PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING.

(1)

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Pengembangan Progam Pelatihan Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor SMP di Kabupaten Purwakarta)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh:

Agung Kawijoarto 1103437

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Pengembangan Progam Pelatihan Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor SMP di Kabupaten Purwakarta)

Oleh

Agung Kawijoarto S.Pd UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Agung kawijoarto 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Pengembangan Progam Pelatihan Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor SMP di Kabupaten Purwakarta)

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd. NIP. 19520620 198002 1 001

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd. NIP. 19771014 200112 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI

Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd. NIP. 19620623 198610 1 001


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Program Pelatihan Untuk Mengembangkan Konseling Lintas Budaya Guru Bimbingan dan Konseling" ini, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim terhadap karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

ABSTRAK

Agung Kawijoarto (2015). Program Pelatihan untuk Mengembangkan Keterampilan Konseling Lintas Budaya bagi Guru Bimbingan Dan Konseling (Studi Pengembangan Progam Pelatihan bagi Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor SMP Di Kabupaten Purwakarta)

Penelitian dilatarbelakangi oleh banyaknya guru bimbingan dan konseling/konselor yang kurang memahami konseling lintas budaya. Secara teori guru bimbingan dan konseling menyadari bahwa agar layanan konseling efektif dan tepat guna, maka layanan yang diberikan harus sesuai dengan budaya konseli. Tapi kenyataan dilapangan guru bimbingan dan konseling/konselor menganggap bahwa konseli harus mengikuti budaya yang dibawa oleh guru bimbingan dan konseling/konselor, dengan alasan agar layanan konseling lebih cepat. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif-kualitatif, metode pra eksperimen dengan pretest-posttest one group design. Pengumpulan data menggunakan angket keterampilan konseling lintas budaya dengan teknik analisis statistika inferensial. Hasil penelitian menunjukkan program pelatihan keterampilan konseling lintas budaya efektif untuk meningkatkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor SMP terutama pada aspek kesadaran mengenai budaya konseli dan aspek kemampuan meningkatkan strategi konseling yang sesuai dengan budaya konseli.

Kata kunci: program pelatihan. keterampilan konseling lintas budaya, guru bimbingan dan konseling/konselor, layanan konseling.


(6)

ABSTRACT

Agung Kawijoarto (2015). Training Program to Develop Cross-Cultural Counselling Skills for Teachers’ Guidance and Counseling (Development Study Program Teachers Training for Guidance and Counseling/Counselor SMP In Purwakarta)

The research is motivated by a number of guidance and counseling teachers/counselors who lack of understanding of cross-cultural counseling. In theory the guidance and counseling teachers realize that in order for effective counseling services and appropriate, the services provided must correspond to the person's culture. But the reality in the field of guidance and counseling teachers/counselors assume that they must follow the culture brought them, arguing that the counseling services so can be faster. The purpose of this research is to produce a training program to develop cross-cultural counseling skills for teachers’ guidance and counseling. The research approach used is quantitative-qualitative, pre-experimental method with one group pretest-posttest design. Collecting data uses questionnaires cross-cultural counseling skills with inferential statistical analysis techniques. The results show training programs cross cultural counseling skills effectively to improve the skills of cross-cultural counseling guidance and counseling teachers/counselors of SMP mainly on aspects of the person's awareness of the culture and viability improving counseling strategies appropriate to the person's culture.

Keywords: training programs. cross-cultural counseling skills, guidance and counseling teachers/counselors, counseling services.


(7)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan satu tanda kehormatan yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister pendidikan pada Program Studi Bimbingan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI.

Tesis ini difokuskan pada program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling SMP. Berdasarkan hal tersebut dengan melalui program pelatihan ini diharapkan dapat membantu calon konselor dalam meningkatkan keterampilan konseling lintasbudaya.

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk karya ilmiah tesis yang tersusun dalam lima bab. Bab l pada tesis ini mengungkapkan latar belakang penelitian, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II merupakan kajian konsep teoretis yang relevan sehingga dijadikan landasan operasionalisasi penelitian. Bab III menampilkan pendekatan, metode dan teknik penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrument pengumpul data, penentuan subjek penelitian dan prosedur analisis data penelitian. Bab IV berisi deskripsi hasil penelitian dan pembahasannya. Sedangkan Bab V menyajikan kesimpulan dan rekomendasi.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bidang ilmu bimbingan dan konseling. Tiadagading yang tak retak, tiada hasil manusia yang sempurna. Tesis ini memang bukan yang luarbiasa, namun saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menambah daya manfaat tesi sini. Amin.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(8)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji hanya milik Allah Swt, yang Maha Kuasa, Maha Mengatur, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah menganugerahkan kekuatan, keimanan, dan kemampuan berfikir untuk memperoleh ilmu, memberikan nikmat dan mencurahkan kasih sayang-Nya. Rasa syukur yang senantiasa dipanjatkan kehadirat-Nya atas semua karunia yang telah dianugerahkan, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas penulisan tesis ini. Semoga dengan selesainya tesis ini menjadi amal ibadah dan penghambaan kepada-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada panutan umat, Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Sepanjang proses mengikuti perkuliahan, penelitian dan penyusunan tesis ini, penulis diiringi oleh banyak untaian do’a, dukungan dan juga harapan dari berbagai pihak, yang dengan sendirinya mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Banyak pengalaman berarti yang penulis peroleh dalam penyusunan tesis ini. Pengerjaan tesis ini tidak terlepas dari kebaikan semua pihak yang terlibat baik pikiran, emosional, hingga finansial. Untuk itu semua, pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi, semoga bantuan, perhatian, dan pengorbanan amal shaleh mendapat imbalan pahala dari Allah Swt.

Dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd., sebagai Pembimbing Pertama, atas pemikiran, ilmu dan dorongan semangat kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tesis ini. Keterbukaan, kesabaran dan kesiapan beliau untuk selalu membimbing sungguh merupakan bantuan yang sangat menyejukkan hati dan membuka pikiran untuk terus maju dan bekerja keras.

2. Dr. Ipah Saripah, M.Pd., sebagai Pembimbing Kedua dan selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA), dengan keterbatasan kemampuan penulis, beliau


(9)

iii

dengan penuh kesabaran banyak memberi gagasan, inspirasi, masukkan dan memberikan motivasi agar penulis tetap maju meneruskan penyusunan tesis. Motivasi dari beliau sangat berarti bagi penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling SPs UPI, yang memberikan berbagai kemudahan dan bantuan yang tulus setiap aktivitas yang menunjang bagi kesuksesan studi.

4. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku mantan Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling SPs UPI, yang selalu mengingatkan, memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan serta memberikan berbagai kemudahan dan bantuan yang tulus setiap aktivitas yang menunjang bagi kesuksesan studi.

5. Dr. Ilfiandra, M.Pd., dan Nandang Budiman, M.Si., yang telah dengan segala kerendahan hati bersedia membimbing dan menimbang instrument penelitian yang penulis gunakan.

6. Para dosen Program S2 BK SPs UPI, yaitu: Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., Prof. Dr. Rochman Natawidjaja, M.Pd., Prof. Dr. Mohamad Surya, M.Pd., Prof. Dr. Ahman, M.Pd., Prof. Dr. A. Juntika Nurihsan, M.Pd., Prof. Furqon, Ph D., Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd., Prof. Dr. Cece Rakhmat, M,Pd., Dr. Nandang Rusmana, M.Pd, Dr. Agus Taufiq, M.Pd., Dr. Nani M. Sugandi, M.Pd., Dr. H. Mamat Supriatna M.Pd., Dr. Ipah Saripah, M.Pd., Dr. Ilfiandra, M.Pd., Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd.

7. Sudaryat Nurdin Akhmad, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan metodologi dan statistika dengan tulus kepada penulis.

8. Dr. Amin Budiamin, M.Pd., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., selaku dosen penguji, yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penyempurnaan penulisan tesis.

9. Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UPI beserta Asisten Direktur I Dr. M. Solehuddin, MA., dan Asisten Direktur II Prof. Dr. Agus Rahayu, M.Pd., yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana UPI.


(10)

iv

10.Kepala MKKS SMP Kabupaten Purwakarta, H. Ade NandangSuryana, S.Pd.,M.Pd., yang telah memberikan rekomendasi dan memberi kemudahan penulis untuk melakukan penelitian di SMP di Kabupaten Purwakarta.

