PEDOMAN pendekatan saintifik

(1)

PEDOMAN

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK


(2)

Kata Pengantar ...2

Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal ....3

Daftar Isi ...4

Bab I. Pendahuluan...5

A. Latar Belakang ...5

B. Dasar Hukum ...5

C. Tujuan ...6

D. Sasaran...6

Bab II. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini...7

A. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini...7

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAUD...9

Bab III. Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik...13

A. Pengertian...13

B. Pentingnya pendekatan saintifik sejak anak usia dini ...13

C. Pendekatan Saintifik Pada anak Usia Dini ...14

Bab IV. Pembelajaran Tematik Dengan Pendekatan Saintifik ...15

Bab V. Penutup ...33

BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI


(3)

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Anak Usia Dini yang dikelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak dipercayai dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak sejak lahir. Kegiatan pembelajaran pada PAUD merupakan sarana untuk membantu anak mencapai kemampuan optimal sesuai potensi yang dimiliki. Pembelajaran yang diberikan kepada anak sebagai upaya untuk memberikan stimulasi optimal yang dapat mengembangkan potensi kecerdasan anak.

Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan saintifik dalam proses bermain. Oleh karena itu penyelenggaraan pembelajaran disajikan dalam suasana menyenangkan sehingga menarik minat anak. Proses penyelenggaraan pembelajaran diupayakan dapat membangun gagasan untuk mengekspresikan kebebasan, imajinasi, dan kreativitas sehingga dapat mengembangkan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak. Banyak pihak yang perlu bekerjasama dalam mendukung proses pembelajaran di PAUD, yaitu tenaga kependidikan, pendidik, orang tua dan masyarakat. Pendidik dan orangtua bertanggung jawab langsung pada pelaksanaan kegiatan sedangkan penyelenggara bertanggung jawab menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran. Masyarakat betanggung jawab menjaga lingkungan dan suasana belajar anak.

Agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan diperlukan pedoman pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak yang mengacu pada kurikulum PAUD 2013 yang dapat menjadi acuan bagi pendidik di lapangan.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan


(4)

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. …… Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

C. Tujuan

1. Memberikan petunjuk kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran. 2. Memberikan petunjuk kepada penyelenggara satuan pendidikan dalam mengelola satuan

PAUD berdasarkan kurikulum sesuai prinsip-prisip pembelajaran anak.

3. Memberikan petunjuk kepada penyelenggara satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minat serta karakteristik peserta didik.

D. Sasaran

Pendidik (guru, guru pendamping dan pengasuh), Tenaga Kependidikan (Kepala Sekolah, Pengelola, Pengawas/Penillik, Administrasi dan Petugas Kebersihan), orangtua, pemangku kebijakan dan masyarakat.


(5)

Kegiatan Pembelajaran pada Pendidikan anak usia dini harus disesuaikan dengan beberapa hal, yakni:

A. Karakteristik cara belajar anak usia dini; 1. Anak belajar secara bertahap.

Anak belajar bertahap sesuai dengan kematangan perkembangan berpikirnya. Anak belajar dari mulai segala sesuatu yang konkrit, yang dapat dirasakan oleh inderanya. Anak seorang pembelajar alami dan sangat senang belajar (Raffini, 1993). Anak belajar mulai dengan cara menarik, mendorong, merasakan, mencicipi, menemukan, menggerak-gerakan dengan berbagai cara yang disukainya. Anak belajar sejak lahir dan sesungguhnya anak senang belajar dan mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya. (Lind, 1999, p. 79).

2. Cara berpikir anak bersifat khas.

Duit and Treagust (1995) menyatakan bahwa cara anak berpikir berakar dari pengalamannya sehari-hari. Pengalaman yang sangat membantu dan berharga bagi anak didapat dari enam sumber yakni: (1) pengalaman sensory, (2) pengalaman berbahasa, (3) latar belakang budaya, (4) teman sepermainan, (5) media masa, dan (6) kegiatan saintis. Cara anak berpikir tentang dunia sekelilingnya juga mempengaruhi pemahamannya tentang konsep saintis.

Anak cenderung melihat sesuatu berpusat pada dirinya sendiri atau cara memandang kemanusiaan. Misalnya saat bonekanya ditinggal di bangku, anak berkata “tunggu ya disitu jangan nakal.” Jadi anak selalu menggunakan sisi kemanusiaan terhadap benda-benda atau kejadian. Seringkali anak menggunakan kata-kata yang makna berbeda dengan makna orang dewasa atau pada umumnya. Misalnya “kemarin aku pergi ke pasar sama ibu.” Kata kemarin bukan berarti sebelum hari ini, tetapi bisa jadi minggu lalu, dua hari lalu, atau baru saja terlewati. Hal ini karena konsep waktu pada anak belum cukup matang.

