PEMANFAATAN SITUS SEJARAH JAMBANSARI CIAMIS SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL :Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis.

(1)

PEMANFAATAN SITUS SEJARAH JAMBANSARI CIAMIS

SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL

(Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun Oleh :

EDI SUPRIADI

NIM. 1102268

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH (S2)

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PEMANFAATAN SITUS SEJARAH JAMBANSARI CIAMIS SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL

(Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis)

Oleh Edi Supriadi

UPI, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Edi Supriadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof.Dr.H.Dadang Supardan,.M.Pd. NIP.195804081984031003

Pembimbing II,

Prof.Dr.Helius Sjamsuddin,.M.A. NIP.130188282

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah SPS UPI,

Dr.Agus Mulyana, M.Hum NIP.196608081991031002


(4)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Ciamis, 29 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

( Edi Supriadi ) NIM.1102268


(5)

ABSTRAK

PEMANFAATAN SITUS SEJARAH JAMBANSARI CIAMIS SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL (Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis)

Oleh: Edi Supriadi

Tesis ini berjudul “Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis)”. Penelitian ini didasarkan atas rumusan masalah bagaimana mendesain pembelajaran, tahapan pengembangan pembelajaran, hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran, dan solusi yang dilakukan dalam menghadapi kesulitan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah Naturalistic Inquiry dengan informan guru sejarah dan siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Ciamis. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen. Analisis data dengan model analisis interaktif terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan keabsahan data dengan triangulasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa proses pembelajaran sejarah lokal meliputi: desain pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada SK/KD pada KTSP, tahapan pengembangan pembelajaran meliputi kegiatan awal berupa apersepsi, kegiatan inti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) model inquiry dengan langkah-langkah: pemberian masalah, eksplorasi sumber, dokumentasi hasil, interpretasi,dan presentasi. Kemudian kegiatan penutup dengan tindak lanjut. Hasil yang dicapai dalam pembelajaran bagi siswa adalah meningkatnya pemahaman, terampil menggali sumber dan kepedulian terhadap lingkungan (sosial, budaya, religi). Solusi dilakukan dengan kolaborasi sesama guru serumpun, kerjasama dan selalu berkoordinasi siswa bersama gurunya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan pembelajaran. Dengan demikian pemanfaatan situs sejarah menjadi alternatif untuk terciptanya pembelajaran sejarah yang lebih bermakna sehingga meningkatnya kualitas pembelajaran dan pendidikan nasional.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ………... i

PERNYATAAN ………... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

ABSTRAK ………... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian ……… 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 8

A Pembelajaran Sejarah Lokal ………... 8

1. Pengertian Sejarah Lokal ………... 10

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Lokal ……….. 12

3. Manfaat Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah …….. 15

4. Metode Pembelajaran dalam Memanfaatkan Situs Sejarah ………... 17

5. Peranan Sejarah Lokal ……… 20

B. Pemanfaatan Situs Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah Lokal ………. 23

1. Pengertian Situs Sejarah ………. 23

2. Manfaat Situs Sejarah dalam Pembelajaran ……… 24

C. Situs Sejarah Jambansari ……… 26

D. Sumber Belajar ……….. 31

E. Penelitian Terdahulu ……….. 34

F. Paradigma Penelitian ………... 37

BAB III METODE PENELITIAN………. 39

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………. 39

B. Subyek dan Lokasi Penelitian ………. 46

C. Teknik Pengolahan Data ………. 48

D. Prosedur Penelitian ………. 53


(7)

A. Hasil Penelitian ……….. 56

1. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Ciamis……… 56

2. Deskripsi Situs Jambansari Ciamis .……… 60

3. Desain Pembelajaran ……….. 62

a. Hasil Observasi ……….. 62

b. Hasil Wawancara ……… 65

4. Tahapan –Tahapan Pembelajaran ……….. 70

a. Hasil Observasi ……….. 70

b. Hasil Wawancara ……… 79

5. Hasil-Hasil yang Dicapai dalam Pembelajaran ……….. 83

a. Hasil Observasi ………. 83

b. Hasil Wawancara ……….. 91

6. Solusi ………. 93

a. Hasil Observasi ……….. 93

b. Hasil Wawancara ……… 100

B. Pembahasan ……… 103

1. Desain Pembelajaran ……….. 104

2. Tahapan –Tahapan Pembelajaran ……….. 109

3. Hasi –Hasil yang Dicapai dalam Pembelajaran ……… 111

4. Solusi ……….. 113

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… 120

A. Kesimpulan ………. 120

B. Rekomendasi ………... 122

DAFTAR PUSTAKA ……… 124


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelajaran... 10

Bagan 2.2 Paradigma Penelitian ... 38

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ... 48

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ……… 53

Gambar 4.1 Gambar SMP Negeri 2 Ciamis ... 57

Gambar 4.2 Kondisi pegawai SMP Negeri 2 Ciamis ... 58

Gambar 4.3 Gerakan Jumat bersih sebagai sekolah model Adiwiyata ………. 59

Gambar 4.4 Gambar Situs Jambansari ... 60

Gambar 4.5 Kegiatan awal proses pembelajaran sejarah lokal pada situs Jambansari Ciamis ... 72

Gambar 4.6 Siswa mendokumentasikan proses pembelajaran pada situs Jambansari ... 74

Gambar 4.7 Presentasi tiap kelompok peserta didik kelas VII F SMPN 2 Ciamis... 78

Gambar 4.8 Proses Pembelajaran dengan metode diskusi kelas VII F SMP Negeri 2 Ciamis ... 78


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Silabus Pembelajaran Sejarah

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Lokal 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

4 Kisi-kisi Instrumen Observasi

5 Lembar Observasi Terhadap Guru dalam Pemanfaatan Situs Jambansari Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal

6 Lembar Observasi Terhadap Siswa dalam Pemanfaatan Situs Jambansari Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal

7 Catatan Observasi Pembelajaran 8 Kisi-kisi Instrumen Wawancara

9 Instrumen Wawancara dengan Guru Sejarah 10 Instrumen Wawancara dengan Siswa

11 Fhoto-fhoto Situs Jambansari

12 Produk Laporan Siswa Hasil Belajar dengan Pemanfaatan Situs Jambansari sebagai Sumber Belajar

13 SK Direktu SPS UPI tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis 14 Surat Permohonan Uzin Penelitian dari Direktur SPS UPI Bandung 15 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kabupaten Ciamis sebagai daerah di mana penulis berada memiliki kekayaan sejarah yang dikenal dengan kerajaan Galuh sejak jaman prasejarah sampai zaman sejarah mulai zaman Hindu- Budha, zaman kolonial Belanda, zaman Islam dan zaman Jepang. Ini semua dibuktikan dengan banyaknya situs sejarah antara lain Situs Ciungwanara, Astana Gede Kawali, Situs Jambansari Ciamis dan lain-lain yang tersebar di berbagai daerah Kabupaten Ciamis. Banyaknya situs sejarah di Kabupaten Ciamis ini menjadi modal dalam pengembangan pendidikan khususnya bagi pembelajaran peserta didik di sekolah, karena situs sejarah menjadi bagian dari lingkungan. Sudah menjadi prinsip pendidikan bahwa pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan berkembang ke lingkungan terjauh. Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan budaya, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik beserta keseluruhan asfek yang ada di dalamnya seperti ilmu, teknologi, dan kekayaan lainnya (Hasan, S.H.2012:172).

