PELATIHAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGEMBANGKAN INTERPERSONAL SKILL.

(1)

PELATIHAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGEMBANGKAN INTERPERSONAL SKILL

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

WAHYUNI NIM. B53213077

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Wahyuni (B53213077), Pelatihan Komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam untuk Mengembangkan Interpersonal Skill.

Fokus pada penelitian ini mengkaji dua hal yaitu: 1) Menjelaskan proses penelitian pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill 2) Mendeskripsikan hasil implementasi penelitian pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam unutk mengembangkan interpersonal skill.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and

Development (R&D) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan kemudian menguji keefektifannya agar dapat menghasilkan produk yang berdaya guna bagi kehidupan masyarakat luas.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi dan penggalian informasi terhadap masalah yang akan dikaji yakni interpersonal skill yang dimiliki mahasiswa prodi bimbingan dan konseling Islam dalam berkomunikasi dengan orang lain baik dalam melakukan proses konseling maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Setelah memperoleh data tentang interpersonal skill mahasiswa prodi bimbingan dan konseling Islam peneliti mulai merancang desain produk awal yang akan dikembangkan. Setelah melalui beberapa tahapan sesuai dengan prosedur penelitian R&D barulah pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill dapat dilaksanakan.

Pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan

interpersonal skill berjalan sesuai dengan harapan peserta aktif dan kooperatif

selama mengikuti pelatihan. Pelatihan ini berbentuk pemberian materi mengenai komunikasi bimbingan dan konseling islam, diskusi, pemberian pretest dan posttest, praktek konseling, dan pengisian lembar evaluasi diri konselor yang diisi oleh peserta di akhir pelatihan. Setelah pelatihan dilakukan terdapat beberapa perubahan yang tampak dari perilaku peserta yaitu peserta mendengarkan dan memperhatikan orang yang sedang berbicara dalam forum, peserta menunjukkan empati kepada lawan bicaranya ketika berkomunikasi, dan peserta juga menerapkan beberapa keterampilan komunikasi konseling yang telah di pelajari dalam pelatihan ketika melakukan proses konseling. Berdasarkan perubahan yang ditunjukkan oleh peserta dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan pada

interpersonal skill peserta setelah dilakukan pelatihan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ... 7

1. Komunikasi bimbingan dan konseling Islam ... 8

2. Interpersonal skill ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II: KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSLELING ISLAM DAN INTERPERSONAL SKILL A. Komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam ... 13

1. komunikasi ... 13

a. Pengertian komunikasi ... 13

b. Fungsi komunikasi ... 15

c. Unsur-unsur komunikasi ... 15

d. Bentuk-bentuk komunikasi ... 16

e. Sifat komunikasi ... 16

f. Faktor-faktor yang memperngaruhi komunikasi ... 17

g. Psikologi sebagai akar komunikasi ... 18

h. Pemrosesan informasi ... 19

2. Bimbingan dan konseling Islam ... 20

a. Pengertian bimbingan dan konseling Islam ... 20

b. Dasar bimbingan dan konseling Islam ... 25

c. Tujuan bimbingan dan konseling Islam ... 27

d. Fungsi bimbingan dan konseling Islam ... 28

e. Asas-asas bimbingan dan konseling Islam ... 29

f. Syarat-syarat sebagai seorang konselor ... 33

g. Fungsi konselor Islam ... 34

h. Sifat dan sikap konselor Islam ... 35


(8)

j. Konseli sebagai sasaran konseling Islam ... 41

B. Interpersonal Skill ... 43

1. Pengertian interpersonal skill ... 43

2. Ciri-ciri interpersonal skill ... 45

3. Dimensi interpersonal skill ... 45

4. Interpersonal skilldalam kepribadian Qur’aniyah ... 47

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 48

Bab III: METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 52

1. Jenis penelitian ... 52

2. Sasaran dan lokasi penelitian ... 53

3. Jenis dan sumber data ... 54

a. jenis data ... 54

b. Sumber data ... 55

4. Teknik pengumpulan data ... 55

5. Tahap-tahap penelitian pengembangan ... 57

a. Tahap perencaan ... 58

b. Tahap pengembangan ... 59

c. Tahap ujicoba ... 60

6. Teknik analisis data ... 61

a. Analisis produk pengembangan ... 61

b. Analisis proses implementasi produk ... 62

c. Analisis temuan produk pengembangan ... 63

B. Spesifikasi Produk ... 63

1. Konselor Islam sebagai pembimbing ... 64

2. Memahami konseli ... 66

3. Keterampilan komunikasi yang harus dimiliki konselor ... 67

4. Memahami bahasa tubuh konseli ... 69

BAB IV: PELAKSANAAN PELATIHAN A. Proses Pelatihan Komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam untuk Mengembangkan Interpersonal Skill ...72

1. Perencanaan program pelatihan ...72

a. Identifikasi potensi dan masalah ...72

b. Pengumpulan informasi ...72

c. Desain rancangan program awal ...73

2. Pengembangan produk ...75

a. Validasi desain produk ...75

b. Revisi desain produk ...76

c. Ujicoba produk terbatas ...77

d. Revisi produk ...77

3. Ujicoba produk ...78

a. Tahap ujicoba produk ...78


(9)

c. Produksi produk ...78 4. Proses pelatihan ...81 B. Hasil Implementasi Pelatihan Bimbingan dan Konseling Islam

untuk Mengembangkan Interpersonal Skill ...83

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ...86 B. Saran ...87 DAFTAR PUSTAKA ...88


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, manusia memerlukan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupannya, baik dalam konteks fisik maupun konteks sosial budaya.1 Manusia sebagai makhluk sosial butuh untuk berinteraksi dengan dengan manusia lainnya, dalam melakukan interaksi hal paling urgent yang dibutuhkan manusia adalah komunikasi.2 Oleh sebab itu komunikasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia.

Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu.3 Komunikasi yang baik sangatlah diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dengan orang lain. Komunikasi dikatakan sebagai pemersatu dalam kehidupan sosial namun juga dapat menjadi sumber konflik. komunikasi akan menjadi pemersatu bila dilakukan dengan baik, namun apabila dilakukan dengan kurang baik maka akan menimbulkan konflik.4

Kesalahan dalam berkomunikasi seringkali menjadi tonggak awal terjadinya suatu konflik, pada dasarnya bila komunikasi dilakukan dengan baik antara satu orang dengan orang yang lainnya maka akan terjalin suatu

1

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 25.

2

M. Agus Harjana, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal (Yogyakarta:Kanisius, 2013), hal. 9.

3

M. Agus Harjana, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal (Yogyakarta:Kanisius, 2013), hal. 11.

4

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal. 10.


(11)

2

hubungan yang harmonis. Dalam suatu hubungan baik perorangan maupun kelompok bila komunikasi sudah tidak sejalan lagi maka aspek yang lainnya pun akan mengikuti.

Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan, komunikasi ditetapkan menjadi suatu disiplin ilmu yang disebut ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu konseling. Dalam ilmu konseling, komunikasi merupakan unsur yang sangat penting. Seorang konselor melakukan pendekatan dengan konseli melalui komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal meliputi dialog antara konselor dengan konseli sedangkan komunikasi non verbal berupa mimik wajah, tatapan mata, dan gestur tubuh konselor.

Komunikasi merupakan landasan dasar terjadinya proses konseling, konseling ditentukan oleh efektif atau tidaknya komunikasi antara konselor dengan konseli. Konselor dituntut untuk dapat berkomunikasi secara efektif untuk menunjang keberhasilan proses konseling. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi konseling merupakan skill yang sangat dibutuhkan oleh seorang konselor.5 Konselor yang memiliki keterampilan komunikasi konseling yang baik akan mudah melakukan pendekatan dengan konseli, dengan komunikasi konseling yang baik konseli akan lebih mudah membuka diri pada konselor untuk menceritakan masalah yang dialaminya.