11.Kepala SMP Negeri 1 Purwakarta, Rikrik Halimatussadiah, S.Pd.,M.Pd., yang telah memberikan ijin penulis untuk melanjutkan kuliah S2 dan memberikan kemudahan menggunakan tempat untuk penelitian.

12.Kepala SMPN 1 Purwakarta, Kepala SMPN 2 Purwakarta, Kepala SMPN 9 Purwakarta, Kepala MTs Negeri Purwakarta, Kepala SMPN 2 Babakan Cikao Purwakarta, Kepala SMPN 1 Campaka Purwakarta, Kepala SMPN 1 Darangdan yang telah memberikan ijin dan kemudahan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

13.Guru-guru SMP Kabupaten Purwakarta yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

14.Teman-teman seperjuangan di Program S2 BK SPs UPI Bandung angkatan 2011; Hj. Mimin, Lili, Hardi, Andri, Richmon, Diwan, Teh Isty, Yanti, Firman, Ria, Wiwin, Erni, Nina, Zalfa, Devia dan Revi yang telah memberikan warna dan dorongan motivasi pada penulis selama menuntut ilmu bersama di SPs UPI Bandung. Khusus untuk Kang Yusuf Gumelar terima kasih yang sedalam-dalamnya yang selalu mengingatkan penulis untuk tidak menyerah dan terus melanjutkan penulisan.

15.Istri tercinta Neni Lisnawati dengan keterbatasan materi telah memberikan keceriaan, cinta kasih yang tulus dan dukungan moril maupun materiil kepada penulis.

16.Anak-anakku tersayang Hammam Jafar K dan Qurratu Aini K yang telah memberikan semangat dan inspirasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Merupakan suatu rentang waktu yang panjang selama penulis menyelesaikan studi maupun selama penyelesaian tesis ini sehingga sangat mungkin banyak pihak yang belum disebutkan, penulis mengucapkan terima kasih


(11)

v

banyak kepada semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian studi maupun selama penyelesaian tesis ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini akan diganti berlipat ganda oleh Allah Swt dengan pahala yang berlimpah, Aamiin.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(12)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii

DAFTAR ISI ……….. ii

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

E. Struktur Organisasi Tesis ………. 6

BAB II PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING……….. 7 A. Konsep Dasar Penelitian……….... 7

B. Konsep Dasar Konseling Lintas Budaya ………. 18

C. PenelitianTerdahulu ……….. 34

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 37

E. Hipotesis Penelitian ………... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ………. 40

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 43

C. Variabel dan Definisi Penelitian ……….. 44

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ………... 50


(13)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……… 59

B. Pembahasan ………. 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 100

A. Kesimpulan ………. 100

B. Rekomendasi ………... 101

DAFTAR PUSTAKA ……… 103


(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

3.1 Tahapan Program Pelatihan untuk Mengembangkan Keterampilan Konseling Lintas Budaya Guru Bimbingan dan

Konseling/Konselor

44

3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Keterampilan Konselor Sebelum Uji Coba

50

3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respon 56

4.1 Gambaran Kemampuan Umum Keterampilan Konseling Lintas Budaya Guru Bimbingan dan Konseling SMP di Kabupaten Purwakarta

59

4.2 Hasil Uji Perbedaan Keterampilan Konseling Lintas Budaya antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol

81


(15)

ix

Gambar Hal.

3.1 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian 41


(16)

x

1. Surat-surat Izin Penelitian ………... 111 2. Lembar Pengesahan Kelayakan Instrumen Keterampian

Konseling Lintas Budaya ………... 118

3. Alat Pengumpul Data ………. 142 4. Hasil Pengolahan Data ………... 186 5. Program dan Satuan Kegiatan Program Pelatihan untuk

Mengembangkan Keterampilan Konseling Lintas Budaya ….. 220

6. Dokumentasi Penelitian ……… 262


(17)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Agung Kawijoarto (2015). Program Pelatihan untuk Mengembangkan Keterampilan Konseling Lintas Budaya bagi Guru Bimbingan Dan Konseling (Studi Pengembangan Progam Pelatihan bagi Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor SMP Di Kabupaten Purwakarta)

Penelitian dilatarbelakangi oleh banyaknya guru bimbingan dan konseling/konselor yang kurang memahami konseling lintas budaya. Secara teori guru bimbingan dan konseling menyadari bahwa agar layanan konseling efektif dan tepat guna, maka layanan yang diberikan harus sesuai dengan budaya konseli. Tapi kenyataan dilapangan guru bimbingan dan konseling/konselor menganggap bahwa konseli harus mengikuti budaya yang dibawa oleh guru bimbingan dan konseling/konselor, dengan alasan agar layanan konseling lebih cepat. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif-kualitatif, metode pra eksperimen dengan pretest-posttest one group design. Pengumpulan data menggunakan angket keterampilan konseling lintas budaya dengan teknik analisis statistika inferensial. Hasil penelitian menunjukkan program pelatihan keterampilan konseling lintas budaya efektif untuk meningkatkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor SMP terutama pada aspek kesadaran mengenai budaya konseli dan aspek kemampuan meningkatkan strategi konseling yang sesuai dengan budaya konseli.

Kata kunci: program pelatihan. keterampilan konseling lintas budaya, guru bimbingan dan konseling/konselor, layanan konseling.


(18)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Agung Kawijoarto (2015). Training Program to Develop Cross-Cultural Counselling Skills for Teachers’ Guidance and Counseling (Development Study Program Teachers Training for Guidance and Counseling/Counselor SMP In Purwakarta)

The research is motivated by a number of guidance and counseling teachers/counselors who lack of understanding of cross-cultural counseling. In theory the guidance and counseling teachers realize that in order for effective counseling services and appropriate, the services provided must correspond to the person's culture. But the reality in the field of guidance and counseling teachers/counselors assume that they must follow the culture brought them, arguing that the counseling services so can be faster. The purpose of this research is to produce a training program to develop cross-cultural counseling skills for teachers’ guidance and counseling. The research approach used is quantitative-qualitative, pre-experimental method with one group pretest-posttest design. Collecting data uses questionnaires cross-cultural counseling skills with inferential statistical analysis techniques. The results show training programs cross cultural counseling skills effectively to improve the skills of cross-cultural counseling guidance and counseling teachers/counselors of SMP mainly on aspects of the person's awareness of the culture and viability improving counseling strategies appropriate to the person's culture.

Keywords: training programs. cross-cultural counseling skills, guidance and counseling teachers/counselors, counseling services.


(19)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang budaya konseli dan guru bimbingan dan konseling/konselor seringkali berbeda. Walaupun secara fisik konseli dan guru bimbingan dan konseling/konselor hanya berdua dalam satu ruang konseling, pada hakikatnya masing-masing mewakili budaya lingkungannya yang berbeda. Masing-masing telah menyerap nilai-nilai, pandangan, sikap yang khas dari lingkungan budayanya sebagai hasil belajar dari lingkungan tersebut, bukan hasil keturunan. Disamping nilai-nilai, konseli dan guru bimbingan dan konseling/konselor juga menyerap masalah dari lingkungannya yang juga berbeda.

Pengaruh budaya terhadap kepribadian individu akan terlihat pada perilaku yang ditampilkan. Cara hubungan manusia dengan kebudayaan sebenarnya banyak dikaji dan dianalisis oleh ilmu antropologi, sedangkan cara individu berperilaku banyak disoroti dari sudut tinjauan psikologi. Manusia adalah miniatur kebudayaannya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia perlu dijelaskan bukan hanya dari sudut pandang individu itu sendiri, melainkan juga dari sudut pandang budayanya, outsideand within him (Kneller, 1978). Manusia adalah produk dan sekaligus pencipta aktif suatu kelompok sosial, organisasi, budaya dan masyarakat. Sebagai produk, manusia memiliki ciri-ciri dan tingkah laku yang dipelajari dari konteks sosialnya. Sebaliknya sebagai pencipta yang aktif manusia juga memberikan kontribusinya terhadap perkembangan budayanya (Ritzer, Kammeyer, & Yetman, 1979). Budaya yang dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat muncul akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur kebudayaan, yaitu budaya yang dianut oleh individu maupun tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di sekitar individu.