Pembelajaran sejarah di sekolah pada umumnya masih mengandalkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, sedangkan lingkungan sekitar masih belum oftimal dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah. Dengan demikian proses pembelajaran sejarah masih berkutat di dalam kelas dan peserta didik tidak dikenalkan dengan lingkungan sekitarnya sehingga pembelajaran sejarah makin menjauhkan peserta didik dengan lingkungannya.. Dengan demikian pembelajaran sejarah terkesan menjemukan dan kurang bermakna . Hal ini terjadi di sekolah-sekolah sekitar Ciamis mulai tingkat pendidikan dasar maupun pada tingkat menengah. Kalaupun ada menggunakan sumber lain itu pun masih sangat minim, padahal tidak semua siswa dapat memiliki buku teks karena harganya tidak terjangkau. Kemajuan teknologi dan informasi saat ini sudah banyak membantu


(11)

mengatasi keterbatasan sumber belajar yaitu melalui jasa internet, tetapi itu juga memerlukan dana yang tidak sedikit, belum lagi sumber daya manusia yang akhli di bidang ICT masih sangat terbatas.

Masyarakat pada umumnya masih menganggap terhadap keberadaan situs-situs sejarah sebagai tempat atau benda-benda mati yang tidak terkait dengan kehidupan masa kini apalagi terhadap pembelajaran. Mereka pada umumnya datang mengunjungi situs sejarah hanya untuk melihat makam leluhurnya atau berwisata yang maknanya hanya bersenang-senang. Demikian pula para siswa tidak tahu bahwa situs sejarah terkait dengan kehidupan saat ini, di mana pada situs ada tokoh yang pernah berperan di daerah tersebut. Akibatnya generasi muda sekarang tidak mengenal tokoh yang pernah berkuasa di daerahnya. Para siswa tidak mengenal budaya daerahnya , sehingga jati dirinya makin terkikis oleh arus globalisasi. Oleh karena itu diperlukan inovasi pembelajaran sejarah yang bisa memanfaatkan potensi lingkungannya diantaranya situs sejarah yang ada di sekitarnya dalam pembelajaran bagi peserta didiknya. Melalui pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah, peserta didik diharapkan bisa lebih mengenal secara factual sebuah kekuasaan dan tokoh di daerahnya secara komprehensif. (Zahroh, 2012).

Pembelajaran sejarah yang kaku, statis yang hanya terpaku pada fakta-fakta dan abstrak itu dikatakan masih konvensional (old history), sehingga perlu dikembangkan pembelajaran sejarah yang baru (new history) yang mulai dikenalkan atau dikaitkan pada hal-hal yang lebih nyata dan berprinsip pada lingkungan terdekat, mudah dilaksanakan dan lebih mengembangkan potensi belajar siswa. Untuk itu pembelajaran sejarah di sekolah tidak lagi dominan berdasarkan landasan filosofis perenialis dan essensialis yang tidak terjadi interaksi dengan kenyatan yang dialami dan kebutuhan siswa. Tetapi berubah dengan filosofis progresifisme atau rekonstruksi sosial yang bersifat eklektif yang sudah saatnya untuk dikembangkan dalam pembelajaran sejarah termasuk dalam


(12)

persfeltif lokal sehingga rasa memiliki atas kelokalnnya tumbuh (Supardan,D. 2012:33)

Sejarah lokal adalah sejarah dari suatu “tempat”, suatu “lokality” yang batasannya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah (Mulyana, 2007:2). Dari aspek keruangan “lokal” bisa bermakna suatu kabupaten atau propinsi. Keberadaan situs sejarah terkait dengan suatu tempat di mana situs tersebut berada. Dengan demikian pembelajaran sejarah yang mengakomodir pada pemanfaatan situs sejarah sebagai media atau sumber belajar tiada lain adalah sejarah lokal. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau dikenal dengan kurikulum 2006 memberikan peluang yang begitu luas untuk mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran di sekolah termasuk di jenjang pendidikan dasar (SMP) yang menempatkan sejarah sebagai bagian dari IPS. Namun demikian peluang ini masih belum bisa dimanfaatkan oleh guru sejarah. Hal ini didasarkan materi pelajaran sejarah yang dikembangkannya pada silabus dan rencana pembelajaran sejarah khususnya di sekolah-sekolah jenjang SMP, masih belum terkait dengan lokal setempat misalnya Ciamis sebagai daerah yang punya latar belakang . Hal ini terkendala dengan keterbatasan dari guru sejarah itu sendiri dan kurangnya motivasi baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Oleh karena penelitian dan pengembangan pembelajaran sejarah lokal sangat dibutuhkan khususnya bagi guru sejarah di sekolah.

Kenyataan lain menunjukkan bahwa banyak tokoh-tokoh daerah yang belum terangkat atau belum terpublikasikan. Selama ini hanya tokoh-tokoh/pahlawan nasional yang yang menjadi bahan dalam pembelajaran, sehingga tokoh-tokoh didaerah yang begitu banyak tidak dikenal oleh masyarakat daerahnya. Apalagi di luar Pulau Jawa yang gigih memperjuangkan daerahnya di masa kolonial banyak yang tidak terungkap, padahal di masa otonomi daerah sekarang ini tokoh lokal menjadi penting sesuai kondisi daerah. Ini semua menjadi tantangan bagi guru sejarah/sejarawan untuk mengungkap tokoh-tokoh lokal


(13)

sebanding dengan keberagaman bangsa Indonesia, walaupun tidak mudah karena terkendala sumber data.

Melalui pembelajaran sejarah lokal peserta didik dikenalkan dengan sejarah lingkungan sekitarnya, kemudian meluas ke lingkungan yang lebih besar dalam lingkup nasinal, sehingga rasa kebangsaan peserta didik tumbuh. Karena itu melalui pembelajaran sejarah lokal pengembangan “collective memory” sebagai bangsa dapat dilaksanakan. Untuk pengembangan sejarah lokal dalam pembelajaran dengan berbasis lingkungan fisik yakni situs sejarah atau museum diperlukan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru sejarah sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di sekolah. Kemampuan mendesain pembelajaran sejarah lokal merupakan professional guru sejarah. Walaupun kenyataannya kemampuan mendesain pembelajaran sejarah lokal belum merata dimiliki oleh guru-guru sejarah.Oleh karena itu diperlukan kemauan yang kuat dari guru sejarah dalam mengembangkan sejarah lokal di sekolah.

