PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP UNIVERSITAS TERBUKA.
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN
SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP
UNIVERSITAS TERBUKA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Pascasarjana IKIP Bandung
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
Tita Rosifg
9332005
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1 996
Disetujui dan Disahkan oleh,
Pembimbing I,
Prof. Dr. H.
y Gaffar, M. Ed.
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Achinad Sanusi, SH., MPA.
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
VI
ABSTRAK
Penelitian ini mengetengahkan topik "Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen D2 PGSD Universitas Terbuka". Fokus penelitian ini
adalah mencari jawaban atas pertanyaan utama, yaitu sejauh manakah
penyelenggaraan program pengembangan kemampuan profesional bagi dosen
D2 PGSD di lingkungan FKIP Universitas Terbuka. Metode penelitian yang
diterapkan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan selama
maupun setelah data dikumpulkan dan bersifat tentatif
Berdasarkan analisis awal tentang keadaan dosen D2 PGSD UT; bahwa
sejak alih fungsi dari guru SPG dan SGO menjadi dosen program D2 PGSD
UT sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum ada perubahan kemampuan
profesional yang mendasar baikjumlah maupun perubahan peningkatan karir.
Keadaan ini merupakan implikasi dari lambannya personil dan lingkungannya
saling beradaptasi, yakni lingkungan perguruan tinggi, di mana sebelumnya
terbiasa dengan kenaikan pangkat secara otomatis menjadi kenaikan pangkat
dan jabatan berdasarkan angka kredit. Keadaan ini juga merupakan
konsekuensi logis dari program alih fungsi yang menuntut kemampuan
manajerial dan adaptabilitas yang tinggi dari pihak-pihak yang terkait,
sehingga bukan saja di lingkungan Universitas Terbuka sendiri tetapi juga
lembaga scara keseluruhan sesuai dengan kewenangannya.
Lambannya mereka beradaptasi ditandai dengan kurangnya frekuensi
atau kemampuan dalam melakasanakan tridharma perguruan tinggi khususnya
dharma kedua dan ketiga. kecenderungan tidak proporsionalnya pelaksanaan
Vll
dimensi/bidang tugas dosen tersebut bukan saja karena belum
optimalnya
program pengembangan juga kurangnya motivasi yang turnbuh di kalangan
dosen-dosen sendiri di samping dukungan lembaga-lembaga terkait yang belum
mampu mengembangkan potensi para dosen sebagaimana mestinya.
Melalui
penelitian juga ingin diungkapkan kondisi
kemampuan
profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan.
Dari hasil telaahan ternyata ada sedikit perbedaan sebagai output dari
program pengembangan yang diikuti. Bagaimanapun program pengembangan
yang diikuti mampu memperkenalkan situasi akademik dan administratif di
perguruan tinggi kepada para dosen D2 PGSD UT. Hal tersebut khususnya
diperoleh dari program PPK.
Lebih jauh penelitian ini juga berhasil mengungkapkan
model
pengembangan personil yang relevan dengan kondisi kelembagaan dan
karakteristik Universitas Terbuka. Model tersebut diperoleh dari hasil telaah
yang
mendalam
tentang
keterkaitan-keterkaitan
dan
alur
program
pengembangan yang mungkin ditempuh oleh lembaga dan para dosen. Sebagai
saran yang relevan dengan model tersebut adalahformat pendataan aktivitas
dosen D2 PGSD UT yang
mencoba mengangkat aktivitas/kegiatan
administratifsebagai aktivitas yang memiliki nilai kredit point tersendiri.
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR
i
APRESIASI DAN UCAPAN TERIMAKASIH
iv
ABSTRAK
vi
BAB I.
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah
9
C. Tujuan Penelitian
14
D. Kegunaan Penelitian
16
E. Paradigma Penelitian
17
F. Asumsi
21
KONSEP PENGEMBANGAN PERSONIL EDUKATIF
23
A. Konsep Dasar Pengembangan Personil
23
B. Proses Pengembangan Personil Edukatif
28
C. Prosedur dan Teknik Operasional Pengembangan Tenaga
Edukatif di Perguruan Tinggi
35
D. Pengembangan Sebagai Fungsi Administrasi Personil
38
E. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Perguruan Tinggi
42
F. Profesi Dosen dan Tugas-Tugas Pokok Dosen
46
G. Beberapa Hasil Penelitian sebelumnya Yang Berkaitan
Dengan Konsep Pengembangan Personil
52
I. Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Sebagai Dasar
Tugas Dosen Selaku Tenaga Edukatif pada program D2
PGSD UT
vni
61
IX
HAL
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
94
B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian
97
C. Teknik Pengumpulan Data
98
D. Pelaksanaan Penelitian
99
E. Prosedur Analisis Data
102
F. Signifikansi Penelitian
103
BAB IV. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian
107
A. Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Profesional
Dosen Universitas Terbuka Melalui Program Penataran
107
B. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal
139
C. Program Pengembangan Melalui Program Informal
147
D. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas
dan Kuantitas Sarana serta Prasarana
152
E. Tinjauan Atas Pelaksanaan Teknis Program
Pengembangan bagi Tenaga Edukatif di UPBJJ
152
F. Gambaran tentang Kemampuan Profesional Tenaga
Edukatif Program D-2 PGSD-UT Sebelum dan Sesudah
Mengikuti Program Pengembangan
172
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
194
B. Implikasi
214
C. Saran-Saran
217
DAFTAR PUSTAKA
224
LAMPIRAN-LAMPIRAN
228
DAFTAR TABEL
NO
1.1
NAMA TABEL
DOSEN D2 PGSD UT YANG BERASAL DARI ALIH
FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO
2.6
HAL
4
PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT
91
3.1
UNIT ANALISIS SAMPEL PENELITIAN
97
4.1
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PPK
m
4.2
PESERTA PPPK UNTUK SETIAP KELOMBANG DAN
BIDANG STUDI
121
4.3
GAMBARAN UMUM HASIL EVALUASI PPK
m
4.4
PENILAIAN PESERTA PPK ATAS KUALITAS
PELAKSANAAN PPK
GAMBARAN MENGENAI DOSEN YANG TELAH
DAN SEDANG MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG
4.5
147
S2 DAN S3
4.6
IKHTISAR PROGRAM PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL TENAGA EDUKATIF
162
PADA UPBJJ
4.7
RINCIAN KEGIATAN TENAGA EDUKATIF FKIP UT
169
DI UPBJJ
4.8
4.9
4.10
130
PROSENTASE DOSEN D2 PGSD UT YANG TIDAK
MENGAJAR
PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT
USULAN ANGKA KREDIT DOSEN D2 PGSD UT DI
UPBJJ JAKARTA, BOGOR DAN BANDUNG
4.11 DOSEN PGSD UT YANG TIDAK PERNAH MELAPOR
KE UPBJJ
SELAMA TIGA BULAN TERAKHIR
XI
177
187
188
189
DAFTAR GAMBAR
NO.
1.1
NAMA GAMBAR
HAL
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM
PENGEMBANGAN PERSONIL
6
1.2
MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL
8
1.3
PARADIGMA PENELITIAN
1.4
TIGA KOMPONEN DAN PENANGGUNG JAWAB
20
DALAM SISTEM DASAR PROGRAM
PENYETARAAN DII GURU SD
2.2
PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENILAIAN
PRAKTIKUM
4.4
64
79
PENGEMBANGAN MASALAH/TOPIK PENELITIAN
DARI BERBAGAI SUMBER
137
JARINGAN PROSES PENGEMBANGAN PERSONIL
TENTANGEDUKATIF PADA FKIP - UT DAREERAH
xu
161
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Upaya pengembangan sumber daya manusia dinilai sangat posistif untuk
diterapkan pada organisasi pendidikan, sehubungan dengan kebutuhan tuntutan
profesional tenaga kependidikan itu sendiri. kebijakan pendidikan nasional pada
dasarnya mengacu pada UUD 1945 dan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Amanat tentang pengembangan sumber daya manusia secara
eksplisit tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan nasional sendiri dijelaskan
dalam BAB II Pasal 4 sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Mafia Esa, berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka dalam GBHN
1993 (BAB IV.F.26) ditetapkan kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam
(REPELITA VI) sebagai berikut:
Pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas
serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan
dasar serta jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan, sehingga memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dengan memperhatikan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Khusus mengenai kebijaksanaan pemerataan pendidikan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar sudah dipersiapkan sejak akhir PELITA V, khususnya
mengenai kebutuhan peningkatan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar,
seperti yang dikemukakan Fuad Hasan (Kompas, 18 Januari 1993) bahwa diantara
tugas-tugas
mendesak
yang
harus
dilaksanakan
oleh
Depdikbud
adalah
mempersiapkan sebaik mungkin segala langkah guna persiapan dan pelaksanaan
wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak Indonesia, untuk masa depan yang
produktif, bukan pasif apalagi terlambat. Berangkat dari upaya untuk mencapai
tujuan tersebut, maka terlebih dahulu perlu peningkatan LPTK, dan khususnya
menyangkut peningkatan tenaga pengajar. Dengan demikian, sejak tahun 1991
Depdikbud menyelenggarakan program D2 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
(PGSD) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas calon guru dan guru Sekolah
Dasar. Sumber tenaga edukatif untuk program D2 PGSD ini diantaranya adalah
guru-guru SPG dan SGO yang memenuhi syarat untuk dialihfungsikan menjadi
tenaga edukatif di PGSD.
Khusus mengenai penanganan kualitas guru Sekolah Dasar (SD), karena
tugas dan tanggung jawab yang sedang dijalani, maka sulit bagi guru SD untuk
belajar pada program D2 PGSD secara konvensional/reguler. Untuk mengantipasi
kondisi tersebut Universitas Terbuka bertanggung jawab untuk mengelola tersebut
termasuk mengembangkan kemampuan profesional tenaga edukatif-nya yang
sebagian besar berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan. Kehadiran
Universitas Terbuka sejak diresmikan tanggal 4 September 1984 tidak hanya
berupaya untuk mengantisipasi pemerataan kesempatan belajar tetapi juga
bertanggung jawab untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan serta membuat pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan
pembangunan nasional. Selain itu UT juga memberikan kesempatan yang sama
bagi masyarakat untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi dengan
berusaha
mengatasi hambatan geografis, ketidakmampuan sosial ekonomis atau fisik.
Dengan mempertimbangkan populasi mahasiswa UT yang menyebar di
seluruh Indonesia, maka UT memeriukan manajemen desentralisasi. Di tingkat
regional terdapat 32 unit yang disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ).
Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD.
Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2
PGSD adalah guru-guru yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO menjadi tenaga
edukatif pada program D-2 PGSD, termasuk untuk program D-2 PGSD Universitas
Terbuka. Tenaga edukatif tersebut dilimpahkan langsung oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdikbud kepada UT setelah memenuhi persyaratan tertentu.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data mengenai jumlah dosen D-2
PGSD UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan.
Rincian data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1
:
Tabel 1.1
DOSEN D-2 PGSD UT YANG BERASAL DARI PROGRAM
ALIH FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO
no-
i
m
02
\
03
LOKASIUPBJJ-UT
Banda Aceh
'
!
04
05
Banjarmasin
Bogor
!
06
Jakarta
!
07
Jambi
08
09
10
11
12
13
14
15
16
Jayapura
V? .