Nilai-nilai budaya yang terjadi sekarang ini penuh dengan masalah minoritas, rasial, etnik maupun masalah agama. Masalah kehidupan yang terkait dengan kehidupan sosial ekonomi, pendidikan, politik, serta konflik rasial, etnik,


(20)

2

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agama, aliran sesat, terorisme, stereotype negatif terhadap etnis atau kelompok budaya tertentu, penolakan terhadap perubahan makin nyata serta serba dilematis. Sebagian orang menjadi apatis bahkan ekstrim, sedangkan sebagian lain menjadi sangat liberal, individualistik. Mereka membentuk kelompok-kelompok eksklusif, militan dan membangun jaringan agar tetap eksis terhadap perubahan jaman. Kesemuanya ini membawa pada situasi yang penuh dengan problematika.

Kondisi-kondisi lingkungan yang bergerak dinamis dan penuh dengan problematika inilah menghadapkan dunia pendidikan pada situasi, tantangan sekaligus peluang. Para professional di bidang pendidikan terutama guru bimbingan konseling/konselor dituntut untuk dapat menumbuhkan pemahaman lintas budaya. Intervensi konseling yang tepat sesuai dengan budaya konseli adalah merupakan salah satu cara untuk menjadikan layanan bimbingan dan konseling lebih bermakna dan tepat guna.

Persoalan intervensi konseling yang sesuai dengan budaya konseli adalah persoalan yang sangat penting (urgen), ketika konseling dihadapkan pada dilema keberagaman budaya, tuntutan ketepatan intervensi konseling yang menghargai perbedaan budaya, dan untuk tidak memusatkan proses konseling pada kultur tertentu. Penerapan konseling yang tidak berorientasi pada keberagaman budaya konseli merupakan pengabaian tata nilai pribadi konseli yang tumbuh dan dibesarkan dalam budayanya yang telah menjadi darah daging dalam dirinya. Perbedaan budaya telah merekomendasikan konseling agar mempertimbangkan pentingnya pendekatan yang sesuai serta menjunjung tinggi budaya dan pribadi konseli. Diperlukan kompetensi konselor dalam aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasar karakteristik dimensi-dimensi mutikultural agar konseling mangkus diterapkan pada konseli dengan beragam budayanya masing-masing. Sue, dkk. (1992) mengemukakan bahwa konselor dituntut untuk mengembangkan tiga dimensi kemampuan, yaitu: (a) dimensi keyakinan dan sikap; (b) dimensi pengetahuan; dan (c) dimensi keterampilan sesuai dengan nilai-nilai yang dimilki individu.

Pedersen (1997) mengatakan konseling multibudaya membutuhkan integrasi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan multibudaya dan budaya spesifik ke dalam lingkungan konseling, dengan penekanan pada teknik terapi yang efektif


(21)

3

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuai konteks budaya. Kesadaran, konselor lintas budaya harus benar-benar mengetahui adanya perbedaan yang mendasar antara konselor dengan konseli yang akan dibantunya. Selain itu, konselor perlu menyadari benar akan timbulnya konflik jika konselor memberikan layanan konseling kepada konseli yang berbeda latar belakang sosial budayanya. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa konselor lintas budaya harus mengerti dan memahami budaya di Indonesia, terutama nilai-nilai budaya yang dimilikinya.

Pengetahuan, konselor lintas budaya sebaiknya terus mengembangkan

pengetahuannya mengenai budaya yang ada di Indonesia. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh konselor lintas budaya adalah dari dinamika sosiopolitik dan sosio budaya dari kelompok etnis tertentu. Semakin banyak latar belakang etnis yang dipelajari oleh konselor, maka semakin baragam pula masalah konseli yang dapat ditangani.

Keterampilan, guru bimbingan dan konseling/konselor lintas budaya harus

selalu mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Dengan banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan. Menururt Supriyadi (2001), dalam perspektif konseling multikultural, banyak perilaku budaya yang terlibat dalam relasi konseling dan mempengaruhi efektifitas konseling.

Konselor dapat memberikan pelayanan konseling yang efektif dengan konseli yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Dalam hubungan dengan isu ini, Lorion & Parron (1985) mengemukakan persyaratan konselor lintas budaya sebagai berikut: (a) konselor harus terlatih secara khusus dalam perspektif multi budaya, baik akademik maupun pengalaman; (b) penciptaan situasi konseling harus atas persetujuan bersama antara konseli dan konselor, terutama yang berkaitan dengan dengan kemampuan mereka dalam mengembangkan hubungan kerja teurapetik; (c) konselor harus fleksibel dalam menerapkan teori terhadap situasi-situasi khusus konseli; (d) konselor harus terbuka untuk dapat ditantang dan diuji.

Isu konselor dalam penyelenggaraan konseling yang kurang memahami konseling lintas budaya terjadi hampir diseluruh dunia termasuk di Indonesia


(22)

4

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri. Purwakarta sebagai bagian dari Indonesia tidak menutup mata adanya kekurang pahaman guru bimbingan dan konseling/konselor terhadap konseling lintas budaya.Banyak diantara guru bimbingan dan konseling/konselor di Purwakarta yang menganggap bahwa konseli yang dari latar belakang budaya berbeda harus taat terhadap budaya yang ada di Purwakarta. Sebagian menganggap terlalu membuang waktu kalau guru bimbingan dan konseling/ konselor mempelajari dulu budaya konseli.

Pertimbangan lain yang mendasari studi ini adalah hasil penelitian ketercapaian kompetensi guru bimbingan dan konseling/konselor multikultural yang dilakukan oleh Herdi (2009) terhadap mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) angkatan 2006 (n= 76) tahun akademik 2008/2009 menunjukkan bahwa kompetensi konseling multikultural (KKM) berada pada kategori kompeten 51,3 %, cukup kompeten 38,2 %, sangat kompeten 5.3%, dan kurang kompeten 5,3%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompetensi konseling multikultural yang dicapai belum mencapai harapan. Hal ini merupakan suatu tantangan dan peluang untuk lebih meningkatkan kompetensi konseling multikultural.

Berdasarkan rasional tersebut penelitian ini memfokuskan pada program pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling. Adapun bentuk kegiatannya dikemas dalam bentuk kegiatan yang aktif, partisipatif, dan reflektif. Selain itu disetiap akhir kegiatan dilakukan refleksi terhadap materi yang disampaikan dalam setiap kegiatan. Dalam program pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan konseling lintas budaya, peserta (guru bimbingan dan konseling) berbagi dalam tugas-tugas tertentu serta materi-materi ilustratif untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya dalam waktu yang relatif singkat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Layanan bimbingan dan konseling sekarang ini tidak hanya berkembang dalam ranah akademik saja, tapi sudah berkembang dalam tataran yang lebih luas, seperti panti jompo, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dari rentang


(23)

5

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan usia dini sampai usia lanjut. Dengan keragaman setting tersebut pula konselor dan konseli dapat berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Kartadinata (2005, hlm. 8) konselor dituntut kompeten dalam memahami kompleksitas interaksi antara individu dengan lingkungannya dalam ragam kontek sosial budaya. Ini berarti guru bimbingan dan konseling/konselor sebagai tenaga profesional perlu mampu mengakses, mengintervensi, dan mengevaluasi keterlibatan dinamis dan keluarga, sekolah, lembaga sosial dan masyarakat sebagai faktor yang berpengaruh terhadap keberfungsian individu dalam sistem. Penelitian dilakukan berkenaan dengan penelaahan dan pengembangan program pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling. Permasalahan penelitian ke dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kemampuan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta?

2. Seperti apa rumusan program pelatihan pengembangan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta? 3. Bagaimana efektivitas program pelatihan untuk mengembangkan

keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menguji kefektifan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling SMP. Secara lebih khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran kemampuan keterampilan konseling lintas budaya

guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta.

2. Memperoleh rumusan program pelatihan pengembangan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta. 3. Mengetahui efektivitas program pelatihan untuk mengembangkan

keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling SMP di Kabupaten Purwakarta.