Pembelajaran sejarah di sekolah jenjang SMP dengan memanfaatkan situs sejarah ataupun museum sering dilaksanakan, tetapi belum diteliti khususnya di SMP Negeri 2 Ciamis yang rutin setahun sekali membawa siswanya berkunjung ke Situs Ciung Wanara di Ciamis dan Candi/museum Borobudur di Yogyakarta atau Museum Linggajati di Kuningan. Namun demikian gambaran pemanfaatan situs sejarah /museum tersebut dalam pembelajaran sejarah lokal tidak terekam termasuk epeknya bagi peningkatan kualitas pembelajaran sejarah juga tidak terlihat. Oleh karena itu penelitian dalam konteks pemanfaatan situs sejarah dalam pembelajaran sejarah lokal ini penting dilakukan.

Salah satu situs sejarah yang sarat dengan sejarah Galuh / Ciamis adalah Situs Jambansari Ciamis. Pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis menjadi pilihan untuk dijadikan judul penelitian ini dengan pertimbangan : Pertama, lokasi Situs Jambansari jaraknya tidak jauh dari sekolah kurang lebih berjarak 2 km, sehingga untuk sampai ke lokasi tidak memerlukan waktu yang lama. Kedua, lokasi situs


(14)

ini strategis di pinggir jalan raya dan dilalui angkutan umum mulai dari angkot dan bis antar kota, sehingga memudahkan bagi peserta didik, guru dan peneliti untuk menuju lokasi situs ini. Ketiga, dari aspek kemudahan data, benda-benda sejarah di situs sudah tersimpan dengan aman pada sebuah museum yang dibangun di sekitar situs ini, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang memerlukannya sebagai sumber. Keempat, pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah atau museum sering dilakukan oleh guru sejarah di sekolah ini, tetapi belum dilakukan penelitian. Kelima, dari segi konten (isi) situs sejarah Jambansari Ciamis terkait dengan kurikulum pembelajaran sejarah di jenjang SMP yaitu perkembangan kehidupan masyarakat dan pemerintahan pada masa kolonial Belanda.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis terdorong dan berketetapan hati untuk melakukan penelitian ini dengan judul : “Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal” (Penelitian

Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut di atas maka fokus

penelitiannya adalah “bagaimana pemanfaatan situs Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal”. Dengan demikian rumusan masalah dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini :

1. Bagaimana mendesain rancangan pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis ?

2. Bagaimana tahapan pengembangan pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis ?


(15)

3. Bagaimana hasil pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis ?

4. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pemanfaatan Situs Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mendapatkan gambaran mengenai desain rancangan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal.

b. Mendapatkan gambaran tentang tahapan pengembangan pembelajaran melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis.

c. Mendapatkan gambaran tentang hasil pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis.

d. Mendapatkan gambaran tentang solusi yang dilakukan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis.


(16)

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar.

b. Memberikan pengayaan kepada peserta didik khususnya kelas VII SMP Negeri 2 Ciamis tentang perkembangan masyarakat Ciamis pada masa Kolonial Belanda melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi masukan bagi guru IPS-sejarah yang tergabung dalam MGMP IPS se-Kabupaten Ciamis dalam mengembangkan sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari atau situs sejarah lainnya yang terkait sebagai sumber belajar .

b. Mendorong Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis melalui kebijakannya agar dapat menyusun buku panduan sejarah lokal berbasis situs sejarah di sekitar Ciamis termasuk diantaranya Situs Jambansari.

c. Menjadi referensi bagi sekolah jenjang SMP dalam mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah atau IPS.


(17)

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimesi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (ashared social experience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu (Sukmadinata, 2012:94), Hal ini menunjukkan bahwa kenyataan itu merupakan sebuah konstruksi sosial di mana setiap individu atau kelompok memberi makna terhadap kesatuan tertentu apakah itu peristiwa, orang-orang, proses, atau obyek tertentu. Kemudian membuat konstruksi tersebut untuk memahaminya dan menyusunnya kembali sesuai sudut pandang, persepsi dan sistem kepercayaan. Karena itu pendekatan penelitian kualitatif banyak digunakan dalam penelitian ilmu sosial, yang dijadikan obyek penelitiannya adalah tentang kehidupan manusia. Hal ini menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yang terfokus pada sebuah proses pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah sebagai sumber belajar.

Menurut Lincoln & Guba, (1985:39-42), terdapat 14 karakteristik penelitian kualitatif yang kemudian disederhanakan oleh Moleong (2007:8-13) menjadi 11 karakteristik, yakni : 1) Latar alamiah (Natural setting), 2) Manusia sebagai alat (Human instrument), 3) Metode kualitatif (Qualitative methods), 4) Analisis data secara induktif (Inductive data analysis), 5) Teori dari dasar (Grounded theory), 6) Deskriptif, 7) Lebih mementingkan proses daripada hasil, 8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (focus-determined boundaries), 9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (special criteria for trustworthiness), 10) Desain yang bersifat sementara (Emergent design), 11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Negotiated outcomes).


(19)

Latar alamiah (natural setting) dalam penelitian melihat suatu konteks sebagai suatu keutuhan (entity). Lincoln & Guba (1985:39) dalam Moleong (2007:8) mengemukakan bahwa ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteknya. Hal ini didasarkan atas beberapa asumsi : Pertama, tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, Kedua, konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya. Ketiga, sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa latar alamiah dipandangnya sebagai suatu kenyataan yang utuh. Peneliti dalam melakukan penelitiannya harus masuk ke dalam konteksnya. Dalam penelitian ini konteksnya adalah pembelajaran sejarah lokal, maka peneliti harus masuk ke dalam kelas melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran unsurnya adalah guru, siswa dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Semuanya merupakan suatu kesatuan karena saling mempengaruhi. Bahkan peneliti mengikuti guru sejak persiapan/sebelum melakukan pembelajaran. Dengan demikian gejala yang muncul (fenomena) menjadi data yang muncul tanpa ada rekayasa. Bogdan and Biklen (1982) dalam Supriatna (2012:109) mengemukakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif meliputi :

a) Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument.

b) Qualitative research is descriptive.The data collected is in the form of word of pictures rather than number.

c) Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products.

d) Qualitative research tend to analyze their data inductively. e) Meaning is of essential to the qualitative approach.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan di sini bahwa penelitian kualitatif itu dilakukan pada kondisi yang alamiah, lebih bersifat


(20)

deskriptif, lebih menekankan pada proses maupun pada produk, melakukan analisis data secara induktif dan menekankan pada makna.

Pendekatan kualitatif menjadi pilihan yang tepat dalam penelitian ini dengan fokus pada “pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber

belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis”. Sebagaimana Moleong (2007:9

-10) mengemukakan bahwa penggunaan metode kualitatif karena beberapa pertimbangan :

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Dalam hal ini peneliti dapat berhubungan langsung dalam proses pembelajaran baik dengan guru maupun siswa sebagai subjek penelitian. Melalui interaksi langsung dalam proses pembelajaran, diharapkan mendapatkan data-data yang valid, karena tanpa ada rekayasa (natural setting).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Naturalistic Inquiry (kualitatif naturalistik). Penelitian kualitatif sendiri sudah menunjukkan alamiah, tetapi lebih ditegaskan lagi oleh model penelitian kualitatif ini yang dikenal dengan nama Naturalistic Inquiry, sebagaimana dikatakan Guba (terjemahan Arbi, S.Z.1987:11-17) dalam Moleong (2007:4) bahwa :

(1) inkuiri naturalistik selalu adalah suatu taraf ; (2) taraf sejauh mana tingkatan pengkajian adalah naturalistic merupakan fungsi sesuatu yang dilakukan oleh peneliti ; (3) yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variable-bebas atau kondisi-antiseden yang merupakan dimensi penting sekali ; (4) dimensi penting lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentangan respons dari keluaran subjek ; (5) inkuiri naturalistik tidak mewajibkan peneliti agar terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori tertentu mengenai lapangan perhatiannya, sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni dan memperkenankan interpretasi-interpretasinya muncul dari dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa nyata dan bukan sebaliknya…dan (6) istilah naturalistik merupakan istilah yang


(21)

memodifikasi penelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.

