PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Olahraga
Oleh: Oman Hadiana
1302325
PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Oleh
Oman Hadiana, M.Pd. UPI Bandung, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga
© Oman Hadiana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Hak cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
Oman Hadiana
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing Tesis
Dr. Herman Subarjah, M.Si. NIP. 196009181986031003
Mengetahui
Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Olahraga
Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes., AIFO. NIP. 196207181988031004 LEMBAR PENGESAHAN
(4)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Oman Hadiana: Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani.
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani. Model pembelajaran dalam penelitian adalah direct instruction dan permainan taktis, sedangkan motor ability terdiri dari tinggi dan rendah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen desain faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini siswa ekstrakurikuler sepak bola 113 siswa. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen untuk mengukur motor ability menggunakan barrow motor ability test dan mengukur kebugaran jasmani menggunakan TKJI. Hasil analisis anova menunjukan, model pembelajaran direct instruction dan permainan taktis memberikan pengaruh terhadap kebugaran jasmani. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap kebugaran jasmani. Uji lanjut tukey’s menunjukkan, model pembelajaran direct instruction dengan permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dari pada permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
(5)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Oman Hadiana: The Influence Of Model Of Learning And Motor Ability Against Of Physical Fitness Level
This study aimed to examine the influence of model of learning and motor ability against of physical fitness level. The learning models used in this study were direct instruction and tactical game, while the motor ability consists of high and low. The method used was experimental method 2 x 2 factorial design. A population of 113 students from football extracurricular. These samples included 40 students. The technique of sampling used was simple random sampling technique. The Instruments to measure the motor ability used the motor barrow ability test and to measure physical fitness using TKJI. ANOVA analysis results showed that direct instruction and learning models tactical game gave effect to physical fitness. There was interaction between the learning model and the motor abilities against the physical fitness. Further Tukey's test showed that direct learning model of instruction with a tactical game on a high level of motor abilities gave results comparable to physical fitness. The learning model of direct instruction is better than tactical game on a low level of motor abilities against physical fitness.
(6)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH………...
ABSTRAK………...
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL……….………
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN………..
DAFTAR LAMPIRAN………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.……….………... B. Rumusan Masalah Penelitian………... C. Tujuan Penelitian.………..………. D. Manfaat Penelitian………..……….………… E. Struktur Organisasi Tesis………..………..……….
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori-Teori Penelitian….………... 1. Model Pembelajaran Direct Instruction………...…..…. 2. Model Permainan Taktis……….…….…... 3. Hakikat MotorAbility………...………. 4. Konsep Dasar Kebugaran Jasmani………..… B. Penelitian yang Relevan………...…..………. C. Kerangka Pemikiran………...………...… D. Hipotesis Penelitian……….……….…
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………..……..……….………
B. Partisipan………..………. i ii iii v vi vii 1 11 12 12 13 14 14 20 25 27 32 34 40 41 42
(7)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel……….………..
D. Instrumen Penelitian.……….…. E. Prosedur Penelitian……..……….……….… F. Analisis Data……….…………...………...
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan………..………...
B. Pembahasan...………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan………
B. Impliksai dan Rekomendasi……….……….
DAFTAR PUSTAKA………...
LAMPIRAN
43 44 45 47
52 57
62 62
(8)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
(9)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan dengan aktivitas jasmani sebagai media pendidikan. Namun demikian, bukan berarti bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak, melainkan melalui aktivitas jasmani secara multilateral dikembangkan pula potensi lainnya; afektif dan kognitif. Dalam operasionalisasinya guru pendidikan jasmani menggunakan aktivitas gerak sebagai sarana untuk mencapainya. Mengenai hal ini, Mahendra (2003:4) menjelaskan bahwa: “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”
Bagi anak, aktivitas gerak fisik merupakan bagian dari kehidupan sehari-harinya. Makin muda usia anak aktivitas gerak adalah ciri utamanya. Aktivitas gerak fisik merupakan jendela awal anak mengenal dunia luarnya. Namun demikian, dalam pendidikan jasmani aktivitas gerak tersebut mendapatkan “rekayasa” dari guru pendidikan jasmani. Rekayasa tersebut dimaksudkan agar aktivitas tersebut dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Suherman (2009:5) menjelaskan bahwa: “Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas jasmani”.
Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif. Namun pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori tujuan seperti yang dikemukakan oleh Bucher (dalam Suherman 2009:7), yaitu:
(10)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitnes)
2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya
4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Tujuan tersebut tidak hanya sekedar hiasan belaka, akan tetapi harus merupakan pedoman dalam pembuatan keputusan tentang program yang akan dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat terwujud dalam kenyataan. Salah satu jenis pendekatan program pendidikan jasmani adalah Fitnes approach. Fitnes approach ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kualitas kesegaran jasmani anak didiknya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Selain itu juga pendidikan jasmani merupakan bagian integral bagi pendidikan nasional yang memberi sumbangan positif dan efektif dalam membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang menyangkut kerjasama, pengambilan keputusan, keterampilan motorik, kebugaran jasmani dan pengetahuan tentang gerakan manusia.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wahana yang strategis bagi pemberdayaan anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kurikulum atau masukan dan informasi dari para ahli dalam bidangnya termasuk juga pemikiran dari para guru. Mengenai jenis materi ajar pendidikan jasmani di sekolah dijelaskan Achmad dkk (2004:16) sebagai berikut:
(11)
3
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Jenis kegiatan yang diajarkan dilkasifikasikan ke dalam enam kategori diantaranya aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam bebas.
