Isolasi dan identifikasi glikosida saponin pada herba krokot [Portulaca oleracea L.].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI
Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat dikonsumsi sebagai sayuran, dan dapat
juga digunakan sebagai tanaman obat karena memiliki kandungan kimia yang
cukup bermanfaat. Salah satu golongan senyawa kimia metabolit sekunder yang
terkandung di dalam herba krokot adalah glikosida saponin. Saponin merupakan
senyawa kimia yang mempunyai aktivitas hemolisis, mempunyai sifat
antimikroba, antibakteri, antiinflamasi dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh isolat dan identitas golongan glikosida saponin herba krokot dalam
isolat secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV.
Melalui penelitian non eksperimental ini diharapkan diperoleh informasi
mengenai golongan saponin yang terkandung di dalam herba krokot. Sebagai
langkah awal dilakukan determinasi tumbuhan krokot, pengumpulan bahan, uji
pendahuluan glikosida saponin, penyarian glikosida saponin herba krokot dengan
pelarut etanol 70%, pemeriksaan KLT ekstrak etanol dan identifikasi glikosida
saponin, isolasi glikosida saponin dengan metode KLT Preparatif, pemeriksaan
kemurnian isolat dengan KLT multi eluen, identifikasi isolat dengan
spektrofotometri UV.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa herba krokot mengandung glikosida
saponin golongan triterpenoida. Pada uji KLT pendahuluan ada dua bercak yang

diprediksi sebagai glikosida saponin. Sehingga dari dua bercak tersebut diisolasi
dan diuji kemurniannya. Isolat 1 dan isolat 2 hasil isolasi menunjukkan 1 macam
bercak pada kromatogram KLT multi eluen, sehingga kedua macam isolat
tersebut dapat dipastikan kemurniannya. Hasil pengukuran pada spektrofotometer
diketahui bahwa isolat 1 memiliki λ (panjang gelombang) maksimum 224nm,
sedangkan isolat 2 memiliki λ maksimum 221nm. Hasil identifikasi isolat tersebut
menunjukkan bahwa isolat 1 dengan λ maksimum 224 nm memiliki bentuk
spektra yang hampir sama dengan isolat 2 (λ maksimum 221 nm), sehingga
keduanya merupakan jenis senyawa yang sama yaitu senyawa glikosida saponin
golongan triterpenoid
Kata kunci : Krokot, Glikosida saponin, KLT, Spektrofotometri UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Krokot (Portulaca oleracea L) can consumed as vegetable, and can be use
for medicine (plant drug) because containing chemical compound that very
usefull. One of the chemical compound from secondary metabolit group that
contained in krokot herb is saponin glycoside. Saponin is a chemical compound
which has hemolisis activity, has characteristic as antimikroba, antibacteri,

antiinflamation, etc. This research to get isolate and identify the group saponin
glycoside krokot herb in isolate by using Thin Layer Chromatography (TLC) and
Spectrofotometri ultra violet (UV).
Trough non eksperimental research, it is hoped to get information about
the kind of saponin which is contained in krokot herb. There are many steps to do
this research. First, doing determination of krokot plant, gathering material,
introduction test including saponin with simple test, extracting saponin glycoside
krokot herb with etanol 70%, after that checking TLC extract etanol and
identifying compound, isolate saponin glycoside using TLC Preparative method.
At least cheeking the purity of isolate with TLC multi eluen and identify isolate
with spectrofotometri UV.
The result of this research show that krokot herb contains saponin
glycoside with triterpenoid group. In the first TLC test, there are two spot which
predicted the saponin glycoside. And then, the two of spot had been isolated and
cheeked the purity of isolate. Isolate 1 and isolate 2 showed one spot on TLC
multi eluen chromatogram, so that both of isolate have certainly for those purity.
The result in spectrophotometer UV known that, isolate 1 has λ (wave length)
maximum 224 nm, and the isolate 2 has λ (wave length) maximum 221 nm. The
result of the isolate identification shows that isolate 1 with λ maximum 224 nm
has same spectra with isolate 2 which has λ maximum 221 nm, so both of them is

a same compound that including a saponin glycoside with triterpenoid group.
Keyword : Krokot, Saponin glycoside, TLC, Spectofotometri UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOSIDA SAPONIN PADA HERBA
KROKOT ( Portulaca oleracea L. )

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Puspita Ayu Kristianti
028114075

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhanku. . . . . . . . . .
Bicaralah padaku bila aku kesepian
Bisikkanlah dukungan-Mu bila aku dirudung kecemasan
Dengarkanlah suaraku bila aku jatuh
Sudilah menjadi bagiku penghiburan dalam perjalanan
Tempat bernaung diwaktu panas
Tempat berteduh di kala hujan
Tongkat penuntun dalam kelelahan
Dan penolong dalam bahaya
Semoga aku berhasil mencapai tujuanku
Sekarang, dan juga nanti pada akhir hidupku


Karya ini kupersembahkan untuk
ALLAH SWT
Bapak dan Ibuku tercinta,
ungkapan rasa hormat dan baktiKu
Kakakku Andika
Almamaterku

Aku sudah belajar bahwa prestasi
terbesar tidak selalu berupa
penghargaan atau hadiah.
Prestasi terbesarku tidak berupa materi,
melainkan pelajaran berharga
tentang semangat manusia.
Penghargaan bisa memudar,
hadiah bisa kehilangan kilaunya,
tapi pelajaran yang kita peroleh
akan tinggal untuk selamanya
(Leslie Herrel).


