T1 712010030 Full text
i
Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga
Oleh
,SANDRA SISKA MATARA
712010030
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi
Program Studi Teologi
FALKUTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi
MOTTO
Selalu percaya berdoa dan terus belajar dan beriman dalam
Tuhan
Pasti ada keberhasilan.
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab ia baik
Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Terpujilah Tuhan Yesus. Mazmur 136:1
Dengan bangga penulis persembahkan kepada:
Mamaku tercinta yang telah mengajariku percaya dalam iman dan selalu
percaya kuasa Tuhan yesus yang sangat luar dan juga menjalani hidup
dan karya.
Untuk kedua kakak ku tersayang yang setia memberiku motivasi dan doa
Untuk dosen-dosenku di Program Studi Theologi UKSW Salatiga yang
selalu memberiku ilmu dan pengetahuan yang berharga.
Untuk Keluarga, Saudara, Sahabat, dan teman-teman yang selalu
mendoakan dan mendukung penulis.
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Bersyukur selalu karna kebaikkan Tuhan yesus telah memberkati penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan setiap proses pendidikan penulis juga di berikan motivasi, doa dan dukungan untuk keberhasilan penulis. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam penulis mengucapkan trimakasih kepada :
1. Allah Tritunggal yang hidup dan yang menghidupi penulis
2. Bapak Pdt. J.D Engel, M.Si Dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo selaku dosen
pembimbing yang dengan penuh kebaikkan dan kebijaksanaa, kesabaran yang
telah membimbing penulis sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk program studi Theologi Universitas Kristen Satya wacana Salatiga yang
dengan kelembutan dan ketulusan telah mengajarkan ilmu pengetahuan dan membantu penulis.
4. Kepada ketua Panti Wherda jaya salatiga yang dengan kerendahan hati membantu
penulis untuk menyelesaikan dalam penelitian.
5. Terima kasih untuk orang tua (mama) yang telah mendoakan serta mendukung,
motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis dengan baik dan dapat mencapai keberhasilan penulis.
6. Untuk kakak tersayang Terima kasih (Deby, Ledy) yang mengharapkan
keberhasilan penulis dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dan memberi dukungan.
7. Teman-teman terkasih yang mendukung penulis terkhusus ( Yana, Shesy, Risna
K’ichy,Megi, K’Asrid, Brenda,K’Gin, Prily, Risna, Lorin K’Agnes) yang setia mendukung, mendoakan penulis.
8. Salatiga, terimakasih atas kebersamaannya selama penulis menjalani studi di
salatiga terkhusus ( Kos Putri Merpati Kalimangkak, Tersayang ibu ending, Pak Har adek sekar yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.
(8)
viii
Terimakasih Tuhan yesus untuk kebaikkanmu yang selalu menjanjikan kebahagian masa depan untuk penulis rasakan di hari kebahagiaan penulis bisa sampai di tahap ini karna kuasa Tuhan yesus yang menyertai penulis.( I Love You Jesus )
Akhir kata di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak diperlukan guna melengkapi penulisan karya ilmiah ini.
Salatiga , 28 Juni 2016
(9)
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………i
HALAMAN PENGESAHAN……….ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………..iii
LEMBAR PERNYSTAAN PERSETUJUAN AKSES………iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..v
MOTTO………..vi
KATA PENGANTAR………..vii
DAFTAR ISI………...ix
ABSTRAK……….xi
BAGIAN I PENDAHULUAN……….1
1.1Latar Belakang ………... 1
1.2Rumusan Masalah ………..………... 3
1.3Tujuan Penelitian………... 3
1.4Signifkansi Penelitian………..3
1.5Lokasi dan Subyek Penelitian………..3
1.6Metode Penelitian………...4
1.7Sistematika Penulisan………..4
BAB II Lansia Dan Konseling Pastoral 2.1 Lansia………...4
2.1.1 Definisi Lansia………..………4
2.1.2 Gambaran Umum Menenai Perubahan Yang Dialami Oleh Lansia………. 6
2.2.Konseling Pastoral……….…12
(10)
x
2.2.2.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia………...13
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1.Gambaran Lapangan Data……….17
3.2.Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Pantai Wherda………..20
3.3. Analisa Pelaksanaan Konseling Pastoral Bagi Lansia Di Pantai Wherda Mandiri Jaya Salatiga...21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.Kesimpulan………...23
1.2. Saran………...24
(11)
xi
PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI
WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA
SANDRA SISKA MATARA,
712010030
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Penelitian ini dimotivasi oleh fakta masalah bahwa dalam konseling di katakana berhasil jika dapat menerapkan keenam fungsi yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi mengasuh/ memelihara, dan fungsi mengutuhkan. Sedangkan di panti Wherda hany amempunyai dua orang tim pastoral yang harus melayani 15 lansia dengan waktu kerja 2 kali dalam seminggu, melihat fakta masalah ini apakah konseling pastoral ini dapat menerapkan keenam fungsi tersebut. Penelitian ini menerapkan pendekatan penelitian metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas, melalui penelitian ini bermaksud mendeskripsikan pelaksanaan dan peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Hasil dari penelitian ini ialah konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda Mandiri Salatiga tidak maksimal karena dalam proses kegiatan konseling pastoral Tujuan konseling pastoral yang tidak terealisasikan sepenuhnya Hal ini di sebabkan oleh konseling pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat procedural saja atau hanya bersifat formal, sehingga keenam fungsi-fungsi konseling pastoral itu tidak berlangsung dengan baik, disebabkan oleh waktu konseling yang terlalu singkat.
(12)
1
PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI
WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA
I. Pendahuluan
1.1Latar Belakang Masalah
Lanjut usia merupakan bagian dari fase kehidupan manusia dimana seseorang menjadi tua dan pada umumnya, akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini pun membawa dampak dalam kehidupan psikis dari seorang lansia, menyebabkan merekasering merasakan kesepian, tertekan, depresi, dan memiliki ketergantungan terhadap orang lain yang mau mendengar keluh dan kesah mereka, serta memulihkan nilai spiritualitas dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Dengan memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia menjadi salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, sehingga ia akan berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan di masa lanjut usia, para lansia sangat membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus dari orang-orang terdekat seperti keluarga atau relawan yang merawat lansia tersebut, gereja dan masyarakat dalam menangani Manula (Manusia Usia Lanjut, dalam rangkah memenuhi kebutuhan para lansia maka di butuhkan konseling pastoral.
Konseling merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan konseling disebut sebagai konselor. Antara konselor dan konseli harus mempunyai suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal-balik.Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan
kemampuan) adalah konselor.1Sedangkan, istilah pastoral.Pastoral berasal dari “pastor”
dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya
“gembala”.2
Dapat disimpulkan konseling pastoral,berarti sifat dari pendampingan tersebut,. Dengan demikian, dalam mendampingi sesama yang menderita haruslah bersifat pastoral. Atau dengan kata lain, pertolongan kepada sesama yang utuh mencakup
1
Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral,(Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 9 2
(13)
2
jasmani, mental, sosial dan rohani hendaklah bersifat pastoral.3 Berdasarkan pengertian di
ataspenulis memahami bahwa konseling pastoral merupakan sebuah pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh individu atau kelompok, dengan memberikan penguataan ,topanga, dukungan dan bimbingan yang dapat membantu seseorang merasakan kehidupan yang lebih baik.
Adapun fungsi yang harus dicapai dalam melakukan konseling pastoral yaitu:4
1. Fungsi membimbing, orang yang didampingi ditolong untuk memilih atau mengambil
keputusan tentang apa yang ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya. Pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki tingkah laku tertentu, tetap di tangan orang yang di damping ( penderita )
2. Fungsi mendamaikan/ memperbaiki hubungan, pendampingan pastoral dapat
berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan terganggu.
3. Fungsi menopang/ menyokong, sokongan berupa kehadiran dan sapaan yang
meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi penderitaan yang begitu memukul.
4. Fungsi menyembuhkan, melalui pendampingan pastoral yang berisi kasih sayang, rela
mendengarkan segala keluhan batin,dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini penting terutama bagi mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau terbuang.
5. Fungsi mengasuh, melihat potensi yang dapat ditumbuh-kembangkan kehidupannya
sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan kehiupan.
6. Fungsi mengutuhkan, adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama
dari pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental, dan spiritual.
Terkait dengan enam fungsi di atas, maka menurut penulis, konseling pastoral dikatakan terlaksana dengan maksimal ketika keenam fungsi tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, diharapkan agar setiap konselingpastoral harus mengetahui dan memahami setiap fungsi konseling. Sehubungan dengan kebutuhan para lansia yang cukup kompleks seperti menyangkut perubahan dan masalah dalam kesehatan, kesejahteraan, religius, sosial, ekonomi, konflik dalam relasi antar para lansia atau
3
Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.12 4
(14)
3
dengan anggota keluarga, dan lain sebagainya, maka konseling pastoral perlu dilakukan guna menolong para lansia yang mengalami pergumulan hidup dan tetap mengupaya pertumbuhan rohani.
Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga ,memberikan pelayanan sosial dan rohani bagi para lansia yang menjadi pasien. Panti whreda memiliki seorang kepala panti, dan 14 orang lansia, dengan bantuan tenaga relawan berjumlah 4 orang, serta 2 orang tim pastoral. Fakta di lapanganmenjawab kebutuhan para lansia yang kompleks, pelayanan konseling pastoral sangatlah terbatas dalam hal tenaga dan waktu. Hal ini disebabkan karena minimnya tenaga konseling pastoral yang secara aktif dilakukan oleh seorang dari tim pastoral dengan waktu kerja yakni 2 x seminggu. Hal ini menyebabkan tidak semua lansia dapat dilayani oleh seorang konselor. Sehingga terkadang kepala panti harus mengambil alih peran konseling seperti menemani dan mendengarkan setiap keluhan dan masalah para lansia itupun tidak menolong para lansia menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kepala panti dalam melakukan konseling pastoral dan ia pun merasa kelelahan karena seorang diri dalam
menangani 14 orang lansia.5
Menurut penulis, konseling secara konsisten sangat penting untuk dilakukan guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada para lansia. Kehadiran dan konseling yang dilakukan olehtim pastoral di sebuah panti Whreda secara intensif sesungguhnya dapat membantu para lansia yang sedang bergumul dengan berbagai persoalan di masa tua. Sehingga realita konselingpastoral yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan latar belakang data diatas, maka penulis ingin mengambil judul:
“Peran Konseling Pastoral terhadap Lansia
Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga”
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga?
1.3Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran konseling pastoral bagi lansia di Panti
Wherda Mandiri Jaya Salatiga.
5
Hasil Wawancara dengan Ibu Vt sebagai Kepala Asrama Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga, Jumat 06 Februari 2015 pukul 12.00 WIB
(15)
4 1.4Signifikansi Penelitian
1. Akademik, memberi sumbangsih berupa pemahaman dan pengetahuan baik
kepada mahasiswa Fakultas Teologi dan juga kepada Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga dalam memberikan pelayanan konselingpastoral secara holistik bagi para Lansia. Mengingat lansia adalah bagian dari umat Allah yang harus dilayani dan menjadi tanggung jawab daro pelayanan para hamba Tuhan.
2. Praktisnya, kiranya penelitian ini menjadi salah satu bahan refleksi dan evaluasi
bagi pengurus atau tim pastoral di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga terkait pelayanan konseling pastoral bagi lansia agar dapat menjawab persoalan dan kebutuhan para lansia yang dirawat sesuai dengan enam fungsi konseling pastoral. 1.5Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga - Jawa Tengah, dengan responden terdiri dari tim pastoral, lansia dan kepala asrama Panti Wherda Mandiri Jaya. 1.6Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas. Metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas ini ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat
memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.6Yang
deskriptif analisis, maka melalui penelitian ini bermaksud mendeskripsikan pelaksanaandan peran konselingpastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan reponden, dan
kegiatannya di lakukan secara lisan.7
1.7Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian tersebut, penulis akan mengemukakan karya ini dalam 4 bagian, sebagai berikut: Bagian pertama, Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, lokasi dan subyek
6
M. Nazir. Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 89
7
P. Joko Subagyo, S.H. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Rineka cipta, 2011), hal. 39
(16)
5
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang lansia dan konseling pastoral yang meliputi defenisi lansia dan konseling pastoral, gambaran lansia yang meliputi fakta fisik,sikis,sosial dan spiritual,dan peran konseling pastoral terhadap lansia.Bagian ketiga,tentang hasil penelitian pembahasan yang meliputi deskripsi dan analisis peran konseling pastoral bagi lansia dipanti whreda mandiri jaya Salatiga. Bagian keempat, Penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan hasil pembahasan analisis serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.
II. Lansia Dan Konseling Pastoral 2.1. Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun canggihnya teknologi kosmetik dan kedokteran modern. Setiap makhluk hidup akan menjadi tua dan menghadapi krisis lanjut usia. Dari masa ke masa, manusia selalu berusaha untuk mencari resep awet muda dan umur panjang. Setiap orang ingin panjang umur, tetapi tidak mau menjadi tua. Upaya untuk tetap awet muda sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Tetapi tidak ada obat mujarab yang berhasil ditemukan untuk mencegah proses penuaan dan
menghindari kematian.8Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalami
perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia terjadi penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya yang akan menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas9.
Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat dihindarkan, suatu tahap perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu, mempersiapkan diri menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan menjadikan orang kehilangan semangat hidup karena merasa tidak berguna lagi, gelisah karena sudah tidak mempunyai tujuanhidup. Lanjut usia bukan suatu hal yang negatif, bahkan merupakan kesempatan yang harus dijalani untuk meraih kebahagian dalam Damai sejahtera karena kasih Allah yang tidak pernah berubah. Gerontologi ialah ilmu yang mempelajari berbagai perubahan fisilogi yang terjadi dalam proses menua. Salah satu penemuan menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
8
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.1-2 9
Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan
(17)
6
tiga jenis umur, yaitu umur kronologis, biologis, dan psikologis. Umur kronologis dihitung mulai dari tanggal lahir, jadi tentukan oleh jumlah tahun yang telah dilalui, umur biologis ditentukan oleh derajat fungsional dan kondisi tubuh kita,sedangkan umur psikologis ditentukan oleh tindahkan dan perilaku seseorang tingkat kedewasaan atau kematangan
pribadi orang tersebut.10
Lanjut usia juga sudah dikenal beribu tahun yang lalu oleh umat Kristen, di mana dalam Alkitab juga dituliskan tentang masa lanjut usia tersebut. Pengarang Amsal bersaksi
”Takut akan Tuhan memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek ( Ams. 10:27). Akan tetapi, para pengarang Alkitab juga mempunyai sudut pandang yang lain. Walaupun umur panjang disyukuri sebagai berkat, para pengarang Alkitab bersikap realistis, mereka menyadari bahwa keadaan usia lanjut juga bisa menimbulkan keadaan yang kurang menyenangkan itu adalah rambut menjadi putih (lih. 1 Sam.12:2; Mzm. 71:18), pengilihatan menjadi kabur(lih. Kej. 48:10), semua indra lain juga menjadi lemah ( lih. 2 Sam. 19:35), Kekuatan tubuh menurun (lih. Mzm. 71:9), sendi-sendi kaki pegal dan nyeri (lih. 1 Raj. 15:23), tubuh mudah kedinginan(1 Raj. 1:1). Oleh sebab itu, penulis kitab pengkhotbah
menggambarkan keadaan usia lanjut sebagai ”hari-hari yang malang” dan “tahun-tahun yang
tak ada kesenangan”(Pkh. 12:1). Kemudian pemazmur menulis” Masa hidup kami tujuh
puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaanya adalah kesukaran dan penderitaan( Mzm. 90:10). Tampak bahwa para penulis Alkitab tidak berat sebelah. Mereka bersikap realistis. Mereka mensyukuri usia panjang sebagai anugerah Tuhan, namun mereka menerima kenyataan bahwa usia lanjut bisa disertai dengan berbagai keterbatasaan
gerak, kelemahan fisik serta mental, rupa-rupa penyakit. 11
2.1.2 Gambaran umum menenai perubahan yang dialami oleh Lansia
Pada masa lansia, kemampuan kerja dan kegiatan menurun, hal ini merupakan akibat dari gabungan penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang terdapat di dalam tubuh kita. Semua organ di dalam tubuh kita mengalami penuaan, sehingga terjadi perubahan atau kemunduran fungsi-fungsinya seperti penurunan fungsi fisik,psiksis,
sosial,spiritual12. Perubahan-perubahan ini akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Fakta Fisik Lansia
10
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.7-8 11
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.8-12 12
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
(18)
7
Perubahan-perubahan fisik yang akan dialami lansia seperti semakin menurutnya fungsi-fungsi anggota tubuh yaitu penurunan sistem pencernaan. Dimana ketika lansia mengalami penurunan sistem pencernaan maka makanan akan mulai sulit dikunyah karena gigi sudah mulai ompong dan mudah terjadi gangguan pada gusi. Air liur menjadi lebih kental karena berkurangnya produksi kelenjar-kelenjar liur sehingga fungsinya sebagai pelican makanan juga berkurang. Akibatnya, orang lanjut usia akan selalu memilih makanan yang lebih lunak sehingga tidak perlu banyak dikunyah. Kadang-kadang ,makanan sukar ditelan karena otot-otot untuk menelan di daerah kerongkongan juga sudah mulai melemah. Di samping itu, ujung-ujung (papil) indra pengecap di lidah mulai berkurang jumlahnya, terutama untuk merasakan yang asin, sehingga biasanya ingin makanan yang lebih asin padahal ini berbahaya, karena banyak lansia yang menderita penyakit darah tinggi atau gangguan jantung, yang seharusnya mengurangi konsumsi garam. Indra pengecap menjadi kurang peka,rangsangan rasa lapar berkurang akibat penurunan fungsi sel-sel kelenjar
percernaan dan berkurangnya pengeluaran asam lambung.13