BAB II


(6)

3. Anak-anak belajar dengan berbagai cara.

Anak senang mengamati dan berpikir tentang lingkungannya (Eshach & Fried, 2005; Ramey-Gassert, 1997). Anak termotivasi untuk mengeksplor dunia sekitarnya dengan caranya sendiri (French, 2004). Terkadang cara anak belajar tidak dipahami orang dewasa, sehingga dianggap anak ini sedang bermain tanpa makna atau bahkan sebaliknya ia berbuat sesuatu yang nakal.

Contoh Bernus memukul-mukul dinding dengan tangan, sekali-kali ia juga memukul menggunakan alat atau menjejakkan kakinya. Selintas ia sedang berbuat yang dapat

merusak dinding. Tetapi saat ditanya, Bernus menjawab “aneh ya kalau dipukul tangan suaranya dung-dung, kalau pake pensil jadi tek tek, tapi kalau pake kaki jadi bum-bum.” Rupanya Bernus sedang melakukan percobaan


(7)

4. Anak belajar satu sama lain dalam lingkungan sosial.

Anak terlibat aktif dengan lingkungannya untuk mengembangkan pemahaman mendasar tentang fenomena yang anak amati dan lakukan. Anak juga membangun keterampilan proses saintis yang sangat penting yaitu mengamati, mengklasisikasikan, dan juga mengelompokkan. (Eshach & Fried, 2005; Platz, 2004).

Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan lainnya berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

5. Anak belajar melalui bermain.

Bermain membantu mengembangkan berbagai potensi anak. Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.

B. Prinsip-prinsip pembelajaran PAUD

1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain

a. Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya.

b. Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif.

c. Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua.


(8)

3. Stimulasi Terpadu

Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi

keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.

4. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak.

5. Lingkungan Kondusif

a. Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak.

b. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan.

c. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.


(9)

d. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik

a. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.

b. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya.

7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

a. Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk

membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

b. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar

a. Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya.

b. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan.


(10)

Ajaklah anak untuk memperhatikan saluran air yang ada di sekitar Lembaga PAUD. Diskusikan dengan anak:

- Apa saja yang terlihat..?

- Ada benda apa saja yang ikut hanyut ?

- Apa jadinya jika banyak benda yang dibuang di saluran tersebut? - Apa yang seharusnya dilakukan?

Bila kegiatan ini dilakukan bersama anak. Pastikan saluran air yang diamati tidak membahayakan baik dari kedalaman, kederasan air, maupun pagar

pembatasnya. Pastikan mereka aman sehingga tidak ada anak yang jatuh ke dalam saluran air tersebut.


(11)

A. Pengertian

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sain tetapi menggunakan proses saintis dalam kegiatan belajar.

B. Pentingnya pendekatan saintifik sejak anak usia dini.

Pembelajaran saintifis pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk banyak aspek perkembangan anak. para peneliti menganjurkan pembelajaran saintifik mulai dikenalkan sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir. (Eshach & Fried, 2005; Watters, Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000). Hal ini penting untuk membantu anak memahami dunia, mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai kunci dasar anak belajar berpikir saintis (Eshach & Fried, 2005; Ravanis & Bagakis,1998).

BAB III

PEMBELAJARAN


(12)

Mengembangkan berpikir saintifik sejak usia dini akan mempermudah transfer keterampilan saintifik yang mereka miliki menjadi area akademik yang dapat mendukung prestasi akademik. Berpikir saintifik adalah kemampuan berpikir dalam memahami masalah, menganalisa, mencari pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif dan kreatif. self-efficacy (Kuhn & Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, & Garcia-Milla, 1992). PAUD yang proses pembelajarannya miskin dengan proses berpikir saintifis berpengaruh negative pada perilaku dan capaian prestasi anak. Dampak tersebut bersifat menetap hingga ke tahap pendidikan tinggi (Mullis & Jenkins, 1988).

C. PENDEKATAN SAINTIFIK PADA ANAK USIA DINI

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Pada anak usia dini pengenalan proses saintifik dilakukan dengan cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu jawaban hingga memahami dunia dengan gagasan-gagasan yang mengagumkan. (Duckworth, 1987).

Pendekatan saintifik menerapka proses:

Mengamati (Observing); mengamati berarti menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Proses mengamati benar-benar dilakukan oleh anak tidak karena diberi tahu guru. Apabila anak belum terbiasa dengan proses ini, guru dapat mendukungnya dengan kata-kata: “kamu

BAB III


(13)

boleh memegang, mencium, mendengarkan, mencicipinya… nah apa yang kamu rasakan?

Menanya (Questioning); menanyakan sebagai salah salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi atau mencocokkan dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Pada dasarnya anak seorang peneliti yang handal, ia selalu ingin tahu tentang sesuatu yang ditangkap inderanya. Karenanya ia sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat diluar dugaan orang dewasa. Tetapi itu proses saintis yang berasal dari pikiran kritisnya.

