KEMAMPUAN TANAMAN MANGROVE UNTUK MENYERAP LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL(Pb).

SKRIPSI

KEMAMPUAN TANAMAN MANGROVE UNTUK
MENYERAP LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN
TIMBAL(Pb)

Oleh :

RINA
NPM : 0652010015

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2010

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


CURRICULUM VITAE
Peneliti
Nama Lengkap

:

Rina

NPM

:

0652010015

Tempat/ tanggal lahir

:

Surabaya / 20 Mei 1988


Alamat

:

Tamtama 35, Surabaya

Telp rumah

:

-

Nomor Hp.

:

085 – 645181334

Email


:

lhoupley_apple@yahoo.com

Pendidikan
No.

Nama Univ / Sekolah

Program Studi

1

FTSP UPN”Veteran” Jatim

Teknik Lingkungan

2


SMU Negeri 21 Surabaya

I PA

3
4

Mulai
Dari
sampai
2006
2010

Keterangan
LULUS

2003

2006


LULUS

SMP Hang Tuah I Surabaya

2000

2003

LULUS

SD Al-Hikmah Surabaya

1994

2000

LULUS

Tugas Akademik
No.


Kegiatan

Tempat/ Judul

Selesai tahun

1

Kuliah Lapangan

2008

Kunj. Pabrik

Waret Treatment Megumi dan pengelolaan Hutan
Mangrove, Bali.
Pabrik PT. Kertas Leces dan PT. PJB Paiton

2


2008

3

KKN

Kel. Medokan Ayu, Kec. Rungkut, Kota Surabaya.

2008

4

Kerja Praktek

2010

5

PBPAB


6

SKRI PSI

Studi Proses Pengelolaan dan Pengelolaan Limbah
Cair, Padat, Gas & B3 PT. Pabrik Gula Candi Baru,
Sidoarjo.
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan
I ndustri Gula.
Kemampuan Tanaman Mangrove untuk Menyerap
Logam Berat Merkuri (Hg) DAN Timbal(Pb).

Orang Tua
Nama

: Dwi Hendrata Bayuhardi

Alamat


: Tamtama 35, Surabaya

Pekerjaan

: Swasta

2010

2010

ABSTRAK
Hutan mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan
logam berat dalam jaringan tubuh sepeti daun, batang dan akar yang terbawa di
dalam sedimen, sebagian sumber hara tersebut dibutuhkan untuk melakukan
proses-proses metabolisme.
Dari hasil analisa organolaptik terdapat bukti nyata bahwa mangrove jenis
Bruguiera gymnorrhiza tahan terhadap konsentrasi toksik sedangkan mangrove
jenis Avicennia marina dan Rhizophora mucronata tidak tahan terhadap
konsentrasi toksik. Tetapi mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora
mucronata, dan Bruguiera gymnorrhiza dapat menyerap logam berat dengan

efektif terbukti pada analisa logam berat yang dilakukan.
Kemampuan mangrove dalam menyerap logam berat memiliki perlakuan
yang berbeda terhadap konsentrasi toksik pada setiap jenisnya, agar dapat
mengurangi tingkat pencemaran di atmosfer, tanah sedimen, dan air logam berat
dengan maksimal.
Kata kunci : mangrove, logam berat Pb dan Hg

vii

ABSTRACT
The power of mangrove forest can reserve and keep heavy metal in fabric
of body, suck as leaves, trunks, and the roots which allow in their sedimen.
From the analysis of organolaptic it proved that kind of mangrove,
Bruguiera gymnorhiza, can stand from toxic consentrasion. But for another
various like Avicennia marina and Rhizophora mucronata can’t against from
toxic consentration.
It proved by the heavy metal analisis that kind of mangrove such as
Avicennia marina, Rhizophora mucronata and Bruguiera gymnorhiza can reserve
heavy metal effectively.
The power of mangrove reserve the heavy metal which has different treath

whent from toxic consentration in every various so that can decrease the level of
land soil at atmosphere, sedimen, and heavy metal until maximum.
Keyword: mangrove, Pb and Hg heavy metal

viiviii

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keberadaan kadar logam berat yang terlarut baik pada air laut, sediment
maupun Lokan (Geloina coaxans) sangat tergantung pada baik buruknya
kondisi perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas yang terjadi disekitar
perairan baik di darat maupun areal pantainya maka kadar logam berat dapat
meningkat pula (Anonim, 2009).
Pantai Timur Surabaya diberitakan telah tercemar oleh merkuri (Hg) dan
timbal (Pb) saat ini, bila melihat data-data kesehatan dari beberapa hasil
penelitian memberikan indikasi bahwa kadar logam berat dalam tubuh warga
Surabaya telah di atas ambang batas. Menurut Anwar, 2006, pada darah
masyarakat nelayan di Kenjeran mengandung merkuri (Hg) sebesar 2,48 ppb.
Menurut Vera Hakim, 1998, rata-rata kadar timbal (Pb) darah anak-anak di
Kenjeran 59,62 mikrogram/dl. Menurut Abdul Rohim T 2008, kondisi ini
sudah cukup berdampak pada anak-anak Surabaya yang disebabkan karena
mengonsumsi ikan yang tercemar limbah antara lain menurunnya IQ sampai
empat poin, kurang konsentrasi dalam belajar sehingga prestasi belajar
menurun, berperilaku agresivitas tinggi, penyakit kanker serta penyakitpenyakit degeneratif lainnya (Anonim, 2007).