Every story has an end. But in life, every ending is just the new beginning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

. PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim. Assalammualaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Isolasi dan Identifikasi Glikosida Saponin pada Herba Krokot ( Portulaca
oleracea L. ) “ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah Swt, baik buruk yang Dia berikan adalah yang terbaik, tergantung dari
kita yang memilih untuk belajar atau tidak.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, pengarahan, pengetahuan dan kesabaran dalam
membimbing selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia
menguji, memberikan saran dan masukan yang sangat berguna dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia
menguji, memberikan saran dan masukan yang sangat berguna dalam
penyelesaian skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Bapak dan Ibu ku, atas doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya.
Terima kasih sudah mau menjadi kedua sayapku selama ini, tanpa kalian aku
tidak mungkin bisa terbang sejauh ini.
7. Sahabat-sahabatku, Lena, Ulin, Elly, Puri, Asti, Leni, terima kasih sudah mau
berbagi tawa dan air mata denganku. Terima kasih juga karena selama ini
sudah berjalan bersamaku menapaki jalan yang sama.
8. Shinta dan Prima, atas kerjasama dan semangatnya selama penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih juga karena sudah mau berjuang bersamaku.
Akhirnya kita bisa melewati semua ini.
9. Semua teman yang melakukan penelitian di Lab.FF, Christin, Yuni, Titien,
Rosa, Wira, Vivi. Terima kasih atas kebersamaan, kerjasama dan informasi

yang diberikan selama penelitian di Lab.
10. Teman-teman satu angkatan (2002), terutama kelompok C, Meta, Ina, Asti,
Lia, Riasa, Ricka, Maria, Tepe, Yiyin, Haryu, Elly, Puri, Wenny, Peter,
Shinta, Nowo, Rika, Ulin, Prima, Leni. Terima kasih sudah menjadi pelangi
dalam hidupku selama masa kuliah.
11. Sarah, Beni, Devi, Didit, Ardian, Yiyin, Vita, atas bantuan dan dukungannya
selama penyelesaian skripsi ini.
12. Mas Wagiran, mas Sigit, mas Sarwanto, mas Andre dan Pak Mukmim, terima
kasih atas semua bantuan dan informasi yang diberikan selama penelitian.
13. Mas Minto, mas Jianto dan mas Purwanto, terima kasih atas bantuannya
mencarikan krokot untuk bahan penelitianku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14. Sahabatku eks-SMUDA, Vida dan Setyo, terima kasih atas dukungan,
semangat, dan persahabatan yang diberikan sejak SMA.
15. Semua orang-orang yang kutemui baik secara sengaja atau tidak, yang telah
banyak memberikan pelajaran hidup yang berharga.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bantuan, dukungan, dan doanya selama ini.

Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan, kasih, dan ketulusan yang
selama ini telah dirasakan penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Maka
dari itu, penulis menerima segala saran maupun kritik yang bersifat membangun,
dan yang dapat membantu dan mendukung skripsi ini agar dapat menjadi lebih
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kefarmasian.
Wassalammualaikum wr.wb

Yogyakarta, 10 Februari 2007
Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI
Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat dikonsumsi sebagai sayuran, dan dapat

juga digunakan sebagai tanaman obat karena memiliki kandungan kimia yang
cukup bermanfaat. Salah satu golongan senyawa kimia metabolit sekunder yang
terkandung di dalam herba krokot adalah glikosida saponin. Saponin merupakan
senyawa kimia yang mempunyai aktivitas hemolisis, mempunyai sifat
antimikroba, antibakteri, antiinflamasi dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh isolat dan identitas golongan glikosida saponin herba krokot dalam
isolat secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri UV.
Melalui penelitian non eksperimental ini diharapkan diperoleh informasi
mengenai golongan saponin yang terkandung di dalam herba krokot. Sebagai
langkah awal dilakukan determinasi tumbuhan krokot, pengumpulan bahan, uji
pendahuluan glikosida saponin, penyarian glikosida saponin herba krokot dengan
pelarut etanol 70%, pemeriksaan KLT ekstrak etanol dan identifikasi glikosida
saponin, isolasi glikosida saponin dengan metode KLT Preparatif, pemeriksaan
kemurnian isolat dengan KLT multi eluen, identifikasi isolat dengan
spektrofotometri UV.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa herba krokot mengandung glikosida
saponin golongan triterpenoida. Pada uji KLT pendahuluan ada dua bercak yang
diprediksi sebagai glikosida saponin. Sehingga dari dua bercak tersebut diisolasi
dan diuji kemurniannya. Isolat 1 dan isolat 2 hasil isolasi menunjukkan 1 macam
bercak pada kromatogram KLT multi eluen, sehingga kedua macam isolat

