PENGEMBANGAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA BELAJAR MATEMATIKA.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA
BELAJAR MATEMATIKA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh EVA LIANA NIM: 1004797
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
Pengembangan Strategi Polya Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Pecahan Pada Siswa Yang
Mengalami Problema Belajar Matematika
Oleh Eva Liana
S.Si UNPAD Bandung, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Eva Liana 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
(4)
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan bertujuan menghasilkan strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah khususnya pecahan pada siswa yang mengalami problema belajar matematika. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan belum berhasil meningkatkan kemampuan seluruh siswa dalam pemecahan masalah pecahan, masih terdapat populasi siswa di dalam kelas yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.
Maka diperlukan penelitian dan pengembangan untuk menemukan alternatif strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat meningkatkan hasil belajar semua siswa di kelas reguler. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekataran Research and Development (R & D). Adapun tahapan Penelitian dan pengembangan terdiri dari: 1) Tahap pendahuluan; 2) Tahap pengembangan; dan 3) Tahap validasi . Satuan analisisnya adalah guru matematika dan siswa di sekolah reguler, teknik pengumpulan data menggunakan teknik: observasi, wawancara dan tes. Analisis data kualitatif dengan deskriptif sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis data non-parametrik menggunakan uji Wilcoxson.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan Strategi E-Polya, dimana strategi tersebut merupakan tahapan-tahapan pembelajaran pemecahan masalah pada materi pecahan dalam seting sekolah reguler. Hasil uji validasi menunjukkan bahwa Strategi E-Polya dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan, berdasarkan hal tersebut maka hasil penelitian ini direkomendasikan supaya dapat diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran pemecahan masalah pecahan.
(5)
ABSTRACT
The research aimed at producing a problem-solving instructional strategy that will be able to improve the skills of problem solving, especially in terms of fractions, among students who experience problems in mathematics learning. The results of the research demonstrate that the instructional strategy applied still unsuccessfully improved the skills of the whole students in fraction problemsolving; there was still a population of students in the class who experienced difficulties in fraction problem solving.
Therefore, research and development is required to find an alternative problem solving instructional strategy that can improve all students’ learning achievements in a regular class. The research was conducted using research and development approach. The stages consist of: 1) Preliminary stage; 2) Development stage; and 3) Validation stage. The unit of analysis are mathematics teachers and students in a regular school. The data collection techniques employed were observation, interview, and test. Qualitative data were analyzed descriptively, while quantitative data usednon-parametric dataanalysis employing the Wilcoxon test. The research and development produced E-Polya Strategy, consisting of problem solving instructional strategy in the topic of fraction with the setting of a regular school. The results of validation test show that E-Polya Strategy could impact on students’ skills in fraction problem solving. Based on the results, the research recommends that the strategy be applied by teachers in the instruction of fraction problem solving.
(6)
DAFTAR ISI
Hal
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Tesis ... 9
BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA BELAJAR ... 11
A. Urgensitas PembelajaranPemecahan Masalah Pecahan ... 11
B. Karakteristik Siswa yang Mengalami kesulitan dalam Pemecahan Masalah Pecahan ... 12
C. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 19
1. Strategi Polya dalam Pemecahan Masalah ... 20
2. Pendekatan Kooperatif Learning ... 24
3. Representasi Visual ... 26
D. Kerangka Teori Pegembangan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan (E-Polya) ... 27
1. Strategi E-Polya ... 27
2. Teori Belajar Konstruktivisme Sosial ... 29
3. Guru dalam Pembelajaran ... 31
4. Implikasi Teori Konstruktivisme Sosial Terhadap Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan ... 33
E. Penelitian yang Relevan ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Lokasi dan Informan Penelitian... 36
1. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Studi Pendahuluan .... 36
2. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Pengembangan ... 37
3. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Validasi ... 40
B. Desain Penelitian ... 40
C. Metode Penelitian ... 41
D. Definisi Konsep ... 49
(7)
1. Instrumen Penelitian Tahap Pendahuluan ... 52
2. Instrumen Penelitian Tahap Pengembangan ... 56
3. Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba ... 57
F. Teknik Analisis Data ... 59
1. Analisis Data Kualitatif ... 59
2. Analisis Data Kuantitatif ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 63
1. Kondisi Objektif Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 63
a Kondisi Objektif Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Pecahan ... 63
b Kondisi Objektif Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan ... 88
2. Draft Awal Strategi E-Polya ... 95
aRancanganAwal Strategi E-Polya ... 95
bHasil Pengembangan Draft Strategi E-Polya ... 98
1) Hasil validasi Draft Strategi E-Polya Oleh Ahli ... 99
2) Hasil Uji Coba Terbatas ... 105
3) Hasil Uji Coba Luas ... 155
3. Hasil Uji Efektivitas Strategi E-Polya ... 279
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 297
1. Konsep Dasar Pengembangan Strategi E-Polya ... 297
aLatar Belakang Lahirnya Strategi E-Polya ... 297
bKonsep yang Mendasari Strategi E-Polya... 304
2. Keterkaitan antara Strategi E-Polya dengan Kemampuan Siswa yang Mengalami Problema belajar ... 308
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Strategi E-Polya ... 313
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 316
A. Kesimpulan ... 316
B. Rekomendasi ... 318
DAFTAR PUSTAKA ... 319
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagaimana yang diungkapkan Holmes (1995:35) yang menyatakan bahwa,
“orang yang memiliki kemampuan memecahkan masalah akan hidup lebih baik,
mampu berpacu dengan kebutuhan hidup, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan juga memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global”. Permasalahan yang timbul pada era globalisasi dan modernisasi saat ini menuntut setiap orang bergerak cepat dalam menyelesaikan permasalahan. Orang yang lambat dalam menyelesaikan permasalahan, akan menjadi orang yang tertinggal dan dianggap tidak produktif dalam hidupnya.
Kemampuan memecahkan masalah adalah pola pikir yang memerlukan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Pada dasarnya pola pikir tersebut dapat dibina dan kembangkan pada pembelajaran matematika, sebagaimana latar belakang dan tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi pelajaran matematika sekolah dasar (2006) yang menyatakan bahwa: penalaran (reasoning), pemecahan masalah (Problem Solving), dan komunikasi (communication) merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar matematika. Berdasarkan latar dan tujuan pembelajaran tersebut dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika bukan hanya mempelajari konsep matematika saja, tetapi lebih luas dari hal tersebut. Seorang siswa yang belajar matematika
(9)
diharapkan terampil dalam penalaran, pemecahan masalah dan komunikasi dalam kehidupannya.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam belajar matematika, melalui pemecahan masalah, siswa akan mempunyai kemampuan dasar yang bermakna lebih dari sekedar kemampuan berpikir, dan dapat membuat strategi-strategi penyelesaian untuk masalah-masalah selanjutnya. Pemecahan masalah dapat mempertajam kekuatan analisis dan kekuatan kritis siswa. Wahyudin (2003) mengatakan bahwa:
Pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah dapat membantu seseorang dalam kehidupannya.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah (Problem solving) merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa, tetapi hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran matematika di kelas tidak dibangun untuk mengasah keterampilan tersebut. Pembelajaran matematika di kelas ternyata lebih banyak didominasi oleh guru, dimana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru lebih menekankan pada siswa untuk menghafal konsep–konsep, terutama rumus–rumus praktis yang bisa digunakan siswa dalam menjawab soal, akibatnya, jika siswa diberikan persoalan yang bentuknya berbeda sebagaimana telah dicontohkan guru dan ternyata para siswa masih mengalami kesulitan. Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar dan cara berpikir.
