PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009).

(1)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT

CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Celia Alisa Puspita 1102808

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Oleh:

CELIA ALISA PUSPITA

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Celia Alisa Puspita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1991-2009

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Murdiyah Winarti, M.Hum. NIP. 196005291987032002

Pembimbing II

Moch. Eryk Kamsori, S.Pd NIP. 196904301998021001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 19660808 199103 1 001


(4)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Oleh

Celia Alisa Puspita 1102808 ABSTRAK

Keberadaan sebuah perkebunan memberikan dampak yang cukup berarti terhadap kehidupan sosial – ekonomi masyarakat di sekitarnya, tidak hanya memberikan kesempatan kerja, akan tetapi secara langsung menghidupkan roda perekonomian. Berdasarkan fakta tersebut, penulis memiliki keinginan lebih untuk mengkaji tentang bagaimana kehidupan sosial-ekonomi buruh sadap karet di Kecamatan Cipeundeuy selama kurun waktu 1991-2009. Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini ialah menggunakan metode historis atau metode sejarah dengan tahapan-tahapan: heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi. Buruh yang bekerja di perkebunan karet Jalupang sebagian besar merupakan penduduk Kecamatan Cipeundeuy. Dalam stratifikasi sosial di perkebunan, buruh sadap di perkebunan karet Jalupang menempati tingkatan yang paling rendah, dengan jenjang pendidikan hanya tingkat Sekolah Dasar (SD), sehingga posisi tawar buruh terhadap perkebunan cenderung tidak ada. Keadaan tersebut membuat mereka hanya pasrah menerima setiap kebijakan yang dikeluarkan pihak perkebunan tanpa bisa berpendapat. Tradisi buruh sadap karet yang turun temurun, atau dikenal dengan sadap warisan membuat buruh berusaha untuk tetap tinggal dan bekerja di perkebunan dengan fasilitas yang ada serta memelihara kelangsungan perkebunan. Masalah pendidikan yang rendah dan keterbatasan keterampilan yang dimiliknyai serta tidak memiliki modal usaha yang kuat, membuat buruh tetap bertahan hidup di perkebunan dari pada mencari pekerjaan yang lain.

Kata Kunci : Perkebunan Karet, Perkebunan Jalupang, Buruh Sadap, Kesejahteraan.

RUBBER PLANTATION JALUPANG ROLE FOR SOCIAL LIFE - ECONOMIC CIPEUNDEUY COMMUNITY SUBANG REGENCY


(5)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1102808 ABSTRACT

The existence of a plantation provide a significant impact on the social - economic surrounding communities, not only provide employment, but it is immediately revive the economy. Based on these facts, the authors have more desire to examine how socio-economic life of the tapping of rubber workers in District Cipeundeuy during the period 1991-2009. The method I use in writing this essay is to use the historical method or methods of history by stages: heuristics, criticism of sources, interpretation, historiography. Data collection techniques that I use is the study of literature, interview and documentation study. The approach used by the author to study the problems in this thesis is an interdisciplinary approach using concepts from the science of Sociology, Anthropology and Economics. Workers who work in the rubber plantations Jalupang largely a Cipeundeuy District residents. In the social stratification in the plantation, rubber plantation workers tapping at Jalupang occupy the lowest level, with education only elementary school (SD), so that the bargaining position of workers on plantations tend not exist. These circumstances make them just resigned to accept any policy issued without the grower could argue. The tradition of rubber tapping workers are hereditary, or known by tapping legacy of making workers try to remain and work in plantations with existing facilities and to maintain the continuity of the plantation. Low educational problems and limitations dimiliknyai skills and do not have strong venture capital, make permanent workers survive in plantations than in finding another job. Keywords: Rubber Plantation, Plantation Jalupang, Sadap Labor, Welfare.


(6)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

vi vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 7

1.3 Tujuan Penelitian……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian……… 8

1.5 Struktur Organisasi Skripsi……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 10

2.1 Karakteristik Masyarakat Perkebunan..………... 10

2.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkebunan……….. 14

2.3 Perubahan Sosial-Ekonomi Terhadap Masyarakat Perkebunan .. 18

2.4 Sistem Perburuhan di Indonesia………...…………... 24

2.5 Penelitian Terdahulu……… 29

BAB III METODE PENELITIAN ……… 34

3.1 Metode Penelitian………. 35

3.2 Persiapan Penelitian………. 39

3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian………... 39

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian……….. 40

3.2.3 Perlengkapan dan Izin Penelitian……… 41


(7)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.3 Pelaksanaan Penelitian………. 43

3.3.1 Heuristik ………...……….. 43

3.3.1.1 Sumber Tertulis……….. 43

3.3.1.2 Sumber Lisan……….. 45

3.3.2 Kritik Sumber………..… 46

3.3.2.1 Kritik Eksternal………... 47

3.3.2.2 Kritik Internal………. 49

3.2.3 Interpretasi………….………. 51

3.2.4 Historiografi………..……….. 51

BAB IV PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITARNYA (1991-2009)……… 53

4.1 Gambaran Umum Perkebunan Karet Jalupang …….………… 53

4.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi... 53

4.1.2 Karakteristik Masyarakat di Perkebunan…..…………... 4.1.3 Kondisi Perkebunan Karet Jalupang Tahun 1991 – 2009 63

66

4.2 Kontribusi Perkebunan Karet Jalupang dalam Meningkatkan Kesejahteraan Buruh ……… 88

4.2.1 Aktifitas Kehidupan Buruh Sadap……….. 89

4.2.2 Rata – Rata Upah yang Diterima Buruh Sadap………... 4.2.3 Fasilitas yang Diberikan Perkebunan Karet Jalupang….. 93

98

4.3 Kondisi Kehidupan Sosial – Ekonomi Buruh Sadap …….…… 101

4.3.1 Keadaan Ekonomi Buruh Sadap…………...……… 102

4.3.2 Upaya Buruh dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonomi... 4.3.3 Perubahan Sosial –Ekonomi Buruh………. 107 110 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 114

5.1 Simpulan ……… 114


(8)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5.3 Rekomendasi………... 117

DAFTAR PUSTAKA ………...………... 119

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Cipeundeuy Tahun 1991-2009 Menurut Jenis Kelamin………... 58

Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah dan Murid Sekolah Semua Jenjang Sekolah di Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang 1991-2009…..…... 61 Tabel 4.3 Data Perjalanan Areal HGU PTPN VIII Kebun Jalupang………. 74 Tabel 4.4 Pengalokasian Lahan Perkebunan Karet Jalupang Tahun 1991-2009………. Tabel 4.5 Hasil Produksi Perkebunan Karet Jalupang Tahun 1991-2009………. Tabel 4.6 Tenaga Kerja di Perkebunan Karet Jalupang Tahun 2009 Menurut Tingkat Pendidikannya……….

Tabel 4.7 Daftar Tenaga Kerja Perkebunan Karet Jalupang Tahun 1991 -2009………. Tabel 4.8 Kegiatan Penyadap Karet ………...……… Tabel 4.9 Rata –Rata Upah Harian yang Diterima Buruh………... Tabel 4.10 Perhitungan Upah Rata- Rata Premi/Bulan pada Tahun 2009……... Tabel 4.11 Harga Tujuh Bahan Pokok di Kabupaten Subang Tahun

1991-2009………..

75

78

85

86 90 94

95


(9)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Cipeundeuy………..……..………….56 Gambar 4.2 Peta Perkebunan Karet Jalupang …..………..…………...73 Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi PTPN VIII Kebun Jalupang…………....81 Gambar 4.4 Bagan Lapisan Sosial Masyarakat Kecamatan Cipeundeuy……...84


(10)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad ke-19, perkebunan hadir sebagai sistem perekonomian pertanian baru yang dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda. Definisi perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Karakteristik yang melekat dalam ekonomi perkebunan adalah sistem perekonomian pertanian kapitalistik, dimana keuntungan yang sebesar-besarnya merupakan tujuan utama. Sehingga ekspor komoditas harus diprioritaskan untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi Indonesia sendiri kepentingan terhadap sektor perkebunan diawali dengan proses Nasionalisasi seluruh perkebunan yang ada di wilayah Indonesia.

