PERANAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Abad 21 ini merupakan era reformasi dan globalisasi yang ditandai dengan
munculnya persaingan bebas antar bangsa. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merumuskan kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi yaitu kurikulum 2013. (Ritma, et
al. 2015). Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter
bangsa, berbasis peradaban, dan berbasis pada kompetensi (Resti, 2013).
Kurikulum 2013 berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman
personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba.
Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari
berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya
menyelesaikan masalah (Permendikbud No. 58, 2014).
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu
proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses
pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang

dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. (Taufik, 2013).
Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, yang
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir berkaitan dengan pola
pembelajaran, yaitu berpusat pada peserta didik dan pembelajaran bersifat aktifmencari. Hal ini dikarena pembelajaran merupakan proses ilmiah sehingga
pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Nulfita,
2014). Pendekatan saintifik dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.

1

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintifik harus dipandu dengan
kaidah pendekatan ilmiah, sehingga proses pembelajaran harus dilaksanakan
dengan dipandu nilai, prinsip, atau kriteria ilmiah (Daryanto, 2014). Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach)
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Permendikbud, 2013).
Mencoba merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap

ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk
memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus melakukan percobaan,
terutama untuk materi/substansi yang sesuai dan aplikasi dari kegiatan
mencobapun dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar
(sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Aplikasi metode eksperimen atau
mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini yaitu: menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum, mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan, mempelajari dasar teoritis yang relevan dan
hasil-hasil eksperimen sebelumnya, melakukan dan mengamati percobaan,
mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, menarik
simpulan atas hasil percobaan, dan membuat laporan dan mengkomunikasikan
hasil percobaan (Permendikbud, 2013).
Pembelajaran biologi pada dasarnya harus mampu membekali siswa
bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu
memberikan kepuasan intlektual terutama dalam membangun kemampuaan
berpikir. Hal ini dikarena kemampuan berpikir akan berimplikasi terhadap
pengetahuan (kognitif), sikap (apektif), dan keterampilan (pisikomotor). Nurul
(2013) menyebutkan Pembelajaran berpendekatan saintifik merupakan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa
berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali
konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah
2

mengarahkan proses belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi
terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa. Dari pengertian pembelajaran
berpendekatan saintifik, maka pembelajaran biologi sebagai produk dan proses
sangat cocok untuk di ajarkan mengunakan pembelajaran berpendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi
karena pendekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan siswa dalam
belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep
dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan siswa dalam merumuskan,
menghadapi, dan menyelesaiakan permasalah yang ditemukan.
Penyelidikan atau percobaan dapat melatih siswa untuk memperoleh
keterampilan proses sains (Riess dalam Rusmiyati, 2009). Dari keterampilan
proses sains yang dilatihkan, diharapkan siswa mampu menguasai keterampilan
proses sains seperti mengamati, merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
mengidentifikasi variabel, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Hal ini dapat
membantu siswa dalam mengingat hasil belajar yang telah diperoleh dalam jangka

panjang, karena siswa ikut terlibat sepenuhnya dalam proses kegiatan
pembelajaran. (Ritma, 2015). Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari (Marjan,
2014), bahwa pembelajaran melalui pendekatan santifik mampu meningkatkan
keterampilan proses sains dasar, disebabkan karena pendekatan ini memberikan
keterlibatan langsung siswa dalam menggali dan menemukan konsep berdasarkan
fakta yang mereka temukan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka perlu diketahui peranan pembelajaran
santifik dalam meningkatkan keterampilan poses sains, disebabkan karena
pendekatan ini memberikan keterlibatan langsung siswa dalam menggali dan
menemukan konsep berdasarkan fakta yang mereka temukan.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari permasalahan diatas yaitu bagaimana peranan
pembelajaran saintifik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
materi biologi?

3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan peranan

pembelajaran saintifik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
materi biologi.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan tentang
peranan pembelajaran saintifik dalam meningkatkan keterampilan proses sains
siswa pada materi biologi.

