UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav.) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

  

UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH

(Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Candida albicans

SECARA IN VITRO

  SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Christina Dwi Maretniatin

NIM :048114031

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan

orang rajin menjadikan kaya” (Amzal 10 : 4)

  

Ka rya tulis ini kup e rse mb a hka n untuk :

“ I’ll do my b e st fo r b o th o f y o u “ ....

  Ba pa k da n Ib u

Ka ka kku te rc inta

  

My lo ve ly man...... Yo ha ne s Wa hyu Eva n Erya nto

Tia p prib a di ya ng te la h ha dir m e wa rna i hidupku......

  

Alm a m a te rku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 15 Juli 2008 Penulis,

  Christina Dwi Maretniatin

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Christina Dwi Maretniatin

  Nomor Mahasiswa : 048114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH

(Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Candida albicans SECARA IN

  VITRO”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-

ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Juli 2008 Yang menyatakan ( Christina Dwi Maretniatin )

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, kesehatan, dan jalan hingga terselesaikannya skripsi dengan judul “UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH ( Piper crocatum Ruiz & Pav. ) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua karunia yang diberikan-Nya. Juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1.

  Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Erna Tri Wulandari, MSi, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia menguji dan memberi saran, pengarahan, dan bimbingan yang bermanfaat bagi penelitian ini.

  4. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt selaku Dosen Penguji yang telah bersedia menguji dan memberi saran, pengarahan, dan bimbingan yang bermanfaat bagi penelitian ini.

  5. Romo Sunu yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam hal statistika sehingga penulis dapat mengolah data yang diperoleh.

  6. Semua petugas laboratorium : Mas Wagiran dan Mas Sarwanto atas bantuannya selama penulis beraktivitas di laboratorium.

  7. Bapak dan Ibu untuk segala kasih sayang, doa, nasehat, dukungan, bantuan, dan kepercayaan untuk terus maju.

  8. Kakak penulis : Chatarina Ika Nuryanti untuk segala doa, dukungan, nasehat, dan semangat untuk pantang menyerah.

  9. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk berani menjalani hidup.

  10. Yohanes Wahyu Evan Eryanto : terimakasih atas doa, kasih sayang, bantuan, semangat, kesabaran, dan pengertiannya.

  11. Bapak Wik Janarko : terimakasih atas bantuannya sehingga penulis bisa mendapatkan daun sirih merah untuk penelitian ini.

  12. Bapak Kari dan Ibu Wayan : terimakasih atas pinjaman buku Sirih Merahnya.

  13. Widaningrum : terimakasih atas segala kerjasama, bantuan, dan semangat selama melakukan penelitian.

  14. Mas Eriet dan Mbak Wewen : terimakasih atas segala bantuan, masukan, doa, dan semangat selama melakukan penelitian.

  15. Sahabat penulis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma : Rina,

  Retry, Oktaf, Pipit, Cicil, Fila, Dian (Sapi), Agung. Terimakasih untuk segala nasehat, pengertian, persahabatan, semangat, bantuan dan kenangan indah yang pernah tercipta.

  16. Teman – teman FKK angkatan 2004, terutama kelompok Praktikum C : terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya selama ini.

  17. Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kebaikkan skripsi ini.

  Yogyakarta,

  15 Juli 2008 Penulis

  

INTISARI

  Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) merupakan tanaman berkhasiat untuk mengobati penyakit keputihan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih merah adalah alkaloid, minyak atsiri, polifenol, flavonoid, dan tanin (Sudewo, 2005).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap Candida albicans dan mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sirih merah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.

  Identifikasi senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengujian potensi antifungi terhadap Candida albicans dilakukan dengan metode difusi paper disk dan dilusi padat. Uji potensi antifungi dilakukan dengan lima variasi konsentrasi yaitu 20%; 30% ; 40%; 50%, dan 60% b/v, dengan Ketokonazol sebagai kontrol positif dan Tween 80 (konsentrasi 5%) sebagai kontrol negatif. Hasil pengukuran diameter zona hambat dianalisis dengan

  

Kolmogorov Smirnov Test , ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Least

Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95 %.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) muncul pada konsentrasi 50%. Dari hasil KLT diduga ekstrak etanol daun sirih merah mengandung senyawa aktif alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid.