Kabupaten Subang pada awal Abad ke-20 merupakan pusat sentra perkebunan yang hingga kini masih terlihat menampakan sisa-sisa wajah kota perkebunan (Meinanda, 1999, hlm. 20). Hingga Abad ke-21 tersebar beberapa komoditas perkebunan di wilayah Kabupaten Subang, seperti perkebunan karet, tebu, teh dan kelapa sawit. Salah satunya adalah perkebunan Jalupang yang membudidayakan tanaman karet. Lokasi perkebunan karet Jalupang terletak di jalan Raya Cipeundeuy KM.20, Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasi ini meliputi areal kantor beserta pabrik produksi pengolahan karet yang ditempati sejak tahun 1999. Perkebunan karet Jalupang tersebar di beberapa wilayah seperti di desa Lengkong, desa Jalupang, desa Cipeundeuy dan desa Sukareja yang notabene masuk ke dalam wilayah kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang.


(11)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Perkebunan karet Jalupang mengalami beberapa pergantian masa kepemimpinan, dalam arsip perkebunan disebutkan pekebunan ini mengalami tiga masa pergantian , yaitu masa pemerintahan Belanda-Inggris, Jepang, dan masa pasca kemerdekaan. Pada pasca kemerdekaan perkebunan mengalami proses Nasionalisasi, dimana perkebunan perlahan dinasionalisasikan menjadi milik Indonesia dari tangan Inggris yang dimulai pada tahun 1970. Pada prosesnya banyak terjadi perubahan kebijakan dan perubahan nama perkebunan, hingga akhirnya pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan pada peraturan pemerintah No.13/1996, perkebunan karet Jalupang resmi berganti nama menjadi PTPN VIII (PERSERO) Kebun Jalupang. Perkebunan telah menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan perkebunan memiliki kedudukan yang strategis dalam menunjang pembangunan. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup baik bagi perekonomian masyarakat dan menyebabkan keadaan sosial masyarakat lebih baik.

Keberadaan perkebunan tidak hanya terbatas penghasil devisa, tetapi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, serta langsung menunjang pembangunan perekonomian masyarakat. Hal tersebut terjadi pula pada perkebunan karet Jalupang yang memperkerjakan buruh perkebunan yang sebagaian besar merupakan penduduk yang ada di sekitarnya, khususnya masyarakat Kecamatan Cipeundeuy. Dalam hal ini yang dimaksud masyarakat Cipeundeuy adalah mereka yang hidup dan tinggal menetap di kecamatan Cipeundeuy serta bekerja di perkebunan. Dengan bekerja mereka berharap adanya perubahan sosial, dan bekerja di perkebunan adalah sebagai bentuk usaha yang dilakukan dan yang terpikir dahulu untuk memperbaiki nasibnya. Maka dari itu keberadaan perkebunan sedikit banyak telah mengakibatkan terjadinya perubahan sosial dan ekonomi di masyarakat sekitar perkebunan. Pengertian Perubahan sosial sendiri Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1990 hlm.337) mengatakan:

“Perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup

yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam


(12)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Perkebunan tidak hanya memberikan kesempatan kerja, tetapi memberikan suatu harapan untuk terciptanya perubahan sosial – ekonomi buruh ke arah yang positif. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar perkebunan diharapkan merupakan perubahan ke arah yang lebih baik, dalam arti mereka dapat memperbaiki tatanan kehidupan sosial-ekonomi mereka setelah mereka bekerja di perkebunan. Dalam suatu usaha perkebunan, pembangunan perkebunan merupakan upaya mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan komoditas perkebunan. Pengalaman selama ini menunjukan bahwa tidak semua keberhasilan dalam meningkatkan produksi perkebunan berdampak pada pemenuhan pendapatan dan taraf hidup buruh perkebunan. Ini merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji mengenai seberapa besar kontribusi yang diberikan perkebunan kepada masyarakat sekitar.

Keberadaaan perkebunan karet Jalupang memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang erat dan saling ketergantungan antara perkebunan dan masyarakat yang bekerja pada perkebunan. Hubungan yang ada di antara pekerja dan perkebunan berupa hubungan timbal balik, dimana perkebunan merupakan pusat penghidupan bagi masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghasilan demi menyambung hidupnya. Pekerja juga dibutuhkan oleh perkebunan karena sebagian proses produksi terjadi secara manual, seperti halnya penyadapan getah karet, sehingga pekerja merupakan faktor utama dari berjalannya proses produksi di perkebunan. Tenaga kerja yang murah dan tidak terdidik dibutuhkan oleh perkebunan untuk menunjang naiknya produktivitas, karena dengan pendidikan yang rendah mereka cenderung pasif dalam menerima segala kebijakan yang diterapkan perkebunan.

Adanya perkebunan karet Jalupang diharapkan agar mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari sekitar perkebunan. Tenaga kerja penyadap di perkebunan karet Jalupang sebagian besar merupakan pekerjaan turun temurun, secara historis mereka lahir, menyambung hidup, menikah dan meninggal masih di dalam lingkungan perkebunan. Kehidupan penyadap yang seperti itu di perkebunan karet Jalupang mengakibatkan mobilitas sosial sangat lambat


(13)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dan cenderung statis. Sebagai gambaran seorang penyadap untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi sebagai mandor sangatlah sulit, karena dalam struktur sosial masyarakat perkebunan kurang memberikan peluang untuk mengadakan perubahan – perubahan bagi kehidupan buruh untuk lebih maju dan sejahtera. Meskipun pada hakikatnya mereka ingin untuk bekerja diluar perkebunan tetapi hal tersebut tidak dilakukan, mengingat pendidikan disekitar mereka adalah lulusan Sekolah Dasar. Dalam melakukan sistem rekruitmen buruh di perkebunan karet Jalupang tidaklah sulit, yang jelas mereka yang sudah terampil menyadap karet dapat langsung diterima, pekerjaan lainnya adalah sebagian besar di lapangan seperti pembersih areal perkebunan, pemupukan, pengairan, dan bagian kayu adalah para pekerja yang berasal dari daerah sekitar perkebunan.

Situasi perekonomian perkebunan tentunya berpengaruh terhadap pekerjanya. Turun naiknya hasil produksi turut mewarnai kegiatan perekonomian di perkebunan karet Jalupang. Pada tahun 1991 perkebunan karet Jalupang mengalami masa dimana terjadi kenaikkan produksi yang begitu signifikan, sehingga menyebabkan naiknya upah pekerja. Tahun 1991 dikenal

dengan tahun “top produksi” di kalangan buruh perkebunan pada saat itu,

dimana pekebunan mengalami masa kenaikan produksi dan memulai masa top produksi. Masa top produksi adalah masa dimana produksi tanaman karet memuncak karena banyak areal yang berada dalam masa TM (Tanaman menghasilkan) sehingga produksi naik hingga 50% (wawancara dengan bapak Tatang, 23 Oktober 2014). Hal tersebut tentunya berdampak pula terhadap buruh perkebunan, naiknya produksi berbanding lurus dengan naiknya kebutuhan buruh yang perlukan oleh perkebunan dan naiknya upah yang diterima oleh buruh.

Suatu kegiatan produksi tentunya membutuhkan SDM yang memadai baik dalam segi jumlah maupun kemampuannya. Bila di dalam suatu produksi mengalami kekurangan tenaga kerja maka produksi tidak akan berjalan dengan optimal. Kekurangan tenaga kerja bisa diatasi dengan proses perpindahan penduduk. Proses perpindahan penduduk biasa dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperbaiki kehidupan dalam bidang materil. Seperti yang dikatakan


(14)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Suharso dalam Mulyadi yang memperkuat pendapat adanya kaitan antara migrasi dengan aspek ekonomi, dikatannya bahwa sebagian besar migran yang meninggalkan desa tidak memiliki tanah dan pekerjaan tetap karena itu tujuannya pindah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan (Mulyadi, 2003, hal.130.