Sudah menjadi tugas seorang konselor sebagai fasilitator untuk membantu konseli memahami dirinya dan lingkungannya. Di dalam Islam

5

Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling (Surabaya: Perpustakaan Nasional katalog dalam terbitan (KDT), 2012), hal. 1.


(12)

3

setiap Muslim adalah saudara maka sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menolong muslim lainnya dalam hal kebaikan yang tertuang dalam firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Maidah: 2



































































Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

amat berat siksa-Nya.”6

Berdasarkan firman di atas, telah jelas bahwa Allah swt. memerintahkan kepada setiap umat muslim untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Proses konseling merupakan salah satu bentuk ta’awun atau saling tolong menolong dalam kebaikan. Dalam proses konseling konselor membantu dan mendampingi konseli agar dapat memahami dirinya dan lingkungannya.

Seorang konselor Islam juga mengemban tugas untuk membantu konseli agar dapat hidup selaras dengan tuntunan Allah, yaitu menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut maka konselor harus terlebih dahulu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Untuk menjadi seorang konselor Islam tentunya terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang konselor baik dalam hal perbuatan maupun ucapan. Hendaklah perbuatan yang dilakukan sesuai dengan tuntunan

6


(13)

4

syari’at dan akhlakul karimah yang tertulis dalam firman Allah swt. dalam surat Ali Imran : 159 sebagai berikut:



















































































































Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku

lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt. menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”7

Dalam ayat di atas Allah swt memerintahkan kita untuk berlaku lemah lembut, lebih-lebih seorang konselor Islam harus mampu bersikap lemah lembut tetapi tetap tegas dalam melakukan proses konseling, konselor yang berlaku kasar, su’udzon, dan tidak bersikap ramah akan membuat konseli enggan membuka diri, akibatnya pendekatan atau attending dalam proses konseling tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Hal yang harus diperhatikan selain memperhatikan sikap sebagai seorang konselor Islam sudah seharusnya memperhatikan ucapan, setiap ucapan yang keluar dari lisan konselor Islam hendaklah ucapan-ucapan yang baik, diantara ucapan-ucapan baik disebutkan dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut: ucapan yang berkualitas (Qaulan Tsaqila), ucapan yang lembut

(Qaulal layyina), ucapan yang mulia (Qaulan Karima), ucapan yang pantas

7


(14)

5

(Qaulan Maisura), ucapan yang benar (Qaulan Sadida), ucapan yang baik

(Qaulan Ma’rufa), ucapan yang efektif (Qaulan Baligha).8

Setiap perbuatan dan ucapan yang baik hendaklah tercermin dalam kehidupan sehari-hari sebagai konselor Islam. Agar dapat menjadi uswah

hasanah bagi konseli yang sedang berada dalam proses pemberian bantuan,

dengan menjadi uswah hasanah akan menambah kepercayaan (trust) konseli terhadap konselor sehingga memudahkan proses konseling.

Berdasarkan pengamatan peneliti beberapa mahasiswa bimbingan dan konseling Islam belum memiliki interpersonal skill yang baik, hal ini dikarenakan saat berinteraksi dengan orang lain mahasiswa tersebut belum dapat menunjukkan keramahan, empati, dan sifat terbuka pada orang lain. Seringkali mahasiswa bimbingan dan konseling Islam ketika bertemu dengan mahasiswa lainnya tidak bertegur sapa karena merasa tidak memiliki kedekatan, sebagai seorang konselor harusnya kita dapat beriskap ramah kepada semua orang.

Selain itu dalam proses konseling seringkali seorang mahasiswa bimbingan dan konseling Islam yang merupakan calon konselor Islam tidak mengetahui apa yang seharusnya dilakukan selama proses konseling, mereka kebingungan ketika berhadapan dengan konseli karena tidak tau apa yang harus dilakukannya sehingga proses konseling tidak berjalan sesuai dengan harapan.

8

Aswadi, Bahan Ajar Mata Kuliah Tafsir Tematik Bimbingan dan Konseling Qur’ani (Surabaya: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, 2014), hal. 7.


(15)

6

Calon konselor Islam memerlukan panduan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menjadi seorang konselor Islam. Di dalam perkuliahan, berbagai pengetahuan mengenai konseling diberikan melalui mata kuliah yang menunjang pengetahuan mahasiswa sebagai calon konselor Islam. Namun seorang calon konselor Islam memerlukan keterampilan yang dapat menunjang kemampuannya dalam melakukan konseling yang disebut dengan interpersonal skill. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam semester tiga dengan tujuan agar mahasiswa tersebut dapat memahami dan mengembangkan pola komunikasi yang baik sebagai seorang konselor Islam.

Adapun penelitian yang akan dilakukan adalah “Pelatihan

Komunikasi Bimbingan Konseling Islam untuk Mengembangkan

Interpersonal Skill

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill?

2. Bagaimanakah hasil implementasi pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill?


(16)

7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan proses pelatihan komunikasi bimmbingan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill.

2. Mendeskripsikan hasil implementasi pelatihan komunikasi bimmbingan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan untuk memberikan maslahat bagi ummat, berikut adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian ini:

1. Dengan dilakukannnya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam.

2. Mengembangkan interpersonal skill mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.

3. Bagi peneliti, menambah pemahaman peneliti tentang komunikasi bimbingan konseling Islam dan interpersonal skill.

E. Definisi Konsep

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang masih memerlukan penjabaran untuk menghindari kesalahan dalam mendefinisikan konsep, serta untuk memudahkan pembaca memahami isi, maksud, dan tujuan penelitian.

Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(17)

8

1. Komunikasi Bimbingan Konseling Islam a. Komunikasi

Komunikasi berarti interaksi antar manusia baik perorangan maupun kelompok, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak lahir manusia sudah dapat berkomunikasi dengan bahasa non verbal berupa tangisan ketika dilahirkan.9

Dalam ilmu sosiologi komunikasi diartikan sebagai proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain kemudian seseorang tersebut membuat reaksi berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.10

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar manusia baik perorangan maupun kelompok yang didalamnya terjadi interaksi antara orang yang satu dengan yang lainnya berupa pemaknaan informasi, sikap, dan perilaku serta terdapat reaksi yang ditimbulkan dari interaksi tersebut.

Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan oleh subjek penelitian ketika sedang melakukann proses konseling dengan konseli.

b. Bimbingan

Bimbingan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan yang diberikan kepada individu-individu untuk membantu

9

A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 1.

10


(18)

9

mereka memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam menentukan keputusan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.11

c. Konseling

“Konseling di artikan sebagai suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.”12

Sedangkan bimbingan dan konseling Islam sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada individu-individu oleh konselor Islami agar mereka dapat hidup sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan perintah Allah swt.13

Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi bimbingan dan konseling Islam adalah suatu cara yang dilakukan oleh konselor Islam dalam proses memberikan bantuan kepada individu-individu agar mereka dapat hidup sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan perintah Allah swt.

Adapun komunikasi konseling Islam yang baik adalah sebagai berikut:

1) berdasarkan syari’at (Al-Qur’an dan Sunah)

11

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 94.

12

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 100.

13

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta:UII Press, 2001), hal. 4.


(19)

10

2) Bermanfaat bagi diri dan orang yang mendengar14

3) Perkataan yang diucapkan merupakan mau’izah hasanah yaitu memberi nasihat dan perumpamaan yang baik dan menyentuh jiwa

4) Setiap kalimat yang diucapkan mengandung hikmah (kata-kata bijak).15

5) komunikasi yang dilakukan memiliki tujuan untuk membantu seseorang menyadari fitrahnya sebagai manusia yaitu naluri untuk beragama Islam yang mengesakan Allah.16

2. Interpersonal Skill

Interpersonal skill adalah kemampuan yang harus dimiliki individu dalam melakukan interaksi dengan individu lain atau sekelompok individu. Johson menyatakan bahwa interpersonal skill adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan yang penuh perhatian dan produktif.17

Interpersonal skill adalah kecakapan yang harus dibawa

seseorang dalam memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan

14

Thoriq Gunara, Komunikasi Rasulullah (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hal. 5.