Perlu guru lakukan untuk mendukung kemampuan menanya adalah sebagai berikut:

 Pada dasarnya anak senang bertanya. Saat anak tidak punya gagasan untuk bertanya, guru boleh memancingnya, misalnya: Waktu kita petik tadi bunganya masih segar, kenapa sekarang menjadi layu ya?

 Apabila anak bertanya dengan pertanyaan demikian, sebaiknya tidak usah langsung dijawab, tetapi pancing agar ia mencari jawabannya, midsalnya: “oya ya.. Mengapa demikian ya..menurut kamu kenapa?

 Bila ada buku yang sesuai, ajaklah anak untuk mencari jawabannya di buku, untuk mengenalkan buku sebagai sumber ilmu sejak usia dini, misalnya: mari kita lihat di buku ini..

Mengumpulkan (Colecting): mengumpulkan data suatu proses yang sangat diminati anak. dalam proses ini anak melakukan coba - gagal – coba lagi “trial and error”. Anak senang mengulang-ulang kegiatan yang sama tetapi dengan cara bermain yang berbeda. Pembelajaran yang membolehkan anak melakukan banyak hal sangat mendukung kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan pembelajaran yang banyak menggunakan lembaran kerja justru membelenggu kemampuan kreatif anak.

Bentuk dukungan guru untuk membangun kemampuan anak di tahap ini adalah:

a. Saat anak bermain ia membutuhkan waktu untuk menerapkan gagasannya, karenanya guru memberi waktu untuknya menyelesaikan gagasan melalui bahan dan alat yang digunakannya.

b. Bila anak tidak memiliki gagasan bermain, guru dapat memberi contoh awal, selanjutnya anak dapat melakukan sendiri


(14)

c. Bila anak sudah selesai, guru dapat memperluas gagasan dengan cara memberi pertanyaan terbuka misalnya: Wah .. Sudah banyak daun bunga yang sudah ditempel, dimana tempat menempel daun yang kecil-kecil?

Mengasosiasi (Associating): proses asosiasi merupakan proses lebih lanjut dimana anak mulai menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang didapatkannya atau yang ada disekitarnya. Contohnya anak belajar tentang bentuk segi tiga melalui potongan kertas yang disiapkan guru. Guru mengajak anak untuk menemukan benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk segi tiga. Disini guru sudah mengasosiasikan atau menghubungkan pengetahuan baru tentang segi tiga dengan benda-benda di lingkungan sekitar.

Proses asosiasi penting bagi anak untuk membangun pemahaman baru tentang dunia di sekelilingnya. Piaget menyatakan bahwa anak membentuk schemata baru tanpa membuang yang sudah ada tetapi memperbaiki dan menguatkan yang sebelumnya. Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu:

- Menyebutkan persamaan: itu sama dengan …… - Menyebutkan perbedaan: kalau ini …. Tapi itu …. - Mengelompokkan: yang ini temannya ini

- Membandingkan: daun ku lebih besar dari daun kamu - dst

tentu saja kemampuan di atas sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki anak dan usia anak.

Dukungan guru untuk memunculkan kemampuan asosiasi dapat dilakukan dengan memancing pernyataan, seperti berikut:

 ini daun pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?

 Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu , maka guru harus menguatkan dan bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: Bu guru daunnya warna coklat seperti warna pintu itu. Guru bisa menguatkan: oya.. benar, terus apa lagi ya yang berwarna coklat.. ?


(15)

Anak yang lebih muda usia kemampuan asosiasinya terkadang muncul tetapi seperti tidak nyambung, misalnya: “Aku diberi coklat oleh ayah (kata Lina)”. “nanti aku pulang dijemput ayah (kata Asri)”. “Aku suka main bola sama ayah..” (kata Firman). Anak memahami makna ayah, tetapi menghubungkannya dengan pengalamannya dengan ayah walaupun dalam kalimat yang saling terpisah.

Mengkomunikasikan (Communicating):

Proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan baru yang di dapatkan anak. Mengkomunikasikan Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru aku tahu, kalau …….” Tetapi mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan melalui ucapan, dapat juga disampaikan melalui hasil karya. Biasanya anak menyampaikannya dengan cara menunjukkan karyanya. “Bu guru lihat…aku sudah membuat….”

Itu kalimat yang sering disampaikan anak. Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang.

Dukungan Dukungan guru saat anak mengkomunikasikan karyanya adalah perhatian yang tulus.

 “Bu guru lihat…aku sudah membuat….” contoh celoteh anak. tanggapan guru: oya.. Bisa kamu ceritakan kepada ibu guru..?

 Untuk penguatan, guru dapat menyatakan: Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu dengan baik, apakah mau membuat lagi atau mencoba kegiatan main yang lain..?

Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (2)


(16)

Sub Tema : tubuhku

Kompetensi Dasar Yang dicapai:

1.1 – 1.2 – 2.3 – 2.5 – 2.8 – 2.10 – 3.3-4.3 – 3.4-4.4 – 3.12-4.12

Materi:

Tubuhku ciptaan Tuhan, menjawab pertanyaan dengan sopan, bagian tubuh yang boleh dan tidak

Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (1) Tema : Diriku

Sub Tema : tubuhku

Kompetensi Dasar Yang dicapai:

1.1 – 1.2 – 2.3 – 2.5 – 2.8 – 2.10 – 3.3-4.3 – 3.4-4.4 – 3.12-4.12

Materi:

Tubuhku ciptaan Tuhan, menjawab pertanyaan dengan sopan, bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh, kerapihan berpakaian, doa sebelum dan sesudah belajar, nama anggota tubuh dan cara merawatnya, keaksaraan awal nama anggota tubuh.

Kegiatan:

-Menyusun huruf nama diri

-Membuat hiasan dinding dengan foto diri

-Menggambar foto diri

- Menggunting dan menempel gambar anggota tubuh

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan


(17)

masing-masing. Beberapa alat yang terkait dengan tema dan pengetahuan dibawa untuk dibahas bersama.

- Guru menunjukkan kartu nama masing-masing anak.

- Guru menunjukkan gambar bagian-bagian anggota tubuh

- Guru menunjukkan contoh hiasan dinding dengan foto diri, lalu berdiskusi: “ bahan apa saja yang diperlukan, bagaimana caranya, dst”

- Guru mempersilakan anak untuk memilih kegiatan main yang diminatinya.

- Anak mengidentifikasi huruf yang ada di kartu namanya dan mencocokkan huruf yang sama dengan nama temannya.

- Anak mengamati bagian anggota tubuh dan menyebutkan nama-namanya.

- Anak mengemukakan pendapatnya tentang bahan dan cara membuat.

- Anak menentukan kegiatan main yang akan dipilihnya.

Inti:

Guru mengamati apa yang dilakukan anak, mencatat di lembar pengamatan, memberi dukungan apabila ada anak yang memerlukan bantuan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.

Mempersilakan anak yang sudah selesai dengan kegiatan mainnya untuk merapikan kembali alat dan bahan sebelum berpindah ke tempat lainnya.

Anak bereksplorasi dengan kartu huruf untuk menyusun nama diri.

Anak bereksplorasi dengan alat untuk menggunting gambar-gambar anggota tubuh untuk ditempel sehingga menjadi tubuh yang utuh.

Anak berekplorasi dengan alat krayon dan spidol untuk menggambar foto diri

Anak bereksplorasi dengan alat dan bahan untuk membuat hiasan dinding foto diri.

Setelah Bermain

- Guru mengajak anak membereskan mainan yang sudah digunakan.

- Mengumpulkan semua anak.

- Mengembalikan mainan ke tempat semula secara tertib.


(18)

- Menanyakan perasaan anak selama bermain, apa yang dikerjakan, mengulang pengetahuan yang dikenalkan sebelum main.

- Membahas bila ada perilaku yang kurang tepat selama bermain dan mengingatkan kembali aturan main.

- Secara bergilir menceritakan pengalaman bermainnya.

- Anak menunjukkan hasil karya dan menceritakan kepada kelompok.

- Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang kurang baik.

boleh disentuh, kerapihan berpakaian, doa sebelum dan sesudah belajar, nama anggota tubuh dan cara merawatnya, keaksaraan awal nama anggota tubuh.

Kegiatan:

Bermain peran tentang aktivitas keluarga di pagi hari:

- Seting dapur

- Seting ruang makan

- Angkutan umum

- Satuan PAUD

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan

- Guru menyiapkan alat dan tempat sesuai seting di atas.

- Guru menanyakan kegiatan yang biasa anak lakukan dipagi hari

- Menawarkan peran: anak, ibu, tukang angkot, ibu guru, satpam sekolah, dll.

- Mempersilakan anak merperan sesuai dengan pilihannya.

- Guru menunjukkan kartu nama masing-masing anak.

- Guru menunjukkan gambar bagian-bagian

- Anak mengidentifikasi alat-alat, kegunaannya, cara memakainya.

- Anak mengemukakan pendapatnya tentang kegiatan yang biasa mereka lakukan di pagi hari.

- Anak menentukan peran yang akan dimainkannya.

- Menentukan dan menggunakan atribut sesuai dengan perannya


(19)

anggota tubuh

- Guru menunjukkan contoh hiasan dinding dengan foto diri, lalu berdiskusi: “ bahan apa saja yang diperlukan, bagaimana caranya, dst”

- Guru mempersilakan anak untuk memilih kegiatan main yang diminatinya.

Inti:

Guru mengamati apa yang dilakukan anak, mencatat di lembar pengamatan, memberi dukungan apabila ada anak yang memerlukan bantuan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.

Anak bermain peran

Setelah Bermain

- Guru mengajak anak membereskan mainan yang sudah digunakan.

- Mengumpulkan semua anak. - Menanyakan perasaan anak selama

bermain, apa yang dikerjakan, mengulang pengetahuan yang dikenalkan sebelum main.