1

2

I.2 Perumusan Masalah

1. Keberadaan kadar logam berat yang terlarut pada perairan telah
melebihi ambang batas yang diakibatkan karena aktivitas yang terjadi disekitar
perairan baik di darat maupun areal pantai tersebut.
2. Tumbuhan mangrove termasuk jenis tumbuhan air yang banyak
dijumpai di sekitar wilayah perairan yang mempunyai kemampuan sangat
tinggi untuk mengakumulasi logam berat yang ada pada wilayah perairan.

I.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kemampuan tanaman mangrove jenis Avicennia Marina,
Rhizophora Mucronata, dan Brugueira Gymnorhiza dalam menyerap logam
berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg).
2. Mengetahui diantara jenis mangrove Avicennia Marina, Rhizophora
Mucronata, dan Brugueira Gymnorhiza yang mempunyai daya serap logam
berat merkurti (Hg) dan timbal (Pb) yang paling tinggi.

I.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau
pemerintah kota tentang kemampuan jenis mangrove Avicennia Marina,
Rhizophora Mucronata, dan Brugueira Gymnorhiza dalam menyerap logam
berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg).

3

I.5. Ruang Lingkup

1. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan daya serap mangrove umur
4 bulan terhadap logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg).
2. Mangrove yang digunakan dalam penelitian ini adalah mangrove jenis
Avicennia

Marina,

Rhizophora

Mucronata,

dan

Bruguiera

Gymnorrhiza.
3. Acuan untuk menentukan penambahan logam berat adalah hasil analisa
air dan media muara sungai Wonorejo.
4. Menggunakan media tanam, yaitu : tanah taman, pupuk kandang (2:1)
dan air rawa belakang FTSP.
5. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah media tanam, dan akar
tanaman mangrove.
6. Penelitian dan analisa logam berat timbal (Pb) dan mangrove (Hg)
dilakukan di Laboratorium UPN ”Veteran” Jatim.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pencemaran Air oleh Logam Berat

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Ciri-ciri air yang tercemar sangat bervariasi
tergantung dari jenis air dan polutannya. Untuk mengetahui suatu air tercemar
atau tidak, diperlukan suatu pengujian untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan dari batasan pencemaran air (Anonim, 2009). Baku mutu air
golongan A yang sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No: Kep-02/MENKLH/I/ 1988.
Tabel 2.1 Kandungan Maksimal Logam yang Diperbolehkan dalam Air
(mg/L)
Logam berat
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Barium (Ba)
Besi
Mangan (Mn)
Tembaga (Cu)
Seng
Krom heksavalen (Cr6+)
Kadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (As)
Selenium (Se)

Kandungan logam
berat (ml/L)
200
150
0,05
1
0,5
1
15
0,05
0,01
0,001
0,1
0,05
0,01

Sumber : Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, No : Kep-02/MENKLH/1988

4

5

Logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), cadmium
(Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk
materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup
serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada
perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah
buangan industri dan pertambangan (Anonim, 2010).
Pencemaran logam berat tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan
penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur yang berlebihan akan
mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia. Logam berat
umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa
diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti
udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam
tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka
waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia
(Anonim, 2007).
Menurut Hutagalung, 1984, pengendapan logam berat di suatu perairan
terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida. Menurut
Hutagalung, 1991, logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan
organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga
kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Anonim,
2010).

6

Menurut Bryan, 1976, logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik
di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga
proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme
perairan. Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan
maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan
konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang
masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan,
pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di
perairan tersebut (Anonim, 2009).

II.1.1. Logam Berat Merkuri (Hg)
Sampai saat ini mercury bahan beracun yang tidak diketahui fungsi
positifnya bagi metaboilsma biokimia tubuh atau fisiologi mahluk hidup.
Mercury secara alami tidak ditemukan keberadaannya di dalam tubuh mahluk
hidup (Anonim, 2010).
Merkuri adalah polutan global dengan sifat fisika dan kimia yang
kompleks. Sumber utama alami merkuri adalah dari pelepasan gas dari tanah,
emisi dari gunung berapi, dan penguapan alami air. Kegiatan penambangan
logam-logam secara global juga secara tidak langsung menyumbang emisi
merkuri ke atmosfer. Merkuri digunakan secara luas dalam proses industri dan
pada bermacam-macam produk (spt batery, lampu, dan thermometer). Merkuri
juga banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi sebagai bahan isian
amalgam dan juga di bidang farmasi (Firlianasari, F, 2002).