(24)

6

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis penelitian dapat memberikan kontribusi berupa konsep-konsep dan kajian mengenai pentingnya program pelatihan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling/konselor SMP, baik sebagai pelengkap bagi penelitian terdahulu maupun pendukung bagi penelitian selanjutnya. Manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan temuan baru, baik secara teoritik maupun praktik berupa didapatkannya program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya baik bagi guru bimbingan dan konseling/konselor maupun bagi calon konselor.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Bagi guru bimbingan dan konseling/konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan guru bimbingan dan konseling/konselor. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi guru bimbingan dan konseling/konselor untuk terus mengembangkan keterampilan konseling terutama dalam hal ini adalah ketrampilan konseling lintas budaya.

3. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk berbagai implikasi isu multibudaya dalam layanan bimbingan dan konseling.

E. Struktur Organisasi Tesis

Pernyajian tesis diorganisasikan ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan, di dalamnya membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Bab II adalah landasan teoretis yang isinya dipilah ke dalam kajian pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III adalah metodologi penelitian, di dalamnya mengetengahkan desain penelitian, variabel penelitian dan operasionalisasi variabel, populasi dan metode penarikan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan metode


(25)

7

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data. Bab IV adalah temuan dan pembahasan penelitian. Sedangkan Bab V menyajikan simpulan, implikasi rekomendasi, dan keterbatasan hasil penelitian.


(26)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

ME T O DE PE NEL IT I AN

A. Pendekatan, Metode, dan DesainPenelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Bryman (Brannen, 1997, hlm. 37) telah merumuskan tiga pendekatan pokok, yaitu: (1) pendekatan kualitatif sebagai penunjang penelitian kuantitatif, (2) pendekatan kuantitatif sebagai penunjang penelitian kualitatif, dan (3) kedua pendekatan diberikan penekanan yang setara. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan pertama, yaitu kualitatif sebagai penunjang data kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara matematis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistic mengenai tingkat efektivitas program pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya, sedangkan pendekatan kualitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan selama observasi sebagai penunjang data.

Metode yang digunakan yaitu pra eksperimen, yakni mengujicobakan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling pada satu kelompok eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan desain Pretest-Postest One Group Design dengan adanya pemberian tes awal sebelum diberikan tindakan dan tes akhir setelah diberikan tindakan pada kelompok yang sama.

Sebagaimana yang dinyatakan para ahli bahwa pelatihan adalah merupakan keseluruhan kegiatan yang didesain untuk membantu meningkatkan kinerja, meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang menjadi tanggungjawabnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Ada pun penelitian yang peneliti lakukan hanya sampai dengan uji coba dan menghasilkan program pelatihan, tanpa melakukan revisi dan uji coba ulang. Secara operasional, langkah-langkah pengembangan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.


(27)

41

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Studi eksploratif, ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kondisi obyektif di lapangan yang mendukung terselenggaranya penelitian. Dalam studi eksploratif ini terdapat tiga langkah kegiatan yaitu; (a) pemahaman tentang tingkat pentingnya masalah penelitian; (b) pemahaman tentang kondisi obyektif yang mendukung penelitian di lapangan; dan (c) studi pustaka, merupakan langkah untuk memperoleh informasi tentang kerangka teoritik program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan konsep, teori, dan laporan penelitian.

2. Penyusunan program pelatihan konseling lintas budaya dan validasi. Dalam kegiatan ini dirumuskan secara hipotetik tujuan dari penyusunan program pelatihan konseling lintas budaya, yaitu dihasilkannya program pelatihan yang dapat mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling. Selanjutnya layanan program pelatihan konseling lintas budaya yang dikembangkan dalam pelatihan ini adalah merupakan kegiatan yang praktis dan layak secara teoretis untuk meningkatkan kompetensi atau keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling/konselor di Kabupaten Purwakarta. Model hipotetik yang dikembangkan dibangun dengan komponen model yang meliputi; (a) rasional, (b) tujuan, (c) mekanisme dan langkah-langkah, (d) strategi dan teknik pelaksanaan, (e) kriteria keberhasilan, dan (f) model evaluasi. Pada tahap proses pengujian rasional program hipotetik dengan meminta pendapat para ahli Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan praktisi bimbingan dan konseling di Kabupaten Purwakarta. 3. Tahap penyempurnaan program. Pada tahapan ini dirumuskan kembali model

yang ditimbang oleh pakar dan praktisi dengan mengakomodasi saran-saran dan rekomendasi yang diberikan. Tujuan utama pada tahapan ini adalah program hipotetik yang layak untuk diujicobakan.

4. Uji lapangan untuk memperoleh keefektifan bentuk program hipotetik Program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya bagi guru bimbingan dan konseling yang teruji menurut uji kelayakan. Adapun langkah-langkah kegiatan penelitian ini secara skematik dijelaskan


(28)

42

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian

Selanjutnya alur tahapan pelaksanaan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi proposal bersama dengan dosen pembimbing akademik dan disahkan dengan persetujuan dari dewan penguji proposal penelitian dan ketua program studi.

b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis pada tingkat Sekolah Pascasarjana.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Program Studi Bimbingan dan Konseling yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Sekolah Pascasarjana dan Rektor UPI. Selanjutnya mengajukan permohonan penelitian pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kabupaten Purwakarta ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta.

 Kajian Literatur

 Assesment Kebutuhan

 Rancangan Program

Studi Pendahuluan

Program hipotetik

Penyusunan Program Dan Validasi

 Validasi

 Revisi Program

Program Operasional

Uji Lapangan

Program Pelatihan Revisi Program


(29)

43

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengujicobakan kelayakan instrument penelitian kepada guru bimbingan dan konseling SMP se Kabupaten Purwakarta secara acak.

b. Menentukan sampel penelitian yaitu Guru Bimbingan dan Konseling se Kabupaten Purwakarta.

c. Pelaksanaan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konselig/konselor yang dilaksanakan setiap hari Selasa selama bulan Februari dan Maret 2015 bertempat di SMP Negeri 1 Purwakarta.

d. Mengumpulkan data post-test untuk memperoleh data efektifitas layanan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konselig/konselor.

3. Tahap Akhir. Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganilisis data tentang efektifitas layanan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konselig/konselor se-Kabupaten Purwakarta, membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasai untuk penelitian selanjutnya.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh guru bimbingan dan konseling/konselor SMP di Kabupaten Purwakarta dengan kriteria: a) merupakan guru bimbingan dan konseling/konselor SMP dibuktikan dengan ijazah S1/S2 BK; b) masih aktif sebagai guru bimbingan dan konseling/konselor; dan c) pernah melakukan praktikum konseling, baik individual maupun kelompok di sekolah-sekolah.

Dalam menentukan besarnya sampel peneliti berpedoman pada pendapat Arikunto (2002, hlm. 112) bahwa dalam menentukan besarnya sampel penelitian, jika subyek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah merupakan penelitian populasi. Tetapi jika subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih. Dalam penelitian ini besar sampel adalah 15 orang guru bimbingan dan koseling/konselor SMP se Kabupaten Purwakarta.


(30)

44

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang menjadi lingkup kajian penelitian ini, yaitu program pelatihan bagi guru bimbingan dan konseling serta keterampilan konseling lintas budaya. Kedaua variabel ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut.

1. Program Pelatihan. Program didefinisikan sebagai: (1) seperangkat proposisi untuk mendeskripsikan sesuatu dalam bentuk yang sederhana; (2) didasarkan pada suatu teori; (3) suatu tipe saran, skema, atau prosedur yang digunakan dalam analisis sistem untuk memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan; dan (4) aspirasi untuk merepresentasikan dunia nyata yang membutuhkan analisis (Kartadinata, 2008). Sementara itu, pelatihan (training) menunjukkan aplikasi spesifik dari pendidikan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan konseling multikultural (APA, 2003). Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003, hlm. 251) mengemukakan, training is a planned effort to facilitate the learning of

job-related knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa

pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai. Program pelatihan konseling lintas budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dalam bentuk konseling kelompok. Dalam kegiatan konseling kelompok dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan dengan melibatkan aktivitas kognitif, afektif, konasi dan transformasi pengalaman. Dengan kegiatan seperti ini keterampilan atau kompetensi konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor SMP se Kabupaten Purwakarta diharapkan meningkat.