- Membahas bila ada perilaku yang kurang tepat selama bermain dan mengingatkan kembali aturan main.

- Mengembalikan mainan ke tempat semula secara tertib.

- Berkumpul setelah membereskan mainan - Secara bergilir menceritakan pengalaman

bermainnya.

- Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang kurang baik.


(20)

Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (3) Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

Kompetensi Dasar Yang dicapai

- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:

- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat, tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan :

 Menghias kue Ulang Taun dari kardus dengan hiasan berbentuk segi tiga dan segi empat  Membungkus kado berbentuk segi tiga dan segi empat

 Membuat lampion dengan bentuk segi tiga dan segi empat

 Mencetak dan menggunting huruf nama sendiri dan tanggal ulang tahun untuk dirangkai  Menyanyi “ Bila umur Ku bertambah“

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan:

- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-masing. Beberapa alat yang terkait dengan tema dan pengetahuan (huruf-huruf, bentuk segi tiga dan segi empat, angka.

- Guru memberikan kepada anak-anak alat yang terkait dengan pengetahuan yang akan dikenalkan. “ Coba perhatikan benda apa saja yang ada di depan kita? Unttuk apa? Mengapa? Bagaimana bila..?

- Guru bertanya apa perbedaan bentuk

benda-- Anak mengamati setiap benda yang ada di depannya.

- Anak menyampaikan pendapatnya tentang pertanyaan yang diajukan guru

- Anak memperhatikan benda-benda di depannya dan menyebutkan cirri-ciri dan


(21)

benda di depan anak

- Guru bertanya alat apa saja yang diperlukan untuk membuat sesuai kegiatan.

- Guru mempersilakan anak memilih kegiatan yang diminatinya dalam kelompok kecil.

perbedaannya dengan benda lain

- Anak mengelompokkan alat sesuai dengan kegiatan.

- Anak memilih tempat kegiatan.

Inti:

Guru mengamati apa yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan yang diajukan anak, mencatat perilaku yang sesuai dengan indicator hasil belajar. Bertanya untuk memperkuat pengetahuan yang dipelajari anak.

Anak bermain sesuai dengan kegiatan yang dipilihnya. Mencoba bahan dan alat sesuai dengan gagasannya. Bertanya bila ada yang tidak dipahaminya, dan menjawab bila ada yang ditanyakan teman atau guru.

Apabila anak sudah selesai dengan satu kegiatan, guru dapat mempersilakan untuk berganti ke tempat kegiatan lainnya.

Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan bermainnya di satu tempat, menyimpan hasil kerjanya, dan membereskan kembali alat dan tempat main yang sudah digunakan, lalu dapat berpindah ke tempat kegiatan lainnya.

Setelah Bermain

- Guru mengajak anak membereskan mainan yang sudah digunakan.

- Mengumpulkan semua anak.

- Menanyakan perasaan anak selama bermain, apa yang dikerjakan, mengulang

pengetahuan yang dikenalkan sebelum main.

- Membahas bila ada perilaku yang kurang tepat selama bermain dan mengingatkan kembali aturan main.

- Mengembalikan mainan ke tempat semula secara tertib.

- Berkumpul setelah membereskan mainan - Secara bergilir menceritakan pengalaman

bermainnya.

- Anak menunjukkan hasil karya dan menceritakan kepada kelompok.

- Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang kurang baik.


(22)

(23)

Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (4). Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD

- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:

- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat, tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan :

 Membuat kue ulang tahun dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat. Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan:

- Guru menyiapkan bahan kue, alat yang akan digunakan dan aturan membuat kue, dan meja anak yang telah dibersihkan

- Guru mengajak berdoa, mengenalkan semua bahan. Pertanyaan guru: bagaimana tekstur, bau, rasa, namanya, bagaimana bila..?

- Guru mengenalkan resep dan urutan kerja - Mengajak anak merapikan kembali meja

dan alat yang sudah digunakan

-Anak memperhatikan semua bahan dan mengamati bahan dengan semua inderanya.

-Anak bertanya tentang resep, menghitungnya.

-Anak mencoba membuat adonan sesuai bimbingan guru sambil menjawab atau mengajukan pertanyaan sesuai dengan proses pembuatan adonan.

-Anak secara bergilir mencoba membuat adonan kue sementara yang lain memhartikan.

-Dapat juga adonan dibagi dalam resep kecil sehingga adonan dikerjakan oleh kelompok kecil setelah sebelumnya mendengarkan langkah dari guru.

-Bersama-sama merapikan tempat dan alat yang sudah dipakai

Inti:

- Membagi anak ke dalam kelompok tugas - Menerangkan urutan kerja

- Membagikan adonan untuk dicetak dengan

- Anak menyiapkan dan membuat adonan sesuai urutan kerja


(24)

cetakan segi tiga, atau segi empat, atau bentuk lainnya. Bertanya bagaimana agar adonan mudah dicetak? dsb

- Membakar kue cetakan anak dan menunjukkan jarum jam yang menunjukkan kue sudah matang

dicetak

- Mencetak adonan dengan bentuk segi tiga, segi empat atau bentuk lain termasuk cetakan huruf yang dipilih anak.