Selain para pekerja yang berasal dari daerah Kecamatan Cipeundeuy, pada tahun 1991 banyak pekerja yang didatangkan dari luar daerah Kabupaten Subang untuk dipekerjakan di perkebunan, seperti dari Garut, Tasik, Jakarta, Indramayu (wawancara dengan bapak Tatang, 23 Oktober 2014). Hal tersebut terjadi karena perkebunan karet Jalupang sedang mengalami masa kenaikan produksi yang tentunya perkebunan membutuhkan tambahan pekerja untuk membantu proses produksi yang saai itu meningkat hampir 50%. Para pekerja tentunya berdatangan karena mereka menginginkan lapangan pekerjaan untuk memperbaiki kondisi ekonominya.

Perusahaan tidak akan selamanya berada dalam masa stabil, dalam usaha perkebunan pasti terjadi pasang surut yang ikut mewarnai dinamika proses produksi. Ketika tahun 2006 penurunan produksi perlahan mulai terjadi di perkebunan karet Jalupang, penurunan produksi yang terjadi di perkebunan karet Jalupang diakibatkan karena penebangan secara berangsur-angsur tanaman karet dengan tahun tanam (TT) tua, kegiatan tersebut terus dilakukan karena diperlukan penanaman ulang (re-planting) mengingat tanaman karet yang semakin tua sudah tidak menghasilkan getah karet. Kegiatan penebangan terus dilakukan sehingga mengurangi areal tanaman menghasilkan (TM) yang secara otomatis mengurasi jumlah produksi karet dan puncaknya terjadi pada tahun 2009 karena dibarengi dengan hilangnya areal tanaman menghasikan (TM) seluas 17 Hektar yang digunakan untuk keperluan pembuatan jalan Tol. Tentunnya hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi buruh perkebunan karena berkurangnya jumlah produksi akan berpengaruh kepada upah yang didapatkannya.

Dari pernyataan – pernyataan yang telah diuraikan, maka penelitian mengenai peranan dari perkebunan karet Jalupang di wilayah Cipeundeuy ini penting dilakukan dan mengingat perkebunan memiliki peranan yang cukup


(15)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

penting bagi perekonomian masyarakatnya. Berdasarkan penjelasan keterhubungan tersebut penulis mengkaji dan merumuskan penelitian mengenai bagaimana keberadaan perkebunan karet Jalupang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy yang berprofesi sebagai buruh sadap di perkebunan karet Jalupang dari tahun 1991 hingga 2009.

Adapun alasan pertama yang mendorong penulis mengambil penulisan judul ini adalah karena penulis tertarik untuk mengangkat mengenai sejarah perkebunan yang banyak mengalami perubahan baik dari segi proses produksi dan juga mngenai kondisi tenaga kerja perkebunan. Kedua , kurun waktu yang diambil tahun 1991 karena pada tahun tersebut perkebunan sedang mengawali dan mengalami masa top produksi, dimana produksi meningkat karena pada saat itu tanaman karet sedang dalam masa TM (Tanaman Menghasilkan) sehingga mempekerjakan lebih banyak buruh . Sedangkan tahun 2009 diambil oleh penulis adalah masa dimana perkebunan mulai kehilangan areal lahan TM

(Tanaman menghasilkan) karena adanya upaya “re-planting” dan penggunaan

lahan seluas 17 Hektar untuk jalan Tol, maka dengan otomatis produksi pun telah menurun.

Alasan yang ketiga dikarenakan perkembangan sejarah perkebunan karet Jalupang ini ketika masa kolonial hingga kini merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji karena mengingat sedikit- banyaknya telah terjadi beberapa pergantian kepemilikan dan telah terjadi beberapa perubahan kebijakan yang signifikan terhadap perkebunan karet Jalupang. Lalu ketidaktahuan akan sejarah perkebunan terkadang membuat warga sekitar yang tidak berkepentingan terhadap perkebunan seringkali merusaknya, padahal itu adalah merupakan bagian dari sejarah masa lalu yang memberikan kontribusi positif hingga saat ini, serta banyak dari warga sekitar terutama kalangan pemuda nya tidak mengetahui akan sejarah perkebunan daerahnya sendiri. Berangkat dari hal tersebut , saya berniat untuk menulis skripsi dengan judul

Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang (1991-2009)”.


(16)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. 2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang pemikiran yang dikemukakan peneliti di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai kehidupan masyarakat di sekitar perkebunan karet Jalupang. Secara garis besar yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana perkembangan dan peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi buruh sadap di Kecamatan Cipeundeuy dari tahun 1991-2009.

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan perkebunan karet Jalupang antara tahun 1991-2009?

2. Bagaimana kendala-kendala dan upaya yang dilakukan buruh sadap selama bekerja di perkebunan karet Jalupang antara tahun 1991 – 2009? 3. Bagaimana kontribusi perkebunan karet Jalupang terhadap buruh sadap

dalam memenuhi kebutuhan hidup di bidang sosial-ekonomi antara tahun 1991-2009?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitar perkebunan karet Jalupang dalam rentang kurun waktu 1991-2009 serta kontribusi apa yang telah diberikan perkebunan karet Jalupang kepada masyarakat sekitar Kecamatan Cipeundeuy.

Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran umum tentang keadaan masyarakat Cipeundeuy khususnya mereka yang bekerja di perkebunan, lokasi serta keadaan geografis Kecamatan Cipeundeuy dan perkebunan karet Jalupang, serta perkembangan perkebunan karet Jalupang dalam kurun waktu 1991-2009. 2. Mendeskripsikan bagaimana kehidupan buruh sadap perkebunan karet


(17)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bekerja sebagai pekerja di perkebunan maupun sebagai masyarakat di Kecamatan Cipeundeuy dalam segi sosial – ekonomi dalam kurun waktu 1991-2009.

3. Mendeskripsikan mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh perkebunan karet Jalupang terhadap buruh dalam memenuhi kebutuhan hidup di bidang sosial-ekonomi antara kurun waktu 1991-2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk menperoleh gambaran mengenai peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang Tahun 1991-2009. Adapun secara khusus penelitian ini dibuat agar bermanfaat untuk:

1. Memberikan kegunaan baik kepada penulis maupun pembaca, yaitu berguna sebagai wahana penambah pengetahuan sejarah lokal seputar sejarah perkebunan karet Jalupang di Kecamatan Cipeundeuy kabupaten Subang.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini antara lain dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Serta struktur penelitian dari kajian tentang peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy kabupaten Subang (1991-2009).

Bab II Tinjauan Pustaka, disini menjelaskan mengenai litelatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji mengenai kehidupan masyarakat di sekitar perkebunan karet Jalupang. Pertama, karakteristik masyarakat perkebunan, bagian ini memaparkan mengenai karakteristik kehidupan masyarakat pedesaaan dilingkup perkebunan. Kedua, kebijakan pemerintah terhadap perkebunan, dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai


(18)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengenai bagaimana upaya dan peranan pemerintah terhadap permasalahan perkebunan. Ketiga, perubahan sosial – ekonomi masyarakat perkebunan, bagian ini akan memaparkan mengenai perubahan – perubahan baik dari aspek sosial maupun ekonomi dari masyarakat sekitar perkebunan. Keempat, adalah masalah perburuhan, pada bagian ini akan dipaparkan mengenai masalah perburuhan yang sering terjadi di perkebunan.

Bab III Metodologi dan teknik penelitian, bab ini dibahas langkah – langkah seperti metode dan penulisan yang dipergunakan oleh peneliti dalam memperoleh sumber, pola pengolahan sumber dengan melakukan kritik eksternal dan internal, interpretasi, yaitu menganalisis dan melakukan sintesis terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi merupakan hasil akhir dari penelitian dan dijadikan laporan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UPI.

Bab IV pembahasan, pada bab ini membahas uraian mengenai penjelasan- penjelasan tentang aspek – aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah. Bab ini juga membahas sejarah perkebunan karet Jalupang, kehidupan sosial – ekonomi buruh perkebunan dan peran keberadaan perkebunan terhadap masyarakat di sekitar perkebunan.

Bab V kesimpulan, dalam pembahasan bab ini menyajikan penafsiran secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh tentang “Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang (1991-2009)”. Temuan hasil penelitian di lapangan yang telah dibahas pada bab IV dan hasil penjelasan pada bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan peneliti lalu disimpulkan dalam sebuah analsis.


(19)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan membahas lebih mendalam mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial -Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang (1991-1999)”. Metode yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian skripsi ini adalah metode historis atau metode sejarah. Metode historis penulis gunakan dalam penelitian karena dengan cara metode historis dapat menjawab permasalahan tentang kehidupan sosial – ekonomi masyarakat sekitar perkebunan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Louis Gottschalk dalam Ismaun (2005, 31-32) bahwa metode historis adalah suatu prose menguji, menjelaskan, dan menganalisa secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Pada teknik penelitian penulis juga menggunakan studi lapangan, studi litelatur, wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya menurut Sjamsuddin (2012, hlm.12) metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi ialah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah”. Sedangkan menurut Ismaun (2005, hlm.28) yang dimaksud metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

Menurut Kuntowijoyo (2005, hlm. 91) penelitian sejarah mempunyai lima tahapan, yaitu:

1. Pemilihan topik. 2. Pengumpulan sumber.

3. Verifikasi (kritik sejarah, seabsahan sumber, relevansi sumber). 4. Interpretasi (analisa dan sitesis).

5. Penulisan sejarah (historiografi).

Adapun Helius Sjamsuddin (2012, hlm.70) mengemukakan bahwa paling tidak ada enam tahapan yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah ini, diantaranya:


(20)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Menyusun semua evidensi (bukti) yang sesuai dengan topik pembahasan penulis.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topic yang dibahas ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil – hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

6. Penyajian dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dari keenam langkah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin, penulis berpendapat bahwa memilih topik, menyusun semua evidensi dan membuat catatan termasuk dalam metode heurustik, sedangkan mengevaluasi semua evidensi termasuk ke dalam kritik, dan terakhir menyusun hasil penulisan dan menyajikannya dalam bentuk skripsi termasuk dalam metode historiografi.

3.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah merujuk pada metode yang dikemukakan oleh Ismaun, karena dinilai mudah dipahami oleh penulis dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (1992, hlm.42) terdiri dari empat tahap yaitu: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Yakni sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu suatu usaha mencari dan menemukan sumber sejarah. Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara luas lagi, sumber sejarah juga dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi formal dan informal. Selain itu dapat diklasifikasikan dalam sumber primer dan sekunder.

2. Kritik atau analisis, yaitu usaha menilai sumber-sumber sejarah. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Fungsi dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah sumber yang diperoleh itu relevan atau tidak dengan permasalahan yang penulis kaji.

3. Interpretasi atau penafsiran, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar fakta sejarah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan rasional.

4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(21)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Menurut Carrard dalam Sjamsuddin (2012, hlm. 67) sebagai langkah awal ialah apa yang disebut heuristik (heuristik) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau eviden sejarah. Heuristik merupakan, pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan, setelah eksplorasi literatur, dalam metode penelitian sejarah yang pertama tersebut diatas disebut Heurisrik (Ismaun, 2005, hlm.51-50). Pada tahapan heuristik peneliti melakukan tahapan tersebut dengan menelusuri, mencari dan mengumpulkasn sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber-sumber tersebut berhubungan dengan kondisi kehidupan dan perkembangan masyarakat Cipeundeuy yang bekerja sebagai buruh di perkebunan karet Jalupang menyangkut keadaaan sosial-ekonominya. Dalam tahap ini penulis memperoleh data-data yang berhubungan dengan permasalahan penulisan baik berupa sumber tertulis maupun sumber lisan. Sumber tertulis berupa buku-bukuyang relevan, jurnal, artikel, dan dokumen-dokumen baik yang diterbitkan maupun tidak, sedangkan sumber lisan berupa wawancara dengan beberapa responden.

Tahapan kedua adalah kritik sumber yang didasari etos ilmiah yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran (Ismaun, 2005, hlm.50). kritik yang dilakukan terhadap sumber tertulis adalah menggunakan kaji perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber-sumber tertulis lainnya. Adapun kritik terhadap sumber lisan, peneliti melakukannya dengan cara sebagai berikut:

1. Melihat usia narasumber/responden sesuai pada jamannya atau pada waktu periode tersebut berlangsung.

2. Melihat latar belakang pendidikan narasumber/responden tersebut.

3. Melihat kondisi kesehatan narasumber/responden (seperti hilang ingatan, atau pelupa).

4. Melihat aspek-aspek sosial, seperti apakah narasumber/responden terlibat secara langsung atau tidak dalam kejadian atau peristiwa tersebut.

Selain hal tersebut, penulis juga melakukan proses perbandingan antara sumber tertulis yang ditemukan dan sumber lisan yang diperoleh dalam proses


(22)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pencarian data. Tahapan kritik ini bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian penulis. Ada dua macam kritik dalam penelitian sejarah yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah cara melakukan verivikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Adapun yang dimaksud dengan krtitik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2012, hlm. 105). Sedangkan kritik internal atau kritik dalam kebalikan dari keritk eksternal, kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber : kesaksian (testimony) (Sjamsuddin, 2012, hlm.112). Dalam tahap kritik internal, penulis melakukan pengkajian terhadap isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh untuk kemudian dijadikan bahan penelitian dan penulisan.

Persoalan teknis dalam kritik sumber sejarah mengenai penelitian isinya juga harus dipecahkan tentang bahasanya dalam hubungan dengan penggunaan kata-kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan seagainya. Begitu pula pada dokumen-dokumen yang ditemukan, haruslah diperhatikan mengenai salinan, yaitu kesalahan yang dibuat penyalin. Perbedaan antara kritik ekstern dan intern tidak berarti pemisahan antara kedua kritik tersebut. Biasanya kedua kritik tersebut dilakukan secara bersamaan. Setelah dikumpulkan fakta sejarah melalui pungutan dari dalam sumber-sumber sejarah, harus dipecahkan persoalan yang lebih berat, yaitu bagaimana menyajikan sintesis sejarah dalam pertelaan sejarah yang diwujudkan ke dalam sejarah sebagai kisah.

Tahap yang ketiga adalah tahap interpretasi atau penafsiran, menurut Gottschalk dalam Ismaun (2005, hlm.56) pefsiran mempunyai tiga aspek penting, yaitu:

“pertama, analitis-kritis: menganalisis struktur intern (struktur insane-ruang-waktu), pola-pola hubungan antar fakta-fakta, gerak dinamika dalam sejarah, dan sebagainya, kedua, historis-substantif: menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan, dan ketiga, sosial-budaya: memperhatikan manifestasi insani


(23)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya. Sebagian besar komposisi sejarah serba tafsir itu bersifat argumentatif untuk menjelaskan dengan dukungan detail fakta. Maka penulisan sejarah pun sekurang-kurangnya harus ditujukan kepada empat sasaran: 1. Detail fakta yang akurat, 2. Kelengkapan bukti yang vukup, terdiri dari referensi atau acuan dokumentasi, 3. Penyajian bahasa yang terang dan halus, dan 4. Struktur penulisan yang logis”.

Tahapan interpretasi ini adalah tahapan menafsirkan keterangan – keterangan berupa fakta yang diperoleh dari hasil tahapan sebelumnya, dimana fakta diinterpretasikan dengan menggunakan tinjauan disiplin ilmu tertentu. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan cara yang telah ada sebelumnya. Dalam penafsiran ini penulis memberikan pemaknaan terhadap data dan fakta yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dibuat hubungan satu sama lain. Data dan fakta yang telah diseleksi untuk selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar dalam penyusunan skripsi. Fakta sejarah yang ditemukan tersebut kemudian dihibungkan dengan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu mengenai perkebunan. Di dalam tahap interpretasi, masalah mulai dipecahkan dengan mengadakan tafsiran terhadap makna fakta-fakta sejarah, yang diseleksi atau disaring, dan setelah itu menyusun konsepsi dalam kerangka pemikiran untuk penulisan sejarah.

Historiografi merupakan tahapan menuliskan hasil dari tahapan interpretasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan sejarah. Pengertian historiografi menurut Ismaun (2005, hlm. 32) merupakan rekonstruksi masa lampau yang bersifat kritis dan imajinatif itu berdasarkan evidensi atau data yang diperoleh dengan menempuh proses tertentu. Historiografi merupakan langkah terakhir dari penulisan ini, dalam langkah terakhir penulis menyajikan hasi penelitiannya setelah melakukan tiga langkah sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang mengacu pada kaidah penulisan karya ilmiah.

Selain metode historis, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan interdisipliner dalam penulisan skripsi ini agar mempermudah penulis dalam merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan ini ditandai dengan adanya hubungan yang erat antara ilmu sejarah dengan disiplin ilmu sosial lainnya


(24)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

seperti Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi. Seperti yang diungkapkan oleh Ismaun (2005, hlm. 198) bahwa:

“Dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial ini akan memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah itu, baik keluasaannya atau kedalamannya, akan semakin jelas”.

Penulis menggunakan ilmu Sejarah untuk mengkaji permasalahan yang berkenaan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dibantu oleh ilmu Sosiologi yang digunakan untuk mengkaji mengenai interaksi dan perubahan sosial yang berlangsung di lingkungan masyarakat meliputi status, peran, serta perubahan sosial masyarakat khususnya buruh sadap di perkebunan karet Jalupang. Sedangkan ilmu Antropologi dapat dilihat dari gaya hidup buruh dan budayanya. Selain itu, ilmu Ekonomi digunakan untuk mengkaji mengenai ekonomi masyarakat seperti pemodalan, manajemen, dan pengelolaan usaha, upah tenaga kerja dan kesejahteraan para pekerja.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian adalah studi litelatur dan teknik wawancara. Teknik studi litelatur dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji dari berbagai buku yang dapat membantu penulis dalam mengkaji permasalahan yang sedang diteliti. Untuk teknik wawancara yang dilakukan yaitu wawancara formal dan informal yang diawali dengan membuat daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh narasumber/responden. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dan pertanyaan yang diajukan lebih dikhususkan mengenai kontribusi dari perkebunan terhadap buruh sadap dan mengenai kesejahteraan dari tenaga kerja itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba memaparkan berbagai langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menjadi karya ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah yang dilakukan terdiri dari:

3.2. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa tahap yang harus penulis lakukan. Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang


(25)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menentukan keberhasilan tahap selanjutnya. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1. Penentuan Tema Penelitian

Penentuan tema penelitian merupakan tahapan yang paling mendasar sebelum melakukan penelitian. Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menentukan dan mengajukan rancangan tema dan judul penelitian. Penulis merasa tertarik dengan sejarah perkebunan, terutama mengenai keberadaan perkebunan Jalupang. Selain itu, ketertarikan penulis untuk mengkaji dan melakukan penelitian ini didasari oleh antusiasi masyarakat Cipeundeuy untuk bekerja di perusahaan tersebut. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji dan menggali lebih dalam mengenai peranan perkebunan Jalupang terhadap masyarakat sekitar. Kemudian penulis melaksanakan survei ke tempat yang akan diobservasi yaitu di daerah sekitar pekebunan Jalupang kecamatan Cipeundeuy, kabupaten Subang. Selain itu, penulis melakukan pencarian sumber litelatur yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

Setelah melakukan survei, penulis memperoleh tema pengenai peranan yang diberikan perkebunan terhadap masyarakat Cipeundeuy yang kemudian dijabarkan dalam judul awal, yaitu “Perkembangan PT.Perkebunan Karet Jalupang dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy , Subang (1987-1996)”. Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI. Setelah judul ini disetujui, maka peneliti melanjutkan ke tahap penyusunan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi. Setelah melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing, judul awal pun berganti dengan judul baru yaitu “Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang Tahun 1991-2009”.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahapan ini merupakan lanjutan dari tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian. Pada tahapan ini penulis mulai mencarai sumber – sumber baik


(26)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berupa dokumen, arsip, dan buku-buku yang berhubungan dengan tema yang penulis angkat. Selanjutnya , setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan kajian yang dibahas, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal skripsi. Sistematika dari rancangan proposal skripsi ini didalamnya memuat:

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Masalah dalam bentuk deskriptif 3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian

6. Tinjauan Pustaka yang berisi mengenai daftar litelatur yang digunakan. 7. Metodologi Penelitian yang dipaparkan secara singkat.

8. Sistematika Penelitian 9. Daftar Pustaka.

Proposal penelitian yang dibuat oleh penulis kemudian diajukan dan dipertimbangkan dalam seminar pra-rancangan penelitian skripsi/karya ilmiah melalui surat keputusan yang dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS) dengan No. 07/TPPS/JPS/2014 dan sekaligus penunjukan calon pembimbing I yaitu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum dan calon pembimbing II yaitu Moch.Eryk Kamsory, S.Pd . Selanjutnya diadakan seminar proposal skripsi pada hari Senin tanggal 7 Juli 2014, serta sekaligus penunjukan pembimbing I yaitu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum dan pembimbing II yaitu Moch.Eryk Kamsory, S.Pd melalui surat keputusan No. 09/TPPS/JPS/PEM/2014. Proposal penelitian tersebut kemudian disetujui dengan adanya beberapa perubahan dan perbaikan baik dari judul maupun isi dari proposal. Setelah dilaksanakan proses bimbingan, dengan adanya beberapa pertimbangan. Maka, judul skripsi mengalami beberapa perubahan yang akhirnya diputuskan judul “Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang 1991-2009”.


(27)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Setelah proposal penelitian disetujui oleh TPPS, langkah selanjutnya adalah mengurus surat perizinan guna memperlancar penulis dalam melaksanakan penelitian dan mempermudah penulis dalam memperoleh informasi maupun data-data yang dibutuhkan penulis dalam penelitian. Pada tahap ini, penulis membuat surat perizinan dari Jurusan Pendidikan Sejarah yaitu surat permohonan untuk melakukan pra-penelitian dan penelitian yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan penelitian skripsi, kemudian dilanjutkan mengajukan ke Akademika FPIPS UPI Bandung untuk memperoleh izin dari Dekan FPIPS yang kemudian akan diajukan kepada Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun surat – surat perizinan penelitian tersbut ditujukan kepada instansi-instansi atau lembaga-lembaga sebagai berikut:

1. Kepala Administratur PTPN VIII Kebun Jalupang . 2. Kepala kantor Kecamatan Cipeundeuy

3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang.

4. Kepala Perpustakaan Daerah dan Arsip Daerah Kabupaten Subang.

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Untuk kelancaran penelitian, penulis perlu melakukan persiapan penelitian dengan mempersiapkan instrument penelitian. Adapun instrumen atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian antara lain:

1. Surat perizinan 2. Instrumen wawancara 3. Catatan lapangan 4. Alat perekam 5. Kamera digital 6. Alat tulis

3.2.4 Proses Bimbingan/Konsultasi

Proses bimbingan merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan oleh penulis selama penyusunan skripsi. Bimbingan merupakan kegiatan dalam penulisan laporan penelitian yang dilaksanakan dengan dosen pembimbing I yaitu Dra. Murdiyah Winarti M,Hum dan pembimbing II Moch. Eryk Kamsory S,Pd. Proses bimbingan ini dapat membantu penulis dalam menentukan langkah yang


(28)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tepat dari setiap kegiatan penelitian yang dilakukan. Proses bimbingan juga merupakan kegiatan yang berguna bagi penulis untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi dalam penyusunan skripsi. Selama proses penyusunan skripsi penulis melakukan proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II sesuai dengan waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini penulis diberikan arahan dan masukan yang dapat memudahkan dalam proses penelitian oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga diberikan kritik beserta saran agar skripsi ini menjadi terarah dan tepat sasaran. Dalam proses bimbingan pula, judul skripsi mengalami perubahan dalam kurun waktu (tahun) kajian dari 1987-1996 menjadi 1991-2009. Hal ini diperlukan mengingat berbagai pertimbangan.

Dalam proses bimbingan ini, pembimbing I sangat berkontribusi besar dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, beliau telah membantu penulis dalam penentuan kajian yang akan dibahas. Proses bimbingan juga dilakukan dengan pembimbing II, dalam hal ini pembimbing II lebih memberikan arahan kepada sistematika dan segi tata bahasa dari skripsi yang dibuat. Penulis dapat berkomunikasi secara kontinyu mengenai permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini akan diuraikan mengenai langkah – langkah yang ditempuh penulis dalam mencari dan mengumpulkan data yang relevan sebagai kajian penulisan skripsi. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan unutk menguji permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun pada pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan beberapa langkah yang sesuai dengan metode sejarah, antara lain:

3.3.1. Heuristik

Heuristik berfungsi sebagai salah satu tahapan awal dalam penulisan sejarah seperti mencari, menemukan, dan mengumpulkan fakta-fakta atau sumber-sumber yang berhubungan dengan perkembangan dan kondisi objek yang diteliti.


(29)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis pada tahap ini yaitu melakukan proses pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan dan berhubungan dengan permasalahan penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan pencarian data-data yang berhubungan dan terkait dengan permasalahan penelitian berupa sumber tertulis berupa buku – buku yang relevan, artikel-artikel serta dokumen-dokumen yang diterbitkan ataupun tidak, sedangkan sumber lisan berupa hasil wawancara dengan beberapa responden.

3.3.1.1 Sumber Tertulis

Pada tahap ini penulis mencari sumber-sumber tertulis yang sangat relevan dengan permasalahan penelitian baik berupa buku-buku, artikel, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, arsip, majalah dan Koran. Sumber tertulis tersebut diperoleh dari berbagai tempat, untuk memperoleh sumber tersebut penulis mengunjungi beberapa tempat, sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI)

3. Museum dan Perpustakaan Daerah Kota Subang 4. Perpustakaan Batu Api Jatinangor

5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang

6. Kantor Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang 7. Koleksi Pribadi

Buku-buku berhasil penulis temukan, diantaranya yang ditemukan di perpustakaan UPI adalah buku 10 Tahun Departemen Pertanian karya Departemen Pertanian dan buku Ekonomi Kebun Sawit Dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa karya Elfitra, serta Skripsi dan Jurnal. Di perpustakaan UI penulis menemukan buku Tanah Dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial-Ekonomi karya Mubyarto serta buku Komidti Karet Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia karya JJ Spillane, serta Skripsi dan Jurnal. Di perpustakaan Batu Api penulis menemukan buku Sejarah Perkebunan Di Indonesia : Kajian Sosial-Ekonomi karya Kartodirjo, S & Djoko dan buku Tangan Dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja Dan Perkotaan Masa Kolonial karya John Ingelson. Sedangkan buku – buku koleksi pribadi penulis banyak


(30)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

temukan di berbagai toko buku, seperti di Palasari penulis menemukan buku Karet, Budi Daya Dan Pengolahan, Strategi Pemasaran karya Tim Penulis PS, dan buku lainnya.

Dalam proses pengumpulan litelatur, penulis berhasil mengumpulkan data-data yang di perlukan seperti data-data statistik penduduk yang didapat dari BPS Kabupaten Subang. Selain itu penulis mendapatkan arsip tentang perkebunan di Subang yang diperoleh di perpustakaan daerah Kabupaten Subang, dan untuk memperjelas tujuan penulisan, penulis juga melakukan kunjungan ke perkebunan Jalupang untuk memperoleh data tertulis yang berupa arsip-arsip perkebunan tentang sejarah, luas areal, tenaga kerja dan hasil produksi dari tahun 1991-2009.

3.3.1.2 Sumber Lisan

Penggunaan sumber lisan dalam penelitian mengenai peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang tahun 1991-2009 merupakan aspek yang sangat penting. Disamping masih dangat terbatasnya buku yang membahas tentang perkebunan karet, penggunaan sumber lisan ini sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data dan fakta tentang keadaan masyarakat sekitar perkebunan pada tahun 1991-2009. Pengumpulan sumber lisan ini penulis lakukan dengan menggunkan teknik wawancara. Penggunaan teknik wawancara dilakukan kepada narasumber yang benar-benar mengalami peristiwa dan mengetahui dengan jelas kajian yang diangkat dalam skripsi ini.

Pada tahap ini, penulis mulai mencari narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi. Penulis mencoba untuk mewawancarai buruh sadap seperti Bapak Dana, Bapak Sarip, Bapak Uneb, Bapak Ajat dan Bapak Arman yang diniliai mengetahui tentang bagaimana situasi perkebunan pada tahun 1991-2009 dikarenakan mereka sudah sangat lama bekerja di perkebunan mengingat umur mereka yang hampir atau lebih dari 50 tahun. Penulis pun mewawancarai staf tenaga kerja perkebunan Jalupang baik yang masih bekerja seperti Bapak Asep selaku kepala bagian umum perkebunan dan Bapak Eman selaku kepala bagian tanaman yang dianggap berkompeten menjelaskan tentang perkebunan. Serta penulis pun mewawancarai pensiunan perkebunan seperti


(31)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bapak Mujimin dengan jabatan terakhir sebagai kepala Afdeling dan Bapak Slamet dengan jabatan terakhir sebagai pensiunan mandor besar. Informasi yang didapat dari mereka sangat membantu penulis, karena mereka mengalami dan mengetahui secara jelas tentang bagaimana peranan perkebunan terhadap masyarakat sekitar.

Adapun proses wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara langsung mendatangi tempat tinggal para narasumber. Teknik wawancara individual dipilih karena narasumber satu dengan yang lainnya berbeda kesibukannya. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan menjadi dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara berstruktur yaitu suatu tanya jawab yang semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat atau biasanya secara tertulis. Teknik wawancara yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini merupakan gabungan dari wawancara berstruktur dan tak berstruktur.

Sebelum wawancara dilaksanakan, penulis menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan narasumber kurang jelas, penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber seputar gambaran kehidupan buruh di perkebunan yang dilihat dari tingkat kesejahteraan serta kontribusi dari perkebunan Jalupang.

3.3.2. Kritik Sumber

Tahapan kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kritik sumber terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Kritik sumber ini dimaksudkan untuk mengkaji kebenaran dan ketepatan dari sumber yang didapatkan serta menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau meragukan. Hal tersebur sejalan dengan pernyataan Helius Sjamsuddin (2012, hlm. 103) yang menjelaskan bahwa fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan


(32)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (truth). Dengan kritik ini akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lucey dalam (Sjamsuddin, 2012, hlm. 104) menjelaskan, terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, diantaranya:

1. Siapa yang menanyakan itu?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

3. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya itu? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata

(witness) yang kompeten- apakah ia mengetahui fakta itu?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?

Dalam metode sejarah dikenal dua jenis kritik sumber, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, sedangkan kritik internal lebih menekankan kepada aspek dalam atau aspek isi. Adapun kritik yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menajdi dua tahap, kritik eksternal dan internal :

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal merupakan cara untuk melakukan verivikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, baik sumber tertulis maupun sumber lisan. Kritik ekternal atau kritik luar dimaksudkan untuk menilai otensitas sumber sejarah. Sumber yang otentik bisa juga salinan atau turunan dari aslinya. Dokumen otentik isinya tidak boleh dipalsukan, tapi otentisitasnya belum tentu member jaminan untuk dapat dipercaya. Dalam kritik eksternal dipersoalkan seperti:

“Bahan dan bentuk sumber, umur, asal dokumen, kapan dibuat (sudah lama atau belum lama sesudah terjadi peristiwa yang diberitakan), dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Sumber asli atau salinan, dan masih utuh seluruhnya atau sudah berubah (Ismaun, 2005, hlm. 50)”.

Dalam melakukan kritik eksternal pada sumber tertulis, penulis melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji


(33)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yaitu dengan melakukan uji kelayakan dengan cara verifikasi dan pengklasifikasian buku. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa identitas buku seperti siapa pengarangnya, dimana dan tahun berapa buku tersebut diterbitkan dan penerbit mana yang menerbitkan buku tersebut. Selain itu juga apakan buku tersebut merupakan buku yang dikarang penulis tunggal, hasil editor atau berupa kumpulan artikel.

Kritik pertama dilakukan terhadap buku yang berjudul Sejarah Pekebunan Di Indonesia; Kajian Sosial – Ekonomi karya Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo tahun 1991. Hal pertama yang penulis lihat adalah pengarangnya, merupakan dua orang tokoh sejarawan yang sering menulis buku tentang sejarah di Indonesia. Melalui buku ini, penulis mendapatkan gambaran mengenai kehidupan masyarakat perkebunan dan sejarah perkebunan dari mulai masa kolonialisme hingga perkebunan masa 1980-an. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Aditya Media di Yogyakarta. Buku yang penulis peroleh merupakan buku cetakan kedua pada bulan Ferbuari 1994.

Buku primer kedua yang penulis kritik berjudul Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan karya Mubyarto dkk yang diterbitkan pada tahun 1992. Buku ini ditulis oleh sebuah tim dengan diketuai oleh Prof.Dr.Mubyarto dengan sebelas anggotanya. Jika melihat dari penulis buku ini, semua penulisnya sangat berkompeten dalam bidang perkebunan dan perburuhan. Hampir dari semua penulisnya merupakan penulis kajian sosial ekonomi komoditi perkebunan seperti perkebunan karet, kopi, dll. Buku ini diterbitkan oleh Aditya Media di Yogyakarta. Buku yang penulis peroleh merupakan buku cetakan pertama pada bulan Januari 1992.

Buku Primer yang ketiga berjudul Karet, Budi Daya Dan Pengolahan, Strategi Pemasaran karya tim penulis Penebar Swadaya yang diterbitkan pada tahun 2004. Buku ini ditulis oleh sebuah tim, dimana tim Penebar Swadaya merupakan tim yang biasa menulis beberapa buku komoditi perkebunan. Buku ini diterbitkan oleh PT Penebar Swadaya di Depok. Buku yang penulis peroleh merupakan buku cetakan kesembilan pada tahun 2004.

Kritik sumber dilakukan pula terhadap beberapa arsip yang diperoleh, arsip pertama yang penulis kritik merupakan arsip data penduduk di Kecamatan


(34)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Cipeundeuy yang diperoleh dari BPS Kabupaten Subang. Arsip yang diperoleh merupakan arsip asli karena hanya dicetak satu kali. Selanjutnya penulis mendapatkan arsip berupa sejarah perkebunan di Kabupaten Subang dari perpustakaan daerah Kabupaten Subang, arsip tersebut ditulis oleh tim penulis sejarah Kabupaten Subang. Arsip terakhir yang sangat membantu penulisan skrispi ini adalah Arsip dari perkebunan, arsip ini merupakan arsip asli yang ditulis oleh perkebunan berupa laporan tahunan.

Adapun kritik eksternal yang penulis lakukan pada sumber lisan adalah dengan melihat dan mengidentifikasi apakah narasumber tersebut mengalami dan hidup sezaman dengan peristiwa yang dikaji oleh penulis dan apakah latar belakang narasumber tersebut sesuai dengan yang peneliti butuhkan. Untuk mengkritik sumber lisan, penulis mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar telah bekerja di perkebunan Jalupang pada kurun waktu 1991-2009. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar- benar sesuai. Selain itu, kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber penting diperhatikan.

Narasumber yang diwawancaarai di skripsi ini adalah mayoritas pekerja lapangan seperti buruh sadap dan mandor sadap, semua yang diwawancara merupakakan pelaku sejarah asli. Karena mereka telah bekerja di perkebunan sebelum tahun 1991. Terlebih penulis pun mewawancarai pensiunan perkebunan yang mengetahui tentang sejarah perkebunan dan merupakan saksi hidup perkebunan dari tahun 1991-2009. Penulis tidak hanya mewawancarai satu orang saja di dalam penulisan skripsi ini, tetapi mewawancarai banyak narasumber dengan tingkatan yang sama agar bisa menyimpulkan dari keseluruhan informasi yang didapat. Kesehatan narasumber pada skripsi ini terbilang cukup baik, masih cukup untuk mengingat semua peristiwa penting yang terjadi, diantara mereka hanya mengalami sakit ringan saja sehingga tidak banyak mempengaruhi ingatan mereka dalam memberikan informasi.


(35)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal menekankan kepada sapek dalam yaitu isi dari sumber. Menurut Ismaun (2005, hlm.50) disebutkan bahwa kritik internal atau kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Kritik ini diperlukan untuk memutuskan apakah sumber tersebut dapat diandalkan (reliable) atau tidak. Kritik internal terhadap sumber tertulis berupa buku-buku dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain.

Kritik internal dilakukan pada buku primer yang pertama dengan judul Sejarah Pekebunan Di Indonesia; Kajian Sosial – Ekonomi karya Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo tahun 1991. Buku ini terdiri dari dua bagian dan 12 bab, bagian pertama memaparkan mengenai awal pertumbuhan perkebunan dari tahun 1600-1870. Bagian kedua memaparkan mengenai perkembangan perkebunan dari tahun 1870-1980 an. Buku ini ditulis oleh sejarawan yang sangat kompeten di bidangnya, buku ini pun berisi informasi yang cukup lengkap mengenai perkembangan perkebunan di Indonesia, sehingga buku ini bisa dipakai sebagai sumber utama dalam penulisan skripsi ini.

Buku kedua yang akan dilakukan kritik internal adalah buku berjudul Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan karya Mubyarto dkk yang diterbitkan pada tahun 1992. Buku ini terdiri dari tiga bagian dan 9 bab, bagian pertama memaprakan tentang tanah dan budidaya perkebunan, bagian kedua memaparkan tentang sejarah tanah dan budidaya perkebunan, bagian ketiga menceritakan tentang prospek tanah dan tenaga kerja perkebunan. Buku ini secara keseluruhan memaparkan mengenai buruh di posisi buruh di perkebunan dan juga peranan perkebunan terhadap buruh pekerjanya. Jika melihat dari penulis buku ini, semua penulisnya sangat berkompeten dalam bidang perkebunan dan perburuhan. Sehingga buku ini sangat bisa untuk dijadikan sebagai sumber primer skripsi ini.

Buku Primer yang ketiga berjudul Karet, Budi Daya Dan Pengolahan, Strategi Pemasaran karya tim penulis Penebar Swadaya yang diterbitkan pada tahun 2004. Buku ini terdiri dari 17 bab, secara garis besar buku ini memaparkan tentang tanaman karet secara luas dan mendalam. Serta memaparkan mengenai sejarah perkebunan karet, penyadapan hingga proses produksi. Buku ini ditulis oleh sebuah tim yang memang terbiasa menulis mengenai komoditi perkebunan.


(36)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jika melihat dari penulis buku ini, semua penulisnya sangat berkompeten dalam komoditi perkebunan. Sehingga buku ini sangat bisa untuk dijadikan sebagai sumber primer skripsi ini.

Adapun, dalam melaksanakan kritik internal terhadap sumber lisan, caranya adalah dengan melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2012, hlm. 117). Cara lainnya adalah dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yang ada. Selain itu, dilakukan pula kaji banding antara sumber lisan dengan sumber tertulis untuk mendapatkan kebenaran dari fakta-fakta yang telah didapat. Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut mengalami pengujian, maka penulis menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Langkah selanjutnya, penulis melakukan kaji banding terhadap narasumber dengan sumber tertulis yang lainnya.

3.2.3 Interpretasi

Setelah melalui tahapan kritik sumber, tahapan selanjutnya adalah melakukan interpretasi. Interpretasi merupakan tahapan pemberian makna terhadap fakta atau informasi yang diperoleh. Fakta disusun sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji sehingga akan terlihat dengan jelas bahwa antara fakta satu dengan yang lainnya sebagai suatu rangkaian yang logis dan terbentuk rekonstruksi yang memuat tentang penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian sehingga peneliti menemukan sebuah kebenaran. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya menjadi sebuah kesatuan yang dibantu dengan “historical thingking”, yaitu dengan cara penulis memikirkan dan mencoba memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku pada peristiwa di masa lalu itu sehingga penulis akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

Dengan melakukan interpretasi diharapkan dapat menjawab permasalahan yang terdapat di dalam bab I, hasil interpretasi dapat dianalisis kemudian


(37)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dikembangkan dan dijelaskan di bab IV dan bab V. Dalam interpretasi sumber-sumber yang diperoleh, digunakan juga pendekatan interdisipliner, pendekatan dilakukan terhadap permasalahan yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosial. Dengan mengunakan pendekatan ini diharapkan dapat membantu penulis memperoleh gambaran lebih jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

3.2.4 Historiografi

Tahap akhir dari proses penelitian yang menggunakan metode historis dengan pendekatan interdisipliner adalah penulisan hasil penelitian atau historiografi. Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam peneliian setelah peneliti mengumpulkan sumber, menilai dan menafsirkan sumber. Dalam tahap historiografi ini penulis harus mengerahkan segala daya pikir dan kemampuannya untuk menuangkan segala hal yang ada di dalam penelitiannya sehingga dapat mengahsilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya.