25 *
26
* s
•
% -4-
Bandar Larapung
Bandung
!
48
to
20
'%%
22
23
24
/,. JC^LAif DO»3
s
;*->*
;
I? >""' *
-"2$
-;^\ ' 2
Jeraber
•.,--"',:-
4
S
Kupang
Malang
' " ;
-a
4
Menado
5
Mataram
Medan
Padang
Palangkaraya
Palembang
Palu
*%
-5 „
,; i%20
^ s
•3
4
1 \
*.' % -
\*:**?S?"' & , "*:"-
Pakanbaru
Pontianak
Purwokerto
k-V'^ar °"-'%
Semarang
Surabaya
U^v ^ -
-
Surakarta
F; -»%r; ,n.
i '
Ujung Pandang
Yogyakarta
1XWAL
26 UPBJJ
Sumber: Universitas Terbuka PusatJakarta (1994)
rV;^v35 *' --
%Hy<
:m
f * -v ' 34
1 v\.,
\-\
-,
43$ *V
<
Dari tabel dapat diketahui bahwa terdapat 436 personil guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan menjadi Dosen D-2 PGSD UT yang tersebar di 26
UPBJJ. Dengan demikian 436 tersebut perlu mengikuti program pengembangan
yang berfungsi sebagai langkah penyesuaian dalam mengemban tugas selaku
tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi.
Berbagai masalah yang muncul pada program D-2 PGSD UT khususnya
berkenaan dengan tenaga edukatif yang dialihfungsikan dari guru SPG dan SGO
adalah masalah pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif tersebut.
Masalah pengembangan personil tersebut berkaitan dengan tenaga edukatif yang
harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi, yaitu: 1) para tenaga edukatif harus
menyesuaikan diri dengan organisasi pendidikan tinggi, di mana mereka
sebelumnya berada pada organisasi pendidikan menengah, 2) para tenaga edukatif
harus menyesuaikan dengan situasi belajar
mengajar yang non-konvensional,
karena UT memiliki tipikal Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yang berbeda
dengan lembaga pendidikan konvensional, 3) para tenaga edukatif harus dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan tridharma perguruan tinggi sebagai
konsekuensi tugas tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi dan 4) para
tenaga edukatif PGSD UT masih banyak yang tidak dapat melaksanakan KBM
(tutorial) karena belum ada kesempatan, sebagai akibat kebijakan pihak Kanwil
setempat.
Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka
pihak UT melalui FKIP memiliki program yang diarahkan pada upaya
pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif yang berlatar belakang alih
fungsi dari SPG dan SGO. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar para tenaga
edukatif mampu menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya selaku tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Lebih jauh, melalui program ini para
tenaga edukatif diharapkan mampu memahami tuntutan organisasi dan mampu
memberikan sumbangan
kemampuan
yang
optimal.
Organisasi
lembaga
pendidikan tinggi memiliki kriteria tertentu bagi tenaga edukatifnya, yang
kesemuanya mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu tugas pendidikan
dan pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu serta
pengabdian pada
masyarakat.
Hal di atas sejalan dengan latar belakang konsep pengembangan personil
pada lembaga pendidikan yang dikemukakan oleh William B. Castetter (1981:322)
yang digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 1.1
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL
Perfonnayaag
Dibattft&aa
X
Kebututiaii
11
1
Sasaran
Perfooaa
T
Reagan*
P^ogaabangad
TJmt Programs
}
>
iPasgeiafauaB, left&rsGafp&g dan#3p
mc
J
>
jtaca^etked &seip&g%a" "..
... Peogatetaaoyaagjfttfesaaitwa&fe
J
MKqgMria^a!^^
1 MINI
Evalwasi
J
Sumber: William B. Castetter (1981:322)
IIIH
LIHH
Mill
wwwnwwiwwnnwffiffwww
1
]
1
Dari
gambar 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang
dilaksanakannya program pengembangan personil adalah: 1) kebutuhan akan
performa personil, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan
untuk mencapai performa personil yang efektif, 2) kebutuhan pengembangan
personil, yaitu meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3)
Adanya sasaran-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperkecil
kesenjangan antara harapan dan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya
Rencana Pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5)
Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk
mengaitkan
rencana pengembangan operasionalisasi
unit-unit dan
rencana
pengembangan pola pengajaran. Dengan demikian program pengembangan
kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks guru SPG dan SGO
dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang dikemukakan tersebut.
Program pengembangan tersebut secara khusus sejalan dengan berbagai
tuntutan kemampuan prrofesional yang diharapkan n(ideal) dari seorang tenaga
edukatif secara terarah dan terpadu. Akan tetapi karena penyelenggaraan program
PGSD-UT di Indonesia juga menghadapi masalah geografis, maka upaya
pengembangan tenaga edukatif tersebut perlu komitmen dari berbagai pihak, selain
metode yang diterapkan juga harus terarah dan berkesinambungan. Dari hasil studi
pendahuluan, akibat jauhnya jarak dari tempat tenaga edukatif bertugas ke UPBJJ
(Unit Program Belajar Jarak Jauh) Pusat di tingkat regional, maka diantara para
tenaga edukatif ada yang datang ke UPBJJ satu bulan satu kali saja akibat sulitnya
sarana transportasi. Dengan demikian diindikasikan program pengembangan yang
dapat dijalankan di tingkat UPBJJ juga terhambat oleh hambatan geogarfis.
Di sisi lain para tenaga edukatif memeriukan upaya pengembangan yang
intensif dan efektif, guna meningkatkan kemampuan profesionalnya selaku tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Sebagai gambaran mengenai program
pengembangan personil yang sudah dilaksanakan yaitu diuraikan oleh Agus
Rahmat melalui hasil penelitiannya yang dilaksanakan tahun 1992. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa dari hasil penataran (sebagai salah satu program
pengembangan personil) yang dilaksanakan ditemukan perbedaan-perbedaan yang
ada antara peserta penataran dari P. Jawa dan luar P. Jawa. Untuk itu menurut Agus
Rahmat diperlukan penyesuaian keluasan dan kedalaman materi yang disajikan.
Berdasarkan data empiris (Pada tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah tenaga
edukatif PGSD-UT yang tersebar pada 26 UPBJJ di seluruh Indonesia adalah 436
orang, 52,75% (230 orang) diantaranya tersebar di Pulau Jawa. Berangkat dari
kondisi tersebut, melalui penelitian ini akan diungkapkan bagaimana pelaksanaan
program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks
guru SPG dan SGO akan bermanfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu
manajemen personil pendidikan, tetapi juga bagi organisasi pendidikan secara
keseluruhan, khususnya dalam menginventarisasikan alternatif pengembangan
sumber daya manusia yang dimiliki melalui perwujudan kemampuan profesional
yang optimal.
B. Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penyelenggaraan program D2 PGSD Universitas Terbuka di tingkat
regional secara operasional diselenggarakan oleh UPBJJ. Berdasarkan Diktum
Ketiga SK dirjen Dikti
No. 28/Dikti/Kep/1990, tentang tempat penyelenggaraan
program D2 PGSD yang secara fisik terpisah dari kampus induk tetapi secara nyata
berperan sebagai suatu subsistem yang memiliki kewenangan dan mendekati
penerapan asas dekonsentrasi dalam manajemen pendidikan.
Salah satu permasalahan penting dalam manajemen program D2 PGSD-UT
adalah kemampuan profesional dosen yang berlatar belakang guru SPG dan SGO
yang dialihfungsikan ke dalam iklim organisasi pendidikan dan bersifat non
reguler. Permasalahan tersebut, diduga salah satunya dapat diantisipasi dengan
menerapkan pola pengembangan sumber daya manusia di lingkungan program D2
PGSD-UT. Program pengembangan tersebut
kemampuan
profesional
yang sesuai dengan
diharapkan dapat meningkatkan
tuntutan
kebutuhan
lembaga
pendidikan tinggi.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa hal yang mempertegas
permasalahan pokok di atas:
a. Pertemuan (tutorial) hanya dilakasanakan minimal satu kali dalam satu minggu
atau sesuai dengan kesepakatan mahasiswa dan tutor.
10
b. Sebagian besar tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang dialihfungsikan dari
SPG dan SGO memiliki
pangkat dan jabatan fungsional yang masih rendah
serta menghadapi lingkungan baru yang berbeda dengan tempat tugas asal.
Sulitnya para tenaga edukatif untuk naik pangkat/golongan adalah diindikasikan
salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar bobot pekerjaan mereka
adalah pekerjaan administratif.
c. Para tenaga edukatif menghadapi tugas mengajar yang berbeda, misalnya ketika
mengajar di SPG/SGO mereka mengajarkan ilmu pendidikan dan olah raga,
tetapi pada program D2 PGSD-UT mereka harus mengajarkan IPS, Geografi
dan sebagainya.
d. Pendayagunaan tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT belum terarah
sepenuhnya pada upaya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan tugas
pokok dosen lainnya. Bahwa sejak dialihfungsikan ke program D2 PGSD-UT
masih ada tenaga edukatif yang belum pernah mengadakan penelitian, menulis
karya ilmiah dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat yang juga
merupakan barometer kemampuan profesional tenaga edukatif pada perguruan
tinggi.
e. Para tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT banyak melakukan kegiatan
administratif yang tidak memiliki nilai kredit point yang dapat disetarakan
dengan unsur-unsur tridharma perguruan tinggi.
f. Di daerah tertentu ada beberapa tenaga edukatif yang tidak dapat melakukan
kegiatan belajar mengajar (tutorial) karena tidak ada kesempatan.
11
Kondisi di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara tugas pokok
tenaga edukatif dan kemampuan profesional empiris yang dimiliki. Tuntutan tugas
pokok tersebut ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 48/DJ/Kep 1983 yaitu:
1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Penelitian dan pengembangan ilmu, 3)
Pengabdian pada masyarakat, 4) Pembinaan sivitas akademika, 5) Administrasi dan
Manajemen.
Di samping itu tenaga edukatif dituntut pula oleh kebutuhan pengumpulan
angka kredit. Bagi jabatan tenaga edukatifdi jenjang perguruan tinggi, angka kredit
bukan hanya merupakan indikator tingkat prestasi pelaksanaan tugas pokoknya,
tetapi juga merupakan bentuk penghayatan yang digunakan sebagai salah satu
persyaratan
pengembangan
karir
sampai
jenjang
tertinggi
dalam
sistem
kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. Secara yuridis kebijakan ini ditetapkan dalam
Keputusan Menpan No. 26/Menpan/1989.
Berdasarkan tuntutan kompetensi profesional yang mengacu pada tuntutan
tugas pokok di atas, maka pihak UT, khususnya FKIP perlu untuk melaksanakan
upaya pengembangan tenaga edukatif guna meningkatkan pemahaman mereka
terhadap lingkungan dan tugas yang baru secara terarah dan berkesinambungan.
Permasalahan yang lebih spesifik adalah bagaimana metode pengembangan yang
telah dilaksanakan oleh FKIP-UT dalam rangka mencapai kompetensi profesional
yang sesuai dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga edukatif pada jenjang
pendidikan tinggi.
12
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka berikut
ini dirumuskan masalah penelitian untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian.
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah pola pelaksanaan pengembangan kemampuan dosen
program D-2 PGSD-UT dalam rangka penyesuaian
sebagai tenaga edukatif
pada FKIP-UT ?
Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah-masalah
khusus sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan personil bagi dosen D-
2
PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan
menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT melalui penataran ?
Pertanyaan ini dirinci menjadi:
1) Metode pengembangan apakah yang digunakan dalam penataran bagi dosen D-2
PGSD-UT ?
2) Apa yang menjadi tujuan program pengembangan personil melalui penataran
yang diterapkan oleh FKIP-UT bagi dosen D-2 PGSD UT?
3) Materi program pengembangan apakah yang ditetapkan oleh FKIP-UT melalui
penataran bagi dosen D-2 PGSD-UT ?
13
4) Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan melalui penataran bagi
dosen D-2 PGSD-UT ?
5) Pola evaluasi apakah yang dipergunakan oleh FKIP-UT untuk menilai
keberhasilan program pengembangan melalui penataran bagi dosen D-2 PGSD
UT?
b. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan
melalui pendidikan formal bagi dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru
SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD UT ?
c. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan
melalui pendekatan informal bagi dosen D-2 PGSD UT ?
d. Pola pelaksanaan pengembangan personil apakah yang dilaksanakan melalui
peningkatan kualitas sarana dan prasarana bagi dosen D-2 PGSD UT ?
e.
Bagaimanakah
gambaran
pelaksanaan
teknis
program
pengembangan
kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT yang dilaksanakan di UPBJJ ?
Pernyataan tersebut dirinci menjadi:
1) Program apa
yang
diterapkan
dalam
mengembangkan
kemampuan
profesional jarak jauh bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
2)
Program
apa
yang
ditetapkan
dalam
mengembangkan
kemampuan
profesional di tempat bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
3) Bagaimana jaringan proses pengembangan kemampuan profesional jarak jauh
bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
14
f. Bagaimanakah gambaran tentang kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan ?
Pernyataan ini dirinci menjadi:
1) Bagaimanakah tingkat kemampuan mengajar para dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
2)
Bagaimanakah tingkat kemampuan penelitian para dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
3. Bagaimanakah tingkat kemampuan dosen D-2 PGSD UT untuk melaksanakan
pengabdian pada masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program
pengembangan personil yang dieselenggarakan oleh FKIP UT ?
g. Model pengembangan personil apakah yang paling sesuai dengan kebutuhan
program pengembangan personil bagi tenaga edukatif PGSD UT ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian
ini adalah untuk
mendeskripsikan dan
menganalisis tentang pola pengembangan personil bagi dosen D-2 PGSD UT yang
15
berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif
pada FKIP Universitas Terbuka.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh Universitas Terbuka dalam rangka penyesuaian tenaga
edukatif program D2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen
program D-2 PGSD yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT sebelum
mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIPUT.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen
program D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT setelah mengikuti
program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas
Terbuka.
d.
Untuk mendeskripsikan model kebutuhan pengembangan personil yang
dibutuhkan oleh tenaga edukatif program D2 PGSD-UT.
16
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan Penelitian ini di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ilmu
administrasi pendidikan, khususnya pengembangan personil dalam organisasi
pendidikan, karena penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan
disertai bukti-bukti empiris tentang pentingnya program pengembangan personil
bagi pencapaian tujuan organisasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi
penelitian dan pengembangan ilmu yang berhubungan dengan ilmu administrasi
pendidikan, khususnya administrasi personil pendidikan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak
yang terlibat dalam pengelolaan lembaga pendidikan khususnya untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi personil-nya.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikann bahan pertimbangan oleh
Universitas Terbuka dalam peningkatan kemampuan profesional tenaga edukatif
PGSD yang dikelolanya melalui program pengembangan yang tepat, dan
masukan kebijakan tindak lanjut yang ditetapkan oleh pihak UT pasca
17
pelaksanaan program dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi semua
pihak yang terkait
E. Paradigma Penelitian
Fungsi dan permasalahan pengembangan personil dapat terjadi dalam setiap
organisasi,
termasuk
organisasi
pendidikan.
Dengan
demikian
masalah
pengembangan sumber daya manusia (personil) menjadi suatu masalah yang
sifatnya
universal
dan
kompleks
karena
melibatkan
berbagai
pihak dan
kepentingan. Kebutuhan akan pengembangan personil organisasi ini erat kaitannya
dengan tuntutan kebutuhan organisasi sendiri baik yang sifatnya internal maupun
eksternal.
Guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada
program D2 PGSD-UT di Universitas Terbuka dituntut untuk dapat menguasai
kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tridharma perguruan tinggi.
Tuntutan kemampuan tersebut meliputi:
a. Kemampuan mengajar, yaitu kemampuan tenaga edukatif untuk merencanakan
program perkuliahan, mengorganisasikan kegiatan perkuliahan, mengorgani-
sasikan peserta didik dan sebagainya.
b. Kemampuan untuk melakukan penelitian
c. Kemampuan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
18
Model pelaksanaan program pengembangan personil sendiri dikemukakan
oleh William B. Castteter (1981:333) sebagai berikut:
GAMBAR 1.2
MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL
Keterangan:
1 = Apa yang harus dipelajari (Isi); 1) Teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
2)aplikasi teori, konsep, prinsip, 3) Kombinasi 1) dan 2)
2 = Bagaimana isi tersebut dipelajari (metoda); 1) self-instruction, 2) tutorial, 3) Group
instruction, 4) kombinasi 1), 2) dan 3)
3 = Fokus Program (settings); 1) on the job, 2) off the job, 3) kombinasi 1) dan 2)
4 = Partisipasi (pendekatan); 1) Formal - Voluntary (resmi/sukarela) 2) formal compulsary (formal-resmi), 3) Informal - Voluntary (Informal-sukarela) 4) InformalCompulsary (Informal-Wajib)
5 = Sumber-sumber daya untuk pelaksanaan program; 1) Sumber Daya Manusia, 2)
Sumber Daya Non Manusia, 3) Kombinasi 1) dan 2)
Berdasarkan model di atas, maka pada dasarnya program pengembangan
personil setidaknya mencakup kajian-kajian mengenai materi, metode, jenis
program, pendekatan dan sumber-sumber yang dapat digunakan.
Berkenaan dengan program pengembangan kemampuan personil di
lingkungan Universitas Terbuka, Tisnowati Tammat (1992:7) mengemukakan
arahan kuantitatif dan kualititatif dalam pelaksanaan program pengembangan
personil sebagai berikut:
19
aMengontrakkan kegiatan pelatihan kepada institusi lain atau
mengirimkan karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di
luar organisasi mereka. Dalam hal ini unit pengembangan staf harus
memiliki seseorang yang mampu mengidentifikasi institusi pendidikan
dan pelatihan yang dibutuhkan, mampu melaksanakan negosiasi serta
mampu memonitor dan mengevaluasipelayanan mereka.
bMenyelenggarakan pelatihan sendiri, dengan memakai tenaga dari luar
organisasi, dari dalam organisasi atau kombinasi dari keduanya. Untuk
kepentingan penyelenggaraan pelatihan tersebut unit pengembangan staf
harus mampu mengidentifikasi para pakar yang diperlukan.
Berkenaan dengan sistem kepegawaian, alur organisasi, kompensasi/reward
maka kebijakan-kebijakan pengembangan personil tersebut telah mulai dirintis
melalui Penataran Pelatihan Kemampuan (PPK) yang diselenggarakan selama
kurang lebih 1 bulan (pada tahun 1991). Pola pengembangan tersebut cenderung
bersifat statis dan kontekstual serta waktunya relatif singkat. Sedangkan kebijakan
mengenai sistem kerja (termasuk tuntutan kemampuan profesional) sifatnya lebih
dinamis dan perlu metode pengembangan yang lebih terencana, terpadu, bertahap
dan berkesinambungan. Alasan untuk dilaksanakannya pengembangan personil
tersebut didukung oleh kondisi sistem belajar mengajar di Universitas Terbuka
yang memiliki tipikal berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga
program
pelatihan
yang
diselenggarakan
perlu
dievaluasi
dan
ditelaah
efektivitasnya.
Lebih jauh melalui penelitian ini secara khusus dikaji mengenai hasil yang
mampu dicapai oleh program pelatihan yang diselenggarakan, khususnya hasil
yang mengarah pada peningkatan kemampuan profesional para guru SPG dan SGO
20
yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di wilayah Jawa
Barat dan DKI Jakarta.
Dengan demikian paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
GAMBAR 1.3
PARADIGMA PENELITIAN
Kemampuan Profesional;
L Pendidikan dan Pengajaran
Guru SPG dan SGO
yang dialifungsikan menjadi
2. Peae&iaa
tenaga Edukatif PGSD UT
3. Pengabdian pada masyarakat
Program Pengembangan Personil UT:
PPK
Penataraan Penelitian
Pendidikan Formal
Pendidikan Non formal
Sarana dan Prasarana
Evaluasi
Kemampuan Profesional:
Pendidikan dan Pengajaran
Penelitian
Pengabdian pada Masyarakat
(sebelum & sesudah mengikuti
program pengembangan)
TUTOR
Model Pengembangan Personil
J
21
F. Asumsi
Sebagai titik tolak dalam menelaah permasalahaan penelitian dikemukakan
asumsi-asumsi yang mendukung. Berikut ini dikemukakan yang mendasari teori
pengembangan personil dari William B Castteter (1981) sebagai berikut:
1. Efektivitas sistem terletak pada kompetensi setiap anggotanya. Efektivitas
individual dapat ditingkatkan melalui kesempatan yang disediakan oleh sistem
untuk mengembangkan kapabilitas yang masih belum tampak.
2.
Pengembangan
adalah
kebutuhan
bagi
semua
personil
yang
sifatnya
berkelanjutan, mulai dari individu bekerja sampai pensiun. Pengembangan
personil adalah aktivitas yang berlangsung terus menerus.
3. Suatu sistem merupakan universitas kecil yang menyediakan kesempatan untuk
berkembang melalui pengalaman dalam beberapa program yang diikuti oleh
personil.
4. Tujuan utama dari program pengembangan adalah agar sistem lembaga
pendidikan
mampu
membimbing
mencapai
personil
agar
tujuannya.
mereka
Tujuan
dapat
lain
adalah
meningkatkan
untuk
efektivitas
pekerjaannya.
5. Pengembangan meliputi perubahan perilaku individual, sehingga mereka mampu
dan mau memberikan kontribusi efektif bagi pencapaian tujuan lembaga. Hal ini
memotivasi mereka agar mereka merasa bahwa pengembangan merupakan alat
untuk memenuhi kebutuhan dirinya maupun lembaga.
22
6. Kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan apa yang sesungguhnya dapat
ditanggulangi dengan menetapkan program pengembangan personil.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka konsep yang mendasari penelitian
ini adalah:
1. Tenaga edukatif merupakan satu-satunya sumber daya manusia yang berpontensi
untuk dikembangkan.
2. Perkembangan organisasi
dan lingkungannya harus diantisipasi dengan
pengembangan personil yang seimbang agar tidak terjadi kesenjangan yang
mengganggu stabilitas organisasi.
3. Program pengembangan personil merupakan kebijakan organisasi yang harus
didukung oleh semua pihak agar berjalan secara efektif dan efisien.