Materi program pelatihan keterampilan konseling lintas budaya yang diaplikasikan disusun berdasarkan hasil kebutuhan (need assessment) dari studi pendahuluan. Program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor secara operasional dilakukan dengan proses dinamika kelompok. Materi program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor dapat dilihat pada table 3.1 sebagai berikut.


(31)

45

Tabel 3.1

Tahapan Program Pelatihan untuk Mengembangkan Keterampilan Konseling Lintas Budaya Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Sesi Fokus Materi

Sesi Awal (Forming Stage)

Pada tahap ini setiap peserta dibentuk dalam suatu kelompok serta pemaparan alasan kelompok tersebut dibentuk, untuk kepentingan apa, saiap anggotanya dan jumlahnya. Dalam tahapan ini juga dipaparkan mengenai kesepakatan kegiatan seperti peraturan kegiatan yang akan dilakukan dan batasan kegiatan (setting limit). Selain itu dalam tahapan ini anggota kelompok melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota lainnya.

1. Titi nama saya, ini buaya

2. Zip Zap 3. Pohon harapan

Sesi Transisi (Storming Stage)

Pada tahap ini memperjelas tujuan kegiatan mulai Nampak dengan upaya

peningkatan partisipasi dari peserta dan pengurangan resistensi. Peserta diarahkan untuk menditeksi dan sadar mengenai tujuan kegiatan sehingga rasa keengganan dan keraguan dalam mengikuti kegiatan mulai terkikis. Salah satu ciri dari fase ini adalah dengan berbagai cara apapun anggotanya akan saling mempengaruhi satu sama lain sudah mulai mengenal siapa dirinya dan siapa orang lain dalam peran masing-masing.

4. Susun baris 5. Trust Circle

Sesi Norma (Norming Stage)

Tahap ini peserta diarahkan untuk membentuk pemahaman, ikatan, rasa pescaya dan kesiapan peserta secara penuh. Peserta mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai perilaku yang boleh dan tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama serta menggapai tujuan secara optimal.

6. Kapal Karam

Sesi Kerja (performing

Pada tahap ini kelompok sudah dibekali dengan suasana kerja yang harmonis antara anggota satu dengan anggota lainnya, norma kelompok telah disepakati,

7. Multicultural Counseling


(32)

46

Sesi Fokus Materi

stage) tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas, ada keterbukaan dalam berkomunikasi dalam kelompok dan keluwesan dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang (ibid) serta produktivitas kinerja meningkat. Dengan iklim kelompok seperti inilah sinergi kelompok akan tercapai, sehingga kelompok mampu menampilkan prestasi kerja yang optimal. Selain itu dalam sesi ini kegiatan-kegiatan yang diberikan sudah menitikberatkan pada pengembangan kompetensi konseling lintas budaya beserta aspek-aspek kesadaran pada nilai sendiri (konselor), kesadaran dan

pemahaman akan budaya konseli serta mampu mengembangkan strategi intervensi konseling yang sesuai dengan budaya konseli.

8. Sarang korek api 9. Pertukaran jeruk

lemon

10.Pesan berantai 11.Persamaan dan

Perbedaan 12.Sungai berbuaya 13.Vidheo interaksi

social “figura” Sesi terminasi

(adjourning

stage)

Pada tahap ini merupakan tahap dimana peserta menunjukkan hal-hal, kinerja yang terpikir dan terasa sebagai hasil dari pengalamannya dalam mengikuti kegiatan. Selain itu dalam tahap ini terdapat proses refleksi dan aplikasi terhadap

pengalaman, wawasan dan ketercapaian tujuan yang terbangun selama peserta mengikuti kegiatan.


(33)

47

2. Keterampilan Konseling Lintas Budaya

Sue & Sue (1990) mengelompokkan karakteristik konselor ke dalam tiga dimensi sebagai berikut.

a. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif berproses menjadi sadar terhadap anggapan-anggapannya tentang tingkah laku manusia, nilai-nilai, bias-bias, keterbatasan pribadi, dan sebagainya.

b. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif memahami pandangannya terhadap perbedaan budaya konseli tanpa penilaian yang negatif.

c. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif dalam proses pengembangan dan menerapkan secara tepat, relevan, dan sensitif menggunakan startegi dan keterampilan intervensi sesuai dengan perbedaan budaya konseli

Sue & Sue (2003, hlm. 22-23) mendefinisikan kompetensi konseling multikultural sebagai berikut.

... the counselor's acquisition of awareness, knowledge,and skills needed to function effectively in a pluralistic democratic society (ability to communicate, interact, negotiate, and intervene on behalf of clients from diverse backgrounds), and on a organizational/societallevel, advocating effectively to develop new theories, practices, policies, and organizational structures that are more responsive to all groups.

Sue, dkk (1992) mengemukakan bahwa konselor dituntut untuk mengembangkan tiga dimensi kemampuan, sebagai berikut.

1. Dimensi keyakinan dan sikap. Keyakinan dan sikap konselor terhadap ras dan etnis minoritas, kebutuhan meneliti bias-bias dan steriotipe, pengembagan menuju orentasi positif multikulturalisasi, nilai-nilai dan bias-bias konselor yang menghalangi efektifitas konseling lintas budaya

2. Dimensi pengetahuan. Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap cara pandangnya sendiri, memiliki pengetahuan khusus tentang budaya kelompok partner kerjanya, memahami pengaruh sosiopolotik

3. Dimensi keterampilan sesuai dengan nilai-nilai yang dimilki individu, artinya memiliki keterampilan khusus bekerja kelompok minoritas


(34)

48

bagi guru bimbingan dan konseling merupakan suatu rumusan program yang dijadikan pedoman yang digunakan sebagai sarana belajar dan berlatih untuk mengembangkan kompetensi kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan konseling multikultural guru bimbingan dan konseling/konselor SMP Se-Kabupaten Purwakarta yang dilaksanakan dalam waktu yang relative singkat di tempat tertentu.

Keterampilan konseling lintas budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru bimbingan dan konseling/konselor SMP se-Kabupaten Purwakarta untuk memahami perbedaan budaya antara diri sendiri dan konseli dalam praktek konseling yang ditandai oleh aspek, sub aspek dan indikator sebagai berikut.

a. Kesadaran Konselor Nilai-nilai Pada Budayanya, Bias yang Mungkin Muncul.

1. Keyakinan dan sikap

a) Konselor lintas budaya menyadari keberadaan budaya dan sensitive terhadap budaya yang diwarisinya, menilai dan menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada.

b) Konselor lintas budaya menyadari bahwa latar belakang, pengalaman, sikap, nilai-nilai, dan bias-bias yang dimilikinya berpengaruh pada proses psikologis.

c) Konselor lintas budaya merasa nyaman dengan perbedaan pada dirinya dengan konselidalam bentuk ras, etnis, budaya, maupun kepercayaan

2. Pengetahuan

a) Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus tentang rasial, warisan budaya, dan bagaimana hal tersebut secara pribadi dan secara profesional mempengaruhi pandangannya tentang normalitas-abnormalitas, serta proses dalam konseling

b) Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dampak sosialnya terhadap orang lain. Pengetahuan mereka tentang perbedaan gaya komunikasi, bagaimana gaya komunikasi akan menimbulkan


(35)

49

pertentangan atau membantu perkembangan proses konselingnya, dan tahu bagaimana mengantisipasi akibat-akibatnya pada orang lain 3. Keterampilan

a. Konselor lintas budaya mencari bidang pendidikan, konsultasi, dan pengalaman pelatihan untuk memperbaiki pemahamannya dan efektifitas kerjaannya dalam populasi dari budaya yang berbeda. Untuk mengenali keterbatasan kompetensinya mereka harus: mencari konsultasi, mencari pendidikan atau pelatihan lanjutan, menjadi individu yang lebih berkualifikasi atau berwawasan, atau terlibat dalam tiga aspek tersebut.

b. Konselor lintas budaya secara konstan mencari pemahaman terhadap diri sendiri sebagai ras dan kebudayaan dan secara aktif mencari identitas non rasial

b. Pemahaman cara pandang terhadap perbedaan budaya konseli 1. Keyakinan dan sikap

a) Konselor lintas budaya menyadari reaksi emosional negatifnya terhadap ras maupun etnik lain yang terbukti merugikan proses konseling

b) Konselor lintas budaya menyadari streotipenya dan mempertimbangkan dugaan-dugaan mereka terhadap ras lain akan mempengaruhi ras dan kelompok minoritas lainnya

2. Pengetahuan

a) Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus dan informasi tentang kelompok tertentu dari konseli yang sedang dihadapinya b) Konselor lintas budaya memahami bagaimana ras, budaya, etnis,

mempengaruhi pembentukan kepribadian, pilihan karir, ganguan psikologis, serta ketepatan dan ketidaktepatan pendekatan konseling.