Penulisan hasil penelitian ini ditaungkan dalam sebuah hasil karya tulis yang disebut skripsi dengan judul “Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang 1991-2009”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk kebutuhan studi akademis pada tingkat sarjana Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan kerangka tulisan yang disesuaikan dengan buku pedoman karya ilmiah UPI, sehingga dalam penyusunannya dilakukan secara sistematis atau bertahap yaitu terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Peneltian, Pembahasan Hasil Penelitian, dan kesimpulan.

Dalam penyusunan laporan ini, setiap bab memiliki fungsi yang saling berkaitan dengan bab lainnya. Bab I merupakan Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, yang disertai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Dalam bab II yang merupakan Kajian Pustaka, diuraikan mengenai sumber-sumber litelatur yang digunakan sebagai acuan penelitian ini yang terbagi ke dalam beberpa konsep. Kemudian bab II merupakan Metodologi Penelitian, dalam bab ini


(1)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BUKU

Asikin, Z, dkk. 1993. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

Breman, J. 1997. Menjinakan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, Dan Kuli Di Sumaterra Timur Pada Awal Abad Ke-20. Jakarta: Pustaka Graffiti.

Departemen Pertanian. 1978. 10 TH Departemen Pertanian 1968-1979. Jakarta: Departemen Pertanian.

Elfitra. 2010. Ekonomi Kebun Sawit Dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa. Bandung: UNPAD PRESS.

Ingelson, J. 2004. Tangan Dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja Dan Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas Bamboo.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Kartodirjo, S & Djoko, S. 1991. Sejarah Perkebunan Di Indonesia : Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya media.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Kuntowijoyo. 2005. Metodologi sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Martono, N. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Post Modern, Dan Poskolonial. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

Mubyarto, dkk. 1992. Tanah Dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam perspektif pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(2)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Nasikun. 2009. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poesponegoro, M, D & Nugroho N. 1993. Sejarah Nasional Indoensia Vi. Jakarta: Balai Pustaka

Prabowo, D, dkk. 1992. PT.Perkebunan XX (PERSERO) Dalam Perjalanan Waktu. Surabaya: Airlangga University Press.

Sajogyo, P. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta Bekerjasama Dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Sandra, 2007. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia. Jakarta : TURC

Saripudin, D. 2005. Mobilitas Dan Perubahan Sosial. Bandung: Masagi Foundation Satraatmaja, E. 1985. Ekonomi Pertanian Indonesia: Masalah Gagasan Dan Strategi.

Bandung: Angkasa.

Sjamsuddin, H. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

Spillane J,J. 1989. Komoditi Karet Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Stroller, A L. 2005. Kapitalisme Dan Konfrontasi Di Sabuk Sumatera 1870-1979. Yogyakarta: Karsa.

Sudono, A. 1997. Perburuhan Dari Masa Ke Masa. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo. Susanto, P. A. 1983. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta. Taneko, B. S. 1993. Struktur Dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(3)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Penebar Swadaya.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf dan Yasri. S. 1982. Penyulingan Lembaran Karet Menjadi Bahan Bakar Minyak Karet (BBMK). Jakarta: CV.Genap Jaya Baru kerjasama dengan pemerintah DKI Jakarta.

SKRIPSI

Bukhori, F. 2010. Peranan PT.Perkebunan Karet Talaga Kantjana Cikasintu Kabupaten Sukabumi Dalam Perkembangan Sosial Ekonomi Buruh Penyadap Karet (1952-1990). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Silitonga, Imelda. 1994. Boom Ekspor Karet (1950-1953). Universitas Indonesia. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Sonjaya, Sonya. 2009. Perkembangan PT.Perkebunan Ciater Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Ciater Tahun 1971-1996. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Supian. 1992. Perkembangan Perkebunan Karet di Subang 1877-1942. Universitas Indonesia. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

JURNAL

Nasarudin. 2009. Produksi Tanaman Karet Pada Pemberian Stimulant Etephon. Jurnal Agrisitem. Desember 2009, Volume 5 No.2. Hlm 1-13.

Herlina. 2002. Kajian Penggunaan Asap Cair Pada Pengolahan Sheet (Ribbed Smoked Sheet). Jurnal Agribisnis. Januari-Juni 2002 Volume 6 No 1.Hlm 34-3).

Gustantinah, Dkk. 2006. Hubungan Patron Klien PT Carun Phokpan Surabaya Dan Peternak Plasma Puyuh Di Cangkringan Yogyakarta. Jurnal Sosiosains. April 2006. Volume 19 No 2. Hlm 275-285.


(4)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ARSIP

Arsip Kecamatan Cipeundeuy Tahun 2009

Bagian Tanmanan. Areal Konsesi PTPN VIII Kebun Jalupang Tahun 1991-2009

………..Daftar Kloon Unggulan PTPN VIII Kebun Jalupang Tahun 1991-2009

………..Peta Areal PTPN VIII Kebun Jalupang Tahun 1991-2009

……….Produksi PTPN VIII Kebun Jalupang Tahun 1991-2009

Bagian Umum. Data Perjalanan HGU PTPN VIII Kebun Jalupang tahun 1991-2009 ...Tenaga Kerja PTPN VIII Kebun Jalupang tahun 1991-2009

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1991 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1992 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1993 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1994 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1996 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1997 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1998 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 1999 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2000 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2001 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2002 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2003 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2004


(5)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2006 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2007 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2008 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Subang Dalam Angka tahun 2009

Meinanda, T. (2005). Subang Menuju Masa Depan. Subang: tidak ditebitkan.

DAFTAR NARASUMBER WAWANCARA

Nama Usia Jabatan Alamat Tanggal Wawancara Asep

Haerudin

40 Kepala Bagian Umum Emplacement Kec.Cipeundeuy

15 November 2014 Eman

Suherman

50 Kepala Bagian

Tanaman

Kp.Tanggulun Kec.kalijati

18 November 2014

Nedi 49 Staf Bagian Umum Kp.Jalupang,

Kec.Cipeundeuy

8 Oktober 2014

Wendy 32 Staf Bagian Tanaman Emplacement Kec.Cipeundeuy

15 Desember 2014

Tatang 60 Pensiunan Staf

Perkebunan Bagian Tanaman

Kp.Cibeunying, Kec.Cipeundeuy

23 & 29 Oktober 2014

Mujimin 64 Pensiunan Kepala Afdeling

Kp.Cipeundeuy Kec.Cipeundeuy

12 November & 6 Desember

2014 Slamet

Riyadi

67 Pensiunan Mandor Besar

Cipeundeuy Kec.Cipeundeuy

2 November 2014

Endang 52 Mandor Kp.Daya Cipta

Kec.Kalijati

2 Desember 2014


(6)

Celia Alisa Puspita, 2015

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG (1991-2009)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ajat 46 Buruh Sadap Emplacement

Kec.Cipeundeuy

28 November 2014

Arman 48 Buruh Sadap Cipeundeuy

Kec.Cipeundeuy

28 November2014

Dana 52 Buruh Sadap Emplacement

Kec.Cipeundeuy

29 November 2014 & 27 Desember2014

Sarip 51 Buruh Sadap Emplacement

Kec.Cipeundeuy

22 November 2014 & 23

Desember

Uneb 50 Buruh Sadap Kp.Cijoged

Kec.Cipeundeuy

22 November 2014