Dari semua materi pelajaran yang telah dijelaskan di atas seyogyanya dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa. Sesuai dengan kompetensi dasar yang diharuskan oleh peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 64 tahun 2013 menyatakan bahwa siswa harus memiliki kebugaran jasmani. Dengan adanya peraturan tersebut guru penjas harus mampu menyusun program latihan kebugaran jasmani sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Selain itu, program pembelajaran dan latihan yang dibuat harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga siswa akan mengikuti pembelajaran penjas dengan gembira dan tidak merasa terpaksa. Guru penjas dituntut untuk mampu menciptakan pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan gerak siswa selama mengikuti pembelajaran penjas maupun di luar penjas. Karena dengan meningkatkan aktivitas fisik diharapkan mampu meningkatkan kebugaran jasmani siswa.
Kebugaran jasmani untuk siswa di sekolah adalah kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan. Siswa lebih memerlukan kemampuan tubuh yang dapat melakukan berbagai aktivitas fisik rutin tetapi tidak merasa kelelahan yang berarti sehingga masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas tambahan. Dalam hal ini Giriwijoyo (2013:76) menjelaskan, “Olahraga kesehatan membina khususnya aspek jasmaniah siswa untuk meningkatkan derajat kesehatan dinamis, agar siswa mampu melaksanakan setiap aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari”. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan lebih sering disebut dengan kapasitas aerobik yang dapat diketahui dengan cara mengukur kebugaran cardiorespiratory. Kebugaran ini menekankan pada kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi tubuh berjalan dengan baik.
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup serta dilakukan secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru. Sistem
(12)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
peredaran darah dan pernafasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan, dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan, dan koordinasi. Mengenai hal ini Giriwijoyo (2013:21) menjelaskan:
Kebugaran jasmani yang telah diperoleh harus selalu dipelihara dengan rutin, tanpa pemeliharaan rutin itu maka peningkatan kemampuan fungsional dasar yang telah diperoleh akan dengan cepat hilang, artinya kebugaran jasmani harus senantiasa dipelihara untuk melaksanakan tugas fisik sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya. Kebugaran jasmani harus selalu dipelihara dan bahkan ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi tugas berikutnya dapat dilaksanakan dengan mudah. Olahraga dalam lingkup sekolah adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk memelihara dan meningkatkan derajat sehat dinasmis/kebugaran jasmani yang adekuat bagi siswa, yaitu kemampuan gerak yang mampu mendukung semua kebutuhan gerak dalam perilaku hidupnya sebagai siswa.
Kurikulum yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama untuk mata pelajaran penjas hanya mendapat alokasi waktu 2 x 40 menit dalam satu pertemuan selama satu minggu. Tentunya dengan kondisi demikian, pengaruh dari aktivitas jasmani hasil belajar pada kegiatan intrakurikuler tidak akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani karena untuk mencapai derajat sehat dinamis ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Hal ini di jelaskan oleh Giriwijoyo (2013:40) adalah sebagai berikut:
Terdapat batasan minimal tertentu untuk intensitas dan waktu pelaksanaan olahraga kesehatan agar dapat menghasilkan manfaat, khususnya dapat meningkatkan kemampuan fungsional perangkat pendukung gerak,
(13)
5
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu) dengan rentang intensitas antara 60-80% dari denyut nadi maksimal (DNM).
Dengan demikian perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan suatu aktivitas fisik yang berkonstribusi terhadap peningkatan kebugaran jasmani. Salah satu kegiatan di sekolah dapat diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri 2 Garawangi, khususnya mata pelajaran pendidikan jasmani pada umumnya berupa aktivitas jasmani yang salah satunya berbentuk olahraga permainan bola besar, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran pun dapat dilakukan melalui aktivitas bermain.
Permainan sepak bola merupakan primadona atau bisa dikatakan merupakan olahraga permainan yang sangat diminati oleh sebagian besar siswa SMP Negeri 2 Garawangi. Pembelajaran permainan sepak bola dapat menyalurkan unsur hobi, bakat dan kegembiraan siswa, selain itu juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Dari setiap tingkatan kelas siswa laki-laki yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berjumlah seratus siswa ke atas, ini menandakan bahwa animo terhadap sepak bola sangat besar. Sepak bola merupakan permainan yang atraktif untuk itu diperlukan kemampuan gerak (motor ability) agar dapat bermain dengan baik. Akan tetapi kemampuan gerak setiap individu akan sangat beragam. Aktivitas jasmani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memberikan tugas gerak yang harus dilakukan oleh setiap siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas di sekolah. Ability adalah faktor pendukung dalam keberhasilan suatu penampilan keterampilan motorik. Dengan kata lain, ability merupakan faktor pembatas penampilan gerak seseorang, artinya baik buruknya keterampilan motorik yang ditampilkan tergantung dari ability yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya setiap individu siswa mempunyai kemampuan motorik yang berbeda, seperti yang dikemukakan oleh Schmidt (2000:27) bahwa:
Perbedaan individual didefinisikan sebagai stabil, perbedaan abadi antara orang-orang yang berkontribusi terhadap perbedaan dalam kinerja tugas. Kata-kata kunci dalam definisi ini stabil dan abadi. Misalnya, jika satu orang sangat menyukai golf dan ada orang kedua dengan minat yang sama, ini tidak berarti bahwa orang pertama akan memiliki kemampuan yang lebih unggul daripada yang kedua. Namun, jika orang pertama yang secara
(14)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
konsisten melampaui orang yang kedua di berbagai keadaan, kita dapat mengatakan dengan lebih percaya diri bahwa ada perbedaan individu dalam kemampuan dua orang itu.
Penelitian tentang perbedaan-perbedaan individual berkaitan dengan dua hal. Pertama, ada masalah mendasar dalam mengidentifikasi kemampuan yang berkontribusi terhadap perbedaan dalam kinerja keterampilan orang. Para ilmuwan yang melakukan penelitian jenis ini berusaha untuk mengukur dan menggambarkan kemampuan yang berbeda sebanyak mungkin. Kedua, ada tantangan untuk memperkirakan atau memprediksi masa depan seseorang (atau potensialnya) terhadap tingkat keterampilan di bidang olahraga, pekerjaan, atau tugas sehari-hari tertentu berdasarkan kemampuannya.
Para ilmuwan yang mempelajari perbedaan individu dalam kinerja manusia umumnya menggunakan pengertian dari kemampuan, yang didefinisikan sebagai warisan yang relatif tahan lama, ciri-ciri yang stabil dari individu yang mendasari atau yang mendukung berbagai jenis kegiatan atau keterampilan. Kemampuan, untuk sebagian besar yang diperkirakan pada dasarnya ditentukan secara genetis dan dimodifikasi oleh praktek atau pengalaman.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola di sekolah perlu diterapkan sebuah model pembelajaran tertentu agar siswa dapat termotivasi untuk bergerak bebas dan melakukan aktivitas fisik dengan suasana yang menyenangkan dengan harapan dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh guru. Berkenaan dengan model pembelajaran Juliantine dkk. (2013:8) menjelaskan bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain itu dijelaskan pula bahwa model pembelajaran merupakan pola langkah yang digunakan dan mekanisme untuk kegiatan pembelajaran juga
(15)
7
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sebagai acuan pelaku pendidikan agar tercapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam praktiknya, yang harus diingat adalah tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, namun model pembelajaran akan menjadi tepat jika memperhatikan kondisi siswa, sifat materi/bahan ajar, fasilitas sarana dan prasarana, dan kondisi guru itu sendiri. Oleh karena, dengan mengunakan suatu model pembelajaran yang sesuai, diharapkan kreativitas dan keterampilan peserta didik dapat berkembang. Metzler (2000:161-365) menjelaskan terdapat tujuh model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu:
1. Model pembelajaran direct instruction 2. Model Pembelajaran Personal
3. Model Pembelajaran Kerjasama
4. Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga 5. Model Pembelajaran Kelompok
6. Model Pembelajaran Inkuiri 7. Model Permainan Taktis
Kaitan kebugaran jasmani dengan dunia pendidikan dikembangkan melalui pembelajaran yang terarah dan terencana melalui beberapa model pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan karakteristik bahan pelajaran serta kondisi peserta didik. Dalam suatu proses pembelajaran, biasanya seorang guru akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa dengan mudah. Untuk menyikapi permasalahan sesuai dengan kondisi yang ada tersebut, maka diperlukan suatu pola atau model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas gerak. Beberapa cara mengajar tentang pemeliharaan/peningkatan kebugaran jasmani tersebut di antaranya dengan menggunakan penerapan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis.
Direct instruction memiliki karakteristik yang berpusat pada keputusan guru, dan guru langsung mengarahkan pola keterlibatannya untuk para siswa, guru mempunyai tujuan yang jelas dalam pikirannya. Siswa diberikan model pembelajaran dengan keterampilan gerak atau konsep yang diinginkan oleh guru dan mengorganisir aktivitas belajar siswa kedalam segmen waktu yang terpisah.
(16)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Guru menetapkan penambahan tingkat tanggapan atas apa yang dilakukan oleh siswa pada setiap tugas atau ketrampilan siswa hanya di berikan beberapa keputusan untuk melakukan dan kebanyakan hanya mengikuti guru di kelas juga menjawab pertanyaan guru ketika ditanya. Tujuan dari model ini adalah utuk menetapkan pengguanaan waktu pembelajaran yang paling efisien dan untuk mengupayakan agar meningkatkan keterlibatan siswa dalam tugas praktik dan ketrampilan yang lebih tinggi. Esensi dari model ini adalah untuk memberikan siswa sebanyak mungkin praktik pengawasan sehingga guru dapat mengamati usaha ini dan memberikan nilai yang tingggi, untuk tanggapan positif dan perbaikan.
Isi unit dalam direct instruction adalah terbagi menjadi serangkaian ketrampilan kinerja dan pengetahuan, ini disempurnakan dalam tugas analisis, setiap pengetahuan dan ketrampilan yang berisi satu set kinerja khusus bagi siswa untuk berlatih dan belajar. Pola untuk proses pada pembelajaran direct instruction terdiri dari beberapa tahapan, Roseshine (dalam Metzler, 2000:163) menidentifikasi 6 tahapan dalam direct instruction, yaitu:
1. Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya 2. Memberikan materi atau keterampilan baru 3. Praktik awal siswa
4. Tanggapan dan perbaikan 5. Latihan/praktik mandiri 6. Pengulangan secara periodik
Dasar pemikiran untuk direct instruction sedikit bersifat progresif, seperti yang telah di ungkapkan Marine-Dershimer (dalam Metzler, 2000:165). Guru membuat rencana yang jelas untuk satu seri latihan, kemudian guru memberikan gambaran pada siswa dari hasil penampilan yang diinginkan yang kemudian dilanjutkan kepada aktivitas pembelajaran. Setiap tugas pembelajaran harus di tingkatkan penguasaan untuk membawa siswa lebih berkembang lagi. Salah satu program untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui model ini yaitu dengan ditingkatkannya aktivitas jasmani secara bertahap mealui latihan sepak bola dalam ekstrakurikuler. Dengan meningkatnya aktivitas jasmani secara progresif akan berdampak terhadap meningkatnya kebugaran jasmani.
(17)
9
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Selain model pembelajaran direct instruction, dapat juga diterapkan model permainan taktis. Salah satu kandungan terluas dalam program pendidikan jasmani adalah belajar dan mengajar dalam olahraga yang berkaitan dengan permainan. Model permainan taktis ini dinikmati para siswa dengan pengalaman sebelumnya dan kemampuan dalam permainan yang diajarkan. Hal ini juga memungkinkan bahwa model ini akan fokus terutama pada pengembangan keterampilan dan untuk tingkat yang lebih rendah, strategi yang diperlukan untuk memainkan permainan dengan baik. Siswa ingin bermain, mereka ingin berlatih keterampilan permainan dalam latihan berulang-ulang jauh lebih sedikit, dan seringkali akan menunjukkan resistensi besar ketika diarahkan untuk berlatih pada keterampilan yang berlainan yang mereka anggap memiliki sedikit hubungannya dengan penampilan permainan sebenarnya. Dalam hal ini Metzler (2000:340) menjelaskan bahwa, “The Tactical Game model cleverly uses student interest in the game structure to promote skill development and tactical knowledge needed
for competent game performance”.
Dalam permainan taktis, perencanaan guru merupakan rangkaian tugas yang isinya menyerupai permainan untuk mengembangkan keterampilan dan strategi siswa, tentunya merupakan modifikasi dari permainan yang sesungguhnya. Penekanannya pada perkembangan pengetahuan yang memfasilitasi pengaplikasian keterampilan dalam bentuk bagian kecil dalam permainan sehingga siswa pada waktunya dapat mengaplikasikan kedalam permainan yang sesungguhnya. Metzler (2000:340) mengatakan bahwa, “As the name indicates, the organizing center of The Tactical Game Model is tactics, the combination of strategy and skill needed to perform in game and game-like situations”.
Terdapat beberapa keuntungan dari penerapan model permainan taktis, lebih lanjut Hoedaya (2001:16) menjelaskan keuntungan pembelajaran dengan pendekatan taktis adalah:
1. Dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani.
2. Dapat mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan performa.
(18)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Dapat menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas jasmani dan memahami manfaat keterlibatannya.
Model permainan taktis mempunyai beberapa tujuan spesifik, dalam hal ini Tarigan (2001:7) menjelaskan tentang tujuan dari model permainan taktis sebagai berikut:
1. Meningkatkan penguasaan kemampuan bermain sepak bola melalui keterkaitan antara taktik permainan dengan perkembangan keterampilan
2. Memberikan kesenangan kepada siswa dalam melakukan aktivitas latihan
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam permainan
4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sedang berlangsung selalu berubah-ubah
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menikmati suasana latihan dengan penuh semangat dan menggairahkan serta tidak membosankan.
Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan secara tidak langsung siswa termotivasi untuk terlibat aktif dan larut dalam aktivitas jasmani walaupun dengan intensitas dan kompleksitas yang tinggi. Oleh karena banyaknya aktivitas yang dilakukan maka akan berdampak terhadap meningkatnya kebugaran jasmani siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Sallis at. al. (1997) mengatakan bahwa meningkatnya aktivitas fisik siswa berdampak pada meningkatnya kebugaran cardiorespiratory siswa. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kebugaran maka guru harus mampu memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa untuk siswa berlama-lama bergerak sampai pembelajaran berakhir. Durasi gerak siswa tidaklah cukup tanpa disertai dengan intensitas yang cukup (moderat) dalam melakukan aktivitas fisik. Intensitas ditentukan dengan seberapa berat siswa melakukan aktivitas fisik yang dapat diketahui dengan denyut nadi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Menurut Ditjora (dalam Suherman, 2013:2) pada pidato pengukuhan Guru
(19)
11
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Jasmani” mengatakan, kurang dari 20% warga negara Indonesia memiliki
kebugaran jasmani sedang ke atas. Artinya penelitian tersebut menjelaskan bahwa lebih dari 80% warga negara Indonesia memiliki tingat kebugaran jasmani yang rendah. Pada penelitian lain Brian at. al. (2006) mengatakan bahwa, anak yang memiliki kemampuan motorik yang lebih tinggi mungkin lebih mudah untuk aktif secara jasmani dan kemungkinan besar akan terlibat dalam aktifitas jasmani ketika dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang memiliki kompetensi keterampilan motorik yang lebih rendah. Anak-anak yang memiliki kemampuan motorik yang rendah selanjutnya mungkin memilih gaya hidup yang lebih tidak aktif untuk menghindari kesulitan-kesulitan gerakan. Hubungan banyak tidaknya aktivitas jasmani yang dilakukan siswa akan berdampak terhadap tingkat kebugaran jasmani. Berdasarkan kenyataan di lapangan selaras dengan teori yang telah dijelaskan di atas bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 2 garawangi secara keseluruhan berada pada tingkat yang relatif rendah.
Dari penjelasan di atas maka diperlukan model pembelajaran yang memberikan dampak kemauan siswa untuk bergerak secara aktif selama alokasi waktu dengan intensitas yang cukup (moderat) sehingga akan berdampak terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa. Hal ini akan tercapai apabila guru mampu memanfaatkan alokasi waktu dengan optimal dan pembelajaran menyenangkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui kebermaknaan dari penerapan kedua model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani dilihat berdasarkan motor ability siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang kedua model pembelajaran tersebut, karena sejauh ini belum terbukti secara empiris mengenai penelitian yang mengungkapkan tentang “Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dapat dirumuskan sebagai berikut:
(20)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani? 2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability
terhadap tingkat kebugaran jasmani?
3. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani?
4. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.
2. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani.
4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
D. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini memberi kegunaan antara lain:
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik. Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti, informasi dan masukan dalam perencanaan serta pengembangan pada pelajaran penjas.
(21)
13
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam model pembelajaran terutama untuk pengembangan hasil pembelajaran pendidikan jasmani siswa.
b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan sampel dan populasi yang lebih luas.
E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
I. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Tesis II. BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori-Teori Penelitian B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Penelitian
III. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
B. Partisipan
C. Populasi dan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Prosedur Penelitian F. Analisis Data
IV. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan
B. Pembahasan
V. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan
(22)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
(23)
41
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Tujuan metode eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dari perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok objek uji coba. Selain itu, penulis ingin mengetahui perbedaan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen Maksum (2012:65) menjelaskan bahwa, “Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui sebab akibat diantara variable”. Sedangkan Arikunto (2002:4) menjelaskan bahwa:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat digambarkan bahwa metode eksperimen digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari perlakuan atau treatment. Selain itu juga metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil dari hipotesis yang diajukan. Jadi dalam metode eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam penelitian ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas adalah model permainan taktis dan model pembelajaran direct instruction.
Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan desain, disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, maka penulis menggunakan Faktorial design sebagai desain penelitian. Untuk mendapatkan data hasil latihan selama satu setengah bulan, maka dilakukan tes akhir. Setelah data tes akhir terkumpul
(24)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
maka data tersebut disusun, diolah dan dianalisis secara statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui prestasi atau hasil perlakuan dan perbedaannya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen Faktorial 2 x 2 Anava dua arah (Supardi, 2014:350) dengan model permasalahan sebagai berikut:
Model Pembelajaran Motor Ability
Model Pembelajaran Direct Instruction (A1)
Model permainan taktis (A2)
Tinggi B1 A1B1 A2B1
Rendah B2 A1B2 A2B2
Bagan 3.1 Desain Penelitian Keterangan:
A = Model Pembelajaran
A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction
A2 = Model permainan taktis
B = Motor Ability (MA) B1 = Motor Ability Tinggi
B2 = Motor Ability Rendah
A1B1 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran direct instruction
kelompok motor ability tinggi
A2B1 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis
kelompok motor ability tinggi
A1B2 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran Direct
Instruction kelompok motor ability rendah
A2B2 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis
kelompok motor ability rendah B. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Garawangi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Jumlah seluruh partisipan sebanyak 113 siswa, kemudian diambil secara random untuk dijadikan sampel
(25)
43
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sebanyak 40 siswa. Karakteristik partisipan yang spesifik bisa dilihat berdasarkan kriteria di bawah ini:
1) Seluruh partisipan yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola
2) Partisipan yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola seluruhnya berjenis kelamin laki-laki
3) Usia partisipan antara 13 – 15 tahun
4) Partisipan memiliki tingkat motor ability yang heterogen
5) Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berada pada tingkat kebugaran jasmani sedang ke bawah.
Atas dasar kriteria tersebut maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang pengaruh penerapan model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
C. Populasi dan Sampel
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan sumber data yang disebut populasi dan sampel penelitian. Populasi dapat diartikan sebagai objek penelitian, menurut Arikunto (2002:102) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah meneliti sebagian dari populasi.” Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola yaitu dari kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri 2 Garawangi – Kabupaten Kuningan tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 113 siswa.
Sedangkan sampel merupakan sebagian dari anggota populasi. Sugiyono (2013:118) menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120) menjelaskan bahwa:
Teknik pengambilan simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
(26)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara pengundian. Semua anggota populasi namanya ditulis dalam kertas kecil, kemudian digulung, dan dimasukkan ke dalam sebuah gelas. Keluarkan satu persatu sebanyak 40 sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Dari jumlah anggota sampel yang telah terpilih kemudian dilakukan tes awal untuk mengetahui tingkat motor ability. Dari hasil ini diranking mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Untuk kelompok motor ability tinggi diambil dari ranking 1 sampai 20 dan untuk motor ability rendah diambil dari rangking 21 sampai 40. Setelah diketahui tingkat motor ability langkah selanjutnya adalah sampel melakukan tes awal kebugaran jasmani dengan menggunakan TKJI. Dari rangking 1 sampai 20 sampel yang memiliki motor ability tinggi tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk model pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara random.
Begitupun dari rangking 21 sampai 40 sampel yang memiliki motor ability rendah tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk model pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara random.
D. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran yang meliputi:
1. Tes kemampuan motor ability dengan Barrow Motor Ability Test dari Nurhasan (2007:130) terdiri dari:
a. Standing broad jump b. Softball throw c. Zig-zag run d. Wall pass
(27)
45
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu f. Lari cepat 50 meter
Rumus penyekoran :
2. Tes Kebugaran Jasmani menggunakan TKJI untuk SMP dari Nurhasan (2007:119) antara lain adalah:
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama putra dan putri, serta remaja yang seusia.
Butir-butir tesnya, terdiri dari: 1. Tes lari cepat 50 meter
2. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) 3. Tes baring duduk 60 detik
4. Tes loncat tegak
5. Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra) Tabel 3.1
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No Jumlah Nilai Klasifikasi
1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 2 18 – 21 Baik (B) 3 14 – 17 Sedang (S) 4 10 – 13 Kurang (K) 5 5 – 9 Kurang Sekali (KS)
Tabel 3.2
Tabel Reliabilitas dan Validitas Kesegaran Jasmani Indonesia
Tingkat Sekolah Reliabilitas Validitas
Sekolah Menengah Pertama 0,96 0,95
E. Prosedur Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan desain factorial 2 x 2, dan analisis data yang digunakan Anava dua arah (Supardi, 2014:350), dikarenakan
2,2 (standing board jump) + 1,6 (soft ball throw) + 1,6 (zigzag run) + 1,3 (wall pass) + 1,2 (medicine ball put) + lari cepat 50 meter
(28)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terdiri dari dua variable, (1 variabel bebas dan 1 variabel atribut). Model pembelajaran merupakan variable bebas, dan motor ability merupakan variable atribut. Untuk lebih jelas memahami alur penelitian dapat di lihat pada bagan di bawah ini:
Perlakuan atau eksperimen dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 15 kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu Senin, Selasa dan Kamis pukul 15.00 – 17.00 WIB. Kelompok model pembelajaran direct instruction melaksanakan pembelajaran pada pukul 15.00 – 16.00, sedangkan model permainan taktis pukul 16.00 – 17.00 WIB. Waktu pelaksanaan
SAMPEL
MOTOR ABILITY
KELOMPOK TINGGI
PENGOLAHAN DAN ANALISIS
KESIMPULAN POPULASI
TES AWAL MOTOR ABILITY
KELOMPOK RENDAH TES AWAL MOTOR ABILITY
PERLAKUAN/TRETMENT MP.
DIRECT DAN MP. TAKTIS
TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI PERLAKUAN/TRETMENT MP.
DIRECT DAN MP. TAKTIS
Bagan 3.2 Alur Penelitian
(29)
47
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mulai tanggal 30 Maret – 30 April 2015. Tempat latihan di lapangan sepak bola Kecamatan Garawangi – Kabupaten Kuningan. Hal ini didasarkan pendapat Sajoto (1990:48) bahwa: “Latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi
kelelahan yang kronis.” Mengenai jangka waktu lamanya latihan, Kosasih (1993: 28) mengatakan bahwa: “Sebaiknya berlatih paling sedikit tiga kali seminggu.”
Dalam prosedur penelitian harus dirumuskan berdasarkan hipotesis statistik sebagai berikut:
1. Hipotesis main effect H0 : µ A1 = µ A2
HA : µ A1 ≠ µ A2
2. Hipotesis interaction effect H0 = Interaksi A X B = 0
HA= Interaksi A X B ≠ 0
3. Hipotesis simple effect a. H0 : µ A1B1 ≤ µ A2B1
HA : µ A1B1> µ A2B1
b. H0 :µ A1B2 ≤ µ A2B2
HA :µ A1B1 > µ A2B2
Keterangan:
µ = Nilai rata-rata
A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction
A2 = Model permainan taktis
B1 = Motor Ability Tinggi
B2 = Motor Ability Rendah
F. Teknik Analisis Data a. Uji Persyaratan Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data, kemudian melakukan uji
(30)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
anova dua jalur (Two Way ANOVA) untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian.
1) Uji Normalitas Data
Untuk menguji apakah sampel penelitian berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data tidak terdistribusi secara normal. H1 : data terdistribusi secara normal.
Dasar dari pengambilan keputusan di atas kemudian dihitung menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2 - tiled ) , nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan adalah: (1). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima
dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
(2). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima dengan artian bahwa data terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dapat digunakan jika masing-masing variabel berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel atau lebih memiliki varian yang sama. Terlebih dulu mempertimbangkan hipotesis pengujiananya, yaitu:
H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama H1 : Kedua sampel mempunyai variansi berbeda
Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada program komputer. Menurut Sudjana (2005: 250), kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < α (0,05) atau Fhitung > Ftabel maka data
dari perlakuan yang diberikan tidak homogen, (2) jika nilai sig > α (0,05) atau Fhitung≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.
(31)
49
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 X 2, maka digunakanlah analisis varians dua arah (Two Way ANAVA), yaitu cara yang digunakan untuk menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi antar kelompok dapat dikatakan sebagai pembilang dan variansi di dalam kelompok sebagai penyebut.
Menurut Supardi (2014:349) Dalam ANAVA dua jalur, ada 3 jenis hipotesis penelitian yang perlu di uji yaitu:
(1) Hipotesis main effect
Hipotesis main effect yaitu: hipotesis tentang pengaruh variable treatment (X1)
terhadap variable terikat. (2) Hipotesis interaction effect
Hipotesis interaction effect hanya ada satu buah, yaitu hipotesis dari pengaruh interaksi variable treatment (X1) dengan variable atribut (X2) terhadap variable
terikat.
(3) Hipotesis simple effect
Hipotesis simple effect tergantung banyaknya kelompok data atau teori dari variable atribut, karena hipotesis ini merupakan hipotesis yang membandingkan antar 2 kelompok data. Untuk desain eksperimen 2 X 2, banyaknya hipotsis simple effect maksimal 4 buah. Analisis simple effect merupakan uji lanjut dari hipotesis pengaruh interaksi (interaction effect). Oleh karenanya, jika dalam pengujian hipotesis pengaruh interaksi tidak teruji secara signifikan, maka analisis simple effect disarankan tidak perlu dilakukan/dilanjutkan.
Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah:
(1) Hipotesis main effect Hipotesis pertama
H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.
(32)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.
Kriteria Uji:
Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani. Kemudian jika Sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat perbedaan pengaruh
antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani (Ghozali, 2013: 84).
(2) Hipotesis interaction effect Hipotesis kedua
H0 : Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.
HA : Terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.
Kriteria uji:
Jika nilai Sig. interaksi Model Pembelajaran * Motor Ability > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa. Kemudian jika Sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat interaksi model
pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa (Ghozali, 2013:84).
(3) Hipotesis simple effect Hipotesis ketiga
Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata skor variable terikat antara dua kelompok data/sampel dan merupakan pengujian hipotesis simple effect. Uji lanjut simple effect dapat dilakukan dengan menggunakan uji Tukey. dalam eksperimen dengan desain factorial 2 X 2, maksimal ada 4 hipotesis simple effect yang perlu di uji akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan di uji 2 hipotesis saja yaitu:
(33)
51
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (a) Hipotesis antara A1B1 dengan A2B1
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi.
Langkah-langkah Uji Tukey: (1) �ℎ = � −11 � 21
�2 �
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok
s = varian dalam kelompok (2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
Tolak Ha jika (terima H0) jika Qh < Qt (Supardi, 2014: 357).
Hipotesis keempat
(b) Hipotesis antara A1B2 dengan A2B2
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah.
(34)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (1) �ℎ = � −12 � 22
�2 �
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok
s = varian dalam kelompok (2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
(35)
62
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis memberikan pengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.
2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
3. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani.
4. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dibandingkan dengan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina atau pelatih ekstrakurikuler sepak bola khususnya dan pembaca umumnya, dalam proses pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan kebugaran jasmani salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis, karena terbukti secara empiris dapat memberikan konstribusi yang signifikan.
2. Bagi siswa yang memiliki motor ability rendah model direct instruction memberikan alternatif dalam meningkatkan aktivitas jasmani dalam permainan sepak bola sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran jasmani.
(36)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Bagi lembaga sekolah SMP Negeri 2 Garawangi dapat dijadikan sebagai masukan bahwa untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dapat diterapkan suatu model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis
4. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang kebugaran jasmani, perlu dengan populasi dan sampel yang berbeda, misalnya; pada siswa SMA atau siswa SLB.
(37)
64
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Allatief, Achmad dkk. (2004). Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brian, H. at. al. (2006). The Relationship Between Motor Proficiency and Physical Activity in Children. Official journal of the American Academy of Pediatrics, hlm.1758-1765
Giriwijoyo, S. (2013). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Gozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Undip
Hadiana. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Potensi Akademik Terhadap Penguasaan Sepak Bola Modifikasi. Bandung: Skripsi UPI
Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Depdiknas.
Juliantine dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI
Kosasih, Engkos (1993). Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa
University Press
Metzler, Michael. W. (2000). Instructional Models For Physical Education. United States of America: A Person Education Company.
Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Sajoto. (1990). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.
(38)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sallis, James F. at. al. (1997). The Effects of a 2-Year Physical Education Program (SPARK) on Physical Activity amd Fitness in Elementary School Students. American Journal of Public Health Agustus 1997, Vo. 87, No. 8. Didapat dari Materi Pra-Perkuliahan Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Olahraga.
Samodra, Touvan. (2010). Model Pembelajaran Direct Teaching dan Sport Education Model. Kalimantan: Jurnal Universitas Tanjung Pura Kalimantan Barat.
Schmidt Richard. (2000). Motor learning and Performance. University of California, Los Angeles: Human Kinetics
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jamani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika
Suherman, Adang. (2013). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI Bandung
Sukintaka. (1991). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.
Supardi. (2014). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Prima Ufuk Semesta
Suroso, Adhy dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motorik Dasar Terhadap Hasil Belajar Penjasorkes Bagi Peserta Didik Sekolah Dasar Kelas Awal. Journal of Physical Education and Sports,JPES 1 (2)hlm. 187 – 192. Semarang: Unes
Syarifudin. (1997). Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdikanas.
Wiarto, Giri. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu 64
(1)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
(a) Hipotesis antara A1B1 dengan A2B1
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat
motor ability tinggi.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi.
Langkah-langkah Uji Tukey: (1) �ℎ = � −11 � 21
�2 �
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok s = varian dalam kelompok
(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
Tolak Ha jika (terima H0) jika Qh < Qt (Supardi, 2014: 357).
Hipotesis keempat
(b) Hipotesis antara A1B2 dengan A2B2
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model
pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat
motor ability rendah.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model
pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah.
(2)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
(1) �ℎ = � −12 � 22 �2
�
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok s = varian dalam kelompok
(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
(3)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis memberikan pengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.
2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
3. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani.
4. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dibandingkan dengan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina atau pelatih ekstrakurikuler sepak bola khususnya dan pembaca umumnya, dalam proses pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan kebugaran jasmani salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis, karena terbukti secara empiris dapat memberikan konstribusi yang signifikan.
2. Bagi siswa yang memiliki motor ability rendah model direct instruction
memberikan alternatif dalam meningkatkan aktivitas jasmani dalam permainan sepak bola sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran jasmani.
(4)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Bagi lembaga sekolah SMP Negeri 2 Garawangi dapat dijadikan sebagai masukan bahwa untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dapat diterapkan suatu model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis
4. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang kebugaran jasmani, perlu dengan populasi dan sampel yang berbeda, misalnya; pada siswa SMA atau siswa SLB.
(5)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Allatief, Achmad dkk. (2004). Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brian, H. at. al. (2006). The Relationship Between Motor Proficiency and Physical Activity in Children. Official journal of the American Academy of
Pediatrics, hlm.1758-1765
Giriwijoyo, S. (2013). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Gozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Undip
Hadiana. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Potensi Akademik Terhadap
Penguasaan Sepak Bola Modifikasi. Bandung: Skripsi UPI
Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Bola Basket. Jakarta: Depdiknas.
Juliantine dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI
Kosasih, Engkos (1993). Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa
University Press
Metzler, Michael. W. (2000). Instructional Models For Physical Education. United States of America: A Person Education Company.
Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Sajoto. (1990). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
(6)
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sallis, James F. at. al. (1997). The Effects of a 2-Year Physical Education Program (SPARK) on Physical Activity amd Fitness in Elementary
School Students. American Journal of Public Health Agustus 1997, Vo.
87, No. 8. Didapat dari Materi Pra-Perkuliahan Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Olahraga.
Samodra, Touvan. (2010). Model Pembelajaran Direct Teaching dan Sport
Education Model. Kalimantan: Jurnal Universitas Tanjung Pura
Kalimantan Barat.
Schmidt Richard. (2000). Motor learning and Performance. University of California, Los Angeles: Human Kinetics
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jamani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika
Suherman, Adang. (2013). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui
Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI Bandung
Sukintaka. (1991). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.
Supardi. (2014). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Prima Ufuk Semesta
Suroso, Adhy dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motorik Dasar Terhadap Hasil Belajar Penjasorkes Bagi Peserta Didik Sekolah Dasar
Kelas Awal. Journal of Physical Education and Sports, JPES 1 (2) hlm.
187 – 192. Semarang: Unes
Syarifudin. (1997). Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran
Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdikanas.
Wiarto, Giri. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu 64