Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggelapan Pajak oleh Notaris/PPAT Ditinjau dari Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi T2 322013035 BAB IV

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. BPHTB telah menjadi uang Negara pada saat peralihan hak
atas tanah dan bangunan tersebut terjadi karena pada saat
itulah telah terjadi pemenuhan hak dan kewajiban, dimana
transaksi peralihan hak atas tanah telah terjadi yang kemudian
menimbulkan kewajiban bagi negara untuk mengeluarkan
sertifikat peralihan hak atas tanah tersebut, dikarenakan
negara telah melaksanakan kewajibannya maka dari itu adalah
menjadi hak negara untuk menerima uang BPHTB tersebut.
Dengan kata lain BPHTB sudah masuk dalam kategori
keuangan negara ketika taatsbestand sudah ada.
2. Pemenuhan unsur Tindak Pidana Korupsi pada penyimpangan
pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) Pelaku dalam kasus ini Pelaku tidak membayar pajak PPh

Final / SSP dan BPHTB / SSB karena uang pajaknya dipergunakan
secara pribadi oleh Pelaku . Dengan tidak tebayarnya uang PPh
163

164
Final / SSP dan BPHTB / SSB tersebut padahal uang tersebut
adalah uang negara, sehingga negara mengalami kerugian keuangan
sebesar Rp 823.536.000,00 (delapan ratus dua puluh tiga juta lima
ratus tiga puluh enam ribu rupiah).
BPHTB adalah masuk dalam kategori keuangan negara
ketika taatsbestand sudah ada. Dengan tidak terbayarnya uang PPh
Final / SSP dan BPHTB / SSB padahal uang tersebut adalah uang
negara, maka dalam kasus tersebut negara mengalami kerugian
keuangan sebesar Rp 823.536.000,00 (delapan ratus dua puluh tiga
juta lima ratus tiga puluh enam ribu rupiah). Perbuatan Pelaku
tersebut dalam proses peralihan hak atas tanah dan bangunan SHM
295 / Kalibanteng Kulon, Kota Semarang tahun 2010 dengan
demikian memenuhi unsur delik pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), pasal 3 dan pasal 9 UU No. 31
Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU No. 20 Tahun 2001

tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 15 UU No.
31 Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 ayat (1)
ke 1 KUHP.

165

B.

Saran

1. Pengajuan peralihan hak atas tanah bumi dan bangunan yang
mensyaratkan salah satunya adalah bukti pembayaran hutang pajak,
menurut penulis seharusnya bukti pelunasan hutang pajak tersebut
perlu mendapat pengesahan kebenarannya (validasi) oleh Bank
Persepsi dan kantor pelayanan pajak (KPP).
2. Untuk mencegah potensi pemalsuan yang berujung pada penggelapan,
dalam pandangan penulis sebaiknya bukti fisik penyerahan uang
pelunasan utang pajak dari Wajib Pajak kepada notaris dibuatkan
dokumennya (seperti foto, tanda terima atau berita acara, dan lain-lain)

yang ditanda-tangani oleh Wajib Pajak dan penerima yang dalam hal
ini adalah Notaris/PPAT.