7

Perhatian terhadap keberadaan merkuri di lingkungan hidup meningkat
karena merkuri bisa muncul dalam bentuk dan sifat yang sangat beracun
(toxic). Merkuri umumnya berada di atmosfer dalam bentuk gas yang relatif
tidak reaktif. Panjangnya life time (umur) merkuri di atmosfer (lebih dari 1
tahun) menyebabkan polusi merkuri di atmosfer menjadi isu global, melewati
batas Negara (Anonim, 2010).
Proses biologis alami dapat menyebabkan merkuri ini mengalami
perubahan bentuk menjadi methylated form yang kemudian akan terakumulasi
dan terkonsentrasi pada organisme hidup seperti ikan. Bentuk-bentuk merkuri
ini: monomethyl mercuriy dan dimethyl mercury bersifat sangat beracun
(toxic), menjadi penyebab gangguan keracunan pada saraf pusat (Firlianasari,
2002).
Jalan utama masuknya merkuri ke tubuh manusia adalah melalui rantai
makanan, bukan melalui pernafasan. Sumber utama emisi merkuri adalah dari
kegiatan manufaktur chlorine di mercury cells, produksi logam-logam nonferrous, pembakaran batu bara dan crematorium (Anonim, 2010).

II.1.2. Logam Berat Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang
lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineralmineral lain, terutama seng dan tembaga. Penggunaan timbal terbesar adalah
dalam industri baterai kendaraan bermotor seperti timbal metalik dan
komponen-komponennya. Timbal digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat
dan pestisida. Pencemaran Pb dapat terjadi di udara, air maupun tanah dan

8

debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin bertimbal selama
bertahun-tahun, Sunu (2001) dalam Panjaitan, G.C (2009).
Pada manusia, timbal dapat mengakibatkan bermacam-macam dampak
biology, bergantung pada tingkatan dan durasi terpaannya. Dampak yang
bervariasi terjadi pada rentang dosis yang luas, dimana janin dan bayi lebih
rentan terkena dampak dibanding manusia dewasa (Firlianasari, 2002).
Meskipun kebanyakan jalan masuk timbal ke dalam tubuh adalah melalui
makanan, pada beberapa daerah, dimana sistem perpipaan air dan plumbingnya mengandung timbal, tingkat kontaminasi timbal ke dalam tubuh dapat jauh
lebih banyak melalu air minum. Demikian juga di area-area yang terletak
berdekatan dengan sumber emisi timbal, tanah, debu, serta cat pada rumahrumah tua atau tanah yang terkontaminasi timbal, kontaminasi melalui udara
dapat lebih tinggi (Anonim, 2010).
Pencemaran timbal pada bahan makanan terjadi terutama melalui
pengendapan debu yang mengandung bahan timbal ini dari udara serta hujan
yang membawa bahan ini ke tanaman perkebunan dan lahan pertanian
(Anonim, 2007).
Di Indonesia dan negara berkembang lain, tidak semua bahan bakar
minyak yang digunakan telah bebas timbal. Polusi timbal dari asap kendaraan
bermotor menjadi penyumbang yang cukup besar (Anonim, 2010).

9

II.2. Dampak Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Logam Berat
Merkuri (Hg)

Tersebarnya logam berat di dalam perairan mengakibatkan terjadinya
pencemaran pada suatau badan air. Dampak dari masuknya material logam ke
dalam perairan adalah terserapnya logam tersebut dalam tubuh makhluk hidup
air, baik ikan maupun tumbuhan (Firda, F., 2002).
Berdasarkan penelitian 3 staff dosen Psikologi Universitas Surabaya
menunjukkan bahwa 80% dari populasi anak sekolah di kenjeran mengalami
kemunduran intelektual atau Slow learner. Sebagian besar anak-anak di
Kenjeran tersebut diketahui banyak mengkonsumsi ikan yang kemungkinan
besar tercemar logam berat (Anonim, 2007).
Kehidupan organisme perairan yang tercemar merkuri (Hg) akan
mengkonsumsi merkuri (Hg) jauh lebih tinggi dari organisme yang hidup di
perairan belum tercemar, contoh kasus Minamata dimana penduduk di sekitar
Teluk Minamata banyak mengkonsumsi ikan yang mengandung merkuri (Hg)
sekitar 2.600 – 6.600 ug metil-merkuri (Hg) kg, yaitu kandungan metil-merkuri
(Hg) dalam taraf yang meracun, sementara ambang batas yang ditentukan oleh
FAO/WHO yaitu maksimum 30 ug (Anonim, 2001).
Daud Anwar SKM, Mkes,1996, menyatakan dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa darah dari sampel warga Kenjeran/Sukolilo mengandung
Merkuri (Hg) 2,48 ppb. Sedangkan pada penelitian terbaru A. Vera Hakim,
Pusat Kajian Regional Gizi Masyarakat Universitas Indonesia, menyatakan
bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan kandungan merkuri (Hg) pada