Dari uraian naturalistik tersebut dapat ditarik penegasannya bahwa dalam naturalistic inquiry menghendaki peneliti berangkat melakukan pengamatan /penelitian dengan pikiran yang murni tanpa didasarkan atas konsep-konsep atau teori tertentu. Gejala-gejala yang muncul diinterpretasi, sehingga modifikasi dilakukan dalam penentuan instrumen dan teknik pengumpul data. Kaitannya dengan penelitian kualitatif naturalistik ini, peneliti berlaku sebagai pengamat (observer) mengamati guru sejarah (guru mitra) dan peserta didik sebagai partisipan dalam proses pembelajaran di kelas /sekolah. Gejala yang muncul dicatat dan diinterpretasi sehingga menjadi data. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak mempengaruhi guru dalam mengajar, sehingga menghasilkan suatu kenyataan tanpa unsur rekayasa.

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang diuraikan sebelumnya yaitu melalui wawancara (interview), pengamatan (observasi) dan penelaahan dokumen. Penggunaan teknik pengumpulan data kualitatif ini terkait dengan sampel purposive (purposive sample) dan manusia sebagai alat (human instrument) yang menjadi ciri khas penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata (2012:101) bahwa sampel purposive menekankan kesempatan sejumlah besar objek untuk menjadi sampel dari populasi, sampel ini memfokuskan pada informan –informan terpilih yang kaya dengan kasus untuk studi yang bersifat mendalam. Penentuan informan itu ditentukan oleh peneliti itu sendiri termasuk tempat dan kegiatan/peristiwa yang kaya dengan informasi.

Fokus penelitian ini adalah “pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal”, sehingga fokus utama penelitian ini adalah pada “proses pembelajaran dengan memanfaatkan situs Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis”. Dengan demikian informasi yang dibutuhkan adalah hal-hal yang terkait dengan proses


(22)

pembelajaran tersebut. Dalam proses pembelajaran sejarah lokal tersebut di atas ada tiga instrument yang bisa ditarik informasinya yaitu : guru sejarah yang mengajar dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari, peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran tersebut, dan pengelola situs sejarah Jambansari Ciamis yang informasinya akan menjadi sumber pembelajaran. Informasi lainnya yang memperkaya tentang pembelajaran sejarah lokal adalah dokumen pembelajaran dan profil sekolah tempat penelitian yaitu SMP Negeri 2 Ciamis. Data-data tersebut dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara dan penelahaan dokumen.

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan terhadap guru sejarah, dan siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Ciamis yang terlibat dalam pembelajaran sejarah lokal tersebut. Penggunaan wawancara (interview) dalam mengungkap data-data yang diperlukan, menurut Lincoln dan Guba (1985:288) dalam Moleong (2007:186) bahwa maksud mengadakan wawancara adalah :

Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi), dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. (Moleong, 2007:186)

Wawancara terhadap guru sejarah dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai desain /rancangan, tahapan-tahapan, hasil-hasil yang dicapai dan solusi dalam mengatasi kesulitan pembelajaran sejarah lokal dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaraan sejarah lokal dengan memanfaatkan situs sejarah dimaksudkan untuk melihat sikap siswa dalam /setelah mengikuti pembelajaran sejarah lokal tersebut. Data-data ini akan dikroscek dengan data hasil pengamatan.


(23)

Pengumpulan data juga dilakukan melalui pengamatan (observasi), yaitu mengamati proses pembelajaran sejarah lokal dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar. Penggunaan pengamatan menjadi pilihan peneliti yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang matang. Sebagaimana Lincoln & Guba, dalam Moleong (2007:174-175) menyatakan bahwa manfaat pengamatan adalah sebagai berikut:

Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung… Kedua, memungkinkan melihat dan mengamati sendiri …Ketiga, memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, Kelima, memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan.

Melalui pengamatan secara langsung dilakukan peneliti sebagai observer terhadap suatu proses pembelajaran sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari di SMP Negeri 2 Ciamis sekaligus sebagai aplikasi dari sebuah desain pembelajaran yang telah disusun oleh guru sejarah dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran sejarah lokal tersebut yang sebenarnya. Pengamatan terhadap proses pembelajaran ini jika diuraikan diharapkan akan mendapatkan gambaran tentang desain pembelajaran sejarah lokal dengan pemanfaatan situs sejarah, tahapan/langkah-langkah pembelajaran, hasil –hasil yang dicapai dalam pembelajaran tersebut dan solusi dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang diambil oleh guru sejarah. Selanjutnya pengamatan juga diarahkan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut sesuai dengan prinsip siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered). Dengan demikian pengamatan yang dilakukan peneliti dapat menghilangkan keraguan sekaligus lebih menyakinkan bagi peneliti tentang keadaan yang sebenanya. Melalui pengamatan juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi


(24)

sumber data. Memungkinkan pula pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.

Mengenai jenis pengamatan, Moleong (2007:176) mengemukan bahwa pengamatan terbagi atas dua macam, yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Dalam pengamatan terbuka, subjek menyadari kegiatan yang dilakukannya ada orang yang mengamatinya sehingga dengan sukarela ia akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pengamat untuk melakukan pengamatan. Sebaliknya pengamatan tertutup biasanya subjek tidak mengetahui ada pengamat yang mengamati terhadap kegiatan yang dilakukannya. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatannya menggunakan pengamatan terbuka yang memungkinkan mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya. Dilihat dari berperan serta atau tidak, peneliti memilih pengamat sebagai pemeranserta. Sebagaimana Buford Junker, Patton (1980:131-132) dalam Moleong (2007:176-177) dikatakan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh pengamat selain diketahui oleh umum, juga disponsori oleh subjek. Hal ini memungkinkan segala informasi sepenuhnya bisa didapat oleh pengamat. Itulah yang diharapkan dalam penelitian ini. Kegiatan pengamatan dilakukan pada prapembelajaran dan pada saat pembelajaran. Pengamatan pada prapembelajaran di lakukan di lokasi situs sejarah Jambansari dan di sekolah tempat penelitian tersebut yaitu di SMP Negeri 2 Ciamis. Pengamatan di Situs Jambansari diarahkan pada kondisi/keadaan situs itu sendiri yang akan dimanfaatkan menjadi sumber belajar sejarah lokal dan saat pelaksanaan pembelajaran di luar kelas sebagai bentuk pemanfaatan situs sejarah tersebut. Pengamatan di sekolah juga diarahkan pada pembelajaran sejarah lokal dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis, sesuai desain pembelajaran yang dibuatnya.