tersebut dapat dipastikan kemurniannya. Hasil pengukuran pada spektrofotometer
diketahui bahwa isolat 1 memiliki λ (panjang gelombang) maksimum 224nm,
sedangkan isolat 2 memiliki λ maksimum 221nm. Hasil identifikasi isolat tersebut
menunjukkan bahwa isolat 1 dengan λ maksimum 224 nm memiliki bentuk
spektra yang hampir sama dengan isolat 2 (λ maksimum 221 nm), sehingga
keduanya merupakan jenis senyawa yang sama yaitu senyawa glikosida saponin
golongan triterpenoid
Kata kunci : Krokot, Glikosida saponin, KLT, Spektrofotometri UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Krokot (Portulaca oleracea L) can consumed as vegetable, and can be use
for medicine (plant drug) because containing chemical compound that very
usefull. One of the chemical compound from secondary metabolit group that
contained in krokot herb is saponin glycoside. Saponin is a chemical compound
which has hemolisis activity, has characteristic as antimikroba, antibacteri,
antiinflamation, etc. This research to get isolate and identify the group saponin
glycoside krokot herb in isolate by using Thin Layer Chromatography (TLC) and
Spectrofotometri ultra violet (UV).
Trough non eksperimental research, it is hoped to get information about
the kind of saponin which is contained in krokot herb. There are many steps to do
this research. First, doing determination of krokot plant, gathering material,
introduction test including saponin with simple test, extracting saponin glycoside
krokot herb with etanol 70%, after that checking TLC extract etanol and
identifying compound, isolate saponin glycoside using TLC Preparative method.
At least cheeking the purity of isolate with TLC multi eluen and identify isolate
with spectrofotometri UV.
The result of this research show that krokot herb contains saponin
glycoside with triterpenoid group. In the first TLC test, there are two spot which
predicted the saponin glycoside. And then, the two of spot had been isolated and
cheeked the purity of isolate. Isolate 1 and isolate 2 showed one spot on TLC
multi eluen chromatogram, so that both of isolate have certainly for those purity.
The result in spectrophotometer UV known that, isolate 1 has λ (wave length)
maximum 224 nm, and the isolate 2 has λ (wave length) maximum 221 nm. The
result of the isolate identification shows that isolate 1 with λ maximum 224 nm
has same spectra with isolate 2 which has λ maximum 221 nm, so both of them is
a same compound that including a saponin glycoside with triterpenoid group.
Keyword : Krokot, Saponin glycoside, TLC, Spectofotometri UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

v

PRAKATA ....................................................................................................

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................................

ix

INTISARI .....................................................................................................

x

ABSTRACT ....................................................................................................

xi

DAFTAR ISI .................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL..........................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xvii

BAB I . PENGANTAR ...............................................................................

1

A. Latar Belakang ................................................................................

1

1. Permasalahan ......................................................................

3

2. Keaslian penelitian .............................................................

3

3. Manfaat penelitian ..............................................................

4

B. Tujuan Penelitian ............................................................................

4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................

5

A. Tumbuhan Krokot ...........................................................................

5

Keterangan botani...............................................................

5

2. Deskripsi. ............................................................................

5

1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Ekologi ................................................................................

6

4. Khasiat dan kegunaan ........................................................

6

5. Kandungan kimia ...............................................................

6

B. Glikosida Saponin ...........................................................................

6

C. Penyarian. ........................................................................................

12

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...................................................

15

E. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) ...............................

18

F. Spektrofotometri Ultraviolet ..........................................................

20

G. Keterangan Empiris ........................................................................

24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................

25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................

25

B. Definisi Operasional .......................................................................

25

C. Bahan dan Alat penelitian ..............................................................

25

D. Tahapan Penelitian..........................................................................

26

1. Determinasi tanaman krokot ..............................................

26

2. Persiapan bahan ..................................................................

26

3. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik ....................

27

4. Uji pendahuluan..................................................................

27

5. Penyarian glikosida saponin dari herba krokot dan
dari buah lerak yang digunakan sebagai pembanding......

28

6. Pemeriksaan pendahuluan glikosida saponin

dengan KLT ........................................................................

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Isolasi glikosida saponin herba krokot
dengan metode KLTP ........................................................

29

8. Pemeriksaan kemurnian dengan KLT multi eluen ...........

30

9. Spektrofotometri ultraviolet...............................................

30

E. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................

31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................

32

A. Determinasi. ....................................................................................

32

B. Persiapan Bahan ..............................................................................

32

C. Hasil Pemeriksaan Organoleptik dan Makroskopik .....................

33

D. Uji Pendahuluan ..............................................................................

33

E. Penyarian Senyawa Glikosida Saponin .........................................

38

F. Pemeriksaan Glikosida Saponin dengan KLT ..............................

39

G. Isolasi Glikosida Saponin Herba Krokot dengan KLTP ..............

45

H. Pemeriksaan Kemurnian dengan Metode KLT multi eluen .........

48

Spektrofotometri Ultraviolet (UV) ................................................

55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

61

A. Kesimpulan......................................................................................

61

B. Saran ................................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

62

LAMPIRAN ................................................................................................

64

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

81

I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I . Hasil kromatogram KLT pendahuluan ...................................

40

Tabel II . Hasil kromatogram KLTP ......................................................

46

Tabel III . Hasil isolat yang diperoleh dari KLTP ..................................

47

Tabel IV . Hasil kromatogram KLT multi eluen ....................................

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 . Struktur kimia dua macam golongan glikosida saponin ....

10

Gambar 2. Mekanisme terbentuknya buih .........................................

34

Gambar 3

Adsorpsi molekul-molekul saponin pada batas antar
permukaan air-udara ........................................................

35

Gambar 4. Reaksi Liebermann-Burchard...........................................

36

Gambar 5. Reaksi Salkowski.............................................................

37

Gambar 6 . Hasil kromatogram KLT pendahuluan .............................

