyad 2004 : 221).
2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ada beberapa teori dalam pertumbuhan ekonomi regional atau
daerah, yang diuraikan seperti dibawah ini:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.2.2.1. Teori Ekonomi Neo Klasik
Teori Neo Klasik ini memberikan dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan
mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh
karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi ke daerah
yang berupah rendah. Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang
dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan menuju keseimbangan.
Dalam hal ini, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya
beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Dalam posisi
keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan.
Ketidakseimbangan (disequilibrium), seperti pasokan lebih besar
dari permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadi pengangguran,
keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai suatu yang sifatnya sementara.
Nanti akan ada suatu tangan yang tak kentara (invisiblehands) yang akan
membawa perekonomian kembali pada sisi keseimbangan.

2.2.2.2. Teori Basis Ekonomi (Economic Basic Theory)
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999 : 116).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Teori basis ini dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan
sektor non basis. Sektor basis adalah suatu sektor ekonomi yang dapat
mengekspor barang dan jasa keluar daerah perekonomian. Sedangkan
sektor non basis adalah sektor atau kegiatan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Teori ini didasarkan pada teori lokasi, yaitu
pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis
lokasi yang selanjutnya dapat digunakan daerah tersebut sebagai kekuatan
ekspor, sehingga dalam menentukan strategi pembangunan harus
disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimiliki guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah (Basuki 2009 : 7).

2.2.2.3. Teori Lokasi
Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat
meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau
industri umumnya terletak atau berdekatan dengan pasar atau sumber
bahan baku. Artinya, semakin tepat pemilihan lokasi yang strategis maka
semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan. Ada beberapa variabel
yang mempengaruhi kualitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja,
biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, pendidikan dan
pelatihan, kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawab serta sanitasi.
Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang. (Basuki
2009 : 8).

2.2.2.4. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki
tempat (hierarchyof places) yang didukung oleh sejumlah tempat yang
menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral
tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral bisa
diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik daerah pedesaan
maupun perkotaan. Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli ekonomi
pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk
mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi
daerah (Basuki 2009 : 8).

2.2.2.5. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi

daerah-daerah

sekitar

kota

yang

semakin

buruk

menunjukkan konsep dasar mirip teori kausasi kumulatif. Dengan kata
lain, kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan
daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi
keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah lainya.
(Basuki 2009 : 8)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.2.2.6. Teori Model Daya Tarik (Attraction)
Teori model daya tarik adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak dipergunakan oleh masyarakat atau teori ini disebut juga
teori daya tarik industri. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa
suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasar terhadap industrialis
melalui pemberian subsidi dan intensif (Basuki 2009 : 8).
2.2.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatang riil, yaitu produk nasional
bruto riil atau produk domestik bruto riil. Dalam perhitungan pendapatan
nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada
harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih.
Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah :

=



100%

Keterangan:
= pendapatan nasional tahun t
= pendapatn nasional pada tahun sebelum tahun t.
(Kuncoro, 2000 : 20)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.2.4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan adalah suatu proses yang bersinambung yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang
akan datang (Conyers & Hill, 1994).
Tujuan

perencanaan

menurut

Mohammad

Hatta

adalah

mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan
tujuannya dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro,
perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan dua hal yaitu pertama adalah
penentuan pilihan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas
dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kedua, pilihanpilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien guna mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal ini, untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka
waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan
kriteria tertentu yang sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.
Perencanaan ekonomi terdiri atas sederetan fungsi kewenangan
masyarakat dalam menggunakan sumber daya ekonomi secara optimal
untuk mencapai suatu tatanan yang lebih baik. Dengan demikian,
perencanaan ekonomi merupakan pengaturan dan pengarahan atas suatu
kegiatan ekonomi melalui tindakan yang terkoordinasi secara sistematis
oleh badan perencanaan pusat dengan tujuan tertentu dalam periode waktu
tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Dalam usaha pelaksanaan pembangunan sekarang ini belum
berjalan dengan baik karena perencanaan ekonomi yang ada belum dapat
memberikan gambaran dari berbagai indikator ekonomi dalam suatu
pembangunan. Perencanaan pembangunan ekonomi ini ditandai dengan
adanya usaha untuk memenuhi ciri-ciri tertentu dan tujuan yang bersifat
pembangunan

tertentu.