Ukuran lambung mengecil sehingga daya tampung makanan juga berkurang. Produksi enzim percernaan juga berkurang sehingga proses metabolism karbohidrat, protein, dan lemak menjadi kurang baik. Proses penyerap sari makanaan yang terjadi di sepanjang usus juga menurun sehingga banyak lansia yang seperti kekurangan gizi. Oleh karena itu, kadang-kadang kita perlu mendapat tambahan vitamin. Keluhan sulit buang air besar karena pegerakaan usus besar melemah,sisa makanaan lebih lama tertahan dan penyerapan air berjalan terus sehingga tinja menjadi semakin keras. Disamping itu,otot dinding perut melemah sehingga kekuatan mengedan juga berkurang. Oleh karena itu, keluhan pasien wanita lansia tersebut memang sesuai dengan mundurnya fungsi-fungsi saluran cerna dan pada pemeriksaan fisik memang tidak ditemukan penyakit ataupun kelainan pada saluran
pecernaan.14Penurunan fisik yang kedua pada lansia yaitu kelemahan otot pada lansia yang
akan berdampak pada keseimbangan yang berimplikasi terhadap timbulnya gangguan menjalankan mobilitas fungsional sehingga, meningkatkan risiko tejadinya jatuh yang menyebabkan ketergantungan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sebesar 28-35% lansia di atas 65 tahun setidaknya jatuh satu kali dalam satu tahun dan meningkat pada usia di
13
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.16-17 14
(19)
8
atas 75 tahun sebesar 32-42%.Jadi, sangat penting bagi lansia untuk menjaga dan memelihara
kekuatan otot15
Penurunan fisik yang ketiga yaitu pernapasan pada proses penuaan, kekuataan otot-otot pernapasaan melemah, dinding dada menjadi agak kaku, dan daya pegas jaringan paru-paru berkurang sehingga napas menjadi lebih pendek. Kapasitas paru-paru-paru-paru juga menurun dan volume udara yang dikeluarkan juga berkurang. Salah satu pintu masuk kuman ke dalam tubuh kita ialah melalui pernapasan. Pada lansia, daya tahan tubuh sudah melemah dan produksi antibody (zat untuk melawan racun bakteri) juga sudah menurun sehingga mereka sangat rentan terhadap infeksi paru-paru, mudah terkena sakit flu, batuk,radang paru-paru, dan lain-lain. Selain penurunan fungsi paru-paru akibat proses penuaan, ada beberapa faktor yang dapat memperburuk sistem ini, antara lain kebiasaan merokok. Kelebihan berat badan atau kegemukan, dankurangnya pergerakan. Oleh karena itu, olahraga penting sekali untuk menyehatkan pernapasan dan tubuh kita secara keseluruhan.Proses penuaan juga menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru-paru, pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun,maka itu kapasitas
difusi paru– paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan.16
Adapun penurunan fisik pada lansia yang keempat yaitu penurunan fungsi ginjal dan kandungan kemih Lansia akan sering mengeluh buang air kecil dan sulit menahan keinginan untuk tidak membuang air kecil karena otot-otot di daerah tersebut sudah melemah. Tindakan pencegahan dengan mengurangi jumlah asupan minum merupakan kesalahan besar karena hal ini makin mengganggu keseimbangan cairan, bahkan bisa fatal jika terjadi gagal ginjal. Para lansia juga rentan terhadap infeksi saluran kemih karena adanya sisa air kencing di
kandung kemih dan juga sistem pertahanan tubuh yang mulai menurun.17Penurunan fisik
terakhir yang dialami oleh lansia yaitu gangguan pengelihatan dan pendengaran merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Dengan berkurangnya penglihatan, lansia sering kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, dan malas untuk bergerak. Mereka kehilangan kemampuan untuk membaca dan menonton acara
15
Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan
Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2
16
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.19 17
(20)
9
televisi, dengan menurunnya pendengaran, ada dampaknya dalam hubungan sosial dengan orang lain, yaitu mereka menjadi sulit berkomunikasi dengan lancar. Oleh karena itu, para lansia dianjurkan untuk memakai alat bantu dengar. Kulit menjadi kering dan keriput sehingga lansia sering mengeluh gatal di sekujur tubuhnya,biasanya ia tidak tahan dengan udara dingin, kuku menjadi kaku dan tebal, rambut menipis karena banyak yang rontok, sedangkan yang tumbuh sedikit, uban juga senantiasa bertambah. Keseimbangan terganggu, sehingga mudah jatuh dan rawan kecelakaan.Dengan adanya kemunduran-kemunduran fungsi organik ini, biasanya kegiatan lansia menjadi agak terbatas, timbul keluhan-keluhan yang mengganggu. Akibatnya, produktivitas jadi menurun. Akan tetapi hal-hal di atas tidak menghalangi lansia untuk tetap hidup sehat bergairah menyongsong hari tua dengan kualitas
hidup sehat dan mempunyai tujuan hidup yang berarti. 18
b. Fakta Psikis Lansia
Perubahan-perubahan psikis yang akan dialami lansia seperti semakin berkurangnya
produksi hormon, Krisis ini disebut sebagai monopause. Monopause adalah istilah
kedokteran yang menyatakan saat di mana seorang wanita mengalami berhentinya haid, yaitu
tidak mendapat haid lagi dalam 12 bulan berturut-turut. Monopause merupakan proses
alamiah yang dialami setiap wanita yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa menopause ini. Bukan saja lansia wanita yang mengalami penurunan hormone ini, lansia pria
pun juga mengalami keadaan yang disebut andropause. Keadaan ini ekuivalen dengan
monopause pada wanita. Berkurangnya hormon terjadi sedikit demi sedikit, tidak mendadak
seperti yang terjadi pada wanita. Tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dan tidak ada gejala-gejala yang spesifik. Memang dari pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa kadar
testosterone (Hormon seksual pria) mulai menurun. Penurunan hormon seperti monopause,
andropause dan proses menua, merupakan perubahan alamiah yang dihadapi oleh semua
orang.Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar,tetapi langsung disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada
disekitar kelenjar tersebut.19
18
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.20-22 19
(21)
10
Penurunan psikis yang kedua yaitu krisis kemunduran fungsi motorik, dimana proses penuaan jelas terjadi pada fungsi pergerakan, menyangkut seluruh kerangka tulang dengan otot-otot yang menggerakkanya, terjadi atrofi(menjadi lebih kecil) pada sistem otot, tulang dan sandi. Atrofi otot menyebabkan otot lengan dan tungkai menjadi lebih kurus dan mengecil, tenaga berkurang dan melemah, gerakan lebih lamban dan mungkin menjadi agak kaku. Atrofi juga terjadi pada jaringan ikat sehingga elastisitas (kelenturan) dan kekuatannya
berkurang, dan sendi menjadi kaku.20 Biasanya, lansia mengeluh nyeri tulang dan sendi, nyeri
pinggang, pinggul dan punggung karena persendian yang tidak lentur lagi. Atrofi pada saraf mengakitbatkan melambatnya kecepatan hanaran saraf, refleks juga menurun sehingga lansia sering terlambat menggantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, dan kejadian lainnya yang tiba-tiba atau mendadak. Karena adanya atrofi otot dan saraf, gerakan menjadi lamban dan kaku, langkah jadi pendek-pendek, dan mudah terjadi gangguan keseimbangan dan rawan kecelakaan. Daya cengkeram menurun, kekuatan dan ketahanannya berkurang. Tidak dapat lagi memegang cangkir atau gelas yang berisi air terlalu lama, tidak dapat memegang dan mengangkat barang berat lagi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat,
mudah goyang, dan berdiri pun sudah tidak stabil. 21
Sedangkan penurunan psikis yang ketiga yaitu penurunan fungsi mental, dimana otak sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia sebab pikiran, perasaa, mental, dan jiwa manusia berpusat di otak. Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa dirinya tidak dapat mengingat dengan baik dibandingkan sebelumnya. Proses menua menyebabkan terjadinya gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan. Fungsi kognitif ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasaan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanan, dan pelaksanaan. Jadi dengan bertambahnya umur, sebagian besar lansia mengalami kemuduran daya ingat dan merupakan hal yang wajar jika lupa menaruh kaca mata, lupa nama tempat, lupa nama orang, lupa menyimpan kunci, kemudian tanpa dibantu atau dengan bantuan penjabaran fungsi atau
bentuk dari hal yang dilupakan. 22
c. Fakta Sosial Lansia
20
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
21
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35 22
(22)
11
Lansia akan mengalami proses perubahan dalam bidang sosial seperti lansia merasa tidak nyaman jika berada di tempat baru, lansia juga tidak merasa nyaman jika adanya perubahan jadwal dalam dirinya, contohnya lansia tidak lagi dapat mengatur jam mandinya sendiri makan siang, menonton televisi dan kegiataan rutin lainnya yang ketiga yaitu, perubahan dalam hal daya beli karna pengasilan sudah semakin berkurang lansia lebih banyak memikirkan matang-matang apa yang harus dibelinya. Lansia ada kemungkinan bahwa sebagai lansia kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Akibatnya, selalu ingin menjadi pusat perhatian dan berharap untuk dilayani. Kita jadi sering mengeluh tentang
kesehataan dan membesar-besarkan penyakit ringan yang kia derita.23
Lansia tetap minat terhadap penampilan. Tetapi sebaliknya, lansia yang tetap aktif dalam kegiataan sosial akan tetap merawat diri agar penampilannya lebih menarik dan ingin kelihatan tetap muda. Daya penyesuaian diri yang sudah lemah ini harus ditingkatkan dengan dukungan semua pihak karena lansia sulit untuk menyesuaikan diri,peran keluarga dan teman agar lansia dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan ini sangatlah penting. Lansia harus dianjurkan tetap mengikuti kegiatan sosial, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan tanpa menyesali masa lampau. Menikmati setiap kegiataan meskipun mungkin terasa membosankan karena sifatnya yang berulang-ulang. Kita harus bersyukur karena
mempunyai teman untuk berbagi lansia dapat menerima perubahan-perubahan ini. 24
d. Fakta Spiritual Lansia
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Perkembangan spiritual yang rendah dianggap sebagai area ketidak mampuan perkembangan spiritual, ini di sebabkan oleh pengalaman hidup negatif pada masa lampau, keyakinan inti negatif, asumsi negatif, bias harapan, evaluasi diri
negatif dan ketidak percayaan diri.25
23
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
24
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.82-84 25
(23)
12
Para lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiataan agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang lebih lagi dari pada masa mudanya. Hal ini disebabkan karna lansia ingin mendapatkan jawaban atau mendapatkan kekuatan ketika menghadapi stres, emosional, penyakit fisik, atau kematian. Contohnya seperti waktu masih muda, kita jarang memikirkan kematian. Pada waktu usia lanjut, kita mulai sering berpikir tentang kematian, hal itu adalah wajar. Kalau berpkir tentang kematian, biasanya kita cenderung mendua(ambivalen). Di satu pihak merasa senang karena akan kembali ke rumah bapa di surga. Tetapi di lain pihak merasa sedih karena akan berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Di satu pihak kita merasa siap jika dipanggil Tuhan tetapi di lain pihak merasa takut yang sama pada semua lansia adalah bahwa di dalam hati kecilnya, atau di lubuk hatinya yang paling dalam, ada sebuah permintaan, Tuhan kalau boleh, aku meninggal tanpa menderita lebih dulu. Sehingga ada waktu untuk pamit, ingin sadar secara mental, bebas dari rasa sakit, dan dipanggil Tuhan dalam damai dan tenang. Pada dasarnya, lansia takut mati karena sakit dan takut mati tanpa ada yang tahu. Kematian sesungguhnya sudah pasti akan terjadi hanya saja tidak pernah diketahui dengan tepat, kapan saat itu datang. Akhir dari rangkaian kehidupan di dunia ini merupakan hak Tuhan. Sehingga untuk mengahadapi masa
persiapan kematiannya parah lansia spiritualnya tidak mengalami penurunan.26
2.2.Konseling Pastoral
2.2.1.Definisi Konseling Pastoral
Konseling pastoral pada hakekatnya dipandang sebagai suatu proses pertolongan yang rohani bagi orang Kristianikarena upaya pertolongan melalui konseling pastoral didasarkan atas dan berakar dalam tugas penggembalaan seorang Pendeta, karena tugas-tugas itu telah berkembang selama beberapa abad dan terus berkembang sebagai reaksi terhadap tuntutan
Firman Allah dan kebutuhan-kebutuhan manusia. Untuk lebih mengerti arti ”Konseling
Pastoral”, kita perlu memperhatikan istilah” Konseling” dan istilah “pastoral”.
Istilah “Kounsellor” sudah dipakai dalam Perjanjian Lama seperti dalam Kitab 1 Tawarikh 27:32: dan juga Yesaya 9:5. Sedangkan dalam perjanjian Baru sering disamakan dalam hubungan dengan Roh Kudus yang mempunyai pengertian lain sebagai penghibur. Sampai sekarang ada banyak defenisi konseling yang diungkapkan para ahli sesuai sudut pandang masin-masing. Walaupun demikian, di samping perbedaan-perbedaan yang ada disana sini, ditemukan juga persamaan-persamaan pengertian yang dijumpai di dalam
26
(24)
13
defenisi-defenisi konseling tersebut. Misalnya, semua ahli setujuh bahwa konseling biasanya merupakan proses pertolongan psikologis yang terbatas karena usaha pertolongan yang intens dan mendalam sudah lama menjadi bidang psikiatri apabila sudah disertai dengan pengobatan. Seandainya tidak ada pembagian yang jelas antara tangung- jawab psikiater dengan konselor, maka sudah tentu usaha menolong dengan cara konseling tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik dan benar. Dengan kata lain, bila upaya dan pelayanan psikiater dan konselor adalah jelas, masing-masing menghargai batas-batas pertolongannya. Kemudian persamaan yang lain ialah dalam hal terbatas pertolongan konselor. Para ahli sependapat bahwasannya konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menggap bahwa keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang bersangkutan. Dengan demikian konselor menghargai konseli sepenuhnya, dan menghargai
kemampuan yang ada dalam diri konseli.27
Jika kita hendak memberi jawab terhadap pengertian konselin dari apa yang sudah terurai secara singkat di atas, demikian bahwa konseling adalah proses pertolongan yang ada hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang beberapa orang yang ditolong. Melalui proses itu, diharapkan konseling dapat memperoleh kekuatan baru, wawasan yang baru untuk memahami dan jika mungkin mengatasi permasalahan yang di hadapinya. Jika sudah jelas, secara gampang dapat dikatakan bahwa konseling pastoral adalah konseling plus pastoral, jadi konseling pastoral itu sendiri dapat dikatakan memiliki
cakupan yang lebih lengkap dari konseling” pastoral “terhadap konseling itu sendiri, bukan
memperluas dan bukan juga mempersempit konseling karena memang yang disumbangkan
oleh “pastoral” terhadap konseling adalah dimensi-dimensi rohaniah dan suatu perspektif
menyeluruh seperti sudah dikatakan.28 Berbeda dengan psikoter pendampingan pastoral
diarahkan untuk menjadi sarana karunia Allah. Keselamatan individual dan kelompok adalah
sasarannya. Namun, sama seperti defenisi “ kesehatan “, defenisi “keselamatan” juga sangat
bervariasi. Pelayanan pastoral lebih dipengaruhi oleh konteksnya, namun konteks selalu ada
dalam semua bentuk hubungan pelayanan.29
2.3.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia
27
Aart Martin Van Beek.Konseling Pastoral sebuah buku pengangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.3-5
28
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.6
29
(25)
14
Konseling pastoral sebagai disiplin praktis seharusnya mempunyai manfaat yang berbeda didalam, setiap situasi yang berbeda. Kebudayaan, keadaan dan kepribadian setiap konseli memang berlainan sehingga pedekataan kita perlu disesuaikan. Howard Clinebell, seorang ahli konseling pastoral telah mengusulkan6 fungsi konseling pastoral yaitu:
1. Fungsi Membimbing
Para konseli di Indonesia cenderung untuk mengharapkan fungsi ini dari proses pertolongan. Mereka ingin diberi jalan keluar. Sayang sekali para konselor terlalu sering sanggup untuk memberikan nasehat yang setengah matang, dan tidak mampu memenuhi harapan itu. Sepatutnya fungsi membimbing ini muncul dalam usaha menolong konseli untuk mengambil keputusan- keputusan mengenai hidupnya sendiri keputusan mengenai profesi yang dipilih, mengenai teman hidup yang cocok dan seterunya. Ternyata acapkali kehidupan memaksa kita untuk mengambil keputusan dalam menghadapi dilemma yang kompleks sekali. Untuk menghindari saran-saran dari konselor yang belum dipertimbangkan secara
mendalam, sebaiknya konselor bersama konseli meneliti semua alternative secara lengkap.30
2. Fungsi Memperbaiki hubungan
Hampir semua persoalan konseli sedikit banyak menyangkut hubungan dengan oran lain. Jikalau hubungan itu tidak perhatikan oleh konselor pelayanannya dapat menjadi tidak relevan. Oleh sebab itu( Khususnya di Indonesia) kita membutuhkan fungsi konseling pastoral yang menjamin konselor itu bercimpung dalam menyelesaikan ketegangan yang timbul dalam hubungan itu. Kesulitan komunikasi biasanya merupakan persoalan yang paling mendasar. Konselor tidak memihak kepada konseling atau sebaliknya anggota-anggota keluarganya atau temannya. Dalam menolong proses komunikasi, semua orang yang terlibat menjadi konseli, Kita menjadi perantara yang netral, perantara yang berkewajiban untuk secara terus menerus membuka jalur komunikasi timbal balik. Perbaiki komunikasi ini tentu perlu disesuaikan dengan keadaan dan kebudayaan para konseli. Penting sekali semua konseli menerima konselor sebagai perantara, apalagi sebagai perantara yang harus tegas, walaupun
tidak keras.31
3. Fungsi Menopang
30
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
31
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
(26)
15
Konseli yang menghadapi krisis psikis atau penderita yang diserang oleh rasa sakit yang tajam sekali sulit di ajak berbiacara melalui percakapaan yang mendalam. Pada umunya konselor dan konseli hanya dapat memfokus pada masalah inti. Tanggapan-tanggapan dari konselor adalah singkat, tepat dan menekankan perasaan konseli. Kehadiran yang baik dan komunikasi non-lisan dari konselor banyak menolong sebab biasanya konseli sangat
gelisah.32 Fungsi menopang merupakan salah satu aspek dari perspektif penggembalaan yang
menekankan “standing by” (pendampingan). Penopangan berkaitan dengan segala situasi
yang tak dapat berubah, atau paling sedikit tidak bias diubah untuk saat ini. Dalam hal ini
sustaining berasal dari kata sustenance, yang artinya “menjaga agar tetap hidup”. Sustaining
merupakan pelayanan yang dilakukan dengan cara memberi dukungan (support) dan dorongan (encouragement) melalui pendampingan ketika sesuatu telah hancur atau tidak berfungsi sehingga tidak memadai terhadap seluruh restorasi situasional. Pelayanan pendampingan dominan dalam dua macam situasi yaitu ketika orang mengalami shock dan kehilangan (berpisah dengan orang yang sangat dikasihi), sedangkan situasi yang kedua yaitu pada situasi kerusakan yang tak dapat diubah (irreversible) atau mengalami degenerasi : penyakit kanker yang tak bisa dioperasi. Dalam hal ini pelayanan dilakukan untuk menghibur (comfort) serta mendukungnya dalam situasi yang dihadapi. Selain itu pendampingan direfleksikan dengan memberikan harapan yang sifatnya eskatologis sebagai konsekuensi hidup orang Kristen agar memperoleh kesempatan dari Tuhan yang sanggup merestorasi keadaannya.