4. Pengembangan personil edukatif di perguruan tinggi harus mengacu pada
tuntutan tugas yang berlaku di perguruan tinggi.
5. Pimpinan unit organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung program
pengembangan personil.
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang didukung oleh
hasil pengolahan data kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat
dari tujuan pokok penelitian yaitu, untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola
kebutuhan pengembangan tenaga edukatif dan pelaksanaannya di lingkungan
Program D2 PGSD-FKIP Universitas Terbuka. Dengan kata lain, bertujuan untuk
memperoleh pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa atau perilaku
manusia yang ingin tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan
dan perbedaan fenomena tertentu (Winarno Surakhmad, 1990:139). Sejalan dengan
hal tersebut, Stephen Isaac (1982:46) mengatakan maksud penelitian deskriptif
adalah: is To describe systematically the facts and characteristics of a given
population or area of interest, factually and accuratelly .
Penelitian dengan pendekatan kualitatif sering juga disebut dengan metode
etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalistik. Penelitian kualitatif
mempunyai ciri-ciri:
1. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting)
2. Penentuan sampel secara purposive.
94
95
3. Peneliti sendiri sebagai instrumen inti pokok
4. Penelitiannya lebih menekankan pada proses dari pada produk atau hasilnya,
sehingga bersifat deskriptif analitik.
5. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersitat idiografik.
6. Mengutamakan makna (meaning) dibalik data. (Bogdan dan Bilken, 1982:27-30,
Nasution, 1980: 9-12)
Melalui karakteristik pertama, pihak peneliti berperan sebagai penggali data
atau informasi (human instrument) langsung dari nara sumber tanpa memberikan
perlakuan (treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan
semacam ini adalah agar dapat diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial,
dalam hal ini adalah tindakan pimpinan dan lembaga dalam melaksanakan program
pengembangan personil. Tindakan tersebut sejalan dengan anjuran Philips
(1967:17),
yang menyatakan bahwa: Approaches to be used in studying social
phenomena should be closely related and refer to the real condition where the
phenomena exist (Pendekatan yang dipergunakan dalam fenomena studi sosial
sebaiknya benar-benar dekat dan memperhatikan kondisi di mana fenomena tersebut
benar-benar ada).
Karakteristik kedua, mengisyaratkan bahwa pengambilan sampel harus
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian berarti jumlah sampel
sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang
dibutuhkan. Sejalan dengan itu Nasution (1988:32-33) mengatakan bahwa untuk
memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai tercapainya taraf
96
reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; maksudnya bahwa dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru
yang berarti.
Sedangkan karakteristik yang ketiga, pengambilan data dilakukan langsung
oleh peneliti, yakni menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok dalam penelitian
ini. Dengan demikian instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi;
bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-ubah, dapat
memperhalus pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk mencapai tujuan.
(Nasution, 1988:54 55).
Dengan karakteristik berikutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
cenderung berbentuk uraian kata daripada angka-angka; demikian juga hasil
analisisnya (Miles dan Hubermen, 1984:15). Dengan demikian berarti laporan hasil
penelitian kaya dengan deskripsi dan penjelasan serta analisis tentang aspek-aspek
masalah yang menjadi fokus penelitian. Walaupun demikian bukan berarti bahwa
dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang berbentuk angkaangka tadi.
Lebih jauh, sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan
statistik, tetapi berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan dan dengan
demikian berarti hasil penelitian ini bersifat idiografik; yakni lebih mementingkan
makna dalam konteks ruang dan waktu dibalik data yang dikumpulkan.
97
B. Unit Analisis Dan Sampel Penelitian
Fokus penelitian ini meliputi keseluruhan karakteristik dan unsur-unsur yang
menyangkut penyelenggaraan program D2 PGSD-UT, guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung, Bogor dan
DKI Jakarta. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah program pengembangan
yang telah diterapkan oleh FKIP-UT dan kemampuan profesional para guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung,
Bogor dan DKI Jakarta.
Penyebaran unit analisis ditetapkan berdasarkan program D2 PGSD UPBJJUT yang ada di Bandung, Bogor dan DKI Jakarta, sebagaimana diuraikan pada tabel
berikut:
TABEL 3.1
UNIT ANALISIS DAN SAMPEL PENELITIAN
No.
Lokasi UPBJJ
Tenaga Edukatif Sebagai Unit Analisis
Jumlah
Unit Analisis
21
21
2
Bandung
Bogor
17
17
3
DKI Jakarta
28
28
66
66
1
Jumlah
Sumber: Hasil Studi Pendahuluan pada UT (1995)
Selain tenaga edukatif sebagai unit analisis dilakukan pula telaah atas
program pengembangan personil bagi guru-guru SPG dan
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatifpada PGSD-UT.
SGO yang
98
(Wawancara) dilakukan dengan nara sumber yakni: Pimpinan UPBJJ dan dosen
(tenaga edukatif dari D2 PGSD UT). Selain itu dilakukan pula observasi. Observasi
ini ditujukan untuk melengkapi informasi dari wawancara, dan sekaligus melakukan
recheck atau triangulasi.
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap
eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,
1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk
memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya.
Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,
bersamaan
dengan
penyusunan desain
penelitian
dengan
bantuan
dosen
pembimbing.
Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi
pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan
UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk
mengecek dan mencari informasi awal dalam menentukan permasalahan atau fokus
penelitian.
99
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap
eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,
1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk
memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya.
Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,
bersamaan dengan
penyusunan desain penelitian dengan
bantuan
dosen
pembimbing.
Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi
pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan
UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk
mengecek dan mencari informasi awal dalam menentukan permasalahan atau fokus
penelitian.
100
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini dilakukan proses penelitian yang sesungguhnya, yakni
mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Pelaksanaannya setelah diberi rekomendasi atau ijin penelitian dari pihak
yang berwenang, dalam hal ini adalah IKIP Bandung dengan surat ijin dari
Pembantu Rektor I yang bertanggung jawab dalam bidang akademik.
Pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan wawancara kepada para
nara sumber sesuai dengan tujuan atau secara purposif random dengan menggunakan
pedoman wawancara yang tujuannya agar wawancara dapat berlangsung secara
terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk memperkuat pemahaman
permasalahan penelitian dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi. Kedua
aktivitas tersebut juga berguna untuk melengkapi data yang terkumpul sekaligus
untuk mengecek atau triangulasi
Keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat tergantung
kepada ketelitian data, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun
peneliti (Bogdan dan Bilkin, 1982: 73-74). Sejalan dengan ketentuan tersebut,
dipergunakan pula peralatan seperti tape recorder, buku catatan dan kamera foto.
Penggunaan peralatan tersebut dibicarakan terlebih dahulu dengan responden agar
tidak mengganggu proses pengumpulan data. Peralatan-peralatan tersebut digunakan
agar dapat merekam informasi verbal maupun non verbal selengkap mungkin.
101
Dalam tahap eksplorasi ini juga sekaligus dilakukan analisis, yakni dengan
cara mereduksi data atau informasi, dengan menyeleksi catatan lapangan yang ada
dan merangkum hal-hal penting secara sistematis agar dapat ditemukan tema atau
polanya. Dengan cara ini dapat mempermudah peneliti untuk mempertajam
gambaran tentang fokus penelitian.
Langkah - langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menguhubungi Dekan FKIP, pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif untuk
mengadakan wawancara dengan pedoman yang telah disusun. dan menggunakan
fasilitas bantu lainnya.
b. Mengadakan sfudi dokumentasi sambil membuat catatan sekitar data yang
diperlukan, yang relevan dengan permasalahan.
c. Mengadakan observasi terhadap kegiatan pelaksanaan tugas tridharma perguruan
tinggi, yaitu meliputi: 1) pendidikan dan pengajaran,
2) penelitian, dan
3) pengabdian pada masyarakat
d. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan
dukungan berbagai konsep teori atau hasil kajian kepustakaan.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi
yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih dipercaya. Pengecekan
informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai wawancara, yakni dengan
mengkonfirmasikan kembali catatan-catatan hasil wawancara.
102
Selanjutnya untuk lebih memantapkan perolehan informasi dari wawancara,
dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada responden
maupun nara sumber lainnya yang kompeten seperti, Bagian Pengembangan Sumber
Daya Manusia dan Bagian Akademik. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka
pelaksanaan member check ini dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E. Prosedur Analisis Data
Analisis dan interpretasi dilakukan dalam rangka memahami dan
memberikan makna bagi data yang dikumpulkan. Karakteristik tersebut menjadi ciri
dari penelitian kualitatif, di mana analisis data dilakukan secara terus menerus
semenjak data awal dikumpulkan hingga penelitian selesai. Adapun proses
interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Nasution
(1988:129-130)
serta
Miles
dan
Huberman
(1984:21)
mengemukakan tentang pelaksanaan analisis data. Pelaksanaan analisis dilakukan
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan lapangan dengan
memilih hal-hal yang pokok atau penting, yakni yang berkaitan dengan
permasalahan pendayagunaan tenaga edukatif yang menjadi fokus penelitian.
103
2. Display Data
Hal-hal pokok yang diperoleh dari reduksi data selanjutnya dirangkum dalam
susunan yang lebih sistematis agar dapat diketahui tema dan polanya. Untuk
memudahkan pola ini maka penelitian disajikan dalam bentuk matriks hasil
penelitian.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari pola yang tampak dalam display data tersebut selanjutnya dapat ditarik
suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna. Proses analisis
dilakukan semenjak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang
ditarik pada awalnya bersifat sangat tentatif atau masih kabur. Dengan demikian
untuk menetapkan kesimpulan tersebut lebih berakar, maka verifikasi dilakukan
dengan maksud untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian sehingga
prosesnya berlangsung sejalan dengan 'member check, triangulasi dan audit trail'.
F. Signifikansi Hasil Penelitian
Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif
tergantung pada:
104
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang
dikumpulkan, yang dalam penelitian kuantitatif disebut validitas internal.
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan agar kondisi tersebut tercapai adalah:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan kebenaran data dengan membandingkan
data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Seperti diketahui, nara
sumber dalam penelitian ini adalah pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif,
yang saling terkait secara vertikal. Oleh karena itu dalam mencari data atau
informasi dari seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan data atau
informasi dari nara sumber lain. Misalnya pada waktu wawancara untuk
menggali informasi dari para tenaga edukatif, sekaligus pula digunakan untuk
mengecek kebenaran informasi dari pimpinan UPBJJ secara internal yang
bersifat vertikal.
b. Penggunaan Bahan Referensi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder
dan kamera foto. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran yang lengkap
105
tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus dapat memahami
konteks pembicaraannya, sehingga diupayakan untuk memperkecil kekeliruan
yang terjadi.
c. Member Check
Member check adalah tahap untuk melakukan konfirmasi kepada nara
sumber pada setiap akhir wawaneara. Hal ini dilakukan dengan maksud
apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan data atau informasi baru yang
relevan.
2. Transferabilitas (Validitas Ekstemal)
Dalam' penelitian kuantitatif, kriteria ini disebut dengan validitas
ekstemal, yaitu tingkat aplikasi dan penggunaan hasil penelitian. Dengan kata
lain, transferabilitas adalah berkaitan dengan generalisasi.
Nasution (1988:118) mengemukakan bahma 'bagi penelitian kualitatif,
transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil
penelitia
DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN
SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP
UNIVERSITAS TERBUKA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Pascasarjana IKIP Bandung
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
Tita Rosifg
9332005
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1 996
Disetujui dan Disahkan oleh,
Pembimbing I,
Prof. Dr. H.
y Gaffar, M. Ed.
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Achinad Sanusi, SH., MPA.
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
VI
ABSTRAK
Penelitian ini mengetengahkan topik "Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen D2 PGSD Universitas Terbuka". Fokus penelitian ini
adalah mencari jawaban atas pertanyaan utama, yaitu sejauh manakah
penyelenggaraan program pengembangan kemampuan profesional bagi dosen
D2 PGSD di lingkungan FKIP Universitas Terbuka. Metode penelitian yang
diterapkan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan selama
maupun setelah data dikumpulkan dan bersifat tentatif
Berdasarkan analisis awal tentang keadaan dosen D2 PGSD UT; bahwa
sejak alih fungsi dari guru SPG dan SGO menjadi dosen program D2 PGSD
UT sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum ada perubahan kemampuan
profesional yang mendasar baikjumlah maupun perubahan peningkatan karir.
Keadaan ini merupakan implikasi dari lambannya personil dan lingkungannya
saling beradaptasi, yakni lingkungan perguruan tinggi, di mana sebelumnya
terbiasa dengan kenaikan pangkat secara otomatis menjadi kenaikan pangkat
dan jabatan berdasarkan angka kredit. Keadaan ini juga merupakan
konsekuensi logis dari program alih fungsi yang menuntut kemampuan
manajerial dan adaptabilitas yang tinggi dari pihak-pihak yang terkait,
sehingga bukan saja di lingkungan Universitas Terbuka sendiri tetapi juga
lembaga scara keseluruhan sesuai dengan kewenangannya.
Lambannya mereka beradaptasi ditandai dengan kurangnya frekuensi
atau kemampuan dalam melakasanakan tridharma perguruan tinggi khususnya
dharma kedua dan ketiga. kecenderungan tidak proporsionalnya pelaksanaan
Vll
dimensi/bidang tugas dosen tersebut bukan saja karena belum
optimalnya
program pengembangan juga kurangnya motivasi yang turnbuh di kalangan
dosen-dosen sendiri di samping dukungan lembaga-lembaga terkait yang belum
mampu mengembangkan potensi para dosen sebagaimana mestinya.
Melalui
penelitian juga ingin diungkapkan kondisi
kemampuan
profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan.
Dari hasil telaahan ternyata ada sedikit perbedaan sebagai output dari
program pengembangan yang diikuti. Bagaimanapun program pengembangan
yang diikuti mampu memperkenalkan situasi akademik dan administratif di
perguruan tinggi kepada para dosen D2 PGSD UT. Hal tersebut khususnya
diperoleh dari program PPK.
Lebih jauh penelitian ini juga berhasil mengungkapkan
model
pengembangan personil yang relevan dengan kondisi kelembagaan dan
karakteristik Universitas Terbuka. Model tersebut diperoleh dari hasil telaah
yang
mendalam
tentang
keterkaitan-keterkaitan
dan
alur
program
pengembangan yang mungkin ditempuh oleh lembaga dan para dosen. Sebagai
saran yang relevan dengan model tersebut adalahformat pendataan aktivitas
dosen D2 PGSD UT yang
mencoba mengangkat aktivitas/kegiatan
administratifsebagai aktivitas yang memiliki nilai kredit point tersendiri.
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR
i
APRESIASI DAN UCAPAN TERIMAKASIH
iv
ABSTRAK
vi
BAB I.
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah
9
C. Tujuan Penelitian
14
D. Kegunaan Penelitian
16
E. Paradigma Penelitian
17
F. Asumsi
21
KONSEP PENGEMBANGAN PERSONIL EDUKATIF
23
A. Konsep Dasar Pengembangan Personil
23
B. Proses Pengembangan Personil Edukatif
28
C. Prosedur dan Teknik Operasional Pengembangan Tenaga
Edukatif di Perguruan Tinggi
35
D. Pengembangan Sebagai Fungsi Administrasi Personil
38
E. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Perguruan Tinggi
42
F. Profesi Dosen dan Tugas-Tugas Pokok Dosen
46
G. Beberapa Hasil Penelitian sebelumnya Yang Berkaitan
Dengan Konsep Pengembangan Personil
52
I. Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Sebagai Dasar
Tugas Dosen Selaku Tenaga Edukatif pada program D2
PGSD UT
vni
61
IX
HAL
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
94
B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian
97
C. Teknik Pengumpulan Data
98
D. Pelaksanaan Penelitian
99
E. Prosedur Analisis Data
102
F. Signifikansi Penelitian
103
BAB IV. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian
107
A. Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Profesional
Dosen Universitas Terbuka Melalui Program Penataran
107
B. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal
139
C. Program Pengembangan Melalui Program Informal
147
D. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas
dan Kuantitas Sarana serta Prasarana
152
E. Tinjauan Atas Pelaksanaan Teknis Program
Pengembangan bagi Tenaga Edukatif di UPBJJ
152
F. Gambaran tentang Kemampuan Profesional Tenaga
Edukatif Program D-2 PGSD-UT Sebelum dan Sesudah
Mengikuti Program Pengembangan
172
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
194
B. Implikasi
214
C. Saran-Saran
217
DAFTAR PUSTAKA
224
LAMPIRAN-LAMPIRAN
228
DAFTAR TABEL
NO
1.1
NAMA TABEL
DOSEN D2 PGSD UT YANG BERASAL DARI ALIH
FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO
2.6
HAL
4
PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT
91
3.1
UNIT ANALISIS SAMPEL PENELITIAN
97
4.1
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PPK
m
4.2
PESERTA PPPK UNTUK SETIAP KELOMBANG DAN
BIDANG STUDI
121
4.3
GAMBARAN UMUM HASIL EVALUASI PPK
m
4.4
PENILAIAN PESERTA PPK ATAS KUALITAS
PELAKSANAAN PPK
GAMBARAN MENGENAI DOSEN YANG TELAH
DAN SEDANG MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG
4.5
147
S2 DAN S3
4.6
IKHTISAR PROGRAM PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL TENAGA EDUKATIF
162
PADA UPBJJ
4.7
RINCIAN KEGIATAN TENAGA EDUKATIF FKIP UT
169
DI UPBJJ
4.8
4.9
4.10
130
PROSENTASE DOSEN D2 PGSD UT YANG TIDAK
MENGAJAR
PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT
USULAN ANGKA KREDIT DOSEN D2 PGSD UT DI
UPBJJ JAKARTA, BOGOR DAN BANDUNG
4.11 DOSEN PGSD UT YANG TIDAK PERNAH MELAPOR
KE UPBJJ
SELAMA TIGA BULAN TERAKHIR
XI
177
187
188
189
DAFTAR GAMBAR
NO.
1.1
NAMA GAMBAR
HAL
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM
PENGEMBANGAN PERSONIL
6
1.2
MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL
8
1.3
PARADIGMA PENELITIAN
1.4
TIGA KOMPONEN DAN PENANGGUNG JAWAB
20
DALAM SISTEM DASAR PROGRAM
PENYETARAAN DII GURU SD
2.2
PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENILAIAN
PRAKTIKUM
4.4
64
79
PENGEMBANGAN MASALAH/TOPIK PENELITIAN
DARI BERBAGAI SUMBER
137
JARINGAN PROSES PENGEMBANGAN PERSONIL
TENTANGEDUKATIF PADA FKIP - UT DAREERAH
xu
161
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Upaya pengembangan sumber daya manusia dinilai sangat posistif untuk
diterapkan pada organisasi pendidikan, sehubungan dengan kebutuhan tuntutan
profesional tenaga kependidikan itu sendiri. kebijakan pendidikan nasional pada
dasarnya mengacu pada UUD 1945 dan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Amanat tentang pengembangan sumber daya manusia secara
eksplisit tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan nasional sendiri dijelaskan
dalam BAB II Pasal 4 sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Mafia Esa, berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka dalam GBHN
1993 (BAB IV.F.26) ditetapkan kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam
(REPELITA VI) sebagai berikut:
Pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas
serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan
dasar serta jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan, sehingga memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dengan memperhatikan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Khusus mengenai kebijaksanaan pemerataan pendidikan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar sudah dipersiapkan sejak akhir PELITA V, khususnya
mengenai kebutuhan peningkatan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar,
seperti yang dikemukakan Fuad Hasan (Kompas, 18 Januari 1993) bahwa diantara
tugas-tugas
mendesak
yang
harus
dilaksanakan
oleh
Depdikbud
adalah
mempersiapkan sebaik mungkin segala langkah guna persiapan dan pelaksanaan
wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak Indonesia, untuk masa depan yang
produktif, bukan pasif apalagi terlambat. Berangkat dari upaya untuk mencapai
tujuan tersebut, maka terlebih dahulu perlu peningkatan LPTK, dan khususnya
menyangkut peningkatan tenaga pengajar. Dengan demikian, sejak tahun 1991
Depdikbud menyelenggarakan program D2 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
(PGSD) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas calon guru dan guru Sekolah
Dasar. Sumber tenaga edukatif untuk program D2 PGSD ini diantaranya adalah
guru-guru SPG dan SGO yang memenuhi syarat untuk dialihfungsikan menjadi
tenaga edukatif di PGSD.
Khusus mengenai penanganan kualitas guru Sekolah Dasar (SD), karena
tugas dan tanggung jawab yang sedang dijalani, maka sulit bagi guru SD untuk
belajar pada program D2 PGSD secara konvensional/reguler. Untuk mengantipasi
kondisi tersebut Universitas Terbuka bertanggung jawab untuk mengelola tersebut
termasuk mengembangkan kemampuan profesional tenaga edukatif-nya yang
sebagian besar berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan. Kehadiran
Universitas Terbuka sejak diresmikan tanggal 4 September 1984 tidak hanya
berupaya untuk mengantisipasi pemerataan kesempatan belajar tetapi juga
bertanggung jawab untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan serta membuat pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan
pembangunan nasional. Selain itu UT juga memberikan kesempatan yang sama
bagi masyarakat untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi dengan
berusaha
mengatasi hambatan geografis, ketidakmampuan sosial ekonomis atau fisik.
Dengan mempertimbangkan populasi mahasiswa UT yang menyebar di
seluruh Indonesia, maka UT memeriukan manajemen desentralisasi. Di tingkat
regional terdapat 32 unit yang disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ).
Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD.
Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2
PGSD adalah guru-guru yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO menjadi tenaga
edukatif pada program D-2 PGSD, termasuk untuk program D-2 PGSD Universitas
Terbuka. Tenaga edukatif tersebut dilimpahkan langsung oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdikbud kepada UT setelah memenuhi persyaratan tertentu.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data mengenai jumlah dosen D-2
PGSD UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan.
Rincian data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1
:
Tabel 1.1
DOSEN D-2 PGSD UT YANG BERASAL DARI PROGRAM
ALIH FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO
no-
i
m
02
\
03
LOKASIUPBJJ-UT
Banda Aceh
'
!
04
05
Banjarmasin
Bogor
!
06
Jakarta
!
07
Jambi
08
09
10
11
12
13
14
15
16
Jayapura
V? .
25 *
26
* s
•
% -4-
Bandar Larapung
Bandung
!
48
to
20
'%%
22
23
24
/,. JC^LAif DO»3
s
;*->*
;
I? >""' *
-"2$
-;^\ ' 2
Jeraber
•.,--"',:-
4
S
Kupang
Malang
' " ;
-a
4
Menado
5
Mataram
Medan
Padang
Palangkaraya
Palembang
Palu
*%
-5 „
,; i%20
^ s
•3
4
1 \
*.' % -
\*:**?S?"' & , "*:"-
Pakanbaru
Pontianak
Purwokerto
k-V'^ar °"-'%
Semarang
Surabaya
U^v ^ -
-
Surakarta
F; -»%r; ,n.
i '
Ujung Pandang
Yogyakarta
1XWAL
26 UPBJJ
Sumber: Universitas Terbuka PusatJakarta (1994)
rV;^v35 *' --
%Hy<
:m
f * -v ' 34
1 v\.,
\-\
-,
43$ *V
<
Dari tabel dapat diketahui bahwa terdapat 436 personil guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan menjadi Dosen D-2 PGSD UT yang tersebar di 26
UPBJJ. Dengan demikian 436 tersebut perlu mengikuti program pengembangan
yang berfungsi sebagai langkah penyesuaian dalam mengemban tugas selaku
tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi.
Berbagai masalah yang muncul pada program D-2 PGSD UT khususnya
berkenaan dengan tenaga edukatif yang dialihfungsikan dari guru SPG dan SGO
adalah masalah pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif tersebut.
Masalah pengembangan personil tersebut berkaitan dengan tenaga edukatif yang
harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi, yaitu: 1) para tenaga edukatif harus
menyesuaikan diri dengan organisasi pendidikan tinggi, di mana mereka
sebelumnya berada pada organisasi pendidikan menengah, 2) para tenaga edukatif
harus menyesuaikan dengan situasi belajar
mengajar yang non-konvensional,
karena UT memiliki tipikal Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yang berbeda
dengan lembaga pendidikan konvensional, 3) para tenaga edukatif harus dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan tridharma perguruan tinggi sebagai
konsekuensi tugas tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi dan 4) para
tenaga edukatif PGSD UT masih banyak yang tidak dapat melaksanakan KBM
(tutorial) karena belum ada kesempatan, sebagai akibat kebijakan pihak Kanwil
setempat.
Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka
pihak UT melalui FKIP memiliki program yang diarahkan pada upaya
pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif yang berlatar belakang alih
fungsi dari SPG dan SGO. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar para tenaga
edukatif mampu menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya selaku tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Lebih jauh, melalui program ini para
tenaga edukatif diharapkan mampu memahami tuntutan organisasi dan mampu
memberikan sumbangan
kemampuan
yang
optimal.
Organisasi
lembaga
pendidikan tinggi memiliki kriteria tertentu bagi tenaga edukatifnya, yang
kesemuanya mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu tugas pendidikan
dan pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu serta
pengabdian pada
masyarakat.
Hal di atas sejalan dengan latar belakang konsep pengembangan personil
pada lembaga pendidikan yang dikemukakan oleh William B. Castetter (1981:322)
yang digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 1.1
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL
Perfonnayaag
Dibattft&aa
X
Kebututiaii
11
1
Sasaran
Perfooaa
T
Reagan*
P^ogaabangad
TJmt Programs
}
>
iPasgeiafauaB, left&rsGafp&g dan#3p
mc
J
>
jtaca^etked &seip&g%a" "..
... Peogatetaaoyaagjfttfesaaitwa&fe
J
MKqgMria^a!^^
1 MINI
Evalwasi
J
Sumber: William B. Castetter (1981:322)
IIIH
LIHH
Mill
wwwnwwiwwnnwffiffwww
1
]
1
Dari
gambar 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang
dilaksanakannya program pengembangan personil adalah: 1) kebutuhan akan
performa personil, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan
untuk mencapai performa personil yang efektif, 2) kebutuhan pengembangan
personil, yaitu meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3)
Adanya sasaran-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperkecil
kesenjangan antara harapan dan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya
Rencana Pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5)
Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk
mengaitkan
rencana pengembangan operasionalisasi
unit-unit dan
rencana
pengembangan pola pengajaran. Dengan demikian program pengembangan
kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks guru SPG dan SGO
dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang dikemukakan tersebut.
Program pengembangan tersebut secara khusus sejalan dengan berbagai
tuntutan kemampuan prrofesional yang diharapkan n(ideal) dari seorang tenaga
edukatif secara terarah dan terpadu. Akan tetapi karena penyelenggaraan program
PGSD-UT di Indonesia juga menghadapi masalah geografis, maka upaya
pengembangan tenaga edukatif tersebut perlu komitmen dari berbagai pihak, selain
metode yang diterapkan juga harus terarah dan berkesinambungan. Dari hasil studi
pendahuluan, akibat jauhnya jarak dari tempat tenaga edukatif bertugas ke UPBJJ
(Unit Program Belajar Jarak Jauh) Pusat di tingkat regional, maka diantara para
tenaga edukatif ada yang datang ke UPBJJ satu bulan satu kali saja akibat sulitnya
sarana transportasi. Dengan demikian diindikasikan program pengembangan yang
dapat dijalankan di tingkat UPBJJ juga terhambat oleh hambatan geogarfis.
Di sisi lain para tenaga edukatif memeriukan upaya pengembangan yang
intensif dan efektif, guna meningkatkan kemampuan profesionalnya selaku tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Sebagai gambaran mengenai program
pengembangan personil yang sudah dilaksanakan yaitu diuraikan oleh Agus
Rahmat melalui hasil penelitiannya yang dilaksanakan tahun 1992. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa dari hasil penataran (sebagai salah satu program
pengembangan personil) yang dilaksanakan ditemukan perbedaan-perbedaan yang
ada antara peserta penataran dari P. Jawa dan luar P. Jawa. Untuk itu menurut Agus
Rahmat diperlukan penyesuaian keluasan dan kedalaman materi yang disajikan.
Berdasarkan data empiris (Pada tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah tenaga
edukatif PGSD-UT yang tersebar pada 26 UPBJJ di seluruh Indonesia adalah 436
orang, 52,75% (230 orang) diantaranya tersebar di Pulau Jawa. Berangkat dari
kondisi tersebut, melalui penelitian ini akan diungkapkan bagaimana pelaksanaan
program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks
guru SPG dan SGO akan bermanfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu
manajemen personil pendidikan, tetapi juga bagi organisasi pendidikan secara
keseluruhan, khususnya dalam menginventarisasikan alternatif pengembangan
sumber daya manusia yang dimiliki melalui perwujudan kemampuan profesional
yang optimal.
B. Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penyelenggaraan program D2 PGSD Universitas Terbuka di tingkat
regional secara operasional diselenggarakan oleh UPBJJ. Berdasarkan Diktum
Ketiga SK dirjen Dikti
No. 28/Dikti/Kep/1990, tentang tempat penyelenggaraan
program D2 PGSD yang secara fisik terpisah dari kampus induk tetapi secara nyata
berperan sebagai suatu subsistem yang memiliki kewenangan dan mendekati
penerapan asas dekonsentrasi dalam manajemen pendidikan.
Salah satu permasalahan penting dalam manajemen program D2 PGSD-UT
adalah kemampuan profesional dosen yang berlatar belakang guru SPG dan SGO
yang dialihfungsikan ke dalam iklim organisasi pendidikan dan bersifat non
reguler. Permasalahan tersebut, diduga salah satunya dapat diantisipasi dengan
menerapkan pola pengembangan sumber daya manusia di lingkungan program D2
PGSD-UT. Program pengembangan tersebut
kemampuan
profesional
yang sesuai dengan
diharapkan dapat meningkatkan
tuntutan
kebutuhan
lembaga
pendidikan tinggi.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa hal yang mempertegas
permasalahan pokok di atas:
a. Pertemuan (tutorial) hanya dilakasanakan minimal satu kali dalam satu minggu
atau sesuai dengan kesepakatan mahasiswa dan tutor.
10
b. Sebagian besar tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang dialihfungsikan dari
SPG dan SGO memiliki
pangkat dan jabatan fungsional yang masih rendah
serta menghadapi lingkungan baru yang berbeda dengan tempat tugas asal.
Sulitnya para tenaga edukatif untuk naik pangkat/golongan adalah diindikasikan
salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar bobot pekerjaan mereka
adalah pekerjaan administratif.
c. Para tenaga edukatif menghadapi tugas mengajar yang berbeda, misalnya ketika
mengajar di SPG/SGO mereka mengajarkan ilmu pendidikan dan olah raga,
tetapi pada program D2 PGSD-UT mereka harus mengajarkan IPS, Geografi
dan sebagainya.
d. Pendayagunaan tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT belum terarah
sepenuhnya pada upaya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan tugas
pokok dosen lainnya. Bahwa sejak dialihfungsikan ke program D2 PGSD-UT
masih ada tenaga edukatif yang belum pernah mengadakan penelitian, menulis
karya ilmiah dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat yang juga
merupakan barometer kemampuan profesional tenaga edukatif pada perguruan
tinggi.
e. Para tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT banyak melakukan kegiatan
administratif yang tidak memiliki nilai kredit point yang dapat disetarakan
dengan unsur-unsur tridharma perguruan tinggi.
f. Di daerah tertentu ada beberapa tenaga edukatif yang tidak dapat melakukan
kegiatan belajar mengajar (tutorial) karena tidak ada kesempatan.
11
Kondisi di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara tugas pokok
tenaga edukatif dan kemampuan profesional empiris yang dimiliki. Tuntutan tugas
pokok tersebut ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 48/DJ/Kep 1983 yaitu:
1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Penelitian dan pengembangan ilmu, 3)
Pengabdian pada masyarakat, 4) Pembinaan sivitas akademika, 5) Administrasi dan
Manajemen.
Di samping itu tenaga edukatif dituntut pula oleh kebutuhan pengumpulan
angka kredit. Bagi jabatan tenaga edukatifdi jenjang perguruan tinggi, angka kredit
bukan hanya merupakan indikator tingkat prestasi pelaksanaan tugas pokoknya,
tetapi juga merupakan bentuk penghayatan yang digunakan sebagai salah satu
persyaratan
pengembangan
karir
sampai
jenjang
tertinggi
dalam
sistem
kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. Secara yuridis kebijakan ini ditetapkan dalam
Keputusan Menpan No. 26/Menpan/1989.
Berdasarkan tuntutan kompetensi profesional yang mengacu pada tuntutan
tugas pokok di atas, maka pihak UT, khususnya FKIP perlu untuk melaksanakan
upaya pengembangan tenaga edukatif guna meningkatkan pemahaman mereka
terhadap lingkungan dan tugas yang baru secara terarah dan berkesinambungan.
Permasalahan yang lebih spesifik adalah bagaimana metode pengembangan yang
telah dilaksanakan oleh FKIP-UT dalam rangka mencapai kompetensi profesional
yang sesuai dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga edukatif pada jenjang
pendidikan tinggi.
12
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka berikut
ini dirumuskan masalah penelitian untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian.
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah pola pelaksanaan pengembangan kemampuan dosen
program D-2 PGSD-UT dalam rangka penyesuaian
sebagai tenaga edukatif
pada FKIP-UT ?
Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah-masalah
khusus sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan personil bagi dosen D-
2
PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan
menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT melalui penataran ?
Pertanyaan ini dirinci menjadi:
1) Metode pengembangan apakah yang digunakan dalam penataran bagi dosen D-2
PGSD-UT ?
2) Apa yang menjadi tujuan program pengembangan personil melalui penataran
yang diterapkan oleh FKIP-UT bagi dosen D-2 PGSD UT?
3) Materi program pengembangan apakah yang ditetapkan oleh FKIP-UT melalui
penataran bagi dosen D-2 PGSD-UT ?
13
4) Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan melalui penataran bagi
dosen D-2 PGSD-UT ?
5) Pola evaluasi apakah yang dipergunakan oleh FKIP-UT untuk menilai
keberhasilan program pengembangan melalui penataran bagi dosen D-2 PGSD
UT?
b. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan
melalui pendidikan formal bagi dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru
SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD UT ?
c. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan
melalui pendekatan informal bagi dosen D-2 PGSD UT ?
d. Pola pelaksanaan pengembangan personil apakah yang dilaksanakan melalui
peningkatan kualitas sarana dan prasarana bagi dosen D-2 PGSD UT ?
e.
Bagaimanakah
gambaran
pelaksanaan
teknis
program
pengembangan
kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT yang dilaksanakan di UPBJJ ?
Pernyataan tersebut dirinci menjadi:
1) Program apa
yang
diterapkan
dalam
mengembangkan
kemampuan
profesional jarak jauh bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
2)
Program
apa
yang
ditetapkan
dalam
mengembangkan
kemampuan
profesional di tempat bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
3) Bagaimana jaringan proses pengembangan kemampuan profesional jarak jauh
bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
14
f. Bagaimanakah gambaran tentang kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan ?
Pernyataan ini dirinci menjadi:
1) Bagaimanakah tingkat kemampuan mengajar para dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
2)
Bagaimanakah tingkat kemampuan penelitian para dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
3. Bagaimanakah tingkat kemampuan dosen D-2 PGSD UT untuk melaksanakan
pengabdian pada masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program
pengembangan personil yang dieselenggarakan oleh FKIP UT ?
g. Model pengembangan personil apakah yang paling sesuai dengan kebutuhan
program pengembangan personil bagi tenaga edukatif PGSD UT ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian
ini adalah untuk
mendeskripsikan dan
menganalisis tentang pola pengembangan personil bagi dosen D-2 PGSD UT yang
15
berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif
pada FKIP Universitas Terbuka.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis program pengembangan personil yang
diselenggarakan oleh Universitas Terbuka dalam rangka penyesuaian tenaga
edukatif program D2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen
program D-2 PGSD yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT sebelum
mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIPUT.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen
program D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT setelah mengikuti
program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas
Terbuka.
d.
Untuk mendeskripsikan model kebutuhan pengembangan personil yang
dibutuhkan oleh tenaga edukatif program D2 PGSD-UT.
16
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan Penelitian ini di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ilmu
administrasi pendidikan, khususnya pengembangan personil dalam organisasi
pendidikan, karena penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan
disertai bukti-bukti empiris tentang pentingnya program pengembangan personil
bagi pencapaian tujuan organisasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi
penelitian dan pengembangan ilmu yang berhubungan dengan ilmu administrasi
pendidikan, khususnya administrasi personil pendidikan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak
yang terlibat dalam pengelolaan lembaga pendidikan khususnya untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi personil-nya.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikann bahan pertimbangan oleh
Universitas Terbuka dalam peningkatan kemampuan profesional tenaga edukatif
PGSD yang dikelolanya melalui program pengembangan yang tepat, dan
masukan kebijakan tindak lanjut yang ditetapkan oleh pihak UT pasca
17
pelaksanaan program dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi semua
pihak yang terkait
E. Paradigma Penelitian
Fungsi dan permasalahan pengembangan personil dapat terjadi dalam setiap
organisasi,
termasuk
organisasi
pendidikan.
Dengan
demikian
masalah
pengembangan sumber daya manusia (personil) menjadi suatu masalah yang
sifatnya
universal
dan
kompleks
karena
melibatkan
berbagai
pihak dan
kepentingan. Kebutuhan akan pengembangan personil organisasi ini erat kaitannya
dengan tuntutan kebutuhan organisasi sendiri baik yang sifatnya internal maupun
eksternal.
Guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada
program D2 PGSD-UT di Universitas Terbuka dituntut untuk dapat menguasai
kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tridharma perguruan tinggi.
Tuntutan kemampuan tersebut meliputi:
a. Kemampuan mengajar, yaitu kemampuan tenaga edukatif untuk merencanakan
program perkuliahan, mengorganisasikan kegiatan perkuliahan, mengorgani-
sasikan peserta didik dan sebagainya.
b. Kemampuan untuk melakukan penelitian
c. Kemampuan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
18
Model pelaksanaan program pengembangan personil sendiri dikemukakan
oleh William B. Castteter (1981:333) sebagai berikut:
GAMBAR 1.2
MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL
Keterangan:
1 = Apa yang harus dipelajari (Isi); 1) Teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
2)aplikasi teori, konsep, prinsip, 3) Kombinasi 1) dan 2)
2 = Bagaimana isi tersebut dipelajari (metoda); 1) self-instruction, 2) tutorial, 3) Group
instruction, 4) kombinasi 1), 2) dan 3)
3 = Fokus Program (settings); 1) on the job, 2) off the job, 3) kombinasi 1) dan 2)
4 = Partisipasi (pendekatan); 1) Formal - Voluntary (resmi/sukarela) 2) formal compulsary (formal-resmi), 3) Informal - Voluntary (Informal-sukarela) 4) InformalCompulsary (Informal-Wajib)
5 = Sumber-sumber daya untuk pelaksanaan program; 1) Sumber Daya Manusia, 2)
Sumber Daya Non Manusia, 3) Kombinasi 1) dan 2)
Berdasarkan model di atas, maka pada dasarnya program pengembangan
personil setidaknya mencakup kajian-kajian mengenai materi, metode, jenis
program, pendekatan dan sumber-sumber yang dapat digunakan.
Berkenaan dengan program pengembangan kemampuan personil di
lingkungan Universitas Terbuka, Tisnowati Tammat (1992:7) mengemukakan
arahan kuantitatif dan kualititatif dalam pelaksanaan program pengembangan
personil sebagai berikut:
19
aMengontrakkan kegiatan pelatihan kepada institusi lain atau
mengirimkan karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di
luar organisasi mereka. Dalam hal ini unit pengembangan staf harus
memiliki seseorang yang mampu mengidentifikasi institusi pendidikan
dan pelatihan yang dibutuhkan, mampu melaksanakan negosiasi serta
mampu memonitor dan mengevaluasipelayanan mereka.
bMenyelenggarakan pelatihan sendiri, dengan memakai tenaga dari luar
organisasi, dari dalam organisasi atau kombinasi dari keduanya. Untuk
kepentingan penyelenggaraan pelatihan tersebut unit pengembangan staf
harus mampu mengidentifikasi para pakar yang diperlukan.
Berkenaan dengan sistem kepegawaian, alur organisasi, kompensasi/reward
maka kebijakan-kebijakan pengembangan personil tersebut telah mulai dirintis
melalui Penataran Pelatihan Kemampuan (PPK) yang diselenggarakan selama
kurang lebih 1 bulan (pada tahun 1991). Pola pengembangan tersebut cenderung
bersifat statis dan kontekstual serta waktunya relatif singkat. Sedangkan kebijakan
mengenai sistem kerja (termasuk tuntutan kemampuan profesional) sifatnya lebih
dinamis dan perlu metode pengembangan yang lebih terencana, terpadu, bertahap
dan berkesinambungan. Alasan untuk dilaksanakannya pengembangan personil
tersebut didukung oleh kondisi sistem belajar mengajar di Universitas Terbuka
yang memiliki tipikal berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga
program
pelatihan
yang
diselenggarakan
perlu
dievaluasi
dan
ditelaah
efektivitasnya.
Lebih jauh melalui penelitian ini secara khusus dikaji mengenai hasil yang
mampu dicapai oleh program pelatihan yang diselenggarakan, khususnya hasil
yang mengarah pada peningkatan kemampuan profesional para guru SPG dan SGO
20
yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di wilayah Jawa
Barat dan DKI Jakarta.
Dengan demikian paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
GAMBAR 1.3
PARADIGMA PENELITIAN
Kemampuan Profesional;
L Pendidikan dan Pengajaran
Guru SPG dan SGO
yang dialifungsikan menjadi
2. Peae&iaa
tenaga Edukatif PGSD UT
3. Pengabdian pada masyarakat
Program Pengembangan Personil UT:
PPK
Penataraan Penelitian
Pendidikan Formal
Pendidikan Non formal
Sarana dan Prasarana
Evaluasi
Kemampuan Profesional:
Pendidikan dan Pengajaran
Penelitian
Pengabdian pada Masyarakat
(sebelum & sesudah mengikuti
program pengembangan)
TUTOR
Model Pengembangan Personil
J
21
F. Asumsi
Sebagai titik tolak dalam menelaah permasalahaan penelitian dikemukakan
asumsi-asumsi yang mendukung. Berikut ini dikemukakan yang mendasari teori
pengembangan personil dari William B Castteter (1981) sebagai berikut:
1. Efektivitas sistem terletak pada kompetensi setiap anggotanya. Efektivitas
individual dapat ditingkatkan melalui kesempatan yang disediakan oleh sistem
untuk mengembangkan kapabilitas yang masih belum tampak.
2.
Pengembangan
adalah
kebutuhan
bagi
semua
personil
yang
sifatnya
berkelanjutan, mulai dari individu bekerja sampai pensiun. Pengembangan
personil adalah aktivitas yang berlangsung terus menerus.
3. Suatu sistem merupakan universitas kecil yang menyediakan kesempatan untuk
berkembang melalui pengalaman dalam beberapa program yang diikuti oleh
personil.
4. Tujuan utama dari program pengembangan adalah agar sistem lembaga
pendidikan
mampu
membimbing
mencapai
personil
agar
tujuannya.
mereka
Tujuan
dapat
lain
adalah
meningkatkan
untuk
efektivitas
pekerjaannya.
5. Pengembangan meliputi perubahan perilaku individual, sehingga mereka mampu
dan mau memberikan kontribusi efektif bagi pencapaian tujuan lembaga. Hal ini
memotivasi mereka agar mereka merasa bahwa pengembangan merupakan alat
untuk memenuhi kebutuhan dirinya maupun lembaga.
22
6. Kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan apa yang sesungguhnya dapat
ditanggulangi dengan menetapkan program pengembangan personil.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka konsep yang mendasari penelitian
ini adalah:
1. Tenaga edukatif merupakan satu-satunya sumber daya manusia yang berpontensi
untuk dikembangkan.
2. Perkembangan organisasi
dan lingkungannya harus diantisipasi dengan
pengembangan personil yang seimbang agar tidak terjadi kesenjangan yang
mengganggu stabilitas organisasi.
3. Program pengembangan personil merupakan kebijakan organisasi yang harus
didukung oleh semua pihak agar berjalan secara efektif dan efisien.
4. Pengembangan personil edukatif di perguruan tinggi harus mengacu pada
tuntutan tugas yang berlaku di perguruan tinggi.
5. Pimpinan unit organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung program
pengembangan personil.
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang didukung oleh
hasil pengolahan data kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat
dari tujuan pokok penelitian yaitu, untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola
kebutuhan pengembangan tenaga edukatif dan pelaksanaannya di lingkungan
Program D2 PGSD-FKIP Universitas Terbuka. Dengan kata lain, bertujuan untuk
memperoleh pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa atau perilaku
manusia yang ingin tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan
dan perbedaan fenomena tertentu (Winarno Surakhmad, 1990:139). Sejalan dengan
hal tersebut, Stephen Isaac (1982:46) mengatakan maksud penelitian deskriptif
adalah: is To describe systematically the facts and characteristics of a given
population or area of interest, factually and accuratelly .
Penelitian dengan pendekatan kualitatif sering juga disebut dengan metode
etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalistik. Penelitian kualitatif
mempunyai ciri-ciri:
1. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting)
2. Penentuan sampel secara purposive.
94
95
3. Peneliti sendiri sebagai instrumen inti pokok
4. Penelitiannya lebih menekankan pada proses dari pada produk atau hasilnya,
sehingga bersifat deskriptif analitik.
5. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersitat idiografik.
6. Mengutamakan makna (meaning) dibalik data. (Bogdan dan Bilken, 1982:27-30,
Nasution, 1980: 9-12)
Melalui karakteristik pertama, pihak peneliti berperan sebagai penggali data
atau informasi (human instrument) langsung dari nara sumber tanpa memberikan
perlakuan (treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan
semacam ini adalah agar dapat diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial,
dalam hal ini adalah tindakan pimpinan dan lembaga dalam melaksanakan program
pengembangan personil. Tindakan tersebut sejalan dengan anjuran Philips
(1967:17),
yang menyatakan bahwa: Approaches to be used in studying social
phenomena should be closely related and refer to the real condition where the
phenomena exist (Pendekatan yang dipergunakan dalam fenomena studi sosial
sebaiknya benar-benar dekat dan memperhatikan kondisi di mana fenomena tersebut
benar-benar ada).
Karakteristik kedua, mengisyaratkan bahwa pengambilan sampel harus
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian berarti jumlah sampel
sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang
dibutuhkan. Sejalan dengan itu Nasution (1988:32-33) mengatakan bahwa untuk
memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai tercapainya taraf
96
reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; maksudnya bahwa dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru
yang berarti.
Sedangkan karakteristik yang ketiga, pengambilan data dilakukan langsung
oleh peneliti, yakni menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok dalam penelitian
ini. Dengan demikian instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi;
bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-ubah, dapat
memperhalus pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk mencapai tujuan.
(Nasution, 1988:54 55).
Dengan karakteristik berikutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
cenderung berbentuk uraian kata daripada angka-angka; demikian juga hasil
analisisnya (Miles dan Hubermen, 1984:15). Dengan demikian berarti laporan hasil
penelitian kaya dengan deskripsi dan penjelasan serta analisis tentang aspek-aspek
masalah yang menjadi fokus penelitian. Walaupun demikian bukan berarti bahwa
dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang berbentuk angkaangka tadi.
Lebih jauh, sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan
statistik, tetapi berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan dan dengan
demikian berarti hasil penelitian ini bersifat idiografik; yakni lebih mementingkan
makna dalam konteks ruang dan waktu dibalik data yang dikumpulkan.
97
B. Unit Analisis Dan Sampel Penelitian
Fokus penelitian ini meliputi keseluruhan karakteristik dan unsur-unsur yang
menyangkut penyelenggaraan program D2 PGSD-UT, guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung, Bogor dan
DKI Jakarta. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah program pengembangan
yang telah diterapkan oleh FKIP-UT dan kemampuan profesional para guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung,
Bogor dan DKI Jakarta.
Penyebaran unit analisis ditetapkan berdasarkan program D2 PGSD UPBJJUT yang ada di Bandung, Bogor dan DKI Jakarta, sebagaimana diuraikan pada tabel
berikut:
TABEL 3.1
UNIT ANALISIS DAN SAMPEL PENELITIAN
No.
Lokasi UPBJJ
Tenaga Edukatif Sebagai Unit Analisis
Jumlah
Unit Analisis
21
21
2
Bandung
Bogor
17
17
3
DKI Jakarta
28
28
66
66
1
Jumlah
Sumber: Hasil Studi Pendahuluan pada UT (1995)
Selain tenaga edukatif sebagai unit analisis dilakukan pula telaah atas
program pengembangan personil bagi guru-guru SPG dan
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatifpada PGSD-UT.
SGO yang
98
(Wawancara) dilakukan dengan nara sumber yakni: Pimpinan UPBJJ dan dosen
(tenaga edukatif dari D2 PGSD UT). Selain itu dilakukan pula observasi. Observasi
ini ditujukan untuk melengkapi informasi dari wawancara, dan sekaligus melakukan
recheck atau triangulasi.
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap
eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,
1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk
memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya.
Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,
bersamaan
dengan
penyusunan desain
penelitian
dengan
bantuan
dosen
pembimbing.
Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi
pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan
UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk
mengecek dan mencari informasi awal dalam menentukan permasalahan atau fokus
penelitian.
99
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap
eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,
1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk
memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya.
Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,
bersamaan dengan
penyusunan desain penelitian dengan
bantuan
dosen
pembimbing.
Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi
pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan
UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk
mengecek dan mencari informasi awal dalam menentukan permasalahan atau fokus
penelitian.
100
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini dilakukan proses penelitian yang sesungguhnya, yakni
mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Pelaksanaannya setelah diberi rekomendasi atau ijin penelitian dari pihak
yang berwenang, dalam hal ini adalah IKIP Bandung dengan surat ijin dari
Pembantu Rektor I yang bertanggung jawab dalam bidang akademik.
Pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan wawancara kepada para
nara sumber sesuai dengan tujuan atau secara purposif random dengan menggunakan
pedoman wawancara yang tujuannya agar wawancara dapat berlangsung secara
terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk memperkuat pemahaman
permasalahan penelitian dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi. Kedua
aktivitas tersebut juga berguna untuk melengkapi data yang terkumpul sekaligus
untuk mengecek atau triangulasi
Keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat tergantung
kepada ketelitian data, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun
peneliti (Bogdan dan Bilkin, 1982: 73-74). Sejalan dengan ketentuan tersebut,
dipergunakan pula peralatan seperti tape recorder, buku catatan dan kamera foto.
Penggunaan peralatan tersebut dibicarakan terlebih dahulu dengan responden agar
tidak mengganggu proses pengumpulan data. Peralatan-peralatan tersebut digunakan
agar dapat merekam informasi verbal maupun non verbal selengkap mungkin.
101
Dalam tahap eksplorasi ini juga sekaligus dilakukan analisis, yakni dengan
cara mereduksi data atau informasi, dengan menyeleksi catatan lapangan yang ada
dan merangkum hal-hal penting secara sistematis agar dapat ditemukan tema atau
polanya. Dengan cara ini dapat mempermudah peneliti untuk mempertajam
gambaran tentang fokus penelitian.
Langkah - langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menguhubungi Dekan FKIP, pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif untuk
mengadakan wawancara dengan pedoman yang telah disusun. dan menggunakan
fasilitas bantu lainnya.
b. Mengadakan sfudi dokumentasi sambil membuat catatan sekitar data yang
diperlukan, yang relevan dengan permasalahan.
c. Mengadakan observasi terhadap kegiatan pelaksanaan tugas tridharma perguruan
tinggi, yaitu meliputi: 1) pendidikan dan pengajaran,
2) penelitian, dan
3) pengabdian pada masyarakat
d. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan
dukungan berbagai konsep teori atau hasil kajian kepustakaan.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi
yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih dipercaya. Pengecekan
informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai wawancara, yakni dengan
mengkonfirmasikan kembali catatan-catatan hasil wawancara.
102
Selanjutnya untuk lebih memantapkan perolehan informasi dari wawancara,
dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada responden
maupun nara sumber lainnya yang kompeten seperti, Bagian Pengembangan Sumber
Daya Manusia dan Bagian Akademik. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka
pelaksanaan member check ini dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E. Prosedur Analisis Data
Analisis dan interpretasi dilakukan dalam rangka memahami dan
memberikan makna bagi data yang dikumpulkan. Karakteristik tersebut menjadi ciri
dari penelitian kualitatif, di mana analisis data dilakukan secara terus menerus
semenjak data awal dikumpulkan hingga penelitian selesai. Adapun proses
interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Nasution
(1988:129-130)
serta
Miles
dan
Huberman
(1984:21)
mengemukakan tentang pelaksanaan analisis data. Pelaksanaan analisis dilakukan
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan lapangan dengan
memilih hal-hal yang pokok atau penting, yakni yang berkaitan dengan
permasalahan pendayagunaan tenaga edukatif yang menjadi fokus penelitian.
103
2. Display Data
Hal-hal pokok yang diperoleh dari reduksi data selanjutnya dirangkum dalam
susunan yang lebih sistematis agar dapat diketahui tema dan polanya. Untuk
memudahkan pola ini maka penelitian disajikan dalam bentuk matriks hasil
penelitian.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari pola yang tampak dalam display data tersebut selanjutnya dapat ditarik
suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna. Proses analisis
dilakukan semenjak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang
ditarik pada awalnya bersifat sangat tentatif atau masih kabur. Dengan demikian
untuk menetapkan kesimpulan tersebut lebih berakar, maka verifikasi dilakukan
dengan maksud untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian sehingga
prosesnya berlangsung sejalan dengan 'member check, triangulasi dan audit trail'.
F. Signifikansi Hasil Penelitian
Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif
tergantung pada:
104
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang
dikumpulkan, yang dalam penelitian kuantitatif disebut validitas internal.
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan agar kondisi tersebut tercapai adalah:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan kebenaran data dengan membandingkan
data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Seperti diketahui, nara
sumber dalam penelitian ini adalah pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif,
yang saling terkait secara vertikal. Oleh karena itu dalam mencari data atau
informasi dari seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan data atau
informasi dari nara sumber lain. Misalnya pada waktu wawancara untuk
menggali informasi dari para tenaga edukatif, sekaligus pula digunakan untuk
mengecek kebenaran informasi dari pimpinan UPBJJ secara internal yang
bersifat vertikal.
b. Penggunaan Bahan Referensi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder
dan kamera foto. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran yang lengkap
105
tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus dapat memahami
konteks pembicaraannya, sehingga diupayakan untuk memperkecil kekeliruan
yang terjadi.
c. Member Check
Member check adalah tahap untuk melakukan konfirmasi kepada nara
sumber pada setiap akhir wawaneara. Hal ini dilakukan dengan maksud
apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan data atau informasi baru yang
relevan.
2. Transferabilitas (Validitas Ekstemal)
Dalam' penelitian kuantitatif, kriteria ini disebut dengan validitas
ekstemal, yaitu tingkat aplikasi dan penggunaan hasil penelitian. Dengan kata
lain, transferabilitas adalah berkaitan dengan generalisasi.
Nasution (1988:118) mengemukakan bahma 'bagi penelitian kualitatif,
transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil
penelitia