- Menunggu kue yang dibakar dengan terus bertanya dan bercerita.

Setelah bermain:

- Guru mengumpulkan semua kue yang sudah matang dalam satu tempat. Kemudian meminta anak menyiapkan piring kecil di atas meja sesuai jumlah anak dan jumlah kursi (konsep hubungan satu ke satu)

- Menyiapkan jepitan kue dan tempat untuk klasifikasi kue berdasarkan bentuk.

- Menanyakan bentuk mana yang paling banyak.

- Mempersilakan anak mengambil kue dengan cara bergilir.

- Menanyakan perasaan anak dan hal yang terkait dengan menu dan cara membuat kue

- Anak menyiapkan piring sesuai jumlah mereka

- Anak mengelompokkan kue menggunakan jepitan kur secara bergilir. - Anak menghitung jumlah kue di setiap

kelompok

- Anak mengambil kue secara bergilir. - Anak mengutarakan perasaan dan

pengalamannya membuat kue ulang tahun bersama-sama

Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (5). Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD

- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:

- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat, tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan : Bermain bahan alam

- Pasir dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat besar dan kecil

- Tanah liat dengan cetakan kue dan cetakan huruf-huruf


(25)

- Daun nangka hijau dan kuning dengan potongan lidi untuk membuat topi ulang tahun. Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan:

- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-masing. Beberapa alat yang terkait dengan tema dan pengetahuan (huruf-huruf, bentuk segi tiga dan segi empat, angka).

- Guru memberikan kepada anak-anak alat yang terkait dengan pengetahuan yang akan dikenalkan. Dan bertanya dengan pertanyaan “ apa, untuk apa, mengapa, bagaimana bila.. mana yang lebih baik ..? dst

- Guru bertanya apa perbedaan bentuk benda-benda di depan anak

- Guru bertanya alat apa saja yang diperlukan untuk membuat sesuai kegiatan.

- Guru mempersilakan anak memilih kegiatan yang diminatinya dalam kelompok kecil.

- Anak mengamati setiap benda yang ada di depannya.

- Anak menyampaikan nama benda dan kegunaannya.

- Anak memperhatikan benda-benda di depannya dan menyebutkan cirri-ciri dan perbedaannya dengan benda lain

- Anak mengelompokkan alat sesuai dengan kegiatan.

- Anak memilih tempat kegiatan.

Inti:

Guru mengamati apa yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan yang diajukan anak, mencatat perilaku yang sesuai dengan indicator hasil belajar. Bertanya utnuk menguatkan pengetahuan yang sedang dipelajari anak.

Anak mencoba dan menggunakan alat dan bahan sesuai gagasannya. Bertanya bila ada yang tidak dipahaminya, dan menjawab bila ada yang ditanyakan teman atau guru.

Apabila anak sudah selesai dengan satu kegiatan, guru dapat mempersilakan untuk berganti ke tempat kegiatan lainnya.

Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan bermainnya di satu tempat, menyimpan hasil kerjanya, dan membereskan kembali alat dan tempat main yang sudah digunakan, lalu dapat berpindah ke tempat kegiatan lainnya.

Setelah Bermain

- Guru mengajak anak membereskan mainan yang sudah digunakan.

- Mengembalikan mainan ke tempat semula secara tertib.


(26)

- Mengumpulkan semua anak. - Menanyakan perasaan anak selama

bermain, apa yang dikerjakan, mengulang pengetahuan sebelum main.

- Membahas bila ada perilaku yang kurang tepat selama bermain dan mengingatkan kembali aturan main.

- Berkumpul setelah membereskan mainan - Secara bergilir menceritakan pengalaman

bermainnya dan menunjukkan hasil karyanya.

- Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang kurang baik.


(27)

DUKUNGAN / PIJAKAN GURU

 Pembelajaran di PAUD bertujuan untuk mengenalkan pembelajaran aktif melalui kegiatan langsung – hand-on dalam kelompok kecil, individu, ataupun kelompok besar. Dukungan guru disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Guru seharusnya memahami bahwa kemampuan berpikir anak masih terbatas, karenanya dukungan yang diberikan guru merupakan cara yang paling efektif untuk anak agar ia dapat terlibat dalam kegiatan bermain yang lebih bermakna.

 Dukungan guru tidak mengambil alih gagasan anak, dimana anak harus mengikuti gagasan guru, tetapi dorongan agar anak menjadi pembelajar aktif yang memiliki gagasan dan cara belajar sendiri.

 Dukungan guru mendorong terbangunnya hubungan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan apa yang sedang pelajariny a.