15

Thoriq Gunara, Komunikasi Rasulullah (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hal. 110.

16

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta:UII Press, 2001), hal. 64.

17

D.W. Johson, Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization, (Pennsylvania: Englewood Cliffs, 2014), hal. 54.


(20)

11

dengan orang lain secara tatap muka agar dapat melakukan interaksi secara efektif.18

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

interpersonal skill merupakan keahlian yang harus dimiliki seseorang

dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok agar dapat berkomunikasi secara efektif.

Adapun yang dimaksud dengan interpersonal skill dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa bimbingan dan konseling Islam untuk:

a. Membangun hubungan dengan orang lain

b. Memahami dan memiliki empati terhadap orang lain c. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

F. Sistematika Pembahasan

Sebuah penelitian disusun secara sistematis agar mudah dipahami, oleh karenanya peneliti akan menyusun penelitian ini ke dalam lima bab diantaranya adalah:

Bab I pendahuluan, merupakan bagian awal dari penelitian yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memahami keseluruhan dari pembahasan. Bab ini berisi beberapa sub bagian yaitu; latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konseptual, dan sistematika pembahasan.

18Risalatun Nisa’

, Interpersonal skill Guru BK Dalam Menangani Kasus Perilaku Sosial


(21)

12

Bab II berisi kerangka teoritis yang akan dijadikan sebagai instrumen analisis data yang meliputi komunikasi, konsep bimbingan, konseling Islam,

interpersonal skill beserta penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III membahas tentang jenis penelitian, sasaran dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian pengembangan, teknik analisis data, dan spesifikasi produk.

Bab IV berisikan hasil pelaksanaan pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam yang meliputi proses dan hasil implementasi pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam.

Bab V adalah bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran (penutup) yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian.


(22)

BAB II

KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DAN INTERPERSONAL SKILL

A. Komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Komunikasi

Memahami makna komunikasi bimbingan dan konseling Islam diawali dengan memahami setiap unsur yang membentuk komunikasi bimbingan dan konseling Islam itu sendiri, yaitu komunikasi dan bimbingan konseling Islam. makna dari komunikasi dan bimbingan konseling Islam akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengertian komunikasi

Komunikasi berarti interaksi antar manusia baik perorangan maupun kelompok, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak lahir manusia sudah dapat berkomunikasi dengan bahasa non verbal berupa tangisan ketika dilahirkan.17

Dalam ilmu sosiologi komunikasi diartikan sebagai proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain kemudian seseorang tersebut membuat reaksi berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.18

Suranto memberikan pengertian komunikasi secara sederhana yaitu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung

17

A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 1.

18


(23)

14

arti dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.19

Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan enam pengertian komunikasi sebagai berikut:

Pertama, komunikasi merupakan penyampaian perubahan

energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. Kedua, Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan pesan atau sinyal oleh organisme. Ketiga, Komunikasi merupakan pesan yang disampaikan. Keempat, komunikasi adalah suatu proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan. Kelima, pengaruh suatu wilayah pesona pada wilayah pesona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah yang lain. Keenam, komunikasi diartikan sebagai pesan pasien kepada terapi dalam psikoterapi.20

Dari berbagai pengertian komunikasi diatas dapat kita ketahui bahwa komunikasi dalam konteks psikologi merupakan penyampaian energi dari alat-alat indra ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling

19

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal.2.

20


(24)

15

mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam interaksi antar organisme.21

b. Fungsi komunikasi

Rudolph F. Verderber menjelaskan bahwa komunikasi memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial yaitu untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain membangun dan memelihara hubungan. Kedua, yakni sebagai pengambil keputusan pada saat tertentu. Sedangkan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum yaitu pertama, untuk kelangsungan hidup pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup di masyarakat tepatnya untuk menjaga hubungan sosial.22

c. Unsur-unsur komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa unsur yang harus ada dalam proses komunikasi. Berikut adalah beberapa unsur komunikasi:

Pertama, Komunikator atau pemberi informasi dalam proses

komunikasi merupakan seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain melalui simbol-simbol tertentu. Kedua, Pesan atau informasi merupakan isi dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Ketiga, media atau alat untuk menyampaikan pesan.

21

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remadja Karya, 2013), hal. 5.

22

Ali Nurdin Dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal. 86.


(25)

16

Keempat, komunikan yaitu penerima pesan yang disampaikan oleh

komunikator. 23

d. Bentuk-bentuk komunikasi

Bentuk komunikasi dikelompokkan berdasarkan jumlah pihak yang terlibat dalam komunikasi, sebagai berikut:

Pertama, komunikasi intrapersonal yaitu proses komunikasi

yang terjadi dalam diri sendiri, misalnya proses berfikir untuk menemukan pemecahan masalah. Kedua, komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain yang terjadi secara tatap muka atau melalui bantuan media. Ketiga, Komunikasi kelompok yakni komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok. Keempat, komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan banyak orang seperti kampanye, demonstrasi dan lain-lain.24

e. Sifat komunikasi

Komunikasi jika dilihat dari sifatnya diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

Pertama, Komunikasi tatap muka (face to face

communication) dalam komunikasi tatap muka terjadi pertemuan

antara komunikator dan komunikan. Kedua, Komunikasi media ialah komunikasi yang memanfaatkan peran media seperti telepon, surat

23

Muhammad Ali, Makna Komunikasi Konseling dalam Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol. 13 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2015), hal. 123-125.

24


(26)

17

kabar, radio, televisi dan lain-lain.25 Ketiga, komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dilakukan melalui simbol-simbol yang berupa kata dan bahasa sebagai media penyampaiannya. Keempat, komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata atau bahasa melainkan menggunakan bahasa tubuh yakni mimik wajah dan gestur tubuh. 26

f. Faktor-faltor yang mempengaruhi komunikasi

Ada beberapa hal yang memengaruhi berjalannya proses komunikasi yaitu: Pertama, Persepsi atau cara pandang seseorang terhadap stimulus, objek, kejadian atau peristiwa. Persepsi dapat dipengaruhi, dibentuk serta dirubah berdasarkan tingkat kebutuhan, harapan , dan reinforcement. Kesamaan persepsi antara komuniktor dan komunikan akan menghasilkan komunikasi yang positif dan aktif, sebaliknya bila terjadi perbedaan persepsi antara komunikator dan komunikan akan menyebabkan konflik. Kedua, Kredibilitas komunikator akan sangat memengaruhi proses komunikasi, karena hal ini menentukan tingkat kepercayaan komunikan kepada komunikator terhadap pesan yang disampaikan. Ketiga, Isi pesan yang disampaikan juga memengaruhi berjalannya proses komunikasi, bila pesan yang disampaikan jelas, lugas, dan bermanfaat tentu komunikan akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan komunikator. Keempat, jenis kelamin, perbedaan

25

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 14.

26

Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 12.


(27)

18

dialek dalam berkomunikasi antara pria dan wanita cukup signifikan perbedaan ini disebut genderleck.Kelima, faktor pengetahuan sangat memengaruhi komunikasi, karena pengetahuan berdampak pada daya tangkap (nalar), pemahaman, responsibilitas isi pesan, persepsi, interpretasi dan lain-lain.27

g. Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi

Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi merupakan landasan ilmiah kedua setelah ilmu filsafat, psikologi sebagai akar ilmu komunikasi merupakan ilmu yang berusaha untuk menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peritiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Dalam psikologi komunikasi, komunikator melakukan proses komunikasi interpersonal dengan menggunakan seluruh kemampuannya agar pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima dengan baik dan dapat memberikan timbal balik kepada komunikator.28 Dalam psikologi komunikasi, proses komunikasi akan dikatakan berhasil bila dapat menunjukkan yang dapat menjadi sumber kepercayaan komunikan, dengan demikian maka komunikator dapat dengan mudah melakukan persuasi kepada komunikan.29

27

Heri Zan Pieter, Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan

(Jakarta: Kencana, 2012), hal. 24-27.