41

Gambar 7. Reaksi antara saponin triterpenoid dengan deteksi
Anisaldehida-asam sulfat ..................................................

43

Gambar 8 . Hasil kromatogram KLTP sampel
(ekstrak etanol herba krokot)............................................

46

Gambar 9 . Hasil kromatogram KLTmulti eluen isolat 1 ....................

50

Gambar 10 . Hasil kromatogram KLT multi eluen isolat 1 ..................

51

Gambar 11 . Hasil kromatogram KLTmulti eluen isolat 2 ...................

52

Gambar 12 . Hasil kromatogram KLTmulti eluen isolat 2 ...................

53

Gambar 13. Hasil spektra isolat 1........................................................

58

Gambar 14. Hasil spektra isolat 2........................................................

59

Gambar 15. Hasil spektra etanol 70%...................................................

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Surat determinasi...........................................................

64

Lampiran 2 . Foto herba krokot ..........................................................

65

Lampiran 3 . Foto hasil uji pendahuluan glikosida saponin.................

66

Lampiran 4 . Foto hasil kromatogram KLT pendahuluan....................

67

Lampiran 5 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 1
dengan fase gerak etil asetat, metanol, air
(100:16,5:13,5 v/v) .......................................................

68

Lampiran 6 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 1
dengan fase gerak kloroform, metanol
(95 : 5 v/v) .....................................................................

70

Lampiran 7 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 1
dengan fase gerak kloroform, metanol, air
( 70 : 30 : 4 v/v ) ...........................................................

72

Lampiran 8 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 2
dengan fase gerak etil asetat, metanol, air
( 100 : 16,5 : 13,5 v/v )...................................................

74

Lampiran 9 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 2
dengan fase gerak kloroform, metanol
( 95 : 5 v/v ) ...................................................................

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10 . Foto hasil kromatogram KLT multi eluen pada isolat 2
dengan fase gerak kloroform, metanol, air
( 70 : 30 : 4 v/v ) ...........................................................

78

Lampiran 11. Foto alat yang digunakan untuk penyarian.....................

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Manusia sering memanfaatkan berbagai macam tanaman untuk kelangsungan
hidupnya. Dalam hal ini, bukan saja tanaman pangan tetapi juga tanaman obat
yang mengandung metabolit sekunder yang cukup bermanfaat dalam pengobatan.
Berbagai jenis senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan memiliki khasiat
dan manfaat yang spesifik. Tanaman obat merupakan tanaman yang dapat
digunakan dalam pengobatan baik sebagai pemeliharaan kesehatan maupun untuk
penyembuhan penyakit. Hal ini telah dikenal sejak jaman dahulu dan digunakan
berdasarkan pengalaman secara turun temurun. Salah satu jenis tanaman obat
yang belum begitu dikenal oleh masyarakat adalah krokot (Portulaca oleracea
L.). Selama ini masyarakat mengenal krokot sebagai sayuran atau gulma bukan
sebagai tanaman obat.
Krokot merupakan tanaman gulma yang pada daerah tertentu sering
dikonsumsi sebagai sayuran. Tanaman ini merupakan gulma pada tanaman
semusim, palawija, sayuran, maupun tanaman perkebunan (Djauhariya,2004).
Selain dikonsumsi sebagai sayuran, ternyata krokot juga dapat digunakan untuk
pengobatan pada beberapa penyakit, seperti disentri, radang usus buntu, sakit
perut, radang gusi, demam, digigit binatang berbisa, eczema, jantung berdebar,
kencing darah dan bisul. Cara penggunaanya bisa dengan di makan langsung
ataupun dengan direbus bersama bahan lain (Djauhariya,2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tanaman krokot diperkirakan memiliki kandungan kimia berupa KCl, K2SO4,
KNO3, asam nikotinat, tanin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin C,
1-Noradrenalin, noradrenalin, dopamine, dan dopa (Djauhariya,2004).
Berdasarkan hal tersebut, krokot memiliki dua fungsi yaitu selain dikonsumsi
sebagai sayuran ternyata dapat juga digunakan sebagai tanaman obat karena
memiliki kandungan kimia yang cukup bermanfaat. Biasanya masyarakat
mengenal tanaman obat sebagai jamu yang memiliki rasa yang tidak enak,
sehingga membuat mereka malas untuk menggunakannya. Tetapi lain halnya jika
tanaman obat tersebut dapat dimakan sebagai sayuran sekaligus dapat mengobati
penyakit seperti yang telah disebutkan diatas, tentu masyarakat akan merasa lebih
diuntungkan.
Dalam setiap bagian tanaman pasti terdapat metabolit sekunder. Metabolit
sekunder ini biasanya mempunyai efek fisiologis yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan. Salah satu senyawa kimia yang termasuk dalam golongan metabolit
sekunder yang terkandung di dalam herba krokot adalah glikosida saponin.
Glikosida saponin adalah glikosida yang terdiri dari gugus gula yang berikatan
dengan aglikon berupa sapogenin. Menurut struktur aglikonnya, saponin dapat
dibedakan menjadi dua macam tipe yaitu tipe steroida dan triterpenoida
(Evans,2002). Saponin steroid dapat digunakan untuk pengobatan pada penyakit
syphilis, reumatik, penyakit kulit, psoriasis, eczema, pada anemia, diabetes,
gastritis, dan impotensi (Evans, 1989). Sedangkan saponin triterpenoid dapat
digunakan sebagai emulsifying agent, sebagai stimulant expectoran pada
bronkhitis kronik dan sebagai antiinflamasi, antifungi, antibakteri (Evans, 1989).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Seperti yang telah disebutkan diatas, krokot dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit disentri. Hal ini mungkin dikarenakan adanya glikosida
saponin yang memiliki aktivitas sebagai antimikroba dan antibakteri. Demikian
juga dengan digunakannya krokot sebagai obat untuk bisul, radang gusi, radang
usus buntu. Karena saponin memiliki sifat sebagai antiinflamasi, antieksudatif dan
antibakteri (Brotosisworo,1979; Djauhariya,2004).
Untuk lebih mendalami dan mengetahui golongan glikosida saponin yang
terkandung di dalam herba krokot, maka akan dilakukan penelitian ini.