Hal

ini

yang

membedakan

perencanaan

pembangunan dengan perencanaan-perencanaan yang lain.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan
dari

suatu

daerah.

Menurut

Mudrajat

Kuncoro,

perencanaan

pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumbersumber daya swasta secara bertanggung jawab (Arsyad 1999 : 297).

2.2.5. Sumber Daya Per encanaan Untuk Pembangunan Daerah
Kebanyakan

orang

mengetahui

bahwa

hasil

dari

suatu

pertumbuhan ekonomi, pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik,
peningkatan kekayaan dan pendapatan, dan sebagainya akan memperbaiki
tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian, disadari bahwa
pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana suatu masyarakat
menciptakan lingkungan fisik atau peraturan yang mempengaruhi hasil
hasil pembangunan ekonomi, seperti kenaikan kesempatan kerja dan
pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah daerah menggunakan berbagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

sumber daya yang utama dalam pembangunan daerahnya. (Arsyad 1999 :
298)
2.2.6. Lingkungan Fisik sebagai Sumber Daya Perencanaan
Pemerintah daerah biasanya memperhatikan masalah lingkungan
fisik dan infrastruktur fisik yang tentu saja merupakan hal yang penting
bagi dunia usaha dan industri. Sektor swasta biasanya memiliki keinginankeinginan yang bersifat khusus maupun umum dan persyaratanpersyaratan tertentu untuk lingkungan fisik. Kebutuhan khusus biasanya
mencakup jasa angkutan khusus atau jasa pembuangan limbah.
Bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa dibuat sama. Dengan kata
lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa atau fasilitas khusus untuk
memenuhi keinginan dunia usaha atau industri. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan lokasi dari investasi sektor swasta adalah daya
tarik (attraction) dari suatu daerah. Bentuk dari daya tarik ini sering
disebut kualitas hidup yang sangat penting bagi dunia industri dan bagi
pemerintah daerah memberikan posisi untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat (Arsyad,1999 : 299 ).

2.2.7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah
Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik
dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role)
yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 (empat) peran
yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

ekonomi daerah yaitu sebagai entrepreneur, koordinator, fasilisator, dan
stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif pembangunan daerah.
(Arsyad 1999 : 121).
2.2.8. Pembangunan Daerah di Era Otonomi
Ditetapkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
telah

memberikan

kewenangan

bagi

pemerintah

daerah

untuk

menyelenggarakan pemerintahannya sendiri untuk lebih memajukan dan
melakukan pembangunan di daerah masing-masing.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004; “Daerah Otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 “Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka masing-masing daerah
dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan proses pembangunan
daerahnya. Antara lain dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

pengendalian dan evaluasi kebijakan pembangunan. Dengan demikian
setiap daerah harus mampu berkreasi dan mengoptimalkan outputnya guna
meningkatkan kemajuan dan kemandirian daerah serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Aparatur pemerintah yang berkemampuan, sehingga masyarakat
secara nyata memperoleh manfaat dari adanya otonomi. Agar tujuan dan
usaha pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah
daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah
juga merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan
daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.(Anonim,2011: 24)

2.2.9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2.2.9.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi J awa Timur, Produk
Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir
atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam
jangka waktu tertentu.
2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau
balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh
penduuk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam
jangka waktu tertentu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

3. Ditinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stock
dan ekspor netto.
(Anonim 2006 : 4 – 5)
Definisi-definisi yang berhubungan dengan Produk Domestik
Regional Bruto menurut beberapa pendapat, diantaranya :
1. Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang
dan jasa yang diproduksikan di suatu daerah tertentu dalam waktu
tertentu biasanya dalam 1 tahun. Oleh karena itu maka produk
domestik regional bruto menujukkan kemampuan suatu daerah
tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau jasa kepada faktorfaktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi didaerah
setempat. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang tercermin
dalam produk domestik regional bruto sangat besar pengaruhnnya
terhadap besar kecilnya konsumsi masyarakat (Kuncoro 2006 : 25).
2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Statistik adalah
nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
(regional) tertentu dalam waktu tertentu dalam satu tahun.
(Anonim 2002 : 5)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.2.10. Teori Produk Domestik Regional Bruto
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
AD atau AS. Titik perpotongan antara kurva AD dengan AS adalah titik
keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang menghasilkan suatu jumlah
output agregat (Produk Domestik Bruto) tertentu dengan tingkat harga
umum tertentu.
Melalui Gambar 1 dan 2 bisa dilihat bahwa pertumbuhan tersebut bisa

disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS) (bagian a) dan
pergeseran kurva permintaan (AD) (bagian b).
Gambar 1, Per mintaan Agregat di Dalam Posisi Keseimbangan

Sumber : (Tambunan, Tulus T. H. 2001. Perekonomian IndonesiaTeori dan Temuan
Empiris, Ghalia Indonesia, Jakar ta : 4)

Gambar 2, Penawaran Agr egat di Dalam Posisi Keseimbangan

Sumber : (Tambunan, Tulus T. H. 2001. Perekonomian IndonesiaTeori dan Temuan
Empiris. J akarta: Ghalia Indonesia, J akar ta : 4)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
permintaan didalam ekonomi meningkat bisa terjadi karena pendapatan
agregat (PN), yang terdiri dari permintaan masyarakat (konsumer),
perusahaan, dan pemerintah meningkat, sisi AD (pengguna PDB) terdiri
dari empat komponen yakni konsumsi rumah tangga (c), investasi
domestik bruto (pembentukan modal tetap dan perubahan stock) dari
sektor swasta dan pemerintah (1) konsumsi / pengeluaran (G) dan ekspor
netto, yakni ekspor barang dan jasa (X) minur impor barang dan jasa (M)
(Tambunan 2001 : 5).

2.2.11. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah, maka akan
diperoleh suatu Produk Domestik Bruto per kapita. Dari keterangan diatas,
maka dapat dinotasikan sebagai berikut :

PDRB Perkapita =

GDP
Jumlah Penduduk

(Anonim 2011, Surabaya : 28)

2.2.12. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 1993
sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ketahun bagi
setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut
dapat merupakan produk domestik regional bruto secara keseluruhan nilai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

tambah sektoral/Produk Domestik Regional Bruto sektoral ataupun
komponen penggunaan produk domestik regional bruto.
Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas
dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara
masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya
merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan.
Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari
selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.
Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya
antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat
banyak disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi
semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga
konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar
harga konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara
terhadap output pada tahun dasar.

b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar
dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat
merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja,
jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis
kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung.
Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar
harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai
tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas
dasar harga konstan.
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun
dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang
lebih cocok.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam
keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh
dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan
indeks harga tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya
antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output
dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan
adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks
harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input
terbesar.
Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap
biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga
karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu
dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak
dipakai.
(Anonim, 2011 : 29)
2.2.13. Sektor-sektor dalam Pr oduk Domestik Regional Bruto
Dalam perhitungan nilai PDRB menurut pendekatan produksi,
unit-unit produksi dikelompokan menjadi sembilan sektor atau lapangan
usaha. Komponen yang terbagi menjadi sembilan sektor tersebut, antara
lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

1. Pertanian.
Sektor pertanian ini dibagi menjadi enam bagian subsektor, yaitu:
a. Tanaman bahan makanan
Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan. Meliputi beras,
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai,
sayur-sayuran, dan tanaman pangan lainnya.
b. Tanaman perkebunan rakyat
Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat. Meliputi jambu mente, kelapa, kapuk,
kapas, tembakau, kopi, dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk
produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti
minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan, dan teh olahan.
c. Tanaman perkebunan besar
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang
memproduksi komoditi perkebunan

yang