(10)
Persoalan-persoalan pemecahan masalah pada pelajaran matematika tidak hanya terjadi pada siswa-siswa yang mengalami learning disability (LD), namun terjadi pula pada siswa lain pada umumnya. Bos and Vaughn (1991:278) menyatakan bahwa :
Many Students with learning problems have trouble with traditional story problems in mathematics because their difficulty in reading makes understanding the math problem almost impossible. Students with learning problems often have difficulty with logical reasoning, which is the basis of many story problems.
Siswa yang mengalami masalah pembelajaran akan mengalami kesulitan dalam hal pemecahan masalah, terutama di dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam menyelesaikan soal cerita sekurang-kurangnya ada dua hal penting yang harus dikuasai siswa yaitu kemampuan membaca persoalan matematika dan kemampuan bernalar. Jika salah satu dari kedua aspek tersebut mengalami hambatan maka ada kecenderungan mereka akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan soal cerita.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap seorang guru matematika di sekolah Mutiara Hati (MH), mengungkapkan bahwa: guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan persoalan pemecahan masalah pada siswanya. Beberapa siswa di kelas tiga mengalami kesulitan ketika diberikan soal-soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan, walaupun siswa tersebut tidak mengalami masalah secara kognitif.
Banyak faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya kesulitan tersebut, akan tetapi guru yang bersangkutan belum sempat mencari penyebab kesulitan
(11)
tersebut. Para guru mengkhawatirkan, jika siswa yang mengalami kesulitan itu tidak cepat ditangani akan terjadi akumulasi kesulitan pada kelas-kelas selanjutnya. Jika akumulasi kesulitan tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan siswa tersebut akan mengalami frustasi di dalam mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut.
Penyebab rendahnya kemampuan memecahkan masalah matematika saat ini perlu dicari tahu penyebabnya. Lobato (Sriraman and English,2010:22) menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas, terkadang guru kurang memperhatikan kemampuan setiap siswa, sehingga hasil pembelajaran tersebut tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
Salah satu kemungkinan penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, diantaranya mungkin karena pembelajaran yang dibangun di kelas kurang diarahkan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah. Perencanaan pembelajaran yang baik setidaknya akan memberikan kontribusi terhadap proses belajar mengajar di kelas, tetapi kenyataanya guru kurang optimal dalam membuat perencanaan pembelajaran sehingga proses belajar berjalan seadanya saja.
Guru biasanya tidak mengajarkan bagaimana strategi untuk memecahkan persoalan dalam matematika. Guru menganggap bahwa dengan mengajarkan konsep maka persolan pemecahan masalah matematika dengan sendirinya dapat dikuasai siswa. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam hal
(12)
pemecahan masalah. Bahkan beberapa guru percaya bahwa kemampuan memecahkan masalah berkembang secara otomatis dari penguasaan keterampilan berhitung. Menurut Lenchner (1988:67), hal itu tidak seluruhnya benar. Pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan guru harus mengupayakannya.
Upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah dapat dilakukan jika guru tersebut memiliki strategi mengajar yang baik. Strategi yang dapat digunakan Holmes (1995:36) menyatakan bahwa pada intinya strategi umum memecahkan masalah yang terkenal adalah strategi Polya, dengan empat langkah rencana pemecahan masalah yang berguna baik untuk problem rutin maupun nonrutin. Langkah-langkah yang dimaksud adalah: 1) memahami masalah; 2) membuat rencana untuk memecahan masalah; 3) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan 4) membuat review atas pelaksanaan pemecahan masalah.
Walaupun strategi pemecahan masalah tersebut telah dilakukan para guru, akan tetapi untuk menjabarkannya ke dalam bentuk strategi yang lebih operasional kebanyakan guru mengalami kesulitan. Ini berarti diperlukan adanya pengembangan strategi yang dapat memudahkan guru untuk mengaplikasikannya di dalam proses belajar mengajar. Adapun strategi yang dikembangkan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, karena masalah yang dihadapi siswa tidaklah sama. Masalah yang satu mungkin saja tidak menjadi masalah bagi siswa yang lain dan sebaliknya.
(13)
Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah diawali dengan kesulitan siswa dalam membaca dan memahami persoalan pemecahan masalah. Siswa tidak mampu mentranslasikan soal yang dibacanya kedalam model matematika. Jika hal ini dialami siswa terus-menerus maka lambat laun akan terjadi akumulasi kesulitan. Akumulasi kesulitan ini akan menyebabkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Hal lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan malasah pecahan adalah rendahnya pemahaman terhadap konsep pecahan sederhana. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam menerapkan konsep pecahan dalam penyelesaian soal pemecahan masalah.
Penelitian mengenai pemecahan masalah menjadi sesuatu yang substansial dan terkadang controversial dalam beberapa dekade ini. Namun Strategi polya merupakan salah satu strategi yang menjadi pionir mendorong riset-riset tentang pemecahan masalah pada dekade-dekade berikutnya, seperti yang dikemukan oleh English & Sriraman (2010: 263) menyatakan : “it was polya's seminal work on how to solve problems that provide the impetus for a lot of problem solving research that took place in the following decades”.
Berangkat dari pernyataan English dan Sriraman tersebut maka peneliti mencoba mengembangkan strategi polya dalam pemecahan masalah. Peneliti berasumsi bahwa strategi ini sudah banyak dikenal oleh dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika sehingga akan memudahkan untuk memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai strategi polya yang akan
(14)
dikembangkan oleh peneliti. Selain itu langkah-langkah strategi polya dinilai cukup sederhana dan dapat memudahkan siswa ketika menghadapi soal pemecahan masalah. Terkait dengan siswa yang mengalami permasalahan dalam hal pemecahan masalah, strategi polya dinilai cukup sistematis sehingga siswa akan lebih mudah mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan.
Tergerak dari fenomena yang dipaparkan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang dapat menjawab kesulitan-kesulitan guru di lapangan dalam mengembangkan strategi yang diduga dapat meningkatkan kemampuan di dalam menyelesaikan pemecahan masalah, khususnya pada siswa yang mengalami kesulitan matematika. Lebih spesifik lagi peneliti ingin mengkaji tentang pengembangan strategi Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pecahan.
B. Pertanyaan Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan strategi Polya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pecahan?
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka pertanyaan secara lebih spesifik dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif pembelajaran dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah? Adapun pertanyaan tersebut dirinci menjadi :
(15)
a) Bagaimana kondisi objektif kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan?
b) Bagaimana kondisi objektif pembelajaran pemecahan masalah pecahan saat ini?
2. Bagaimana seharusnya draft strategi E-Polya dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami problema belajar matematika?
3. Apakah strategi E- Polya cukup efektif dalam membantu memecahkan kesulitan siswa yang mengalami hambatan dalam memecahkan masalah pecahan?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas strategi E-Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan di dalam memecahkan masalah pecahan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1) Mendapatkan gambaran kondisi objektif kemampuan siswa dan pembelajaran pemecahan masalah pecahan; 2) merumuskan draft strategi E-Polya; 3) menganalisis efektivitas E- Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami problema belajar.
(16)
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh guru di sekolah sebagai upayanya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami problema belajar.
2. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan terhadap pengayaan disiplin ilmu Pendidikan Kebutuhan Khusus (PKKh) yang berkaitan dengan pembelajaran matematika untuk siswa dengan problema belajar di sekolah reguler serta mendorong penelitian lebih lanjut.
E. Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis selanjutnya, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang menjadi pokok bahasan:
Bab I; membahas tentang latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari penelitian ini adalah mengungkap kondisi objektif kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan serta kondisi objektif pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang dibangun di SD MH. Dari studi pendahuluan diperoleh gambaran bahwa terdapatnya kesenjangan antara harapan pencapaian kompetensi pemecahan masalah tentang pecahan dengan kondisi objektif pencapaian kompetensi tersebut di SD MH. Kesenjangan inilah yang melatar belakangi penelitian untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan tersebut, untuk
(17)
dirumuskan sebagai hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang peneliti ini, maka pada bab I ini akan mengungkap tentang fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian juga struktur organisasi penulisan tesis.
Bab II; membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai teori tentang siswa yang mengalami problema belajar matematika dan strategi pemecahan masalah . Adapun fungsi kajian teoritis yaitu sebagai landasan dalam analisis temuan di lapangan dan panduan untuk merumuskan strategi pemecahan masalah pecahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini.
Bab III; membahas tentang metode penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Research and Development (R & D). Untuk memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti; wawancara, observasi dan studi dokumen. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai instrumen penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data penelitian.
Bab IV; membahas hal-hal yang esensial dalam penelitian. Adapun hal pokok yang disajikan diantaranya; hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan penelitian serta pembahasan yang terkait dengan rumusan E- Polya sebagai hasil dari penelitian ini.
Bab V; membahas penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dan rekomendasi.
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Informan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menjadi tiga tahap penelitian, yaitu : tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap validasi. Lokasi dan informan penelitian akan dibahas sebagai berikut:
1. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan
Dalam hal ini peneliti melaksanakan penelitian tahap 1 di Sekolah Mutiara Hati Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini karena Sekolah Mutiara Hati merupakan sekolah inklusif, di mana sekolah ini memiliki siswa-siswa yang cocok untuk dijadikan informan penelitian. Adapun kriteria pemilihan lokasi penelitian ini adalah : 1) sekolah ini merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif dan memiliki siswa yang mengalami problema belajar pada materi pemecahan masalah pecahan dan; 2) sekolah yang cukup kooperatif dan diharapkan mau bekerjasama dengan peneliti. Setelah mengadakan studi pendahuluan di beberapa sekolah maka peneliti menetapkan Sekolah Mutiara Hati untuk dijadikan lokasi penelitian pada tahap studi pendahuluan.
Adapun informan penelitian pada tahap studi pendahuluan ini terdiri dari seorang guru matematika berinisial BM dan lima orang siswa kelas tiga Sekolah Dasar Mutiara Hati. Guru BM dipilih menjadi informan penelitian tahap studi pendahuluan dengan pertimbangan bahwa guru BM merupakan guru yang mengajar matematika di Sekolah Dasar Mutiara Hati. Melalui guru BM, diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang pembelajaran pemecahan masalah
(19)
yang terjadi. Informan lain berkenaan dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan ada sebanyak lima orang siswa, yang akan diperoleh melalui asesmen dan observasi tentang kemampuan pemecahan masalah pecahan. Pemilihan informan ini dilakukan dengan purposive sampling. Praktek seperti ini disebut “purposive sampling” (Lincoln and Guba, 1985). Lincoln and Guba mengemukakan bahwa purposive sampling didasarkan atas pertimbangan kekayaan informasi, bukan pertimbangan statistik.
Kelima informan penelitian itu adalah siswa kelas tiga yang berinisial SS, Ci, Df, Yy dan Sl. Siswa-siswa tersebut menjadi informan penelitian karena selama asesmen atau masa observasi, kelima siswa tersebut mengalami problema belajar dalam pemecahan masalah pecahan.
Tabel 3.1
Jumlah Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan
No Informan Jumlah Informan
1 Guru Matematika 1 Orang
2 Siswa-siswa 5 Orang
2. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Pengembangan
Pada tahap studi pengembangan pertama, peneliti tidak menentukan lokasi penelitian karena peneliti menafsirkan bahwa lokasi penelitian bukan menjadi hal yang prinsip. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik delphie. Teknik delphie dilaksanakan dengan cara peneliti mendatangi beberapa ahli untuk menilai dan membeikan masukan terhadap rumusan strategi pemecahan masalah pecahan yang telah dirumuskan oleh peneliti.
(20)
Adapun ahli yang akan dimintai judgment (penilaian) adalah ahli dalam bidang pengajaran untuk anak kesulitan belajar, ahli dalam pengajaran matematika dan praktisi pengajaran matematika. Judgment dari ahli diharapkan dapat menyempurnakan rumusan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Masukan ataupun input dari para ahli dijadikan bahan pertimbangan dalam menyempurnakan rumusan.
Tabel 3.2
Daftar Peserta Delphie
No Inisial Keahlian Unit Kerja
1 DR. Z.A, M.Ed Ahli pendidikan Kebutuhan khusus
Universitas Pendidikan Indonesia
2 Drs.C.K, M.Pd Ahli Pendidikan matematika
Universitas Pendidikan Indonesia
3 E.T, S.Si Pengajar Matematika
Sembilan Mutiara
Setiap ahli menilai dan memberikan pandangan terhadap rumusan yang dihasilkan oleh peneliti. Setelah mendapatkan penilaian dan masukan dari para ahli, selanjutnya peneliti menyempurnakan kembali rumusannya. Setelah rumusan baru tersebut dianggap cukup representative maka peneliti kembali memperlihatkan rumusan tersebut kepada para ahli untuk mencoba mengecek apakah masukan yang diberikan para ahli tersebut telah sesuai dengan rumusan yang baru. Setelah mendapat judgement maka putaran delphie ini dihentikan.
Pengembangan tahap selanjutnya dilakukan dengan proses uji coba terbatas dan uji coba meluas. Penelitian dilakukan pada empat sekolah inklusif yaitu Sekolah 9 Mutiara, Sekolah Mutiara Hati, Sekolah Al-fajar, dan Sekolah Tunas Harapan. Subjek penelitianya terdiri dari Guru Matematika di setiap SD yang
(21)
menjadi lokasi penelitian sedangkan subjek lain pada penelitian ini adalah siswa kelas tiga yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.
Subjek siswa pada penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1) siswa yang tidak mengalami masalah pada aspek kognitif; dan 2) siswa yang mengalami problema dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan pemecahan masalah bukan disebabkan oleh hal-hal yang telah disebutkan maka siswa tersebut tidak dapat dijadikan subjek penelitian pada penelitian ini.
Tahap uji coba dalam penelitian ini dilakukan dua tahap, tahap pertama adalah tahap uji coba terbatas dan tahap kedua adalah uji coba luas. Tahap uji coba terbatas dilakukan di Sekolah Dasar 9 Mutiara sedangkan tahap ujicoba meluas dilakukan di Sekolah Mutiara Hati, Sekolah Al-fajar dan Sekolah Tunas harapan.