1. Permasalahan
Apakah glikosida saponin herba krokot dapat diisolasi kemudian
selanjutnya diidentifikasi untuk mengetahui golongan glikosida saponinnya
dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri
ultraviolet ?

2. Keaslian penelitian
Isolasi dan identifikasi aglikon saponin herba lerak (Sapindus rarak D.C)
pernah dilakukan oleh Yanuarsih (2001). Perbedaan dari penelitian ini adalah
tanaman yang digunakan. Penelitian tentang isolasi dan identifikasi glikosida
saponin pada herba krokot belum pernah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan baru bagi
perkembangan ilmu kefarmasian, kedokteran, maupun kesehatan pada umumnya.
Hal tersebut dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat secara teoritis
Untuk melengkapi informasi mengenai golongan glikosida saponin yang
terkandung dalam herba krokot dan juga dapat memberikan pengetahuan dalam
bidang fitofarmaka.
b. Manfaat secara praktis
Untuk melengkapi informasi tentang penggunaan herba krokot berdasarkan
dari efektivitas golongan glikosida saponin yang terkandung dalam herba krokot.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian tentang isolasi dan identifikasi glikosida
saponin herba krokot ada dua yaitu :
1. Umum : Untuk lebih mendalami pengetahuan tentang herba krokot dalam
hal fitokimia.
2. Khusus : Untuk memperoleh isolat dan identitas golongan glikosida

saponin

herba krokot dalam isolat secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Spektrofotometri UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Krokot
1. Keterangan botani
Krokot memiliki nama ilmiah Portulaca oleracea L. , termasuk dalam suku
Portulacaceae. Tanaman krokot juga dikenal dengan berbagai nama daerah seperti
Krokot (Jawa), Gelang (Sunda), Re-serejan (Madura), Gelang (Sumatera), Jalujalu kiki (Ternate) (Anonim,1995).
2. Deskripsi
Krokot memiliki daun tunggal, tersebar atau berhadapan, umumnya rontok,
dalam keadaan segar berdaging dan berwarna hijau. Helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar telur terbalik, ujung dan pangkal membundar atau
tumpul, panjang tiap helaian sampai 10 mm dan lebar sampai 4 mm
(Anonim,1995). Ujung daun melekuk ke dalam. Pangkal daun meruncing, tepi
daun rata, panjang 1-4 cm. Permukaan atas daun warna hijau tua sedangkan
bagian bawah merah tua. Bunga berkelompok, keluar dari ujung-ujung cabang,
mahkota bunga kecil, berjumlah 5, warna kuning. Bunga mekar dari jam 8-10
pagi, layu menjelang sore. Buah berkotak, biji banyak, kecil. Buah yang sudah
matang bijinya warna hitam. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Krokot
merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah, bentuk bulat, lunak dan
berair, tidak berkayu, kulit batang warna coklat keunguan, panjang batang 10-50
cm (Djauhariya, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Ekologi
Krokot tumbuh liar di tempat terbuka, tempat agak terlindung, dan pada tanah
agak lembab seperti di pekarangan, pinggiran kampung, pinggir selokan, dan
pinggir jalan (Djauhariya, 2004).
4. Khasiat dan kegunaan
Krokot berkhasiat sebagai obat disentri, radang usus buntu, sakit perut, radang
gusi, demam, digigit binatang berbisa, eksim, jantung berdebar, kencing darah,
dan bisul (Djauhariya,2004). Dalam MMI, disebutkan bahwa krokot dapat
digunakan sebagai obat gatal dan memperbaiki pencernaan.
5. Kandungan kimia
Diperkirakan krokot mempunyai kandungan kimia berupa KCl, K2SO4,
KNO3, asam nikotinat, tannin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin C,
1-noradrenalin, noradrenalin, dopamine, dan dopa (Djauhariya, 2004).