10

darah ibu-ibu warga Kenjeran sebesar 2,8 mg/l (Ambang WHO/< 1 mg/l),
kandungan timah hitam (Pb) sebesar 416 mg/l (Ambang WHO/< 200 mg/l),.
Hasil tes terhadap air susu ibu juga menunjukkan adanya kandungan timbal
sebesar 543,2 mg/l (NormalMg>Ca atau K akan membentuk konfigurasi
hutan Avicennia/Sonneratia/Rhizophora/Bruguiera.
5) Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah.
6) Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca.
8. Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara inorganik
(P,K,Ca,Mg,Na) dan organik(Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton,
bakteri, alga).
Hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari
empat genera (Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan Bruguiera), memiliki
kemampuan adaptasi yang khas untuk dapat hidup dan berkembang pada
substrat berlumpur yang sering bersifat asam dan anoksik. Kemampuan
adaptasi ini meliputi:
1. Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen Rendah
Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar
ayam, penyangga, papan dan lutut. Sistem perakaran cakar ayam yang
menyebar luas di permukaan substrat, memiliki sederet cabang akar berbentuk
pinsil yang tumbuh tegak lurus ke permukaan substrat. Cabang akar ini disebut
pneumatofora dan berfungsi untuk mengambil oksigen (Avicennia spp.,
Xylocarpus spp., Sonneratia spp.). Sistem perakaran penyangga berbeda

18

dengan sistem perakaran cakar ayam, dimana akar-akar penyangga tumbuh dari
batang pohon menembus permukaan substrat. Pada akar penyangga ini tidak
ditemukan pneumatofora seperti pada akar cakar ayam (Rhizophora spp) dan
akar lutut (Bruguiera spp.), tapi mempunyai lobang-lobang kecil yang disebut
lentisel yang juga berfungsi untuk melewatkan udara (mendapatkan oksigen).
2. Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi
Berdaun tebal dan kuat yang mengandung kelenjar-kelenjar garam
untuk dapat menyekresi garam. Mempunyai jaringan internal penyimpan air
untuk mengatur keseimbangan garam. Daunnya memiliki struktur stomata
khusus untuk mengurangi penguapan.
1) Mangrove yang dapat mensekresi garam (salt-secretors).
Jenis mangrove ini memiliki salt glands di daun yang memungkinkan
untuk mensekresi cairan Na+ dan Cl-.
contoh

:

Aegiceras,

Aegialitis,

Avicennia,

Sonneratia,

Acanthus,

Laguncularia.
2) Mangrove yang tidak dapat mensekresi garam (salt-excluders).
Mangrove jenis ini memiliki ultra filter di akarnya sehingga air dapat
diserap dan garam dapat dicegah masuk ke dalam jaringan.
contoh : Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera,
Excoecaria, Aegiceras, Aegialitis, Acrostichum, Lumnitzera, Hibiscus,
Eugenia.
3) Mangrove yang dapat mengakumulasi garam di dalam jaringan tubuhnya
(accumulators)

19

contoh : Xylocarpus, Excoecaria, Osbornia, Ceriops, Bruguiera.
Beraneka jenis tumbuhan ini dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya
sekitar 54 spesies dari 20 genera, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap
sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup
terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya (Anonim,
2009).
Menurut Noor dkk, 1999, menyatakan dari jenis-jenis itu, sekitar 39
jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia
sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan Samudera Hindia dan Pasifik.
Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove
ikutan, adalah 202 spesies (Anonim, 2009).
Menurut Tomlinson 1986 dalam anonim, 2009, daftar suku dan genus
mangrove sejati, beserta jumlah jenisnya :
1. Penyusun utama
Tabel 2.2 Daftar Suku dan Genus Mangrove Penyusun Utama
Suku
Acanthaceae (syn.: Avicenniaceae
atau Verbenaceae)
Combretaceae
Arecaceae
Rhizophoraceae
Sonneratiaceae
Sumber : URL:http://id.Wikipedia.org

Genus
Avicennia (api-api)
Laguncularia, Lumnitzera
(teruntum)
Nypa (nipah)
Bruguiera (kendeka), Ceriops
(tengar), Kandelia (berus-berus),
Rhizophora (bakau)
Sonneratia (pidada)

20

2. Penyusun minor
Tabel 2.3 Daftar Suku dan Genus Mangrove Penyusun Minor
Suku
Acanthaceae
Bombacaceae
Cyperaceae
Euphorbiaceae
Lythraceae
Meliaceae
Myrsinaceae
Myrtaceae
Pellicieraceae
Plumbaginaceae
Pteridaceae
Rubiaceae
Sterculiaceae

Genus
Acanthus (jeruju), Bravaisia
Camptostemon
Fimbristylis (mendong)
Excoecaria (kayu buta-buta)
Pemphis (cantigi laut)
Xylocarpus (nirih)
Aegiceras (kaboa)
Osbornia
Pelliciera
Aegialitis
Acrostichum (paku laut)
Scyphiphora
Heritiera (dungun)

Sumber : URL:http://id.Wikipedia.org

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran
yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi,
serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit
jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi
dan evolusi (Anonim, 2009).
Sebagai suatu ekosistem khas wilayah pesisir, hutan mangrove memiliki
beberapa fungsi ekologis penting :
1. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pe-lindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan.