  Kata kunci : Potensi antifungi, Piper crocatum, Candida albicans, ekstrak etanol daun sirih merah, alkaloid, minyak atsiri, flavonoid.

  

ABSTRACT

Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) is a plant that is used as an

  antifungal for candidiasis. Chemical constituents of this plant are alkaloids, etherial oils, polifenols, flavonoids, and tanins.

  This research was aimed to determine the antifungal potential to against

  

Candida albicans and to know the chemical constituents of etanol extract Sirih

Merah Leaves. This research was a pure experimental research using one way

  complete random design.

  Chemical constituents identification of Sirih Merah Leaf etanol extract used tube test and Thin Layer Chromatography (TLC). On the antifungal potention test to against Candida albicans with paper disk difution method and solid dilution. On the antifungal potention test, there were five concentration variation. They were 20%; 30%; 40%; 50%; and 60% (b/v) concentration, with Ketokonazol as positive control and Tween 80 (5% concentration) as negative control. The result of diametres of inhibition zone were analyzed with Kolmogorov Smirnov Test, One Way ANOVA, and Least Significant Difference (LSD) at significant level of 0,05.

  The results of this research showed that etanol extract Sirih Merah leaves have antifungal potention. Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of etanol extract Sirih Merah leaves appeared at 50% (b/v) concentration. Based on the results of Thin Layer Chromatography (TLC), Sirih Merah Leaf etanol extract contains alkaloids, etherial oils, and flavonoids.

  Keyword : Antifungal potency, Piper crocatum, Candida albicans, etanol extract

  Sirih Merah leaves, alkaloids, etherial oils, flavonoids

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi

KATA PENGANTAR.............................................................................. vii

  INTISARI................................................................................................. x

ABSTRACT............................................................................................... xi

DAFTAR ISI............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL..................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvii

BAB I. PENGANTAR.............................................................................

  1 A. Latar Belakang..................................................................

  1 B. Permasalahan...................................................................... 2 C.

  Keaslian Penelitian............................................................. 3

  D. Manfaat Penelitian.............................................................. 3 E.

  Tujuan Penelitian................................................................ 3 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA....................................................

  4

  B.

  Penyarian........................................................................... 8 C.

  10 Ekstraksi dengan Soxhlet..................................................

  D. Candida albicans...............................................................

  12 E. Media…………………………………………………… 14 F. Metode Pengukuran Daya Antifungi................................

  15 G. Sterilisasi........................................................................... 17 H.

  18 Kromagrafi Lapis Tipis (KLT).........................................

  I. Landasan Teori.................................................................

  19 J. Hipotesis............................................................................ 20 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................

  21 A.

  21 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................

  B. Variabel Penelitian............................................................

  21 C. Definisi Operasional…………………………………….

  22 D. Bahan…………………………………………………… 22

  E. Alat……………………………………………………… 23 F.

  24 Tatacara Penelitian……………………………………… 1. Determinasi Tanaman ...........................................

  24 2. Pengumpulan Bahan dan Pengeringan Bahan......

  24 3. Ekstraksi............................................................... 24

  4. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).......................... 25

  5. Uji Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap Candida albicans ...................................................

  27 G. Tata Cara Analisa Data...................................................... 30 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………..