Tahap uji coba terbatas dilakukan untuk melihat apakah rumusan strategi dapat digunakan dalam pembelajaran pemecahan masalah pecahan dalam setting sekolah reguler. Uji coba terbatas ini dilakukan dengan 3 kali putaran yang melibatkan guru dan siswa kelas 3 Sekolah 9 Mutiara. Setiap putaran dalam tahap ujicoba terbatas ini menghasilkan masukan yang berguna untuk penyempurnaan rumusan yang telah di buat peneliti.
Sedangkan tahap uji coba meluas dilakukan untuk melihat apakah Strategi E-Polya yang telah dirumuskan tersebut dapat digunakan oleh guru di sekolah yang lain dan juga melihat apakah terdapat implikasi pembelajaran dengan
(22)
menggunakan Strategi E-Polya terhadap prestasi belajar siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.
3. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Validasi
Tahah terakhir adalah Uji Validasi Strategi E-Polya yang dilakukan di SDN Cibeunying 3 Kabupaten Bandung. Tahap Validasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang timbulkan oleh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa yang mengalami problema dalam pemecahan masalah pecahan sederhana.
Tabel 3.3
Jumlah Subjek Penelitian pada Tahap Validasi
No Informan Jumlah Informan
1 Guru Matematika 1 Orang
2 Siswa-siswa 15 Orang
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan tiga tahap penelitian, yaitu: 1) Tahap studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Setiap tahap dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik yang berbeda dalam hal pendekatan maupun pengumpulan datanya. Hal ini disesuaikan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh peneliti.
Desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Bungin, 2010:87), sedangkan Nazir (2009: 84) menyatakan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
(23)
desain penelitian adalah rancangan atau pedoman dari semua proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
C. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan suatu strategi pembelajaran, dan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat digunakan hanya dengan satu metode penelitian saja. Peneliti membutuhkan Metode deskriptif pada tahap pendahuluan dan pengembangan dan metode eksperimen dilakukan pada tahap validasi. Metode eksperimen pada tahap validasi digunakan untuk menguji apakah strategi yang akan dihasilkan terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan research and development (R & D). Pendekatan R & D adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010). Senada dengan yang dikemukan oleh Borg & Gall (1986: 772)
bahwa: “Educational research and development (R & D) is a process used to
develop and validate educational product”. Jadi pendekatan R&D merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk kemudian memvalidasi produk tersebut untuk mengukur keefektifannya. Prosedur penelitian ini diilutrasikan pada gambar 3.1.
(24)
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Pengembangan E-Polya
Berdasarkan gambar 3.1 tentang prosedur penelitian, peneliti ingin menggambarkan tentang tahapan–tahapan penelitian yang telah dilakukan. Tahapan penelitian dengan pendekatan R & D ini merupakan penelitian menggunakan tiga tahap, dimana tahapan-tahanpan penelitian tersebut memiliki
1.TAHAP PENDAHULUAN
STUDI LITERATUR
DESKRIPSI & ANALISIS STUDI LAPANGAN
Kemampuan pemecahan masalah siswa : Pemahaman membaca persoalan matematika Perencanaan pemecahan masalah
Pelaksanaan pemecahan masalah Evaluasi jawaban
Pembelajaran pemecahan masalah di kelas :
Perencanaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran Evaluasi pembelajaran
ANALISIS EMPIRIK
ANALISIS
Strategi Hipotetik E-Polya
VALIDASI KONSEP (Teknik Delphie)
Draft E-Polya 2. TAHAP STUDI PENGEMBANGAN
3. TAHAP VALIDASI
Hasil Akhir UJI COBA TERBATAS REVISI E-POLYA UJI COBA LUAS Validasi Produk
(25)
tujuan tertentu dan saling mendukung untuk pengembangan produk yang ingin dihasilkan oleh penelitian. Seperti yang dikemukan oleh Borg & Gall (1986:772) yang mengungkapkan bahwa :
…the steps of this process are usually refered to as R & D cycle. Which consists of studying research, research findings pertinent to the product to be developed,developing the product based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the field testing stage. In the more rigorous program of R & D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.
1. Deskripsi Penelitian Tahap Pendahuluan
Tahap pertama dari penelitian ini dinamakan tahap pendahuluan, karena pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian penelitian pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengunjungi beberapa sekolah inklusif. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat apakah disekolah-sekolah tersebut terdapat anak-anak yang mengalami problema belajar matematika.
Dari kunjungan ke beberapa sekolah, peneliti mendapat informasi bahwa ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan. Dengan berbagai pertimbangan maka peneliti mengarah kepada lokasi penelitian di Sekolah Mutiara Hati Bandung. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada beberapa alasan yang telah dikemukan pada sub bab lokasi dan subjek penelitian.
Setelah mendapatkan izin penelitian di Sekolah Mutiara Hati, maka peneliti mulai menyusun instrumen untuk menggali tentang persoalan-persoalan
(26)
matematika yang dihadapi siswa-siswa tersebut. Dari hasil penggalian informasi didapatkan bahwa pada level kelas tiga, ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.
Setelah diketahui bahwa ada siswa yang mengalami hambatan dalam pemecahan masalah pecahan maka, peneliti melakukan observasi untuk melihat pada area mana mereka mengalami kesulitan. untuk mengetahui hambatan siswa tersebut maka peneliti menyusun instrumen penelitian yang di dalamnya menggali tentang sejauh mana pengetahuan siswa tentang pemecahan masalah khususnya pada pecahan.
Observasi mengenai sejauh mana kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, datanya diperoleh dengan asesmen. Asesmen dilakukan oleh peneliti menggunakan tes tertulis berupa soal cerita pecahan sebanyak empat soal. Anak yang diduga memiliki kesulitan diobservasi oleh peneliti sampai diketahui pada area mana anak tersebut mengalami kendala. Tetapi pada tahap ini peneliti membatasi area pemecahan masalah yang diases pada area-area sebagai berikut: 1) kemampuan anak memahami persoalan matematika khususnya pecahan; 2) kemampuan siswa dalam merencanakan pemecahan masalah; 3) kemampuan anak dalam menyelesaikan persoalan matematika; dan 4) kemampuan siswa dalam mengevaluasi jawaban yang telah didapatkan. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipatori artinya peneliti tidak ikut dalam pembelajaran tersebut sedangkan tekhnik wawancara dilakukan dengan cara semi terstruktur, artinya peneliti tidak membuat pertanyaan secara mendetail, peneliti hanya menuliskan garis besar yang akan ditanyakan pada anak.
(27)
Untuk melihat mengapa fenomena anak yang mengalami kesulitan itu terjadi, peneliti memperoleh data melalui observasi terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas tersebut. Untuk menggali data ini lebih dalam, peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang mengajar matematika di kelas tersebut. Pada tahap ini peneliti menggali bagaimana Guru BM melakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajaran tentang pemecahan masalah pecahan yang terjadi di sekolah itu.
Setelah pengambilan data lapangan maka penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan studi kepustakaan. Peneliti berupaya mencari literatur yang terkait dengan permasalahan yang terjadi di lapangan. Tujuan lain dari studi kepustakaan ini untuk menganalisis temuan yang terdapat di lapangan. Literatur yang digunakan untuk menganalisis persoalan pemecahan masalah yang terjadi pada siswa secara teoritis.
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka peneliti mulai melakukan analisis terhadap data-data tersebut. Dari hasil analisis dan latar belakang mengapa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan ditemukan. Langkah selanjutnya merumuskan draft strategi E-Polya yang dianggap dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pemcahan masalah.