21

2. Sebagai tumbuhan tingkat tinggi yang mampu mentransporranspor logam
berat yang diserap dari sel ke sel menuju jaringan vaskuler agar dapat
didistribusikan ke seluruh bagian tubuh.
3. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari daun
dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan detritus, dan
sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang
berperan dalam penyuburan perairan.
4. Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding
ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan
(ikan, udang dan kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun
lepas pantai (Anonim, 2009).
Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk
bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang, dan juga
untuk dibuat pulp. Di samping itu ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai
pemasok larva ikan dan udang alam (Anonim, 2009).

II.4. Landasan teori
II.4.1. Proses Penyerapan Akar Mangrove Terhadap Logam Berat
Komunitas mangrove sering kali mendapatkan suplai bahan polutan
seperti logam berat yang berasal dari limbah industri, rumah tangga, dan
pertanian. Tumbuhan mangrove ini termasuk jenis tumbuhan air yang

22

mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk mengakumulasi logam berat yang
berada pada wilayah perairan.
Proses absorpsi pada tumbuhan terjadi seperti pada hewan dengan
berbagai proses difusi, dan istilah yang digunakan adalah translokasi. Transpor
ini terjadi dari sel ke sel menuju jaringan vaskuler agar dapat didistribusikan ke
seluruh bagian tubuh.
Menurut Soemirat (2003) dalam Panjaitan, G.C. (2009), menyatakan
bahwa proses absorpsi dapat terjadi lewat beberapa bagian tumbuhan, yaitu :
1. Akar, terutama untuk zat anorganik dan zat hidrofilik.
2. Daun bagi zat yang lipofilik.
3. Stomata untuk masukan gas.
Tumbuhan mangrove mampu mengalirkan oksigen melalui akar ke
dalam sedimen tanah untuk mengatasi kondisi anaerob pada sedimen tersebut.
Jika logam berat memasuki jaringan, terdapat mekanisme yang sangat jelas,
pengambilan (up taken) logam berat oleh tumbuhan di lahan basah adalah
melalui penyerapan dari akar, setelah itu tumbuhan dapat melepaskan senyawa
kelat, seperti protein dan gukosida yang berfungsi mengikat logam dan
dikumpulkan ke jaringan tubuh kemudian ditransportasikan ke batang, daun
dan bagian lainnya, sedangkan ekskresinya terjadi melalui transpirasi (Anonim,
2009).

23

Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menyerap ion-ion dari
lingkungan ke dalam tubuh melalui membrane sel. Dua sifat penyarapan ion
dari tumbuhan, yaitu:
1. Faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion
sampai tingkat konsentrasi tertentu bahkan dapat mencapai beberapa tingkat
dari konsentrasi ion di dalam mediumnya.
2. Perbedaal kuantitatif akan kebutuhan hara yang brebeda pada tiap jenis
tumbuhan (Fitter dan Hay, 1991) dalam anonim (2009).
Beraneka ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak
berarti bahwa seluruh unsur-unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk
kelangsungan hidupnya.
Unsur hara dapat kontak dengan pernukaan akar melalui :
1. Secara difusi dalam larutan tanah.
2. Secara pasif oleh aliran air tanah.
3. Akar tumbuh ke arah posisis hara dalam matrik tanah.
Serapan hara oleh akar dapat bersifat akumulatif, selektif, satu arah, dan tidak
dapat jenuh. Penyerapan hara pada waktu yang lama menyebabkan konsentrasi
hara dalam sel jauh lebuh tinggi ini disebut sebagai akumulasi hara.
Menurut Fitter dan Hay (1991) dalam Panjaitan, G.C. (2009), mekanisme
yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik
adalah :
1. Penanggulangan, jika konsentrasi internal harus dihadapi maka ion-ion akan
dipindah kan dari tempat sirkulasi dengan beberapa jalan atau menjadi

24

toleran di dalam sitoplasma. Terdapat empat pendekatan dalan
penanggulangan :
1) Lokalisasi (intraseluler dan ekstraseluler) pada umunnya di akar.
2) Ekskresi, secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif
melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan absisi daun.
3) Dilusi (melemahkan), yaitu melalui pengenceran.
4) Inaktivasi secara kimia.
2. Toleransi, yaitu tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat
berfungsi pada konsentrasi toksik.
Tumbuhan yang tumbuh di air akan terganggu oleh bahan kimia toksik
dalam limbah. Pengaruh polutan terhadap tumbuhan dapat berbeda tergantung
pada macam polutan, konsentrasinya, dan lamanya polutan itu berada.
Menurut Fitter (1982) dalam anonim (2009), mekanisme yang mungkin
dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik adalah
penanggulangan (ameliorasi) untuk meminimumkan pengaruh toksin terdapat
empat pendekatan:
1. Lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar.
2. Ekskresi secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui
akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun.
3. Dilusi (melemahkan) melalui pengenceran.
4. Inaktivasi secara kimia.
Disamping itu, sistem perakaran tumbuhan mangrove yang besar dan
luas dapat menahan dan memantapkan sedimen tanah, sehingga mencegah

