Perancangan Interior Rumah Hijau Lestari di Bandung - Interior Design of Hijau Lestari Children Shelter in Bandung.

(1)

vi

ABSTRAK

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH HIJAU LESTARI DI BANDUNG Oleh

Prisca K. Massie (1163017)

Rumah singgah merupakan salah satu jalan keluar bagi Indonesia bahkan bagi dunia dalam membantu anak-anak jalanan maupun anak dari kalangan berekonomi rendah untuk mendapatkan kebutuhan batiniah mereka. Ada hal yang tidak disadari bahwa dengan diadakannya rumah singgah ataupun kegiatan sosial lain yang bertujuan untuk merangkul anak-anak tersebut, anak-anak ini merasa lebih diperhatikan. Memberi perhatian bagi kebutuhan anak-anak tersebut melalui pendekatan desain interior diharapkan mampu membentuk karakter dan mental anak-anak ini.

Dengan merancang fasilitas dalam rumah singgah, secara langsung memaksa pengguna ruangan untuk melakukan kebiasaan dan merubah habitat yang diharapkan juga bisa merubah kebiasaan buruk yang dipelajari selama berada di jalanan maupun lingkungan keseharian. Dorongan melalui pendekatan ini pula yang ingin dilatih pada anak-anak untuk terus belajar menerima keadaan diri mereka dan terbentuklah sebuah motivasi bagi diri sendiri untuk memiliki impian agar memiliki kehidupan yang lebih layak. Tema perancangan Rumah Hijau Lestari ini adalah “Mental Expansion” yaitu pengembangan mental anak-anak jalanan yang tadinya hidup secara monoton yang memungkinkan mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak berkenan, mengajak anak-anak tersebut untuk melihat lebih luas bahwa mereka juga mampu menjangkau impian dan cita-cita mereka selama melakukan aktivitas yang benar dan positif.

Dan pada akhirnya dengan kebiasaan seperti ini, diharapkan anak-anak tidak memandang rendah dirinya. Namun, melalui desain yang telah dirancang ada pendekatan terhadap kebiasaan mereka yang tidak secara ekstrem diubah, tetapi secara perlahan didukung menuju sesuatu yang lebih positif dan disiplin.


(2)

vii

ABSTRACT

INTERIOR DESIGN OF HIJAU LESTARI CHILDREN SHELTER IN BANDUNG Submitted by

Prisca K. Massie (1163017)

Shelter house is one of the ways for Indonesia and even the world to help street children and low class people to get sheltering as their primary needs. the presence of the house and other social activities make the children feel more attention. It is based on that purpose that this interior design is initiated to help building the characteristics and mental of those children.

This design obliges the users to change their habit of living thus helps them to get rid of their bad customs while living on the street. Children thus are trained to accept what they are and motivate them to better themselves for their better and more promising future. The theme of the house is Mental Expansion, i.e. the mental development of street children who used to have monotonous lives potential to do harmful things. They are encouraged to achieve their dreams and wishes with activities that support those ideals. It is eventually expected that this design will change their habits although gradually supported by facilities that can make them advance positively with discipline conducts.


(3)

viii

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Perancangan ... 1

1.2 Gagasan Perancangan ... 6

1.3 Identifikasi Masalah ... 7

1.4 Tujuan Perancangan ... ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II ANAK JALANAN, RUMAH SINGGAH DAN SEKOLAH INFORMAL 10

2.1 Anak Jalanan, Rumah Singgah dan Sekolah Informal ... 10

A. Anak Jalanan ... 10

B. Rumah Singgah ... 11

C. Sekolah Informal ... 12

D. Fungsi Rumah Singgah dan Sekolah Informal ... 14

E. Tujuan Rumah Singgah dan Sekolah Informal ... 14

F. Prinsip Rumah Singgah dan Sekolah Informal ... 15

2.2 Ergonomi ... 16


(4)

ix

3.1 Rumah Hijau Lestari ... 20

A. Struktur Organisasi ... 25

B. Prinsip Rumah Hijau Lestari ... 25

3.2 Deskripsi Objek Studi ... 27

3.3 Daftar Kebutuhan dan Besaran Ruang ... 27

3.4 Tema Perancangan dan Konsep ... 34

3.5 Studi Image ... 37

3.6 Studi Banding ... 44

3.7 Analisis Fungsional dan Programming ... 46

BAB IV PERANCANGAN INTERIOR RUMAH HIJAU LESTARI ... 47

4.1 General Plan ... 48

4.2 Denah Khusus ... 51

4.3 Perspektif ... 56

4.4 Skema Material ... 58

BAB V PENUTUP ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

DAFTAR LAMPIRAN ... 63

DATA PENULIS ... 101


(5)

x

Gambar 2.1 Pengukuran Antropometri ……….. 16

Gambar 2.2 Pengukuran dan Kebutuhan Tempat Manusia ……….... 17

Gambar 2.3 Ukuran Area Belajar ………... 18

Gambar 2.4 Dimensi Tempat Tidur Susun ………. 18

Gambar 3.1 Sekolah Hijau Lestari ………. 20

Gambar 3.2 Kegiatan Kreatif Sampah Plastik ……… 22

Gambar 3.3 Kegiatan Sekolah Hijau Lestari ………... 24

Gambar 3.4 Lokasi Perencanaan dan Perancangan Rumah Hijau Lestari ……… 27

Gambar 3.5 Bubble diagramRumah Hijau Lestari ………. 32

Gambar 3.6 Gradasi Putih Hitam ……….. 33

Gambar 3.7 Dormitory ……….. 36

Gambar 3.8 Area Teater ………. 36

Gambar 3.9 Area Perpustakaan ……….. 37

Gambar 3.10 Perpustakaan EOA Office ………. 37

Gambar 3.11 Sketsa Ruang Baca ……… 38

Gambar 3.12 Sketsa Ruang Gambar Anak dan Remaja ………. 39

Gambar 3.13 Ruang Gambar Anak ………. 40

Gambar 3.14 Community Elementary School ……… 41

Gambar 3.15 Kashiwa House ………. 41

Gambar 3.16 Rumah Singgah Permata ……….. 43

Gambar 3.17 Kegiatan Save Street Children ……….. 43

Gambar 4.1 General Building Layout Ground Floor ………. 47


(6)

xi

Gambar 4.3 Office Layout ………... 49

Gambar 4.4 Tampak Potongan Office ………. 49

Gambar 4.5 Store Room, Workshop, & Kitchen Layout ………. 50

Gambar 4.6 Drawing Room & Library Layout ……… 51

Gambar 4.7 Perpektif Perpustakaan ……… 52

Gambar 4.8 Perpektif Workshop ………. 53


(7)

xii

DAFTAR TABEL


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Gambar ... 64

Site Plan ... 65

Denah Lantai Dasar ... 66

Denah Lantai Dua ... 67

Potongan A-A` ... 68

Potongan B-B` ... 69

Denah Plafon Ruang Workshop dan Dapur ... 70

Denah Pola Lantai Ruang Workshop dan Dapur ... 71

Denah Ruang Workshop dan Dapur ... 72

Potongan Ruang Workshop dan Dapur ... 73

Denah Plafon Kantor ... 74

Denah Lantai Kantor ... 75

Denah Kantor ... 76

Potongan Denah Khusus Kantor ... 77

Potongan Denah Khusus Kantor ... 78

Potongan Denah Khusus Kantor ... 79

Potongan Denah Khusus Kantor ... 80

Denah Plafon Ruang Gambar dan Perpustakaan ... 81

Denah Lantai Ruang Gambar dan Perpustakaan ... 82

Denah Ruang Gambar dan Perpustakaan ... 83

Potongan Ruang Gambar dan Perpustakaan ... 84

Detail Furnitur ... 85 - 90 Detail Interior ... 91 - 96 Perspektif ... 97 - 99 Skema Material ... 100


(9)

Universitas Kristen Maranatha | 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perancangan

Penduduk adalah mahluk hidup yang aktif dan senantiasa mencari ruang tempat hidupnya yang sesuai dengan persyaratan hidup organisme. Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dan peningkatan produksi pangan akan memengaruhi kualitas hidup manusia. Usaha meningkatkan kualitas hidup manusia makin berat apabila jumlah penduduknya besar. Pertambahan penduduk yang tinggi dapat mengahambat upaya untuk meningkatkan kemakmuran suatu negara. Apabila suatu


(10)

Universitas Kristen Maranatha | 2

negara memiliki pendapatan kecil dan jumlah penduduk banyak, pendapatan per kapita akan rendah. Hal itu menunjukkan bahwa taraf kehidupan ekonomi masyarakat rendah. Salah satu aspek yang dijadikan tolok ukur kualitas penduduk adalah Tingkat Pendidikan.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, proses pendewasaan dan pengembangan potensi penduduk dapat dikembangkan. Penduduk dengan tingkat pendidikan relatif lebih tinggi memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi jika dibandingkan dengan penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Oleh karena itu, sangatlah tepat jika pemerintah Indonesia menempatkan kualitas penduduk sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Komposisi penduduk berdasarkan kualitas pendidikan umumnya diukur dengan persentase jumlah penduduk yang berhasil menempuh setiap jenjang pendidikan sekolah, mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Semakin banyak proporsi jumlah penduduk yang berhasil menyelesaikan studi sampai ke jenjang SMA dan perguruan tinggi, menjadi indikasi semakin baik kualitas penduduk.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Nasional, persentase jumlah penduduk Indonesia pada 1980 yang berhasil menyelesaikan studi ke jenjang SMA adalah sekitar 4,4% sedangkan perguruan tinggi hanya 0,9%. Angka ini kemudian mengalami sedikit peningkatan pada periode tahun 1990, dimana penduduk yang berhasil menamatkan sampai SMA adalah 11,9% dan perguruan tinggi sekitar 1,5% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri penduduk sendiri maupun faktor dari luar. Sebagai contoh antara


(11)

Universitas Kristen Maranatha | 3

lain adanya keengganan sebagian penduduk Indonesia untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi, terutama pada masyarakat pedesaan. Orang tua yang tinggal di pedesaan beranggapan bahwa anak-anak mereka cukup sekolah sampai SD atau SMP, setelah itu mencari kerja untuk membantu meringankan beban orang tua, kemudian menikah dan berkeluarga.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah tingginya biaya sekolah sehingga sangat sulit dijangkau oleh masyarakat ekonomi lemah, serta keterbatasan daya tampung sekolah dari setiap jenjang pendidikan, terutama tingkat SMA dan Perguruan Tinggi. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas pendidikan penduduk, dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah, antara lain:

1) Membangun prasarana pendidikan sekolah ke berbagai penjuru tanah air; 2) Menggalakkan wajib belajar sembilan tahun;

3) Program buku dan perpustakaan masuk desa;

4) Penayangan acara-acara pendidikan di berbagai media massa.

Karena kepadatan penduduk tersebut, timbulnya kesenjangan ekonomi dan pendidikan dan akhirnya menciptakan anak jalanan. Sebenarnya anak-anak jalanan tidak membutuhkan rasa iba, mereka hanya membutuhkan perhatian dan keterampilan dengan penyandaran yang bersifat individual. Penyandaran pribadi adalah membiarkan mereka menemukan cara terbaik untuk hidup tanpa memaksakan untuk meninggalkan habitatnya, yaitu setting sosial yang selama ini menjadikan hidup mereka lebih bermanfaat. Mereka umumnya tidak bisa dipaksakan untuk diajari pertobatan, nilai luhur atau tata krama karena biasanya justru akan dengan sadar menjalankannya jika suatu saat mereka memerlukannya.


(12)

Universitas Kristen Maranatha | 4

Bentuk kepedulian terhadap anak jalanan yang ditunjukkan oleh masyarakat banyak dilakukan dengan dibentuknya yayasan dan komunitas kepedulian terhadap anak jalanan yang mulai bermunculan di Indonesia terutama di kota besar seperti ibu kota Jakarta dan ibu kota provinsi. Bermunculan juga beberapa rumah pendidikan serta para sukarelawan untuk mengajar anak-anak jalanan demi mendapat pendidikan standar setidaknya membaca dan berhitung. Namun seiring berdirinya tempat ini, komunitas dan yayasan tersebut hanya menjadikan jalan, taman, atau area outdoor sebagai tempat untuk menyentuh anak jalanan tersebut.

Dengan dibuatnya rumah singgah yang baik bagi anak jalanan, orang tua mereka yang mengikuti program pemerintah kota dalam membantu infrastruktur kota dan juga diberikan kesempatan bekerja tidak menjadi khawatir. Pembimbingan yang dilakukan secara kondusif yaitu dengan mengembangkan sistem pembinaan terstruktur, terjadwal, fleksibel, dan berkesinambungan dalam lingkungan dengan kasih sayang perlindungan kebersamaan dan juga keteladanan dari pembimbing (pekerja sosial). Pada dasarnya mental anak jalanan yang terbentuk keras karena mereka tidak mendapat perhatian dan pendidikan sebagaimana seharusnya mereka dapatkan. Lingkungan hidup yang membentuk perilaku serta cara pandang anak-anak ini, sehingga terkadang mereka menutup diri terhadap kesempatan yang sebenarnya diberikan oleh lingkungan.

Secara teori fenomena anak jalanan dapat dihadapi dengan tiga model pendekatan. Pendekatan penghapusan (abolition), perlindungan (protection), dan pemberdayaan (empowerment). Yang dimaksud dengan Pendekatan penghapusan (abolition) adalah suatu pendekatan yang lebih menekankan pada cara menghapus anak jalanan secara radikal, melalui perubahan tatanan struktur tersebut, mengadakan teratasinya


(13)

Universitas Kristen Maranatha | 5

problem kemiskinan yang menjadi akar adanya anak jalanan. Kemudian, Pendekatan perlindungan (protection) ialah suatu pendekatan yang menitik beratkan pada perlindungan dan pemberian hak-hak anak jalanan. Perlindungan tersebut dapat melalui perumusan hukum-hukum yang berpihak pada anak jalanan, peningkatan peran lembaga-lembaga sosial juga fungsionalisasi lembaga-lembaga pemerintah untuk memberkan perlindungan terhadap anak jalanan. Pendekatan pemberdayaan (empowerment) ialah meningkatkan kemampuan (skill) anak jalanan dalam bidang tertentu, dengan tujuan para anak jalanan tersebut dapat mandiri secara ekonomi. Pendekatan pemberdayaan tersebut juga untuk membangun kesadaran kritis anak jalanan akan hak dan posisinya dalam ranah sosial dan politik masyarakat. Mereka memiliki hak dan posisi yang sama dengan warga negara yang lain.

Dengan melakukan kerjasama bersama pemerintah atau lembaga/perusahaan bersama sukarelawan dalam bidang sosial, diharapkan rumah solidaritas bagi anak-anak jalanan tidak hanya mempelajari pendidikan secara akademik tetapi juga penggalian minat dan bakat seperti bermain musik, menari, dan menggambar/melukis juga disediakan, sehingga anak jalanan dipersiapkan menjadi anak-anak mandiri dengan pencarian jati diri yang tepat.

Perancangan desain interior yang tidak hanya menyediakan tempat untuk belajar namun juga penggalian minat dan bakat. Dengan melakukan kerjasama bersama pemerintah dan lembaga/perusahaan dibidang seni, diharapkan rumah solidaritas bagi anak-anak jalanan ini tidak hanya menyediakan untuk belajar secara akademik, tetapi juga penggalian minat dan bakat seperti bermain musik, menari, dan menggambar/melukis juga disediakan, sehingga anak-anak jalanan dapat dipersiapkan menjadi anak-anak mandiri dengan pencarian jati diri yang tepat.


(14)

Universitas Kristen Maranatha | 6

Rumah singgah yang baik tidak hanya tersedia secara fisik bangunan. Dengan pendekatan melalui esensi dan visual, desain interior seharusnya dapat memberi jawaban untuk memenuhi kebutuhan dari kepadatan penduduk yang berujung pada fungsi ruangan pada rumah singgah tersebut.

1.2 Gagasan Perancangan

Pendekatan perubahan mental masyarakat melalui pendidikan juga menjadi salah satu alasan utama mengapa merancang rumah solidaritas atau lebih akrab terdengar rumah singgah dipilih sebagai salah satu solusi. Dengan melihat pendidikan sebagai salah satu dasar dari pembentukkan mental manusia, diharapkan dengan dirancangnya interior untuk sebuah rumah singgah dapat menjawab kebutuhan anak jalanan untuk mendapat pendidikan informal seperti belajar membaca, menulis, dan berhitung serta pendidikan pembentukan moral dan karakter melalui pengembangan kemampuan di bidang seni. Disamping pendidikan informal, adanya penggalian minta dan bakat dari anak jalanan tersebut menjadi bekal bagi mereka untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih layak. Dengan dibentuknya kegiatan pendukung seperti latihan musik, pembuatan kerajinan dari sampah plastik serta menggambar bagi anak jalanan, dapat memberikan perhatian yang lebih terarah mengenai hal apa yang akan mereka minati di masa dewasanya nanti. Penggalian kemampuan seperti yang telah disebutkan di atas diharapkan dapat memberikan hasil yang positif bagi masyarakat, terutama bagi anak jalanan yang mungkin merasa dirinya tidak lebih menjadi perhatian negatif bagi orang lain.

Rumah Hijau Lestari dapat menjadi salah satu jawaban untuk membantu dalam mengatasi persoalan banyaknya anak jalanan. Karena pada umumnya anak jalanan


(15)

Universitas Kristen Maranatha | 7

bukan jawaban atas keputusasaan, namun karena tidak memiliki tempat untuk bernaung.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul dari perencanaan dan perancangan interior Rumah Hijau Lestari di Bandung, antara lain :

1. Bagaimana menciptakan ruang interior yang berkesan bagi anak jalanan? 2. Bagaimana membuat anak jalanan menjadi betah dalam ruangan dan selalu ingin kembali ke rumah singgah?

3. Bagaimana menciptakan ruang yang mampu mendorong anak jalanan agar mereka mau beraktivitas dan mendorong kemampuan seni?

4. Bagaimana menciptakan ruang yang mampu menuntun anak jalanan agar mereka mampu menjaga kebersihan lingkungan rumah singgah dan nantinya kebiasaan tersebut boleh diterapkan pada lingkungan mereka juga?

1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang terlampir di atas, penulis menemukan tujuan pembuatan rumah singgah dan sekolah informal bagi anak jalanan, yaitu:

1. Untuk membuat ruang interior bagi anak-anak jalanan yang umumnya berasal dari keluarga berekonomi rendah dari umur 2 – 16 tahun yang ditinggalkan orang tuanya saat bekerja.


(16)

Universitas Kristen Maranatha | 8

2. Untuk membantu dan membuat anak jalanan betah berada di rumah singgah sehingga mereka mau belajar berdasarkan pengalaman ruang.

3. Mendukung anak jalanan untuk melihat keadaan ruang dan keluar dari rasa segan untuk berada di ruang yang luas.

4. Agar anak-anak tersebut dapat pengembangan kemampuan dibidang seni seperti penggalian kemampuan menggambar/ melukis, melakukan kerajinan tangan, dan bermain musik.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dari Proposal Perencanaan dan Perancangan Interior ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, gagasan perancangan, identifikasi masalah, tujuanperancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 RUMAH SINGGAH DAN SEKOLAH INFORMAL

Dalam bab ini diuraikan teori mengenai pengertian dan fungsi dari rumah singgah dan sekolah infomal.

BAB 3 RUMAH HIJAU LESTARI

Dalam bab ini dijelaskan mengenai penjelasan kompleks mengenai Rumah Hijau Lestari berkaitan dengan data-data hasil survey langsung, deskripsi objek studi, site analysis & building analysis, user analysis, tema perancangan & konsep, study


(17)

Universitas Kristen Maranatha | 9

image& penjelasan, studi mengenai rumah singgah yang lain, analisis fungsional dan programming.

BAB 4 PERANCANGAN INTERIOR RUMAH HIJAU LESTARI

Dalam bab ini diuraikan perancangan interior Rumah Hijau Lestari setelah ditentukan tema dan konsepnya.

BAB 5 KESIMPULAN

Dalam bab ini merupakan kesimpulan dan masukan mengenai perencanaan dan perancangan Rumah Hijau Lestari.


(18)

Universitas Kristen Maranatha | 60

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Rumah Hijau Lestari dirancang berdasarkan sentuhan dari keseharian anak-anak jalanan yang selama ini tidak tahu harus pergi kepada siapa atau kemana mencari tempat berteduh jika pada kenyataannya mereka memang tidak memiliki tempat untuk bernaung. Pada umumnya rumah singgah dibuat karena keprihatinan orang


(19)

Universitas Kristen Maranatha | 61

yang tergerak untuk membantu memulihkan keadaan anak-anak di Indonesia. Namun, kurangnya penanganan yang sesuai membuat anak-anak jalanan merasa tidak betah berada di rumah singgah atau menggap hal tersebut menjadi beban karena mereka menginginkan kebebasan kembali.

Pendesainan Rumah Hijau Lestari disesuaikan dengan bukaan ruang yang jarang memakai sekat, kecuali yang tempatnya bersifat sangat privasi, agar anak-anak jalanan memilii pengalaman ruang yang disesuaikan dengan lingkungan mereka yang mungkin kesehariannya berada di jalanan. Pemilihan material semen concrete juga untuk memberikan pengalaman runag yang tidak berubah ekstrem. Tidak untuk mengembalikan anak-anak tersebut kembali ke jalanan, namun ada tujuan agar mereka mau dilatih dan berkembang dalam Rumah Hijau Lestari ini.

5.2 Saran

Pemakaian material yang di finishing natural juga untuk memberi kesan sederhana namun tetap terlihat pantas baik untuk kalangan atas maupun bawah. Desain dalam Rumah Hijau Lestari diciptakan untuk memcah batas antara kalangan atas yang datang sebagai donatur maupun kalangan bawah yang ingin mengembangkan dirinya juga. Diharapkan dengan perencanaan dan perancangan Rumah Hijau Lestari di Bandung ini, tidak ada kesenjangan baik pengguna yang memiliki tingkat ekonomi atas maupun rendah.

Namun, desainer menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam desain ini. Pemanfaatan elemen estetis yang kurang ditonjolkan untuk menghindari desain yang mewah menjadi salah satu pertimbangan dalam yang cukup sulit pada perancangan Rumah Hijau Lestari ini.


(20)

Universitas Kristen Maranatha | 62

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Buwono X, Sultan Hamengku. 2008. Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chickering, Arthur W. 1993. Education and Identity. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Ching, Francis D. K. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.

Wijayanti, Ratna. 2010. Pelatihan Sumber Daya Manusia Bagi Anak JalananDalam Upaya Membentuk Perilaku Wirausaha di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Drost, Josephus Ignatius Gerardus Maria. 1998. Sekolah : Mengajar atau Mendidik?.

Yogyakarta: Kanisius.

Neuferst, Ernst. 1993. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga.

Panero, Julius. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior: buku panduan untuk standar-standar pedoman perancangan. Jakarta: Erlangga.

PT. Cipta Adi Pustaka. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta.

Sudono, Anggani, dkk. 2009. Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Website:

http://www.cpuik.com/2014/08/penjelasan-persebaran-dan-kepadatan-penduduk.html 5/12/2014, 10:19

http://www.zakapedia.com/2013/03/dampak-kepadatan-penduduk.html#_ 5 des

2014, 11:02

http://www.cpuik.com/2014/08/penjelasan-komposisi-dan-kualitas-penduduk.html 5 des 2014, 12:31

http://sekolah-hijau.blogspot.com/2011/09/selintas-tentang-sekolah-hijau.html 4 des 2014, 20:15


(1)

Universitas Kristen Maranatha | 7 bukan jawaban atas keputusasaan, namun karena tidak memiliki tempat untuk bernaung.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul dari perencanaan dan perancangan interior Rumah Hijau Lestari di Bandung, antara lain :

1. Bagaimana menciptakan ruang interior yang berkesan bagi anak jalanan? 2. Bagaimana membuat anak jalanan menjadi betah dalam ruangan dan selalu ingin kembali ke rumah singgah?

3. Bagaimana menciptakan ruang yang mampu mendorong anak jalanan agar mereka mau beraktivitas dan mendorong kemampuan seni?

4. Bagaimana menciptakan ruang yang mampu menuntun anak jalanan agar mereka mampu menjaga kebersihan lingkungan rumah singgah dan nantinya kebiasaan tersebut boleh diterapkan pada lingkungan mereka juga?

1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang terlampir di atas, penulis menemukan tujuan pembuatan rumah singgah dan sekolah informal bagi anak jalanan, yaitu:

1. Untuk membuat ruang interior bagi anak-anak jalanan yang umumnya berasal dari keluarga berekonomi rendah dari umur 2 – 16 tahun yang ditinggalkan orang tuanya saat bekerja.


(2)

Universitas Kristen Maranatha | 8 2. Untuk membantu dan membuat anak jalanan betah berada di rumah singgah sehingga mereka mau belajar berdasarkan pengalaman ruang.

3. Mendukung anak jalanan untuk melihat keadaan ruang dan keluar dari rasa segan untuk berada di ruang yang luas.

4. Agar anak-anak tersebut dapat pengembangan kemampuan dibidang seni seperti penggalian kemampuan menggambar/ melukis, melakukan kerajinan tangan, dan bermain musik.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dari Proposal Perencanaan dan Perancangan Interior ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, gagasan perancangan, identifikasi masalah, tujuanperancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 RUMAH SINGGAH DAN SEKOLAH INFORMAL

Dalam bab ini diuraikan teori mengenai pengertian dan fungsi dari rumah singgah dan sekolah infomal.