4. Fungsi Menyembuhkan
Konseli sering mempunyai perasaan yang belum pernah diungkapkan secara lengkap. Barangkali dia pernah mengalami suatu trauma psikis seperti kehilangan seseorang atau pernah menyaksikan sesuatu yang mengerikan seperti perang atau pembunuhan-pembunuhan atau mengalami kecelakaan bis. Atau ia merasa bersalah karena pernah melakukan sesuatu yang etis terhadap teman hidupnya, padahal teman hidup itu sudah tidak ada lagi. Atau dia menyimpan rasa dendam tanpa habisnya. Fungsi menyembuhkan dari konseling pastoral dapat menolong konseli untuk menyembuhkan hatinya. Tidak jarang tekanan batin konseli
32
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
(27)
16
menimbulkan penyakit psikosomatis sperti colitis atau penyakit jantung, penyakit maag dan
sebagainya, Doa yang singkat sesudah percakapan selesai biasanya ikut menolong.33
5. Fungsi Mengasuh/ memelihara
Diharapakan bahwa konseli akan berkembang dan terus menerus menjadi dewasa didalam menghadapi masalah-masalah hidup. Seharusnya konselor tidak hanya punya tujuan meringankan penderitaan konseli untuk sementara saja dengan resiko besok masalahnya kembali lagi, tetapi konselor perlu memperkuat konseli. Fungsi ini sebenarnya hamper selalu dapat keluar dalam konseling. Itu alasanya untuk tidak terlalu banyak menesehati konseli dan untuk menegaskan tanggung jawab konseli dalam menolong diri sendiri. Apabila konseli tidak membutuhkan kita lagi, kita sudah berhasil. Jangan konselor menciptakan
ketergantungan konseli pada diri konselor, sebab itu hanya membuat konseli lebih lemah.34
6. Fungsi Mengutuhkan
Fungsi mengutuhkan adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama dari pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek
kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental dan spiritual. 35penggembalaan dan konseling
pastoral adalah pemanfaatan hubungan antara seseorang dan orang lainnya di dalam pelayanan. Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu orang lainnya atau dalam suatu kelompok kecil. Hubungan itu memungkinkan timbulnya kekuataan dan pertumbuhan yang menyembuhkan baik dalam diri orang-orang yang dilayani tersebut maupun di dalam relasi-relasi mereka. Konseling pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat memperbaiki, yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi pertumbuhannya. Pengembalaan dan konseling baru bersifat holistik (menyeluruh), artinya berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan manusia dalam dimensinya. Model itu berorientasi pada sistem-sistem, artinya keutuhan orang dilihat dalam
33
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.10
34
art Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
35
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.12
(28)
17
keterlibatannya dalam segala hubungan-hubungannya yang penting dan saling
ketergantungannya dengan orang-orang, kelompok-kelompok dan institusi-insitusi.36
Dengan cara menolong orang belajar memperkembangkan kekuataan dan kehidupan iman dan nilai-nilainya serta memperkembangkan hubungan mereka dengan Roh pengasih alam semesta, kini dan di sini. Dalam kelompok-kelompok pertumbuhan seperti itu, orang akan dapat menemukan dimensi-dimensi baru dari keutuhan hidup yang dapat diperkembangkan dalam tahap mereka sekarang ini. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan-hubungan perilaku sering mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang penting. Karena itu konseling pastoral bertujuan untuk membantu orang menghadapi masalah-masalah mereka yang mendesak secara konstruktif, mengambil keputusan-keputusan, memikul pertanggungjawaban-pertanggungjawaban, dan memperbaiki perilaku mereka yang menyakiti diri sendiri dan orang lain; tetapi juga sama pentingnya, yakni membantu mereka mengungkapkan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan pemahaman-pemahaman akan diri mereka sendiri, yang merintangi pertumbuhan mereka sehingga akan memperoleh kekuatan, kemantapan, harga diri dan semangat untuk mengatasi
krisis-krisis di masa mendatang.37
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini penulis mendeskripsikan dan menganalisa tentang peran konseling pastoral bagi lansia dipanti Whreda Mandiri Jaya Salatiga.
3.1 Gambaran Lapangan Data
Lansia adalah usia yang boleh dikatakan tidak produktif lagi. Kebutuhan dasar lansia yaitu teman curhat karena lansia menyadari bahwa dia sudah tidak produktif lagi dalam hal tidak dapat mencari uang, tidak dapat memberi keturunan atau lebih tepatnya dia tidak dapat melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan manusia sehingga lansia sering merasa
kehadirannya tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang terdekatnya38. Di panti Wherda yang
merupakan panti untuk para lansia yang berdiri mulai 1995 dengan tujuan awal untuk
36
Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002),hal32- 36
37
Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002), hal 37-45
38
(29)
18
membantu panti salib putih, mempunyai 15 orang lansia, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 8 wanita. Para pasien ini berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Di panti Whreda ada 4relawandengan pembagian shift, 3 tenaga kerja bekerja dari jam 06.00 sampai dengan jam 12.00, sedangkan 1 orang tenaga kerja bekerja dari jam 12.00 sampai dengan jam 15.00. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja dari jam 06.00 sampai jam 09.00 yaitu memasak dan mempersiapakan makanan untuk para lansia, sedangkan pada jam 10.00 relawan memberikan makan kepada lansia, sehabis lansia makan
barulah para relawan melanjutkan tugas mereka membersihkan kamar-kamar
lansia,memandikan para lansia dan tugas terakhir relawan yang bershift pada jam 06.00 sampai dengan jam 12.00 yaitu menyunci baju lansia. Sedangkanpada jam 12.00 sampai dengan jam 15.00 kegiatan yang dilakukan oleh relawan yaiturelawan mempersiapkan minum sore seperti teh dan juga roti, setelah itu relawan memasak untuk makan malam para lansia.Kegiatan-kegiatan ini yang rutin dilakukan oleh para relawan setiap hari senin sampai
jumat di panti Wherda.39 Panti inipun mempunyai seorang ibu asrama yang selalu menjaga
pasien 24 jam, adapun kewajiban dari ibu asrama yaitu mengontrol, mengatasi, melindungi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang di alami oleh setiap lansia maupun relawan yang melayani dipanti Wherda. Adapun kegiatan rutin yang dipimpin oleh ibu panti yaitu melakukan ibadah bersama bagi lansia dan relawan yang diadakan setiap hari Sabtu pada jam 09.00. Ibadah gabungan ini dimulai dengan menyanyi, doa untuk renungan, renungan, menyanyi dan doa penutup. Ibu asrama pun mempunyai kewajiban pada hari Jumat sampai dengan hari Sabtu yaitu mengerjakan setiap tugas dari relawan karena relawan panti Wherda
hanya bertugas sampai hari jumat40.