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film (Moleong,2007:216-217). Guba & Lincoln (1981:235) dalam Moleong (2007:217) mengemukakan alasan digunakannya dokumen untuk keperluan penelitian adalah berikut ini :


(25)

1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong, 2)Berguna sebagai bukti nyata untuk suatu pengujian, 3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah , sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks…

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menelaah dokumen yang terkait dengan pembelajaran sejarah lokal di sekolah antara lain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 2 Ciamis (dokumen 1) yang di dalamnya memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD), desain pembelajaran sejarah (silabus dan RPP) dan profil sekolah. Dokumen lainnya adalah buku-buku sejarah yang terkait dengan Kabupaten Galuh pada masa pemerintahan kolonial Belanda, bupati Galuh RAA.Kusumadiningrat (1839-1886 M) dan tentang situs sejarah Jambansari Ciamis. Dokumen tersebut akan menunjang terhadap apa yang menjadi konten dalam pembelajaran sejarah lokal. Sekaligus hasil penelaahan dokumen merupakan kroscek dengan hasil wawancara dan pengamatan dalam pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sehingga tercipta sebuah konstruksi yang utuh.

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Lincoln dan Guba (1985:201) mengemukakan bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah berupa peristiwa, manusia, dan situasi yang diobservasi atau responden yang dapat diwawancarai. Subjek penelitian ini menghasilkan informasi data yang ditarik dan dikembangkan secara purposive. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru sejarah dan peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal. Subyek penelitian lainnya antara lain: jurnal, hasil penelitian terdahulu berupa desertasi, tesis, buku teks, yang berkaitan dengan masalah pembelajaran sejarah lokal dan situs sejarah yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar yaitu Situs Jambansari Ciamis.


(26)

Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan istilah populasi, tetapi situasi sosial (social situation). Spradley (1980), dalam Supriatna (2012:115) mengemukakan bahwa situasi sosial (social situation) meliputi tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah tempat (place) yaitu sekolah, aktivitas (activity) yaitu proses belajar mengajar, pelaku (actors) yaitu guru dan peserta didik. Sampel dalam penelitian ini adalah nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa ”Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling, it is based on informational, not statistical, considerations Its purpose is maximize information, not to facilitate generalization”. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Sampel dalam penelitian kualitatif dipilih untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk di generalisasikan. Selanjutnya spesifikasi sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara, 2) Serial selection of sampel units/menggelinding seperti bola salju (snow ball), 3) Continuous adjustment or’focusing’ of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan, 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.

Lokasi penelitian ini ditetapkan di SMPN 2 Ciamis yang terletak di jalan Jenderal Sudirman nomor 241 Kecamatan / Kabupaten Ciamis. Aspek pelakunya adalah guru pendidikan sejarah dan siswa kelas VII F yang terlibat dalam proses pembelajaran sejarah lokal dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar. Dasar pertimbangan memilih SMPN 2 Ciamis menjadi lokasi penelitian adalah berdasarkan kenyataan di lapangan, guru sejarah telah melaksanakan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah yang ada di sekitar sekolah sebagai sumber belajar sejarah lokal, namun belum ada yang melakukan penelitian.


(27)

Pertimbangan-pertimbangan lain ditetapkannya SMPN 2 Ciamis menjadi lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kabupaten Ciamis sebagai lokasi sekolah ini berada, menjadi daerah yang kaya akan situs-situs sejarah yang terkait dengan Kerajaan Galuh dan Kabupaten Galuh sebagai cikal bakal Kabupaten Ciamis. Hal ini menjadi potensi untuk dimanfaatkan dan diteliti sejauhmana pemanfatannya dalam pembelajaran di sekolah.

b. SMP Negeri 2 Ciamis sebagai sekolah Adiwiyata yaitu sekolah yang peduli terhadap lingkungan, yang di dalamnya terdapat mata pelajaran IPS-sejarah sudah semestinya memberikan kontribusi dalam mengembangkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungannya bagi peserta didik melalui pemanfaatan situs sejarah atau museum yang ada di sekitar sekolah sebagai sumber belajar, di antaranya melalui pemanfaatan situs sejarah terdekat yaitu situs Jambansari Ciamis yang epektivitas pemanfaatannya perlu dilihat melalui penelitian ini. c. SMP Negeri 2 Ciamis sejak berstatus sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) sampai saat ini (eks RSBI) masih tetap konsisten menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah di luar negeri di antaranya dengan SMK 14 Putrajaya Malaysia. Setiap tahun peserta didik beserta kepala sekolah dan guru-guru kedua sekolah ini saling berkunjung melakukan studi banding. Dengan demikian terjadi pergaulan secara internasional, sehingga terjadi pertukaran budaya yang saling pengaruh mempengaruhi. Oleh karena itu jati diri bangsa perlu diperkokoh pada peserta didik sekolah ini, di antaranya melalui pembelajaran sejarah lokal.

C. T eknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data diawali dengan analisis data. Menurut Patton (1980:268), dalam Moleong (2007:280) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan dasar. Pekerjaan analisis data yang peneliti lakukan diawali dengan


(28)

mengurutkan data-data berdasarkan waktu penelitian dan dikelompokkan berdasarkan jenis instrument pengumpulan data (observasi atau wawancara). Kemudian data-data tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan jenis masalah penelitian yaitu desain pembelajaran, tahapan pengembangan pembelajaran, hasil-hasil yang dicapai dari pembelajaran dan solusi mengatasi kesulitan pembelajaran. Pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantive.

Miles & Huberman (2009:16-20) mengemukakan bahwa proses analisis data terdiri dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (conclution/verification) yang tergambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles & Huberman (2009:16-20)

Berdasarkan gambar 3.1, analisis data diawali dengan pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan dan telaah dokumen yang dicatat oleh peneliti dalam catatan lapangan hasil pengamatan dan hasil wawancara. Data-data tersebut kemudian dipilih mana yang penting dan berkaitan dengan penelitian ini untuk diteruskan (reduksi data) dan disajikan dalam bentuk tabel atau bagan (penyajian data) untuk selanjutnya ditarik kesimpulannya (kesimpulan/verifikasi).


(29)

Reduksi Data

Reduksi data dilakukan terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Dilihat dari jenis masalah penelitian, maka data-data yang diperlukan adalah yang berhubungan dengan desain pembelajaran, tahapan pembelajaran, hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran dan solusi menghadapi kesulitan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan situs sejarah sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis. Dari proses reduksi data, maka data-data yang dianggap tidak penting akan dibuang, sebaliknya data-data yang penting diberi memo untuk dibuatkan ringkasan dan disajikan atau bahkan ditarik kesimpulan. Reduksi data sebagai bagian dari analisis data pada dasarnya merupakan pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Dengan demikian Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun untuk memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah suatu analisis kualitatif yang valid. Bentuk penyajian data meliputi berbagai jenis yaitu matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Penyajian data yang peneliti lakukan sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan yaitu data yang merupakan hasil observasi dan data hasil wawancara baik terhadap guru maupun terhadap siswa. Selanjutnya data hasil observasi dan hasil wawancara tersebut dikelompokkan menjadi data-data yang berkaitan dengan desain pembelajaran,


(30)

tahapan pengembangan pembelajaran, hasil-hasil yang dicapai dari pembelajaran dan data solusi pembelajaran terutama dalam penyajiannnya. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih sehingga penganalisis dapat menarik kesimpulan yang benar. Kegiatan analisis dalam bentuk matriks misalnya meliputi merancang deretan dan kolom-kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk data yang harus dimasukan ke dalam kotak-kotak matriks.