B. Glikosida Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat
beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan
sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba (Robinson,1995).
Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di
alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sifat-sifat saponin : berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai sifat deterjen
yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas
haemolisis, merusak sel darah merah, tidak beracun bagi binatang berdarah panas,
mempunyai sifat antieksudatif, mempunyai sifat antiinflamasi.
Beberapa daya kerja dan pemakaian dari saponin adalah sebagai berikut:
1. Semua saponin menyebabkan hemolisa, karena itu beracun untuk semua
organisme bila diberikan secara parenteral setengah sampai beberapa mg per
kg berat badan ,dapat mematikan pada pemberian intravena.
2. Pengaruh terhadap alat pernafasan dapat dibuktikan dengan kenyataan dengan
digunakannya obat yang mengandung saponin untuk mencari ikan oleh rakyat
yang primitif. Kadar saponin yang sangat kecil melumpuhkan fungsi
pernafasan dari insang.
3. Kegunaan saponin dalam pengobatan nampaknya terutama oleh sifatnya yang
berpengaruh terhadap absorbsi zat aktif secara farmakologi. Beberapa contoh
untuk menggambarkan sifat tersebut antara lain: Penggunaan secara simultan
digitoksin dan saponin digitonin, meningkatkan efek digitoksin sampai kurang
lebih 50 kali bila diberikan secara oral terhadap katak.
4. Saponin juga menaikkan permeabilitas kertas saring. Filter dengan pori yang
cukup kecil untuk menahan partikel yang berukuran tertentu akan dapat
meloloskan partikel tersebut karena adanya saponin.
5. Secara teknik saponin digunakan sebagai emulsifier.
6. Saponin menimbulkan iritasi berbagai tingkat terhadap selaput lendir mulut,
perut, dan usus bergantung dari sifat masing-masing saponin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Saponin merangsang keluarnya secret dari bronchial, hal ini diterangkan
dengan begitu banyak penggunaan obat semacam senega dan Liquiritse
sebagai ekspektoran dan bahan sekretolitik dalam pengobatan penyakit alat
pernafasan.
8. Saponin juga meningkatkan absorbsi zat diuretika (garam-garam) dan
nampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif. Hal ini mungkin
menerangkan kenyataan mengapa obat saponin sangat sering digunakan untuk
rematik dalam pengobatan rakyat.
9. Dalam industri, saponin digunakan dalam jumlah besar sebagai emulsifier
terutama dalam pemadam kebakaran, pekerjaan pencucian, dan lain-lain
(Brotosisworo,1979).
Adanya saponin dalam tanaman juga dapat ditunjukkan dengan beberapa
cara antara lain:
a . Indeks buih (foam index)
Indeks buih menunjukkan angka pengenceran dari zat atau obat yang diperiksa
yang akan memberikan suatu lapisan buih yang tingginya 1 cm sampai 10 cm, bila
larutan digojok dalam gelas ukur selama 15 detik dan selanjutnya dibiarkan dulu
selama 10 menit sebelum dilakukan pembacaan (Anonim,1995).
b.

Haemolisa
Campur bahan yang akan diperiksa dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 ,

panaskan,dinginkan, saring. Ambil filtrat campur dengan suspensi darah.
Diamkan selama 30 menit, terjadi haemolisa total berarti menunjukkan adanya
saponin (Anonim,1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Reaksi warna
Reaksi warna dapat digunakan untuk menggolongkan saponin (sapogenin)
yang digunakan untuk membuktikan identitas dari suatu obat, dan jika perlu untuk
memonitor pada waktu pemisahan. Tidak ada reaksi warna yang secara spesifik
untuk tiap jenis saponin. Reaksi berikut ini dapat digunakan yaitu:
1) Dengan menggunakan asam asetat anhidrat dan asam sulfat ( disebut reaksi
Liebermannn-Burchard). Hasilnya ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna yang bergantung dari aglikonnya yaitu, merah muda sampai merah
berarti termasuk golongan triterpenoid. Sedangkan jika warnanya biru hijau
maka menunjukkan adanya senyawa golongan steroid (Bruneton,1999).
2) Dengan menggunakan vanillin, anisaldehid, dan aldehid aromatik lainnya
yang ditambah dengan asam mineral kuat. Senyawa yang mengandung
saponin akan berwarna kuat, yang kemungkinan hasil reaksi antara aldehid
dan aglikon (Bruneton,1999).
Dikenal dua jenis saponin yaitu, glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida
struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis
saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter
(Robinson,1995).
Menurut struktur aglikon atau sapogenin, saponin dapat dibedakan menjadi
dua macam tipe yaitu tipe steroida dan triterpenoida. Kedua macam senyawa
tersebut mempunyai hubungan glikosidal pada C-3 dan mempunyai asal-usul
biogenetika yang sama melalui asam mevalonat dan satuan isoprenoid.
(Brotosisworo,1979; Evans,2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21
20