Lansia dipanti Wherda juga mendapatkan konseling pastoral dari konselor yang di tugaskan dipanti Wherdadengan jadwal pertemuan yaitu setiap hari selasa, jam 10:00 sampai jam12.00.Dalam konseling pastoral tersebut adapun kegiatan yang dilakukan seperti menanyakan keadaan lansia, ketika lansia mempunyai permasalahan lansia secara otomatis menceritakan permasalahan kepada konselor sehingga konselor hanya mendengarkan cerita para lansia, setelah itu konselor memberikan arahan melalui alternatif yang kereatif, seperti istilah yang sering disebut penyembuhan luka batin, cara ini dianggap berhasil oleh konselor jika terapkan di panti Wherda sehingga sering diterapkan di panti Wherda. Penyebuhan luka batin ini dilakukan dengan cara konselor menyiapkan sebuah bangku kosong dan meminta
39
Hasil wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19September 2015 pukul 11.00 WIT
40
(30)
19
lansia untuk menganggap bangku kosong itu sebagai orang yang membuat luka batin kepada lansia, sehingga lansia boleh berkata apa saja kepada bangku kosong itu, setelah lansia sudah merasa lega dengan isi hati yang sudah diungkapkan melalui bangku kosong maka konselor memberikan arahan sehingga lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Setelah lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi,
pastoral menutup konseling pastoral dengan doa41. Menurut para lansia, waktu satu minggu
sekali adalah waktu yang tidak cukup untuk proses konseling, mengingat bahwa dengan keterbatasanya waktu yaitukonseling pastoral hanya berlangsung dari jam 10.00 sampai
dengan jam 12.00, sedangkan ada 15 lansia yang juga harus di lanyani.42
Adapun kegiatan yang sering dilakukan oleh tim pastoral pada lansia yaitu tim pastoral bertanya kabarmereka, apa yangmereka rasakan, apa yang menjadi keinginan mereka, apa yang menjadi masalah mereka, setelah itu mereka bercerita (sering) dan selalu ditutup dengan doa. Jadi menurut para lansia konseling pastoral yang di lakukan dengan ibadah lebih bersifat pemberian nasehat dan bukan untuk berbagi masalah ataupun pengalaman para lansia. Para lansia merasa kurang ada hubungan pribadi dengan konselor karena konselor hanya memberikan ibadah, hal itu yang menyebabkan tidak adanya keterbukaan dari lansia kepada
konselor.43Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para lansia dipanti wherda yaitu, setiap
pagi mereka melakukan doa bersama dengan teman sekamar dan juga biasanya mereka duduk bercerita dan saling berbagi pengalaman bersama, setelah itu mereka melakukan aktifitas seperti biasanya yaitu, mandi, makan, dan beristirahat. Tidak ada kegiatan yang diharuskan panti untuk dilakuakan bersama, sehingga mereka bebas melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka, kecuali hari hari sabtu barulah mereka bersama-sama
mengikuti ibadah bersama.44Berdasarkan hasil penelitian, kunjungan dari keluarga dan
anak-anak para lansia dipanti Whreda sangat kurang,hal ini terlihat dariwaktukunjungan dari keluarga dan anak-anak para lansia. Ada 2 orang lansia yang hanya dalam jangka waktu satu tahun sekali di kunjungi,sedangkan 13 lansiatidak mendapat kunjungan sama sekali.Keluarga maupun anak-anak lansia kebanyakan mereka hanya mengirimkan uang kepada orang tua mereka melalui ibu asarama.hal yang ini yang menurut para lansia membuat mereka merasa
stres karena lansia merasa kurang diperhatikan dan kurang adakasih sayang dari keluarga.45
41
Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT
42
Hasil wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT
43
Hasil wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT
44
Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT
45
(31)
20
3.2 Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Panti Wherda
Adapun beberapa persoalan yang terjadi pada lansia di panti wherda akibat krisis manula seperti persoalan perubahan bentuk fisik, psikis,sosial dan spiritual lansia. Perubahan fisik yang terjadi yaitu lansia dipanti Wherda mengalami kelemahan tubuh,hal ini menyebabkan lansia sudah tidak kuat lagi melakukan aktifitas yang berlebihan. Lansia juga mengalami perununan berat badan sehingga lansia hanya berharap pada relawan di panti untuk mengurus mereka dengan memberi makan, memandikan dan mengurus semua keperluan mereka. Kelemahan tubuh lansia juga terlihat dari penurunan sistem pencernaan makanan, makanan akan mulai sulit di kunyah karena gigi sudah tidak dapat mengunya dengan baik,maka itu relawan selalu menyediakan makanan yang lebih lunak sehingga tidak perlu di kunyah.
Adapun perubahan Psikis lansia di panti Wherda yaitu yang berkurangnya produksi hormon, krisis ini di sebut sebagai monopause, sedangkan untuk para pria penuruan hormone, yang di sebut andropause.Ditahap ini lansia di panti Wherda mulai mengalami kelemahan otot-otot tubuh sehingga gerak tubuh mereka semakin melambat dan kaku, lansia juga mengalami kemunduran daya ingat, sehingga mereka sering melupakan kejadian-kejadian yang telah berlalu dan juga sering melupakan apa yang harus lansia lalukan. Lansia juga sering melupakan barang-barang yang mereka simpan.
Persoalan sosial yang terjadi pada lansia di panti wherda yaitudimana lansia mengalami proses perubahan sosial dengan lingkungan baru, yang biasanya mereka tinggal di rumah sendiri dan leluasa melakukan segala hal sekarang mereka harus hidup di tempat yang baru dengan suasana baru, lingkungan baru, dan dengan orang-orang baru dengan begitu banayak peraturan yang harus mereka lakukan, terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman dan ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Perubahan lain yang dialami oleh para lansia yaitu kekurangan penghasilan sehingga mereka tidak dapat membeli apapun yang mereka inginkan, mereka harus benar-benar memilih kebutuhan apa yang memang benar-benar mereka butuhkan, hal ini juga yang mengakibatkan banyak lansia yang tidak memperhatikan penampilan mereka, sehingga apa adanya saja, terkecuali beberapa lansia yang masih memperhatikan penampilan mereka agar tetap terlihat menarik. Namum sampai pada saat ini mereka dapat menerima keadaan panti dan tetap menetap dipanti walaupun mungkin mereka kurang merasa nyaman.
(32)
21
Sedangkan persoalan spritualitas para lansia dipanti whreda yaitu dalam masa senja lansia sangat membutuhkan penguatan dalam diri lewat hubungan mereka dengan Tuhan lewat ibadah-ibadah yang sering dilakukan dipanti, namun yang sering terjadi walaupun panti ini adalah panti Kristen namun kegiatan rohani seperti ibadah-ibadah sangat kurangkarena ibadah bersama hanya dilakukan setiap sabtu pagi, sedangkan hari-hari biasa mereka tidak diwajibkan untuk berdoa bersama sehingga mereka berdoa secara pribadi sendiri-sendiri di kamar mareka, tetapi adapun lansia yang tidak sempat berdoa sama sekali. Hal ini yang
mengakibatkan hubungan spiritual para lansia sangat kurang.46
3.3 Analisa pelaksaanaan konseling pastoral bagi lansia dipanti Wherda Mandiri Jaya Salatiga
Konseling pastoral artinya seseorang yang siap kapan saja untuk melakukan pelayanan yang bisa memberikan suatu kelegaan dan memberikan sesuatu keringanan kepada konseli itu sendiri.Konseling itu berarti siap untuk menemani dalam hal mendengarkan keluhan konseli atau pada saat konseli membutuhkan penopangan dalam doa. Tetapi sesuai hasil penelitian di lapangan penulis menemukan fakta bahwa jadwal konseling pastoral dipanti Wherda hanya berlansung dengan jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa, waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkankecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral.
Berdasarkan teori Aart Van Beek, konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menganggap bahwa keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang bersangkutan, sehingga konselor menghargai konseli sepenuhnya dan menghargai kemampuan yang ada di dalam diri konseli. Teori ini sesuai dengan hasil di lapangan di mana penulis menemukan, konselor dipanti Wherda menganggap tugas utama dari seorang konseling pastoral adalah menjadi pendengar yang baik. Sehinggapelayanan yang diberikan adalah kehadiran konselor bukan mau memberikan pelajaran tetapi sebagai ibaratnya menjadi tong sampah,yang berarti konselor siap untuk menjadi wadah bagi lansia atau konseli untuk membuang sampah-sampah dalam arti semua keluh kesah dalam dirinya dikeluarkan dan seorang konselor hanya menjadi pendengar. Proses ini terlihat ketika konseling pastoral yang dilakukan oleh konselor dipanti Wherda dimulai dengan melakukan ibadah atau berdoa pribadi, lalu tim pastoral mengadakan penyembuhan luka-luka batin, dengan cara membuat kursi kosong sehingga konseli dengan bebas menceritakan berbagai
46
(33)
22
konflik yang terjadi, dalam bentuk kursi kosong di situ tim pastoral mau mereka melepaskan setiap beban yang ada pada diri mereka, sedangkan konselor hanya cukup mendengarkan,
adapun alternatif lain yang digunakan konselor dipanti Wherda.47
Howard Clinebell, mengatakan bahwa konseling pastoral dikatakan berhasil jika konselor mampu melakukan 6 fungsi konseling pastoral yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi mengasuh atau memelihara dan fungsi mengutuhkan.Menurut penulis, dari hasil penelitianpelaksanaan konseling pastoral bagi parah lansia dipanti Wherda tidak berhasilkarena walaupun tim pastoral sudah melakukan konseling pastoral dengan cara yang kreatif dan mudah diterima oleh parah lansia yaitu melalukan teknik kursi kosong seperti yang sudah dijelaskan diatas, tetapi karena kendala kurangnya kepercayaan konseli terhadap konselor sehingga sering dalam proses konseling pastoral terjadinya penipuan masalah yang dilakukan oleh konseli sehingga keenam fungsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dipanti Wherda.