Menarik Kesimpulan / Verifikasi

Menarik kesimpulan yang dilakukan peneliti masih bersifat longgar, tetap terbuka, dan skeptik. Walaupun kesimpulan sudah disediakan, kesimpulan diambil awalnya belum jelas, kemudian meningkat menjadi lebih rinci, dan mengakar dengan kokoh. Setiap data yang disajikan diakhiri dengan sebuah kesimpulan baik data hasil observasi maupun hasil wawancara. Kesimpulan yang diambil masih belum final sampai pengumpulan data berakhir. Hal ini tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana.

Kemudian kesimpulan yang ditarik diverifikasi selama penelitian masih berlangsung. Hal ini sebagai bentuk uji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya terhadap kesimpulan itu sendiri sehingga datanya memenuhi prinsip validitas. Kegiatan verifikasi bisa merupakan pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin juga tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif”, bisa juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Verifikasi dalam penelitian ini dilakukan selain melalui proses pengumpulan data dari dua subjek yaitu guru dan siswa, juga mengkonsultasikan langsung data-data tersebut dengan sumber subjeknya. Hasil observasi atau wawancara terhadap guru


(31)

sejarah di SMP Negeri 2 Ciamis dikonsultasikan lagi dengan guru tersebut diantaranya.

Ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar dalam membangun analisis. Kegiatan pengumpulan data dan ketiga kegiatan analis tersebut merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu penelitiannya. Pengkodean data (reduksi data) mengarah pada gagasan-gagasan baru guna dimasukkan ke dalam matriks (penyajian data). Pencatatan data mempersyaratkan reduksi data selanjutnya. Begitu matriks terisi, kesimpulan awal dapat ditarik. Tetapi hal itu mendorong untuk menambah kolom lagi pada matriks itu untuk dapat menguji kesimpulan tersebut. Dengan demikian kegiatan analisis data merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus,

Data-data yang terkumpul selain dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan yang kemudian diverifikasi untuk mendapatkan kesimpulan yang utuh, diperlukan data-data yang memiliki keabsahan untuk menghasilkan kesimpulan yang final. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Moleong (2007:324) mengemukakan bahwa ada empat kriteria keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Salah satu dari kriteria keabsahan data tersebut di atas adalah memiliki derajat kepercayaan (credibility), yang merupakan kesamaan dari validitas internal dalam penelitian non kualitatif. Kriteria ini penting karena berfungsi : pertama, pelaksanaan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.


(32)

Pemeriksaan data sehingga memenuhi keabsahan data (credibility) adalah dengan triangulasi. Menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber menurut Patton (1987:331) dalam Moleong (2007:331) bisa dilakukan dengan jalan :

1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan ; 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.”

Dalam triangulasi yang terpenting jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil perbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Yang penting menurut Patton (1987:331) di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.

Mengenai triangulasi sumber, Sugiyono (2011:327) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda diperoleh dengan teknik yang sama. Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan teknik observasi bukan hanya terhadap guru sejarah, tetapi terhadap siswa yang terlibat dalam pembelajaran tersebut dalam hal ini siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Ciamis, yang kemudian melakukan kroscek dengan dokumen pembelajaran yang ada. Demikian pula peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data-data mengenai pembelajaran tersebut terhadap guru sejarah, juga dilakukan terhadap siswa kelas VII yang terlibat dalam pembelajaran sejarah yang memanfaatkan


(33)

situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal. Dengan demikian diperoleh data-data yang terpercaya /valid . Triangulasi yang dilakukan peneliti dengan teknik wawancara digambarkan berikut ini.

A

B

C

Gambar 3.2

Triangulasi sumber (Sugiyono, 2011:328)

Berdasarkan gambar di atas, proses pengumpulan data yang yang memiliki derajat kepercayaan (credibility) dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, yaitu wawancara dilakukan peneliti terhadap guru sejarah dan peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran sejarah lokal.

Peneliti dalam mendapatkan gambaran tentang proses pembelajaran sejarah dengan pemanfaata situs sejarah sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis yang memenuhi derajat kepercayaan (credibility), pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik wawancara dan pengamatan terhadap guru sejarah dan peserta didik kelas VII F yang kemudian sebagai konfirmasi dilakukan telaah dokumen yang terkait dengan pembelajaran sejarah lokal tersebut.

Wawancara mendalam


(34)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tahap-tahap / langkah-langkah kegiatan yang meliputi : prapenelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan/analisa data, dan menyusun laporan hasil penelitian (Satori dan Komariah, 2011:82). Uraian prosedur penelitian dapat digambarkan dengan jadwal berikut ini :

No Kegiatan Penelitian Bulan, 2013

Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep 1 Prapenelitian

Memilih Topik Kajian X

Proposal Tesis X

Instrumentasi X

2 Pelaksanaan Penelitian

Pengurusan izin X

Menemui kepala sekolah (lokasi penelitian)

X

Observasi partipasi, wawancara, studi dokumen, triangulasi

X

3 Analis data X

4 Menyusun Laporan/Tesis

X X X

5 Sidang I, II X X

Prapenelitian, merupakan kegiatan peneliti sebelum melaksanakan penelitiannya. Kegiatannya adalah peneliti memilih dan menentukan topik kajian dari pengalaman sebagai guru sejarah di sebuah sekolah di Kabupaten Ciamis yang dirasakan adanya masalah sehingga penting untuk diteliti atau dikaji, yang kemudian ditentukanlah topik kajian yaitu “pemanfaatan situs sejarah Jambansari dalam pembelajaran sejarah lokal”. Kemudian berangkat dari topik kajian ini dibuatlah proposal penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing, peneliti mulai menyusun instrument penelitian sesuai dengan metode penelitian


(35)

yang digunakan yaitu kualitatif naturalistik (naturalistic inquiry). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan, sehingga instrumennya adalah daftar pertanyaan dan lembar pengamatan.

Pelaksanaan penelitian dimulai dari pengurusan izin ke lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 2 Ciamis. Di sekolah ini peneliti menemui kepala sekolah dengan maksud menyampaikan surat permohonan izin penelitian/rekomendasi dari SPS UPI kepada kepala sekolah yang menjadi lokasi penelitian yaitu kepala SMP Negeri 2 Ciamis. Kebetulan peneliti merupakan alumni sekolah ini, sehingga proses adaptasi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Setelah semuanya tidak ada masalah dan dirasakan sudah siap baik kelas, peserta didik dan guru mitra yang menjadi sumber penelitian, maka penelitian dilaksanakan sesuai metode penelitian kualitatif yang digunakan yaitu melakukan pengamatan (observasi), wawancara, telaah dokumen, dan triangulasi data pada proses pembelajaran sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah sebagai sumber belajar.