18

12
11
19

R1

1

2

9
10

A

3

4

OH

B

5

6

H

C

17

13

D

14

26

O

E

25

23

22

24

O

15
16

R2

8

H

7

Kerangka steroid

29

30
20

19

E

12
11
25
1
2

A

3

OH

10
5

4
23

R2

H

9

C
26

B
6

13
14

8
7

18

D
15

17
16

21
22
28

COOH
R1

27

24

Kerangka triterpenoid

Gambar 1. Struktur kimia dua macam golongan glikosida saponin

Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa
(sebagai hormon kelamin, asam empedu, dan lain-lain), tetapi pada tahun-tahun
terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tumbuhan (Harborne, 1987). Nama sterol digunakan khusus untuk steroid alkohol,
tetapi karena ternyata semua steroid tumbuhan adalah alkohol dengan sebuah
hidroksi group pada C-3, maka steroid tumbuhan sering disebut sterol.
Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintetis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan
berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali titik leleh tinggi dan
aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya
(Harborne, 1987). Saponin triterpenoida dapat dibedakan dalam tiga golongan
yang diwakili oleh α–amirin, β -amirin, dan lupeol.
Saponin steroid kebanyakan ditemukan di dalam famili monokotil, terutama
Liliaceae (Allium, Smilax, Asparagus), Agavaceae (Agave, Yucca) dan
Dioscoreaceae (Dioscorea). Selain itu juga ditemukan dalam Fabaceae (fenugrek),
Solanaceae (tobacco), atau Scrophulariaceae (foxgloves). Berbeda dengan steroid,
saponin triterpenoid jarang terdapat pada monokotil. Sebagian besar terdapat
dalam famili dikotil seperti Araliaceae, Caryophyllaceae, Cucurbitaceae, Fabales,
Primulaceae, Ranunculaceae, Rosaceae dan Sapindaceae (Bruneton,1999).
Saponin steroid mempunyai peran penting pada bidang pharmaceutical karena
hubungannya dengan beberapa senyawa seperti hormon sex, kortison, diuretic
steroid, vitamin D dan glikosida jantung. Beberapa saponin digunakan sebagai
starting material pada sintesis senyawa tersebut. Selain itu kandungan saponin
steroid dalam akar Sarsaparilla dapat digunakan untuk pengobatan pada penyakit
syphilis, reumatik, penyakit kulit, psoriasis, dan eczema. Saponin steroid pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akar Ginseng sering digunakan untuk pengobatan pada anemia, diabetes, gastritis,
dan impotensi (Evans, 1989). Saponin triterpenoid pada kulit kayu Quillaia dapat
digunakan sebagai emulsifying agent. Sedangkan pada akar Senega dan akar
Primula digunakan sebagai stimulant expectoran pada bronkhitis kronik. Selain itu
saponin triterpenoid juga digunakan sebagai antiinflamasi, antifungi, antibakteri
(Evans, 1989).

C. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan pengambilan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari ,mengandung zat aktif
yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan
lain-lain.
Beberapa golongan zat aktif yang terdapat dalam simplisia adalah alkaloida,
glikosida dan flavonoid. Stuktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi
kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa terhadap pemanasan, logam berat,
udara, cahaya, dan derajat keasaman. Jika zat aktif yang dikandung simplisia
diketahui maka akan lebih mudah dalam pemilihan cairan penyari dan cara
penyariannya.
Penyarian disamping memperhatikan sifat-sifat fisik simplisia dan sifat zat
aktifnya, harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan gula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyarian dipengaruhi oleh:
1. Derajat kehalusan serbuk
Simplisia yang terlalu halus akan mempersulit pada proses penyarian. Hal ini
karena jika serbuknya terlalu halus maka ruang antar selnya akan berkurang.
Padahal ruang antar sel ini merupakan jalan yang mudah ditembus oleh cairan.
Serbuk yang terlalu halus dapat membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
dengan hasil penyarian. Dengan demikian hasil penyarian tidak murni lagi
tetapi bercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Jadi untuk masingmasing simplisia perlu ditetapkan derajat halus yang paling tepat untuk
memperoleh hasil penyarian yang baik.
2. Perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk simplisia
sampai ke permukaannya, maupun pada perbedaan konsentrasi yang terdapat
lapisan batas, sehingga suatu titik akan dicapai, oleh zat-zat yang tersari jika
ada daya dorong yang cukup untuk melanjutkan pemindahan massa. Makin
besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut hingga makin
cepat penyarian.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini: murah dan
mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat
yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh
peraturan (Anonim,1986).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cara penyarian dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

a. Infudasi
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air
pada suhu 900C selama 15 menit (Anonim,1986). Infudasi adalah proses
penyarian yang biasanya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut
dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari
yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Maka dari itu, sari
yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
b. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel
(Anonim,1986). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan
lain-lain.
c. Perkolasi
Perkolasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori (Anonim,1986). Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
berat sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan.
d. Penyarian berkesinambungan
Penyarian berkesinambungan menggabungkan antara proses menghasilkan
ekstrak cair dan proses penguapan. Penyarian berkesinambungan dapat dilakukan
dalam skala laboratorium dan skala besar tergantung dari keperluannya dan alat
yang digunakan. Intinya cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, uap penyari
akan naik keatas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun karena
didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil
melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu. Cairan akan menguap kembali dan
prosesnya akan berulang (Anonim,1986) .