 Dukungan guru akan lebih optimal bila membuka kesempatan kepada anak untuk membangun pengalamannya melalui dukungan: pertanyaan terbuka, focus pada perhatian anak, mengajak anak membuat prediksi sebelum, selama, dan sesudah membaca buku cerita ataupun kegiatan bermain.

 Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan anak menerangkan pikirannya. Contoh pertanyaan terbuka,”apa saja yang kamu lihat di taman tadi?”. Contoh pertanyaan tertutup :” tadi di taman ada bunga tidak?”

 Gambar-gambar, ilustrasi, atau diagram yang sesuai dapat membantu mempermudah pemahaman terhadap proses pembelajaran.

 Menggunakan kondisi alam, suhu, perbedaan cuaca, pergantian siang dan malam, pohon, gedung, awan, hujan, dan sebagainya merupakan topic yang dapat dibahas bersama anak. dengan kata lain pembelajaran anak tidak terbatas pada apa yang ada di lembaran kertas kerja, tetapi segala sesuatu yang ada di lingkungan jauh lebih berharga karena sesuai dengan kehidupan anak sehari-hari.


(28)

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya Pedoman

pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini telah selesai disusun walaupun

dengan keterbatasan. Semoga pedoman ini dapat memberi inspirasi pada para

pendidik PAUD tentang bagimana menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak

Usia Dini dengan pendekatan saintifik.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu

mengoptimalkan potensi anak, sehingga anak usia dini tumbuh dan berkembang

menjadi sumber daya manusia yang mempuni, handal, kompetitif, kreatif, dan

tangguh.

Apabila dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengalami

kesulitan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan guru inti dan mendiskusikannya

di Gugus PAUD. Silakan kontak kami di http/www.paud-kemdiknas.go.id.


(1)

Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (4).

Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD

- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:

- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat, tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan :

 Membuat kue ulang tahun dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat.

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan:

- Guru menyiapkan bahan kue, alat yang akan

digunakan dan aturan membuat kue, dan meja anak yang telah dibersihkan

- Guru mengajak berdoa, mengenalkan semua bahan. Pertanyaan guru: bagaimana tekstur, bau, rasa, namanya, bagaimana bila..?

- Guru mengenalkan resep dan urutan kerja

- Mengajak anak merapikan kembali meja dan alat yang sudah digunakan

-Anak memperhatikan semua bahan dan mengamati bahan dengan semua inderanya.

-Anak bertanya tentang resep, menghitungnya.

-Anak mencoba membuat adonan sesuai bimbingan guru sambil menjawab atau mengajukan pertanyaan sesuai dengan proses pembuatan adonan.

-Anak secara bergilir mencoba membuat

adonan kue sementara yang lain memhartikan.

-Dapat juga adonan dibagi dalam resep kecil sehingga adonan dikerjakan oleh kelompok kecil setelah sebelumnya mendengarkan langkah dari guru.

-Bersama-sama merapikan tempat dan alat yang sudah dipakai

Inti:

- Membagi anak ke dalam kelompok tugas

- Menerangkan urutan kerja

- Membagikan adonan untuk dicetak dengan

- Anak menyiapkan dan membuat adonan sesuai urutan kerja


(2)

cetakan segi tiga, atau segi empat, atau bentuk lainnya. Bertanya bagaimana agar adonan mudah dicetak? dsb

- Membakar kue cetakan anak dan menunjukkan jarum jam yang menunjukkan kue sudah matang

dicetak

- Mencetak adonan dengan bentuk segi tiga, segi empat atau bentuk lain termasuk cetakan huruf yang dipilih anak.

- Menunggu kue yang dibakar dengan terus bertanya dan bercerita.

Setelah bermain:

- Guru mengumpulkan semua kue yang sudah matang dalam satu tempat. Kemudian meminta anak menyiapkan piring kecil di atas meja sesuai jumlah anak dan jumlah kursi (konsep hubungan satu ke satu)

- Menyiapkan jepitan kue dan tempat untuk klasifikasi kue berdasarkan bentuk.

- Menanyakan bentuk mana yang paling banyak.

- Mempersilakan anak mengambil kue dengan cara bergilir.

- Menanyakan perasaan anak dan hal yang terkait dengan menu dan cara membuat kue

- Anak menyiapkan piring sesuai jumlah mereka

- Anak mengelompokkan kue

menggunakan jepitan kur secara bergilir.

- Anak menghitung jumlah kue di setiap kelompok

- Anak mengambil kue secara bergilir.

- Anak mengutarakan perasaan dan pengalamannya membuat kue ulang tahun bersama-sama

Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (5).

Tema : Diriku

Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD

- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:

- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat, tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan : Bermain bahan alam

- Pasir dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat besar dan kecil

- Tanah liat dengan cetakan kue dan cetakan huruf-huruf


(3)

- Daun nangka hijau dan kuning dengan potongan lidi untuk membuat topi ulang tahun.

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:

Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak

Pembukaan:

- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-masing. Beberapa alat yang terkait dengan tema dan pengetahuan (huruf-huruf, bentuk segi tiga dan segi empat, angka).