3. Keterampilan

a) Konselor lintas budaya terbiasa mengenal riset yang relevan dan penemuan mutakhir tentang kesehatan mental, gangguan mental dari berbagai kelompok ras dan etnis.


(36)

50

b) Konselor lintas budaya aktif terlibat dengan individu dari minoritas tertentu diluar setting konseling.

c. Strategi intervensi dan teknik-teknik yang tepat berdasarkan kebudayaan

1. Keyakinan dan sikap

a) Konselor lintas budaya menghargai agama, keyakinan dan nilai yang dimiliki olehkonseli.

b) Konselor lintas budaya menghargai bilingualisme dan tidak memandang bahasa asing sebagai penghalang dalam konseling.

2. Pengetahuan. Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan yang jelas dan ekplisit sertamemahami karakteristik umum dari konseling dan terapi. 3. Keterampilan

a) Konselor lintas budaya mampumemberikan respon verbal maupun nonverbal dalam memberikan pertolongan.Mereka dapat memberikan dan menerima respon verbal maupun non verbal secara tepat danakurat.

b) Konselor lintas budaya mampu mengantisipasi dan memodifikasi gaya membantu ketika merasa tidak sesuai dengan gaya konseli sehingga tidak terikat oleh pendekatan tertentu dalam proses konseling.

c) Konselor lintas budaya tidak menolak untuk mencari konsultasi secara tepat dengan pengobatan tradisional, para tokoh dan pemimpin agama, para praktisi, dalam proses tretmennya pada konseli yang berbeda budaya jika diperlukan.

d) Konselor lintas budaya bertanggung jawab dalam mendidik konselinya kepada intervensi konseling, seperti tujuan, harapan, hak-hak, dan orientasi.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Instrument Penelitian

Pengembangan instrument penelitian keterampilan lintas budaya diperoleh dari definisi operasional variabel penelitian yang di dalamnya terkandung


(37)

aspek-51

aspek indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah profil kompetensi konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor. Sesuai dengan kebutuhan tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan dua instrument, yaitu instrument pengungkapan data yang dikembangkan berdasarkan konstruk kompetensi lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor yang dikemukakan oleh Sue, Arredondo, and McDavis (1999, hlm. 481-486); Sue and Sue (2003); Arredondo, dkk. (1999); Gysbers & Henderson (2006); Herdi (2009); dan Agung (2010) dan instrumen dalam bentuk jurnal kegiatan harian. Jurnal kegiatan harian ini digunakan untuk mengetahui apresiasi peserta terhadap proses pelaksanaan program pelatihan untuk mengembangkan keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor pada setiap sesi.

Selanjutnya kisi-kisi instrument skala keterampilan konseling lintas budaya disajikan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data Keterampilan Konselor Sebelum Uji Coba

Aspek Subaspek Indikator No. Item

A. Kesadaran konselor mengenai nilai budaya sendiri beserta bias budaya) 1. Kepercaya an dan perilaku

a. Mempercayai bahwa kesadaran diri terhadap budaya adalah hal penting dalam proses konseling

1 1

b. Menyadari bahwa latar belakang budaya,

pengalaman, sikap, nilai, dan bias sangat mempengaruhi proses konseling

2

c. Menyadari keterbatasan kompetensi multicultural pada diri sendiri

4, 5 2

d. Menyadari sumber

ketidaknyamanan perbedaan antara budaya sendiri dengan budaya konseli

6, 7, 8 3

2. Pengetahua n

a. Memiliki pengetahuan mengenai budaya sendiri dan budaya konseli

9, 10 2

b. Mengetahui gaya komunikasi sendiri


(38)

52

Aspek Subaspek Indikator No. Item

berpengaruh terhadap proses konseling

c. Memiliki pengetahuan mengenai dampak social diri sendiri terhadap konseli

13 1

d. Menegtahui gaya komunikasi sendiri

berpengaruh terhadap proses konseling

14, 15 2

3. Keterampil an

a. Aktif mencari mencari pengalaman pendidikan, konsultasi maupun pelatihan untuk memperkaya

pemahaman budaya sendiri dan effektivitas proses konseling dengan konseli yang berbeda budaya

16, 17, 18, 19

3

b. Menyadari batasan kompetensi diri sendiri sehingga mencari konsultasi, pelatihan dan pendidikan

20, 21 2

c. Kompeten mencari pemahaman diri sebagai makhluk hidup yang memiliki kebudayaan

22 1

B. kesadaran konselor mengenai pandangan hidup konseli 1. Kepercaya an dan perilaku

a. Menyadari bahwa reaksi negatif diri sendiri terhadap konseli yang berbeda budaya akan membahayakan proses konseling

23, 24 2

b. Berani mempertentangkan kepercayaan dan perilaku diri sendiri dengan konseli yang berbeda budaya tanpa menghakimi

25 1

c. Menyadari stereotype

terhadap kelompok minoritas ras, etnik, suku, dan budaya konseli

26, 27 2

2. Pengetahua n

a. Memiliki pengetahuan mengenai kelompok budaya tertentu yang diajak bekerja sama


(39)

53

Aspek Subaspek Indikator No. Item

b. Memahami bagaimana ras, budaya, dan etnik

mempengaruhi struktur kepribadian, pilihan karir, manifestasi gangguan psikologis dan perilaku mencari bantuan serta kesesuaian pendekatan konseling

29, 30, 31, 32, 33

5

c. Memahami dan memiliki pengetahuan mengenai pengaruh social politik terhadap kehidupan kaum minoritas ras dan etnik.

34 1

3. Keterampil an

a. Familier dengan penelitian yang relevan dan penemuan terbaru mengenai kesehatan mental dan gfangguan mental dari bernagai kelompok etnis dan ras

35, 36 2

b. Mampu dalam mencari pengalaman pendidikan yang memperkaya pengetahuan, dan keterampilan

37, 38 2

a. Terlibat secara aktif dengan kehidupan kelompok budaya tertentu di luar setting konseling

39. 40 2

C. Strategi intervensi dan teknik-teknik yang tepat berdasarka n kebudayaa n 1. Kepercayaa n dan perilaku

b. Menghargai keberagaman kepercayaan dan nilai

religious yang dianut konseli

41, 42 2

c. Menghargai bilingualisme dalam proses konseling

43 1

2. Pengetahua n

a. Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan yang jelas dan ekplisit

sertamemahami karakteristik umum dari konseling dan terapi.

44 1

b. Memiliki pengetahuan mengenai potensi polemic dalam menilai instrument, mengginakan prosedur, dan menginterpretasikan

penemuan yang disesuiakan dengan karakteristik pikiran


(40)

54

Aspek Subaspek Indikator No. Item

dan bahasa konseli yang berbeda budaya

c. Memiliki pengetahuan mengenai struktur hierarki, nilai, dan kepercayaan keluarga, serta karakteristik masyarakat dan sumber dalam masyarakat seperti yang diketahui keluarga

47, 48 2

1. Keterampil an

a. Mampu mengirim dan menerima pesan secara akurat dan sesuai.

49, 50, 51 3

b. Mampu mengantisipasi dan memodifikasi gaya

membantu ketika merasa tidak sesuai dengan budaya konseli sehingga tidak terikat pada satu metode atau

pendekatan konseling.

52, 53 2

c. Mampu untuk tidak menolak mencari konsultasi yang tepat dengan penyembuh tradisional, para religious, para praktisi dalam proses treatmentnya pada budaya yang berbeda

54, 55,56 3

d. Bertanggung jawab untuk berinteraksi dalam bahasa oleh konseli, hal ini memungkinkan dilakukan referral kepada sumber luar. Jika tidak konselor harus mampu: (1) mencari penterjemah dengan pengetahuan budaya dan latar belakang professional; dan (2) merujuk kepada konselor bilingualyang kompeten keteika

keterampilan bahasa tidak cocok dengan bahasa konseli

57, 58 2

c. Mengikuti pelatihan keahlian dalam menggunakan

instrument tes.