28

Nina W. Syam, Psikologi Sebagai Akar Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal. 1-2.

29

Heri Zan Pieter, Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan


(28)

19

h. Pemrosesan Informasi

Pemrosesan informasi adalah bagaimana seseorang menerima, menelaah dan memahami informasi yang didapatkan dari lingkungannya. Terdapat tiga proses dalam penerimaan informasi yaitu: Pertama, encoding yaitu proses memasukan informasi kedalam memori, Kedua, store yaitu menyimpan informasi yang diterima dan mempertahankannya dari waktu ke waktu. Ketiga,

retrieve yaitu mengambil informasi yang telah disimpan untuk

digunakan kembali.30

Atkinson Shiffrin menyatakan terdapat tiga sistem daya ingat yaitu:

1) Rekaman indra (sensory-register)

Merupakan komponen sistem daya ingat dimana informasi diterima dalam jumlah besar melalui panca indera. rekaman indera berperan sebagai tempat penampungan informasi yang dapat menahan informasi dalam akurasi yang tinggi sehingga kita dapat memilih informasi yang ingin kita perhatikan dari sekian banyak informasi yang diterima.

2) Memori jangka pendek (short term memory)

adalah sistem memori yang memiliki daya ingat yang pendek yaitu hanya sekitar 30 detik, namun daya ingat dalam

30

Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 80.


(29)

20

memori jangka pendek akan dapat bertahan lebih lama jika informasi yang diterima diulang terus menerus.

3) Memori jangka panjang (long term memory)

Merupakan memori yang menyimpan informasi dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif lama.31

2. Bimbingan dan konseling Islam

a. Pengertian bimbingan konseling Islam

Bimbingan dan konseling merupakan translasi dari kata

guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara

etimolologi kata guid memiliki arti mengarahkan, memandu, mengelola.32

Sedangkan dari segi terminologi terdapat berbagai macam definisi yang dikemukakan para ahli tentang bimbingan yaitu sebagai berikut: Menurut Syamsu Yusuf bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh konselor kepada individu secara berkelanjutan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan norma kehidupan baik personal maupun sosial.33

31

Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal.81-83.

32

Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal. 37.

33

Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal.38.


(30)

21

Frank Parson mengemukakan bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, menduduki suatu jabatan, serta mendapatkan kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. Selain itu Chiskolm mendefinisikan bimbingan sebagai suatu pertolongan untuk membantu individu lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.34

Winkel juga memberikan definisi tentang bimbingan yaitu suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri.35

Dari berbagai macam definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh konselor kepada individu agar dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga individu tersebut dapat hidup secara mandiri dalam artian dapat menyesaikan masalahnya sendiri.

Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi konseli.36

Dalam buku bimbingan dan konseling disebutkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang merupakan teknik utama hal ini dikarenakan konseling dapat

34

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.13.

35

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 14.

36


(31)

22

memberikan perubahan yang mendasar, yaitu mengubah sikap, dimana sikap menentukan perbuatan, pemikiran, pandangan, perasaan dan lain-lain.37

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang menjadi teknik utama yang memanfaatkan komunikasi dua arah antara konselor dengan konseli sebagai media untuk menggali dan mengatasi permasalahan konseli.

Setelah mengetahui definisi bimbingan dan konseling selanjutnya kita perlu untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan antara bimbingan dan konseling, Jones memandang konseling sebagai salah satu teknik dalam bimbingan, oleh karena itu makna bimbingan lebih luas dibandingkan konseling.

Blum dan Balinsky berpendapat bahwa istilah bimbingan dan konseling sama, tidak terdapat perbedaan fundamental antara keduanya hanya saja bimbingan merupakan istilah lama. Umar dan Sartono mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang berbeda baik dasarnya maupun cara kerjanya, menurut pandangan ini konseling lebih indentik dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong individu yang berada dalam masalah atau kesulitan, sedangkan bimbingan lebih identik dengan dunia pendidikan.

37


(32)

23

Bimo Walgito mengemukakan perbedaan dan persamaan antara bimbingan dan konseling sebagai berikut: pertama, konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian bimbingan lebih luas dari konseling, oleh karena itu konseling merupakan bimbingan namun tidak semua bimbingan merupakan konseling. Kedua, Dalam konseling terdapat masalah tertentu yang dihadapi oleh konseli sedangkan dalam bimbingan tidak demikian, konseling bersifat kuratif sedangkan bimbingan bersifat preventif.

Ketiga, Konseling pada umumnya dilakukan secara individu antara

konselor dengan konseli secara face to face, sedangkan bimbingan dilakukan secara kelompok.38

Bimbingan konseling Islam sendiri mempunyai pengertian yang khusus, berikut pengertian bimbingan konseling Islam menurut para ahli: Bimbingan konseling Islam pada dasarnya merupakan

implementasi dari metode dakwah “mau’izhah hasanah” yang

tertuang dalam firman Allah Qur’an surat An-Nahl: 12539:





































































































38

Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 16-17.

39

Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 130.


(33)

24

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.40

Berdasarkan ayat diatas dapat kita ketahui bahwasanya Allah swt memerintahkan kita untuk berdakwah dengan lemah lembut bukan dengan kekerasan, bimbingan dan konseling Islam yang merupakan implementasi dari dakwah juga menggunakan konsep lemah lembut dalam memberikan bantuan kepada konseli.

Menurut Musnamar bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari eksistensinya sebagai hamba Allah yang seharusnya hidup dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.41

Aunur Rahim Faqih memberikan pengertian bimbingan dan konseling Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar mampu selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Lebih lanjut Hamdani Bakran menyebutkan ciri khas dari konseling Islam sebagai berikut:

Pertama, berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. Kedua, Hukum

konselor memberikan konseling kepada konseli dan konseli meminta bimbingan konselor adalah merupakan suatu keharusan dan ibadah.

40

Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah (Jakarta: CV Penerbit J-Art), Hal. 281.

41

Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Narapidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal. 33.


(34)

25

Ketiga, konselor Islam adalah konselor yang memberikan konseling

berdasarkan perintah dan larangan Allah.42

Ema Hidayanti, menjelaskan bahwa bimbingan konseling Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar dapat mengembangkan segala fitrahnya untuk menghadapi masalahnya sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.43

Selain itu Anwar Sutoyo memberikan pengertian mengenai bimbingan konseling Islam yaitu usaha untuk membantu individu adar dapat menyelesaikan masalahnya dan kembali kepada fitrahnya yakni sebagai hamba Allah sehingga ia hidup di dunia selaras dengan ketentuan Allah. 44

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat kembali kepada fitrahnya sebagai hamba Allah agar dapat hidup sesuai dengan tuntunan Allah sehingga dapat hidup bahagia didunia dan akhirat.

b. Dasar bimbingan dan konseling Islam

Pada hakikatnya dasar dari bimbingan dan konseling Islam adalah Al-Qur’an dan hadits, hal ini dikaitkan dengan sabda

Rasulullah saw “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika

42

Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada Nara Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal. 34.

43

Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 17.

44

Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 122.


(35)

26

kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya kalian tidak akan pernah tersesat, sesuatu itu adalah Kitabullah dan

sunnah Rasul-Nya”, bimbingan konseling Islam juga didasarkan

pada Al-Qur’an dan sunnah Rasul sebagaimana hadits diatas.

Secara religius dapat dikemukakan bahwa alasan yang mendasar mengapa bimbingan dan konseling Islam diperlukan adalah karena Islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai manusia. Allah swt sebagai khaliq pencipta manusia telah menjelaskan berbagai pengertian dan seluk beluk tentang makhluk ciptaanya yakni manusia melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu Al-Qur’an merupakan sumber mutlak yang dijadikan sebagai dasar bimbingan konseling Islam.

Sedangkan secara ilmiah kegiatan bimbingan dan konseling Islam merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan yang ada didalam teori, dan dalam pelaksanaannya terdapat pelayanan secara berkelanjutan.

Selain itu bila dilihat dari segi psikologis, bimbingan konseling Islam memiliki keterkaitan dengan ilmu psikologi khususnya dalam mengkaji perilaku individu, seorang konselor diharuskan untuk menguasai aspek-aspek psikologis yang akan


(36)

27

diperlukan dalam menggali permasalahan yang dihadapi oleh konseli nantinya.45

c. Tujuan bimbingan dan konseling Islam

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu untuk mengoptimalkan perkembangan diri konseli sehingga konseli dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan ini terdapat didalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 2003 (UU No. 20/2003) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.46

Menurut Hamrin dan Clifford tujuan bimbingan konseling yaitu untuk membantu individu dalam menentukan keputusan-keputusan mengenai suatu pilihan dan penyesuaian indiviu dengan situasi tertentu. Sedangkan menurut Coleman tujuan bimbingan konseling yaitu untuk memberikan pandangan, dukungan, membantu mengambil keputusan, serta pemahaman dalam menghadapi masalah tertentu.47

45

Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal.38-40.

46

Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal 41.

47

Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal 42.


(37)

28

Selain itu Ema Hidayanti mengemukakan tujuan bimbingan konseling Islam sebagai berikut:

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, serta kebersihan jiwa dan mental individu.

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dan lingkungannya.

3) Menghasilkan kecerdasan emosi sehingga terciptalah rasa toleransi, empati, dan kasih sayang kepada sesama.

4) Membentuk kecerdasan spiritual sehingga individu dapat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 5) Membentuk potensi ilahiyah sehingga individu dapat

menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta memberikan kemaslahatan bagi lingkungannya.48

d. Fungsi bimbingan dan konseling Islam

Fungsi bimbingan dan konseling Islam tidak jauh berbeda dengan fungsi bimbingan konseling secara umum yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi preventif, yaitu fungsi pencegahan dengan kata lain bimbingan dan konseling Islam berfungsi untuk mencegah terjadinya permasalahan pada individu.

48

Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 17-18.


(38)

29

2) Fungsi kuratif, yakni fungsi penyembuhan yaitu bimbingan konseling Islam berfungsi untuk mengatasi atau menanggulangi masalah yang dihadapi oleh individu.

3) Fungsi developmental, adalah suatu fungsi dimana konseling berfungsi sebagai media untuk mengembangkan pribadi individu dari pribadi yang baik menjadi peribadi yang lebih baik lagi serta mempertahankan kondisi kepribadian individu.49 e. Asas-asas bimbingan dan konseling Islam

Asas dalam bimbingan dan konseling Islam tidak jauh berbeda dengan asas dalam bimbingan konseling secara umum yaitu sebagai berikut:

1) Asas kerahasiaan

Asas ini adalah asas yang berfungsi untuk menjaga kerahasiaan data-data tentang konseli yang berupa identitas diri konseli, identitas keluarga, dan masalah yang dihadapi oleh konseli. Oleh karena itu konselor berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data-data konseli sehingga hal apapun yang berkaitan dengan konseli benar-benar terjamin kerahasiaannya. 2) Asas kesukarelaan

Asas kesukarelaan adalah asas yang menekankan pada kesukarelaan antara kedua belah pihak yakni konselor dengan konseli dalam proses pelaksanaan konseling, asas ini

49

Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 21.


(39)

30

menekankan bahwa pelaksanaan proses konseling harus berjalan tanpa adanya pemaksaan.

3) Asas keterbukaan

Asas ini mengharuskan adanya keterbukaan antara konselor dengan konseli. Konseli diharapkan terbuka dan sungguh-sungguh dalam memberikan informasi tentang dirinya dan permasalahan yang dihadapi serta menerima informasi dari konselor.

4) Asas kegiatan

Asas kegiatan adalah asas yang menghendaki agar konseli ikut serta atau aktif dalam proses konseling, dengan kata lain dalam proses konseling tidak hanya konselor yang aktif dalam setiap proses namun konseli juga diharapkan turut berperan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 5) Asas kemandirian

Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk membentuk kemandirian pada diri konseli maka asas ini menginginkan konseli agar dapat bersikap mandiri sehingga dapat mengambil keputusan sendiri, mengarahkan, dan mewujudkan perilakunya.

6) Asas kekinian

Dalam asas ini masalah yang ditangani oleh konselor


(40)

31

konseli sedangkan kejadian yang terjadi di masa lalu atau yang akan terjadi di masa depan dijadikan sebagai penyebab atau dampak yang menyebabkan konseli dihadapkan pada suatu masalah.50

7) Asas kedinamisan

Tujuan bimbingan dan konseling mengharapkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik pada diri konseli, dalam hal ini perubahan yang diharapkan yaitu perubahan yang lebih baik dari sebelumnya bukan hanya sekedar mengulang-ulang hal yang bersifat monoton.

8) Asas keterpaduan

Layanan bimbingan konseling berusaha untuk memadukan berbagai aspek yang ada pada diri konseli dengan jenis layanan yang diberikan.

9) Asas kenormatifan

Bimbingan konseling diharuskan agar sesuai dengan norma-norma sosial maupun norma-norma yang ada didalam masyarakat, bimbingan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku, konselor juga tidak diperbolehkan untuk memaksakan norma yang dianutnya kepada konseli.

50


(41)

32

10) Asas keahlian

Asas keahlian menekankan agar pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan oleh tenaga profesional atau tenaga ahli dalam bidang konseling yang memahami kode etik konseling. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:

“Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan

ahlinya, maka tunggu sajalah saatnya (saat kehancurannya).

(H.R. Bukhari)”.

11) Asas alih tangan

Apabila konselor sudah berusaha dengan seluruh kemampuannya dalam membantu menangani permasalahan yang dihadapi oleh konseli namun masalah konseli belum mengalami perubahan sesuai dengan yang diinginkan maka konselor harus mengalih tangankan kasus konseli kepada pihak lain yang lebih ahli, konselor berwenang untuk menangani masalah yang sesuai dengan keahliannya dan kode etik yang berlaku.

12) Asas tutwuri handayani

Tut wuri handayani memiliki arti “di belakang memberi

dorongan” maknanya konselor bertugas untuk selalu memotivasi

konseli agar dapat berubah menuju arah yang lebih baik dan dapat mempertahankan perilaku baiknya tersebut. Asas ini juga berperan sebagai media untuk mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan bimbingan konseling serta membantu konselor


(42)

33

untuk menentukan tujuan, strategi, dan teknik dalam satuan layanan dan pendukung yang diberikan pada konseli.51

f. Syarat-syarat sebagai seorang konselor

Seorang konselor hendaknya berperan sebagai pembimbing dan pengayom konseli, oleh karena itu berikut ini adalah syarat yang harus dimiliki oleh konselor:

1) Memiliki akhlakul karimah atau sifat yang baik agar dapat menjadi uswah hasanah bagi konseli.

2) Bertawakkal kepada Allah, yang dimaksud disini adalah mendasarkan segala sesuatu dan aktivitas konselingnya atas nama Allah.

3) Sabar, seorang konselor harus memiliki sifat sabar dalam memberikan bantuan kepada konseli. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Muzammil ayat 10:























Artinya: dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan

dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.52

4) Tidak emosional, tidak mudah terpancing emosinya ketika membantu mengatasi masalah yang dihadapi konseli serta mampu meredam emosi konseli.53

51

Sri Astutik, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: UINSA Press, 2014), hal. 36-37.

52

Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah (Jakarta: CV Penerbit J-Art), Hal. 574.

53Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,

Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar


(43)

34

g. Fungsi konselor Islam

Konselor sebagai pelaksana bimbingan dan konseling mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan individu, membangun interaksi yang dinamis antar individu dan lingkungannya, membimbing individu agar berubah ke arah yang lebih baik dalam hal perilakunya.54

Sedangkan bimbingan konseling Islam merupakan salah satu psikoterapi oleh karena itu konselor juga disebut sebagai seorang terapis Islam, dalam psikoterapis Islam terapis berfungsi sebagai pembimbing (mursyid) bagi konseli untuk mencapai fitrah sebagai hamba Allah. Sebagai pemimbing konselor bertanggung jawab untuk membimbing konseli agar terhindar dari penyakit rohani maupun penyakit jasmani yang mengotori jasad manusia, yang sesuai dengan

maqasid al- syari’ah yaitu sebagai berikut:

1) Hifaz al-din (memelihara ketentuan ibadah dari agama)

2) Hifz al-nafsi (memelihara kebersihan jiwa)

3) Hifz al-nasl (memeliahara keturunan)

4) Hifz al-mal (memelihara harta)

5) Hifz al-aql (memelihara akal)55

54

Abkin, Standar Kompetensi Konselor Indonesia, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Periode 2005-2009, hal. 2.

55

Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 41.


(44)

35

h. Sifat dan sikap konselor Islam

Sebagai seorang konselor Islam setiap aspek dalam diri konselor menjadi faktor yang menentukan berjalannya proses konseling, oleh karena itu konselor diharapkan bisa menjadi contoh yang baik bagi konseli. Berikut ini diterangkan mengenai sifat dan sikap konselor Islam. Tidak ada ketentuan yang baku mengenai sifat yang harus dimiliki seorang konselor Islam, namun setidaknya seorang konselor Islam harus memiliki sifat sebagai berikut: luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, empati, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif.56

Sedangkan sikap yang harus dimiliki seorang konselor Islam akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Penerimaan

Penerimaan seringkali disandingkan dengan penghargaan positif (positive regard) penerimaan sebagai seorang konselor diartikan sebagai kesediaan konselor untuk memberikan penghargaan pada konseli tanpa menggunakan standar ukuran atau syarat tertentu terhadap individu sebagai manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa konselor diharuskan untuk menerima setiap konseli yang datang kepadanya tanpa memandang keadaan pribadi, psikis, strata sosial, dan fisik konseli, konselor

56

E.A Munro, R.J. Manthei, J.J. Small, Penyuluhan (Counseling), diterjemahkan oleh Erman Amti (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal 29.


(45)

36

juga diharuskan untuk memiliki penerimaan yang apa adanya terhadap individu.

2) Pemahaman

pemahaman (understanding) erat kaitannya dengan empati, dua hal ini merupakan sifat dasar yang digunakan konselor untuk memahami tingkah laku, fikiran, dan perasaan konseli sehingga konselor dapat memberikan bantuan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konseli.

3) Kesejatian dan keterbukaan

Kesejatian (authenticity) pada dasarnya menunjukkan keselarasan (harmoni) yang harus ada didalam pikiran dan perasaan konselor yang tercermin pada perbuatannya. Sedangkan keterbukaan (openess) memiliki arti konselor dapat menerima konseli dengan apa adanya tanpa memandang kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki konseli.57

Adaptasi diperlukan ketika konselor melakukan percakapan untuk pertama kali dengan konseli, adaptasi dilakukan agar konselor dapat memahami perasaan konseli dan merasakan apa yang dirasakan konseli serta memposisikan diri sebagai konseli dengan begitu konselor akan dengan mudah

57

Andi Mapiare A.T, Pengantar Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), hal. 98, 103, 105.


(46)

37

menafsirkan dengan tepat keterangan-keterangan yang diungkapkan oleh konseli.58

i. Keterampilan yang harus dimiliki konselor

Sebagai seorang konselor Islam tentunya terdapat beberapa keterapilan yang harus dimiliki untuk menjadi seorang konselor profesional, keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Keretampilan mikro

Keterampilan mikro meliputi squarely (jujur, face to face) terbuka, jarak antara konselor dengan konseli tidak boleh terlalu jauh dan terlalu dekat (lean), saling melihat (eye contact). Dari beberapa keterampilan tersebut maka konselor diharuskan untuk bersikap jujur, adanya pertemuan dengan konseli, menyesuaikan jarak yang tepat dengan konseli, serta menjaga kontak mata dengan konseli.

2) Keterampilan non verbal

Beberapa keterampilan non verbal yang harus dimiliki oleh konselor yaitu: dapat menangkap ekspresi wajah, mimik, gerakan mata, tubuh, tangan, sehingga dapat memahami dengan jelas masalah yang dihadapi oleh konseli.

3) Keterampilan emosional

Keterampilan emosional konselor akan memudahkan konselor untuk dapat mendengarkan konseli dengan aktif. Hal

58

Koestoer Partowisastro, BimbinganPenyuluhan di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Erlangga, 1982), hal. 28.


(47)

38

ini akan membantu konselor dalam memahami reaksi konseli sehingga dapat memberikan bantuan secara tepat kepada konseli dan juga dapat menghindarkan dari kesalahan dalam memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan oleh konseli.59

4) Keterampilan memberikan tanggapan

keterampilan ini membuktikan bahwa konselor benar-benar memberikan perhatian kepada konseli dan selalu berusaha untuk memahami apa yang dialami oleh konseli. Keterampilan memberikan tanggapan sangatlah efektif bila digunakan dalam proses konseling karena konseli akan merasa diperhatikan oleh konselor, namun disarankan bagi konselor pemula agar tidak memberikan tanggapan secara berlebihan.60

5) Keterampilan mengembangkan keakraban

Keterampilan mengembangkan keakraban merupakan salah satu keterampilan yang dapat menumbuhkan keharmonisan hubungan antara konselor dan konseli. Dengan terciptanya harmoni akan menumbuhkan trust konseli kepada konselor sehingga mempermudah berjalannya proses konseling.

59Elfi Mu’

awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar

(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal.143-144.

60

E.A Munro, R.J. Manthei, J.J. Small, Penyuluhan (Counseling), diterjemahkan oleh Erman Amti (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 58-59.


(48)

39

kata mengembangkan memiliki arti menciptakan, memantapkan, dan melanggengkan keakraban selama proses konseling.61

6) Keterampilan mendengarkan

Keterampilan mendengarkan yang dapat mendukung proses konseling yaitu mendengarkan dengan aktif (active

listening) mendengarkan dengan aktif berarti mendengarkan apa

yang diungkapkan oleh konseli kemudian meresponnya, dengan adanya respon dari konselor maka konseli akan merasa dihargai dan diperhatikan. Mendengarkan dengan aktif akan memudahkan konselor untuk mengenali dan memahami pribadi, sikap, perasaan, dan dunia konseli.62

Keterampilan mendengarkan dengan aktif terdiri dari tiga komponen yaitu:

(a) Attending

Attending merupakan suatu sikap dalam memberikan perhatian kepada konseli, keretampilan ini sangat mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan norma yang berlaku serta memerhatikan kontak mata dan jarak antara konselor dengan konseli. Attending memiliki beberapa komponen yaitu: Pertama, kontak melalui mata, memandang mata seseorang adalah suatu cara untuk

61

Andi Mapiare A.T, Pengantar Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), hal. 114.

62

Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 87.


(49)

40

menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, karena kontak mata merupakan salah satu media untuk berkomunikasi secara non verbal. Namun tidak disarankan untuk melakukan kontak mata secara terus-menerus, kontak mata cukup dilakukan bila diperlukan. Kedua, posisi tubuh konselor menentukan suasana yang terjadi saat proses konseling, kondisi tubuh konselor yang terlihat rileks akan menimbulkan kenyamanan pada konseli, posisi yang disarankan untuk konselor yaitu dengan mencondongkan badan kedepan secara rileks. Ketiga, gestur atau gerak tubuh konselor, dengan gerak tubuh tertentu konselor dapat mengkomunikasikan maksud yang ingin disampaikan pada konseli, contohnya dengan menganggukkan kepala berarti konselor memahami apa yang disampaikan oleh konseli. (b) Parafrase

Parafrase merupakan keterampilan mengungkapkan kembali pesan yang disampaikan oleh konseli dengan kalimat yang berbeda dan lebih pendek. Parafrase bertujuan untuk menyatakan pada konseli bahwa konselor mencoba untuk memahami apa yang disampaikan oleh konseli. Parafrase merupakan bentuk perhatian konselor kepada konseli dengan mengungkapkan kembali apa yang


(50)

41

disampaikan konseli melalui kalimat yang lebih singkat, tepat serta menambahkan hal-hal baru.

(c) Konfrontasi

Merupakan suatu usaha untuk mengenal konseli secara lebih mendalam, berusaha untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada konseli. Konfrontasi dapat berupa pengungkapan, tantangan, dan ancaman. Setelah melakukan konfrontasi ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu konseli akan enggan untuk terbuka kepada konselor dan sebaliknya konseli akan menjadi terbuka pada konselor.63 j. Konseli sebagai sasaran bimbingan dan konseling Islam

1) Jenis-jenis konseli (a) Konseli sukarela

Konseli sukarela adalah konseli yang datang kepada konselor atas kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain yang bertujuan untuk mencari informasi, pemecahan atas masalahnya, dan meminta bantuan konselor untuk mengatasi masalahnya.

(b) Konseli terpaksa

Jika konseli sukarela datang kepada konselor atas kemauannya sendiri maka konseli terpaksa datang kepada

63

Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 92-98.


(51)

42

konselor karena dorongan atau kemauan orang lain seperti keluarga, teman atau guru.

(c) Konseli yang enggan

Konseli yang enggan mendatangi konselor bukan dengan tujuan untuk meminta bantuan atau menyelesikan masalahnya melainkan untuk sekedar berbincang-bincang dengan konselor.

(d) Konseli yang menentang

Konseli yang menentang cenderung tidak menerima pandangan dan saran yang disampaikan oleh konselor, konseli jenis ini cenderung menentang konselor.

(e) Konseli krisis

Konseli krisis merupakan konseli yang memiliki masalah yang harus ditangani dengan cepat seperti konseli yang terkena bencana alam seperti banjir, longsor, dan lain-lain dan konseli yang mengalami musibah kehilangan keluarganya karena kematian.64

2) Kepribadian konseli

Kepribadian merupakan keseluruhan aspek yang ada didalam diri seseorang yang tidak dapat dipisah-pisah.65 Untuk memudahkan konselor dalam menentukan bantuan yang akan diberikan serta memahami konseli secara mendalam maka

64

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 48.

65


(52)

43

konselor perlu untuk mengetahui jenis-jenis kepribadian konseli. Ada beberapa macam tipe kepribadian yang dimiliki oleh konseli yaitu sebagai berikut:

(a) Choleris

Tipe choleris identik dengan sifat yang cenderung mengedepankan emosi, mudah marah, dan mudah tersinggung.

(b) Melancholis

Tipe kepribadian ini cenderung terutup, rendah diri, mudah putus asa, dan mudah bersedih.

(c) Plegmatis

Orang yang memiliki tipe kepribadian ini cenderung lamban, pasif, apatis, dan pemalas.

(d) Sanguinis

Orang yang memiliki tipe kepribadian ini adalah orang yang periang, aktif, cekatan, dan supel.66

B. Interpersonal Skill

1. Pengertian Interpersonal Skill

Interpersonal skill memiliki makna yang sama dengan kecerdasan

interpersonal, dua istilah yang memiliki makna yang sama ini memiliki pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit

66


(53)

44

interpersonal skill memiliki makna “kecerdasan humanisasi yang tidak

hanya diberlakukan untuk diri sendiri namun juga kepada orang lain. Sedangkan secara luas terdapat beberapa definisi dari

interpersonal skill. yaitu, interpersonal skill merupakan kemampuan

seseorang untuk berperilaku selaras sehingga tidak berperilaku kasar, keras, dan menyakiti orang lain. Kemudian definisi yang lain menyebutkan interpersonal skill sebagai kemampuan untuk mengolah afeksi sehingga mampu memahami perasaan, suasana hati, dan keinginan orang lain. Lebih lanjut lagi, interpersonal skill didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengolah diri secara positif sehingga mampu berkomunikasi secara positif dengan orang lain sehingga terbentuklah hubungan yang harmonis dengan orang lain.67 Selain itu interpersonal

skill diartikan sebagai keseluruhan dari kemampuan seseorang untuk

berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan yang penuh perhatian dan produktif.

Interpersonal skill juga diartikan sebagai kemampuan yang harus

dimiliki individu dalam melakukan interaksi dengan individu lain atau sekelompok individu.68

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

interpersonal skill merupakan keahlian yang harus dimiliki seseorang

67

Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 2.

68

D.W. Johson, Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization, (Pennsylvania: Englewood Cliffs, 2014), hal. 54.


(54)

45

dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok agar dapat berkomunikasi secara efektif.

2. Ciri-ciri interpersonal skill

Muhammad Ali menyebutkan ada beberapa ciri-ciri interpersonal

skill yaitu sebagai berikut:

a. Sadar akan perbedaan lintas budaya dan peka terhadap tradisi budaya b. Senang bergaul dengan orang-orang: memperlihatkan antusiame,

kehangatan, hubungan baik dan humor yang tepat. c. Menghargai pendapat dan kemampuan orang lain d. Bisa bekerja sama dengan baik dengan orang lain

e. Mencari kesempatan untuk berbagi pendapat, dan gagasan dengan teman sejawatnya.69

3. Dimensi interpersonal skill a. Kepekaan Sosial

Kepekaan terhadap orang lain dapat dilihat dari sikap empati seseorang yang tinggi, orang yang memiliki empati yang tinggi akan menunjukkan kepedulian terhadap orang lain, tidak mementingkan diri sendiri dan tidak egois. Menurut Kartini Kartono sikap kepedulian diartikan sebagai perasaan terbuka terhadap orang lain, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain suka ataupun dukanya. Menurut Kartini Kartono perasaan memiliki pengaruh yang besar

69

Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I. (Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), hal. 108


(55)

46

terhadap pembentukan watak dan kemauan seseorang serta pembentukan pribadinya.

b. Keterampilan komunikasi sosial

Keterampilan komunikasi sosial menuntut seseorang untuk berkomunikasi secara jujur dan lugas serta tidak bermaksud untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Mafri Amir menyatakan bahwa seseorang yang memiliki interpersonal skill harus memiliki kejujuran dalam komunikasi, kepatutan dalam komunikasi, dan kesederhanaan dalam komunikasi.

c. Pemahaman sosial

Dalam melakukan hubungan interpersonal memahami orang lain bukanlah hal yang mudah, dikarenakan esensi dalam pemahaman ini adalah seseorang berupaya untuk mengenal secara mendalam bahkan masuk kedalam perspektif lawan bicaranya. d. Pola komunikasi

Orang yang memiliki keterampilan komunikasi akan mampu mengarahkan orang-orang yang berada didekatnya, karena seseorang yang memiliki keterampilan ini mempunyai pola komunikasi yang membuat orang lain merasa nyaman dan mendamaikan jiwa dan rasa.70

Keterampilan ini juga ditentutakan oleh efektif atau tidaknya sebuah komunikasi, komunikasi interpersonal dikatakan efektif bila

70

Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 4-5.


(56)

47

komunikasi antar pribadi menghasilkan perubahan pandangan, perasaan, dan perilaku.71

e. Pendekatan Interpersonal

Keterampilan ini memandang orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang yang mampu menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Menurut pemahaman ini orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang yang mampu menjalin relasi dengan orang lain dan tidak menarik diri dari orang lain.72

4. Interpersonal skilldalam kepribadian Qur’aniyyah

a. I’tiqadiyyah

I’tiqadiyyah merupakan nilai-nilai keimanan yang berhubungan dengan ayat-ayat interpersonal. Banyak ayat yang menyatakan bahwa tidaklah dikatakan beriman apabila seorang muslim tidak akur atau memusuhi muslim yang lain. ayat-ayat ini jelas mengandung unsur interpersonal skill dimana Allah memerintahkan agar tetap menjaga hubungan dengan sesama muslim dan tidak saling memusuhi.

b. Khuluqiyah

Khuluqiyah mengandung nilai-nilai etika dan norma yang

bertujuan untuk menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada didalam diri manusia sehingga dapat melihat kebenaran dan berjalan pada

pijakan yang syar’i. Ayat-ayat tentang kecerdasan interpersonal

71

Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 127.

72


(1)

85

konseling yang sudah di pelajari sebelumnya. Setelah mengikuti pelatihan Wildan tampak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika proses konseling, terlihat pada saat melakukan praktek konseling Wildan melakukan attending, respon minimal serta parafrase yang merupakan bagian dari keterampilan komunikasi konseling.

Rizki Yonanda Putri sebelum mengikuti pelatihan masih belum bisa menunjukkan empati dan perhatian kepada orang lain khususnya kepada konseli ketika melakukan proses konseling. Setelah mengikuti pelatihan Rizki mulai dapat menunjukkan empatinya terlihat pada saat melakukan proses konseling Rizki berusaha untuk menunjukkan empati kepada konseli.

Sedangkan Ummu Hanik sebelum mengikuti pelatihan juga terlihat kurang memahami tentang keterampilan komunikasi konseling, setelah mengikuti pelatihan Ummu terlihat mempraktekkan beberapa keterampilan komunikasi konseling pada saat praktek konseling. Berdasarkan perubahan yang ditunjukkan oleh peserta maka dapat disimpulkan bahwa peserta memahami setiap materi yang disampaikan dalam pelatihan.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian tentang pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill telah melalui beberapa tahapan sehingga dapat terselesaikan. Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat disajikan dalam penelitian ini:

1. Pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk

mengembangkan interpersonal skill dilaksanakan dengan memberikan materi tentang komunikasi bimbingan dan konseling Islam, diskusi, dan praktek konseling. Materi yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah: 1) konselor Islam sebagai pembimbing; 2) memahami konseli; 3) keterampilan konselor Islam; 4) memahami bahasa tubuh konseli. Proses penelitian pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam untuk mengembangkan interpersonal skill terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu: 1) perencanaan pelatihan; 2) pengembangan; 3) ujicoba pelatihan. Pelaksanaan pelatihan berjalan dengan lancar dan sesuai rencana, peserta aktif mendengarkan dan menanggapi apa yang disampaikan oleh pemateri, peserta juga kooperatif ketika diminta untuk mengisi pretest dan posttest yang ada di dalam buku panduan pelatihan.

2. Setelah pelatihan komunikasi bimbingan dan konseling Islam dilakukan, terdapat beberapa perubahan Interpersonal skill yang tampak pada peserta. Perubahan dapat dilihat dari segi kognitif dan afektif peserta


(3)

87

pelatihan. Dari segi kognitif peserta memahami materi yang disampaikan dalam pelatihan hal ini dapat dilihat dari hasil posttest peserta, sedangkan dari segi afektif juga terlihat perubahan pada peserta yakni peserta lebih

mendengarkan lawan bicaranya ketika berkomunikasi, peserta

memahami bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh lawan bicaranya dan lain-lain. Dari segi emosional juga terlihat peserta lebih sabar dalam menghadapi orang lain, menunjukkan empati dan bersikap ramah. Berdasarkan perubahan yang tampak dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada interpersonal skill peserta.

B. Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan produk pelatihan yang lebih sistematis dan dapat mengatur waktu pelatihan dengan baik serta dapat membuat pelatihan berjalan lebih menarik. 2. Kepada para mahasiswa bimbingan dan konseling Islam diharapkan

dapat mengimplementasikan ilmu keterampilan komunikasi konseling Islam tidak hanya pada saat melakukan proses konseling tetapi juga pada kehidupan sehari-hari.

3. Kepada para dosen yang mengampu mata kuliah keterampilan

komunikasi konseling diharapkan memastikan mahasiswa benar-benar memahami keterampilan komunikasi konseling agar mahasiswa tidak merasa kebingungan menghadapi konseli dalam proses konseling.


(4)

88

DAFTAR PUSTAKA

Abkin, Standar Kompetensi Konselor Indonesia, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Periode 2005-2009.

Ahyadi, Abdul Aziz,Psikologi Agama,Bandung: CV, Sinar Baru, 1988.

Ali,Mohammad,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I,Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2007.

Ali,Muhammad,Makna Komunikasi Konselingdalam Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol, 13 No, 1,Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2015.

Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas,Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Arifin, Isep Zainal,Bimbingan Penyuluhan Islam,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Astutik, Sri,Pengantar Bimbingan dan Konseling,Surabaya: UINSA Press, 2014. Aswadi,Bahan Ajar Mata Kuliah Tafsir Tematik Bimbingan dan Konseling

Qur’ani,Surabaya: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, 2014. Aw, Suranto,Komunikasi Sosial Budaya,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Bungin, Burhan,Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007.

Creswell,John W,Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan Mixed,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

E,A Munro, R,J, Manthei, J,J, Small,Penyuluhan (Counseling), diterjemahkan oleh Erman Amti,Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,Bimbingan dan Konseling Islamdi Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Faqih, Aunur Rahim,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,Yogyakarta:UII Press, 2001.

Gunara,Thoriq,Komunikasi Rasulullah,Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009.

Harjana,M, Agus Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal,

Yogyakarta:Kanisius, 2013.

Hidayanti, Ema,Komunikasi dalam Konseling,Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol, 2 No, 2,Semarang: IAIN Wal,isongo, 2011. Hikmawati, Fenti,Bimbingan Konseling,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.


(5)

89

Johson, D,W,Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and

Self-Actualization,Pennsylvania: Englewood Cliffs, 1972.

Lubis, Namora Lumongga,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Mapiare A,T , Andi,Pengantar Konseling dan Psikoterapi,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992.

Mulyana, Deddy,Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: Remaja

Rosdakarya,2004.

Nisa’,Risalatun,Interpersonal skill Guru BK Dalam Menangani Kasus Perilaku Sosial,Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014.

Nurdin, Ali Dkk,Pengantar Ilmu Komunikasi,Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013.

Partowisastro, Koestoer,BimbinganPenyuluhan di Sekolah-Sekolah,Jakarta: Erlangga, 1982.

Pieter,Heri Zan,Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik

Kebidanan,Jakarta: Kencana, 2012.

Prayitno,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Priyanto, Agus,Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk

Perawat dan Bidan,Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Rahmatullah, Azam Syukur,Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam

Cendekia Jurnal Pendidikan Islam Vol, 11 No,1,Ponorogo: STAIN

Ponorogo, 2013.

Rakhmat,Jalaludin,Psikologi Komunikasi,Bandung: Remadja Karya, 1985.

Rofiq, Arif Ainur,Keterampilan Komunikasi Konseling,Surabaya: Perpustakaan Nasional katalog dalam terbitan (KDT), 2012.

Safrodin,Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada

Narapidana,Semarang: IAIN Walisongo, 2010.

Salahudin, Anas,Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Sugiyono,Metode Penelitian dan Pengembangan, Research and Development untuk Bidang Pendidikan, Managemen, Sosial, dan Teknik,Bandung: Alfabeta, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,Bandung: Alfabeta, 2010.

Syam, Nina W,Psikologi Sebagai Akar Komunikasi,Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2011.


(6)

90

Taher,Thahroni,Psikologi Pembelajaran Pendidikan AgamaIslam,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Thohir, Mohamad,Pemahaman Individu,Surabaya: UINSA Press, 2014.

Thohir, Mohamad,Pengembangan Program Internalisasi Nilai-Nilai Konseling Islam Di Sekolah Untuk Mengatasi Perilaku Bullying,Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2015.

Widjaja, A,W,Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Yusuf L,N, Syamsu,Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Bandung: Rizqi Press, 2009.