- Guru memberikan kepada anak-anak alat yang terkait dengan pengetahuan yang akan dikenalkan. Dan bertanya dengan pertanyaan “ apa, untuk apa, mengapa, bagaimana bila.. mana yang lebih baik ..? dst

- Guru bertanya apa perbedaan bentuk benda-benda di depan anak

- Guru bertanya alat apa saja yang diperlukan untuk membuat sesuai kegiatan.

- Guru mempersilakan anak memilih kegiatan yang diminatinya dalam kelompok kecil.

- Anak mengamati setiap benda yang ada di

depannya.

- Anak menyampaikan nama benda dan kegunaannya.

- Anak memperhatikan benda-benda di depannya dan menyebutkan cirri-ciri dan perbedaannya dengan benda lain

- Anak mengelompokkan alat sesuai dengan kegiatan.

- Anak memilih tempat kegiatan.

Inti:

Guru mengamati apa yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan yang diajukan anak, mencatat perilaku yang sesuai dengan indicator hasil belajar. Bertanya utnuk menguatkan pengetahuan yang sedang dipelajari anak.

Anak mencoba dan menggunakan alat dan bahan sesuai gagasannya. Bertanya bila ada yang tidak dipahaminya, dan menjawab bila ada yang ditanyakan teman atau guru.

Apabila anak sudah selesai dengan satu kegiatan, guru dapat mempersilakan untuk berganti ke tempat kegiatan lainnya.

Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan bermainnya di satu tempat, menyimpan hasil kerjanya, dan membereskan kembali alat dan tempat main yang sudah digunakan, lalu dapat berpindah ke tempat kegiatan lainnya.

Setelah Bermain

- Guru mengajak anak membereskan mainan yang sudah digunakan.

- Mengembalikan mainan ke tempat semula secara tertib.


(4)

- Mengumpulkan semua anak.

- Menanyakan perasaan anak selama

bermain, apa yang dikerjakan, mengulang pengetahuan sebelum main.

- Membahas bila ada perilaku yang kurang tepat selama bermain dan mengingatkan kembali aturan main.

- Berkumpul setelah membereskan mainan

- Secara bergilir menceritakan pengalaman

bermainnya dan menunjukkan hasil karyanya.

- Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang kurang baik.


(5)

DUKUNGAN / PIJAKAN GURU

 Pembelajaran di PAUD bertujuan untuk mengenalkan pembelajaran aktif melalui kegiatan langsung – hand-on dalam kelompok kecil, individu, ataupun kelompok besar. Dukungan guru disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Guru seharusnya memahami bahwa kemampuan berpikir anak masih terbatas, karenanya dukungan yang diberikan guru merupakan cara yang paling efektif untuk anak agar ia dapat terlibat dalam kegiatan bermain yang lebih bermakna.

 Dukungan guru tidak mengambil alih gagasan anak, dimana anak harus mengikuti gagasan guru, tetapi dorongan agar anak menjadi pembelajar aktif yang memiliki gagasan dan cara belajar sendiri.

 Dukungan guru mendorong terbangunnya hubungan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan apa yang sedang pelajariny a.

 Dukungan guru akan lebih optimal bila membuka kesempatan kepada anak untuk membangun pengalamannya melalui dukungan: pertanyaan terbuka, focus pada perhatian anak, mengajak anak membuat prediksi sebelum, selama, dan sesudah membaca buku cerita ataupun kegiatan bermain.

 Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan anak menerangkan pikirannya. Contoh pertanyaan terbuka,”apa saja yang kamu lihat di taman tadi?”. Contoh pertanyaan tertutup :” tadi di taman ada bunga tidak?”

 Gambar-gambar, ilustrasi, atau diagram yang sesuai dapat membantu mempermudah pemahaman terhadap proses pembelajaran.

 Menggunakan kondisi alam, suhu, perbedaan cuaca, pergantian siang dan malam, pohon, gedung, awan, hujan, dan sebagainya merupakan topic yang dapat dibahas bersama anak. dengan kata lain pembelajaran anak tidak terbatas pada apa yang ada di lembaran kertas kerja, tetapi segala sesuatu yang ada di lingkungan jauh lebih berharga karena sesuai dengan kehidupan anak sehari-hari.


(6)

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya Pedoman

pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini telah selesai disusun walaupun

dengan keterbatasan. Semoga pedoman ini dapat memberi inspirasi pada para

pendidik PAUD tentang bagimana menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak

Usia Dini dengan pendekatan saintifik.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu

mengoptimalkan potensi anak, sehingga anak usia dini tumbuh dan berkembang

menjadi sumber daya manusia yang mempuni, handal, kompetitif, kreatif, dan

tangguh.

Apabila dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengalami

kesulitan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan guru inti dan mendiskusikannya

di Gugus PAUD. Silakan kontak kami di http/www.paud-kemdiknas.go.id.