  31 A. Determinasi Tanaman………………………………….... 31 B.

  Pengumpulan Bahan dan Pengeringan Bahan…………... 31 C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah…………... 33

  D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)…………………………………………………… 34 E. Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap

  Candida albicans dengan Metode Difusi Paper Disk…… 46

  F. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah dengan Metode Dilusi Padat……………………... 52

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 56 A. Kesimpulan……………………………………………….. 56 B. Saran.................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 57 LAMPIRAN............................................................................................... 60 BIOGRAFI................................................................................................. 77

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Hasil pengamatan uji kandungan kimia ekstrak etanol daun sirih merah dengan uji tabung............................................................... 35 Tabel II. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah........ 38 Tabel III. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah........ 41 Tabel IV. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah........ 44 Tabel V. Diameter zona hambat yang terbentuk oleh ekstrak etanol daun sirih merah……………………………………………………….

  48 Tabel VI. Hasil analisis data secara LSD...................................................... 50 Tabel VII. Hasil uji potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah dengan metode dilusi padat dengan waktu inkubasi 24 jam..................... 53

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi Alkaloid…………………………………………………………. 39

  Gambar 2. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi Minyak Atsiri…………………………………………………… 42 Gambar 3. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi Flavonoid....................................................................................... 45

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi................................................... 60 Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Uji Candida albicans........................... 61 Lampiran 3. Foto Tanaman Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)...... 62 Lampiran 4. Foto Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)............. 62 Lampiran 5. Kromatogram Identifikasi Alkaloid Kromatografi Lapis Tipis

  Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi UV 254 nm............. 63 Lampiran 6. Kromatogram Identifikasi Alkaloid Kromatografi Lapis Tipis

  Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak (Disemprot Dragendorff)........................................................... 64

  Lampiran 7. Kromatogram Identifikasi Minyak Atsiri Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi UV 254 nm............. 65

  Lampiran 8. Kromatogram Identifikasi Minyak Atsiri Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak (Disemprot vanilin-asam sulfat)................................................. 66

  Lampiran 9. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak......... 67

  Lampiran 10. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar UV 254 nm (Disemprot AlCl

  3 )...................................................................... 68

  Lampiran 11. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis

  Lampiran 12. Pengamatan diameter zona hambat ekstrak etanol daun sirih merah terhadap Candida albicans dengan metode difusi paper disk waktu inkubasi 24 jam............................................................... 70

  Lampiran 13. Pengamatan diameter zona hambat kontrol negatif (Tween 80) terhadap Candida albicans dengan metode difusi paper disk waktu inkubasi 24 jam............................................................... 71

  Lampiran 14. Hasil pengukuran KHM ekstrak etanol daun sirih merah dengan metode dilusi padat pada waktu inkubasi 24 jam...................... 72 Lampiran 15. Hasil pengukuran KBM ekstrak etanol daun sirih merah dengan metode dilusi padat waktu inkubasi 24 jam............................... 73 Lampiran 16. Analisis Data.............................................................................. 74

BAB I PENGANTAR A. Latar belakang Saat ini obat tradisional dengan bahan baku sirih merah (Piper crocatum

  ) banyak digemari oleh kalangan masyarakat. Booming nya produk Ruiz & Pav. dengan bahan baku sirih merah diakibatkan oleh kepercayaan masyarakat bahwa sirih merah dapat membasmi berbagai macam penyakit. Akan tetapi kepercayaan masyarakat tersebut tidak didasarkan pada hasil penelitian melainkan dari berita yang menyatakan bahwa sirih merah telah dimanfaatkan secara turun-temurun untuk keperluan ngadi saliro (kesehatan tubuh dan kecantikan) khususnya oleh kaum perempuan (Sudewo, 2005).

  Daun sirih merah secara empiris dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi keputihan menahun (kronis) dan akut yang sulit disembuhkan (Sudewo, 2005). Salah satu penyebab keputihan adalah adanya infeksi fungi, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi sirih merah. Salah satu fungi penyebab keputihan adalah Candida albicans. Keputihan dapat terjadi pada selaput lendir mulut dan vagina. Keputihan yang disertai rasa gatal dapat sebagai gejala utama terjadinya candidiasis yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam. Candidiasis vagina dapat tanpa gejala gatal, tetapi keluhan yang dikemukakan berupa bertambahnya keputihan bila lelah atau sebelum datang haid (Gandahusada, 1998). Pada saat kekebalan tubuh menurun, perantara darah menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru, dan otak (Budimulya, 1992).

  Menurut Sudewo (2005) daun sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, senyawa polifenol, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa alkaloid diketahui berperan sebagai perlindungan terhadap fungi (Mursyidi, 1990). Senyawa fenol dapat bersifat bakteriostatik dan pada umumnya telah banyak digunakan sebagai antiseptik (Harbone, 1987). Efek minyak atsiri diketahui berperan sebagai antifungi (Robinson, 1991). Ekstrak etanol daun sirih merah diduga berpotensi sebagai antifungi karena adanya kandungan senyawa tersebut. Penelitian ini menggunakan penyari etanol karena etanol dapat menarik kandungan kimia seperti alkaloid, minyak atsiri, polifenol, flavonoid, dan tanin.

  Adanya latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai potensi ekstrak etanol daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan

  

Candida albicans ditunjukkan dengan zona hambat, Konsentrasi Hambat

  Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Perlu juga diteliti senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun sirih merah.

B. Permasalahan a.

  Apakah ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi terhadap

  Candida albicans ? b.

  Kandungan kimia apakah yang terkandung dalam ekstrak etanol daun sirih merah?

C. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh penulis, sampai saat ini penelitian tentang uji potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap

  Candida albicans secara in vitro belum pernah dilakukan.

D. Manfaat penelitian

  a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kefarmasian terutama tentang obat-obat tradisional, dalam hal ini ekstrak etanol daun sirih merah yang berkhasiat mengobati keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans.

  b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun sirih merah merupakan tanaman obat yang berkhasiat untuk mengobati keputihan.

E. Tujuan penelitian

  a. Mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap Candida albicans.

  b. Mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun sirih merah.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Sirih Merah

  1. Keterangan botani

  Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) termasuk dalam familia Piperaceae (Anonim, 2006a). Sinonim dari tanaman sirih merah yaitu

  

Arthanthe crocata (R.&P.) Miq., Steffensia crocata (R.&P.) kunth (Anonim,

  2006a), Piper ornatum N. E. Br. (Anonim, 1998). Nama daerah tanaman sirih merah adalah sirih merah (Sudewo, 2005).

  2. Deskripsi

  Tanaman dengan batang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Batangnya beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar. Daun bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak putih keabu- abuan bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih (Sudewo, 2005).

  3. Kandungan kimia

  Daun sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, senyawa polifenol, tanin dan minyak atsiri (Sudewo, 2005).

a) Alkaloid

  Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat, sedangkan peran bagi tumbuhan penghasil diantaranya sebagai racun untuk melindungi tumbuhan dari gangguan serangga dan hewan (Mursyidi, 1990). Hampir semua alkaloid bersifat toksis, artinya dalam dosis kecil sudah menunjukkan keaktifan biologi dan keracunan pada hewan dan manusia. Secara biologi, alkaloid menyebabkan krusakan sel membran karena interaksi dengan membran sterol (Bruneton, 1999).

  Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam kloroform, eter, dan pelarut organik lain yang relatif nonpolar dan tak campur dengan air (Mursyidi, 1990).

  Pada uji tabung terbentuknya endapan dengan pereaksi Dragendorff dan Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Pada uji secara KLT, alkaloid dapat dideteksi dengan sinar UV 254 nm, UV 365 nm dan pereaksi Dragendorff.

  Sebagian besar alkaloid menunjukkan peredaman pada UV 254 nm dan beberapa alkaloid berfluoresensi biru atau kuning pada UV 365 nm. Alkaloid akan berwarna coklat atau orange setelah disemprot dengan Dragendorff, tetapi warna yang terjadi tidak stabil (Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E.M., 1984).

  Alkaloid dapat dipisahkan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis dengan pelat berlapiskan silika gel dan dideteksi dengan pereaksi Dragendorf. Fase gerak yang digunakan t butanol : kloroform : dietil amina (2:7:1v/v). Dan deteksi yang

b) Flavonoid Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali alga.

  Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, batang atau dahan, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, biji (Markham, 1988). Flavonoid berupa senyawa yang larut dalam air karena pada umumnya senyawa ini berikatan dengan gula sebagai glikosida. Flavonoid dapat diekstraksi menggunakan etanol 70%.

  Beberapa fungsi flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan yaitu pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, bekerja sebagai antimikroba dan antivirus (Robinson, 1991).

  Aglikon flavonoid adalah polifenol, oleh karena itu mempunyai sifat kimia fenol. Polifenol sebagai aglikon flavonoid mempunyai aktifitas sebagai antifungi, estrogenik, bakterisidal, anthelmentik, diuretik, hipotensif, antihistamin, dan lain- lain.

  Senyawa flavonoid dapat dipisahkan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis dengan pelat berlapiskan selulosa. Pengembang yang umum digunakan

  v adalah BAW (n-butanol : asam asetat : air ( 4:1:5 / v ) ) dan asam asetat 5%.

  Pembanding baku yang digunakan pada kromatogram adalah rutin (Harborne, 1987).

  Pada uji tabung terjadinya warna hijau sampai biru dengan penambahan pereaksi Besi (III) Klorida menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Deteksi senyawa flavonoid pada UV 254 nm ditandai dengan terjadinya peredaman yang sedangkan pada UV 365 nm tergantung dari masing-masing struktur flavonoid (dapat berfluoresensi kuning, biru atau hijau) (Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E.M., 1984).

c) Minyak Atsiri

  Minyak atsiri didefinisikan sebagai bahan yang mempunyai bau khas dan ditemukan dalam berbagai bagian tanaman (Tyler ,V.E., Brady, L.R., and Robert,E., 1998). Pada umumnya minyak atsiri larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70% (Anonim, 1985). Pada minyak astiri yang mengandung terpen, keanekaragaman jenis persenyawaannya yang terkandung dalam minyak astiri mempengaruhi aktivitas sebagai fungisida (Guenther, 1987).

  Minyak atsiri dapat dipisahkan dengan cara KLT menggunakan pengembang toluene : etil asetat (93 : 7 v/v). Dan fase diam yang digunakan adalah silika gel. Untuk deteksinya digunakan vanilin-H SO (Wagner, H., Bladt,

  2

  4 S., and Zgainski, E.M., 1984).

4. Kegunaan

  Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian secara tunggal atau diformulasikan dengan tanaman obat lainnya mampu membasmi aneka penyakit. Efek zat aktif yang terkandung dalam daun sirih merah dapat merangsang saraf pusat dan daya pikir. Di samping itu, juga memiliki efek pencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, pelindung organ hati, antidiare, antikoagulan, mempertahankan kekebalan tubuh, dan keputihan menahun (kronis) dan akut yang sulit disembuhkan, diabetes mellitus, peradangan akut pada organ tertentu, luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan kanker rahim, tifus, leukemia, TBC, lemah syahwat, ambeien, batuk, maag kronis, jantung koroner, darah tinggi, dan asam urat (Sudewo, 2005).

B. Penyarian

1. Definisi dan Ruang Lingkup Penyarian

  Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Faktor yang mempercepat kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Untuk melakukan penyarian harus diketahui zat aktif yang dikandungnya sehingga mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986).

  Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih efektif (kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam etanol diatas 20%), tidak beracun, netral, absorbsinya baik, dapat bercampur air pada segala perbandingan, dan pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, seperti metanol, heksana, dan sebagainya umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap pemurnian (fraksinasi).

2. Metode-metode penyarian

  Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

  Ekstrak dapat diperoleh dengan menggunakan pelarut antara lain :

  a. Cara dingin 1)

  Maserasi adalah proses penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel. 2) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

  b. Cara panas 1)

  Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

  2) Soxhletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 ˚C-50˚C.

  4) Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

  (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 ˚C-

  98 ˚C) selama waktu tertentu (15-20 menit)

  5) Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( ≥30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

  6) Destilasi Uap adalah ekstraksi senyawa yang mempunyai sifat mudah menguap (minyak atsiri) dan bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilasi air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau sebagian (Anonim, 2000).

C. Ekstraksi dengan Soxhletasi

  Ekstraksi dengan soxhlet merupakan metode untuk mengekstraksi zat terlarut dari suatu bahan padat. Serbuk kering ditempatkan dalam thimble yang dihubungkan dengan labu alas bulat berisi cairan penyari dan kondensor. Prinsip metode ekstraksi dengan soxhlet adalah saat cairan penyari dipanaskan akan menguap, uap cairan penyari naik melalui pipa samping kondensor (pendingin balik). Adanya kondensor akan mengembunkan uap sehingga uap akan turun kembali melalui thimble yang berisi serbuk sehingga thimble akan terisi cairan penyari secara perlahan-lahan. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif dalam serbuk. Saat cairan mencapai permukaan sifon, cairan akan turun kembali ke labu alas bulat. Cairan penyari tersebut membawa senyawa yang ingin diekstraksi (Anonim, 1986).

  Saat penyarian, cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif (proses osmosis). Zat aktif akan larut dan karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, larutan yang pekat akan didesak keluar (proses difusi).

  Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

  Pemilihan alat ekstraksi soxhlet ini memberikan keuntungan daripada cara ekstraksi yang lain karena pada proses ekstraksi ini serbuk akan selalu terbasahi oleh cairan penyari yang jernih dan ini berlangsung secara kontinyu sehingga ekstraksi akan efektif (Wild and de Koning, 1997). Selain itu pelarut yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.

D. Candida albicans 1.

   Deskripsi Candida albicans termasuk dalam familia Saccharomycetaceae (Anonim,

  2006b). Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai yeast lonjong., bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm, dan sel-sel bertunas menyerupai hifa (pseudohifa) (Jawetz, Melnick and Adelberg, 1996).

2. Candidiasis

  Candidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam lagi. Penyebabnya adalah Candida albicans yaitu suatu fungi patogenik pada manusia. Fungi ini seringkali terdapat pada mukosa mulut, oropharynx, dan tractus gastrointestinal orang sehat (flora normal). Candidiasis dapat mengenai kulit, kuku atau organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Candidiasis dapat pula terjadi pada selaput lendir mulut dan vagina. Infeksi karena Candida sp terjadi karena adanya faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Candidiasis pada mukosa mulut dan vagina seringkali terjadi karena pengobatan antifungi yang lama, yang menyebabkan berkurangnya flora normal didaerah tersebut (Entjang, 2001).

  Keputihan merupakan keluarnya cairan abnormal dari vagina yang disebabkan oleh infeksi fungi yang terjadi ketika pertumbuhan dari Candida yang berlebih yaitu saat pH normal vagina berubah dan keseimbangan hormon yang berubah. Keputihan dapat disebabkan adanya benda asing atau kotoran dalam vagina, alergi, infeksi (Anonim, 2008a). Pada wanita Candida sering sering disertai rasa gatal. Candidiasis vagina dapat juga tanpa gejala gatal, tetapi keluhan yang dikemukakan berupa bertambahnya keputihan bila lelah atau sebelum datang haid (Gandahusada, 1998).

  Pada saat kekebalan tubuh menurun, fungi yang ada di dalam tubuh akan menyerang tidak saja bagian kulit, tetapi melalui perantara darah menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru dan otak (Budimulya, 1992).

3. Pengobatan Candidiasis

  Ketokonazol merupakan obat antijamur turunan imidazol, ketokonazol mempunyai aktivitas antijamur baik sistemik maupun nonsistemik, efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H.

  

capsulatum , B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp. Ketokonazol

  merupakan antijamur sistemik per oral yang diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas barbagai jenis jamur (Anonim, 1995). Ketokonazol dapat diberikan 1 x 400 mg/hari selama 5 hari, untuk kulit dan selaput lendir dan pada infeksi sistemik dapat diberikan dosis yang lebih tinggi dan lebih lama dengan mengelola fungsi hepar (Gandahusada, 1998).

  Ketokonazol berinteraksi dengan enzim sitokrom P450 untuk menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting untuk membran jamur. Penghambatan ini mengganggu fungsi membran dan meningkatkan permeabilitas (Jawetz, Melnick and Adelberg, 1996).

E. Media

  Media merupakan kumpulan zat-zat organik, maupun anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Media menurut konsistensinya dibedakan menjadi media padat, media setengah padat (semi solid), dan media cair. Untuk mendapatkan suatu lingkungan kehidupan yang cocok bagi pertumbuhan mikroba, maka syarat-syarat media pembuatan media harus memenuhi dalam :

  1. Susunan makanan : dalam suatu media yang digunakan untuk pertumbuhan haruslah ada air, sumber karbon, sumber nitrogen, mineral, vitamin, dan gas.

  2. Tekanan osmose : mengingat sifat-sifat mikroba, juga sama seperti sifat-sifat sel yang lain terhadap tekanan osmose, maka mikroba untuk pertumbuhannya membutuhkan media yang isotonis. Bila media tersebut hipotonis maka mikroba akan mengalami plasmoptysis, sedangkan bila media tersebut hipertonis maka akan terjadi plasmolysis.

  3. Derajat keasaman (pH) : mikroba membutuhkan pH yang sesuai untuk pertumbuhan yang optimal.

  4. Temperatur : untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari mikroba membutuhkan temperatur tertentu. Umumnya untuk bakteri yang patogen membutuhkan temperatur sekitar 37

  o C, sesuai dengan temperatur tubuh.

  5. Sterilitas : tidak mungkin kita dapat melakukan pemeriksaan mikrobiologis apabila media yang digunakan tidak steril, karena tidak dapat dibedakan dengan pasti apakah mikroba tersebut berasal dari material yang diperiksa

F. Metode Pengukuran Daya Antifungi

  Pengukuran aktivitas antifungi secara in vitro bertujuan untuk mengetahui kepekaan mikroba terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Pengukuran aktivitas antimikroba ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode dilusi dan difusi.

b. Metode dilusi

  Metode dilusi ini biasanya dinamakan metode pengenceran. Bahan obat yang akan digunakan diencerkan dengan konsentrasi tertentu dan dicampurkan dengan media pertumbuhan cair atau padat. Media yang berisi konsentrasi obat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba terlihat tetap bening, sedangkan tabung dengan konsentrasi obat yang tidak menghambat pertumbuhan terlihat keruh.

  Suatu metode yang akurat untuk menentukan sensitifitas suatu obat adalah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), yang merupakan konsentrasi terkecil dari obat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen. KHM biasanya ditentukan dengan metode dilusi cair melalui pengujian menggunakan tabung atau wadah yang sesuai. Mikroba patogen yang sudah diinokulasikan pada media dengan berbagai konsentrasi antibiotik dalam tabung diinkubasikan. Jika konsentrasi obat menghambat mikroba dalam tabung tersebut, menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba; maka hanya ada satu konsentrasi yang dibutuhkan dalam penghambatan. Pada metode dilusi (konsentrasi terendah) yang secara visibel masih menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba disebut dengan KHM. ke dalam media dengan jumlah antibiotik yang kecil untuk menunjukkan apakah penghambatan yang terjadi bersifat reversibel atau permanen. Langkah tersebut untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Konsentrasi terkecil dari antibiotik yang dapat membunuh organisme disebut dengan KBM. KBM selalu lebih tinggi dari KHM, biasanya antibiotik dapat lebih membunuh organisme daripada hanya menghambat pertumbuhannya (McKane, Larry and Kandel Judy, 1996).