25

tersebarnya bahan tercemar ke area yang lebih luas dan memungkinkan
tersebarnya bahan pencemar secara fisik. Terserap dan tertahannya logam berat
oleh lapisan rhizosfer disekitar akar menyebabkan terjadinya penurunan tajam
konsentrasi logam berat pada permukaan atas lapisan sedimen dan mencegah
perpindahan keperairan pantai disekitarnya.
Silva dkk, 1990 dalam anonim (2009), melaporkan bahwa sedimen
dimana komunitas mangrove tumbuh di Teluk Sepetiba, Rio De Janerio, Brasil,
logam beratb timbal (Pb) hampir mencapai 100% dari total kandungan logam
berat pada ekosistem mangrove tersebut.

II.4.2. Mangrove
Mangrove adalah tanaman yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau
yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Tanaman ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran
dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonim, 2009).
Jenis mangrove yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Avicennia Marina
1) Deskripsi : Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar,
ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal
yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak
dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan

26

terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun
berwarna kuning, tidak berbulu.
2) Daun : Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar
berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit dan letak:
sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik.
Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
3) Bunga : Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung
tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai
atau tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4,
kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
4) Buah : Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan.
Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak
tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
5) Ekologi : Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasangsurut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis
tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya
sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk
suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadangkadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui
lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah
terjadi penyerapan air.

27

6) Penyebaran : Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia,
Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
7) Manfaat : Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin
yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat
dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun
digunakan sebagai makanan ternak.

a.

b.

Gambar 2.1 Mangrove Avicennia marina a. Buah ; b. Bunga.

28

2. Rhizophora Mucronata
1) Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30
m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna
gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar
udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
2) Daun : Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm.
Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit
dan Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat
memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
3) Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masingmasing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak:
di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun
mahkota: 4; putih, berambut 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat,
panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
4) Buah : Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji
tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning
ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
5) Ekologi : Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran
terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam
kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara
sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut.
Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada

29

tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan
mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi
sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga
menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah
naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting.
Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan
yang kemudian melindungi mereka.
6) Manfaat : Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari
kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan
sebagai obat.

Gambar 2.2 Mangrove Rhizophora Mucronata

30

Gambar 2.3 Bagian Organ Mangrove Rhizophora Mucronata a. Buah ;
b. Bunga ; c. Daun

3. Bruguiera Gymnorhiza
1) Deskripsi : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang
mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga
kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya
seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki
sejumlah akar lutut.
2) Daun : Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau
kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga
yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai
elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
3) Bunga : Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 925 mm. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun

31

Mahkota: 10-14; putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak
Bunga: 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-50.
4) Buah : Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm.
Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan. Ukuran:
Hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm.
5) Ekologi : Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang
tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai,
serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di
areal dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi
yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang
mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan
dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau.
Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya.
Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut
hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang
terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa
arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam
jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif
besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan
mengundang burung untuk melakukan penyerbukan.
6) Penyebaran : Dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka,
Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis.

32

7) Manfaat : Bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur
dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar
dan untuk membuat arang.

Gambar 2.4 Mangrove BruyguieraGymnorhiza

Gambar 2.5 Mangrove Bruguiera Gymnorhiza a. Daun ; b. Bunga ; c.Buah

33

BAB III
METODE PENELITIAN

III. 1. Bahan Penelitian

1. Tanaman mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata, dan
Bruguiera gymnorrhiza umur 4 bulan.
2. Tanah taman dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
3. Air rawa belakang FTSP (aklimatisasi).
4. Limbah artificial.
5. Air mineral.
.
III. 2. Peralatan Penelitian

1. Bak plastik dengan volume 9,33 liter

III. 3. Prosedur Penelitian

1. Tanah taman dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, campur rata
lalu masukkan ke dalam bak plastik setinggi 16,5 cm.
2. Setelah itu tanam tumbuhan mangrove ke dalam bak.
3. Beri tanda pada bak setinggi 5 cm diatas permukaan tanah untuk
penambahan air rawa belakang FTSP. Lalu masukkan air rawa belakang
FTSP sampai ketinggian yang telah ditentukan.
4. Proses aklimatisasi sampai tanaman mangrove tumbuh tunas.

33

34

5. Setelah tumbuh tunas, lakukan penambahan konsentrasi logam berat
timbal (Pb) sebesar 50 ppm dan logam berat merkuri (Hg) sebesar 150 ppm.
6. Amati perubahan morfologi tumbuhan mangrove 1 minggu sekali.
7. Penyiraman dilakukan 2 minggu sekali dengan ketinggian air 5 cm diatas
permukaan tanah. Penyiraman menggunakan air mineral.

III. 4. Peubah

1. Jenis tanaman mangrove :
1) Avicennia marina
2) Rhizophora mucronata
3) Bruguiera gymnorrhiza
2. Limbah artificial :
1) Timbal (Pb)
2) Merkuri (Hg)
3. Pemaparan logam berat, 1 – 5 minggu.

III. 5. Tetapan

1. Konsentrasi logam berat timbal (Pb) 50 ppm
2. Konsentrasi logam berat merkuri (Hg) 150 ppm

35

III. 6. Kerangka Penelitian

Judul
Kemampuan Tanaman Mangrove untuk
Menyerap Logam Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb)

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Proses Aklimatisasi

Pelaksanaan Penelitian

Analisa Hasil

Pembahasan Hasil

Kesimpulan dan Saran

III. 7. Prosedur Analisa Organolaptik

Setelah proses aklimatisasi selesai ditandai dengan tumbuhnya tunas,
maka dilakukan pengamatan morfologi tumbuhan mangrove mulai minggu ke1 sampai dengan minggu ke-5.

36

III. 8. Prosedur Analisa Laboratorium

1. Sampel akar yang telah diambil dari lokasi pengamatan dicuci untuk
menghilangkan lumpur yang melekat pada organ tanaman, bersama sedimen
kemudian dioven pada suhu ±101oC selama 3 jam untuk mendapatkan kadar
air 1%.
2. Setelah kering sampel dihaluskan hingga menjadi serbuk. Sampel tanaman
dihaluskan dengan menggunakan blender, sedangkan sampel sedimen
dihaluskan dengan cara digerus.
3. Serbuk sampel tanaman dan sedimen kemudian ditimbang sebanyak 5-8
gram.
4. Sampel didestruksi secara kimia. Sampel dimasukkan ke dalam beaker
glass pyrex ditambahkan 15 ml HCl pekat dan 5 ml HNO3 pekat dan mulut
beaker ditutup dengan kaca arloji.
5. Selanjutnya dilakukan pengenceran sampel dengan 50-100 ml aquades.
Kemudian shake larutan sampel ± 30 menit supaya homogen.
6. Larutan sampel tersebut diukur atau dimasukan ke alat Spektro Pharo 100.
Hasil yang diperoleh dalam ml dan absorbansi.

37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pengamatan Morfologi

Pengamatan dilakukan setelah proses aklimatisasi selesai, baik pada
kontrol maupun pada media tanam yang telah ditambahkan logam berat timbal
(Pb) sebesar 50 ppm dan logam berat merkuri (Hg) sebesar 150 ppm pada
mansing-masing bak tanaman mangrove jenis :
1. Avicennia Marina : pada bak kontrol mulai tumbuh tunas baru sebanyak 4
tunas pada minggu ke-2, pada minggu ke-4, terdapat 3 daun tua yang mulai
menguning. Menguningnya daun pada minggu ke-4 adalah wajar dikarenakan
usia daun yang sudah tua yang berada pada bagian paling bawah batang. Dan
pada minggu ke-5 selain tunas yang berkembang, tidak ada perkembangan
yang berarti.
Sedangkan pada masing-masing bak yang telah ditambahkan konsentrasi
logam berat mulai dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-2 hanya
terdapat tunas yang terus berkembang pada bak-1 sampai dengan bak-5. Mulai
terjadi gangguan pada tanaman berupa menguningnya beberapa daun dan
tampak layu, baik pada bak-3 sampai dengan bak-5. Di minggu ke-4, pada bak4 dan bak-5 jumlah daum yang menguning trus bertambah. Sampai pada
minggu ke-5 pertumbuhan terhenti, daun perlahan berubah warna menjadi
coklat dan akhirnya kering atau mati. Perubahan warna pada daun merupakan
akibat terjadinya gangguan terhadap proses pembentukan klorofil atau yang

37

38

dikenal dengan istilah klorosis. Jika pembentukkan klorofil terganggu, maka
proses fotosintesis juga akan terganggu, pada akhirnya akan mengganggu
pertumbuhan yang mengakibatkan kematian tanaman. Hal ini sangat bertolak
belakang pada kontrol karena pada kontrol tanaman tumbuh dengan normal
dengan adanya tunas yang terus berkembang.
2. Rhizophora Mucronata : pada bak kontrol, terjadi pertumbuhan tunas pada
minggu ke-1 muncul 2 tunas baru pada batang muda di sisi kanan dan kiri. Di
lanjutkan pada sampai dengan minggu ke-5 pertumbuhan batang muda
semakin berkembang.
Sedangkan pada masing-masing bak yang telah ditambahkan konsentrasi
logam, untuk minggu ke-1 mulai dari bak-1 sampai dengan bak-5 tidak ada
perkembangan yang berarti. Demikian pula yang terjadi pada minggu ke-2,
hanya pada bak-2 terdapat 1 daun menguning. Di minggu ke-3 pada bak-3
terdapat 1 daun menguning sedangkan pada bak ke-4 sampai dengan bak ke-5
mulai terjadi gangguan pada tanaman menjadi layu sampai pada minggu ke-4
terdapat 2 daun menguning di bak-5 diikuti pada minggu ke-5 tanaman tidak
mengalami perubahan. Hal semacam ini hampir sama dengan yang dialami
oleh tanaman mangrove jenis Avicennia Marina, pada kontrol tanaman tumbuh
dengan normal karena proses fotosintesis tetap berjalan. Sedangkan dari
minggu ke-3 tumbuhan sudah mulai layu, sampai dengan minggu ke-5 tidak
ada perubahan yang berarti dan akar tumbuhan mangrove terus menyerap dan
mengakumulasi logam berat yang berada pada media tanam. Hal ini

39

merupakan dampak dari toksik logam berat pada tumbuhan, yang
mengakibatkan terhambatnya proses foto sintesis pada tumbuhan.
3. Bruguiera Gimnorhiza : pada bak kontrol, terjadi pertumbuhan tunas pada
minggu ke-2 dan 1 daun menguning . Di minggu ke-3 sampai dengan minggu
ke-5 hanya terjadi tunas yang berkembang.
Sedangkan pada masing-masing bak yang telah ditambahkan konsentrasi
logam berat, pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 hanya terdapat
tunas yang mengembang. Minggu ke-5 di bak-5 mulai muncul tunas dan
terdapat 1 daun tua yang mulai menguning.
Bila dibandingkan dengan kontrol, perkembangan pada bak yang telah
ditambahkan konsentrasi logam berat lebih lambat dengan tunas yang mulai
tumbuh lagi pada minggu ke-5.

IV.2.Penyerapan Logam Berat Timbal (Pb) dan Logam Berat Merkuri
(Hg) pada Tanaman Mangrove

Tanaman mempunyai kemampuan mengakumulasi zat pencemar.
Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan pantai yang dapat
berfungsi untuk menyerap bahan-bahan organik dan non-organik sehingga
dapat dijadikan bioindikator logam berat (Wittig 1993). Melalui akarnya,
vegetasi ini dapat menyerap logam-logam berat yang terdapat pada sedimen
maupun kolom air dan pangkal ranting dan daun muda pada ujung ranting
pohon tersebut.

40

Tabel 4.1. Pengaruh Waktu Pemaparan dan Jenis Mangrove Terhadap
Kadar Logam Berat pada Media Tanam dan Akar

Jenis Mangrove

Avicennia Marina
Rhizophora
Mucronata
Bruguiera Gimnorhiza

Kadar Logam Berat Timbal (Pb) ppm
Hari-0
Minggu-5
(Aklimatisasi)
Media
Media
Akar
10,4
3,31
5,42

Kadar Logam Berat Merkuri (Hg) ppm
Hari-0
Minggu-5
(Aklimatisasi)
Media
Media
Akar
27,412
4,72
13,83

10,4

2,92

5,19

27,412

7,61

13,82

10,4

3,76

4,22

27,412

5,97

11,00

Sumber : Hasil Pengamatan

Pada tabel 4.1, media tanam telah mengandung kadar logam berat timbal
(Pb) sebesar 10,4 ppm dan logam berat merkuri (Hg) sebesar 27,412 dari hari-0
(Aklimatisasi). Setelah proses aklimatisasi selesai dengan ditandainya
pertumbuhan tunas maka penelitian berjalan dengan penambahan konsentrasi
logam berat timbal (Pb) sebesar 50 ppm dan logam berat merkuri (Hg) sebesar
150 ppm pada media tanam di minggu-1.
Pada tabel 4.1, kandungan logam berat yang terdapat pada masingmasing bak telah jauh berkurang dengan jangka waktu 5 minggu. Akar
mangrove jenis Avicennia marina mampu mengakumulasi logam berat merkuri
(Hg) paling tinggi sebesar 13,83 ppm sedangkan untuk logam berat timbal (Pb)
sebesar 5,42 ppm. Hal tersebut membuktikan bahwa perlakuan yang diterapkan
pada tanaman membuat akar mangrove mampu menyerap logam berat yang
terdapat pada media tanam dengan sangat efektif.

Kadar Logam Berat Hg (ppm)

41

140,00
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00

Jenis Mangrove
Avicennia Marina
Rhizophora Mucronata
Brugueira Gymnorhiza

0

2

4

6

Waktu Pemaparan (Minggu)

Gambar 4.1. Hubungan antara Waktu Pemaparan (Minggu) dengan
Kadar Logam Berat di Media (ppm) pada Berbagai Jenis
Mangrove
Dari gambar 4.1, mununjuka