4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keterampilan Proses Sains
Menurut Samiawan (1992), keterampilan proses merupakan keterampilan
fisik dan mental yang berkaitan dengan kemampuan dasar (asas) yang dimiliki,
dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan saintifik. Proses-proses yang
digunakan oleh saintis untuk menjalankan penyiasatan merupakan proses-proses
yang membawa kepada penyelesaian masalah dan penemuan. Menurut Poh (1997)
bahwa keterampilan proses sains merupakan cara untuk memperoleh dan
meyiasati pengetahuan sains. Keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu

pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.
Menurut Gega (1994) keterampilan proses digunakan oleh para ilmuwan
(saintis) dalam memecahkan masalah. Menurut Widyaningtyas (2007), dan
Balfaikha (2010) bahwa salah satu bagian dari pelaksanaan evaluasi dalam proses
pembelajaran adalah penilaian keterampilan proses yang penilaiannya meliputi
kemampuan atau keterampilan mengamati, menggolongkan menafsirkan,
meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan.
Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan
bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan
mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data mengomunikasikan
gagasan dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat digunakan
menemukan pengetahuan alam yang kemudian disebut keterampilan proses IPA.
Keterampilan proses sains penting diajarkan kepada siswa untuk memperkaya
pengetahuannya. (Alanindra, 2012). Keterampilan proses sains pada hakikatnya
adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tool) yaitu kemampuan
yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
mengembangkan diri (Chain dan Evans 1990). Keterampilan proses melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.


5

Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas
terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial
dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar (Rustaman, 2005).

Menurut Nuryani (2005),

keterampilan proses sains terdiri atas observasi, menafsirkan, klasifikasi,
meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan
konsep, dan mengajukan pertanyaan.
1.

Melakukan Percobaan (Observasi)
Mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan
memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati

merupakan tanggapan kita terhadap berbagi objek dan peristiwa alam
dengan menggunakan panca indera. Menggunakan indera penglihat,
pembau, pendengan, pengecap, dan peraba pada saat melakukan
pengamatan. Menggunakan fakta yang relevandan memadai dari hasil

2.

pengamatan juga termasuk ketrampilan proses mengamati.
Menafsirkan (interpretasi)
Mencatat hasil pengamatan secara terpisah antara hasil utama dan hasil
sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menurut Evi (2015),
menafsirkan data atau interpretasi data biasanya memerlukan dua langkah
dasar. Pertama, membaca digram, grafik atau tabel untuk memperoleh
informasi tertentu. Kemudian menerapkan informasi untuk mendapatkan

3.

jawaban.
Mengelompokkan (Klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan terjadi beberapa kegiatan seperti mencari

perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan,
dan mencari dasar penggolongan. Klasifikasi merupaka keterampilan proses
untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya,
sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang

4.

dimaksud.
Meramalkan (Prediksi)

6

Keterampilan memprediksi adalah keterampilan
menduga/memperkirakan/meramalkan beberapa kejadian/keadaan yang
akan terjadi berdasarka kejadian sekarang (yang telah diketahui,
keterampilan menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan
dugaan-dugaan). (Evi, 2015). Prediksi didasari pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antar fakta, konsep, dan prinsip
5.


dalam ilmu pengetahuan.
Berkomunikasi
Keterampilan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan
yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan, tang
dapat dikembanagkan dengan cara menghimpun informasi dari grafik atau

gambar yang mejelaskan benda/kejadian secara rinci. (Evi, 2015).
6.
Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan
penyebab suatu terjadi. Menurut Evi (2015), hipotesis adalah ramalan atau
prediksi yang bersifat khusus, yaitu meramalkan suatu variabel akan
mempengaruhi variabel lainnya.
7.
Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Dalam penyusunan rencana kegiatan peneliti perlu ditentukan cara
mengolah data untuk didimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan
terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk
8.


menarik kesimpulan.
Menerapakan konsep/prinsip
Setelah melakukan penyelidikan, siswa dapat menjelaskan peristiwa
tersebut dengan menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelum
melakukan penyelidikan. Hal ini merupaka suatu penerapan konsep yang
telah dipelajari dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

9.

Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa,
bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Kemampuan
bertanya ini diterapakan untuk menstimulus siswa untuk berpikir tentang
pembelajaran yang disajikan.

7

Indikator dalam pencapaian keterampilan proses sains dijabarkan dalam
tabel 1.
Tabel 1. Keterampilan proses sains dan indikatornya
Keterampilan Proses Sains
Mengamati/Observasi

Indikator
1. Menggunakan sebanyak mungkin indera
2. Mengumpulkan atau menggunakan fakta

Mengelompokkan/Klasifikasi

1.
2.
3.
4.
5.

Menafsirkan/Interpretasi

Mengajukan pertanyaan

Berhipotesis

yang relevan
Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan, persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar pengelompokkan atau

penggolongan
6. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
1. Menghubungkan hasil-hsil pengamatan
2. Menemukan pola dalam suatu seri
pengamatan
3. Menyimpulkan
1. menggunakan pola-pola hasil pengamatan
2. mengemukakan apa yang mungkin terjadi
pada keadaan yang belum diamati
1. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
2. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu
diuji kebenarannya dengan memperoleh
bukti lebih bnayak atau melakukan cara

Merencanakan percobaan

pemecahan masalah
1. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan
digunakan
2. Menentukan variabel/faktor penentu
3. Menentukan apa yang kan diukur, diamati,
dan dicatat
4. Menentukan apa yang akan dilaksanakan

Menggunakan alat/bahan

berupa langkah kerja
1. Memakai alat/bahan
2. Mengetahui alasan mengapa menggunakan
alat/bahan
3. Mengetahui bagaimana menggunakan

8

Menerapkan konsep

alat/bahan
1. Menerapkan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru
2. Menggunakan konsep pada pengalaman
baru untuk menjelaskan apa yang sedang

Berkomunikasi

terjadi
1. Mengubah bentuk penyajian
2. Memberikan/menggambarkan data empiris
hasil percobaan atau pengamatan dengan
grafik, tabel atau digram
3. Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sitematis
4. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
5. Mebaca grafik, tabel atau digram
6. Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu
masalah atau suatu peristiwa

Keterampilan proses dianggap sangat penting untuk pembelajaran sains.
Semiawan (1992) mengemukakan alasan terbut, yaitu:
1.

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat membuat para
guru tidak mungkin lahi untuk mengajarkan semua fakta dan konsep yang ada

2.

kepada para muridnya.
Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan

3.
4.

abstrak jika disertai contoh konkret.
Untuk menanamkan sikap ilmiah dan melatih melakukan penyelidikan ilmiah.
Merupakan wahana yang tepat untuk pengembangan konsep dan
pengembangan sikap serta nilai.
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, keterampilan proses sains

memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan
2. Ketarampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk
3.

pengembangan pengetahuan masa depan
Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatakan
keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Sedangkan kelemahan dari keterampilan proses sains diantaranya:

9

1.

Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan

2.

ajar yang ditetapkan oleh kurikulum.
Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidaj semua

3.

sekolah dapt menyediakannya.
Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percoban untuk
memperoleh data yang relecan adalah pekerjaan sulit, tidak setiap siswa
mampu melakukannya.

2.2. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah sintis dalam mengembangkan pengetahuan melalui metode ilmiah. Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “scince of inquiry” dan kemapuan
berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adlah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah
begaiamana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik
(Budiyono Dion, 2014).
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi lima pengalaman belajar
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/
mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Permendikbud No. 103, 2014).
Pendekatan saintifik dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintifik harus dipandu dengan kaidah
pendekatan ilmiah, sehingga proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai, prinsip, atau kriteria ilmiah (Daryanto, 2014).
Kriterian pendekatan saintifik menurut Permendikbud (2013) yaitu :
1.) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.) Penjelasan guru, respon peserta didik , dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
10

3.) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5.) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon materi pembelajaran.
6.) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7.) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namun, proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains kedalam sistem
penyajian materi, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri berbagai fakta, mambangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan
untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembanagan
keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan, dan
mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Marsigit,
2013).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya,
mencoba/mengumpulkan data/informasi, menalar, dan mengkomunikasikan
(Permendikbud, 2013).
(1.) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan
konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses
mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan menyimak (Syofia, 2016). Metode mengamati
sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
11

observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Melalui mengamati gambar, peserta didik dapat secara langsung
menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam Kompetensi Dasar
(KD) dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan
media yang tersedia (Permendikbud, 2013).
(2.) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum, dan teori,
hingga berpikir metakognitif. Tujuannya agar siswa memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi.secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya
dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok, kerja kelompok, dan diskusi
kelas.
(3.) Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa
untuk memperkuat pemahaman konsep dan pronsip/prosedur dengan
mengumpulkan data, mengembalikan kreatifitas, dan keterampilan kerja
ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan
eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data (Syofia,
2016). Mencoba merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan
sikap ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya seharihari. Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus
melakukan percobaan, terutama untuk materi/substansi yang sesuai dan
aplikasi dari kegiatan mencobapun dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini yaitu: menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum,
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan, mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya, melakukan dan mengamati percobaan, mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, menarik simpulan
12

atas hasil percobaan, dan membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil
percobaan (Permendikbud, 2013).
(4.) Kegiatan menalar bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan
ditemukan hubungan-hubungan yang lebih spesifik (Syofia, 2016). Menalar
merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Menalar (associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam otak dan
pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memoriotak berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya (asosiasi) (Permendikbud, 2013).
(5.) Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui
presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya (Syofia, 2016).

2.3. Peranan Pembelajaran Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Siswa
Kegiatan pembelajaran saintifik yang terdiri dari kegiatan mengamti,
menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasi
menekankan pada peningkatan keterampilan proses sains siswa. Hal ini sejalan
dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah yang menyatakan kegiatan mencoba merupakan
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar
dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Kegiatan mencoba yang terdiri
dari merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta
memperoleh, menyajikan, dan mengolah data menuntut keterampilan proses sains
siswa, dimana keterampilan proses yang akan muncul yaitu pengamatan,

13

menafsirkan, mengelompokkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencakan
percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep dan mengajukan pertanyaan.
Hal ini sejalan denga hasil penelitian dari Ritma (2015) yang menyebutkan bahwa
Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspekaspek pada pendekatan saintifik terintegrasi pada keterampilan proses dan metode
ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah: melakukan pengamatan, menentukan
hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis,
menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat
kesimpulan. Melalui penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA yang
dengan strategi dan metode yang tepat, siswa dapat terlatih dalam keterampilan
proses sainsnya.
Johari (2014) menemukakan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa MA Kelas X pada pembelajaran biologi. Temuan
ini didukung oleh data berikut.
Tabel 2. Data keterampilan proses sains kelas pembelajaran saintifik dan kelas
model pembelajaran langsung

Rata-rata
Median
Skala Deviasi
Varian
Maksimum
Minimun
Rentangan
N

Pendekatan Saintifik
Keterampilan Proses
Sains
73,93
75
16,51
272,71
100
32
68
77

Pembelajaran Langsung
Keterampilan Proses
Sains
64,42
64
16,81
282,68
96
23
67
77

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang
mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik lebih tinggi atau lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung.
Peningkatan pembelajaran ini dikarenakan siswa melakukan pengamatan
langsung kepada obyek yang akan diamati sebagai mana dasar yang dilakukan
oleh para ilmuan. Dalam Johari (2014) disebutkan hasil penelitian ini sejalan
14

dengan penelitian yang dilakukan Sanjaya (2012) menyatakan bahwa siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran inkuiri laboratorium mengalami peningkatatan
dalam keterampilan berpikir danketerampilan proses sains lebih baik apabila
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
Hubungan antara pembelajaran saintifik dan keterampilan proses sains siswa
dapat dijelaskan pada tabel dibwah ini.
Tabel 3. Hubungan antara pembelajaran saintifik dan keterampilan proses sains
siswa
Pendekatan Saintifik
Mengamati
Menanya
Mencoba/mengumpulkan data
Mengasosiasi

Mengkomunikasi

Keterampilan Proses Sains
Melakukan pengamatan
Mengelompokkan
Mengajukan pertanyaan
Berhipotesis
Merencanakan percobaan/penyelidikan
Melakukan penyelidikan
Menafsirkan
Menerapkan konsep
Meramalkan
Berkomunikasi

Kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik meliputi kegitan
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Kegiatan
mengamati melatih keterampilan proses siswa dalam melakukan pengamatan dan
mengelompokkan. Kegiatan menanya melatih keterampilan proses siswa dalam
mengajukan pertanyaan dan berhipotesis. Kegiatan mencoba/mengumpulkan data
melatih keterampilan proses siswa dalam merencanakan percobaan dan
melakukan penyelidikan. Kegiatan mengasosiasi melatih keterampilan proses
siswa dalam menafsirkan, menerapkan konsep, dan meramalkan. Kegiatan
mengkomunikasi melatih keterampilan proses sains siswa dalam berkomunikasi.

15