Peneliti menggunakan strategi polya ini karena sederhana dan mudah diadaptasikan. Adapun strategi yang dikembangkan ini meliputi empat tahap yang dikemukan oleh polya yaitu: 1) memahami persoalan matematika; 2) merencanakan penyelesaian; 3) melaksanakan rencana penyelesaian tersebut; dan
(28)
4) mengevaluasi tahapan-tahapan penyelesaian yang telah dilakukan. Keempat langkah ini menjadi rujukan peneliti di dalam mengembankan draft Strategi E- Polya.
2. Deskripsi Penelitian Tahap Pengembangan
Setelah draft awal tersusun, kemudian penelitian berlanjut pada tahap kedua yaitu studi pengembangan strategi Polya. Pada tahap ini peneliti melakukan Judgement kepada ahli untuk memvalidasi rumusan yang telah dirumuskan. Teknik yang digunakan adalah teknik delphie, dimana peneliti mendatangi para ahli yang dimaksud secara personal. Setiap input yang didapatkan dari para ahli akan menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam menyempurnakan strategi yang akan dihasilkan.
Adapun ahli yang memberikan masukan terhadap strategi ini adalah : ahli dalam pendidikan anak kesulitan belajar, ahli dalam pendidikan matematika dan praktisi pendidikan yang dalam hal ini adalah para guru matematika di sekolah inklusif.
Langkah-langkah yang dilakukan menggunakan teknik delphie adalah sebagai berikut :
Peneliti menyiapkan panduan dan instrumen yang digunakan oleh ahli untuk memvalidasi draft rumusan Strategi Polya.
(29)
Peneliti menghubungi ahli yang telah direncanakan, untuk mengetahui kesediaan ahli tersebut untuk melakukan judgement terhadap rumusan strategi yang telah dibuat oleh peneliti
Dalam pelaksanaan judgment, peneliti memberikan draft strategi yang akan divalidasi, panduan untuk memvalidasi dan format catatan yang digunakan oleh ahli ketka akan memberikan masukan, penilaian.
Para ahli didatangi secara terpisah, semua input yang diberikan kemudian dicatat dan dianalisis sebagai pertimbangan untuk menyempurnakan rumusan yang akan di hasilkan
Setelah mempertimbangkan masukan dari para ahli maka, peneliti menyempurnakan rumusannya dan memberi nama rumusan yang dihasilkan dengan nama Strategi E-Polya
Desain hipotetik strategi E-Polya selanjutnya diuji cobakan. Tahap uji coba, dilakukan dua tahap yaitu tahap uji coba terbatas dan tahap uji coba meluas. Uji coba terbatas di lakukan di Sekolah 9 Mutiara. Dari uji coba ini diharapkan akan menghasilkan temuan-temuan baru apakah E-Polya ini bisa digunakan atau tidak jika dilihat dari proses dan hasil pembelajaranya. Langkah selanjutnya uji coba meluas dilakukan disekolah lain yaitu Sekolah Mutiara Hati, Sekolah Al-fajar dan Sekolah Dasar Tunas Harapan.
Pra uji coba dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan modeling terhadap guru yang akan melakukan uji coba, hal ini dilakukan supaya guru yang melakukan uji coba tidak salah dalam mengimplemantasikan strategi E-Polya
(30)
dalam pembelajaran. Jika modeling mengenai hal ini dirasa sudah cukup maka guru tersebut dapat langsung melakukan uji coba tahap satu. Selama uji coba peneliti mengobservasi jalanya uji coba dan mencatat temuan-temuan yang bisa memperkaya E-Polya ini.
Setelah uji coba tahap satu dilakukan kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang melakukan ujicoba. Pada sesi ini peneliti akan mendalami apakah selama uji coba terdapat kendala atau ada hal yang sebaiknya di revisi. Jika dari hasil wawancara tersebut terdapat hal-hal yang harus direvisi maka peneliti merevisi E-Polya tersebut kemudian uji coba diulangi kembali sampai benar-benar strategi yang dikembangkan tersebut menjadi hal yang rasional untuk dilakukan oleh guru dalam kelas. Uji coba tahap satu ini berakhir jika peneliti sudah merasa bahwa E-Polya yang dibuat memang telah cocok jika digunakan oleh guru.
Setelah tahap uji coba terbatas selesai maka uji coba dilaksanakan. Uji coba meluas dengan melalui tahapan yang sama dengan tahap ujicoba terbatas yaitu sebelum mengujicobakan maka guru-guru yang akan menereapkan strategi ini terlebih dahulu mendapatkan modeling dan arahan dari peneliti. Setelah guru-guru tersebut merasa yakin maka uji coba secara meluas dapat dilakukan.
3. Deskripsi Penelitian Tahap Validasi
Tahap akhir dari penelitian ini adalah tahap validasi, dimana peneliti melakukan serangkaian pre-tes dan pos-tes terhadap hasil belajar siswa. Jika secara statistik menunjukan adanya pengaruh strategi E-Polya terhadap
(31)
kemampuan siswa dalam memecahkan soal pemacahan masalah, maka strategi yang dikembangkan ini dinilai cukup efektif. Sedangkan penilaian proses belajar dilakukan dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh guru yang melakukan uji coba. Jika hasil angket menunjukan penilaian positif maka dapat dinilai bahwa strategi pemecahan masalah pecahan ini cukup efektif.
D. Definisi Konsep
Penjelasan konsep dimaksudkan agar ada pemahaman yang sama mengenai konsep-konsep yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah (problem solving)
Menurut Polya (1985) pemecahan masalah adalah suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Choate (2004) menyatakan bahwa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah diperlukan empat keterampilan yang harus dikuasai yaitu: 1) membaca; 2) mengorganisasikan data; 3) memilih operasi hitung dan menyelesaikannya; dan 4) mengevaluasi jawaban yang dihasilkan. Berdasarkan kedua konsep tersebut maka definisi operasional dari kemampuan pemecahan masalah (problem solving) dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang terdiri dari soal-soal pada materi pecahan yang disajikan dalam bentuk soal cerita (uraian). Adapun area kemampuan pemecahan masalah tersebut adalah : 1) siswa dapat memahami soal pemecahan masalah pecahan; 2) Siswa dapat merencanakan penyelesaian soal pemecahan masalah pecahan; 3) siswa dapat menyelesaikan soal
(32)
pemecahan masalah yang telah direncanakan; 4) dan siswa dapat mengevaluasi hasil penyelesaian yang telah didapatkan.
2. Siswa dengan Problema Belajar
Bos dan Vaughn (1991:3) menyatakan bahwa siswa dengan problema belajar ditunjukkan oleh rendahnya prestasi akademik, motivasi belajar, kemampuan mengingat, kemampuan motorik dan lain sebagainya. Siswa dengan problema belajar dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal pada materi pemecahan masalah pecahan. Siswa yang dimaksudkan adalah siswa yang tidak bermasalah secara kognitif dan memiliki rentang konsentrasi yang cukup. Adapun bentuk permasalahannya terletak dalam memahami soal-soal hitungan pecahan yang bersifat kualitatif (uraian). Kesulitan itu terkait dengan pemahaman deskripsi uraian soal, pengorganisasikan data yang diperlukan untuk menyelesaikan soal, penyelesaian soal dan pengecekan terhadap jawaban yang telah dihasilkan.