IV. Kesimpulan dan Saran
Konseling pastoral sangatlah penting untuk para manula karna dengan adanya konseling pastoral mereka dapat tertolong untuk mengobati setiap masalah-masalah yang ada dalam diri mereka, dengan adanya konseling pastoral diharapkan manula saling membangun hubungan relasi yang baik dengan sesama manula, dengan adanya konseling pastoral manula dapat dibimbing dan diarahkan agar merekadapat mempersiapkan diri menghadapi akhir hidup mereka.Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa peran konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda Mandiri Salatigatidak sepenuhnya berhasil karena dalam proses kegiatan konseling pastoraltidak mencapai tujuan konseling pastoral yang sebenarnya yaitu membantu lansia menemukan jalan keluar bagi persoalan yang sedang di alami atau dapat di katakan konseling pastoral tidak terealisasikan. Berdasarkan hasil penelitian,konseling pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat prosedural saja atau hanya bersifat formal, sehingga fungsi-fungsi konselingpastoral itu tidak berlangsung dengan baik, disebabkan oleh waktukonseling yang terlalu singkat karenadalam jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa,pada jam10.00 sampai jam 12.00. Waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkan kecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral, sehingga hal tersebut juga yang membuat manula tidak mempunyai kedekatan batin
47
(34)
23
dengan konselor, dengan alasanitu menyebabkan kurangnya kepercayaan konseli dalam menceritakan masalah yang sedang dialami kepada konselor. Adapun alasan lain mengapa fungsi-fungsi pastoral kurang berlangsung dengan baik yaitu disebabkan juga oleh kegiatan yang berlangsungdipanti Wherda lebih bersifat ibadah dananak-anak dari lansia tidak mengunjungi lansia sehingga terjadinya stress pada lansia dan juga relawan panti yang menganggap bahwa tugas mereka hanyalah untuk membersihkan panti, mempersiapkan makan maupun menjaga kebersihan lansia, padahal tugas terpenting mereka adalah mendengar lansia.
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan kepada panti Wherda yaitudiharapkan panti Wherda memperbanyak kegiatan untuk para lansia, kegiatan itu sepertimelakukan ibadah bersama setiap malam, olah raga bersama agar para manula tidak merasa jenuh dan juga dapat memperat hubungan antara manula satu dan yang lain.
Daftar Pustaka
A. Jurnal
Ganzevoort, R.R. (2010). Minding the Wisdom of Ages: Narrative Approaches in Pastoral Care of the Elderly. Journal of Practical Theology, Vol. 331-340
Manthei, R. and Nourse, R. (2012). Evaluation Of a Counselling Service for the Elderly. Journal of Counselling , Vol. 32(2)
Suprapto, H. U.H.(2013). Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia.Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Vol. I (2), 190-198.
Febriani Patandianan R,Herlina I. S. Wungouw dan Sylvia Marunduh.(2015). Pengaruh
Latihan Beban terhadap Kuatan Otot Lansia, Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1.
Nur Asniati Djaali dan Dra Nursiah Sappaile. (2013). A Systematic Review: Group
Counselling for Older Peoplewith Depression. 2nd International Seminar on
Quality and Affordable Education (ISQAE.
Jeklin Linda Tambariki.(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
B. Buku
(35)
24
Collins, Dr. Gary R. Konseling Kristen Yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 2001.
Clinebell, Howard. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
Crabb, Larry. Konseling yang Efektif dan Alkitabiah. Diterjemahkan oleh Dra. Agnes M.
Frances. Yogyakrta: PBMR ANDI, 1995.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Model Logo Konseling Untuk Memperbaiki Low Spritiual Self-Esteem.Yogyakarta: Kanisius 2014.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Nilai Dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius 2014. Gerkin, Charles V. Konseling Pastoral Dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Hoffman, John C.Permasalahan Etis dalam Konseling. Yogyakarta: Kanisius, 1993. Nazir, M. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Santoso, Hanna dan Ismail, Andar.Memahami Krisis Lanjut Usia. Gunung Mulia: Jakarta,
2012.
Van Beek, Aart.Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.
Van Beek,Aart Martin. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Penolong di
Indonesia . Satya Wacana: Semarang, 1987.
Van Beek, Aart Martin. Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 1999.
Wiryasaputra, Totok S. Pengantar Konseling Pastoral. Yogyakarta: Diandra Pustaka
Indonesia, 2014.
Narasumber:
Wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19 September 2015 pukul 11.00 WIT Wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19 September 2015 pukul 13.00 WIT Wawancara dengan Bapak YK (inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT
(1)
19
lansia untuk menganggap bangku kosong itu sebagai orang yang membuat luka batin kepada lansia, sehingga lansia boleh berkata apa saja kepada bangku kosong itu, setelah lansia sudah merasa lega dengan isi hati yang sudah diungkapkan melalui bangku kosong maka konselor memberikan arahan sehingga lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Setelah lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi, pastoral menutup konseling pastoral dengan doa41. Menurut para lansia, waktu satu minggu sekali adalah waktu yang tidak cukup untuk proses konseling, mengingat bahwa dengan keterbatasanya waktu yaitukonseling pastoral hanya berlangsung dari jam 10.00 sampai dengan jam 12.00, sedangkan ada 15 lansia yang juga harus di lanyani.42
Adapun kegiatan yang sering dilakukan oleh tim pastoral pada lansia yaitu tim pastoral bertanya kabarmereka, apa yangmereka rasakan, apa yang menjadi keinginan mereka, apa yang menjadi masalah mereka, setelah itu mereka bercerita (sering) dan selalu ditutup dengan doa. Jadi menurut para lansia konseling pastoral yang di lakukan dengan ibadah lebih bersifat pemberian nasehat dan bukan untuk berbagi masalah ataupun pengalaman para lansia. Para lansia merasa kurang ada hubungan pribadi dengan konselor karena konselor hanya memberikan ibadah, hal itu yang menyebabkan tidak adanya keterbukaan dari lansia kepada konselor.43Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para lansia dipanti wherda yaitu, setiap pagi mereka melakukan doa bersama dengan teman sekamar dan juga biasanya mereka duduk bercerita dan saling berbagi pengalaman bersama, setelah itu mereka melakukan aktifitas seperti biasanya yaitu, mandi, makan, dan beristirahat. Tidak ada kegiatan yang diharuskan panti untuk dilakuakan bersama, sehingga mereka bebas melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka, kecuali hari hari sabtu barulah mereka bersama-sama mengikuti ibadah bersama.44Berdasarkan hasil penelitian, kunjungan dari keluarga dan anak-anak para lansia dipanti Whreda sangat kurang,hal ini terlihat dariwaktukunjungan dari keluarga dan anak-anak para lansia. Ada 2 orang lansia yang hanya dalam jangka waktu satu tahun sekali di kunjungi,sedangkan 13 lansiatidak mendapat kunjungan sama sekali.Keluarga maupun anak-anak lansia kebanyakan mereka hanya mengirimkan uang kepada orang tua mereka melalui ibu asarama.hal yang ini yang menurut para lansia membuat mereka merasa stres karena lansia merasa kurang diperhatikan dan kurang adakasih sayang dari keluarga.45
41
Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT 42
Hasil wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT 43
Hasil wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT 44
Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT 45
(2)
20
3.2 Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Panti Wherda
Adapun beberapa persoalan yang terjadi pada lansia di panti wherda akibat krisis manula seperti persoalan perubahan bentuk fisik, psikis,sosial dan spiritual lansia. Perubahan fisik yang terjadi yaitu lansia dipanti Wherda mengalami kelemahan tubuh,hal ini menyebabkan lansia sudah tidak kuat lagi melakukan aktifitas yang berlebihan. Lansia juga mengalami perununan berat badan sehingga lansia hanya berharap pada relawan di panti untuk mengurus mereka dengan memberi makan, memandikan dan mengurus semua keperluan mereka. Kelemahan tubuh lansia juga terlihat dari penurunan sistem pencernaan makanan, makanan akan mulai sulit di kunyah karena gigi sudah tidak dapat mengunya dengan baik,maka itu relawan selalu menyediakan makanan yang lebih lunak sehingga tidak perlu di kunyah.
Adapun perubahan Psikis lansia di panti Wherda yaitu yang berkurangnya produksi hormon, krisis ini di sebut sebagai monopause, sedangkan untuk para pria penuruan hormone, yang di sebut andropause.Ditahap ini lansia di panti Wherda mulai mengalami kelemahan otot-otot tubuh sehingga gerak tubuh mereka semakin melambat dan kaku, lansia juga mengalami kemunduran daya ingat, sehingga mereka sering melupakan kejadian-kejadian yang telah berlalu dan juga sering melupakan apa yang harus lansia lalukan. Lansia juga sering melupakan barang-barang yang mereka simpan.
Persoalan sosial yang terjadi pada lansia di panti wherda yaitudimana lansia mengalami proses perubahan sosial dengan lingkungan baru, yang biasanya mereka tinggal di rumah sendiri dan leluasa melakukan segala hal sekarang mereka harus hidup di tempat yang baru dengan suasana baru, lingkungan baru, dan dengan orang-orang baru dengan begitu banayak peraturan yang harus mereka lakukan, terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman dan ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Perubahan lain yang dialami oleh para lansia yaitu kekurangan penghasilan sehingga mereka tidak dapat membeli apapun yang mereka inginkan, mereka harus benar-benar memilih kebutuhan apa yang memang benar-benar mereka butuhkan, hal ini juga yang mengakibatkan banyak lansia yang tidak memperhatikan penampilan mereka, sehingga apa adanya saja, terkecuali beberapa lansia yang masih memperhatikan penampilan mereka agar tetap terlihat menarik. Namum sampai pada saat ini mereka dapat menerima keadaan panti dan tetap menetap dipanti walaupun mungkin mereka kurang merasa nyaman.
(3)
21
Sedangkan persoalan spritualitas para lansia dipanti whreda yaitu dalam masa senja lansia sangat membutuhkan penguatan dalam diri lewat hubungan mereka dengan Tuhan lewat ibadah-ibadah yang sering dilakukan dipanti, namun yang sering terjadi walaupun panti ini adalah panti Kristen namun kegiatan rohani seperti ibadah-ibadah sangat kurangkarena ibadah bersama hanya dilakukan setiap sabtu pagi, sedangkan hari-hari biasa mereka tidak diwajibkan untuk berdoa bersama sehingga mereka berdoa secara pribadi sendiri-sendiri di kamar mareka, tetapi adapun lansia yang tidak sempat berdoa sama sekali. Hal ini yang mengakibatkan hubungan spiritual para lansia sangat kurang.46
3.3 Analisa pelaksaanaan konseling pastoral bagi lansia dipanti Wherda Mandiri Jaya Salatiga
Konseling pastoral artinya seseorang yang siap kapan saja untuk melakukan pelayanan yang bisa memberikan suatu kelegaan dan memberikan sesuatu keringanan kepada konseli itu sendiri.Konseling itu berarti siap untuk menemani dalam hal mendengarkan keluhan konseli atau pada saat konseli membutuhkan penopangan dalam doa. Tetapi sesuai hasil penelitian di lapangan penulis menemukan fakta bahwa jadwal konseling pastoral dipanti Wherda hanya berlansung dengan jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa, waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkankecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral.
Berdasarkan teori Aart Van Beek, konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menganggap bahwa keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang bersangkutan, sehingga konselor menghargai konseli sepenuhnya dan menghargai kemampuan yang ada di dalam diri konseli. Teori ini sesuai dengan hasil di lapangan di mana penulis menemukan, konselor dipanti Wherda menganggap tugas utama dari seorang konseling pastoral adalah menjadi pendengar yang baik. Sehinggapelayanan yang diberikan adalah kehadiran konselor bukan mau memberikan pelajaran tetapi sebagai ibaratnya menjadi tong sampah,yang berarti konselor siap untuk menjadi wadah bagi lansia atau konseli untuk membuang sampah-sampah dalam arti semua keluh kesah dalam dirinya dikeluarkan dan seorang konselor hanya menjadi pendengar. Proses ini terlihat ketika konseling pastoral yang dilakukan oleh konselor dipanti Wherda dimulai dengan melakukan ibadah atau berdoa pribadi, lalu tim pastoral mengadakan penyembuhan luka-luka batin, dengan cara membuat kursi kosong sehingga konseli dengan bebas menceritakan berbagai
46
(4)
22
konflik yang terjadi, dalam bentuk kursi kosong di situ tim pastoral mau mereka melepaskan setiap beban yang ada pada diri mereka, sedangkan konselor hanya cukup mendengarkan, adapun alternatif lain yang digunakan konselor dipanti Wherda.47
Howard Clinebell, mengatakan bahwa konseling pastoral dikatakan berhasil jika konselor mampu melakukan 6 fungsi konseling pastoral yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi mengasuh atau memelihara dan fungsi mengutuhkan.Menurut penulis, dari hasil penelitianpelaksanaan konseling pastoral bagi parah lansia dipanti Wherda tidak berhasilkarena walaupun tim pastoral sudah melakukan konseling pastoral dengan cara yang kreatif dan mudah diterima oleh parah lansia yaitu melalukan teknik kursi kosong seperti yang sudah dijelaskan diatas, tetapi karena kendala kurangnya kepercayaan konseli terhadap konselor sehingga sering dalam proses konseling pastoral terjadinya penipuan masalah yang dilakukan oleh konseli sehingga keenam fungsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dipanti Wherda.
IV. Kesimpulan dan Saran
Konseling pastoral sangatlah penting untuk para manula karna dengan adanya konseling pastoral mereka dapat tertolong untuk mengobati setiap masalah-masalah yang ada dalam diri mereka, dengan adanya konseling pastoral diharapkan manula saling membangun hubungan relasi yang baik dengan sesama manula, dengan adanya konseling pastoral manula dapat dibimbing dan diarahkan agar merekadapat mempersiapkan diri menghadapi akhir hidup mereka.Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa peran konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda Mandiri Salatigatidak sepenuhnya berhasil karena dalam proses kegiatan konseling pastoraltidak mencapai tujuan konseling pastoral yang sebenarnya yaitu membantu lansia menemukan jalan keluar bagi persoalan yang sedang di alami atau dapat di katakan konseling pastoral tidak terealisasikan. Berdasarkan hasil penelitian,konseling pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat prosedural saja atau hanya bersifat formal, sehingga fungsi-fungsi konselingpastoral itu tidak berlangsung dengan baik, disebabkan oleh waktukonseling yang terlalu singkat karenadalam jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa,pada jam10.00 sampai jam 12.00. Waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkan kecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral, sehingga hal tersebut juga yang membuat manula tidak mempunyai kedekatan batin
47
(5)
23
dengan konselor, dengan alasanitu menyebabkan kurangnya kepercayaan konseli dalam menceritakan masalah yang sedang dialami kepada konselor. Adapun alasan lain mengapa fungsi-fungsi pastoral kurang berlangsung dengan baik yaitu disebabkan juga oleh kegiatan yang berlangsungdipanti Wherda lebih bersifat ibadah dananak-anak dari lansia tidak mengunjungi lansia sehingga terjadinya stress pada lansia dan juga relawan panti yang menganggap bahwa tugas mereka hanyalah untuk membersihkan panti, mempersiapkan makan maupun menjaga kebersihan lansia, padahal tugas terpenting mereka adalah mendengar lansia.
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan kepada panti Wherda yaitudiharapkan panti Wherda memperbanyak kegiatan untuk para lansia, kegiatan itu sepertimelakukan ibadah bersama setiap malam, olah raga bersama agar para manula tidak merasa jenuh dan juga dapat memperat hubungan antara manula satu dan yang lain.
Daftar Pustaka A. Jurnal
Ganzevoort, R.R. (2010). Minding the Wisdom of Ages: Narrative Approaches in Pastoral Care of the Elderly. Journal of Practical Theology, Vol. 331-340
Manthei, R. and Nourse, R. (2012). Evaluation Of a Counselling Service for the Elderly. Journal of Counselling , Vol. 32(2)
Suprapto, H. U.H.(2013). Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia.Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Vol. I (2), 190-198.
Febriani Patandianan R,Herlina I. S. Wungouw dan Sylvia Marunduh.( 2015). Pengaruh Latihan Beban terhadap Kuatan Otot Lansia,Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1.
Nur Asniati Djaali dan Dra Nursiah Sappaile. (2013). A Systematic Review: Group Counselling for Older Peoplewith Depression.2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE.
Jeklin Linda Tambariki.(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
B. Buku
(6)
24
Collins, Dr. Gary R. Konseling Kristen Yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2001.
Clinebell, Howard. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Crabb, Larry. Konseling yang Efektif dan Alkitabiah. Diterjemahkan oleh Dra. Agnes M. Frances. Yogyakrta: PBMR ANDI, 1995.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Model Logo Konseling Untuk Memperbaiki Low Spritiual Self-Esteem.Yogyakarta: Kanisius 2014.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Nilai Dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius 2014. Gerkin, Charles V. Konseling Pastoral Dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Hoffman, John C.Permasalahan Etis dalam Konseling. Yogyakarta: Kanisius, 1993. Nazir, M. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Santoso, Hanna dan Ismail, Andar.Memahami Krisis Lanjut Usia. Gunung Mulia: Jakarta,
2012.
Van Beek, Aart.Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.
Van Beek,Aart Martin. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Penolong di Indonesia . Satya Wacana: Semarang, 1987.
Van Beek, Aart Martin. Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 1999.
Wiryasaputra, Totok S. Pengantar Konseling Pastoral. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014.
Narasumber:
Wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19 September 2015 pukul 11.00 WIT Wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19 September 2015 pukul 13.00 WIT Wawancara dengan Bapak YK (inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT Wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT