UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

(1)

!

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh: " # $% % & ' !(


(2)

1 *

! Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

"# +, + - . / - $, 01+, , . " .01 $ 1 , 0 1+ % 1 *2 3 " .4 5 P ada saat ini obat"obat sintetik antifungi telah berkembang luas seiring dengan tingginya kasus kandidiasis. Namun, obat"obat tersebut masih banyak mempunyai kelemahan seperti adanya efek samping, resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan mahal. Daun sirih merah sebagai salah satu

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan minyak atsiri diduga mempunyai daya antifungi.

6 .5 Untuk mengetahui daya antifungi ekstrak etanol daun sirih merah

terhadap ATCC 10231 secara .

2 %/02 5 P enelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan

metode . Subyek penelitian adalah ekstrak

etanol daun sirih merah. E kstrak dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, 80% v/v, dan 100% v/v diuji daya antifungi terhadap

ATCC 10231 menggunakan metode sumuran. P ada Sabouraud Dekstrosa Agar dibuat sumuran yang berisi ekstrak dengan berbagai konsentrasi, akuades steril sebagai kontrol negatif, dan ketokonazol sebagai kontrol positif yang telah diolesi biakan jamur yang telah distandarisasi dengan 5.0 Mc Farland. Diinkubasi pada suhu kamar selama 1"2 hari kemudian diukur diameter zona hambat yang terbentuk. Data penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji non

parametrik .

$ 35 E kstrak etanol daun sirih merah mempunyai daya antifungi terhadap pada konsentrasi 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, 80% v/v, dan 100% v/v masing"masing dengan diameter zona hambat sebesar 8,7 mm, 10,7 mm, 13,3 mm, 12,3 mm, dan 9,3 mm. Konsentrasi ekstrak 40% v/v merupakan konsentrasi paling efektif dan mempunyai daya antifungi yang hampir sama dengan ketokonazol.

2$ -7 3 .5 E kstrak etanol daun sirih merah mempunyai daya antifungi

terhadap secara .

% .8 : Ekstrak etanol " Daun sirih merah ( Ruiz & Pav) " Antifungi "


(3)

2

! ! " !# !$

! ! ! % & ' ()

*+,-*

!

( &. / 01 20 1 01 $ 231 . 1 0

.4 5 "

# $ % %

& # '

& #

6 ( 5 ( &

"( )*+,) #

2 7 5 ( & %

# - % & # (

& % + ./ 0 . / 0 )* / 0 +*/ 0 1*/ 0 2*/

0 )**/ 0 % %

"( )*+,) % # " 3 & " %

& % %

4

% 4 % .#* # 5

)6+ 4 # (

% 4 #

5 7 &

)*/ 0 +*/ 0 1*/ 0 2*/ 0 )**/ 0 % 2 8 )* 8 ), , )+ , 9 ,

4 # 7& 1*/ 0

4 #

57 & #

3 / 8 5 7 & 6 ' : ' 4 ; < 6


(4)

3 +

Infeksi jamur yang sering disebut mikosis semakin dikenal sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap di rumah sakit, terutama pasien imunokompromis. Infeksi jamur digolongkan menjadi infeksi jamur endemik dan infeksi jamur oportunistik. Kandidiasis merupakan mikosis dengan insidensi tertinggi pada infeksi oportunistik (Nasronudin, 2006).

Kandidiasis (kandidosis, moniliasis, ) adalah penyakit jamur akut atau subakut yang disebabkan oleh (Brown & Burns, 2005; Siregar, 2005). P enelitian"penelitian menunjukkan bahwa sedikitnya 60% isolat yang diambil dari sumber infeksi adalah (Rosalina & Sianipar, 2006). Obat"obat sintetik antifungi sebagai agen pengobatan infeksi jamur pada waktu ini telah dikembangkan secara luas, baik di negara maju maupun negara berkembang seiring semakin tingginya kasus kandidiasis. Namun, penggunaan obat"obat antifungi yang terbuat dari bahan kimia seperti amfoterisin, nistatin, ketokonazol, dan griseofulvin sering menimbulkan banyak masalah seperti adanya efek samping yang serius, resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan perlunya pengawasan dokter, selain harganya mahal. Berkaitan dengan masalah di atas, perlu dicari agen lain yang mempunyai daya antifungi lebih efektif dan murah (Gholib, 2009; Rintiswati dkk, 2004).

Salah satu alternatif cara untuk menemukan agen antifungi adalah dengan menggunakan obat tradisional. Saat ini masyarakat dunia termasuk Indonesia mulai mengutamakan penggunaan (Juliantina dkk, 2009; R intiswati dkk, 2004). Beberapa penelitian mengenai antifungi alami yang efektif untuk melawan infeksi jamur telah dilakukan. Salah satu tanaman yang telah diteliti adalah sirih hijau ( Linn). Daun sirih hijau telah dibuktikan mempunyai daya antibakteri (Fadhilah, 1993; Taringan, 1994; Zakiyah, 1995; Sari & Dew i, 2006) dan daya antifungi (Sutardi, 1994; Wulandari & Maretnianin, 2008). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa daun sirih hijau mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betelfenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol. Minyak atsiri dan ekstraknya dapat melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif. Daun sirih hijau tidak mengandung alkaloid sedangkan daun sirih merah mengandung alkaloid (S udewo, 2010).

Daun sirih merah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai daya antifungi (Ebadi, 2002).

Namun, mengenai pemanfaatan sirih merah masih

sedikit. Hal ini disebabkan sirih merah belum lama dikenal masyarakat luas sehingga informasi ilmiah mengenai tanaman ini terbatas, demikian juga dengan jurnal ilmiah di dalam negeri maupun luar negeri (Juliantina dkk, 2009). Dari permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui potensi daun sirih merah ( Ruiz & P av) dalam


(5)

4 +

+ 2$ . 2 .2 3 % .

Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik (

& ) dengan pendekatan (Notoatmodjo, 2010)#

*+ 2 -7 % 0 . 9 "% 2 .2 3 % .

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biomedik II S ub Lab Mikrobiologi FK UMS pada bulan A gustus"September 2011.

+ :62" 2.23 % .

Subjek dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih merah dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, 80% v/v, dan 100% v/v.

+ $% - $ *2$ 1 -72 3

Rumus estimasi besar sampel menurut Federer (Andries, 2009): (t " 1) (n " 1) ≥ 15

n ≥ 3 kali replikasi + ) 1 :2 3 2.2 3 % .

1. Variabel bebas: konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah dengan skala variabel rasio.

2. Variabel terikat: zona hambat pertumbuhan dengan skala variabel rasio.

3. Variabel luar:

a. Variabel luar terkendali 1) Suhu inkubasi 2) Lama inkubasi 3) Media pembiakan 4) Jumlah koloni 5) Pengekstraksian

6) Volume pengenceran ekstrak 7) Sterilitas alat dan bahan

8) Ketelitian pengukuran dan pengamatan b. Variabel luar tidak terkendali

1) Kecepatan pertumbuhan 2) Umur tanaman

+ 2 ; . $ 72 1 $ /. 3

1. Ekstrak etanol daun sirih merah: ekstrak dari daun sirih merah yang diperoleh melalui metode maserasi dengan menggunakan larutan penyari ( ) etanol 70%.

2. Zona hambat pertumbuhan : daya antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap yang dilihat dari


(6)

5

zona bening atau zona hambat pada masing"masing media Sabouraud Dekstrosa Agar.

+ 3 % 0 . * < . 2.2 3 % . 1. Alat

a. Alat ekstraksi: 1) blender 2) alat maserasi 3) alat timbang b. Alat uji daya antifungi:

1) ose kolong 2) pipet ukur 3) pipet mikrometer 4) tabung reaksi 5) cawan petri

6) alat pembuat sumuran ( ) 7) autoklaf

8) inkubator 9) penggaris 2. Bahan

a. Bahan utama: daun sirih merah b. Bahan penyari: etanol 70% c. Bahan uji daya antifungi:

1) media Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA)

2) BHI ( $ 5 ) cair

3) NaCl

4) standar 5.0 M c Farland 5) akuades steril

6) akuabides 7) ketokonazol

d. Biakan jamur: ATCC 10231

+ 1 2 16

1. Stem ATCC 10231 ambil 1"2 ose oleskan pada permukaan SDA inkubasi pada suhu kamar selama 1"2 hari.

2. Ambil 1"2 koloni jamur suspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair inkubasi pada suhu 37 oC selama 5 jam.

3. Suspensi jamur ditambah dengan NaCl sampai kekeruhan tertentu sesuai dengan standar 5.0 Mc Farland (108 CFU/ml).

4. Celupkan kapas lidi steril ke dalam suspensi jamur tekan"tekan pada dinding tabung sampai kapas tidak terlalu basah oleskan pada permukaan SDA.

5. Buat sumuran diameter 6 mm beri larutan sebanyak 0,05 ml sesuai kelompok perlakuan (ekstrak etanol daun sirih merah, akuades steril, serta ketokonazol).


(7)

6

6. Inkubasi pada suhu kamar selama 1"2 hari ukur diameter zona hambat.

+ . 3 $ $ %

Data penelitian ini diuji kemaknaannya dengan menggunakan uji non parametrik kemudian dilanjutkan dengan uji

. Data diolah dengan SP SS 16.0 % (Sugiyono, 2005).

+ *

+ $ 3 2 .2 3 % .

Replikasi

Diameter Zona Hambat Kontrol (")

Akuades Steril

Kontrol (+) Ketokonazol

Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah 2,5% v/v 5% v/v 10% v/v 20% v/v 40% v/v 80% v/v 100% v/v

1 6 14 6 6 8 10 12 11 8

2 6 14 6 6 8 10 14 13 10

3 6 15 6 6 10 12 14 13 10

Rata"rata 6 14,3 6 6 8,7 10,7 13,3 12,3 9,3

Tabel 1. Has il Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Sirih

Merah terhadap pertumbuhan ATCC 10231 dengan

Metode Sumuran (mm)

*+ $ 3 . 3 $ $ %

1. Uji norma litas da ta

Hasil analisis hitung = 0,869 nila i p (s ig. ) = 0,003. N ila i p < 0,05 disimpulkan distribus i data tida k norma l.

2. Uji homogenitas data

Hasil analisis = hitung = 6,476 nila i p (s ig. ) = 0,001. N ila i p < 0,05 dis impulka n data tida k homoge n.

3. Uji non parametr ik

Nilai p (asymp. s ig.) = 0,002. N ilai p < 0,05 dis impulka n te r da pat per be daan daya antif ungi berma kna antara kesembila n ke lompok per lakua n.

4. Uji non parametrik

a. Pada uji pe mbanding kontrol ( ") de nga n konsentrasi ekstrak 2,5% v/v dan 5% v/v didapatkan nila i p (asymp. sig.) = 1,000. N ilai p > 0,05 dis im pulkan kedua konsentrasi e kstra k terse but tida k mem punyai da ya a ntif ungi berm akna.

b. Pada uji pe mbanding kontrol ( ") de ngan konsentrasi ekstrak 10% v/v hingga 100% v/v didapatkan nila i p (asymp. s ig.) = 0,034. N ila i p < 0,05 dis impulka n kelima konsentra si e kstra k terse but mem punyai da ya a ntif ungi berm akna.

c. Pada uji pe mbanding kontrol (+) de ngan konsentrasi ekstrak 10% v/v, 20% v/v, 80% v/v, da n 100% v/v dida patkan nilai p (asymp. sig.) = 0,043. N ilai p < 0,05 maka ter da pa t per be daan daya


(8)

7

antif ungi berma kna dibandingka n kontr ol (+) dis im pulkan daya antif ungi pa da konsentrasi ekstrak terse but kurang e fe ktif.

d. Pada uji pe mbanding kontrol (+) de ngan konsentrasi ekstrak 40% v/v didapatkan nila i p (as ymp. sig.) = 0,197. Nilai p > 0,05 maka tidak ter da pat per be daa n da ya a ntifungi ber makna disimpulka n da ya a ntif ungi pa da kons entra si ekstrak 40% v/v cukup e fe ktif. + 2 -: < $ .

Pene litian ini menguji da ya a ntifungi e kstra k eta nol da un s irih

mera h terha da p ja mur ATC C 10231 se cara

de ngan me lihat ter be ntuk a tau tida k ter be ntuknya zona ha mbat. Se tia p ke lompok per lakua n diuji se ba nyak tiga ka li replikas i a ga r me nghasilka n da ta ya ng bukan kare na fa ktor pe lua ng (M urti, 2006).

Tabe l 1 me nunjukka n dia mete r zona ha mbat pertum buha n jamur ATCC 10231 da lam ber ba ga i konse ntras i e kstra k da n diuji denga n metode s umuran. Me tode ini umum digunakan dala m uji da ya a ntif ungi ka re na efektif untuk me nghambat pe rtumbuha n jam ur yang berukura n besar da n zat a ktif dapat be rdifusi la ngsung ta npa penghalang kertas ca kram (seper ti pa da metode K ir by Ba uer). Denga n metode ini da pa t diketa hui luas zona hamba t. Sema kin besar zona hambat se ma kin ba ik da ya a ntif unginya (Jawetz , 2007).

Diameter zona hambat pa da kontrol negatif (akua de s ster il) tida k terbe ntuk. Ha l ini me nunjukka n bahwa da ya antif ungi tidak dipe ngar uhi oleh pelarut sehingga daya antif ungi ya ng dianalisis mer upakan pote ns i ya ng dim iliki ekstrak e tanol daun s ir ih me ra h. Pada e ks tra k didapatka n rata" rata diameter zona hambat yaitu 6 mm ( 2,5% v/v) , 6 m m ( 5% v/v) , 8,7 mm ( 10% v/v) , 10,7 mm ( 20% v/v) , 13,3 mm ( 40% v/v) , 12,3 mm (80% v/v), da n 9,3 mm ( 100% v/v). Se da ngka n rata "rata diame ter zona ha mbat pada ketokona zol paling tinggi ya itu se be sar 14,3 mm.

Pada konse ntras i ekstr ak 2,5% v/v da n 5% v/v me nunjukka n diameter 6 mm pada setiap r eplikasi ya itu sama de ngan diameter s umura n ya ng berarti tida k mempunya i daya antif ungi mungkin karena konse ntr as i terla lu kec il se hingga be lum dapa t menga kibatka n pe r ubahan s is tem fis iologis se l jam ur uji dan jamur tersebut mas ih da pat tumbuh pada me dia (Gholib, 2009; N over iza & K hurohmah, 2010).

Pada konse ntras i ekstrak 10% v/v mulai da pat mengham bat

pertumbuha n jamur . Diameter zona ham ba t se ma kin

meningka t pa da konsentrasi e ks tra k 10% v/v, 20% v/v, dan 40% v/v de ngan ra ta"rata diameter zona ha mbat te rtinggi pa da konse ntras i e ks tra k 40% v/v. Semakin tinggi kons entra si ekstrak semakin luas zona ham bat berarti semakin tinggi efektivitas untuk membunuh da n mengham bat pertumbuha n jam ur (S ulistyawati & M ulyati, 2009).

Namun, diam eter zona ha mbat mengalam i penur una n pada konsentrasi ekstrak 80% v/v dan 100% v/v m ungkin dise ba bkan daya difus i e ks tra k ke da la m me dia yang ber kura ng. Semakin tinggi konse ntr as i


(9)

8

ekstrak s emakin renda h ke lar uta nnya ( me ngental se pe rti ge l) (Handa jani & Purwoko, 2008).

Daya a ntifungi e ks tra k eta nol daun s ir ih me ra h denga n konse ntr as i 40% v/v be rmakna signifikan jika diba ndingka n de ngan ke tokona zol yang diguna ka n sebagai kontrol pos itif. Pada konse ntr as i e ks tra k ini ham pir menca pa i rata"rata diame ter zona hamba t pada ketokona zol sehingga disimpulkan bahwa konse ntras i ekstrak 40% v/v c ukup efe ktif da lam

mengham ba t per tumbuhan .

Jamur menyera ng ma nus ia me lalui pr oduksi mikotoksin da n mikosis. M ikosis diawa li denga n ter hir upnya s pora jamur. Ketika tumbuh pa da ja ringa n hidup, biasa nya jamur ber bentuk s el tungga l ( kham ir). J ika jamur hidup maka a ka n me mpr oduks i mikotoksin (Ba ker, 2006).

mempunyai mem bran lipid dan protein. L ipid mem be ntuk sawar ya ng da pat me nc egah pergera ka n be ba s a ir da n ba ha n ya ng lar ut air dari s uatu r ua ng sel ke r uang la in. M embran lipid ga nda impermea be l ter hadap bahan" ba ha n ya ng lar ut air sepe rti ion, glukosa, da n urea. E rgos ter ol me rupa ka n lapisa n s ter ol ja mur ya ng berf ungsi mem ba ntu menentukan per meabilitas la pisa n ganda serta me ngatur se ba gia n besar sifat ca ir da n me mbra n ( Guyton & Hall, 2002).

Ketokona zol merupakan a ntifungi bers pe ktrum lua s ya ng be refe k fungistatik da n f ungisidal. A ntifungi golonga n azol be ke r ja dengan cara mengham ba t biosintesis lipid jamur. K etokonazol berinteraksi de ngan C" 14 α "demetilase (e nzim P "450 s itokrom) untuk menghambat deme tilase la noste rol me njadi er gosterol. Penghamba t ini me ngga nggu f ungs i mem bran se l da n me ningkatka n per meabilitas sel jamur (Katzung, 2001;

Mycek , 2001).

Daun sir ih mer a h menga ndung senyawa kimia seperti alkaloid, senyaw a polifenolat, fla vonoid, tanin, da n minyak atsir i. Daya a ntifungi da un ini mungkin disebabka n ole h a da nya alkaloid, fla vonoid, ta nin, da n minyak a tsir i (Sudew o, 2010). A lkaloid a da lah zat a ktif dar i tanaman yang berf ungs i sebagai obat dan a ktivator kuat ba gi se l imun yang da pat menghancur ka n ba kteri, virus, jamur, da n s el ka nker (O livia dkk, 2004). Secara biolog i alkaloid me nyebabka n ker usakan membra n se l jam ur. Alka loid a ka n berikata n kuat de nga n er goster ol mem be ntuk lubang sehingga membr an sel boc or da n ke hilanga n be bera pa bahan intra se l sepe rti e lektr olit ( ter utama kalium) dan molekul"mole kul kec il. H al ini menga kibatka n ker us akan yang tetap pa da sel da n kematian s e l jamur (M yce k , 2001; Setiabudy & Ba hry, 2007).

Senyawa fla vonoid dan minyak a tsir i dilapor kan ber peran se ba ga i antif ungi (W ir yow ida gdo, 2008). Flavonoid dila porkan ber peran se ba ga i antivir us , a ntiba kter i, antif ungi, a ntiradang, dan a ntialergi. Flavonoid mem punyai se nyawa ge nestein berf ungs i me nghambat pem be lahan ata u pr oliferas i sel ja mur. Senyawa ini me ngika t pr ote in mikr otubulus da lam se l da n me ngga nggu f ungs i mitos is ge lendong sehingga me nimbulka n pe ngha mbatan pertumbuhan jam ur. Fla vonoid menunjukkan toks is itas


(10)

9

rendah pa da mama lia se hingga be berapa f la vonoid digunakan se ba ga i obat ba gi manus ia (R oller, 2003; S iswa ndono & Soekardjo, 2000).

Tanin ber sifat menciutkan da n mengenda pkan protein dar i la ruta n de ngan membentuk senyawa ya ng tida k lar ut. Tanin juga berpe ra n da lam siste m per tahanan tubuh dan me mpunya i aktivitas antioks ida n se rta antiseptik (Sirait, 2007; Sulistyawati & M ulyati, 2009).

Pengar uh se nyawa fe nol a da lah mende naturas i ikatan pr otein pada mem bran se l s ehingga membra n sel lis is da n mungkin fe nol me nembus ke da lam inti sel. Mas uknya fenol ke da lam inti sel inilah yang me nyebabka n jamur tidak be rkemba ng (S ulistyawa ti & M ulyati, 2009).

Dari has il penelitia n la in, e ks tra k eta nol daun sirih hija u ( L inn) ya ng te rma s uk dalam satu familia ( ) telah ter bukti

mem punyai da ya a ntifungi ter ha da p . Daun ini

menga ndung minya k ats ir i teta pi tidak menga ndung alkaloid. Kandunga n fenol tota l daun ini le bih tinggi da ripada da un sirih mera h (J ulia ntina dkk, 2009; Sudew o, 2010).

Pada penelitia n ini ter bukti bahwa e ks tra k e ta nol daun s ir ih mera h mula i dari konsentrasi 10% hingga 100% mempunyai da ya a ntifungi

terha da p secara .

)+

+ 2$ -7 3 .

Ekstra k etanol daun s irih me rah denga n konse ntras i 10% v/v, 20% v/v, 40% v/v, 80% v/v, da n 100% v/v ter bukti mempunya i daya a ntifungi

terha da p secara .

*+ 1 .

1. Perlu dilakukan penelitia n lebih lanjut, ba ik secara ma upun mengenai da ya a ntif ungi e ks tra k eta nol daun sir ih mera h untuk me ngeta hui toksis itas e kstra k da n konse ntras i yang paling a ma n da lam

me nghambat pertumbuha n .

2. Perlu dila kuka n uji da ya antifungi e ks tra k etanol da un s irih mera h denga n menggunaka n pe larut, me tode ekstraksi, ma upun ja mur uji yang lain.

3. Perlu dila kuka n uji da ya lain seper ti antivir us , a ntira da ng, da n antitumor untuk mengeta hui daya e kstra k eta nol daun s irih me rah yang lebih poten.

4. Penggunaa n da un s irih merah seba ga i alter natif seme ntara pengga nti ketokonazol untuk mengoba ti infeksi jamur (ter utama kandidiasis). )+

Andr ies , G. 2009. 7 > (" = )

? @ # Fakultas

Kedokte ra n Univers ita s I ndonesia. 1: 26" 8.

Baker , S.E . 2006. " @ ! 5


(11)

10

Brow n, R.G. & B ur ns, T. 2005# = > 3 ! 5 A .

Edisi 8. Ja ka rta : E rla ngga. pp. 33"8.

Ebadi, M. 2002. $ ! " !

3 ! . N ew Yor k: CRC press. pp.

179"84, 189" 92, 393" 403.

Gholib, D. 2009. - 3 $ 3 (

L.) (

. Berita B iologi. B alai Besar Pene litian V eter iner Bogor. 9: 5.

Guyton & Ha ll. 2002. . Jakarta: E GC . pp. 14"7.

Handaja ni, N .S. & Purwoko, T. 2008. " 7 ' =

(" ) A " #

" . B iodiversitas. 9( 3) :

161"4.

Jawetz, M elnic k, & Ade lberg’s. 2007. !

. 24th E dition. New Y ork: Mc Graw Hill C ompanie s. pp. 642"5.

Juliantina, F., C itra , D .A ., N irw ani, B. , N urmas itoh, T. , B owo, E.T. 2009.

: < " "

@ @ > . Jur na l Kedoktera n

dan K esehata n I ndones ia 1( 1) : 12"20.

Katzung, B.G. 2001# 3 ! ? " - . E dis i 5.

Jakarta: EGC . pp. 23"4, 753" 9. Murti, B . 2006. 3

. Yogyakar ta: Gadjah Ma da Univers ity Press.

Myce k, M.J. , H ar ve y, R.A., C hampe , P .C ., Fis he r, B.D. 2001.

! ? 6 " - . Edis i 2. Ja karta : W idya Medika. pp. 341"7.

Nasronudin. 2006. "- 5 3 ! 5 A . E dis i 4

J ilid 3. J akarta: Fakultas Kedoktera n Univers ita s Indones ia. pp. 1793" 9.

Notoa tm odjo, S. 2010. . Jakar ta: R ineka

Cipta. pp. 55" 60.

Nover iza, R. & Khur ohma h, M. 2010. 7 7 3

(7 ) 3 A ( &)

" - & . Jur na l

Littri. 16(1): 6" 11.

Olivia , F. , A la m, S., & H adibr oto, I. 2004. .

Jakarta: Grame dia. pp. 49

Rintiswati, N ., W ina rs ih, N .E . , & Malueka, R. G. 2004. "

7 5 B 5 B . Berka la Ilmu K edokteran.

36( 4) : 187" 94.

Roller , S. 2003. > " .


(12)

11

Rosalina & Sia nipar, O. 2006. 5 ! (

-= . Berkala K esehata n K linik. 12( 2) : 128"32.

Setiabudy, R. & Bahry, B . 2007. ( ! ? A . E dis i

5. Jakarta: Fa kultas Ke dokte ra n Univers ita s I ndonesia. pp. 571" 84.

Sirait, M. 2007. . Bandung: I nstitut

Teknologi Ba ndung.

Siswandono & S oe kar djo, B. 2000. . Surabaya: A ir langga Univers ity Press.

Sudew o, B. 2010. !

" . Jakar ta: A gr omedia Pusta ka. pp. 37"47. Sulistyawati, D . & M ulyati, S. 2009. - " " - 5 3

A (" , L .) .

Biomedika. 2(1): 47" 51.

W iryow ida gdo, S. 2008. " #Jakar ta: E GC .


(1)

6

6. Inkubasi pada suhu kamar selama 1"2 hari

ukur diameter zona

hambat.

+

. 3 $ $

%

Data penelitian ini diuji kemaknaannya dengan menggunakan uji

non parametrik

kemudian dilanjutkan dengan uji

. Data diolah dengan SP SS 16.0

%

(Sugiyono, 2005).

+

*

+

$ 3 2 .2 3 % .

Replikasi

Diameter Zona Hambat

Kontrol (")

Akuades

Steril

Kontrol (+)

Ketokonazol

Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah

2,5%

v/v

5%

v/v

10%

v/v

20%

v/v

40%

v/v

80%

v/v

100%

v/v

1

6

14

6

6

8

10

12

11

8

2

6

14

6

6

8

10

14

13

10

3

6

15

6

6

10

12

14

13

10

Rata"rata 6

14,3

6

6

8,7

10,7 13,3 12,3 9,3

Tabel 1. Has il Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Sirih

Merah terhadap pertumbuhan

ATCC 10231 dengan

Metode Sumuran (mm)

*+

$ 3

. 3 $ $

%

1. Uji norma litas da ta

Hasil analisis

hitung = 0,869 nila i p (s ig. ) = 0,003. N ila i

p < 0,05 disimpulkan distribus i data tida k norma l.

2. Uji homogenitas data

Hasil analisis =

hitung = 6,476 nila i p (s ig. ) = 0,001. N ila i p

< 0,05 dis impulka n data tida k homoge n.

3. Uji non parametr ik

Nilai p (asymp. s ig.) = 0,002. N ilai p < 0,05 dis impulka n te r da pat

per be daan daya antif ungi berma kna antara kesembila n ke lompok

per lakua n.

4. Uji non parametrik

a. Pada uji pe mbanding kontrol ( ") de nga n konsentrasi ekstrak 2,5%

v/v dan 5% v/v didapatkan nila i p (asymp. sig.) = 1,000. N ilai p >

0,05 dis im pulkan kedua konsentrasi e kstra k terse but tida k

mem punyai da ya a ntif ungi berm akna.

b. Pada uji pe mbanding kontrol ( ") de ngan konsentrasi ekstrak 10%

v/v hingga 100% v/v didapatkan nila i p (asymp. s ig.) = 0,034. N ila i

p < 0,05 dis impulka n kelima konsentra si e kstra k terse but

mem punyai da ya a ntif ungi berm akna.

c. Pada uji pe mbanding kontrol (+) de ngan konsentrasi ekstrak 10%

v/v, 20% v/v, 80% v/v, da n 100% v/v dida patkan nilai p (asymp.

sig.) = 0,043. N ilai p < 0,05 maka ter da pa t per be daan daya


(2)

7

antif ungi berma kna dibandingka n kontr ol (+) dis im pulkan daya

antif ungi pa da konsentrasi ekstrak terse but kurang e fe ktif.

d. Pada uji pe mbanding kontrol (+) de ngan konsentrasi ekstrak 40%

v/v didapatkan nila i p (as ymp. sig.) = 0,197. Nilai p > 0,05 maka

tidak ter da pat per be daa n da ya a ntifungi ber makna disimpulka n

da ya a ntif ungi pa da kons entra si ekstrak 40% v/v cukup e fe ktif.

+

2 -: < $ .

Pene litian ini menguji da ya a ntifungi e kstra k eta nol da un s irih

mera h terha da p ja mur

ATC C 10231 se cara

de ngan me lihat ter be ntuk a tau tida k ter be ntuknya zona ha mbat. Se tia p

ke lompok per lakua n diuji se ba nyak tiga ka li replikas i a ga r me nghasilka n

da ta ya ng

bukan kare na fa ktor pe lua ng (M urti, 2006).

Tabe l 1 me nunjukka n dia mete r zona ha mbat pertum buha n jamur

ATCC 10231 da lam ber ba ga i konse ntras i e kstra k da n

diuji denga n metode s umuran. Me tode ini umum digunakan dala m uji

da ya a ntif ungi ka re na efektif untuk me nghambat pe rtumbuha n jam ur yang

berukura n besar da n zat a ktif dapat be rdifusi la ngsung ta npa penghalang

kertas ca kram (seper ti pa da metode K ir by Ba uer). Denga n metode ini

da pa t diketa hui luas zona hamba t. Sema kin besar zona hambat se ma kin

ba ik da ya a ntif unginya (Jawetz

, 2007).

Diameter zona hambat pa da kontrol negatif (akua de s ster il) tida k

terbe ntuk. Ha l ini me nunjukka n bahwa da ya antif ungi tidak dipe ngar uhi

oleh pelarut sehingga daya antif ungi ya ng dianalisis mer upakan pote ns i

ya ng dim iliki ekstrak e tanol daun s ir ih me ra h. Pada e ks tra k didapatka n

rata" rata diameter zona hambat yaitu 6 mm ( 2,5% v/v) , 6 m m ( 5% v/v) ,

8,7 mm ( 10% v/v) , 10,7 mm ( 20% v/v) , 13,3 mm ( 40% v/v) , 12,3 mm

(80% v/v), da n 9,3 mm ( 100% v/v). Se da ngka n rata "rata diame ter zona

ha mbat pada ketokona zol paling tinggi ya itu se be sar 14,3 mm.

Pada konse ntras i ekstr ak 2,5% v/v da n 5% v/v me nunjukka n

diameter 6 mm pada setiap r eplikasi ya itu sama de ngan diameter s umura n

ya ng berarti tida k mempunya i daya antif ungi mungkin karena konse ntr as i

terla lu kec il se hingga be lum dapa t menga kibatka n pe r ubahan s is tem

fis iologis se l jam ur uji dan jamur tersebut mas ih da pat tumbuh pada me dia

(Gholib, 2009; N over iza & K hurohmah, 2010).

Pada konse ntras i ekstrak 10% v/v mulai da pat mengham bat

pertumbuha n jamur

. Diameter zona ham ba t se ma kin

meningka t pa da konsentrasi e ks tra k 10% v/v, 20% v/v, dan 40% v/v

de ngan ra ta"rata diameter zona ha mbat te rtinggi pa da konse ntras i e ks tra k

40% v/v. Semakin tinggi kons entra si ekstrak semakin luas zona ham bat

berarti semakin tinggi efektivitas untuk membunuh da n mengham bat

pertumbuha n jam ur (S ulistyawati & M ulyati, 2009).

Namun, diam eter zona ha mbat mengalam i penur una n pada

konsentrasi ekstrak 80% v/v dan 100% v/v m ungkin dise ba bkan daya

difus i e ks tra k ke da la m me dia yang ber kura ng. Semakin tinggi konse ntr as i


(3)

8

ekstrak s emakin renda h ke lar uta nnya ( me ngental se pe rti ge l) (Handa jani &

Purwoko, 2008).

Daya a ntifungi e ks tra k eta nol daun s ir ih me ra h denga n konse ntr as i

40% v/v be rmakna signifikan jika diba ndingka n de ngan ke tokona zol yang

diguna ka n sebagai kontrol pos itif. Pada konse ntr as i e ks tra k ini ham pir

menca pa i rata"rata diame ter zona hamba t pada ketokona zol sehingga

disimpulkan bahwa konse ntras i ekstrak 40% v/v c ukup efe ktif da lam

mengham ba t per tumbuhan

.

Jamur menyera ng ma nus ia me lalui pr oduksi mikotoksin da n

mikosis. M ikosis diawa li denga n ter hir upnya s pora jamur. Ketika tumbuh

pa da ja ringa n hidup, biasa nya jamur ber bentuk s el tungga l ( kham ir). J ika

jamur hidup maka a ka n me mpr oduks i mikotoksin (Ba ker, 2006).

mempunyai mem bran lipid dan protein. L ipid

mem be ntuk sawar ya ng da pat me nc egah pergera ka n be ba s a ir da n ba ha n

ya ng lar ut air dari s uatu r ua ng sel ke r uang la in. M embran lipid ga nda

impermea be l ter hadap bahan" ba ha n ya ng lar ut air sepe rti ion, glukosa, da n

urea. E rgos ter ol me rupa ka n lapisa n s ter ol ja mur ya ng berf ungsi mem ba ntu

menentukan per meabilitas la pisa n ganda serta me ngatur se ba gia n besar

sifat ca ir da n me mbra n ( Guyton & Hall, 2002).

Ketokona zol merupakan a ntifungi bers pe ktrum lua s ya ng be refe k

fungistatik da n f ungisidal. A ntifungi golonga n azol be ke r ja dengan cara

mengham ba t biosintesis lipid jamur. K etokonazol berinteraksi de ngan C"

14 α "demetilase (e nzim P "450 s itokrom) untuk menghambat deme tilase

la noste rol me njadi er gosterol. Penghamba t ini me ngga nggu f ungs i

mem bran se l da n me ningkatka n per meabilitas sel jamur (Katzung, 2001;

Mycek

, 2001).

Daun sir ih mer a h menga ndung senyawa kimia seperti alkaloid,

senyaw a polifenolat, fla vonoid, tanin, da n minyak atsir i. Daya a ntifungi

da un ini mungkin disebabka n ole h a da nya alkaloid, fla vonoid, ta nin, da n

minyak a tsir i (Sudew o, 2010). A lkaloid a da lah zat a ktif dar i tanaman yang

berf ungs i sebagai obat dan a ktivator kuat ba gi se l imun yang da pat

menghancur ka n ba kteri, virus, jamur, da n s el ka nker (O livia dkk, 2004).

Secara biolog i alkaloid me nyebabka n ker usakan membra n se l jam ur.

Alka loid a ka n berikata n kuat de nga n er goster ol mem be ntuk lubang

sehingga membr an sel boc or da n ke hilanga n be bera pa bahan intra se l

sepe rti e lektr olit ( ter utama kalium) dan molekul"mole kul kec il. H al ini

menga kibatka n ker us akan yang tetap pa da sel da n kematian s e l jamur

(M yce k

, 2001; Setiabudy & Ba hry, 2007).

Senyawa fla vonoid dan minyak a tsir i dilapor kan ber peran se ba ga i

antif ungi (W ir yow ida gdo, 2008). Flavonoid dila porkan ber peran se ba ga i

antivir us , a ntiba kter i, antif ungi, a ntiradang, dan a ntialergi. Flavonoid

mem punyai se nyawa ge nestein berf ungs i me nghambat pem be lahan ata u

pr oliferas i sel ja mur. Senyawa ini me ngika t pr ote in mikr otubulus da lam

se l da n me ngga nggu f ungs i mitos is ge lendong sehingga me nimbulka n

pe ngha mbatan pertumbuhan jam ur. Fla vonoid menunjukkan toks is itas


(4)

9

rendah pa da mama lia se hingga be berapa f la vonoid digunakan se ba ga i obat

ba gi manus ia (R oller, 2003; S iswa ndono & Soekardjo, 2000).

Tanin ber sifat menciutkan da n mengenda pkan protein dar i la ruta n

de ngan membentuk senyawa ya ng tida k lar ut. Tanin juga berpe ra n da lam

siste m per tahanan tubuh dan me mpunya i aktivitas antioks ida n se rta

antiseptik (Sirait, 2007; Sulistyawati & M ulyati, 2009).

Pengar uh se nyawa fe nol a da lah mende naturas i ikatan pr otein pada

mem bran se l s ehingga membra n sel lis is da n mungkin fe nol me nembus ke

da lam inti sel. Mas uknya fenol ke da lam inti sel inilah yang me nyebabka n

jamur tidak be rkemba ng (S ulistyawa ti & M ulyati, 2009).

Dari has il penelitia n la in, e ks tra k eta nol daun sirih hija u (

L inn) ya ng te rma s uk dalam satu familia (

) telah ter bukti

mem punyai da ya a ntifungi ter ha da p

. Daun ini

menga ndung minya k ats ir i teta pi tidak menga ndung alkaloid. Kandunga n

fenol tota l daun ini le bih tinggi da ripada da un sirih mera h (J ulia ntina dkk,

2009; Sudew o, 2010).

Pada penelitia n ini ter bukti bahwa e ks tra k e ta nol daun s ir ih mera h

mula i dari konsentrasi 10% hingga 100% mempunyai da ya a ntifungi

terha da p

secara

.

)+

+

2$ -7 3 .

Ekstra k etanol daun s irih me rah denga n konse ntras i 10% v/v, 20%

v/v, 40% v/v, 80% v/v, da n 100% v/v ter bukti mempunya i daya a ntifungi

terha da p

secara

.

*+

1 .

1. Perlu dilakukan penelitia n lebih lanjut, ba ik secara

ma upun

mengenai da ya a ntif ungi e ks tra k eta nol daun sir ih mera h untuk

me ngeta hui toksis itas e kstra k da n konse ntras i yang paling a ma n da lam

me nghambat pertumbuha n

.

2. Perlu dila kuka n uji da ya antifungi e ks tra k etanol da un s irih mera h

denga n menggunaka n pe larut, me tode ekstraksi, ma upun ja mur uji

yang lain.

3. Perlu dila kuka n uji da ya lain seper ti antivir us , a ntira da ng, da n

antitumor untuk mengeta hui daya e kstra k eta nol daun s irih me rah yang

lebih poten.

4. Penggunaa n da un s irih merah seba ga i alter natif seme ntara pengga nti

ketokonazol untuk mengoba ti infeksi jamur (ter utama kandidiasis).

)+

Andr ies , G. 2009.

7

>

("

=

)

?

@

#

Fakultas

Kedokte ra n Univers ita s I ndonesia. 1: 26" 8.

Baker , S.E . 2006.

"

@

!

5


(5)

10

Brow n, R.G. & B ur ns, T. 2005

# =

>

3

! 5

A

.

Edisi 8. Ja ka rta : E rla ngga. pp. 33"8.

Ebadi, M. 2002.

$

! "

!

3

!

. N ew Yor k: CRC press. pp.

179"84, 189" 92, 393" 403.

Gholib, D. 2009.

-

3

$

3

(

L.)

(

. Berita B iologi. B alai Besar Pene litian V eter iner

Bogor. 9: 5.

Guyton & Ha ll. 2002.

. Jakarta: E GC . pp. 14"7.

Handaja ni, N .S. & Purwoko, T. 2008.

"

7

'

=

("

)

A

"

#

"

. B iodiversitas. 9( 3) :

161"4.

Jawetz, M elnic k, & Ade lberg’s. 2007.

!

. 24

th

E dition. New Y ork: Mc Graw Hill C ompanie s. pp.

642"5.

Juliantina, F., C itra , D .A ., N irw ani, B. , N urmas itoh, T. , B owo, E.T. 2009.

:

<

"

"

@

@

>

. Jur na l Kedoktera n

dan K esehata n I ndones ia 1( 1) : 12"20.

Katzung, B.G. 2001#

3

! ?

"

-

. E dis i 5.

Jakarta: EGC . pp. 23"4, 753" 9.

Murti, B . 2006. 3

. Yogyakar ta: Gadjah Ma da Univers ity

Press.

Myce k, M.J. , H ar ve y, R.A., C hampe , P .C ., Fis he r, B.D. 2001.

! ?

6

"

-

. Edis i 2. Ja karta : W idya

Medika. pp. 341"7.

Nasronudin. 2006.

"-

5

3

! 5

A

. E dis i 4

J ilid 3. J akarta: Fakultas Kedoktera n Univers ita s Indones ia. pp. 1793"

9.

Notoa tm odjo, S. 2010.

. Jakar ta: R ineka

Cipta. pp. 55" 60.

Nover iza, R. & Khur ohma h, M. 2010.

7

7

3

(7

)

3

A

(

&)

"

-

&

. Jur na l

Littri. 16(1): 6" 11.

Olivia , F. , A la m, S., & H adibr oto, I. 2004.

.

Jakarta: Grame dia. pp. 49

Rintiswati, N ., W ina rs ih, N .E . , & Malueka, R. G. 2004.

"

7

5

B

5 B

. Berka la Ilmu K edokteran.

36( 4) : 187" 94.

Roller , S. 2003. >

"

.


(6)

11

Rosalina & Sia nipar, O. 2006.

5

! (

-=

. Berkala K esehata n K linik. 12( 2) : 128"32.

Setiabudy, R. & Bahry, B . 2007.

(

! ?

A

. E dis i

5. Jakarta: Fa kultas Ke dokte ra n Univers ita s I ndonesia. pp. 571" 84.

Sirait, M. 2007.

. Bandung: I nstitut

Teknologi Ba ndung.

Siswandono & S oe kar djo, B. 2000.

. Surabaya: A ir langga

Univers ity Press.

Sudew o, B. 2010.

!

"

. Jakar ta: A gr omedia Pusta ka. pp. 37"47.

Sulistyawati, D . & M ulyati, S. 2009.

- "

"

-

5

3

A

("

, L .)

.

Biomedika. 2(1): 47" 51.

W iryow ida gdo, S. 2008.

"

#

Jakar ta: E GC .


Dokumen yang terkait

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &amp; Pav.) Secara Granulasi Basah

3 53 89

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &amp; Pav.) Secara Granulasi Basah

9 71 88

UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav)TERHADAP Staphylococcus aureus

1 6 26

UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP PERTUMBUHAN Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Eschericia c

1 1 13

UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 2 4

Uji potensi antifungsi ekstrak etanol daun sirih merah [Piper crocatum Ruiz.

0 11 97

FORMULASI EMULSI ANTISEPTIK DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav).

3 9 2

UJI DAYA ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum Ruiz Pav.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 DAN Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO

0 0 8

UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav.) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

0 0 95