c. Metode difusi

  Pengukuran daya antifungi menggunakan metode agar difusi yaitu suatu metode yang mengukur aktivitas antimikrobia berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan mikrobia karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996). Metode difusi dikenal dengan nama Kirby-Bauwer. Prinsip kerja metode difusi berdasarkan kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam media tempat fungi uji dapat berkembangbiak secara optimal, dengan meletakkan cakram kertas atau paper yang menghambat antibiotik atau zat uji di atas agar. Besarnya daerah difusi

  disk

  sesuai dengan pertumbuhan atau hambatan fungi uji dan sebanding dengan kadar yang diberikan (Hugo & Russel, 1987).

  Pada metode ini biasanya juga digunakan cara sumuran yaitu media agar dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu (umumnya 8 mm). Larutan obat dimasukkan ke dalam sumuran tersebut dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Pembacaan hasil dilakukan dengan mengukur daerah atau zona

  Metode difusi yang lain adalah cara tuang (pour plate). Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi mikroba uji ke dalam tabung reaksi yang mengandung agar cair yang telah didinginkan pada suhu 45 °C (Volk dan Wheeler, 1988).

  Pada metode difusi terdapat zona radikal yaitu suatu daerah di sekitar

  

paper disk dimana tidak ditemukan adanya pertumbuhan fungi uji. Kemudian

  dikenal zona irradikal yang merupakan daerah dimana pertumbuhan fungi uji dihambat oleh antibiotik, tetapi tidak dimatikan. Pada zona irradikal masih terdapat pertumbuhan fungi tetapi kurang subur bila dibandingkan dengan daerah diluar pengaruh antibiotik (Ristanto, 1989).

G. Sterilisasi

  Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ada 3 cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu pertama, penggunaan panas; kedua, penggunaan bahan kimia; dan ketiga adalah penyaringan (filtrasi).

  Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121 ˚C selama 15 menit, artinya keadaan steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121

  ˚C selama 15 menit (Ratna, 1993).

  Dalam penggunaan autoklaf, mutlak perlu diusahakan agar seluruh udara oleh uap jenuh murni pada tekanan yang sama. Yang dapat mematikan mikroorganisme adalah suhu tinggi uap, bukan tekanan uap. Autoklaf merupakan alat yang esensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi (Pelczar, M.J., Jr., and Chan, E.C.S., 1986).

H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  Kromatografi lapis tipis ini bertujuan untuk memisahkan zat berdasarkan pembagian campuran senyawa ke dalam fase diam dan fase gerak (Stahl, 1985).

  Menurut Stahl (1985) jarak pengembangan pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf.

  Rf = jarak titik pusat bercak dari titik awal jarak rambatan fase gerak Deteksi pada KLT adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah ultra violet (UV) gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dideteksi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Suatu senyawa jika tidak dapat dideteksi dengan UV maka harus dideteksi dengan reaksi kimia atau pereaksi semprot.

  Dalam analisa menggunakan metode KLT digunakan dua macam komponen yaitu : a. Fase Diam Fase diam yang digunakan dalam KLT adalah bahan penyerap (adsorben).

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN DAN BUAH MUDA PEPAYA (Carica papaya Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 11 30

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Shigella dysenteriae SECARA IN VITRO

0 5 21

UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav)TERHADAP Staphylococcus aureus

1 6 26

EFEK AIR REBUSAN (DEKOK) DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

0 26 2

DAYA ANTIJAMUR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (Piper croatum) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO (Penelitian Eksperimental Laboratoris)

0 4 16

PERBEDAAN EFEK ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH HIJAU, MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH DAN RESIK V SABUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 7 55

UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 0 15

FORMULASI EMULSI ANTISEPTIK DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav).

3 9 2

UJI DAYA ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum Ruiz Pav.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 DAN Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO

0 0 8

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav.) SECARA GRANULASI BASAH

0 0 13