3. Pengembangan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah
Pembelajaran adalah desain pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu menurut Smith dan Ragan (Yamin, 2012: 66). Miarso (Yamin,2012: 65) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. . Moore (Yamin, 2012:68) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang memuat metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan
(33)
kegiatan belajar. Jadi strategi pembelajaran merupakan keseluruhan langkah dan metode yang digunakan untuk proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Strategi pemecahan masalah yang dikemukan oleh Polya (1985) terdiri dari empat langkah penyelesaian yaitu : 1) memahami masalah; 2) merencabakan penyelesaian; 3) menyelesaikan sesuai rencana; dan 4) melakukan pengecekan kembali.
Berdasarkan pandangan-pandangan diatas maka pembelajaran dapat diterjemahkan sebagai usaha dari seorang pendidik atau orang dewasa yang bertujuan membuat peserta didiknya mengalami perubahan atau dengan kata lain dapat memperoleh hasil belajar. Pengembangan strategi dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada proses mengembangkan suatu acuan untuk guru dalam proses pembelajaran melalui langkah-langkah yang terpola sehingga tujuan pembelajaran pemecahan masalah dapat dicapai. Adapun dalam pengembangan strategi pemecahan masalah ini mengadaptasikan strategi polya sebagai salah satu langkah yang digunakan untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan.
E. Instrumen Penelitian
Dalam peneltian pendahuluan, peneliti menggunakan manusia sebagai instrumen utama, karena instrumen manusia dalam penelitian kualitatif dipandang lebih cermat dan teliti. Sebagai instrumen utama dalam menjaring data, peneliti juga menggunakan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi.
(34)
1. Instrumen Penelitian Tahap Pendahuluan
Instrumen utama adalah peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara tidak berstruktur dan pedoman observasi. Pedoman tersebut di susun berdasarkan kisi-kisi penelitian. Adapun kisi-kisi tersebut diuraikan pada tabel sebagai berikut:
(35)
Tabel 3.4
kis-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan masalah Pecahan
No
Soal Kompetensi
Aspek
Kemampuan Sub. Kemampuan Tujuan
Jumlah Butir
Soal
Kode
1. Matematika
Kualitatif dalam materi pecahan sederhana 1. Tahapan pemecaha n masalah
1.1. membaca dan
memahami soal Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca dan memahami masalah matematika pada materi pecahan 4 OBK. 1 1.2. Organizing data Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memilih dan mengelompokan data yang diperlukan dalam menyelesaikan soal yang diberikan 4 OBK .2 1.3. memilih
operasi hitung dan melakukan perhitungan Mengetahui kemampuan siswa dalam memilih operasi hitung dan menyelesaikan operasi hitung tersebut dalam menyelesaiakan pemecahan masalah pecahan 4 OBK .3 1.4. mengevaluasi jawban Mengetahui apakah siswa memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kembali jawaban yang telah dia berikan
4
OBK. 4
(36)
Tabel 3.5
kisi-kisi Wawancara Tentang Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan
No Tahapan Indikator KODE
1. Menyusun rencana pembelajaran
1.1. Merencanakan identitas mata pelajaran
W1 1.2. Merencanakan kompetensi yang akan
dicapai siswa
W2 1.3. Merencanakan materi pokok dengan
uraiannya
W3 1.4. Merencanakan strategi pembelajaran
pemecahan masalah pecahan
W4 1.5. Merencanakan media, sumber, bahan
belajar untuk pemecahan masalah pecahan
W5
1.6. Merencanakan penilaian dan tindak lanjut
W6 1.7. Merencanakan langkah-langkah
pembelajaran pemecahan masalah pecahan
W7
2. Implementasi Pembelajaran
2.1. Kegiatan awal (apersepsi) W8 2.2. Kegiatan inti (penanaman konsep,
pemahaman konsep,pembinaan keterampilan)
W9
2.3. Kegiatan akhir W10
3. Evaluasi Pembelajaran
3.1. Evaluasi hasil belajar W11 3.2. Evaluasi proses belajar W12
(37)
Tabel. 3.6
kisi-kisi Observasi pembelajaran pemecahan masalah pecahan
No Tahapan Indikator KODE
1. Menyusun rencana pembelajaran
1. Merencanakan identitas mata pelajaran
OB.1 2. Merencanakan kompetensi yang akan
dicapai siswa
OB.2 3. Merencanakan materi pokok dengan
uraiannya
OB.3 4. Merencanakan strategi pembelajaran
pemecahan masalah pecahan
OB.4 5. Merencanakan media, sumber, bahan
belajar untuk pemecahan masalah pecahan
OB.5
6. Merencanakan penilaian dan tindak lanjut
OB.6 7. Merencanakan langkah-langkah
pembelajaran pemecahan masalah pecahan
OB.7
2. Implementasi Pembelajaran
1. Kegiatan awal (apersepsi) OB.8 2. Kegiatan inti (penanaman konsep,
pemahaman konsep,pembinaan keterampilan)
OB.9
3. Kegiatan akhir OB.10
3. Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi hasil belajar OB.11
2. Evaluasi proses belajar OB.12
(38)
2. Instrumen Penelitian Tahap Pengembangan
Instrumen penelitian yang digunakan pada tahap pengembangan adalah menggunakan format tanggapan ahli. Peneliti menggunakan format ini karena pada tahap ini peneliti memerlukan masukan atau input dari para ahli dan praktisi terkait dengan pengembangan strategi pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya adapun format tanggapan delphie tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Lembar Tanggapan Draft Strategi E-Polya
No Pertanyaan Tanggapan
1 Apakah konten dari bab pendahuluan sudah
merepresentasikan gambaran umum dari Strategi E-Polya?
2 Apakah persiapan pembelajaran dalam Strategi E-Polya sudah cukup untuk mempersiapkan seorang guru dalam melakukan pembelajaran pemecahan masalah pecahan di kelasnya?
3 Apakah tahapan perencanaan dalam Strategi E-Polya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan belajar pemecahan masalah pecahan di kelas regular ?
4 Apakah tahapan implementasi dalam Strategi E-Polya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan belajar pemecahan masalah pecahan di kelas regular ?
(39)
5 Apakah tahapan evaluasi dalam Strategi E-Polya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan belajar pemecahan masalah pecahan di kelas regular ? 6 Point-point apa saja yang belum
tergambar dari draft Strategi E-Polya?
