KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH PERKEBUNAN DI PADANG HALABAN KABUPATEN LABURA (1991-2013).

(1)

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH

PERKEBUNAN DI PADANG HALABAN

(1991-2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

RISKA DEWI POHAN NIM. 309321042

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Riska Dewi Pohan. NIM 309321042. Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Perkebunan Di Padang Halaban Kabupaten Labura (1991-2013). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura (1991-2013). Kemudian dijelaskan tentang sejarah dibukanya perkebunan PT. Smart Tbk Padang Halaban, perkebunan kelapa sawit, dan menjelaskan kehidupan sosial ekonomi buruh tetap dan buruh tidak tetap dan bagaimana sistem perekrut buruh perkebunan di Padang Halaban.Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dengan teknik pengumpulan data dan menggunakan, observasi secara langsung di daerah perkebunan PT. Smart Tbk Padang Halaban kabupaten Labura dan wawancara kepada karyawan buruh tetap dan tidak tetap. Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu dengan menemukan informasi yang relevan dengan kehidupan sosial ekonomi buruh tetap dan tidak tetap (1991-2013). Selanjutnya verifikasi atau keritik sumber dan melakukan interpretasi (menyusun hasil-hasil penelitian berdasarkan fakta) sebagai tahapan terakhir adalah menganalisis dan menyajikan (rekonstruksi) kembali.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa kehidupan buruh tetap mempunyai kemajuan dari tahun (1991-2013) dibandingkan buruh tidak tetap di perkebunan Padang Halaban karena produksi dari tahun ketahun meningkat. Meskipun demikian buruh tidak tetap harus semangat demi mencukupi kehidupan keluarganya. Seperti yang kita ketahui, buruh tetap dan tidak tetap mempunyai kerja sampingan di Perkebunan Padang Halaban, kemudian menjaga peliharaan lembu buruh tetap atau pun mandor perkebunan dan upahnya dibayar dengan 1 anak lembu setiap kali lembu melahirkan. Dari situlah kehidupan sosial ekonomi buruh sedikit membantu untuk tambahan menyekolahkan anak sampai tingkat pendidikan menengah.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya yang tak terhingga berupa kesehatan

serta kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul:“

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH PERKEBUNAN DI PADANG

HALABAN KABUPATEN LABURA (1991-2013)”. Tidak lupa penulis

sampaikan sholawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya keluar dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun dalam hal penyajian, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan sumbangan saran yang sifatnya membangun demi kesenpurnaan skripsi ini.

Dalam penyelesaian penulis skripsi ini penulis tentu tidak sendiri. Penulis mandapat . banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan


(7)

iii

4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah

membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama berjalannya perkuliahan serta selaku Dosen penguji skripsi

6. Ibu Dra. Hafnita Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah

7. Bapak Yushar Tanjung, M.Si selaku Dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran bagi penulis

8. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari Selaku Dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran bagi penulis

9. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah UNIMED yang telah

membuka cakrawala pengetahuan sekaligus mendedikasi melalui proses belajar mengajar selama beberapa tahu saya ucapkan terima kasih atas bimbingannya.

10. Terspesial dan terutama ucapan terima kasih sebasar-besarnya kepada kedua

orang tua tercinta. Ayahanda Parlindungan Pohan dan Ibunda Sulasmi yang telah memberikan moral maupun materil dan telah mencurahkan kasih sayang yang tiada pernah kering dan takkan pernah terbalas. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dan semoga karya ini bisa menjadi sebuah hadiah kecil kepada ayah dan ibu yang telah memberikan kepercayaan dan segala upaya yang telah menguliahkan saya hingga selesai.


(8)

iv

11. Kepada Abang dan Adik-adik yang saya sayangi Satria Pohan, Sumira,

Agustina Pohan, Nurhayati Lindung Pohan yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

12. Kepada Terkasih Prananda Ryanza yang telah memberikan dukungan dan doa

serta semangat setiap saat dan telah menemani saya selama waktu yang telah butuhkan.

13. Kepada Bapak Drs. Darma Kamal yang telah memberikan informasi yang

saya perlukan dan kepada Karyawan perkebunan Padang Halaban

14. Kepada sahabat seperjuangan Sri Rahma Dhaniati Tanjung, Zubaidah yang

telah membantu dan memberi dukungan terhadap penulis

15. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Hari Hikmah, Fitria Kartika, sri

Wulansari, Wilda Ramdhani, Nawi Naposo, Muslimah dan seluruh

teman-teman A’B Ekstensi ’09 dan Reguler ’09 yang telah banyak membantu dan

juga memberi semangat. Terima kasih telah menemani selama perkuliahan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan ucapan terima kasih, penulis meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang membutuhkan.

Medan, Juli 2013 Penulis

Riska Dewi Pohan NIM 309321042


(9)

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI. ... ... v

BAB I . PENDAHULUAN A.Latar belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan masalah ... 5

E.Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka ... 8

B.Kerangka Konseptual ... 14

1. Konsep Perkebunan ... 14

2. Konsep Buruh ... 16

3. Konsep Kehidupan ... 18

4. Konsep Sosial Ekonomi ... 19

C.Kerangka Berpikir ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 24

B.Lokasi Penelitian ... 24

C.Populasi dan sampel ... 24

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 25

E.Teknis Analisis Data ... 26

BAB IV. PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27


(10)

ii

2. Aspek Geografis Desa Perkebunan Padang Halaban ... 29

3. Aspek Sosial Desa Perkebunan Padang Halaban ... 29

4. Aspek Demografi Desa Perkebunan Padang Halaban ... 30

5. Aspek Pendidikan Dan Agama ... 32

B.Sejarah Dibukannya Perkebunan Kelapa Sawit Di Padang Halaban ... 34

C.Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban ... 35

D.Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Tetap Dan Tidak Tetap ... 36

1.1 Gaji / Upah Pekerja Tetap (Karyawan)... 36

1.2 Gaji/ Upah Pekerja Lepas ... 40

1.3 Tingkat Pendapatan ... 50

1.4 Prasarana dan Transportasi ... 52

E.Perumahan ... 52

1.1 Perumahan bagi Buruh Tetap ... 52

1.2 Perumahan Bagi Butuh Tidak Tetap ... 53

F. Rumah Sakit ... 54

1.1.Sarana Kesehatan ... 55

1.2.Sarana Transportasi ... 55

G. Pendidikan ... 55

H. Perekrut ... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 60

B.Saran ... 61


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sejarah Kepala Desa Padang Halaban ... 28

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 3. Sarana Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 33

Tabel 5. Sarana Ibadah ... 34

Tabel 6. Daftar Gaji Akhir Bulan dan Pinjaman Karyawan Tetap Sesuai Dengan Golongan ... 38


(12)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. PT. Smart Tbk Padang Halaban Mill mulai dibangun pada tahun 1926,

dengan nama PT. Maskapai perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970 seluruh saham perusahaan dijual dengan pihak Asing dan status perusahaan berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing). Perusahaan perkebunan ini memberi fasilitas kepada karyawan, disamping gaji dan catu beras setiap 2 minggu sekali, juga memberi fasilitas rumah, air, listrik PLN (yang disubsidi perusahaan), juga pengobatan, pendidikan dan sarana olahraga bagi keluarga karyawan

2. Sistem perekrutan buruh perkebunan di Padang Halaban mengumpulkan

sejumlah pelamar yang berkualifikasi bagus untuk pekerjaan didalam organisasi atau perusahaan. Penarikan (recruitment) adalah proses pencarian dan pemikatan para colon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan. Rekrutmen merupakan langka pertama dalam rangka menerima seseorang dalam peroses pengupahan buruh.

