AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Fruitghurt Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) Dengan Penambahan Sari Tebu Dan Kayu Secang.

 
 

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT
PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN
SARI TEBU DAN KAYU SECANG

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

EMY PRIYANA
A 420 100 079

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

 
 


 
 

 
 

 
 

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT
PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN
SARI TEBU DAN KAYU SECANG
Emy Priyana, A 420 100 079, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014, 48 halaman
Email: setiyakaemy@yahoo.com, no. Hp: 087717977558

ABSTRAK
Fruitghurt merupakan produk fermentasi sari buah. Penelitian ini menggunakan
sari kulit buah pisang sebagai bahan utama pembuatan fruitghurt. Fermentasi pada
pembuatan fruitghurt kulit buah pisang menggunakan starter Lactobaccillus

bulgaricus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antioksidan dan kualitas pada fruitghurt kulit buah pisang yang ditambahkan sari
tebu dan kayu secang yangbervariasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Masing-masing ulangan menggunakan sari tebu 55% dan 60% sedangkan kayu
secang 10 ml dan 20 ml. Analisis data secara deskriptif kuantitatif pada uji
aktivitas antioksidan dan deskriptif kualitatif pada uji kualitas organoleptik
dengan penilaian 15 koresponden. Hasil penelitian menunjukkan pada
penambahan sari tebu 55% dan kayu secang 10 ml yang memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi yaitu 15,310%. Hasil uji organoleptik berupa data angket.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi sari
tebu dan kayu secang tidak berpengaruh (tidak signifikan).

Kata kunci: kulit buah pisang, fruitghurt, aktivitas antioksidan, organoleptik

 
 

 

 

PENDAHULUAN
Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya
mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan berbagai mineral yang
penting untuk tubuh. Bukan hanya buah pisang yang memiliki kandungan gizi
yang tinggi, namun bagian lain dari pohon pisang, yaitu kulit pisang juga
mengandung gizi tinggi.

Selama ini kulit pisang hanya sebagailimbah

pertanian yang cukup banyak, sehingga dalam hal ini kulit pisang dapat
dimanfaatkan menjadi suatu bahan/produk makanan.Kandungan glukosa yang
masih cukup tinggi dalam kulit pisang ini merupakan salah satu komponen
utama dalam fermentasi asam laktat.
Fermentasi asam laktat biasanya menggunakan susu hewani maupun susu
nabati, yang sering dikenal dengan nama yoghurt. Yoghurt yang dibuat dari
buah-buahan dikenal dengan sebutan “fruitghurt” (Sumantri, 2004). Prinsip
pembuatan


fruitghurt

adalah

fermentasi

buah

dengan

menggunakan

bakteri.Lactobacillus bulgaricus telah diketahui memegang peranan penting
dalam menghasilkan asam laktat yang tinggi dalam pembuatan fruitghurt.
Dalam proses pembuatan fruitghurt sebagian masyarakat biasanya
menggunakan gula pasir yang banyak mengandung bahan kimia. Cara lain
untuk memperoleh pemanis alami untuk menggantikan gula pasir adalah sari
tebu dengan varietas tebu hijau (Saccharum officinarum L). Menurut Wheals et
al (1999), tebu hijau (Saccharum officinarum L) berisi 12-17% total gula, yang

90% adalah sukrosa dan 10% adalah glukosa dan fruktosa.
Pewarna merupakan komposisi yang penting pada jenis makanan tertentu
karena biasanya jenis makanan yang tidak berwarna dapat merusak
penampakannya. Oleh karena itu, penambahan pewarna makanan sangat
diperlukan pada jenis makanan (Purba, 2003). Walaupun pewarna sintetik
mudah didapat dengan harga relatif murah tetapi dapat berdampak negatif
terhadap kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan pewarna alami
agar tidak membahayakan tubuh dan aman untuk dikonsumsi. Salah satunya
adalah kayu secang.
 
 

 
 

Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) mengandung lima senyawa
aktif yangterkait dengan flavonoid baik sebagai antioksidanprimer maupun
antioksidan sekunder (Safitri, 2002).Berdasarkan kandungan glukosa yang
cukup tinggi dalam kulit pisang, memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan fruitghurt dengan difermentasikan oleh Lactobacillus bulgaricus.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalahnya adalah “Bagaimana aktivitas antioksidan dan uji organoleptik
friutghurt kulit pisang dengan penambahan sari tebu sebagai pemanis alami
dan kayu secang sebagai pewarna alami?”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan
uji organoleptik fruitghurt kulit pisang dengan penambahan sari tebu sebagai
pemanis alami dan kayu secang sebagai pewarna alami.

METODE PENELITIAN
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015.Tempat
penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Uji Antioksidan dilakukan
di Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas Pertanian UNS.Jenis penelitian yang
digunakan adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial
terdiri dari 2 faktor dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Tabel 3.1. Rancangan percobaan
T1
(55%)
Sari Tebu
Kayu

Ulangan
Secang
1 2 3
S1 (10 ml)
S2 (20 ml)
Keterangan:
T1S1: Sari tebu 55%, kayu secang 10 ml
T1S2: Sari tebu 55%, kayu secang 20 ml
T2S1: Sari tebu 60%, kayu secang 10 ml
T2S2: Sari tebu 60%, kayu secang 20 ml

 
 

T2
(60%)
Ulangan
1 2 3

 

 

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan
percobaan langsung yaitu pembuatan fruithgurt kulit buah pisang dengan
penambahan sari tebudan kayu secang.
b. Metode Kepustakaan
Metode studi pustaka merupakan bantuan dalam mencari sumber-sumber
yang dikutip secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini untuk
melengkapi landasan teori pembahasan yang digunakan dalam penyusunan
skripsi.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan bantuan dalam mengambil gambar
penelitian yang digunakan dalam mendokumentasikan alat bahan dan hasil
penelitian dan alat yang digunakan adalah menggunakan kamera.
d. Uji Aktivitas Antioksidan
Uji Aktivitas Antioksidan dengan metode DPPH. Sample dari fruithgurt
diekstrasi dengan 5 ml larutan metanol dan DPPH, mendiamkan dalam
ruang gelap selama 20 menit, kemudian mengukur absorban pada panjang

gelombang 517 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil
Hasil uji aktivitas antioksidan fruitghurt kulit buah pisang dengan
penambahan sari tebu dan kayu secang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 kadar aktivitas antioksidan pada 100 gram fruitghurt kulit
buah pisang dengan penambahan sari tebu dan kayu secang
Perlakuan

Ulangan

1
2
3
Rata-rata
T1S1
19,439 13,203
13,288 15,310**)
T1S2

8,838
12,834
12,306
11,326*)
T2S1
10,280 11,163
12,985
11,476
T2S2
12,801 13,468
12,011
12,760
Keterangan: **)
: Kadar antioksidan tertinggi
*)
: Kadar antioksidan terendah

 
 


Keterangan
Sari tebu 55%, kayu secang 10ml
Sari tebu 55%, kayu secang 20ml
Sari tebu 60%, kayu secang 10ml
Sari tebu 60%, kayu secang 20ml

 
 

Taabel 4.1 meenunjukkan bahwa perrbedaan peenambahan konsentrasi sari
tebu dan kayu
k
secangg menghasiilkan perbed
daan kadar antioksidann fruitghurtt kulit
buah pisanng pada masing-masinng perlakuaan. Kadar antioksidan
a
tertinggi adalah
a
perlakuan T1S1 (1000 ml fruitgghurt kulit buah
b
pisangg dengan ppenambahan
n sari
k
antiokksidan 15,3
310%,
tebu 55% dan kayu secang 10 ml) yang memiliki kadar
sedangkann kadar antiioksidan terrendah adallah perlakuaan T1S2 (100 ml fruittghurt
kulit buahh pisang denngan penam
mbahan sari tebu
t
55% daan kayu seccang 20 ml) yang
memiliki kadar antiooksidan 11,326%. Un
ntuk lebih jelasnya
j
daapat dilihat pada
gambar seebagai berikkut:

Rata‐rata aktivitas antioksidan

Aktivittas Antio
oksidan
n
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Aktivitas A
Antioksidan 

T1S1

T1S2

T2S1

T2S2

Perlakkuan

Gam
mbar 4.1. H
Histogram rata-rata hassil uji aktivvitas antiokksidan fruittghurt
kuulit buah pisang
p
deng
gan penam
mbahan sari tebu dan kayu
seecang
Hasil uji organolepttik fruitghurt kulit buaah pisang deengan penam
mbahan sarii tebu
dan kayu secang, seteelah dilakukkan penelitiian uji aktivvitas antiokksidan, kemu
udian
dilakukan pengujiann organoleptik fruittghurt kullit buah

pisang deengan

penambahhan sari tebuu dan kayu secang.
s
Pennelitian inii menghasillkan kualitas fruitghuurt kulit buuah pisang yang
berbeda-beda. Hasil penelitian
p
u organoleeptik mengggunakan deskriftif kuaalitatif
uji
pada fruitgghurt kulit buah
b
pisangg dengan peenambahan sari
s tebu daan kayu secaang:

 
 

 
 

Tabel 4.2 data rata-rata hasil uji organoleptik fruitghurt kulit buah pisang
Perlakuan

Warna

Aroma

Rasa

Tekstur

Daya terima

T1S1
T1S2
T2S1
T2S2

Coklat
Hijau
Hijau
Hijau

Tidak khas fruitghurt
Agak khas fruitghurt
Agak khas fruitghurt
Agak khas fruitghurt

Tidak manis
Agak manis
Manis
Manis

Agak kental
Agak kental
Tidak kental
Tidak kental

Agak suka
Agak suka
Suka
Suka

Untuklebihjelasnyadapatdilihatpadagambarberikut:

rata‐rata uji organoleptik

Uji Organoleptik
3
2.5
2

warna

1.5

aroma

1

rasa

0.5

tekstur

0

daya terima
T1S1

T1S2

T2S1

T2S2

perlakuan

Gambar 4.2. Histogram hasil uji organoleptik fruitghurt kulit buah pisang
dengan penambahan sari tebu dan kayu secang
1. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang dengan uji warna pada
perlakuan T1S2, T2S1 dan T2S2 yang memiliki warna paling tinggi yaitu
hijau.
2. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang dengan uji aroma pada
perlakuan T1S2, T2S1, dan T2S2 yang memiliki aroma agak khas
fruitghurt.
3. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang dengan uji rasa yang
memiliki rasa manis pada perlakuan T2S2 dan T2S2.
4. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang yang memiliki tekstur agak
kental yaitu pada perlakuan T1S1 dan T1S2.
5. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang yang memiliki daya terima
suka yaitu pada perlakuan T2S1 dan T2S2.

 
 

 
 

Pembahasan
1. Aktivitas Antioksidan
Hasil pengujian terhadap aktivitas antioksidan fruitghurt kulit buah pisang
dengan penambahan sari tebu dan kayu secang menunjukkan aktivitas
antioksidan tertinggi adalah perlakuan T1S1 (100 ml fruitghurt kulit buah
pisang dengan penambahan sari tebu 55% dan kayu secang 10 ml) yang
memiliki aktivitas antioksidan 15,310%, sedangkan aktivitas antioksidan
terendah adalah perlakuan T1S2 (100 ml fruitghurt kulit buah pisang dengan
penambahan sari tebu 55% dan kayu secang 20 ml) yang memiliki aktivitas
antioksidan 11,326%. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi sari tebu
dan kayu secang yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan tertinggi pada perlakuan T1S1 tersebut dipengaruhi
adanya konsentrasi sari tebu dan kayu secang yang sedikit yaitu sari tebu 55%
dan kayu secang 10 ml. Sari tebu dan kayu secang, keduanya memiliki
senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari
senyawa fenolik yang merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi flavonoid dalam
tubuh manusia adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan
terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari prosesproses dalam tubuh atau dari luar.
Sedangkan aktivitas antioksidan terendah terdapat pada perlakuan T1S2.
Dengan pemberian konsentrasi 55% sari tebu dan kayu secang 20 ml. Aktivitas
antioksidan pada perlakuan tersebut rendah dimungkinkan adanya konsentrasi
kayu secang yang banyak yaitu 20 ml dengan sari tebu 55 %. Menurut
Suhartatik (2013), komponen antioksidan yang berada bersamaan dalam satu
system, dapat bersifat sinergik, antagonik atau bisa saling meniadakan
(berpengaruh). Jadi kemungkinan adanya senyawa flavonoid dalam sari tebu
dan juga kayu secang yang konsentrasinya banyak malah akan meniadakan
aktivitas antioksidan tersebut sehingga kadarnya rendah.

 
 

 
 

2. Hasil Uji Organoleptik
Uji organoleptik meliputi uji warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima
pada produk minuman berupa

fruitghurt kulit buah pisang. Pengujian

organoleptik ini dilakukan dengan pengisian angket kepada 15 koresponden
yang terdiri dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji yang
dilakukan adalah uji warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima.
a. Warna
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji organoleptik
warna fruitghurt menunjukkan adanya perbedaan namun tidak terdapat
perlakuan

yang

memiliki

kualitas

PadaperlakuanT1S1berwarnacoklat,

warna

orange

perlakuanT1S1,

dan
T2S1

merah.
dan

T2S2berwarnahijau. Perbedaan warna pada masing-masing perlakuan
karena pada olahan fruitghurt kulit buah pisang ini terdapat perbedaan
penambahan konsentrasi sari tebu dan kayu secang sehingga menyebabkan
perubahan warna fisik yang berbeda pada fruitghurt kulit buah pisang.
Adanya perubahan warna pada fruitghurt kulit buah pisang kemungkinan
oleh adanya perubahan secara biokimia dari oksidasi senyawa tanin yang
terkandung di dalam kayu secang dan sari tebu yang ditambahkan pada saat
pembuatan fruitghurt. Menurut Winarno (2004), kandungan senyawa tanin
pada kayu secang akan menghasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan
yang tidak mampu mengendapkan protein.
b. Aroma
Adanya perbedaan aroma pada tiap sampel fruitghurt kulit pisang
mungkin karena proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri yang sedang
bekerja untuk memecah dan mengubah senyawa laktosa menjadi asam
laktat. Adanya pemecahan senyawa laktosa oleh bakteri Lactobacillus
bulgaricus menghasilkan gas yang menguap. Gas yang menguap ini disebut
aroma. Semakin enak aroma yang dihasilkan menandakan bahwa starter
bakteri Lactobacillus bulgaricus bekerja secara optimal, jika aroma yang
dihasilkan kurang enak menandakan

bakteri Lactobacillus bulgaricus

bekerja kurang optimal, sedangkan aroma yang tidak enak menandakan

 
 

 
 

bakteriLactobacillus

bulgaricusbekerja

tidak

optimal

dalammemfermentasikan bahan.
Menurut Winarno (2004), menyatakan bahwa bau makanan banyak
menentukan kelezatan suatu bahan makanan. Pada umumnya bau yang
diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai macam
ramuan atau campuran bau utama yaitu asam, harum, tengik dan hangus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perlakuan T1S1 uji aroma
adalah tidak khas fruitghurt, sedangkan pada perlakuan T1S2, T2S1 dan
T2S2 beraroma agak khas fruitghurt. Aroma khas fruitghurt (asam) yang
dihasilkan pada olahan

fruitghurt kulit buah pisang karena adanya

fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus yang menghasilkan asam
laktat sehingga fruitghurtmemiliki aroma khas asam. Tidak ada pengaruh
penambahan konsentrasi sari tebu dan kayu secang terhadap aroma yang
dihasilkan.
c. Rasa
Indera pengecapan merupakan instrumen yang paling penting dalam
mengetahui rasa suatu bahan pangan. Rasa merupakan komponen yang
paling penting dalam pengawasan mutu makanan. Rasa juga sangat relatif,
meskipun rasa dapat dijadikan standar dalam penelitian mutu makanan.
Umumnya bahan makanan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi
gabungan berbagai rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa
yang utuh.
Persyaratan pertama agar senyawa menghasilkan rasa ialah bahwa
senyawa itu harus larut dalam air. Hubungan antara struktur kimia suatu
senyawa dengan rasanya lebih mudah ditentukan daripada hubungan antara
struktur dan baunya. Perubahan kecil pada struktur kimia dapat mengubah
rasa dari manis menjadi pahit atau tidak berasa (Deman, 1997).
Rasa dikelompokkan menjadi 4 yaitu, tidak manis, agak manis, manis,
dan sangat manis. Organoleptik pada fruitghurt kulit buah pisang dengan
uji rasa yang memiliki rasa manis pada perlakuan T2S1 (sari tebu 60% dan
kayu secang 10 ml) dan T2S2 (sari tebu 60% dan kayu secang 20 ml). Pada

 
 

 
 

perlakuan T1S2 dengan uji rasa yang dilakukan oleh koresponden memiliki
rasa agak manis sedangkan pada perlakuan T1S1 dengan uji rasa yang
dilakukan koresponden memiliki rasa tidak manis. Rasa manis, agak manis
dan tidak manis yang dihasilkan pada fruitghurtkulit buah pisang
disebabkan penambahan konsentrasi sari tebu pada masing-masing
perlakuan yang berbeda yaitu dengan penambahan sari tebu dengan
konsentrasi 55% dan konsentrasi sari tebu 60%.
d. Tekstur
Tekstur makanan dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana berbagai
unsur atau komponen dan unsur struktur ditata dan digabungkan menjadi
mikro dan makro struktur. Tekstur makanan dapat dievaluasi dengan uji
mekanika (metode instrumen) atau dengan analisis secara pengindraan.
Dalam hal yang terakhir, kita menggunakan alat indra manusia sebagai alat
analisis (Deman, 1997).
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji organoleptik
fruitghurt kulit pisangmenunjukkan adanya perbedaan tekstur, tekstur agak
kental yaitu pada perlakuan T1S1 dan T1S2, sedangkan pada perlakuan
T2S1 dan T2S2 bertekstur tidak kental (encer). Perbedaan tekstur ini
dipengaruhi oleh konsentrasi sari tebu dan kayu secang pada setiap
perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan T1S1 (sari tebu 55% dan kayu
secang 10 ml) dan T1S2 (sari tebu 55% dan kayu secang 20 ml) memiliki
tekstur agak kental kemungkinan karena proses pasteurasi dalam pembuatan
fruitghurt kulit buah pisang, sedangkan pada perlakuan T2S1 (sari tebu 60%
dan kayu secang 10 ml) dan T2S2 (sari tebu 60% dan kayu secang 20
ml)memiliki tekstur tidak kental karena adanya penambahan konsentrasi sari
tebu yang lebih banyak dari perlakuan sebelumnya yaitu 60%. Sari tebu
yang dihasilkan dari tebu hijau bersifat cair sehingga mempengaruhi
kekentalan fruitghurt kulit buah pisang.
e. Daya terima
Daya terima adalah penilaian panelis tentang suka atau tidak suka
terhadap fruitghurt kulit pisang yang meliputi warna, aroma, rasa dan

 
 

 
 

tekstur. Daya terima dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu tidak suka,
agak suka, suka, dan sangat suka.
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji organoleptik
fruitghurt kulit pisang menunjukkan adanya perbedaan. Daya terima dari
fruitghurt kulit pisang yang disukai oleh panelis terdapat pada perlakuan
T2S1 (60% sari tebu dan 10 ml kayu secang) dan T2S2 (60% sari tebu dan
20 ml kayu secang). Penambahan konsentrasi sari tebu yang meningkat
mempengaruhi rasa manis, sehingga daya terima dari perlakuan ini banyak
disukai oleh koresponden.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Aktivitas antioksidan pada fruitghurt kulit buah pisang yang paling tinggi
pada perlakuan T1S1 yaitu 15,310% dan kulit buah pisang ternyata belum
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan dasar pembuatan
fruitghurt.

Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kandungan gizi yang terkandung
dalam fruitghurt kulit buah pisang.
2) Diharapkan untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan pemanis dan
pewarna alami lainnya sehingga dapat dihasilkan fruitghurtyang lebih
berkualitas.
3) Mengharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan home industri menengah.

 
 

 
 

DAFTAR PUSTAKA
Deman, John.M. 1997. Kimia Makanan. Bandung: ITB Bandung.
Purba, A. A. Simpati. 2003. Pembuatan Bubuk Pewarna Makanan Alami Kayu
Secang (Caesalpinia sappan linn) dengan Metode Spray Drying. Skripsi.
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Safitri, R. 2002. Karakterisasi Sifat Antioksidan InVitro Beberapa Senyawa Yang
TerkandungDalam Tumbuhan Secang (Caesalpinia sappan L.).Disertasi.
Program Pasca Sarjana UniversitasPadjadjaran. Bandung.
Suhartatik, Nanik, Muhammad Nur Cahyanto. 2013. Aktifitas Antioksidan
Antosianin Beras Ketan Hitam Selama Fermentasi. Jurnal. Vol. XXIV
nomor 1. ISSN
Sumantri,
Indro.
2004.
“PemanfaatanManggaLewatMasakMenjadiFruitghurtDenganMikroorga
nisme
Lactobacillus
Bulgaricus”
(online)http://docs.google.com/viewer?a=v&q=chace:1sJbwVn5KYwJ:1
25.163.204.22/download/ebooks_kimia/makalah/pemanfaatan%2520Ma
ngga%2520FruitGhurt.pdf+indro+sumantri,+pemanfaatan+mangga+lewa
t+masak&hl=id%gl=id&sig=AHIEtbRzTixQhUULSJJcIcWFE_4eV5bdA, (Diaksespada tanggal 3 Januari 2015).
Wheals, A.E., Basso, L.C., Alves, D.M.G., Amorin, H.V. 1999. Fuel ethanol after
25 years. USA: Trends in Biotechnology 17, 482-487.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Teknologi Dan Konsumen. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

 
 

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Pisang Raja (Musa textilia )Menjadi Selai Sebagai Isian Roti Serta Daya Terima dan Kandungan Zat Gizinya

14 146 98

Induksi Tunas Pisang Barangan (Musa acuminata L.) Asal Nias Utara Melalui Kultur Jaringan Dengan Pemberian 2,4-D Dan Kinetin

6 75 58

Adaptabilitas Pisang Barangan (Musa acuminata L.) Pada Berbagai Jenis Media Aklimatisasi Dan Tingkat Salinitas

0 25 84

Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat

29 178 110

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Fruitghurt Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) Dengan Penambahan Sari Tebu Dan Kayu Secang.

0 2 15

PENDAHULUAN Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Fruitghurt Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) Dengan Penambahan Sari Tebu Dan Kayu Secang.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antioksidan Dan Kualitas Fruitghurt Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) Dengan Penambahan Sari Tebu Dan Kayu Secang.

0 4 4

KUALITAS FRUITGHURT HASIL FERMENTASI KULIT PISANG (Musa paradisiaca) oleh Lactobacillus bulgaricus dengan KUALITAS FRUITGHURT HASIL FERMENTASI KULIT PISANG (Musa paradisiaca) oleh Lactobacillus bulgaricus dengan KONSENTRASI yang BERBEDA.

0 0 14

PENDAHULUAN KUALITAS FRUITGHURT HASIL FERMENTASI KULIT PISANG (Musa paradisiaca) oleh Lactobacillus bulgaricus dengan KONSENTRASI yang BERBEDA.

0 1 4