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua
cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa
bergerak (mobile). KLT dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam
pemisahan-pemisahan senyawa yang berwarna maupun tidak berwarna. Selain itu
juga memberikan hasil pemisahan yang lebih baik dan juga membutuhkan waktu
yang lebih cepat (Harborne,1987) .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Secara garis besar KLT dapat dilakukan dengan cara membuat lempeng
kromatografi, yaitu untuk membentangkan penjerap dalam lapis tipis yang
berkelakuan sebagai penyokong yang inert. Penjerap padat yang berbentuk
bubukan halus biasanya dibuat menjadi bubur (slurry) dengan air dan
dibentangkan di atas plat gelas. Pembuatan lapis tipis di atas kaca ada beberapa
cara yaitu dengan jalan penyemprotan atau pencelupan, disamping dikerjakan
dengan tangan dapat juga dengan mesin. Plat yang telah dilapisi dipanaskan atau
diaktifkan dengan jalan memanaskannya pada suhu kira-kira 1000C selama waktu
tertentu. Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan di dalam pelarut
yang agak nonpolar untuk ditotolkan pada lempang KLT. Pada umumnya, dipakai
larutan 0,1-1%. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi yang terbaik
yang bertitik didih antara 500-1000C. Pelarut yang demikian mudah ditangani dan
mudah menguap dari lempeng. Larutan cuplikan dalam pelarut yang akan
diidentifikasi ditotolkan dengan menggunakan pipet kapiler atau pipet mikro.
Bila bercak hasil penotolan telah kering plat diletakkan secara vertikal dalam
bejana yang sesuai dengan tepi yang dibawah dicelupkan dalam fase bergerak
yang dipilih, maka pemisahan kromatografi akan diperoleh. Pada akhir
pengembangan, pelarut dibiarkan menguap dari plat dan bercak yang terpisah
dilokalisir dan diidentifikasi dengan cara-cara fisika dan kimia (Sastrohamidjojo,
2002).
Penjerap yang dipakai untuk KLT ialah silika gel, alumina, kiselgur, dan
selulosa. Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak dipakai dalam KLT
dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Karena sebagian besar silika gel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersifat sedikit asam, maka asam sering agak mudah dipisahkan. Jadi
meminimumkan reaksi asam-basa antara penjerap dan senyawa yang dipisahkan.
Alumina, berbeda dengan silika gel alumina bersifat sedikit basa dan sering
dipakai untuk pemisahan basa. Cara ini juga meminimumkan reaksi asam-basa.
Kiselgur dan selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai
dalam sistem Kromatografi Cair-cair (KCC). Kromatografi jenis ini selalu dipakai
untuk pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan
berbagai senyawa hidrofil alam lainnya (Gritter, 1985).
Lapisan penjerap dapat terikat dan melekat pada pelat kaca karena adanya
berbagai pengikat. Pengikat yang paling umum digunakan adalah kalsium sulfat
(CaSO4) yang ditambahkan ke dalam penjerap sampai 10-15%. Maka nama dari
penjerap biasanya diberi tanda G, misal silica gel G (Redja, 1980). Lapisan
penjerap sering mengandung indikator fluoresensi yang ditambahkan untuk
membantu penampakan bercak tidak berwarna pada lapisan yang telah
dikembangkan. Indikator fluoresensi adalah senyawa yang memancarkan sinar
tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain, biasanya sinar
ultraviolet. Dan biasanya penjerap yang dicampur dengan indikator fluoresensi
diberi tanda F, misalnya silica gel GF. Jika senyawa pada bercak yang
ditampakkan mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatis, maka
sinar UV yang mengeksitasi tidak dapat mencapai indikator fluoresensi sehingga
tidak ada cahaya yang dipancarkan. Dengan demikian hasilnya ialah bercak gelap
dengan latar belakang yang bersinar. Cara ini sangat peka dan tidak merusak
senyawa yang ditampakkan. Indikator fluoresensi yang paling sering digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah sulfida anorganik, yang dapat memancarkan cahaya jika disinari pada 254
nm (Gritter, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada KLT lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi dapat juga
menggunakan harga Rf, hal ini dapat didefinisikan sebagai berikut :
Harga Rf =

Jarak titik pusat bercak dari titik awal penotolan
Jarak pengembangan

Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga
Rf standar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan bercak dalam KLT yang juga
mempengaruhi harga Rf adalah struktur kimia dari senyawa yang sedang
dipisahkan, sifat dari penjerap dan derajat aktifitasnya, tebal dan kerataan dari
lapisan penjerap, pelarut (dan derajat kemurnian) fasa bergerak, derajat kejenuhan
dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan, teknik percobaan, jumlah
cuplikan yang digunakan, suhu, kesetimbangan antara atmosfer dalam bejana
jenuh dengan uap pelarut (Sastrohamidjojo, 2002).

E. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
KLTP adalah salah satu metode yang paling mudah dan murah yang
digunakan untuk isolasi komponen suatu senyawa. Tetapi membutuhkan kerja
yang lebih intensif dan tiap-tiap fraksi yang diperoleh hanya dalam jumlah kecil.
Sebenarnya prinsip dasar KLTP sama dengan KLT pada umumnya. Tetapi ada
perbedaan yang paling mendasar yaitu tentang ukuran ketebalan penjerap dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

metode penotolannya. Pada KLTP, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan
berupa garis lurus mendatar pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan
dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan
terpisah menjadi beberapa pita. Pita akan nampak dengan cara yang tidak merusak
jika senyawa itu berwarna. Setelah itu penjerap yang mengandung pita dikerok
dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penjerap dengan pelarut polar
(Gritter, 1985).
Ukuran ketebalan penjerap pada pelat KLTP yang paling sering dipakai adalah
0,5-2 mm. Sedangkan ukuran pelat yang sering digunakan biasanya 20 x 20 cm
atau 20 x 40 cm (Hostettmann, 1995). Adanya pembatasan ketebalan lapisan dan
ukuran pelat tentu saja akan mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan
dengan KLTP. Penjerap yang paling umum dipakai ialah silica gel dan dipakai
untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.
Untuk pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penjerap niaga yang
tersedia.
Penotolan cuplikan pada pelat KLTP dapat dilakukan dengan tangan
menggunakan pipa kapiler atau pipet mikroliter, tetapi lebih baik jika
menggunakan penotol otomatis. Pada KLTP kita harus menyebarkan larutan
cupl