3. Dalam kehidupan sehari-hari dengan gaji yang cukup besar untuk

menghadapi kebutuhan hidup. Sebagian dari buruh tetap mempunyai kerja sampingan seperti membuka usaha jualan minyak dan memelihara lembu. Bagi buruh tidak tetap yang bertugas dilapangan yang bekerja sebagai pendodos sawit dan menanam kecambah hanya sedikit gaji yang


(13)

2

diterima dalam sehari. Namun, dengan gaji yang sedikit terkadang buruh tidak tetap ini mengajak istri nya untuk ikut bantu mengerjakan menyiram dan mengutupi berondolan. Meski dalam 1 hari upah yang di dapat tidak seberapa tapi sedikit membantu dalam kehidupan sehari-hari karena istri dan keluarga ikut bekerja.

B. SARAN

1. Sebagian dari buruh tetap dan buruh tidak tetap bermayoritas orang jawa

dan beragama muslim, dan tempat tinggal buruh tetap dan buruh tidak tetap tidak jauh dari perkebunan Padang Halaban.

2. Masyarakat perkebunan Padang Halaban tetap menjaga hubungan

silaturahmi yang baik sesama tetangga.

3. Meski gaji yang diperoleh tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari tetapi

buruh tidak tetap selalu berusaha untuk mencari tambahan uang dengan mencari sapu dan memelihara lembu dan ada juga yang mencari jamur yang dikerjakan setelah pulang bekerja.

4. Bagi buruh tetap dan buruh tidak tetap sebagian tidak menempati rumah

perkebunan karena mereka mempunyai rumah sendiri.

5. Dengan adanya penulisan tentang kehidupan sosial ekonomi buruh

Perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura (1991-2013) semoga pembaca bisa mengetahui tentang buruh perkebunan yang gajinya hanya pas-pasan didapat dan harus mencari tambahan lagi untuk kebutuhan yang mendadak.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah daerah Agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan maaupun peternakan. Begitu juga dengan usaha masyarakat pada sektor lain juga berbasis pertanian seperti pariwisata dan industri kecil dan agro industri.

Perkebunan Padang Halaban termasuk dalam wilayah kecamatan Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara. Perkebunan Padang Halaban merupakan wilayah bentukan Belanda pada masa Kolonial Belanda di Indonesia. Perkebunan Padang Halaban dibuka Belanda sekitar tahun 1990-an dan merupakan perkebunan khusus Kelapa Sawit.

PT. Smart Tbk Padang Halaban Mill mulai dibangun pada tahun 1926, dengan nama PT. Maskapai perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970 seluruh saham perusahaan dijual dengan pihak Asing dan status perusahaan berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing). Sesuai dengan suratdari BKPM No. 06/V1/1985. Pada tanggal 28 Maret 1985 status perusahaan berubah menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Pada tahun 1991 perusahaan berubah nama menjadi PT. Sinar Mas Agro Resourches dan Teknology Corporation (PT. Smart Corporation). Dan pada tahun 1999 Go Public dengan nama PT. Smart Tbk.


(15)

PT. Smart Tbk Padang Halaban mempunyai luas areal 7.370 Ha sesuai dengan HGU No. 95/HGU/BPN/1997 Tanggal 6 Agustus 1997. PT. Smart Tbk Padang Halaban Mill saat ini mempekerjakan sumber daya manusia yang terdiri dari 12 orang Staff dan yang terdaftar dalam SKU terdiri dari 123 Karyawan bulanan dan 36 orang karyawan harian.

Perusahaan perkebunan ini memberi fasilitas kepada karyawan, disamping gaji dan catu beras setiap 2 minggu sekali, juga memberi fasilitas rumah, air, listrik PLN (yang disubsidi perusahaan), juga pengobatan, pendidikan dan sarana olahraga bagi keluarga karyawan. Desa Perkebunan Padang Halaban memiliki kondisi ekologi yang sesuai untuk Perkebunan Kelapa Sawit yaitu wilayah tropis dengan curah hujan yang tinggi. Di samping itu tanahnya gembur dan subur. Menurut Pahan (2012:42):

“Perkebunan Indonesia telah melewati perjalanan sejarah yang

panjang. Lebih dari lima abad yang lalu, lautan nusantara telah ramai oleh lalu lintas perdagangan komoditi utama produk perkebunan, seperti lada, pala, cengkeh, dan rempah-rempah yang kemudian berkembang dengan komoditi tambahan, seperti kakao, kopi, karet dan kelapa sawit yang tetap menjadi produk utama

dalam prekonomian nasional”.

Pada awalnya, perkebunan merupakan sistem perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial. Sistem perkebunan ini dibawa oleh perusahaan kapitalis asing yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa (European plantation). Sistem perkebunan Eropa sangat berbeda dengan perkebunan rakyat (Garden system). Yang bersifat tradisional dan di usahakan dalam skala kecil dengan penyertaan modal yang seadanya.


(16)

Perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah ( dulunya milik Belanda yang sekarang telah dinasionalisasi) yang berbeda dalam aturan pada tahun 1968 mencapai 28 unit manajemen. Manajemen tersebut juga di persempit secara umum menurut kelompok-kelompok dan lokasi secara geografis. Setiap unit, atau PNP (perusahaan Negara Perkebunan), memiliki markas di Medan, atau disalah satu perkebunan yang terletak di daerah bagian tengah dan mencakup sekitar 13.000 dan 44.000 hektar perkebunan. Setiap unit dikepalai oleh seorang Direktur yang menentukan dan bertanggung jawab atas urusan pertanian.

Dalam hirarki perusahaan, terdapat kelompok yang berada dibawah mereka, yaitu manajer perkebunan, lingkaran kecil dari asisten dalam bidang administrasi. Mereka adalah kelompok representasi dari otoritas negara dan/ atau perusahaan yang paling langsung berhubungan dengan masyarakat perkebunan. Walaupun anggaran dan garis-garis besar perkebunan ditentukan oleh kementrian pertanian serta direksi PNP, manajer perkebunan diberikan kebebasan relatif dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan pemekerjaan dan pemecatan personel, penggunaan buruh-buruh lepas dan negosiasi dengan kontraktor-kontraktor buruh.

Pada masa lampau, perkebunan berfungsi sebagai sumber produksi yang menghasilkan berjuta-juta kepada pemerintah Kolonial, namun dari dana yang diperoleh itu sedikit sekali yang digunakan untuk membanguan daerah ajjahan. Dengan demikian terjadi keadaan yang sangat berbeda antara perkebunan dan daerah sekitarnya.


(17)

Hal ini juga dikarenakan golongan Eropa mulai terarah ke kota untuk mencari hiburan atau rekreasi. Kota-kota Bandung, Malang, Medan berkembang pesat karena menjadi pusat pemukiman dan pelayanan bagi kaum perkebunan.

Untuk keperluan pegawai pabrik, disediakan berbagai fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi yang juga terbuka bagi masyarakat di sekitarnya.Usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah kolonial telah mengintegrasikan rakyat pedesaan dengan masyarakat pabrik bukan malah mengisolasinya.

Menurut Pahan (2012:45)

‘Nasionalisasi perusahaan perkebunan milik swasta Belanda dipicu

oleh tuntunan pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Belanda tentang kedaulatan Irian Barat (sekarang Papua). Sejak gagalnya pemerintah Indonesia memperoleh dukungan untuk kedaulatan Indonesia di Irian Barat pada pemungutan suara di PBB pada tanggal 29 November 1957, timbul pemogokan buruh yang bekerja di perusahaan perkebunan Belanda. Pemogokan ini segera disusul dengan tindakan pengambilalihan perusahaan dan

perkebunan-perkebunan Belanda oleh para buruh”.

Dari uraian diatas, produksi Perkebunan Padang Halaban merupakan pilar utama dalam pengembangan sektor industri pengolahan kelapa sawit. Dan juga diarahkan dalam rangka menciptakan keselamatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil Devisa Negara.

Penerimaan upah buruh pada masa Orde Baru juga tidak membaik dibandingkan dengan masa sebelumnya, malah justru menurun dibandingkan dengan masa ordonansi kuli.

Pada tahun 1985 pada saat itu boleh dikatakan situasi perekonomian


(18)

pengupahan buruh di Perusahaan Perkebunan pada intinya didasarkan atas kontrak kerja. Kontrak kerja tersebut bisa atas dasar borongan dan harian.

Berdasarkan uraian diatas, saya sebagai peneliti ingin mengangkat latar belakang sejarah Perkebunan Padang Halaban, dengan judul penelitian

“Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Perkebunandi Padang Halaban

kabupaten Labura (1991-2013)”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

2. Kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban

Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Sistem perekrut buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura

1991-2013.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada : “Kehidupan

Sosial Ekonomi Buruh Perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura

1991-2013”.

D. Rumusan Masalah


(19)

1. Bagaimana sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

2. Bagaimana sistem perekrut buruh perkebunan di Padang Halaban

Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang

Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten

Labura 1991-2013.

2. Untuk mengetahui sistem perekrutan buruh perkebunan di Padang Halaban

Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang

Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan peneliti tentang kehidupan sosial ekonomi

buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura.

2. Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang kondisi kehidupan sosial

buruh perkebunan di Padang Halaban.

3. Untuk menambah wawasan peneliti tentang kekerasan yang dialami oleh


(20)

4. Memberi informasi dan pemahaman kepada masyakat kota Medan bahwa perkebunan di Padang Halaban berperan dalam kehidupan sosial ekonomi.

5. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bahan

perbandingan terhadap hasil penelitian yang telah ada maupun digunakan bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan.

6. Sebagai bahan masukan bagi Lembaga Pendidikan umumnya dan


(21)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Rhineka Cipta. Jakarta Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli. Jakarta: Pustaka Umum

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Kartodirdjo, Sartono. 1991. Sejarah Perkebunan Di Indonesia. Aditya Media. Yogyakarta

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. PT Tiara Wacana. Yogyakarta

Nurhasim, Moch. 2002. Konflik Dan Dinamika Politik Lokal Kelas Pemodal Negara Versus Masyarakat. Ombak. Jakarta

Pahan, Iyung. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Ricklefs , M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi. Jakarta Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta

Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Soepomo, Imam. 2003. Pengantar Hukum Perburuhan. Penerbitan Djambatan. Jakarta

Stoler, Ann Laura. 2005. Kapitalisme dan Konfrontasi di sabuk perkebunan Sumatera. Karsa. Yogyakarta


(1)

Perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah ( dulunya milik Belanda yang sekarang telah dinasionalisasi) yang berbeda dalam aturan pada tahun 1968 mencapai 28 unit manajemen. Manajemen tersebut juga di persempit secara umum menurut kelompok-kelompok dan lokasi secara geografis. Setiap unit, atau PNP (perusahaan Negara Perkebunan), memiliki markas di Medan, atau disalah satu perkebunan yang terletak di daerah bagian tengah dan mencakup sekitar 13.000 dan 44.000 hektar perkebunan. Setiap unit dikepalai oleh seorang Direktur yang menentukan dan bertanggung jawab atas urusan pertanian.

Dalam hirarki perusahaan, terdapat kelompok yang berada dibawah mereka, yaitu manajer perkebunan, lingkaran kecil dari asisten dalam bidang administrasi. Mereka adalah kelompok representasi dari otoritas negara dan/ atau perusahaan yang paling langsung berhubungan dengan masyarakat perkebunan. Walaupun anggaran dan garis-garis besar perkebunan ditentukan oleh kementrian pertanian serta direksi PNP, manajer perkebunan diberikan kebebasan relatif dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan pemekerjaan dan pemecatan personel, penggunaan buruh-buruh lepas dan negosiasi dengan kontraktor-kontraktor buruh.

Pada masa lampau, perkebunan berfungsi sebagai sumber produksi yang menghasilkan berjuta-juta kepada pemerintah Kolonial, namun dari dana yang diperoleh itu sedikit sekali yang digunakan untuk membanguan daerah ajjahan. Dengan demikian terjadi keadaan yang sangat berbeda antara perkebunan dan daerah sekitarnya.


(2)

Hal ini juga dikarenakan golongan Eropa mulai terarah ke kota untuk mencari hiburan atau rekreasi. Kota-kota Bandung, Malang, Medan berkembang pesat karena menjadi pusat pemukiman dan pelayanan bagi kaum perkebunan.

Untuk keperluan pegawai pabrik, disediakan berbagai fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi yang juga terbuka bagi masyarakat di sekitarnya.Usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah kolonial telah mengintegrasikan rakyat pedesaan dengan masyarakat pabrik bukan malah mengisolasinya.

Menurut Pahan (2012:45)

‘Nasionalisasi perusahaan perkebunan milik swasta Belanda dipicu oleh tuntunan pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Belanda tentang kedaulatan Irian Barat (sekarang Papua). Sejak gagalnya pemerintah Indonesia memperoleh dukungan untuk kedaulatan Indonesia di Irian Barat pada pemungutan suara di PBB pada tanggal 29 November 1957, timbul pemogokan buruh yang bekerja di perusahaan perkebunan Belanda. Pemogokan ini segera disusul dengan tindakan pengambilalihan perusahaan dan perkebunan-perkebunan Belanda oleh para buruh”.

Dari uraian diatas, produksi Perkebunan Padang Halaban merupakan pilar utama dalam pengembangan sektor industri pengolahan kelapa sawit. Dan juga diarahkan dalam rangka menciptakan keselamatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil Devisa Negara.

Penerimaan upah buruh pada masa Orde Baru juga tidak membaik dibandingkan dengan masa sebelumnya, malah justru menurun dibandingkan dengan masa ordonansi kuli.

Pada tahun 1985 pada saat itu boleh dikatakan situasi perekonomian Indonesia tergolong stabil malah mendapatkan “Swasembada Beras”. Sistem


(3)

pengupahan buruh di Perusahaan Perkebunan pada intinya didasarkan atas kontrak kerja. Kontrak kerja tersebut bisa atas dasar borongan dan harian.

Berdasarkan uraian diatas, saya sebagai peneliti ingin mengangkat latar belakang sejarah Perkebunan Padang Halaban, dengan judul penelitian “Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Perkebunandi Padang Halaban kabupaten Labura (1991-2013)”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013. 2. Kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban

Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Sistem perekrut buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada : “Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013”.

D. Rumusan Masalah


(4)

1. Bagaimana sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

2. Bagaimana sistem perekrut buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

2. Untuk mengetahui sistem perekrutan buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

3. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura 1991-2013.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan peneliti tentang kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan di Padang Halaban Kabupaten Labura.

2. Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang kondisi kehidupan sosial buruh perkebunan di Padang Halaban.

3. Untuk menambah wawasan peneliti tentang kekerasan yang dialami oleh buruh pekerja perkebunan Sumatera Utara.


(5)

4. Memberi informasi dan pemahaman kepada masyakat kota Medan bahwa perkebunan di Padang Halaban berperan dalam kehidupan sosial ekonomi. 5. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bahan

perbandingan terhadap hasil penelitian yang telah ada maupun digunakan bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan.

6. Sebagai bahan masukan bagi Lembaga Pendidikan umumnya dan UNIMED khususnya.


(6)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Rhineka Cipta. Jakarta Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli. Jakarta: Pustaka Umum

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Kartodirdjo, Sartono. 1991. Sejarah Perkebunan Di Indonesia. Aditya Media. Yogyakarta

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. PT Tiara Wacana. Yogyakarta

Nurhasim, Moch. 2002. Konflik Dan Dinamika Politik Lokal Kelas Pemodal Negara Versus Masyarakat. Ombak. Jakarta

Pahan, Iyung. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Ricklefs , M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi. Jakarta Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta

Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Soepomo, Imam. 2003. Pengantar Hukum Perburuhan. Penerbitan Djambatan. Jakarta

Stoler, Ann Laura. 2005. Kapitalisme dan Konfrontasi di sabuk perkebunan Sumatera. Karsa. Yogyakarta