59, 60 2

d. Bertanggung jawab dalam mendidik konseli pada


(41)

55

Aspek Subaspek Indikator No. Item

proses intervensi

psikologis/konseling, seperti tujuan, harapan, hak-hak, dan orientasi

2. Penimbangan Ahli terhadap Instrumen Penelitian

Penimbangan instrument penelitian ini berdasarkan kisi-kisi yang dipaparkan pada table 3.3 kemudian dikembangkan instrument keterampilan lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor yang dilanjutkan pada tahap penimbangan kepada pakar bimbingan dan konseling dari program studi Bimbingan dan Konseling (BK) jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sugiyono (2012, hlm. 350) mengatakan bahwa “untuk menguji construct validity,

maka dapat digunakan pendapat ahli (judgment expert), jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang diteliti”

Proses penimbangan instrument ini berorientasi pada validitas konstruk dan validitas isi, berupa aspek-aspek dan indikator yang akan diukur, redaksi berupa butir pernyataan dan keefektifan susunan kalimat serta koreksi terhadap bentuk format yang digunakan. Berdasarkan beberapa masukan dari penimbang ahli kemudian dilakukan pengembangan revisi kisi-kisi penelitian serta instrument penelitian keterampilan konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor.

3. Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian

Uji keterbacaan instrumen penelitian ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling SMP se-Kabupaten Purwakarta yang dipilih secara acak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman dan persepsi guru bimbingan dan konseling/konselor terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam intrumen tersebut dapat dimengerti susunan redaksi dan maknanya, sesuai dengan apa yang dirasakan, dialami, dan dihadapi saat melaksanakan praktik konseling di sekolah mereka.


(42)

56

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument penelitian. Tujuannya untuk memperoleh kualitas instrumen yang layak pakai.

a. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Pemilihan item yang layak pakai dilakukan melalui pengujian validitas item menggunakan teknik korelasi Spearman, caranya adalah dengan mengkorelasikan skor butir item dengan skor total. Butir item dikatakan valid apabila koefisien korelasinya signifikan pada α = 0,10. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 62 butir item, 47 item di antaranya memiliki koefisisen validitas yang signifikan pada α = 0,10. Secara lengkap hasil uji validitas butir item instrument ini disajikan dalam lampiran.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian

Tahap selanjutnya setelah uji validitas maka alat instrument penelitian diuji tingkat reliabiltasnya. Pengujian reliabilitas instrument penelitian dimaksudkan untuk melihat seberapa besar konsistensi instrument yang digunakan. Instrument yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik split-half method yakni dengan cara mengkoralsikan total skor pada butir-butir item ganjil dengan total skor pada butir-butir item genap. Teknik korelasi yang digunakannya adalah korelasi Spearman. Hasil perhitungan menghasilkan koefisien korelasi antara total skor item ganjil dengan total skor item genap sebesar 0,896. Reliabilitas ini baru menunjukkan separo instrument, untuk reliabilitas keseluruhan instrument perlu dilanjutkan perhitungan dengan menggunakan teknik Spearman-Browm. Hasil perhitungan menghasilkan koefisien reliabilitas keseluruhan instrument sebesar 0,945. Secara lengkap hasil uji validitas butir item instrument ini disajikan dalam lampiran.


(43)

57

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pedoman Skoring

Jenis instrument pengungkap data dalam penelitian ini menggunakan format

rating scales (skala penilaian) dalam model rating scales yang digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respon pernyataan subjek skala 3

(tiga). Ketiga alternatif respon diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kesesuaian terendah, yaitu: 1) Terampil (T) diartikan terampil; 2) Cukup Terampil (CT) diartikan kurang terampil; dan 3) Tidak Terampil (TT) diartikan tidak terampil. Tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti yang tertera di Tabel berikut.

Table 3.3

Pola Skor Opsi Alternatif Respon

Pernyataan Opsi Alternatif Respons

TT KT T

Favorable 1 2 3

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara-cara atau langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan permasalahan penelitian. Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Subino (1982, hlm. 162) mengatakan bahwa “Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh dan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya”.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument angket dan observasi agar data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan dapat menunjang tujuan penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang kompetensi konseling lintas budaya guru bimbingan dan konseling/konselor. Oleh karena pengambilan data dilakukan dua kali, yaitu


(44)

58

observasi dengan menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek yang terdiri dari sejumlah pernyataan singkat setelah dilakukan kegiatan.

Dalam penyusunan alat pengumpul data, peneliti berpedoman pada ruang lingkup variabel-variabel yang terkait, dan untuk memudahkan dalam menyusun alat pengumpul data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) menyusun indikator-indikator setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan kepada responden berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan pada BAB II; (b) menetapkan alat pengumpul data; (c) membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel; (d) menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi angket yang telah dibuat; (e) menetapkan penskoran untuk setiap alternatif jawaban; (f) membuat petunjuk pengisian angket.

3. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ada dua, yaitu dengan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari hasil pre-test dan

post-test. Sedangkan analisis data kualitatif menggunakan analisis deskriptif (non

statistik). Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk prosentase. Selain itu mengelompokan peserta pelatihan menggunakan skor ideal. Penentuan kedudukan sampel dengan skor ideal yaitu dengan menentukan kedudukan dengan membagi kompetensi multibudaya yang didapat. Selanjutnya penentuan kedudukan dengan skor ideal ini dilakukan dengan cara mengelompokannya dalam tiga ranking.

a. Gambaran Kemampuan Keterampilan Konseling Lintas Budaya Guru Bimbingan dan Konseling

Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data untuk memperoleh gambaran kemampuan keterampilan konseling lintas budaya guru BK adalah sebagai berikut.

1) Menghitung jumlah nilai yang diperoleh setiap responden pada keseluruhan butir item, pada setiap aspek, dan pada setiap setiap indikator.


(1)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika. Furqon.(2002). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Geldard, D. & Geldard, K. (2001). Basic personal counseling; A training manual for counselors. Australia: Prentice Hall.

Geldard, K., &Geldard, D. (2011). Keterampilan praktik konseling. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gielen, U. P., Draguns, J. G., & Fish, J. M. (2008). Principles of multicultural counseling and therapy. New York: Rouledge.

Gladding, S. T. (2008). Groups a counseling specality. New Jersey: Pearson. Gomes, F. C. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Andi

Offset.

Gomez-Mejia, Balkin, Cardy, (2001). Managing human resources, international edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Hackney, H. L. & Cormier, S. (2009). The professional counselor; A process guide to helping. New Jersey: Pearson.

Hamalik, U. (1993). Sistem dan prosedur pengembangan kurikulum, lembaga pendidikan dan pelatihan. Bandung: Trigenda Karya.

Hays, D. G. & Erford, B. T. (2010). Developing multicultural counseling competence: a systems approach. New Jersey: Pearson.

Herdi. (2009). Model pelatihan untuk meningkatkan kompetensi konseling multicultural calon konselor. Tesis. Bandung: SPS UPI Bandung.

Herr, E.(1989). Counseling in a dynamic society: opportunities and chalenges. American Association for Counseling and Development.

Holcomb-McCoy, C. C. & Myers, J. E. (1999).Multicultural competence and counselor training: A national survey; Journal of counseling & development, Vol. 77, No. 3, Summer 1999, pp. 46-54.

Ibrahim, F.A. (1985). Effective cross-cultural counseling and psychotherapy; a frame work.The counseling psychologist. Vol. 13; 625-638.

Ivey, A. E. &Auther, J. (1978). Micro counseling; Innovations in interviewing, conseling, psychotherapy, and psychoeducation: Second edition. USA: Charles C Thomas Publisher.


(2)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ivey, A.E. & Ivey, M.B. (2003). Intentional interviewing and counseling. Singapore. Thomson Brooks Cole.

Kartadinata, S, dkk. (1998). Bimbingan di sekolahdasar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Kartadinata, S. (2009). Arah dan tantangan bimbingan dan konseling professional; Proposisi historic-futuristik. Bandung: UPI.

Kartadinata, S. (2010). Isu-isupendidikan: antara harapan dan kenyataan. Bandung. UPI Press.

