Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survival Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang D 902007007 BAB III

Bab 3

Metode Penelitian

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan phenomenologik dan model paradigma naturalistik. Dalam pelaksanaannya obyek penelitian ini tidak hanya
terbatas pada yang empirik/sensual, tetapi mencakup juga fenomena
seperti persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang
sesuatu di luar subyek ada sesuatu yang transenden. Konteks natural
merupakan kebulatan menyeluruh, yang tak akan terpahami dengan
membuat isolasi atau elementasi sehingga terlepas dari konteksnya.
Ada kalanya dicampur adukkan antara metode penelitian dan
metodologi penelitian. Istilah metodologi berasal dari kata metoda dan
logi. M etoda berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui=melewati) dan
hodos (jalan=cara). Logi berasal dari kata logos yang artinya ilmu.
M etodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metoda,
kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan
dengan memilih metode yang digunakan. Metode penelitian
mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan serta
bagaimana prosedur kerja yang digunakan untuk mencari kebenaran.

Pendekatan phenomenologis mengakaji adanya kebenaran
empirik etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan
menjelaskan dan berargumentasi. Asumsi dasarnya adalah bahwa
manusia dalam berilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari pandangan
moralnya, baik pada taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis,
ataupun dalam membuat kesimpulan. (Noeng M uhadjir, 2000: 116117).

41

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Penelitian dengan menggunakan M odel Paradigma Naturalistik
memiliki 14 karakteristik yang mempunyai hubungan sinergistik,
artinya bila salah satu karakteristik dipakai, karakteristik yang lain
akan tampil dengan profil yang berbeda-beda. Ada hubungan logis,
interdependensi, dan koherensi. Karak-teristik tersebut adalah:
Konteks natural. Komunitas makam Gunung Brintik
merupakan suatu konteks kebulatan menyeluruh, yang tak akan
dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari
konteksnya. Suatu fenomena hanya dapat ditangkap maknanya dalam

keseluruhan dan merupakan suatu bentukan hasil peran timbal balik,
bukan sekedar hubungan kausal linier saja.
Instrumen human. Sifat naturalistik menuntut agar diri sendiri
dan anggota Komunitas makam Gunung Brintik menjadi menjadi
instrumen pengumpul data. Atas kemampuan peneliti menyesuaikan
diri dengan berbagai ragam realitas, yang tidak dapat dikerjakan oleh
instrumen non-human, mampu menangkap makna; interaksinya
momot nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai lokal yang berbeda,
sehingga hanya instrumen human yang mampu mengadaptasi; tidak
dapat dikerjakan oleh instrumen non human seperti kuesioner.

Pemanfaatan Pengetahuan Tak Terkatakan
Sifat naturalistik memungkinkan kita mengangkat hal-hal tak
terkatakan yang memperkaya hal-hal yang diekspresikan. Realitas itu
mempunyai nuansa ganda yang sukar dipahami tanpa memperkaya
yang terekspresikan dengan yang tak terkatakan.

M etode Kualitatif
Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif daripada
kuantitatif, karena lebih mampu mengungkap realitas ganda; lebih

mengungkap hubungan wajar antara peneliti dengan responden; dan
karena metode kualitatif lebih sensitif dan adaptif terhadap peran
42

Bab 3 M etode Penelitian

berbagai pengaruh timbal balik antara peneliti dengan masyarakat di
Gunung Brintik.

Pengambilan Sumber Data Secara Purposive
Sifat naturalistik menghindari pengambilan data secara acak,
yang menekan kemungkinan munculnya kasus menyimpang. M enurut
penulis pengambilan data secara acak peran sejumlah informasi
menjadi moderate, karakteristik ekstrim tidak muncul. Paradigma
naturalistik memilih pengambilan data secara purposive atau teoretik.
Dengan pengambilan informasi dan data secara purposive, hal-hal yang
dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal yang
dicari tampil menonjol dan lebih mudah dicari maknanya. Hasil yang
dicapai dengan pengambilan data ini bukan untuk mencari
generalisasi.