7 Secara umum bagaimana penilaian Bapak terhadap Strategi E-Polya ?
3. Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba
Penelitian tahap tiga adalah menggunakan metode tes untuk melihat hasil belajar. Selain itu juga dilakukan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada guru terkait dengan penilaian terhadap proses pembelajaran menggunakan Strategi E-Polya. Instrumen yang digunakan terlihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Instrumen Penilaian Prestasi Siswa dalam Pemecahan Masalah Pecahan Penilaian Prestasi belajar siswa menggunakan Strategi E-Polya
No Aspek
Penilaian
Keterangan
ada Tidak
ada 1 Pemahaman terhadap soal
2 Sistematika penyelesaian soal
3 Kesesuaian jawaban dengan soal yang ditanyakan
4 Kemampuan mengecek kembali jawaban yang diberikan
Rubrik ;
Penilaian terhadap aspek-aspek pemecahan masalah diberi Score 1: jika terdapat aspek yang dimaksudkan
Skor 0 : Jika tidak terdapat aspek yang dimaksudkan
(40)
Tabel.3.8
Angket Penilain Guru terhadap Strategi E-Polya
No Aspek Penilaian Keterangan
1 2 3
1. Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika membuat perencananaan pembelajaran pemecahan masalah dengan
menggunakan Strategi E-Polya? 2 Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika
mengimplementasikan pembelajaran pemecahan masalah dengan
menggunakan Strategi E-Polya? 3 Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika
melakukan evaluasi pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan Strategi E-Polya? 4 Bagaimana penilaian dampak Strategi
E-Polya terhadap prestasi siswa yang mengalami problema belajar
5 Bagaimana penilaian ibu/bapak terhadap keefektifan waktu pembelajaran pemecahan masalah pecahan menggunakan strategi Strategi E-Polya
Rubrik :
Penilaian dilihat berdasarkan rentang penilaian dari mulai mudah hingga sulit. Score 1 : Jika proses yang dilalui sulit untuk dilaksanakan
Score 2 : Jika proses yang dilalui mudah untuk dilakukan
Score 3 : jika proses yang dilalui sangat mudah untuk dilaksanakan
x 100% Jika score yang didapat :
(41)
F. Teknik Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi serta data kuantitatif yang diperoleh melalui uji coba dianalisis secara terpisah.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244).
Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono,2011: 246), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.
Gambar 2 Komponen dalam analisis data (interactive model)
Data Kolection
Data Display
Data Reduction
Conclusion: Drawing/ Verification
(42)
a. Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam instrumen yang digunakan yaitu wawancara dan observasi
b. Penyajian data, analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.
c. Penarikan konklusi dan verifikasi, penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bloland (1992: 4) bahwa verifikasi di dalam penelitian kualitatif sama fungsinya dengan reliabilitas dan validitas di dalam penelitian kuantitatif. Dia mengemukakan,
“Verification performs for qualitative research what reliability and validity
perform for quantitative research”.
2. Analisis Data kuantitatif
Analisis terhadap data kuantitatif pada tahap validasi menggunakan pengujian nonparametrik. Tes statistik nonparametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitian (Siegel, 1997:38). Menurut Santosa (2012:12) bahwa
“kondisi data yang memungkinkan digunakanyan statistik nonparametik adalah :
(43)
terlalu sedikt; 3) dan untuk tipe data nominal dan ordinal”. Berdasarakan pernyataan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan analisis data non parametik dengan asumsi bahwa jumlah sampel kurang dari 30 sampel.
Analisis datanya menggunakan uji Wilcoxson terhadap data yang berpasangan. Uji Wilcoxson ini dilakukan terhadap data berpasangan dari subjek yang sama (Santosa, 2012:115). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah data hasil pre-tes dan pos-tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan. Dimana sampel penelitianya adalah 15 orang siswa yang mengalami problema belajar. Analisis dilakukan dengan SPSS 17.
Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak tedapat pengaruh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan sederhana
H1 : Terdapat pengaruh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan sederhana
(44)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “ Pengembangan Strategi Polya untuk meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah Pecahan pada siswa yang mengalami problema belajar matematika, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi objektif kemampuan dan pembelajaran pemecahan masalah pecahan menghasilkan temuan, yaitu :
Kemampuan awal siswa dalam pemecahan masalah pecahan, ditemukan bahwa dari lima orang siswa yang diteliti menunjukan adanya kesulitan. Kesulitan itu terkait dengan memahami soal, menentukan data, menentukan pertanyaan, memahami konsep pecahan, menyelesaikan soal dan mengevaluasi jawaban yang telah mereka selesaikan
Proses pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang berlangsung di Sekolah Dasar Mutiara Hati ditemukan bahwa dalam hal perencanaan, guru tidak membuat rancangan perencanaan pembelajaran (RPP), sehingga masalah yang berkaitan dengan kemampuan awal siswa, penggunaan metode atau strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam pemecahan masalah pecahan tidak nampak. Pada tahap implementasi, guru
(45)
tidak melakukan apersepsi, tahap inti dilakukan dengan cara memberikan soal cerita pecahan dan ditutup tanpa memberikan penguatan kembali pada materi yang telah dipelajari.
2. Draft strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang ditemukan dalam penelitian ini diberi nama Strategi E-Polya. Implementasinya dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :
Tahap inisiasi; pada tahap ini guru harus merancang RPP yang diawali dengan melakukan asesmen terkait dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan, menganalisis kemampuan siswa, kemudian membentuk kelompok siswa yang kooperatif.
Tahap implementasi pembelajaran pemecahan masalah pecahan dilakukan dalam tiga fase, yaitu: 1) fase pendahuluan, fase ini guru harus melakukan ice breaking dan apersepsi mengenai konsep pecahan sederhana; 2) fase inti, pada fase ini guru melakukan pemodelan tentang cara memahami , merencanakan, menyelesaikan dan mengevaluasi jawaban. dilanjutkan dengan pembelajaran kooperatif; 3) fase penutup, pada fase ini dilakukan evaluasi proses, hasil dan tindak lanjut pembelajaran.
3. Hasil validasi ternyata memperlihatkan bahwa strategi E-Polya memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan rata-rata hasil belajar adalah sebesar 60 % dari kemampuan awal siswa. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh E-Polya terhadap kemampuan
(46)
siswa dengan problema belajar dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan sederhana.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan , maka peneliti merekomendasikan beberapa hal, sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji coba terbatas, meluas dan validasi ternyata strategi E-Polya mudah diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas reguler, oleh sebab itu peneliti merekomendasikan kepada guru untuk mencoba mengaplikasikan strategi E-Polya ini sebagai salah satu strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan.
2. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa strategi E-Polya berdampak terhadap kemampuan siswa yang mengalami problema belajar matematika dalam hal pemecahan masalah pecahan. Oleh sebab itu peneliti merekomendasikan Strategi E-Polya sebagai salah satu pengayaan disiplin ilmu PKKh yang berkaitan dengan pembelajaran matematika untuk siswa dengan problema belajar di sekolah reguler serta mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian terhadap subjek yang berbeda.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Aravena,D. Maria dan Caamano E.C. (…).The Method of Problem Solving Based on Japanese and Polya’s Models.[online] tersedia: http:// tsg.icme 11.org/document/get/454.[November 1,2012]
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research:an Introduction(Fifth Ed.)New York: Longman
Bos,C.S and Vaugh S. (1991). Strategy for Students with Learning and Behavior Problem.United States: A Division of Simon & Schuster, Inc.
Burhan, B.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Choate, J.S.(2004). Successful Inclusive Teaching. United States of America: Pearson Education Inc.
David A.J.,Paul E., & Donald K.(2009). Methods for Teaching: Metode-metode pengajaran meningkatkan prestasi belajar siswa TK-SMA. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Harvey,S. & Goudvis, A.(2000). Strategy that work:Teaching Comprehension to enhance understanding. Portland: Stenhouse Publisher.
Holmes, E. 1995. New Directions in Elementary School Mathematics-Interactive Teaching and Learning. New Jersey: A Simon and Schuster Company. Lee, H., & Sikjung, W. (2004). “Limited-English-proficient (LEP) studens:
Mathematical understanding”. Teaching Mathematics in middle school 9 (5),269-272)
Lenchner, G. (1983). Creative Problem Solving in School Mathematics. New York: Glenwood Publication Inc.
Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry.Beverly Hills, CA: Sage. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
(48)
Polya, G.(1985). How to Solve it. A new Aspect of Mathematical Methoders.New Jersey: Princeton University Press.
Raymond, E. (2000). Cognitive characteristics . learners with mild disabilities. Nedham Heights, MA: Allyn &Bacon , A person Educational company. Sanjaya, W.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Santosa, S (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. Jakarta :Gramedia
Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Schoenfeld. (1992). “Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics”. Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-366). New York: Macmillan Publishing Company.
Setyarini. (2012). Profil Kesalahan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Menggunakan Draw a Diagram Heuristic yang Berkaitan dengan Pecahan Sederhana. Skripsi pada FIP Universitas Malang: Tidak diterbitkan.
Siegel, S .(1997). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :Gramedia
Sriraman, B. dan English, L.(2010). Theories of Mathematics Education. New York : Springer
Stacey K. (2005). “The Place of Problem Solving in Contemporary Mathematics Curriculum Documents”. Journal of Mathematics behavior, 24, 341-350. Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
:CV Alfabeta
Woolfolk, A. (2009). Educational Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(1)
terlalu sedikt; 3) dan untuk tipe data nominal dan ordinal”. Berdasarakan pernyataan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan analisis data non parametik dengan asumsi bahwa jumlah sampel kurang dari 30 sampel.
Analisis datanya menggunakan uji Wilcoxson terhadap data yang berpasangan. Uji Wilcoxson ini dilakukan terhadap data berpasangan dari subjek yang sama (Santosa, 2012:115). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah data hasil pre-tes dan pos-tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan. Dimana sampel penelitianya adalah 15 orang siswa yang mengalami problema belajar. Analisis dilakukan dengan SPSS 17.
Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak tedapat pengaruh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan sederhana
H1 : Terdapat pengaruh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan sederhana
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “ Pengembangan Strategi Polya untuk meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah Pecahan pada siswa yang mengalami problema belajar matematika, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi objektif kemampuan dan pembelajaran pemecahan masalah pecahan menghasilkan temuan, yaitu :
Kemampuan awal siswa dalam pemecahan masalah pecahan, ditemukan bahwa dari lima orang siswa yang diteliti menunjukan adanya kesulitan. Kesulitan itu terkait dengan memahami soal, menentukan data, menentukan pertanyaan, memahami konsep pecahan, menyelesaikan soal dan mengevaluasi jawaban yang telah mereka selesaikan
Proses pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang berlangsung di Sekolah Dasar Mutiara Hati ditemukan bahwa dalam hal perencanaan, guru tidak membuat rancangan perencanaan pembelajaran (RPP), sehingga masalah yang berkaitan dengan kemampuan awal siswa, penggunaan metode atau strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam pemecahan masalah pecahan tidak nampak. Pada tahap implementasi, guru
(3)
tidak melakukan apersepsi, tahap inti dilakukan dengan cara memberikan soal cerita pecahan dan ditutup tanpa memberikan penguatan kembali pada materi yang telah dipelajari.
2. Draft strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang ditemukan dalam penelitian ini diberi nama Strategi E-Polya. Implementasinya dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :
Tahap inisiasi; pada tahap ini guru harus merancang RPP yang diawali dengan melakukan asesmen terkait dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan, menganalisis kemampuan siswa, kemudian membentuk kelompok siswa yang kooperatif.
Tahap implementasi pembelajaran pemecahan masalah pecahan dilakukan dalam tiga fase, yaitu: 1) fase pendahuluan, fase ini guru harus melakukan ice breaking dan apersepsi mengenai konsep pecahan sederhana; 2) fase inti, pada fase ini guru melakukan pemodelan tentang cara memahami , merencanakan, menyelesaikan dan mengevaluasi jawaban. dilanjutkan dengan pembelajaran kooperatif; 3) fase penutup, pada fase ini dilakukan evaluasi proses, hasil dan tindak lanjut pembelajaran.
3. Hasil validasi ternyata memperlihatkan bahwa strategi E-Polya memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan rata-rata hasil belajar adalah sebesar 60 % dari kemampuan awal siswa. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh E-Polya terhadap kemampuan
(4)
siswa dengan problema belajar dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan sederhana.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan , maka peneliti merekomendasikan beberapa hal, sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji coba terbatas, meluas dan validasi ternyata strategi E-Polya mudah diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas reguler, oleh sebab itu peneliti merekomendasikan kepada guru untuk mencoba mengaplikasikan strategi E-Polya ini sebagai salah satu strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan.
2. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa strategi E-Polya berdampak terhadap kemampuan siswa yang mengalami problema belajar matematika dalam hal pemecahan masalah pecahan. Oleh sebab itu peneliti merekomendasikan Strategi E-Polya sebagai salah satu pengayaan disiplin ilmu PKKh yang berkaitan dengan pembelajaran matematika untuk siswa dengan problema belajar di sekolah reguler serta mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian terhadap subjek yang berbeda.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aravena,D. Maria dan Caamano E.C. (…).The Method of Problem Solving Based on Japanese and Polya’s Models.[online] tersedia: http:// tsg.icme 11.org/document/get/454.[November 1,2012]
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research:an Introduction(Fifth Ed.)New York: Longman
Bos,C.S and Vaugh S. (1991). Strategy for Students with Learning and Behavior Problem.United States: A Division of Simon & Schuster, Inc.
Burhan, B.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Choate, J.S.(2004). Successful Inclusive Teaching. United States of America: Pearson Education Inc.
David A.J.,Paul E., & Donald K.(2009). Methods for Teaching: Metode-metode pengajaran meningkatkan prestasi belajar siswa TK-SMA. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Harvey,S. & Goudvis, A.(2000). Strategy that work:Teaching Comprehension to enhance understanding. Portland: Stenhouse Publisher.
Holmes, E. 1995. New Directions in Elementary School Mathematics-Interactive Teaching and Learning. New Jersey: A Simon and Schuster Company. Lee, H., & Sikjung, W. (2004). “Limited-English-proficient (LEP) studens:
Mathematical understanding”. Teaching Mathematics in middle school 9 (5),269-272)
Lenchner, G. (1983). Creative Problem Solving in School Mathematics. New York: Glenwood Publication Inc.
Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry.Beverly Hills, CA: Sage. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
(6)
Polya, G.(1985). How to Solve it. A new Aspect of Mathematical Methoders.New Jersey: Princeton University Press.
Raymond, E. (2000). Cognitive characteristics . learners with mild disabilities. Nedham Heights, MA: Allyn &Bacon , A person Educational company. Sanjaya, W.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Santosa, S (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. Jakarta :Gramedia
Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Schoenfeld. (1992). “Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics”. Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-366). New York: Macmillan Publishing Company.
Setyarini. (2012). Profil Kesalahan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Menggunakan Draw a Diagram Heuristic yang Berkaitan dengan Pecahan Sederhana. Skripsi pada FIP Universitas Malang: Tidak diterbitkan.
Siegel, S .(1997). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :Gramedia
Sriraman, B. dan English, L.(2010). Theories of Mathematics Education. New York : Springer
Stacey K. (2005). “The Place of Problem Solving in Contemporary Mathematics Curriculum Documents”. Journal of Mathematics behavior, 24, 341-350. Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
:CV Alfabeta
Woolfolk, A. (2009). Educational Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar