Hubungan mean arterial pressure dengan peristiwa kematian pada stroke perdarahan intraserebral Jurnal Publikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN MEAN ARTERIAL PRESSURE DENGAN PERISTIWA KEMATIAN PADA
STROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL
Aria Chandra GTS*, Risono**, O.S. Hartanto**
*) Peserta PPDS-1 Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret /
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
**) Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
***) Guru Besar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan gangguan fungsi otak
akibat kematian sel-sel otak. Salah satu jenis stroke dengan tingkat kematian tertinggi dan
paling sulit ditangani adalah stroke perdarahan intraserebral (PIS). Peningkatan MAP yang
terjadi pasca stroke ditengarai memiliki korelasi dengan hasil outcome yang buruk. Oleh
sebab itu penatalaksanaan tekanan darah yang lebih agresif telah direkomendasikan oleh
AHA dan ASA. Peneliti ingin mengetahui hubungan mean arterial pressure dengan peristiwa
kematian pada pasien stroke PIS. Desain penelitian dengan kohort prospektif yang dilakukan
pada bulan Agustus – November 2014. Besar sampel 55 sampel. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Stroke PIS ditetapkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan CT
scan, kematian diukur berdasarkan data rekam medis lengkap. Analisis data menggunakan
Chi Square dan uji t memakai program SPSS dengan signifikan α = 0,05. Didapatkan hasil
penelitian pada peristiwa kematian pada stroke PIS berhubungan signifikan dengan MAP
tinggi dimana nilai p = < 0,05.
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara mean arterial pressure dengan
peristiwa kematian pada stroke perdarahan intraserebral di RS Dr. Moewardi Surakarta.
Kata Kunci : Stroke, Mean Arterial Pressure, Perdarahan Intra serebral, Kematian
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan peredaran
(16,6 per 1.000 penduduk) dan yang paling
darah di otak yang menyebabkan gangguan
rendah
fungsi otak akibat kematian sel-sel otak. Salah
penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita
satu jenis stroke dengan tingkat kematian
stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh
tertinggi dan paling sulit ditangani adalah
tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan sekitar
stroke
(PIS)
72,3% kasus stroke di masyarakat telah
(Misbach, 2011). Sekitar 40% dari pasien
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
dengan perdarahan intraserebral meninggal
angka kematian akibat stroke perdarahan
dalam 30 hari dan yang bertahan hidup
intraserebral tetap tinggi. Data menunjukkan
sebagian besar memiliki hendaya yang berat.
bahwa
Saat kini belum ditemukan pengobatan yang
menempati urutan pertama sebagai penyebab
dapat menurunkan tingkat kematian pasien
kematian utama semua umur di Indonesia.
stroke akibat perdarahan intraserebral (Ariesen
Stroke, bersama-sama hipertensi, penyakit
et al, 2005).
jantung iskemik dan penyakit jantung lain,
perdarahan
intraserebral
Insiden stroke perdarahan intraserebral
juga
adalah
stroke
merupakan
berkisar antara 10 sampai 20 kasus per
penyebab
100.000 penduduk dan meningkat seiring
(Depkes, 2009).
Papua
(3,8
per
perdarahan
penyakit
kematian
utama
1.000
intraserebral
tidak
di
menular
Indonesia
dengan pertambahan umur pada populasi.
Case fatality rate stroke perdarahan
Stroke perdarahan intraserebral lebih sering
intraserebral dalam 1 bulan tinggi, bervariasi
dijumpai pada laki–laki daripada perempuan,
28-52% sebagian besar kematian terjadi dalam
terutama pada kelompok umur muda daripada
beberapa hari setelah onset. Faktor-faktor yang
kelompok umur lebih dari 55 tahun. Terdapat
berhubungan dengan outcome yang buruk
perbedaan yang signifikan antara insidensi
terjadi bila perdarahan dalam parenkim otak
hipertensi dengan tingkat pendidikan yang
dengan
rendah, yang sangat mungkin disebabkan oleh
kesadaran, peningkatan MAP (Mean Arterial
pemahaman
aspek
Pressure), perdarahan intraventrikuler yang
pencegahan primer serta akses yang kurang
melebar, dan umur lebih tua. Meskipun operasi
dalam perawatan kesehatan. (Aiyagari et al,
bedah untuk mengevakuasi hematoma sering
2012).
dilakukan, masih tidak ada evidence based
Di
yang
rendah
Indonesia
tentang
prevalensi
stroke
ukuran
yang
besar,
penurunan
yang memuaskan untuk membuktikan manfaat
mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk.
operasi. Rekomendasi ASA dan AHA saat ini
commit tomenjadi
user pedoman dalam manajemen stroke
Daerah yang memiliki prevalensi stroke
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perdarahan intraserebral, dimana manajemen
Association mengenai manajemen perdarahan
tekanan darah untuk menjaga angka yang
intraserebral spontan merekomendasikan agar
optimal, dinilai sebagai cara yang paling
mencapai target tekanan darah 160/90 mm Hg
efektif untuk menurunkan angka morbiditas
atau Mean arterial pressure (MAP/tekanan
dan mortalitas (Asch et al, 2010).
darah arteri rerata) sebesar 110 mm Hg secara
Peningkatan sering terjadi pada MAP
bersamaan untuk menjaga tekanan perfusi otak
setelah terjadi stroke perdarahan intraserebral,
dalam kisaran 60-80 mm Hg. Studi klinis
dan hal ini berkorelasi dengan hasil outcome
untuk
yang buruk (Ohwaki et al, 2004).
tekanan darah terhadap penurunan risiko
menentukan
efektivitas
penurunan
Diagnosis lebih awal, penatalaksanaan
perluasan hematoma sedang dilakukan. Kedua
tekanan darah lebih agresif, berbagai teknik
pendekatan tersebut masih dalam penelitian
bedah,
lebih lanjut (Davis et al, 2006).
dan
penatalaksanaan
peningkatan
tekanan intrakranial dapat menurunkan angka
Penelitian di China melaporkan bahwa
kematian dan kecacatan. (Ralph et al, 2013).
kasus kematian lebih tinggi untuk stroke
Menurut
yang
perdarahan daripada stroke iskemik, tetapi
diterbitkan dalam Journal Neurology pada
sebaliknya untuk disabilitas pada stroke
tahun 2006, dalam waktu 3 jam paska onset,
iskemik. Pada pasien stroke perdarahan,
pada 70% lebih pasien stroke perdarahan
outcome buruk semakin meningkat seiring
intraserebral ditemukan perluasan hematoma
dengan tingginya tekanan darah sistolik dan
di otak dan meningkat secara bertahap sampai
diastolik pada waktu masuk rumah sakit ( Jade
72 jam. Volume hematoma pada jaringan
et al, 2010). Penelitian kohort terhadap 379
parenkim otak adalah indikator penting dalam
pasien perdarahan intraserebral spontan di
penanganan perdarahan intraserebral. Para
Finlandia yang tidak menjalani pembedahan
ilmuwan
perluasan
memberikan hasil bahwa tekanan darah arteri
hematoma dengan tingkat mortalitas yang
rerata pada waktu masuk merupakan prediktor
tinggi dan hasil terapi yang buruk. Mereka
independen kematian yang lebih awal, dan
kemudian berasumsi bahwa dengan mencegah
penelitian di Taiwan menyebutkan bahwa
perluasan hematoma akan dapat memperbaiki
indeks
outcome. Terapi yang sudah ada yaitu dengan
keberadaan
upaya menurunkan tekanan darah dianggap
berhubungan dengan outcome yang buruk
sebagai pendekatan yang tepat dan lebih
pasien perdarahan intraserebral (Tetri et al,
mudah
penelitian
Davis
et
menghubungkan
untuk
al
massa
tubuh
yang
perdarahan
rendah
dan
intraventrikel
meminimalisir
perluasan
2009).
commit to user
hematoma. Panduan dari American Heart
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masih belum jelas apakah tekanan
kali, umur 30 – 70 tahun, onset serangan
darah yang tinggi adalah suatu phenomena
stroke perdarahan intraserebral sampai dengan
perdarahan intraserebral yang berat atau faktor
masuk RSDM ≤ 24 jam, data rekam medis
risiko independen lain, untuk hasil outcome
yang lengkap, bersedia mengikuti penelitian
yang buruk. Tekanan darah tinggi dalam 24
ini
jam pertama setelah perdarahan intraserebral
Kriteria eksklusi antara lain hasil CT
juga telah dihubungkan dengan hasil outcome
scan ada iskemik otak, infark hemoragik, PIS
yang
Dengan
dengan multi infark lakuner, pasien pulang
demikian, terdapat kekhawatiran secara klinis
atas permintaan sendiri, Pasien mengalami
bahwa tekanan darah sangat tinggi dapat
pembedahan.
berperan dalam perluasan hematoma awal,
Protokol Penelitian
buruk
bahkan
kematian.
sementara itu, penurunan tekanan darah terlalu
Data pada penelitian ini diambil dari
agresif dapat mengganggu perfusi aliran darah
rekam medik subyek. Subyek penelitian ini
pada daerah otak perihematoma. Saat ini
harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
belum ada penelitian berbasis rumah sakit
dimasukkan dalam penelitian secara berurutan.
mengenai hubungan tekanan darah arteri rerata
Pengumpulan data dimulai dari pengumpulan
pada fase akut dengan kematian pada pasien
data pasien dengan gejala klinik stroke
stroke perdarahan intraserebral di Surakarta.
perdarahan intraserebral
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini.
instalasi gawat darurat, diberikan penjelasan
dan diminta persetujuan mengikuti penelitian
METODOLOGI
dan mengisi informed consent. Dilakukan
Subyek Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
kohort
prospektif untuk mengetahui hubungan antara
kematian
yang masuk ke
dengan
stroke
perdarahan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan
kepala polos, bila hasil CT scan didapatkan
lesi atau gambaran perdarahan pada jaringan
otak dan tidak pada intraventrikuler, maka
intraserebral.
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
inap intensif bagian saraf di RSUD dr.
Moewardi Surakarta di mulai bulan Agustus
sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.
Dengan kriteria insklusi antara lain
semua pasien stroke perdarahan intraserebral
dianggap
menderita
stroke
perdarahan
intraserebral, sedangkan bila hasil CT scan
tidak
didapatkan
dianggap
bukan
lesi
perdarahan,
stroke
maka
perdarahan
intraserebral, data yang diperlukan dalam
penelitian
baik
varibel
bebas
ataupun
tergantung diambil dari rekam medik subyek
laki-laki
commit topenelitian
user
yang telah dipilih, data yang didapat
maupun perempuan dengan serangan pertama
4
spontan
yang
berjenis
kelamin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian dimasukkan dalam kriteria, setelah
semua data dari seluruh sampel penelitian
terkumpul kemudian dilakukan pengolahan
data.
Angka trombosit
Tinggi(n,%)
Bronkhopneumonia
Ya(n,%)
Atrial fibrilasi
Ya(n,%)
Keterangan: *p
(persentase %).
dengan
peristiwa
perdarahan
kematian
intraserebral
pada
dengan
stroke
Analisis
Multivariat Regresi Logistik dengan tingkat
kepercayaan 95 %. Perbedaan yang signifikan
bila p < 0.05. Semua analisis statistik
4(7,3)
17(30,9)
4(7,3)
0,000*
0,000*
16(26,1)
7(12,7)
< 0,05 bermakna secara statistik, frekuensi
Pada tabel 1 menunjukkan subyek
Data yang diperoleh, ditabulasi dan
dianalisis, untuk mengetahui hubungan MAP
0,000*
20(36,4)
penelitian
perempuan
yang
paling
sebanyak
31
banyak
adalah
orang,
dengan
kematian sebanyak 12 orang (21,8%), dan
yang tidak mengalami kematian sebanyak 19
orang
(34,5%).
Kategori
umur
subyek
penelitian didapatkan yang paling banyak
berkisar umur 51 – 70 tahun, yang mengalami
menggunakan SPSS 17.
kematian sebanyak 19 orang (40,0%), tidak
HASIL
mengalami kematian sebanyak 3 orang (5,5%).
Penelitian dilakukan terhadap pasien
stroke
perdarahan
intraserebral
yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Waktu
pengambilan sampel dari bulan Agustus 2014
sampai bulan November 2014 di ruang intensif
Tabel 2. Faktor prognostik outcome kematian pada stroke perdarahan
intraserebral berdasarkan MAP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Outcome
Kategori
Value
Kematian
Kematian
(P)
(-)
(n=23)
(n=32)
MAP(n,%)
0,000*
< 130mmHg 1(1,8)
26(47,3)
≥ 130mmHg 22(40,0)
6(10,9)
* Bermakna secara statistik p < 0,05
bangsal rawat inap neurologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Berdasarkan perhitungan
besar sampel dibutuhkan subyek penelitian
Jenis kelamin
Laki-laki(n,%)
Perempuan(n,%)
Umur
30 – 50 tahun(n,%)
51 – 70 tahun(n,%)
Perdarahan ventrikel
Ya(n,%)
GCS
< 8(n,%)
Volume perdarahan
< 30 cc(%)
Letak perdarahan
Supratentorial(n,%)
Infratentorial (n,%)
Oedem/midline shift
Ya(n,%)
umum
subyek
penelitian
Outcome
Kematian
(n=23)
Kematian (-)
(n=32)
11(20,0)
12(21,8)
13(23,6)
19(34,5)
6(10,9)
19(40,0)
27(49,1)
3(5,5)
19(34,5)
5(9,1)
di
RSUD
Value
(P)
0,595
6(10,9)
(41,8%), dan tidak mengalami kematian
sebanyak
32
orang
(58,2%)
dengan
menggunakan uji chi square di peroleh nila p
value sebesar 0,000 ( 60 cc mempunyai angka
dalam beberapa jam (Maso and Silva, 2013).
kematian 90%. Sebaliknya pasien dengan skor
dengan
akibat
akan
peningkatan
terjadi
gangguan
Perdarahan
ventrikel
berhubungan
GCS > 9 dan volume perdarahan < 30 cc
perluasan
hematom
(Mayer
adalah 17% (Qureshi et al, 2009).
and
Rincon, 2005). Perluasan hematom perdarahan
Faktor ekstrakranial juga didapatkan
commit tobermakna
user
ventrikel dan tekanan sistolik yang tinggi pada
berhubungan dengan kematian
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam 72 jam setelah onset yang didapatkan
gangguan sawar darah otak (SDO), odema
pada pasien stroke PIS antara lain angka
interstisiel,
trombosit
bronchopneumonia
intrakranial. Hal ini akan mengakibatkan
(30,9%) dan fibrilasi atrial (26,1%). Menurut
perubahan jaringan dan gangguan jaringan
Gofir 2009, Stroke PIS disertai dengan
lokal,
fibrilasi
dan
sekunder terhadap aliran darah venosa yang
trombositosis memiliki resiko meningkatkan
terhambat, serta terjadi koagulopati lokal yang
morbiditas dan mortalitas 3 kali daripada
mengakibatkan
pasien
jaringan (Ohwaki et al, 2004).
(36,4%),
atrial,
tanpa
bronchopneumonia
gejala
tersebut.
Thrombus
dan
peningkatan
pembengkakan
tekanan
pembuluh
pelepasan
darah
tromboplastin
intrakardial terbentuk bila terdapat kelainan
Setelah dilakukan analisis univariat
pada katup atau dinding rongga jantung,
terhadap faktor – faktor yang berpengaruh
thrombus ini terbentuk bila terjadi gangguan
terhadap outcome pada PIS, didapatkan 9
irama jantung sehingga terjadi keadaan relatif
variabel yang bermakna. Variabel tersebut
statis pada atrium seperti pada fibrilasi atrial,
adalah MAP, umur, perdarahan ventrikel, skor
bronkopnemunia didapatkan sekitar 7-20%
GCS, volume perdarahan, oedem/ midline
menyebabkan disfagia dan aspirasi, sedangkan
shift, angka trombosit, bronkhopneumonia,
thrombositosis (gangguan hematologi) dapat
dan
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
dilakukan analisis multivariat dengan metode
menimbulkan edema dan hematoma pada
statistik regresi logistik.
jaringan
sekitarnya
sehingga
dapat
fibrilasi
atrial.
Tahap
selanjutnya
Analisis Tabel 3 menunjukkan bahwa
menimbulkan luasnya hematoma pada stroke
variabel
PIS mengakibatkan peningkatan morbiditas
perdarahan ventrikel, odem/ midline shift,
dan mortalitas (Ariesen et al, 2005; Davis et al
angka
2006; Gupta et al 2014).
menunjukkan nilai RR lebih dari 1, sehingga
Tabel 2 menunjukkan bahwa hubungan
dapat
kematian
trombosit
diartikan
selain
dan
bahwa
MAP,
fibrilasi
variabel
umur,
atrial
tersebut
kematian bermakna dalam penelitian ini
merupakan variabel faktor risiko mortalitas
adalah
lain
pada pasien stroke PIS. Namun dalam
menyebutkan bila MAP > 130 mmHg dan
penelitian ini faktor risiko yang ditunjukkan
tekanan
mmHg
tidak bermakna (p > 0,05), sehingga variabel-
merupakan faktor resiko terjadinya kematian
variabel tersebut tidak dapat berdiri sendiri
(Misbach et al, 2011).
dalam memprediksi mortalitas pada stroke
variabel
darah
MAP.
sistolik
Penelitian
≥
200
Bila tekanan darah melebihi batas
perdarahan intraserebral. Pada penelitian ini
commit tovariabel-variabel
user
otoregulasi (MAP > 150 mmHg) dapat terjadi
GCS, volume perdarahan,
8
perpustakaan.uns.ac.id
dan
bronkopneumonia
digilib.uns.ac.id
bukan
merupakan
sistolik
yang
tinggi
dan
tekanan
nadi
faktor risiko terhadap mortalitas pada pasien
berhubungan dengan outcome yang buruk
stroke PIS, hal ini karena nilai RR kurang dari
(Caplan, 2009). Volume perdarahan dan
1 dan secara statistik juga tidak bermakna (p >
perluasan hematoma dikatakan berhubungan
0,05). Berdasarkan hasil analisis regresi
dengan perburukan atau outcome yang buruk
logistik tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada PIS (Davis et al, 2006).
faktor
risiko
parameter
yang
diduga
mortalitas
stroke
merupakan
PIS
dalam
Mekanisme hipertensi pada stroke akut
telah dijelaskan oleh Sudoyo et al tahun 2009.
penelitian ini tidak dapat berdiri sendiri.
Mekanisme
Namun dibutuhkan beberapa faktor risiko
kerusakan atau kompresi area spesifik di otak
yang saling mendukung untuk menentukan
yang mengatur aktivitas sistem saraf otonom.
ketepatan prediktor mortalitas pasien stroke
Selain itu refleks cushing dan stressor karena
PIS dan hasil dari penelitian ini menunjukkan
masuk
bahwa nilai exp B (RR) MAP = 22,702
ketidakseimbangan sistem tubuh yang akan
(dibulatkan menjadi 22,7) artinya bahwa MAP
mengaktivasi jalur adrenomeduler simpatis,
mempunyai pengaruh 22,7 kali lebih besar
peningkatan
dalam peristiwa kematian pada stroke PIS di
sitokin inflamasi, yang semuanya berperan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
dalam mekanisme terjadinya hipertensi.
itu
rumah
merupakan
sakit
konsentrasi
respon
juga
dari
memicu
katekolamin
dan
Penyebab utama kematian pada PIS
Penelitian berdasarkan gambaran CT
menurut Greenberg (2010) adalah herniasi
scan otak menunjukkan bahwa perluasan
yang terjadi pada 1 minggu pertama. Jadi
hematoma awal terjadi pada 18% - 38%,
faktor – faktor yang berhubungan dengan
pasien yang diperiksa dengan CT scan dalam 3
proses
terhadap
jam setelah onset. Penemuan ini berhubungan
kematian. Proses herniasi berhubungan dengan
dengan perburukan kondisi neurologis awal
proses
intrakranial,
dan peningkatan resiko outcome yang buruk
karena besarnya volume perdarahan, dan
(Mayer and Rincon, 2005). Penelitian lain
perluasan hematoma. Tekanan darah yang
menunjukkan bahwa peningkatan tekanan
meningkat pada awal onset stroke PIS
darah
berkontribusi pada perkembangan hematoma.
hematom. Upaya penurunan tekanan darah
herniasi
berkontribusi
peningkatan
Tiga
tekanan
perluasan
sistolik < 150 mmHg dengan demikian
outcome PIS adalah ukuran perdarahan, lokasi
mencegah resiko tersebut (Ohwaki et al,
dan
terpenting
resiko
untuk
perdarahan,
perkiraan
meningkatkan
pembesaran
hematoma.
2004).
commit to user
Disebutkan juga bahwa MAP, tekanan darah
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tekanan darah sistolik ≥ 200 mmHg
neuropsikologisnya
sering
dan MAP > 130 mmHg merupakan faktor
(Ohwaki et al, 2004).
resiko perluasan hematoma (Broderick et al,
MAP
terbukti
lebih
buruk
berperan
dalam
2007). Volume hematoma sebagai perkiraan
memperkirakan kematian dalam 72 jam pasca
tunggal terkuat kematian dalam 30 hari setelah
onset secara univariat dan multivariat serta
PIS (Jauch et al, 2006).
terdapat
Peningkatan
darah
–
variabel
yang
akan
mempengaruhi terbukti secara independen
mempertahankan tekanan perfusi otak, tetapi
bermakna. Hal tersebut membuktikan bahwa
akan
meski
menyebabkan
tekanan
variabel
peningkatan
tekanan
MAP
tidak
secara
langsung
intrakranial. Isi tengkorak dalam keadaan
mempengaruhi outcome kematian, tetapi MAP
normal adalah darah (4%), liquor (10%), dan
mempengaruhi
parenkim otak (86%). Cairan serebrospinal
menyebabkan kematian dalam 72 jam pasca
dibentuk dengan kecepatan konstan, 80% atau
onset.
lebih diproduksi di pleksus khoroideus sisanya
MAP
variabel
disini
independen
bukan
merupakan
oleh parenkim otak. Tekanan intrakranial
penyebab secara langsung kematian, tetapi
normal adalah 5 – 15 mmHg. Tekanan ini
bisa
tidak selalu konstan tergantung dari pulsasi
perdarahan
arteri, respirasi dan batuk. Peningkatan salah
intraventrikel
satu komponen otak akan dikompensasi oleh
kesadaran, yang kesemuanya itu berkontribusi
penurunan
terhadap
volume
lainnya.
Bila
batas
memperkirakan
adanya
yang
besar,
dan
volume
perdarahan
penurunan
timbulnya
peningkatan
derajat
tekanan
kompensasi dilewati maka sedikit penambahan
intrakranial
volume darah akan menyebabkan kenaikan
menjadi herniasi yang merupakan penyebab
tekanan intrakkranial. Bila tekanan intrakranial
kematian utama pada PIS (Greenberg, 2010).
meningkat secara cepat yang terlihat pada PIS,
maka
akan
terjadi
perubahan
kemudian
bisa
berkembang
Tekanan darah merupakan variabel
sistemik
prognosis yang paling mudah dilakukan pada
(ekstrakranial) seperti hipertensi, gangguan
awal onset. Pengukurannya tidak tergantung
jantung dan iramanya, hipoksemia arterial, dan
pada kondisi pasien disamping itu tidak
edema pulmo neurogenik. Bradikardi hanya
memerlukan
terjadi sebentar saja dan yang paling sering
dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh
terjadi adalah takikardi dan atau aritmia
dokter atau perawat.
kordis. Suatu peningkatan tekanan intrakranial
Keterbatasan penelitian
alat
yang
rumit
dan
bisa
dihubungkan dengan peningkatan mortalitas
Kematian merupakan subyek yang
commit tobanyak
user terjadi pada awal onset merupakan
apabila
pasien
selamat,
keadaan
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterbatasan pada penelitian ini. MAP sendiri
yang ditemukan diantaranya, sampel yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik serebral
minimal terbatas pada bangsal Bagian Saraf
maupun sistemik, secara langsung dan tidak
RSDM
langsung. Kematian juga bisa terjadi karena
menggambarkan populasi secara keseluruhan
kedua
serta waktu yang terbatas dan menyeragamkan
faktor
tersebut.
Faktor
–
faktor
Surakarta,
pengambilan
sehingga
sampel.
belum
ekstrakranial bisa berpengaruh pada kematian
waktu
Untuk
dalam fase yang berbeda dari faktor serebral.
memaksimalkan hasil yang didapatkan perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
sampel yang lebih banyak serta waktu yang
faktor
cukup. Serta dapat mengendalikan faktor-
prognostik yang bermakna pada penelitian ini
faktor perancu yang dapat membiaskan hasil
yaitu
penelitian.
Secara
MAP,
perdarahan,
statistik
didapatkan
perdarahan
ventrikel,
letak
odem/midline
shift,
angka
trombosit dan fibrilasi atrial, namun tidak
dapat berdiri sendiri dalam memprediksi
mortalitas
pada
stroke
PIS.
Dibutuhkan
beberapa faktor risiko yang saling mendukung
untuk
menentukan
mortalitas
pasien
ketepatan
stroke
prediktor
perdarahan
intraserebral secara univariat.
Terdapat hubungan yang signifikan
antara MAP dengan peristiwa kematian pada
stroke perdarahan intraserebral di RS Dr.
Moewardi Surakarta.
Saran
Untuk klinisi : MAP hendaknya selalu
menjadi perhatian pada awal penanganan
pasien PIS dan menjadi pertimbangan dalam
pemberian informasi kepada pasien atau
keluarganya tentang besarnya resiko outcome
kematian pada fase akut
DAFTAR PUSTAKA
Aiyagari V, Diringer Mn. 2012. Fever
Control And Its Impact On
Outcomes:
What
Is
The
Evidence?Journal
of
The
Neurological Sciences, 261, 39-46.
Ariesen, M.J., Algra, A., Van Der Worp,
H.P. And Rinkel, G.J.E. 2005.
Applicability And Relevance Of
Models That Predict Short Term
Outcome
After
Intracerebral
Hemorrhage. J.Neurol Neurosurg
Psychiatry.76 : 839-844.
Asch C, Luitse M, Rinkel G, Tweel I,
Algra A, Klijn C. 2010. Incidence,
Case Fatality, And Functional
Outcome
Of
Intracerebral
Haemorrhage
Over
Time,
According To Age, Sex, and
Ethnic Origin: A Systematic
Review
and
Meta-Analysis.
Diunduh
dari
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
ed/20056489. (1 Juni 2014).
Broderick JP, Diringer MN, Hill MD, Brun
NC, Mayer SA, Steiner T,
Untuk peneliti : Penelitian ini adalah
Skolnick Be, Davis SM. 2007.
commit to user
mini research, sehingga banyak kelemahan
Determinants of Intracerebral
11
perpustakaan.uns.ac.id
Hemorrhage
Growth:
An
Exploratory Analysis. Stroke, 38,
1072–5.
Diunduh
dari
:
http://www.google.co.id.bvm=bv.6
9411363,d.c2E. ( 1 Juni 2014).
Davis S, Broderic J, Hennrici M, Brun N,
Diringer M, Mayer S, Begtrup K,
Steiner T. 2006. Hematoma
Growth
is
Determinant
of
Mortality and Poor Outcome After
Intraserebral Hemorrhage. AAN
Interprises, 66, 1175-1181.
Dahlan S. 2013. Deskriptif, Bivariate, Dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi
Dengan Menggunakakan SPSS
Dalam Statistik Untuk Kedokteran
Dan Kesehatann. 5Ed. Seri
Evidence Based Medicine 1.
Jakarta. Salemba Medika.
Dahlan S. 2013. Besar Sampel Dan Cara
Pengambilan
Sampel
Dalam
Penelitian
Kedokteran
Dan
Kesehatan. 3Ed. Seri Evidence
Based Medicine 2. Jakarta.
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan. 2009. Survey
Kesehatan
Nasional.
Laporan.Depkes RI Jakarta.
Gofir A. 2011. Stroke Perdarahan Dalam
Manajemen Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Cendekia Press.
Gupta M, Verma F, Parihar A, Garg R,
Singh M, Malhotra H. 2014.
Perihematomal
Edema
As
Perkiraan
of
Outcome
in
Spontaneous
Intraserebral
Hemorrhage.
Journal
of
Neurosciense in Rural Practice, 5,
48-54.
digilib.uns.ac.id
Neurosurgery. 7Th Ed. New York.
Thieme, P.824.
Jauch, E. C, Lindsell C. J, Adeoye O,
Khoury J, Barsan W, Broderick
J,Brott T. 2006. Lack Of Evidence
For
An
Association
Betweenhemodynamic Variabels
And Hematoma Growth in
Spontaneous
Intracerebral
Hemorrhage. Stroke; A Journal of
Cerebral Circulation, 37(8), 2061–
2065.
Jade W. Emma L. Heeley, Wang J,
Yining Huang Y, Lawrence K,
Zhengyi L, Heritier S, Craig S.
2010. Comparison of Recovery
Patterns and Prognostic Indicators
For Ischemic and Hemorrhagic
Stroke In China. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
ed/20651267. (1 Juni 2014).
Maso A, Silva Y. 2013. Blood Pressure
Levels And Haematoma Growth in
Patients
With
Intraserebral
Hemorrhage : A Retrospective
Observational Study. Universitat
De Girona.
Mayer S A, And Rincon F. 2005.
Treatment
Of
Intracerebral
Haemorrhage. Lancet Neurol. New
York.
Misbach J. 2011. Stroke Aspek Diagnosis,
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Suroto,
Harris S, Nurimba N, Islam S,
Bustami M, Rasyid Al. 2011.
Guideline Stroke. Poksi Stroke
Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Jakarta.
Greenberg
M.
2010
Intraserebral
Hemorrhage..
Handbook
of
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
Ohwaki K, Yano E, Nagashima H, Hirata
M, Nagatomi T, Tamura A. 2004.
Blood Pressure Management in
Acute Intraserebral Hemorrhage:
Relationship Between Elevated
Blood Pressure and Hematoma
Enlargement. Stroke, 35, 13641367.
Diunduh
dari
:
http://stroke.ahajournals.org/conte
nt/35/6/1364.long. (1 Juni 2014).
digilib.uns.ac.id
http://www.biomedcentral.com/14
71-2377/14/172 (1 Desember
2014)
Qureshi AI, Mandelow AD, Hanley DF.
2009. Intraserebral Harmorrhage.
Lancet, 373, 1632-1644.
Qureshi AI, Tuhrim S, Broderick Jp, Batjer
H, Hondo H, Hanley Df. 2010.
Spontaneous
Intraserebral
Haemorrhage. New Eng Jour of
Med, 344, 1450-60.
Ralph L, Scoot E, Joseph P, Louis R,
Culebras A. 2013. An Updated
Definition of Stroke For The 21st
Century.
AHA/ASA
Expert
Consensus Document. Aan.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. 2009.
Hipertensi. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Tetri S, Juvela S Saloheimo P, Pyhtinen J,
Hillbom M. 2009. Hypertension
and Diabetes As Prediktors Of
Early Death After Spontaneous
Intraserebral Hemorrhage. Journal
Neurosurg, 110, 411-417.
Zhou J, Zhang Y, Arima H, Zhao Y, Zheng
D, Tian Y et al. 2014. Sex
Differences
in
Clinical
Characteristics and Outcome After
Intracerebral
Haemorrhage
:
Results From A 12-Month
Prospective Stroke Registry in
Nanjing, China. BMC Neurology.
commit to user
Diunduh
dari
:
13
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN MEAN ARTERIAL PRESSURE DENGAN PERISTIWA KEMATIAN PADA
STROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL
Aria Chandra GTS*, Risono**, O.S. Hartanto**
*) Peserta PPDS-1 Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret /
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
**) Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
***) Guru Besar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan gangguan fungsi otak
akibat kematian sel-sel otak. Salah satu jenis stroke dengan tingkat kematian tertinggi dan
paling sulit ditangani adalah stroke perdarahan intraserebral (PIS). Peningkatan MAP yang
terjadi pasca stroke ditengarai memiliki korelasi dengan hasil outcome yang buruk. Oleh
sebab itu penatalaksanaan tekanan darah yang lebih agresif telah direkomendasikan oleh
AHA dan ASA. Peneliti ingin mengetahui hubungan mean arterial pressure dengan peristiwa
kematian pada pasien stroke PIS. Desain penelitian dengan kohort prospektif yang dilakukan
pada bulan Agustus – November 2014. Besar sampel 55 sampel. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Stroke PIS ditetapkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan CT
scan, kematian diukur berdasarkan data rekam medis lengkap. Analisis data menggunakan
Chi Square dan uji t memakai program SPSS dengan signifikan α = 0,05. Didapatkan hasil
penelitian pada peristiwa kematian pada stroke PIS berhubungan signifikan dengan MAP
tinggi dimana nilai p = < 0,05.
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara mean arterial pressure dengan
peristiwa kematian pada stroke perdarahan intraserebral di RS Dr. Moewardi Surakarta.
Kata Kunci : Stroke, Mean Arterial Pressure, Perdarahan Intra serebral, Kematian
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan peredaran
(16,6 per 1.000 penduduk) dan yang paling
darah di otak yang menyebabkan gangguan
rendah
fungsi otak akibat kematian sel-sel otak. Salah
penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita
satu jenis stroke dengan tingkat kematian
stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh
tertinggi dan paling sulit ditangani adalah
tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan sekitar
stroke
(PIS)
72,3% kasus stroke di masyarakat telah
(Misbach, 2011). Sekitar 40% dari pasien
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
dengan perdarahan intraserebral meninggal
angka kematian akibat stroke perdarahan
dalam 30 hari dan yang bertahan hidup
intraserebral tetap tinggi. Data menunjukkan
sebagian besar memiliki hendaya yang berat.
bahwa
Saat kini belum ditemukan pengobatan yang
menempati urutan pertama sebagai penyebab
dapat menurunkan tingkat kematian pasien
kematian utama semua umur di Indonesia.
stroke akibat perdarahan intraserebral (Ariesen
Stroke, bersama-sama hipertensi, penyakit
et al, 2005).
jantung iskemik dan penyakit jantung lain,
perdarahan
intraserebral
Insiden stroke perdarahan intraserebral
juga
adalah
stroke
merupakan
berkisar antara 10 sampai 20 kasus per
penyebab
100.000 penduduk dan meningkat seiring
(Depkes, 2009).
Papua
(3,8
per
perdarahan
penyakit
kematian
utama
1.000
intraserebral
tidak
di
menular
Indonesia
dengan pertambahan umur pada populasi.
Case fatality rate stroke perdarahan
Stroke perdarahan intraserebral lebih sering
intraserebral dalam 1 bulan tinggi, bervariasi
dijumpai pada laki–laki daripada perempuan,
28-52% sebagian besar kematian terjadi dalam
terutama pada kelompok umur muda daripada
beberapa hari setelah onset. Faktor-faktor yang
kelompok umur lebih dari 55 tahun. Terdapat
berhubungan dengan outcome yang buruk
perbedaan yang signifikan antara insidensi
terjadi bila perdarahan dalam parenkim otak
hipertensi dengan tingkat pendidikan yang
dengan
rendah, yang sangat mungkin disebabkan oleh
kesadaran, peningkatan MAP (Mean Arterial
pemahaman
aspek
Pressure), perdarahan intraventrikuler yang
pencegahan primer serta akses yang kurang
melebar, dan umur lebih tua. Meskipun operasi
dalam perawatan kesehatan. (Aiyagari et al,
bedah untuk mengevakuasi hematoma sering
2012).
dilakukan, masih tidak ada evidence based
Di
yang
rendah
Indonesia
tentang
prevalensi
stroke
ukuran
yang
besar,
penurunan
yang memuaskan untuk membuktikan manfaat
mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk.
operasi. Rekomendasi ASA dan AHA saat ini
commit tomenjadi
user pedoman dalam manajemen stroke
Daerah yang memiliki prevalensi stroke
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perdarahan intraserebral, dimana manajemen
Association mengenai manajemen perdarahan
tekanan darah untuk menjaga angka yang
intraserebral spontan merekomendasikan agar
optimal, dinilai sebagai cara yang paling
mencapai target tekanan darah 160/90 mm Hg
efektif untuk menurunkan angka morbiditas
atau Mean arterial pressure (MAP/tekanan
dan mortalitas (Asch et al, 2010).
darah arteri rerata) sebesar 110 mm Hg secara
Peningkatan sering terjadi pada MAP
bersamaan untuk menjaga tekanan perfusi otak
setelah terjadi stroke perdarahan intraserebral,
dalam kisaran 60-80 mm Hg. Studi klinis
dan hal ini berkorelasi dengan hasil outcome
untuk
yang buruk (Ohwaki et al, 2004).
tekanan darah terhadap penurunan risiko
menentukan
efektivitas
penurunan
Diagnosis lebih awal, penatalaksanaan
perluasan hematoma sedang dilakukan. Kedua
tekanan darah lebih agresif, berbagai teknik
pendekatan tersebut masih dalam penelitian
bedah,
lebih lanjut (Davis et al, 2006).
dan
penatalaksanaan
peningkatan
tekanan intrakranial dapat menurunkan angka
Penelitian di China melaporkan bahwa
kematian dan kecacatan. (Ralph et al, 2013).
kasus kematian lebih tinggi untuk stroke
Menurut
yang
perdarahan daripada stroke iskemik, tetapi
diterbitkan dalam Journal Neurology pada
sebaliknya untuk disabilitas pada stroke
tahun 2006, dalam waktu 3 jam paska onset,
iskemik. Pada pasien stroke perdarahan,
pada 70% lebih pasien stroke perdarahan
outcome buruk semakin meningkat seiring
intraserebral ditemukan perluasan hematoma
dengan tingginya tekanan darah sistolik dan
di otak dan meningkat secara bertahap sampai
diastolik pada waktu masuk rumah sakit ( Jade
72 jam. Volume hematoma pada jaringan
et al, 2010). Penelitian kohort terhadap 379
parenkim otak adalah indikator penting dalam
pasien perdarahan intraserebral spontan di
penanganan perdarahan intraserebral. Para
Finlandia yang tidak menjalani pembedahan
ilmuwan
perluasan
memberikan hasil bahwa tekanan darah arteri
hematoma dengan tingkat mortalitas yang
rerata pada waktu masuk merupakan prediktor
tinggi dan hasil terapi yang buruk. Mereka
independen kematian yang lebih awal, dan
kemudian berasumsi bahwa dengan mencegah
penelitian di Taiwan menyebutkan bahwa
perluasan hematoma akan dapat memperbaiki
indeks
outcome. Terapi yang sudah ada yaitu dengan
keberadaan
upaya menurunkan tekanan darah dianggap
berhubungan dengan outcome yang buruk
sebagai pendekatan yang tepat dan lebih
pasien perdarahan intraserebral (Tetri et al,
mudah
penelitian
Davis
et
menghubungkan
untuk
al
massa
tubuh
yang
perdarahan
rendah
dan
intraventrikel
meminimalisir
perluasan
2009).
commit to user
hematoma. Panduan dari American Heart
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masih belum jelas apakah tekanan
kali, umur 30 – 70 tahun, onset serangan
darah yang tinggi adalah suatu phenomena
stroke perdarahan intraserebral sampai dengan
perdarahan intraserebral yang berat atau faktor
masuk RSDM ≤ 24 jam, data rekam medis
risiko independen lain, untuk hasil outcome
yang lengkap, bersedia mengikuti penelitian
yang buruk. Tekanan darah tinggi dalam 24
ini
jam pertama setelah perdarahan intraserebral
Kriteria eksklusi antara lain hasil CT
juga telah dihubungkan dengan hasil outcome
scan ada iskemik otak, infark hemoragik, PIS
yang
Dengan
dengan multi infark lakuner, pasien pulang
demikian, terdapat kekhawatiran secara klinis
atas permintaan sendiri, Pasien mengalami
bahwa tekanan darah sangat tinggi dapat
pembedahan.
berperan dalam perluasan hematoma awal,
Protokol Penelitian
buruk
bahkan
kematian.
sementara itu, penurunan tekanan darah terlalu
Data pada penelitian ini diambil dari
agresif dapat mengganggu perfusi aliran darah
rekam medik subyek. Subyek penelitian ini
pada daerah otak perihematoma. Saat ini
harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
belum ada penelitian berbasis rumah sakit
dimasukkan dalam penelitian secara berurutan.
mengenai hubungan tekanan darah arteri rerata
Pengumpulan data dimulai dari pengumpulan
pada fase akut dengan kematian pada pasien
data pasien dengan gejala klinik stroke
stroke perdarahan intraserebral di Surakarta.
perdarahan intraserebral
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini.
instalasi gawat darurat, diberikan penjelasan
dan diminta persetujuan mengikuti penelitian
METODOLOGI
dan mengisi informed consent. Dilakukan
Subyek Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
kohort
prospektif untuk mengetahui hubungan antara
kematian
yang masuk ke
dengan
stroke
perdarahan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan
kepala polos, bila hasil CT scan didapatkan
lesi atau gambaran perdarahan pada jaringan
otak dan tidak pada intraventrikuler, maka
intraserebral.
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
inap intensif bagian saraf di RSUD dr.
Moewardi Surakarta di mulai bulan Agustus
sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.
Dengan kriteria insklusi antara lain
semua pasien stroke perdarahan intraserebral
dianggap
menderita
stroke
perdarahan
intraserebral, sedangkan bila hasil CT scan
tidak
didapatkan
dianggap
bukan
lesi
perdarahan,
stroke
maka
perdarahan
intraserebral, data yang diperlukan dalam
penelitian
baik
varibel
bebas
ataupun
tergantung diambil dari rekam medik subyek
laki-laki
commit topenelitian
user
yang telah dipilih, data yang didapat
maupun perempuan dengan serangan pertama
4
spontan
yang
berjenis
kelamin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian dimasukkan dalam kriteria, setelah
semua data dari seluruh sampel penelitian
terkumpul kemudian dilakukan pengolahan
data.
Angka trombosit
Tinggi(n,%)
Bronkhopneumonia
Ya(n,%)
Atrial fibrilasi
Ya(n,%)
Keterangan: *p
(persentase %).
dengan
peristiwa
perdarahan
kematian
intraserebral
pada
dengan
stroke
Analisis
Multivariat Regresi Logistik dengan tingkat
kepercayaan 95 %. Perbedaan yang signifikan
bila p < 0.05. Semua analisis statistik
4(7,3)
17(30,9)
4(7,3)
0,000*
0,000*
16(26,1)
7(12,7)
< 0,05 bermakna secara statistik, frekuensi
Pada tabel 1 menunjukkan subyek
Data yang diperoleh, ditabulasi dan
dianalisis, untuk mengetahui hubungan MAP
0,000*
20(36,4)
penelitian
perempuan
yang
paling
sebanyak
31
banyak
adalah
orang,
dengan
kematian sebanyak 12 orang (21,8%), dan
yang tidak mengalami kematian sebanyak 19
orang
(34,5%).
Kategori
umur
subyek
penelitian didapatkan yang paling banyak
berkisar umur 51 – 70 tahun, yang mengalami
menggunakan SPSS 17.
kematian sebanyak 19 orang (40,0%), tidak
HASIL
mengalami kematian sebanyak 3 orang (5,5%).
Penelitian dilakukan terhadap pasien
stroke
perdarahan
intraserebral
yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Waktu
pengambilan sampel dari bulan Agustus 2014
sampai bulan November 2014 di ruang intensif
Tabel 2. Faktor prognostik outcome kematian pada stroke perdarahan
intraserebral berdasarkan MAP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Outcome
Kategori
Value
Kematian
Kematian
(P)
(-)
(n=23)
(n=32)
MAP(n,%)
0,000*
< 130mmHg 1(1,8)
26(47,3)
≥ 130mmHg 22(40,0)
6(10,9)
* Bermakna secara statistik p < 0,05
bangsal rawat inap neurologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Berdasarkan perhitungan
besar sampel dibutuhkan subyek penelitian
Jenis kelamin
Laki-laki(n,%)
Perempuan(n,%)
Umur
30 – 50 tahun(n,%)
51 – 70 tahun(n,%)
Perdarahan ventrikel
Ya(n,%)
GCS
< 8(n,%)
Volume perdarahan
< 30 cc(%)
Letak perdarahan
Supratentorial(n,%)
Infratentorial (n,%)
Oedem/midline shift
Ya(n,%)
umum
subyek
penelitian
Outcome
Kematian
(n=23)
Kematian (-)
(n=32)
11(20,0)
12(21,8)
13(23,6)
19(34,5)
6(10,9)
19(40,0)
27(49,1)
3(5,5)
19(34,5)
5(9,1)
di
RSUD
Value
(P)
0,595
6(10,9)
(41,8%), dan tidak mengalami kematian
sebanyak
32
orang
(58,2%)
dengan
menggunakan uji chi square di peroleh nila p
value sebesar 0,000 ( 60 cc mempunyai angka
dalam beberapa jam (Maso and Silva, 2013).
kematian 90%. Sebaliknya pasien dengan skor
dengan
akibat
akan
peningkatan
terjadi
gangguan
Perdarahan
ventrikel
berhubungan
GCS > 9 dan volume perdarahan < 30 cc
perluasan
hematom
(Mayer
adalah 17% (Qureshi et al, 2009).
and
Rincon, 2005). Perluasan hematom perdarahan
Faktor ekstrakranial juga didapatkan
commit tobermakna
user
ventrikel dan tekanan sistolik yang tinggi pada
berhubungan dengan kematian
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam 72 jam setelah onset yang didapatkan
gangguan sawar darah otak (SDO), odema
pada pasien stroke PIS antara lain angka
interstisiel,
trombosit
bronchopneumonia
intrakranial. Hal ini akan mengakibatkan
(30,9%) dan fibrilasi atrial (26,1%). Menurut
perubahan jaringan dan gangguan jaringan
Gofir 2009, Stroke PIS disertai dengan
lokal,
fibrilasi
dan
sekunder terhadap aliran darah venosa yang
trombositosis memiliki resiko meningkatkan
terhambat, serta terjadi koagulopati lokal yang
morbiditas dan mortalitas 3 kali daripada
mengakibatkan
pasien
jaringan (Ohwaki et al, 2004).
(36,4%),
atrial,
tanpa
bronchopneumonia
gejala
tersebut.
Thrombus
dan
peningkatan
pembengkakan
tekanan
pembuluh
pelepasan
darah
tromboplastin
intrakardial terbentuk bila terdapat kelainan
Setelah dilakukan analisis univariat
pada katup atau dinding rongga jantung,
terhadap faktor – faktor yang berpengaruh
thrombus ini terbentuk bila terjadi gangguan
terhadap outcome pada PIS, didapatkan 9
irama jantung sehingga terjadi keadaan relatif
variabel yang bermakna. Variabel tersebut
statis pada atrium seperti pada fibrilasi atrial,
adalah MAP, umur, perdarahan ventrikel, skor
bronkopnemunia didapatkan sekitar 7-20%
GCS, volume perdarahan, oedem/ midline
menyebabkan disfagia dan aspirasi, sedangkan
shift, angka trombosit, bronkhopneumonia,
thrombositosis (gangguan hematologi) dapat
dan
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
dilakukan analisis multivariat dengan metode
menimbulkan edema dan hematoma pada
statistik regresi logistik.
jaringan
sekitarnya
sehingga
dapat
fibrilasi
atrial.
Tahap
selanjutnya
Analisis Tabel 3 menunjukkan bahwa
menimbulkan luasnya hematoma pada stroke
variabel
PIS mengakibatkan peningkatan morbiditas
perdarahan ventrikel, odem/ midline shift,
dan mortalitas (Ariesen et al, 2005; Davis et al
angka
2006; Gupta et al 2014).
menunjukkan nilai RR lebih dari 1, sehingga
Tabel 2 menunjukkan bahwa hubungan
dapat
kematian
trombosit
diartikan
selain
dan
bahwa
MAP,
fibrilasi
variabel
umur,
atrial
tersebut
kematian bermakna dalam penelitian ini
merupakan variabel faktor risiko mortalitas
adalah
lain
pada pasien stroke PIS. Namun dalam
menyebutkan bila MAP > 130 mmHg dan
penelitian ini faktor risiko yang ditunjukkan
tekanan
mmHg
tidak bermakna (p > 0,05), sehingga variabel-
merupakan faktor resiko terjadinya kematian
variabel tersebut tidak dapat berdiri sendiri
(Misbach et al, 2011).
dalam memprediksi mortalitas pada stroke
variabel
darah
MAP.
sistolik
Penelitian
≥
200
Bila tekanan darah melebihi batas
perdarahan intraserebral. Pada penelitian ini
commit tovariabel-variabel
user
otoregulasi (MAP > 150 mmHg) dapat terjadi
GCS, volume perdarahan,
8
perpustakaan.uns.ac.id
dan
bronkopneumonia
digilib.uns.ac.id
bukan
merupakan
sistolik
yang
tinggi
dan
tekanan
nadi
faktor risiko terhadap mortalitas pada pasien
berhubungan dengan outcome yang buruk
stroke PIS, hal ini karena nilai RR kurang dari
(Caplan, 2009). Volume perdarahan dan
1 dan secara statistik juga tidak bermakna (p >
perluasan hematoma dikatakan berhubungan
0,05). Berdasarkan hasil analisis regresi
dengan perburukan atau outcome yang buruk
logistik tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada PIS (Davis et al, 2006).
faktor
risiko
parameter
yang
diduga
mortalitas
stroke
merupakan
PIS
dalam
Mekanisme hipertensi pada stroke akut
telah dijelaskan oleh Sudoyo et al tahun 2009.
penelitian ini tidak dapat berdiri sendiri.
Mekanisme
Namun dibutuhkan beberapa faktor risiko
kerusakan atau kompresi area spesifik di otak
yang saling mendukung untuk menentukan
yang mengatur aktivitas sistem saraf otonom.
ketepatan prediktor mortalitas pasien stroke
Selain itu refleks cushing dan stressor karena
PIS dan hasil dari penelitian ini menunjukkan
masuk
bahwa nilai exp B (RR) MAP = 22,702
ketidakseimbangan sistem tubuh yang akan
(dibulatkan menjadi 22,7) artinya bahwa MAP
mengaktivasi jalur adrenomeduler simpatis,
mempunyai pengaruh 22,7 kali lebih besar
peningkatan
dalam peristiwa kematian pada stroke PIS di
sitokin inflamasi, yang semuanya berperan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
dalam mekanisme terjadinya hipertensi.
itu
rumah
merupakan
sakit
konsentrasi
respon
juga
dari
memicu
katekolamin
dan
Penyebab utama kematian pada PIS
Penelitian berdasarkan gambaran CT
menurut Greenberg (2010) adalah herniasi
scan otak menunjukkan bahwa perluasan
yang terjadi pada 1 minggu pertama. Jadi
hematoma awal terjadi pada 18% - 38%,
faktor – faktor yang berhubungan dengan
pasien yang diperiksa dengan CT scan dalam 3
proses
terhadap
jam setelah onset. Penemuan ini berhubungan
kematian. Proses herniasi berhubungan dengan
dengan perburukan kondisi neurologis awal
proses
intrakranial,
dan peningkatan resiko outcome yang buruk
karena besarnya volume perdarahan, dan
(Mayer and Rincon, 2005). Penelitian lain
perluasan hematoma. Tekanan darah yang
menunjukkan bahwa peningkatan tekanan
meningkat pada awal onset stroke PIS
darah
berkontribusi pada perkembangan hematoma.
hematom. Upaya penurunan tekanan darah
herniasi
berkontribusi
peningkatan
Tiga
tekanan
perluasan
sistolik < 150 mmHg dengan demikian
outcome PIS adalah ukuran perdarahan, lokasi
mencegah resiko tersebut (Ohwaki et al,
dan
terpenting
resiko
untuk
perdarahan,
perkiraan
meningkatkan
pembesaran
hematoma.
2004).
commit to user
Disebutkan juga bahwa MAP, tekanan darah
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tekanan darah sistolik ≥ 200 mmHg
neuropsikologisnya
sering
dan MAP > 130 mmHg merupakan faktor
(Ohwaki et al, 2004).
resiko perluasan hematoma (Broderick et al,
MAP
terbukti
lebih
buruk
berperan
dalam
2007). Volume hematoma sebagai perkiraan
memperkirakan kematian dalam 72 jam pasca
tunggal terkuat kematian dalam 30 hari setelah
onset secara univariat dan multivariat serta
PIS (Jauch et al, 2006).
terdapat
Peningkatan
darah
–
variabel
yang
akan
mempengaruhi terbukti secara independen
mempertahankan tekanan perfusi otak, tetapi
bermakna. Hal tersebut membuktikan bahwa
akan
meski
menyebabkan
tekanan
variabel
peningkatan
tekanan
MAP
tidak
secara
langsung
intrakranial. Isi tengkorak dalam keadaan
mempengaruhi outcome kematian, tetapi MAP
normal adalah darah (4%), liquor (10%), dan
mempengaruhi
parenkim otak (86%). Cairan serebrospinal
menyebabkan kematian dalam 72 jam pasca
dibentuk dengan kecepatan konstan, 80% atau
onset.
lebih diproduksi di pleksus khoroideus sisanya
MAP
variabel
disini
independen
bukan
merupakan
oleh parenkim otak. Tekanan intrakranial
penyebab secara langsung kematian, tetapi
normal adalah 5 – 15 mmHg. Tekanan ini
bisa
tidak selalu konstan tergantung dari pulsasi
perdarahan
arteri, respirasi dan batuk. Peningkatan salah
intraventrikel
satu komponen otak akan dikompensasi oleh
kesadaran, yang kesemuanya itu berkontribusi
penurunan
terhadap
volume
lainnya.
Bila
batas
memperkirakan
adanya
yang
besar,
dan
volume
perdarahan
penurunan
timbulnya
peningkatan
derajat
tekanan
kompensasi dilewati maka sedikit penambahan
intrakranial
volume darah akan menyebabkan kenaikan
menjadi herniasi yang merupakan penyebab
tekanan intrakkranial. Bila tekanan intrakranial
kematian utama pada PIS (Greenberg, 2010).
meningkat secara cepat yang terlihat pada PIS,
maka
akan
terjadi
perubahan
kemudian
bisa
berkembang
Tekanan darah merupakan variabel
sistemik
prognosis yang paling mudah dilakukan pada
(ekstrakranial) seperti hipertensi, gangguan
awal onset. Pengukurannya tidak tergantung
jantung dan iramanya, hipoksemia arterial, dan
pada kondisi pasien disamping itu tidak
edema pulmo neurogenik. Bradikardi hanya
memerlukan
terjadi sebentar saja dan yang paling sering
dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh
terjadi adalah takikardi dan atau aritmia
dokter atau perawat.
kordis. Suatu peningkatan tekanan intrakranial
Keterbatasan penelitian
alat
yang
rumit
dan
bisa
dihubungkan dengan peningkatan mortalitas
Kematian merupakan subyek yang
commit tobanyak
user terjadi pada awal onset merupakan
apabila
pasien
selamat,
keadaan
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterbatasan pada penelitian ini. MAP sendiri
yang ditemukan diantaranya, sampel yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik serebral
minimal terbatas pada bangsal Bagian Saraf
maupun sistemik, secara langsung dan tidak
RSDM
langsung. Kematian juga bisa terjadi karena
menggambarkan populasi secara keseluruhan
kedua
serta waktu yang terbatas dan menyeragamkan
faktor
tersebut.
Faktor
–
faktor
Surakarta,
pengambilan
sehingga
sampel.
belum
ekstrakranial bisa berpengaruh pada kematian
waktu
Untuk
dalam fase yang berbeda dari faktor serebral.
memaksimalkan hasil yang didapatkan perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
sampel yang lebih banyak serta waktu yang
faktor
cukup. Serta dapat mengendalikan faktor-
prognostik yang bermakna pada penelitian ini
faktor perancu yang dapat membiaskan hasil
yaitu
penelitian.
Secara
MAP,
perdarahan,
statistik
didapatkan
perdarahan
ventrikel,
letak
odem/midline
shift,
angka
trombosit dan fibrilasi atrial, namun tidak
dapat berdiri sendiri dalam memprediksi
mortalitas
pada
stroke
PIS.
Dibutuhkan
beberapa faktor risiko yang saling mendukung
untuk
menentukan
mortalitas
pasien
ketepatan
stroke
prediktor
perdarahan
intraserebral secara univariat.
Terdapat hubungan yang signifikan
antara MAP dengan peristiwa kematian pada
stroke perdarahan intraserebral di RS Dr.
Moewardi Surakarta.
Saran
Untuk klinisi : MAP hendaknya selalu
menjadi perhatian pada awal penanganan
pasien PIS dan menjadi pertimbangan dalam
pemberian informasi kepada pasien atau
keluarganya tentang besarnya resiko outcome
kematian pada fase akut
DAFTAR PUSTAKA
Aiyagari V, Diringer Mn. 2012. Fever
Control And Its Impact On
Outcomes:
What
Is
The
Evidence?Journal
of
The
Neurological Sciences, 261, 39-46.
Ariesen, M.J., Algra, A., Van Der Worp,
H.P. And Rinkel, G.J.E. 2005.
Applicability And Relevance Of
Models That Predict Short Term
Outcome
After
Intracerebral
Hemorrhage. J.Neurol Neurosurg
Psychiatry.76 : 839-844.
Asch C, Luitse M, Rinkel G, Tweel I,
Algra A, Klijn C. 2010. Incidence,
Case Fatality, And Functional
Outcome
Of
Intracerebral
Haemorrhage
Over
Time,
According To Age, Sex, and
Ethnic Origin: A Systematic
Review
and
Meta-Analysis.
Diunduh
dari
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
ed/20056489. (1 Juni 2014).
Broderick JP, Diringer MN, Hill MD, Brun
NC, Mayer SA, Steiner T,
Untuk peneliti : Penelitian ini adalah
Skolnick Be, Davis SM. 2007.
commit to user
mini research, sehingga banyak kelemahan
Determinants of Intracerebral
11
perpustakaan.uns.ac.id
Hemorrhage
Growth:
An
Exploratory Analysis. Stroke, 38,
1072–5.
Diunduh
dari
:
http://www.google.co.id.bvm=bv.6
9411363,d.c2E. ( 1 Juni 2014).
Davis S, Broderic J, Hennrici M, Brun N,
Diringer M, Mayer S, Begtrup K,
Steiner T. 2006. Hematoma
Growth
is
Determinant
of
Mortality and Poor Outcome After
Intraserebral Hemorrhage. AAN
Interprises, 66, 1175-1181.
Dahlan S. 2013. Deskriptif, Bivariate, Dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi
Dengan Menggunakakan SPSS
Dalam Statistik Untuk Kedokteran
Dan Kesehatann. 5Ed. Seri
Evidence Based Medicine 1.
Jakarta. Salemba Medika.
Dahlan S. 2013. Besar Sampel Dan Cara
Pengambilan
Sampel
Dalam
Penelitian
Kedokteran
Dan
Kesehatan. 3Ed. Seri Evidence
Based Medicine 2. Jakarta.
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan. 2009. Survey
Kesehatan
Nasional.
Laporan.Depkes RI Jakarta.
Gofir A. 2011. Stroke Perdarahan Dalam
Manajemen Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Cendekia Press.
Gupta M, Verma F, Parihar A, Garg R,
Singh M, Malhotra H. 2014.
Perihematomal
Edema
As
Perkiraan
of
Outcome
in
Spontaneous
Intraserebral
Hemorrhage.
Journal
of
Neurosciense in Rural Practice, 5,
48-54.
digilib.uns.ac.id
Neurosurgery. 7Th Ed. New York.
Thieme, P.824.
Jauch, E. C, Lindsell C. J, Adeoye O,
Khoury J, Barsan W, Broderick
J,Brott T. 2006. Lack Of Evidence
For
An
Association
Betweenhemodynamic Variabels
And Hematoma Growth in
Spontaneous
Intracerebral
Hemorrhage. Stroke; A Journal of
Cerebral Circulation, 37(8), 2061–
2065.
Jade W. Emma L. Heeley, Wang J,
Yining Huang Y, Lawrence K,
Zhengyi L, Heritier S, Craig S.
2010. Comparison of Recovery
Patterns and Prognostic Indicators
For Ischemic and Hemorrhagic
Stroke In China. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
ed/20651267. (1 Juni 2014).
Maso A, Silva Y. 2013. Blood Pressure
Levels And Haematoma Growth in
Patients
With
Intraserebral
Hemorrhage : A Retrospective
Observational Study. Universitat
De Girona.
Mayer S A, And Rincon F. 2005.
Treatment
Of
Intracerebral
Haemorrhage. Lancet Neurol. New
York.
Misbach J. 2011. Stroke Aspek Diagnosis,
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Suroto,
Harris S, Nurimba N, Islam S,
Bustami M, Rasyid Al. 2011.
Guideline Stroke. Poksi Stroke
Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Jakarta.
Greenberg
M.
2010
Intraserebral
Hemorrhage..
Handbook
of
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
Ohwaki K, Yano E, Nagashima H, Hirata
M, Nagatomi T, Tamura A. 2004.
Blood Pressure Management in
Acute Intraserebral Hemorrhage:
Relationship Between Elevated
Blood Pressure and Hematoma
Enlargement. Stroke, 35, 13641367.
Diunduh
dari
:
http://stroke.ahajournals.org/conte
nt/35/6/1364.long. (1 Juni 2014).
digilib.uns.ac.id
http://www.biomedcentral.com/14
71-2377/14/172 (1 Desember
2014)
Qureshi AI, Mandelow AD, Hanley DF.
2009. Intraserebral Harmorrhage.
Lancet, 373, 1632-1644.
Qureshi AI, Tuhrim S, Broderick Jp, Batjer
H, Hondo H, Hanley Df. 2010.
Spontaneous
Intraserebral
Haemorrhage. New Eng Jour of
Med, 344, 1450-60.
Ralph L, Scoot E, Joseph P, Louis R,
Culebras A. 2013. An Updated
Definition of Stroke For The 21st
Century.
AHA/ASA
Expert
Consensus Document. Aan.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. 2009.
Hipertensi. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Tetri S, Juvela S Saloheimo P, Pyhtinen J,
Hillbom M. 2009. Hypertension
and Diabetes As Prediktors Of
Early Death After Spontaneous
Intraserebral Hemorrhage. Journal
Neurosurg, 110, 411-417.
Zhou J, Zhang Y, Arima H, Zhao Y, Zheng
D, Tian Y et al. 2014. Sex
Differences
in
Clinical
Characteristics and Outcome After
Intracerebral
Haemorrhage
:
Results From A 12-Month
Prospective Stroke Registry in
Nanjing, China. BMC Neurology.
commit to user
Diunduh
dari
:
13