BAB 3 RUMAH HIJAU LESTARI

Dalam bab ini dijelaskan mengenai penjelasan kompleks mengenai Rumah Hijau Lestari berkaitan dengan data-data hasil survey langsung, deskripsi objek studi, site


(3)

Universitas Kristen Maranatha | 9

image& penjelasan, studi mengenai rumah singgah yang lain, analisis fungsional dan

programming.

BAB 4 PERANCANGAN INTERIOR RUMAH HIJAU LESTARI

Dalam bab ini diuraikan perancangan interior Rumah Hijau Lestari setelah ditentukan tema dan konsepnya.

BAB 5 KESIMPULAN

Dalam bab ini merupakan kesimpulan dan masukan mengenai perencanaan dan perancangan Rumah Hijau Lestari.


(4)

Universitas Kristen Maranatha | 60 BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Rumah Hijau Lestari dirancang berdasarkan sentuhan dari keseharian anak-anak jalanan yang selama ini tidak tahu harus pergi kepada siapa atau kemana mencari tempat berteduh jika pada kenyataannya mereka memang tidak memiliki tempat untuk bernaung. Pada umumnya rumah singgah dibuat karena keprihatinan orang


(5)

Universitas Kristen Maranatha | 61 yang tergerak untuk membantu memulihkan keadaan anak-anak di Indonesia. Namun, kurangnya penanganan yang sesuai membuat anak-anak jalanan merasa tidak betah berada di rumah singgah atau menggap hal tersebut menjadi beban karena mereka menginginkan kebebasan kembali.

Pendesainan Rumah Hijau Lestari disesuaikan dengan bukaan ruang yang jarang memakai sekat, kecuali yang tempatnya bersifat sangat privasi, agar anak-anak jalanan memilii pengalaman ruang yang disesuaikan dengan lingkungan mereka yang mungkin kesehariannya berada di jalanan. Pemilihan material semen concrete juga untuk memberikan pengalaman runag yang tidak berubah ekstrem. Tidak untuk mengembalikan anak-anak tersebut kembali ke jalanan, namun ada tujuan agar mereka mau dilatih dan berkembang dalam Rumah Hijau Lestari ini.

5.2 Saran

Pemakaian material yang di finishing natural juga untuk memberi kesan sederhana namun tetap terlihat pantas baik untuk kalangan atas maupun bawah. Desain dalam Rumah Hijau Lestari diciptakan untuk memcah batas antara kalangan atas yang datang sebagai donatur maupun kalangan bawah yang ingin mengembangkan dirinya juga. Diharapkan dengan perencanaan dan perancangan Rumah Hijau Lestari di Bandung ini, tidak ada kesenjangan baik pengguna yang memiliki tingkat ekonomi atas maupun rendah.

Namun, desainer menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam desain ini. Pemanfaatan elemen estetis yang kurang ditonjolkan untuk menghindari desain yang mewah menjadi salah satu pertimbangan dalam yang cukup sulit pada perancangan Rumah Hijau Lestari ini.


(6)

Universitas Kristen Maranatha | 62

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Buwono X, Sultan Hamengku. 2008. Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chickering, Arthur W. 1993. Education and Identity. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Ching, Francis D. K. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.

Wijayanti, Ratna. 2010. Pelatihan Sumber Daya Manusia Bagi Anak JalananDalam Upaya Membentuk Perilaku Wirausaha di Rumah Singgah dan Belajar

Diponegoro Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Drost, Josephus Ignatius Gerardus Maria. 1998. Sekolah : Mengajar atau Mendidik?. Yogyakarta: Kanisius.

Neuferst, Ernst. 1993. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga.

Panero, Julius. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior: buku panduan untuk

standar-standar pedoman perancangan. Jakarta: Erlangga.

PT. Cipta Adi Pustaka. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta.

Sudono, Anggani, dkk. 2009. Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Website:

http://www.cpuik.com/2014/08/penjelasan-persebaran-dan-kepadatan-penduduk.html 5/12/2014, 10:19

http://www.zakapedia.com/2013/03/dampak-kepadatan-penduduk.html#_ 5 des 2014, 11:02

http://www.cpuik.com/2014/08/penjelasan-komposisi-dan-kualitas-penduduk.html 5 des 2014, 12:31

http://sekolah-hijau.blogspot.com/2011/09/selintas-tentang-sekolah-hijau.html 4 des 2014, 20:15