Analisis Data I nduktif
Sifat naturalistik lebih menyukai analisis induktif daripada
deduktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah
dideskripsikan.

Disain Sementara
Sifat naturalistik cenderung memilih penyusunan desain
sementara daripada mengkonstruksikannya secara apriori, karena
realitas ganda sulit dikerangkakan, karena peneliti sulit mempolakan
lebih dahulu apa yang ada di lapangan, dan karena banyak sistem nilai
yang terkait dengan interaksinya tak terduga.

43

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

H asil yang Disepakati
Sifat naturalistik cenderung menyepakatkan makna dan tafsir
atas data yang diperoleh dengan sumbernya; informasi diuji dan dicari

kepastiannya pada penduduk yang tinggal di wilayah Gunung Brintik,
karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti;
karena responden dapat lebih baik memahami dan mengartikan
pengaruh pola nilai lokal.

M odus Laporan Studi Kasus
Sifat naturalistik lebih menyukai modus laporan studi kasus
daripada modus lain, karena dengan modus laporan studi kasus
deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan
responden dapat terhindar dari bias; laporan semacam itu dapat
menjadi landasan bagi generalisasi naturalistik individual dan
mempunyai transferabilitas pada kasus lain. M odus laporan tersebut
memungkinkan tampilnya pandangan nilai peneliti, teori substansialnya, paradigma metodologinya, dan nilai kontekstualnya.

Penafsiran I diografik
Sifat naturalistik mengarah kepenafsiran data (termasuk
penarikan kesimpulan) secara idiografik (dalam arti keberlakuan
khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum
keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih
memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya; nampaknya

penafsiran yang lebih membobot berat pada hal khusus lokal lebih
valid, karena peran interaktif ber bagai faktor lokal lebih menonjol,
juga sistem nilainya.

44

Bab 3 M etode Penelitian

Aplikasi Tentatif
Sifat naturalistik cenderung lebih menyukai aplikasi tentatif
daripada aplikasi meluas atas hasil temuannya, karena realitas itu ganda
dan berbeda karena interaksi antara peneliti dengan responden itu
bersifat khusus dan tak dapat dipublikasikan.

I katan Konteks Terfokus
M etodologi
positivistik
menuntut
objek
penelitian

dispesifikkan, dieliminasikan dari objek lain; sedangkan pada
metodologi naturalistik menuntut pendekatan holistik, kebulatan
keseluruhan; hanya pada karakteristik ketigabelas ini yang holistik
tersebut ditelaah dengan mengaksentuasikan pada fokus sesuai dengan
masalahnya, evaluasinya, atau tugas-tugas yang hendak dicapai.
Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhannya tidak dihilangkan,
tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari
sistem nilai lokalnya.

Kriteria Kepercayaan
Sifat naturalistik mencari kriteria keterpercayaan yang sesuai
dengan penelitian naturalistik. M etodologi positivistik membedakan
empat kriteria keterpercayaan penelitian, yaitu validitas internal,
validitas eksternal, realiabilitas, dan objektivitas. Dalam metodologi
naturalistik keempatnya diganti dengan kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas.
Realitas penerapannya dalam penelitian sebagai berikut:
Unit Pengamatan

Unit Pengamatannya adalah komunitas makam Gunung Brintik

di Kota Semarang.

45

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Unit Analisisnya adalah terbentuknya Komunitas Gunung
Brintik, dan survival strategy yang dilakukan sehingga dapat
berkembang dan diakui Negara

Kancah Penelitian

Pemilihan suatu wilayah penelitian sangat penting untuk dapat
membantu menyederhanakan dan memfokuskan isu, terlebih pada saat
masuk ke wilayah itu kita dengan pikiran terbuka serta tidak memiliki
gagasan memecahkan masalah orang lain atau mengetahuinya sebelum
memasuki wilayah tersebut.
“ It is important that you chose one specific site, this will help
to keep things simple and to focus on the issues and areas for
improvement. It is important to go into a site with an open

mind, and not assuming you already know the solutions for
other people’s problems. (King Beach & Flavia Ramos.
2010.)” 1

W aktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 28 November 2008
sampai dengan 31 Januari 2012

Lokasi Penelitian

Lokasinya adalah Gunung Brintik yaitu wilayah (area)
pemakaman di wilayah pemakaman Bergota. Gunung Brintik masuk
RW III Kampung W onosari wilayah Kelu-rahan Randusari Kecamatan
Semarang Selatan. Tempat ini menjadi tempat tinggal komunitas atau
masyarakat setempat, komunitas makam Gunung Brintik Semarang.
Komunitas M akam Gunung Brintik Semarang terkonsentrasi dalam
empat relung kehidupan. M ereka menempati areal pemu-kiman
makam Gunung Brintik
Beach, King and Flavia Ramos . 2010. International Action Research in Education

W orkshop I . Semarang: Semarang State University

1

46

Bab 3 M etode Penelitian

Sumber : Data primer tahun 2012.

Gambar 3.1

Makam Gunung Brintik-Bergota dan sekitarnya

Sumber informasi penelitian
Sumber informasi penelitian ini terdiri dari:
Pimpinan LSM . Frater pendamping (seluruh frater Seminari TOR
Sanjaya)2 Pendamping non-frater (koordinator dan sekretaris pendampingan),3 Siswa dampingan Anggota Komunitas usia dewasa (gelandangan, pengemis, pemulung, pengamen dan penghuni kawasan
makam Gunung Brintik Semarang)4 Kepala Sekolah SD Gunung Brintik
Yayasan Pangudi Luhur Semarang, Anggota Dewan PendidikanKota

Semarang, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Pengurus PGRI
Kota Semarang W ali Kota Semarang (Akhir masa jabatan Sukawi
Sutarip, Awal masa jabatan Sumarmo)

2
3

Tahun akademik 2008/2009
Diambil dari 51 pendamping non-frater yang aktif saat itu.

47

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Pengumpulan Data
Sifat naturalistik menuntut agar diri sendiri atau orang lain
menjadi instrumen pengumpul data dengan kemampuannya menyesuaikan diri terhadap ragam realitas, yang tidak dapat dikerjakan oleh
instrumen non-human seperti kuesioner.
Data yang dikumpulkan:
a. Rumusan masalah-masalah kebijakan untuk orang miskin
b. Ramalan kebijakan di masa depan.
c. Proyeksi/ramalan yang didasarkan pada eksplorasi atas kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan.
d. Prediksi/ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik
e. Perkiraan/ramalan yang didasarkan pada penilaian yang informatif atau penilaian pakar tentang situasi masyarakat masa
depan.
f. Aksi-aksi kebijakan untuk orang miskin.
g. Informasi tentang sebab dan akibat kegiatan.
h. Informasi mengenai kinerja NGO’s untuk orang miskin, yaitu
seberapa jauh kebutuhan, dan kesempatan yang telah dapat
dicapai melalui tindakannya
i. Efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsi vitas, dan
ketepatan kebijakan yang telah dilakukan.

Tehnik Pengumpulan Data
W awancara

28 November 2008 di W isma Sanjaya, bertemu dengan para
frater dan mohon ijin pimpinan W isma (biara) untuk dapat melakukan
observasi pada daerah-daerah pendampingan

48

Bab 3 M etode Penelitian

1-5 Desember 2008 berkunjung ke para promotor untuk
mohon arahan di lapangan.
Senin 22 Desember bertemu Romo Edi dan Romo Djoko, di
W isma Sanjaya memperoleh data-data tentang aksi-aksi kebijakan PS
GARAM untuk masyarakat yang terpinggirkan.
Pada tanggal 27 Januari 2009 menghadiri Perayaan Ekaristi
HUT PS. GARAM ke-16 di Seminari TOR Sanjaya, Jangli. Kesempatan
itu kami manfaatkan untuk W awancara dengan para pendamping dari
frater dan non-frater (relawan). Saat itu bertempat di halaman bagian
dalam W isma Sanjaya, Seminari TOR Sanjaya Jalan Jangli Semarang
dilaksanakan Perayaan Ekaristi Hari Ulang Tahun ke-16 “Pelayanan
Sosial GARAM Semarang.” Dalam perayaan yang dimulai jam 17.00
itu setelah selesai M isa Syukur ditampilkan seorang “Penyanyi Idola
Cilik” satu di antara hasil kegiatan pendampingan PS GARAM
Semarang dari kelompok dampingan Kelurahan Muktiharjo. Sampai
pada saat penelitian ini dilaksanakan PS GARAM memiliki 13 lokasi
kerja kelompok dampingan dan 5 lokasi kerja bekerjasama dengan
kelompok dan komunitas swadaya yang peduli terhadap masyarakat
miskin kota, masyarakat marginal, dan pinggiran. Tahun kemarin juga
dirayakan HUT ke-16 sebagai buah dari kesepakatan Bandungan (28-29
November 1992). Kemudian nama itu disahkan dengan Akte Notaris
No. 69 pada tanggal 27 Januari 1993)
Jumat, 13 Februari 2009 mulai pukul 17.00 W IB bertempat di
Seminari TOR Sanjaya. Acara: M isa Pembukaan Novena St. M aria
Fatima Bersama Bapa Uskup M gr. Ign. Suharyo, Pr.
Sabtu 14 Februari 2009 Dilanjutkan W awancara dengan
penduduk dan mantan Ketua RT I Kampung W onosari Gunung Brintik
Semarang.

49

SURVIVAL STRATEGY KOM UNITAS M AKAM GUNUNG BRINTIK SEM ARANG

Observasi

Kamis 12 Februari 2009 dilakukan observasi di daerah
pendampingan Delik Sari dan Kali Alang. Pendamping di daerah ini
adalah non-frater. Dilanjutkan ke Gunung Brintik.
Kamis 2 April observasi berpartisipasi (participant observation)
di daerah pendampingan Ngaglik Lama di Kota Semarang. Peneliti
melakukan pendampingan pada siswa SD dan SM P di kawasan
pinggiran rel kereta yang sering mengalami banjir itu. Kegiatan di luar
Gunung Brintik ini bermaksud mengikuti kegiatan para frater serta
memperoleh informasi melalui wawancara dengan para frater.
Informasi yang diperoleh disusun antara lain seperti dalam tabel.
Terlihat dalam tabel secara historis jumlah siswa dampingan di
Gunung Brintik menarik untuk didalami lebih lanjut. Jumlah siswa
yang dua kelas di tahun 1998 dan hanya satu kelas di tahun 2002 patut
diduga berhubungan dengan kondisi sejarah ekonomi di daerah itu.
Pengamatan dilakukan secara mendalam di Gunung Brintik.
Dilakukan terus menerus, baik langsung maupun melalui sumber
informasi.
Peneliti mengikuti pula rapat Dewan Pendidikan, Rapat-rapat
PGRI Kota Semarang, serta melakukan observasi pada rapat-rapat
kerjasama Dewan Pendidikan dan Dinas Pendidikan Kota Semarang
yang sangat membantu kelancaran pengambilan data di instansi
tersebut.

Studi Dokumentasi

Peneliti mendapatkan berbagai dokumen tertulis dan CD
kegiatan-kegiatan PS GARAM Semarang, dan kegiatan YPL di Gunung
Brintik. Rencana Tata Ruang W ilayah Tahun 2000 – 2010 dari
Pemerintah Kota Semarang.

50

Bab 3 M etode Penelitian

Studi Kepustakaan

Peneliti mengumpulkan buku cetak maupun elektronik (dari
internet) bahan bacaan, membaca, mengkritisi, menginterpretasi
seperti yang ada dalam daftar pustaka.
Semua data yang sudah disimpan dengan cara penyimpanan
yang sistematis lalu dianalisa secara seksama dan disusun laporannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

51