Selanjutnya data-data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara diolah melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan analisis data ini disusunlah laporan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan dalam bentuk tesis. Demikianlah prosedur penelitian ini dibuat sebagai gambaran proses penelitian dan penulisan tesis ini.


(36)

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan pembahasan pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan dan rekomendasi dengan tidak terlepas dari fokus masalah yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan - kesimpulan dan rekomendasi yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal lebih menekankan pada faktor lingkungan yaitu situs sejarah Jambansari Ciamis yang menjadi masukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menghasilkan siswa yang meningkat pengetahuan sejarah lokalnya, memiliki keterampilan dan memperoleh nilai/karakter yang diharapkan. Hal ini menunjukkan sebuah proses pembelajaran sejarah lokal di kelas VIIF SMP Negeri 2 Ciamis yang meliputi desain pembelajaran, tahapan pengembangan pembelajaran, hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran dan solusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal.

Desain pembelajaran sejarah lokal dirancang oleh guru sejarah di SMP yang menyangkut materi pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal. Hal ini dilakukan dengan membuat rancangan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun mengacu pada silabus yang terdiri dari beberapa komponen antara lain identitas mata pelajaran, standar kompetensi/kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, media/sumber pembelajaran dan penilaian. Kaitannya dengan kompetensi dasar dan situs sejarah Jambansari yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar, maka


(38)

materi pokok dalam pembelajaran sejarah adalah perkembangan masyarakat dan pemerintahan Kabupaten Galuh (1839-1886 M) pada masa Kolonial Belanda. Strategi pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan model inquiri dan beberapa metode ceramah, penugasan, diskusi dan tanya jawab. Sedangkan teknik penilaian dilakukan melalui penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar dalam bentuk produk hasil kunjungan ke situs sejarah Jambansari.

Tahapan pengembangan pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. Pertama, kegiatan awal pembelajaran (pendahuluan) yang diisi dengan apersepsi dan motivasi. Apersepsi di sini adalah mengaitkan konsep bupati sebagai pegawai kolonial Belanda dengan materi yang akan dipelajari dari situs sejarah Jambansari yaitu Kabupaten Galuh (1839-1886). Kedua, kegiatan inti (pokok) yang berisi langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning) dengan model inquiri dan metode ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, pemberian tugas. Ketiga, kegiatan akhir pembelajaran (penutup) diisi dengan menyimpulkan, penilaian, dan tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan dalam bentuk pemberian tugas laporan hasil kunjungan ke situs sejarah Jambansari Ciamis berupa pembuatan slide presentasi dengan media powerpoint.

Mengenai hasil-hasil pembelajaran dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal diperoleh melalui penilaian kinerja inquiri siswa dalam menggali informasi terkait dengan materi dan penilaian produk hasil kunjungan ke situs sejarah Jambansari. Melalui penilaian kinerja inquiri diperoleh hasil yaitu peserta didik memiliki keterampilan untuk mengeksplorasi sumber/informasi dengan baik melalui pengamatan maupun wawancara. Sedangkan dengan penilaian produk bagi peserta didik diperoleh gambaran adanya pengetahuan baru tentang situs sejarah Jambansari, di samping terkandung nilai-nilai yang diperankan oleh Bupati RAA.Kusumadiningrat untuk


(39)

diteladani yaitu nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial budaya dan agama Islam).

Solusi yang dilakukan guru sejarah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar dilakukan dengan kolaborasi sesame guru serumpun dan keuletan dari guru itu sendiri. Kolaborasi bisa dalam lewat MGMP IPS-sejarah tingkat sekolah ataupun lebih luas. Demikian pula solusi yang dilakukan peserta didik dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar adalah dengan selalu berkoordinasi terhadap guru sejarah dan bekerjasama dalam kelompoknya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan saran untuk direkomendasikan. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi kuat terhadap pengembangan pembelajaran sejarah lokal. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yang peneliti sampaikan, yaitu :

1. Kepada guru sejarah di lapangan, diharapkan terus belajar bagaimana mengajarkan pelajaran sejarah yang menarik dan mudah dipelajari siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sejarah dengan mengembangkan pembelajaran sejarah lokal. Guru hendaknya melaksanakan fungsinya sebagai pengajar yang inovatif dan kreatif, mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan siswa di antaranya situs sejarah yang ada di sekitar, agar pembelajaran sejarah lokal memiliki makna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai manager lembaga pendidikan harus mendorong terhadap pengembangan pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar yang dekat dengan siswa termasuk situs sejarah, dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan waktu yang relatif singkat


(40)

mendapatkan hasil yang memuaskan bagi peserta didik ke arah peningkatan pemahaman lingkungannya, keterampilan, dan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial budaya dan religi) .

3. Kepada Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, untuk memfasilitasi guru-guru sejarah dalam mengembangkan sejarah lokal. Melalui penyusunan buku sejarah lokal berbasis situs sejarah di Kabupaten Ciamis, yang selanjutnya menjadi referensi bagi pembelajaran sejarah lokal di sekolah.

4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini sebagai motivator untuk terus dikembangkan, menghasilkan penelitian lanjutan yang dapat memberikan pencerahan. Untuk melihat peranan Bupati RAA.Kusumadiningrat dalam pembangunan Kabupaten Galuh di masa Kolonial Belanda yang lebih mendalam diperlukan penelitian lanjutan. Tentu saja hal ini dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran sejarah lokal khususnya di Kabupaten Ciamis.


(41)

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2007). Di Sekitar Penelitian Sejarah Lokal. Bandung : Salamina Press.

Efendi, S.A. (2011). Implementasi Kearifan Lingkungan Dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran Ips. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hardjasaputra, A.S. (2004). Bupati Di Priangan. Seri Sundalana. Bandung: Pusat Studi Sunda

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung : Rizqi Press.

Ismaun, (2005). Filsafat Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Kamarga, H. (2007). KTSP Dan Materi Sejarah Lokal. Bandung:Salamina Press

Kemendiknas, (2010). Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills London New Delhi: Sage Publication.

Lohanda, M. (2007). Sumber Sejarah Antara Kata, Bahasa Dan Penafsiran. Bandung: Salamina Press

Miles, M.B. dan Huberman, A,M. (1992). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyana, A. & Gunawan, R. (2007). Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Rahmat, M. (2013). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural Dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(43)

Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran. Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta.

Satori, D. dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

____________ (2007). Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal. Bandung: Salamina Press

SMP Negeri 2 Ciamis. (2011). Kurikulum SMPN 2 Ciamis. Dokumen I . Ciamis:Tidak diterbitkan

Sofiani, Y. (2012). R.A.A. Kusumadiningrat & R.A.A. Kusumasubrata. Gaya Hidup Bupati-Bupati Galuh (1839-1914). Yogyakarta: Ombak

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta.

Sukardja, D. (2003). Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat. Bupati Ciamis Tahun 1839-1886. Ciamis: Dinas Dikbud Kabupaten Ciamis.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2012). Pembelajaran Sejarah Berbasis Multikultural dan Persfektif Sejarah Lokal, Nasional, Global Dalam Integrasi Bangsa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriatna, E. (2012). Implementasi Pembelajaran Sejarah Yang Berbasis Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama: Suatu Kajian Transformasi Nilai-nilai Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA. Disertasi Doktor pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriatna, N. (2007). Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP. Bandung:Salamina Press.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 78.


(44)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 , (2010). Cagar Budaya, Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 130.

Widya, I.G. (1991). Sejarah Lokal ; Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Tarsito.

Wildan, D. et. al. (2005). Sejarah Ciamis. Bandung: Humaniora.

Sumber dari Internet:

Komsiyatun, S. (2011). Situs Makam Kyai Ageng Pandanarang Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus di MA Negeri Klaten).

[Online].

Tersedia: http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=20039 [16 Maret 2013].

Setyorini, D. (2010). Pemanfaatan Situs Sejarah Candi Jago sebagai Salah Satu Sumber Belajar Sejarah dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di Kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang Malang). [Online].

Tersedia: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/7242 [16 Maret 2013]

Zahroh, N.L. (2012). Pemanfaatan Situs Singosari Dalam Mengembangkan Literasi Sejarah.

[online].

Tersedia: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/ t_IPS_ 1004740-Nur_ Laliatus_ Zahroh/. [15 Januari 2013].

____, [online]. Tersedia: http: //melayuonline.com /ind /history/dig/3/situs-sejarah, 31 desember 2012).


(1)

122

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diteladani yaitu nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial budaya dan agama Islam).

Solusi yang dilakukan guru sejarah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar dilakukan dengan kolaborasi sesame guru serumpun dan keuletan dari guru itu sendiri. Kolaborasi bisa dalam lewat MGMP IPS-sejarah tingkat sekolah ataupun lebih luas. Demikian pula solusi yang dilakukan peserta didik dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar adalah dengan selalu berkoordinasi terhadap guru sejarah dan bekerjasama dalam kelompoknya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan saran untuk direkomendasikan. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi kuat terhadap pengembangan pembelajaran sejarah lokal. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yang peneliti sampaikan, yaitu :

1. Kepada guru sejarah di lapangan, diharapkan terus belajar bagaimana mengajarkan pelajaran sejarah yang menarik dan mudah dipelajari siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sejarah dengan mengembangkan pembelajaran sejarah lokal. Guru hendaknya melaksanakan fungsinya sebagai pengajar yang inovatif dan kreatif, mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan siswa di antaranya situs sejarah yang ada di sekitar, agar pembelajaran sejarah lokal memiliki makna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai manager

lembaga pendidikan harus mendorong terhadap pengembangan pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar yang dekat dengan siswa termasuk situs sejarah, dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan waktu yang relatif singkat


(2)

123

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan hasil yang memuaskan bagi peserta didik ke arah peningkatan pemahaman lingkungannya, keterampilan, dan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial budaya dan religi) .

3. Kepada Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten

Ciamis, untuk memfasilitasi guru-guru sejarah dalam mengembangkan sejarah lokal. Melalui penyusunan buku sejarah lokal berbasis situs sejarah di Kabupaten Ciamis, yang selanjutnya menjadi referensi bagi pembelajaran sejarah lokal di sekolah.

4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini sebagai motivator untuk terus dikembangkan, menghasilkan penelitian lanjutan yang dapat

memberikan pencerahan. Untuk melihat peranan Bupati

RAA.Kusumadiningrat dalam pembangunan Kabupaten Galuh di masa Kolonial Belanda yang lebih mendalam diperlukan penelitian lanjutan. Tentu saja hal ini dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran sejarah lokal khususnya di Kabupaten Ciamis.


(3)

124

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)


(4)

124

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2007). Di Sekitar Penelitian Sejarah Lokal. Bandung : Salamina Press.

Efendi, S.A. (2011). Implementasi Kearifan Lingkungan Dalam Budaya Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran Ips. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hardjasaputra, A.S. (2004). Bupati Di Priangan. Seri Sundalana. Bandung: Pusat Studi Sunda

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung : Rizqi Press.

Ismaun, (2005). Filsafat Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Kamarga, H. (2007). KTSP Dan Materi Sejarah Lokal. Bandung:Salamina Press Kemendiknas, (2010). Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas. Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi.

Bandung. Refika Aditama

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills London New Delhi: Sage Publication.

Lohanda, M. (2007). Sumber Sejarah Antara Kata, Bahasa Dan Penafsiran. Bandung: Salamina Press

Miles, M.B. dan Huberman, A,M. (1992). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyana, A. & Gunawan, R. (2007). Sejarah Lokal : Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Rahmat, M. (2013). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural Dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

125

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran. Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta.

Satori, D. dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

____________ (2007). Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal. Bandung: Salamina Press

SMP Negeri 2 Ciamis. (2011). Kurikulum SMPN 2 Ciamis. Dokumen I . Ciamis:Tidak diterbitkan

Sofiani, Y. (2012). R.A.A. Kusumadiningrat & R.A.A. Kusumasubrata. Gaya Hidup Bupati-Bupati Galuh (1839-1914). Yogyakarta: Ombak

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).

Bandung:Alfabeta.

Sukardja, D. (2003). Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat. Bupati Ciamis Tahun 1839-1886. Ciamis: Dinas Dikbud Kabupaten Ciamis.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2012). Pembelajaran Sejarah Berbasis Multikultural dan Persfektif Sejarah Lokal, Nasional, Global Dalam Integrasi Bangsa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriatna, E. (2012). Implementasi Pembelajaran Sejarah Yang Berbasis Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama: Suatu Kajian Transformasi Nilai-nilai Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA. Disertasi Doktor pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriatna, N. (2007). Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP. Bandung:Salamina Press.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 78.


(6)

126

Edi Supriadi, 2013

Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry Di SMP Negeri 2 Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 , (2010). Cagar Budaya, Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 130.

Widya, I.G. (1991). Sejarah Lokal ; Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Tarsito.

Wildan, D. et. al. (2005). Sejarah Ciamis. Bandung: Humaniora.

Sumber dari Internet:

Komsiyatun, S. (2011). Situs Makam Kyai Ageng Pandanarang Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus di MA Negeri Klaten).

[Online].

Tersedia: http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=20039 [16 Maret 2013].

Setyorini, D. (2010). Pemanfaatan Situs Sejarah Candi Jago sebagai Salah Satu Sumber Belajar Sejarah dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di Kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang Malang). [Online].

Tersedia: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/7242 [16 Maret 2013]

Zahroh, N.L. (2012). Pemanfaatan Situs Singosari Dalam Mengembangkan Literasi Sejarah.

[online].

Tersedia: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/ t_IPS_

1004740-Nur_ Laliatus_ Zahroh/. [15 Januari 2013].

____, [online]. Tersedia: http: //melayuonline.com /ind /history/dig/3/situs-sejarah, 31 desember 2012).