Kartadinata, S. (2011). Kerangka kerja bimbingan dan konseling dalam pendidikan: pendekatan ekologis sebagai alternatif. Dalam Suherman dan N. Budiman (Penyunting). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Kartika, I. (2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta. Kementrian Pendidikan Nasional.(2011). Multi kultural (Kajian holistic tentang

multicultural dari berbagai dimensi). [Online]. Diakses dari

http://www.p4tkpenjasbk.or.id/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=1198:multikultural-kajian-holistik-tentang-multicultural-dari-berbagai-dimensi&catid=25:artikel&Itemid=454

Kertamuda, F. (2011). Konselor dan Kesadaran Budaya (Cultural Awareness). Kolb, D.A. (1984). Experiential learning. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Komalasari, G. & Wahyuni, E. dkk, (2011). Teori dan teknik konseling, (Jakarta

Barat : PT Indeks, hlm.8.

Lee, C., & Richardson, B.L. (1991). Multicultural issues in counseling: New approaches to diversity. Alexandria, VA: American Association for counseling and development.

Lee, Courtland C.dkk.(2009). Elements of culture in counseling. New Jersey: Pearson Education Inc.

Lesmana, J. M. (2008). Dasar-dasar konseling. Jakarta: UI Press.

Lubis, N. L. (2011). Memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik. Jakarta: Kharisma Putra Utama,. hlm. 32-33.

Lynton, R. P. & Pareek, U.(1994). Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja (terjemahan). Jakarta: PT. Prenhalindo.

Machfudherman, Manajemen bimbingan dan konseling. Diakses dari http://machfudherman.wordpress.com/2010/02/04/manajemen-bimbingan-dan-konseling.


(3)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Martines. (2005). Teacher perceptions ofmulticultural issues in school settings. Journal The Qualitative Report. Vol. 10 No. 1, pp. 1-20.

Marzuki, M.S. (1992). Strategidan model pelatihan. Malang: IKIP Malang. Matsumoto, D. (2004). Pengantar psikologi lintas budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

McGill, I., & Weil, S. W. (1989). A framework for making sense of experiential learning. Milton Keynes: Shere Ou Press.

McLeod, J. (Alihbahasa A. K. Anwar). (2006). Pengantar konseling teori dan studikasus. Jakarta: Kencana.

McLeod, J. (Alihbahasa A.K Anwar). (2006). Pengantar konseling teori dan studi kasus. Jakarta: Kencana.

Mitchell & Meier. (1983). Camp counseling: Leadership & programing for the organized camp. USA: Saunders College Publishing.

Moekijat, (1990). Pengembangan dan motivasi. Bandung: Pionir Jaya.

Mugiarso, H. (2015). Konseling dalam analisis lintas budaya (kasus indonesia). Ketua Pendidikan Profesi Konselor Unnes

Munandir. (1990). Bimbingan dan konseling indonesia: corak yang bagaimana? (Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang). Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Nadler, L. (1982). Designing training programs. Canada: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Noe, dkk. (2003). Human resource management, international edition. New York: The McGraw-hill Companies, Inc.

Notoatmodjo, S. (1991). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, A. (2012). Program experiential based counseling untuk meningkatkan kepekaan multibudaya calon konselor. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Pedersen, P. B. (1990). The constructs of complexity and balance in multicultural counseling theory and practice. Journal of Counseling & Development, Vol. 68, pp. 550-554.

Pedersen, P. B. dkk. (1981). Counseling across cultures. USA: The East_West Center by The University Press of Hawaii.


(4)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedersen, P. B., Crether& Carlson. (2008). Inclusive cultural empathy; Making relationships central in counseling and psychotherapy.Washington D.C: APA.

Pedersen, P.B. (1991). A conceptual framework.Journal of Counseling and Development.Vol 70. No 1. hlm. 5.

Pedersen, P.B. (1991). Multiculturalisme as a generic counseling and development.Journal of Counseling and Development. Vol 70. No 1. hlm. 6-12

Pedersen, P.B.dkk.(2002). Counseling Across Cultures. 5th Edition. London: Sage.

Prayitno. & Amti, E. (2009). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prayitno. (2002). Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan. UNP

Rakhmat, C. (2011). Menyemai pendidikan karakter berbasis budaya dalam menghadapi tantangan modernitas. Disampaikan dalam Seminar Nasional di Institut Hindu Dharma Negeri, Bali.

Riduwan (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti pemula. (edisi keenam). Bandung: Alfabeta.

Robbins, S. P. (2001). Organizational behavior, 9th ed.. Upper Saddle River, New Jersey, 07458: Prentice-Hall Inc.

Robbins, S. P. (1996). Teori pengembangan organisasi. Alih Bahasa Hadyana. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusmana, N. (2009). Bimbingan konseling kelompok di sekolah: Teori dan praktek. Bandung: Rizqi Press.

Rusmana, N. (2009). Konseling kelompok bagi anak berpengalaman traumatis. Bandung: Rizqi Press.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saroh, S. (2013). Konseling Lintas Budaya. Kudus : Progdi BK FKIP UMK Simamora, H. (1997). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIE


(5)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soedarmadji, Boy. (2011). Konseling Lintas Budaya. (Online). Diakses dari

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view &id=241&Itemid=98.

Subino.(1987). Konstruksi dan analisis tes (suatu pengantar kepada teori tes dan pengukuran). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sudrajad, A. (2015). Terapi realitas. [online]. Diakses dari

http://akhmadsudrajad.wordpress.com/2008/07/14/terapirealitas

Sue dkk. (1992). Multicultural counseling competencies: a call to the profession. Journal of Counseling and Development, Vol. 70, pp. 477-486.

Sue, (2006).Cultura lcompetency: from philosophy to research.Journal of Community Psychology. Vol. 34, No. 2, pp. 237-245

Sue, D. W. & Sue, D. (2003).Counseling the culturally diverse; Theory and practice. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Sue, D.W. (1982). Counseling the culturally different : theory and practice. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Sue, D.W., Arredondo, P., & McDavis, R.J. (1999). Multicultural counseling competencies and standards: A call to profession. Journal of counseling and development, Vol. 70, pp. 447-486.

Sue. (2003). Indefense of cultural competency in psychotherapy and treatment. Jurnal American Psychologis, Vol. 58, No. 11, pp. 964-970. Supriadi, D. (2001). Konseling lintas budaya: isu-isu dan relevansinya di

indonesia (Pidato Pengukuhan Guru Besar UPI). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Supriadi, D. (2011). Konseling lintas budaya: isu-isu dan revitalisasinya di Indonesia. Dalam Suherman dan N. Budiman (Penyunting). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi orientasi dasar pengembangan profesi konselor. Bandung: Rajawali Pers.

Susettel, S. (1991). A redefinition of multicultural counseling. Journal of Counseling and Development. Vol. 70 Virginia. The American Association for Counseling and Development.

Suwanto, A. W. (2010). Komunikasi social budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Terry, G.R. (1964). Marketing.Selected case problems. New Jersey:


(6)

Agung Kawijoarto, 2015

PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING LINTAS BUDAYA BAGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tjiptono, F.& Diana, A. (1998). Total quality, management. Yogyakarta: Andi Offset.

Vontress, C. (2002). Online readings in psychology and culture (Unit 10, Chapter 1), Diakses dari http://www.wwu.edu/~culture.

Wahyudi, B. (1991). Manajemen sumber daya manusia. Bandung: BPFE.

Werther, W.B. (1989). Konsep pelatihan. (Online). Diakses dari adman.staf.upi.edu/files/2009/08/KONSEP-PELATIHAN.doc.

Yoder, D.(1962). Personel principles and policies. Prentice Hall Inc: Maruzen Company Ltd, Second Edition.

Yusuf, S. L. N. (2009). Program bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zurnali, C.(2004). Pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap perilaku produktif karyawan pada divisi long distance pt telkom indonesia, tbk. (Tesis). Program Pascasarjana Unpad Bandung.

http://counselingc1.blogspot.com/2010/04/kendala-konseling-lintas-budaya.html, diakses pada tanggal 2 April 2013

http://jati-rinakriatmaja.blogspot.com/2012/05/konseling-lintas-budaya.html, diakses pada tanggal 2 April 2013

http://www.bloggerlombok.com/2011/10/konseling-lintas-budaya.html, diakses pada tanggal 2 April 2013