PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH DENGAN TAHAPAN PEMECAHAN MASALAH POLYA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DRAW A PICTURE.
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS MASALAH
DENGAN TAHAPAN PEMECAHAN MASALAH POLYA
MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
DRAW A PICTURE
SKRIPSI
Oleh: AYUK HARIYANTI
NIM D34212054
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PMIPA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA AGUSTUS 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH
DENGAN TAHAPAN PEMECAHAN MASALAH POLYA
MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAHDRAW
A PICTURE Oleh: AYUK HARIYANTI
ABSTRAK
Mengingat pentingnya mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan dalam bentuk soal cerita matematika, maka perlu disusun model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang memberikan ruang untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture. Sehingga peneliti tertarik untuk mengembangkan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan mempermudah siswa dalam memecahkan masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Plomp yang terdiri dari lima fase. Namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada empat fase yaitu fase investigasi awal, fase desain, fase realisaisi, serta fase tes, evaluasi dan revisi. Pengembangan pada penelitian ini meliputi RPP dan LKS. Uji coba dilakukan pada 36 siswa kelas VIIIA SMP IPIEMS Surabaya. Data yang diperoleh selama penelitian ini berupa hasil aktivitas siswa, keterlaksanaan sintaks, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran, angket respon siswa dan hasil belajar siswa.
Data penelitian dianalisis dan diperoleh data sebagai berikut: kevalidan RPP berkategori valid dengan rata-rata sebesar 3,92. Kevalidan LKS berkategori valid dengan rata-rata sebesar 3,94. Masing-masing perangkat tersebut dinilai praktis oleh para ahli dengan memperoleh rata-rata nilai B yang artinya perangkat dapat digunakan dengan sedikit revisi. Aktivitas siswa dinyatakan efektif dengan memperoleh rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 18,5. Keterlaksanaan sintaks dinyatakan efektif dengan jumlah langkah yang terlaksana yaitu 32 langkah dan prosentase keterlaksanaan sebesar 100%. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dikatakan efektif dengan
(7)
memperoleh rata-rata sebesar 3,79. Respon siswa terhadap pembelajaran positif dengan prosentase sebesar 71,7%. Hasil belajar siswa dinyatakan efektif dengan tercapainya standar keberhasilan setiap siswa dilihat dari penguasaan indikator (afektif, kognitif, psikomotorik) yaitu mencapai rata-rata
70.Kata Kunci: Pembelajaran berbasis masalah, tahapan pemecahan masalah Polya, strategi pemecahan masalahdraw a picture.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
ABSTRAK ... x
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Batasan Penelitian... 10
F. Definisi Operasional ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika... 13
(9)
B. Pembelajaran Berbasis Masalah... 15
C. Pemecahan Masalah Polya... 21
D. Strategi Pemecahan MasalahDraw a Picture... 25
E. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Tahapan Pemecahan Masalah Polya Menggunakan Strategi Pemecahan MasalahDraw a Picture... 27
F. Perangkat Pembelajaran Matematika... 29
G. Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran ... 30
H. Kriteria Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Tahapan Pemecahan Masalah Polya menggunakan Strategi Pemecahan Masalah Draw a Picture... 37
I. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 41
J. Materi Aljabar di SMP... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 45
C. Subjek Penelitian ... 45
D. Prosedur Penelitian ... 46
E. Desain Penelitian ... 47
F. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 48
G. Data dan Sumber Data ... 54
H. Instrumen Penelitian ... 55
I. Teknik Pengumpulan Data... 57
J. Teknik Analisis Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Proses Pengembangan Pembelajaran ... 73
B. Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 100
C. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 114
D. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 115
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 132
(10)
DAFTAR PUSTAKA ... 135 LAMPIRAN ... 140
(11)
DAFTAR TABEL Tabel
2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah... 19
2.2. Indikator Tahapan Pemecahan Masalah Polya ... 24
3.1 Hasil Validasi Perangkat... 61
3.2 Kriteria Pengkategorian Kevalidan Perangkat ... 62
3.3 Kriteria Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran .... 63
3.4 Skala Penilaian Kemampuan Guru Menerapkan Pembelajaran... 66
3.5 Kriteria Penilaian Kemampuan Guru Menerapkan Pembelajaran... 68
3.6 Format Hasil Data Respon Siswa ... 68
3.7 Skor Penilaian Aspek Sikap Sosial ... 70
3.8 Skor Penilaian Aspek Keterampilan ... 72
4.1 Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 73
4.2 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi . 80 4.3 Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran pada RPP... 80
4.4 Daftar Nama Validator Perangkat Pembelajaran ... 92
4.5 Jadwal Kegiatan Uji CobaPrototipe IITerbatas ... 93
4.6 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 100
4.7 Daftar Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 102
4.8 Deskripsi Data Kevalidan LKS... 110
4.9 Daftar Revisi Lembar Kerja Siswa ... 111
4.10 Hasil Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 114
4.11 Deskripsi Data Aktivitas Siswa ... 116
(12)
4.13 Deskripsi Data Kemampuan Guru Menerapkan
Pembelajaran... 119
4.14 Deskripsi Data Respon Siswa ... 121
4.15 Penilaian Aspek Afektif... 125
4.16 Penilaian Aspek Kognitif... 127
4.17 Prosentase Ketuntasan pada Penilaian Aspek Kognitif ... 128
4.18 Penilaian Aspek Psikomotorik... 128
(13)
DAFTAR GAMBAR Gambar
3.1. Diagram Alur Fase Pengembangan oleh Plomp ... 53 4.1 Peta Konsep Materi Operasi Aljabar ... 78
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 (Perangkat Pembelajaran)
1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 140
1.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 167
1.3 Kunci Jawaban LKS ... 175
Lampiran 2 (Instrumen Penelitian) 2.1 Lembar Validasi RPP ... 180
2.2 Lembar Validasi LKS ... 184
2.3 Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 187
2.4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 190
2.5 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran... 192
2.6 Lembar Validasi Angket Respon Siswa... 198
2.7 Lembar Respon Siswa ... 202
2.8 Catatan Lapangan (Field Note) ... 204
Lampiran 3 (Pengisian Instrumen Penelitian) 3.1 Pengisian Lembar Validasi RPP Oleh Para Validator ... 209
3.2 Pengisian Lembar Validasi LKS Oleh Para Validator ... 218
3.3 Pengisian Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa... 226
3.4 Pengisian Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 232
3.5 Pengisian Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran... 236
3.6 Pengisian Lembar Validasi Angket Respon Siswa ... 246
3.7 Contoh Pengisian Lembar Angket Respon Siswa ... 254 3.8 Contoh Hasil Pengerjaan Tes Hasil Belajar Siswa
(15)
pada Aspek Pengetahuan ... 260
3.9 Contoh Hasil Pengerjaan Lembar Kerja Siswa ... 269
Lampiran 4 (Hasil Penelitian) 4.1 Analisis Data Validasi RPP ... 278
4.2 Analisis Data Validasi LKS ... 281
4.3 Analisis Data Pengamatan Aktivitas Siswa ... 283
4.4 Analisis Data Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran... 284
4.5 Analisis Data Pengamatan Kemampuan Guru Menerapkan Pembelajaran... 290
4.6 Analisis Data Respon Siswa ... 295
4.7 Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 298
Lampiran 5 (Surat-surat dan Lainnya) 5.1 Surat Izin Penelitian... 306
5.2 Surat Keterangan Penelitian... 307
5.3 Kartu Konsultasi ... 308
(16)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia menjadi syarat mutlak untuk melaksanakan pembangunan serta setiap manusia dituntut kompetensi individunya untuk berinovasi guna memacu pembangunan di segala bidang1. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia mempunyai posisi yang strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembangunan nasional dalam menghadapi era globalisasi yang diiringi IPTEK yang tinggi. Upaya yang dimaksud untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik2. Menurut Pasaribu pendidikan ialah usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematik untuk mendorong, membantu dan membimbing seorang untuk mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri, dari kualitas yang satu ke kualitas yang lebih tinggi3. Dari uraian di atas pendidikan berarti usaha yang dilakukan untuk mengembangkan potensi diri guna memiliki kekuatan spiritual, sikap sosial, kecerdasan dan keterampilan melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik4. Menurut Abi proses pembelajaran yaitu segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan 1
Yulia Dewi Murni, “Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional”, diakses dari
http://yuliadewimurni.wordpress.com/2015/03/20/tugas-kuliah-makalah-sumber-daya-manusia/, pada tanggal 5 Desember 2015
2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 263 3
I.L Pasaribu,Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Tarsito, 1980),3 4
Pak Guru Ian, “Pengertian Proses Pembelajaran”, diakses dari
http://ian43.wordpress.com/2011/06/07/pengertian-proses-belajar/, pada tanggal 5 Desember 2015
(17)
2
pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien5. Selaras dengan pengertian di atas, proses pembelajaran disini merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan menjalin komunikasi edukatif melalui pendekatan, strategi, prinsip dan metode guna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut dibutuhkan berbagai ilmu pembelajaran di sekolah formal yang memberikan bekal kepada siswa dalam berbagai bidang ilmu.
Salah satu bidang ilmu yang didapatkan siswa dalam sekolah formal adalah bidang ilmu matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi6. Selain itu, matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Susanto menjelaskan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika7.
Sejalan dengan pengertian pembelajaran matematika tersebut, tujuan pembelajaran matematika di Indonesia menurut 5
Abi Krida Prastya, Skripsi: “Proses Pembelajaran Musik Bagi Kelompok Band JUST 4_U
di SMA Yogyakarta”,(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 8 6
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013),185
7
(18)
3
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 diantaranya siswa dapat; (1) siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep/algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) siswa dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) siswa dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang, model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) siswa dapat memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah8. Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia sejalan dengan tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics)9. Berdasarkan tujuan diatas, tujuan pendidikan matematika dalam penelitian ini yaitu mengajarkan anak berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah sehingga anak terampil menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari serta membentuk kepribadian anak dari belajar matematika misalnya tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
Upaya mewujudkan tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas, terdapat banyak permasalahan, salah satunya
8
Depdiknas.Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah,Permendiknas No.22 tahun 2006 9
Popy Yulianti, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Auditory, Intelectually, And
Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”, (Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2012), 2
(19)
4
adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dikarenakan matematika dianggap mata pelajaran yang sulit, banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika serta banyak siswa yang kurang tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal cerita matematika. Kemampuan menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita matematika menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi10. Kemampuan tersebut antara lain: menentukan sesuatu yang diketahui, menentukan sesuatu yang ditanyakan, menentukan model matematika yang diperlukan, dan melakukan perhitungan sesuai dengan model matematikanya. Kemampuan tersebut sangat penting karena bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sari menyebutkan bahwa pada saat siswa terjun langsung ke masyarakat masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak berbentuk model matematika, tetapi masalah yang biasanya berupa kata-kata atau peristiwa yang menyelesaikannya membutuhkan keterampilan untuk menerjemakan kedalam model matematika yang sesuai11. Keterampilan ini perlu diberikan kepada siswa di sekolah melalui pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri12. Wina Sanjaya juga mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran berbasis masalah yaitu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah13. Mengingat pentingnya memahami dan menyelesaikan masalah dalam bentuk soal matematika, Polya menyatakan solusi soal pemecahan masalah memuat empat 10
Ibid, hal. 6 11
Ibid, hal. 3 12
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),92
13
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 212
(20)
5
langkah, yaitu 1) understanding the problem (memahami masalah), 2) devising a plan (merancang rencana), 3) carrying out the plan (melaksankan rencana), 4) looking back (melihat kembali)14. Dengan kata lain pemecahan masalah Polya adalah prosedur khusus untuk membelajarkan menyelesaikan masalah matematika dengan memberikan petunjuk atau penuntun dalam pertanyaan atau perintah pada langkah-langkah pemecahan masalah.
Penggunaan pemecahan masalah model Polya
menyediakan kerangka kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan masalah yang kompleks sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita. Selain itu, menurut Sukayasa menjelaskan bahwa fase-fase dalam proses pemecahan masalah yang dikemukakan Polya cukup sederhana, aktivitas-aktivitas pada setiap fase yang dikemukakan Polya cukup sederhana, fase-fase pemecahan masalah menurut Polya telah lazim digunakan dalam memecahkan masalah matematika15. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Kokom Komariah di kelas IX J di SMPN 3 Cimahi bahwa penelitian tentang penerapan metode pembelajaran problem solving model Polya dapat meningkatkan rata-rata nilai hasil belajar siswa16. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pemecahan masalah model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Polya memiliki 10 strategi pemecahan masalah matematika salah satunya yaitu strategidraw a picture17.Strategi
draw a picturemenurut Polya yaitu strategi yang terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar untuk mempermudah memahami
14G Polya, How To Solve It. A New Aspect of Mathematical Method.Second Edition
(America: Princeton University Press, 1973), 16 15
Sukayasa, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika”, AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, 01: 01, (2012), 48 16
Kokom Komariah, Skripsi: “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah bagi Siswa Kelas IX J di
SMPN 3 Cimahi”,(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakata, 2011), 181 17
Nur Hamiyah - Mohammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), h. 122
(21)
6
masalahnya dan mempermudah gambaran umum terhadap penyelesaiannya18. Selaras dengan pernyataan di atas, Sawati mengemukakan setiap gagasan yang dapat diwakili dengan gambar dapat dikomunikasikan lebih efektif dengan gambar itu, oleh karena itu gambar atau diagram menjadi salah satu strategi pemecahan masalah19. Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan jelas. Sawati menyatakan bahwa strategi
draw a picture dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terbukti dengan penelitiannya yang menyatakan bahwa sebesar 70,83% siswa yang dijadikan subjek penelitian mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setelah diadakan pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture dalam menyelesaikan masalah matematika20.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Tahapan Pemecahan Masalah Polya Menggunakan Strategi Pemecahan MasalahDraw a Picture.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah
draw a picture?
2. Bagaimana kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
18Ibid, hal. 122
19
Sawati, Skripsi: “Pengaruh Penerapan Strategi Draw A Picture Terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita”,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 28 20
(22)
7
3. Bagaimana kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
4. Bagaimana keefektifan hasil penerapan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
Keefektifan hasil penerapan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture dapat diketahui dari pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
b. Bagaimana keterlaksanaan sintaks pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
c. Bagaimana kemampuan guru menerapkan
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
d. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika model berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
e. Bagaimana hasil belajar siswa selama proses pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan
(23)
8
pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
2. Untuk mengetahui kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
3. Untuk mengetahui kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
4. Untuk mengetahui keefektifan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
Keefektifan hasil penerapan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture dapat diketahui dari tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama
berlangsungnya pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture.
b. Untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
c. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru menerapkan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture.
d. Untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
e. Untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran matematika berbasis masalah dengan
(24)
9
tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa
a. Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu siswa dalam memahami materi, khususnya bagi siswa yang menjadi subjek ujicoba, mereka mendapat pangalaman belajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
b. Dapat melatih siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan soal cerita aljabar.
2. Bagi Guru
Dapat dijadikan alternatif dalam memilih kegiatan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture yang nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas dan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bagi guru untuk melatih siswa berpikir kritis dan kreatif melalui pengembangan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam mengembangkan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran selanjutnya.
b. Dapat melakukan pengembangan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture pada pokok bahasan yang lain.
(25)
10
c. Dapat digunakan sebagai pertimbangan
pengembangan lainnya dalam mengembangkan
pembelajaran matematika lainnya. E. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Plomp. Adapun fase-fase pengembangannya yaitu : 1) fase investigasi awal, 2) fase desain, 3) fase realisasi, 4) fase tes, evaluasi, dan revisi, 5) implementasi. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi sampai fase ke 4 yaitu fase tes, evaluasi, dan revisi. Hal ini dikarenakan pada fase implementasi memerlukan proses dan waktu yang lama. 2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam
penyusunan penelitian ini hanya sebatas pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
3. Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi operasi aljabar dalam bentuk soal cerita dengan KD 3.1 menerapkan operasi aljabar yang melibatkan bilangan rasional dan pecahan. Operasinya pun dibatasi pada operasi penjumlahan, pengurangan dan perkalian.
4. Uji coba pada penelitian ini hanya dilakukan di satu kelas yaitu kelas VIIIA SMP IPIEMS Surabaya.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap maksud penelitian ini, maka berikut ini diberikan definisi yang terdapat dalam penyusunan penelitian ini:
1. Pengembangan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan dalam mengembangkan perangkat proses belajar mengajar. Perangkat proses belajar mengajar yang dimaksud adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Pembelajaran matematika berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran matematika yang menekankan pada masalahnya, masalah tersebut harus kompleks dan autentik
(26)
11
dengan maksud membantu siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah yang disajikan.
3. Pemecahan masalah Polya adalah pemecahan masalah dengan 4 langkah yaitu: understanding the problem
(memahami masalah), devising a plan(merancang rencana),
carrying out the plan(melaksanakan rencana),looking back
(melihat kembali).
4. Strategi pemecahan masalah draw a picture adalah suatu pola terencana yang digunakan dalam pemecahan masalah dengan membuat sketsa atau gambar untuk mempermudah memahami masalahnya dan memperoleh gambaran untuk menemukan penyelesaiannya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
Bab 2: Kajian teori berisi tentang pembelajaran matematika, pembelajaran matematika berbasis masalah, pemecahan masalah Polya, strategi pemecahan masalah draw a picture, pembelajaran matematika berbasis masalah
dengan tahapan pemecahan masalah Polya
menggunakan strategi pemecahan masalah draw a
picture, perangkat pembelajaran matematika, kriteria kelayakan perangkat pembelajaran, kriteria perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture, model pengembangan perangkat pembelajaran, materi Aljabar di SMP.
Bab 3: Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, desain penelitian, model pengembangan perangkat pembelajaran, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
(27)
12
Bab 4: Hasil penelitian berisi tentang proses pengembangan pembelajaran, kevalidan perangkat pembelajaran, kepraktisan perangkat pembelajaran, keefektifan perangkat pembelajaran.
(28)
✁
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain dalam bidang pendidikan. Kata belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman1. Hal itu selaras dengan definisi belajar menurut R Gagne yang mengatakan belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman2. Ahmad Susanto juga mengemukakan pendapatnya bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak3. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan manusia guna untuk memperoleh pengalaman yang baru sehingga membawa perubahan dalam dirinya, baik dari sikap, pengetahuan maupun keterampilan sebagai akibat dari adanya latihan maupun interaksi antara seseorang tersebut dengan lingkungannya.
Menurut Trianto, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan4. Abdul Majid berasumsi bahwa pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai
✂
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2007),17
✄
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013),1
☎
Ibid, hal. 4 ✆
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),17
(29)
✝ ✞
gambaran hasil belajar5. Pendapat lain dikemukakan oleh Joesafira pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik6. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi7.
Sehubungan dengan pembelajaran matematika, Ahmad Susanto berasumsi bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika8. Ali Hamzah juga mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran matematika yaitu pembelajaran matematika yang dimaksud adalah peserta didik belajar matematika dan pengajar mentransformasi pengetahuan matematika serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran9. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik untuk meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis, kreatif dan mengkonstruki pengetahuan baru siswa mengenai materi matematika sehingga tercapai pembelajaran yang efektif dan efisien.
✟
Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 5
6Joesafira, “Definisi Pembelajaran”, diakses dari
http://delsajoesafira.blogspot.co.id/2010/05/definisi-pembelajaran.html?m=1 , pada tanggal 9 Desember 2015
✠
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013),185
8
Ibid, hal. 186
9
Ali Hamzah - Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), 154
(30)
15
B. Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri10. Wina Sanjaya juga mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran berbasis masalah yaitu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah11. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran yang menekankan pada masalahnya, masalah tersebut harus kompleks dan autentik dengan maksud membantu siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah yang disajikan.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut12:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
10
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),92
11
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 212
12
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),93-94
(31)
16
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pembelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata sehingga dalam memecahkan masalahnya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan, tentunya bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip debat seperti pada pelajaran “Roots and Wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan ke teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif baru terhadap laporan tradisional atau makalah.
e. Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
(32)
17
yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk memperoleh hal-hal yang baru (inkuiri) serta untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah dikemukakan oleh Wina Sanjaya yaitu sebagai berikut13:
a. Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implemetasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 212-213
(33)
18
3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dirancang bukan untuk memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya namun untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Adapun tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai berikut14:
a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya berpikir yang bersifat konkret tetapi lebih kepada yang bersifat kompleks. Kolaborasi yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah yang disajikan.
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk bekerja sama dengan orang lain baik dengan siswa maupun guru. Siswa juga dituntut untuk belajar mandiri untuk memecahkan masalah tanpa diberikan materi oleh guru sehingga
memungkinkan siswa untuk membangun
pemahaman terhadap masalah tersebut. Kemandirian dan kerjasama yang dilakukan oleh siswa secara tidak langsung dapat dikatakan berlatih peran sebagai orang dewasa.
c. Menjadi pembelajar yang mandiri
Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang
secara berulang-ulang mendorong dan
mengarahkan mereka untuk mengajukan
pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar
14
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),94-96
(34)
19
untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
4. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh siswa dan guru dalam suatu pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah yang dilakukan oleh guru dari memperkenalkan masalah kepada siswa dan diakhiri dengan analisis dan evaluasi hasil kerja siswa. Berikut sintaks pembelajaran berbasis masalah yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 berikut ini15:
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1 Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
15
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),98
(35)
20
masalah. Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Adapun penjelasan dari sintaks pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai berikut16:
a. Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berbasis masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pemelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah
dengan menggunakan kejadian yang
mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan
16
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),98
(36)
21
dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok pembelajaran berbasis masalah.
c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 1) Guru membantu siswa dalam pengumpulan
informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang dapat membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar. 2) Guru mendorong pertukaran ide gagasan
secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Selama dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktivitas siswa.
d. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
C. Pemecahan Masalah Polya
Pemecahan masalah menurut Hamiyah yaitu upaya mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan yang diperoleh
(37)
22
sebelumnya ke dalam situasi yang baru17. Polya menyatakan pemecahan masalah adalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai18. Polya menyatakan ada 4 langkah dalam pemecahan masalah, yaitu: understanding the problem (memahami masalah), devising a plan (merancang rencana),carrying out the plan(melaksanakan rencana),looking back (melihat kembali)19. Berikut uraian detail mengenai empat langkah pemecahan masalah Polya:
1. Understanding the problem(memahami masalah)
Pada tahap memahami masalah, Polya mengatakan siswa harus memahami permasalahan yang terkandung di dalam soal. Untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami masalah tersebut maka dapat diketahui dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a. Apa saja data yang diketahui? b. Apa saja data yang tidak diketahui? c. Apakah informasinya cukup?
d. Apa saja kondisi/syarat yang harus dipenuhi? e. Apakah bisa menyatakan kembali masalah asli ke
dalam bentuk yang lebih operasioanal?
Sesuai dengan pernyataan diatas, peneliti pada tahap ini akan melihat siswa memahami masalah diketahui dari bagaimana siswa menjelaskan atau menunjukkan apa saja yang diketahui serta menjelaskan apa yang ditanyakan.
2. Devising a plan(merancang rencana)
Menurut Polya ada banyak cara atau strategi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pada tahap merancang rencana ini, menurut Polya ada tahapan penting yang menunjang yang harus diketahui untuk dapat menentukan jalan keluar dari sebuah permasalahan yang dihadapi.
Berikut langkah-langkahnya:
17
Nur Hamiyah - Mohammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar Di Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), 120
18Ibid, hal. 120 19
G Polya, How To Solve It. A New Aspect of Mathematical Method.SecondEdition (America: Princeton University Press, 1973), 16
(38)
23
a. Mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan.
b. Mencari pola atau aturan.
c. Menyusun prosedur penyelesaian.
Pada tahap ini, peneliti fokus menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture (membuat gambar) untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 3. Carrying out the plan(melaksankan rencana)
Pada tahap carrying out the plan, siswa melaksanakan rencana dari rancangan penyelesaiannya. Dalam hal ini siswa menggunakan strategidraw a picture
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Siswa harus benar-benar teliti dengan langkah-langkah pada proses yang dilakukan menggunakan strategi draw a picture ini. Pada tahap ini, peneliti akan meneliti kesesuain rencana penyelesaian masalah yang sudah ditentukan dengan proses penyelesaian yang dilakukan oleh siswa.
4. Looking back(melihat kembali)
Polya menyatakan banyak cara yang dapat dilakukan dalam memeriksa kembali apa yang sudah dilakukan, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Dengan melakukanlooking backakan membuat kita bisa memprediksi strategi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang akan ditemui selanjutnya dan agar bisa mengetahui kevalidan dari hasil penyelesaian masalah yang sedang dihadapi tersebut. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan siswa pada tahaplooking backini:
a. Menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar. b. Apakah ada prosedur lain yang lebih efektif. c. Apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang sejenis. Dalam tahap ini, peneliti akan meneliti bagaimana siswa dalam melakukan looking backterhadap apa yang sudah mereka kerjakan dengan memeriksa hal-hal atau data hasil yang diperoleh.
(39)
24
Adapun indikator tahapan pemecahan masalah Polya yang digunakan untuk mendeskripsikan langkah pemecahan masalah yang dilakukan siswa disajikan pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Indikator Tahapan Pemecahan Masalah Polya Tahapan Pemecahan
Masalah Polya
Indikator
1. Memahami masalah
1.1 Siswa dapat menyebutkan informasi dari
permasalahan yang diberikan.
1.2 Siswa dapat menjelaskan apa yang ditanya dari permasalahan yang diberikan.
2. Merancang rencana
2.1 Siswa dapat menggunakan strategidraw a picureuntuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan
2.2 Siswa dapat menggambar serta memberikan informasi yang telah diperoleh dalam gambar.
3. Melaksanakan rencana
3.1 Siswa dapat menyelesaikan perhitungan secara
sistematis sesuai dengan langkah-langkah dalam memecahkan masalah dengan strategidraw a picture.
4. Melihat kembali
4.1 Siswa dapat dikatakan memeriksa kembali jika setelah melaksanakan rencana, siswa melakukan
(40)
25
pengecekan terhadap hasil yang diperoleh pada tahap 1, 2 dan 3. Misalnya dengan memeriksa hal-hal/data hasil yang diperoleh atau
menghitung kembali jawaban yang telah
diperoleh untuk memastikan jawaban yang tepat.
D. Strategi Pemecahan MasalahDraw A Picture
Strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan20. Abdul Majid berasumsi bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan21. Emilia juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian strategi pemecahan masalah yaitu suatu teknik penyelesaian soal-soal pemecahan masalah yang bersifat praktis22. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pemecahan masalah adalah suatu pola terencana yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain dalam rangka mencari jalan keluar atau ide yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Draw a picture dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai membuat gambar. Polya menyatakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah adalah strategi
draw a picture. Strategi draw a picture menurut Polya yaitu strategi yang terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar untuk mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah gambaran umum terhadap penyelesaiannya sehingga dengan strategi ini, hal-hal yang diketahui tidak hanya dibayangkan
20
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),139
21Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 3 22Emilia Silvi Indrajaya, Skripsi: “Strategi Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan
Sola Cerita pada materi SPLDV Siswa Kelas VIII di SMPKristen 2 Salatiga”,
(41)
26
dalam otak saja, namun dapat dituangkan di atas kertas23. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pemecahan masalahdraw a picture adalah suatu pola terencana yang digunakan dalam pemecahan masalah dengan membuat sket atau gambar untuk mempermudah memahami masalahnya dan memperoleh gambaran untuk menemukan penyelesaiannya.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan strategi draw a picture: 1) Ketika menggunakan strategidraw a picture, siswa perlu ditekankan untuk tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menggambarkan secara detail; 2) Mereka hanya perlu menyediakan informasi yang secukupnya mengenai masalah soal cerita tersebut dalam bentuk gambar.
Keunggulan menggunakan strategi draw a picture yaitu: 1) strategi draw a picture dapat membantu siswa dalam memahami masalah karena sangat memungkinkan siswa secara visual mengkontruksi masalahnya, sehingga siswa lebih cepat memecahkan masalahnya tersebut; 2) strategidraw a pictureini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas24; 3) dengan strategidraw a pictureini lebih membantu siswa dalam menemukan kata kunci dalam masalah dan mengabaikan hal yang tidak perlu untuk melakukan pemecahan masalah; 4) keunggulan lain menggunakan strategi draw a picture
diungkapkan oleh Danie25:
“Sebuah ‘gambar’ memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan ringkas dan dapat lebih mudah diingat daripada penjelasan yang panjnag. Itulah sebabnya para politisi dan para pembuat iklan menggali seni pencipataan ‘gambar’ yang dapat meyakinkan calon pemilih atau para konsumen. Ada pepatah mengatakan ‘sebuah gambar bermakna ribuan
23Nur Hamiyah - Moh Jauhar,Strategi Belajar dan Mengajar di Kelas, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya), 122
24
Sawati, Skripsi: “Pengaruh Penerapan Strategi Draw A Picture Terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita”,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 29
25
Danie Beaulieu, Teknik-Teknik yang Berpengaruh di Ruang Kelas, (Jakarta: Indeks, 2008), 17
(42)
27
kata’. Hal itupun berlaku bagi anak-anak dan remaja. Bagi mereka ‘gambar’ mampu berbicara, meringkas sekaligus mengingatkan mereka kembali pada inti sebuah informasi baru. Semakin cepat sebuah gambar bisa dipakai untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang anak, maka semakin dalam kesadaran barunya akan makna gambar tersebut, dan akan semakin mudah baginya untuk mengubah perilakunya”.
E. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Tahapan Pemecahan Masalah Polya Menggunakan Strategi Pemecahan MasalahDraw a Picture
Pembelajaran matematika dapat disajikan dengan berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk merencanakan suatu pola pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran matematika berbasis masalah perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pembelajaran matematika yang efektif. Alasan pertama adalah harapan untuk membuat matematika lebih dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari di luar pengajaran kelas atau dalam situasi baru yang belum familiar. Alasan yang kedua adalah pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan dan mendorong siswa berdiskusi dengan teman lainnya, yaitu pada proses menemukan jawaban dari permasalahan. Sehingga pembelajaran matematika berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan sejumlah besar informasi kepada siswa melainkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir pemecahan masalah dan intelektualnya. Selaras dengan hal tersebut, pembelajaran matematika berbasis masalah ini membutuhkan sebuah tahapan pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah guna untuk membantu tercapainya suatu model pembelajaran, yaitu tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
(43)
28
Fase 1 pada model pembelajaran matematika berbasis masalah adalah orientasi siswa pada masalah. Guru pada tahap ini menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah. Untuk mendukung hal ini, dibutuhkan tahapan pemecahan masalah Polya pada tahap 1 yaitu memahami masalah. Siswa dituntut untuk memahami masalah yang diberikan oleh guru agar lebih mudah untuk merancang rencana dalam memecahkan masalah.
Fase 2 pada model pembelajaran matematika berbasis masalah adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru pada tahap ini mengorganisasi siswa untuk mempelajari hal yang berhubungan dengan masalah tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelesaian dari permasalahan. Hal ini sesuai dengan tahapan pemecahan masalah Polya yang kedua yaitu merancang rencana dimana siswa membutuhkan tahap ini untuk menentukan jalan keluar dari sebuah permasalahan yang dihadapi. Pada tahap merancang rencana siswa diminta untuk menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture. Draw a picture ini digunakan karena strategi ini lebih membantu siswa dalam menemukan kata kuci dalam masalah dan mengabaikan hal yang tidak perlu untuk melakukan pemecahan masalah.
Fase 3 pada pembelajaran matematika berbasis masalah adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Pada fase ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi serta memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini sejalan dengan tahapan pemecahan masalah Polya yang ketiga yaitu melaksanakan rencana, dimana pada tahapan ini siswa melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan melihat informasi atau kata kunci yang telah didapat pada tahapan pemecahan masalah Polya yang kedua dengan menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture.
Fase 4 pada pembelajaran matematika berbasis maslah adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada fase ini guru membantu siswa dalam menyiapkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh, misalnya berupa
(44)
29
laporan, video atau model peraga yang bisa digunakan. Guru juga membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5 pada pembelajaran matematika berbasis masalah adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada fase ini guru meminta siswa untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi terhadap proses-proses yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah. Hal ini selaras dengan tahapan pemecahan masalah Polya yang keempat yaitu melihat kembali. Dimana siswa pada tahapan ini diminta untuk melihat kembali setiap proses yang digunakan untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat.
F. Perangkat Pembelajaran Matematika
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sebuah sistem akan terwujud bila semua unsur dalam sistem tersebut dapat berjalan dengan baik seiring dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989, Tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan bahwa guru harus terlibat langsung dalam proses pendidikan, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi tujuan pendidikan. Guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik26. Untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk merencanakan dan menyiapkan bahan ajar yang ingin diajarkan, alat peraga yang dibutuhkan, pertanyaan yang memancing siswa aktif belajar, model dan strategi pembelajaran yang digunakan dengan sebaik-baiknya guna untuk mencapai kegiatan pembelajaran secara optimal yang kesemuanya itu akan dijelaskan dalam perangkat pembelajaran.
Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas27. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
26
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),245
27
Irfan Dani, “Pengertian Perangkat Pembelajaran”, diakses dari
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-perangkat-pembelajaran.html?m=1 diakses pada tanggal 23 November 2015
(45)
30
mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa. Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibatasi hanya pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran
Suatu perangkat pembelajaran dikatakan layak harus memenuhi kriteria kelayakan yang meliputi validitas (validity), kepraktisan (practicaly), dan keefektifan (effectiveness). Ketiga kriteria tersebut antara lain:
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Khabibah bahwa perangkat pembelajaran sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya mempunyai status “valid”. Selanjutnya dijelaskan idealnya seorang pengembang perangkat pembelajaran perlu melakukan pemeriksaan ulang kepada para ahli (validator), khususnya mengenai; (a) ketepatan isi; (b) materi pembelajaran; (c) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; (d) desain fisik dan lain-lain. Dengan demikian suatu perangkat pembelajaran dikatakan valid (baik/layak), apabila telah dinilai baik oleh para ahli validator28.
Sebagai pedoman, penilaian para validator terhadap perangkat pembelajaran mencakup kebenaran substansi, kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip utama, karakteristik dan langkah-langkah strategi. Kebenaran substansi dan kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa ini mengacu pada indikator yang mencakup format, bahasa, ilustrasi dan isi yang disesuaikan dengan pemikiran siswa. Untuk setiap indikator tersebut dibagi lagi kedalam sub-sub indikator sebagai berikut29:
a. Indikator format perangkat pembelajaran, terdiri atas: 1) Kejelasan pembagian materi
2) Penomoran
28
Siti Khabibah, Disertasi: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar”, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2006), 71
(46)
31
3) Kemenarikan
4) Keseimbangan antara teks dan ilustrasi 5) Jenis dan ukuran huruf
6) Pengaturan ruang
7) Kesesuaian ukuran fisik dengan siswa b. Indikator bahasa, terdiri atas:
1) Kebenaran tata bahasa
2) Kesesuaian kalimat dengan tingkat
perkembangan berpikir dan kemampuan membaca siswa
3) Arahan untuk membaca sumber lain 4) Kejelasan definisi
5) Kesederhanaan struktur kalimat 6) Kejelasan petunjuk dan arahan c. Indikator tentang ilustrasi, terdiri atas:
1) Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep 2) Keterkaitan dengan konsep yang dibahas
3) Kejelasan
4) Mudah untuk dipahami 5) Ketidakbiasaan atas gender d. Indikator isi, terdiri atas:
1) Kebenaran isi
2) Bagian-bagiannya tersusun secara logis 3) Kesesuaian dengan kurikulum 2013
4) Memuat semua informasi penting yang terkait 5) Hubungan dengan materi sebelumnya 6) Kesesuaian dengan pola pikir siswa
7) Memuat latihan yang berhubungan dengan konsep yang ditemukan
8) Tidak terfokus pada stereotip tertentu (etnis, jenis kelamin, agama, dan kelas sosial)
Dengan mengacu pada indikator-indikator di atas dan dengan memperhatikan indikator-indikator pada lembar validasi yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya, maka ditentukan indikator-indikator dari masing-masing perangkat pembelajaran, yang akan dijelaskan pada point selanjutnya. Dalam penelitian ini, perangkat dikatakan valid jika interval skor pada Tabel 3.2 kriteria kevalidan perangkat pembelajaran semua rata-rata nilai yang
(47)
32
diberikan para ahli berada pada kategori “valid” atau “sangat valid”. Apabila terdapat skor yang kurang valid atau tidak valid, akan digunakan sebagai masukan untuk merevisi/menyempurnakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika secara teori, validator menyatakan bahwa perangkat pembalajaran dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi. Selain itu kepraktisan perangkat pembelajaran juga dilihat dari hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berjalan dengan minimal tergolong baik. Dalam hal ini peneliti sebagai guru dan pengamatan dilakukan oleh 2 teman yang telah dibawa oleh peneliti.
Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini didasarkan pada penilaian validator dengan cara mengisi lembar validasi masing-masing perangkat pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi beberapa aspek, yaitu: a) dapat digunakan tanpa revisi, b) dapat digunakan dengan sedikit revisi, c) dapat digunakan dengan banyak revisi, d) tidak dapat digunakan30.
3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Keefektifan berasal dari kata efektifitas. Efektifitas menurut Sumantri adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target sudah ditentukan terlebuh dahulu31. Sehingga dalam hal ini, keefektifan pembelajaran adalah suatu keadaan yang menujukkan sejauh mana hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar32.
Menurut Suranto, sekurangnya ada 7 indikator penting yang dapat dipakai untuk menetapkan keefektifan
30Ibid, hal. 75
31Mohamad Syarif Sumantri,Strategi Pembelajaran,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2015), 1
32Miftakhul Jannah, Skripsi: “KeefektifanPembelajaranMatematika Menggunakan Model
Cooperative Learning Untuk Materi Peluang di Kelas VII SMP Negeri 1 Driyorejo”,
(48)
33
pembelajaran33, yaitu: 1) kecermatan penguasaan perilaku, artinya makin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran yang telah dijalankan. Ungkapan lain yang menyatakan sebaliknya yaitu, makin kecil tingkat kesalahan, berarti makin efektif pembelajaran; 2) kecepatan kinerja, jika kecermatan penguasaan dikaitkan dengan jumlah kesalahan, maka kecepatan kinerja dikaitkan dengan jumlah waktu yang diperlukan dalam menampilkan kinerja itu; 3) kesesuaian dengan prosedur, pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat menampilkan kinerja yang sesuai dengan prosedur baku yang telah ditetapkan; 4) kuantitas kinerja, kuantitas kinerja mengacu kepada banyaknya kinerja yang mampu ditampilkan oleh siswa dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan banyaknya kinerja yang mampu diperlihatkan oleh siswa; 5) kualitas hasil akhir, kinerja sering kali lebih didasarkan pada sikap dan rasa seni daripada prosedur baku yang harus diikuti; 6) tingkat alih belajar, artinya kemampuan siswa dalam melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal lain yang serupa; 7) dan tingkat retensi, jumlah kinerja yang masih mampu ditampilkan siswa setelah selang periode waktu tetentu.
Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan keefektifan pembelajaran didasarkan pada lima indikator, yaitu aktivitas siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran, respon siswa, hasil belajar siswa34. Adapun uraian dari masing-masing indikator di atas adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya
33
Suranto, Teori Belajar & Pembelajaran Kontemporer, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2015), 190
34
Ika Nurlita Hidayah, Skripsi: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk
Melatihkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 54
(49)
34
menggunakan strategi pemecahan masalahdraw a picture. Aktivitas siswa yang dikategorikan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.
2) Membaca/memahami masalah.
3) Melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya. 4) Menyelesaikan masalah/menemukan cara dan
jawaban dari masalah.
5) Melakukan aktivitas yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).
6) Mempresentasikan hasil kerja kelompok baik ke depan kelas maupun ke antar teman.
b. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Guru merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hasil pelaksanaan dari pembelajaran yang diterapkan. Tugas guru adalah sebagai pengajar, sehingga peranan guru banyak hubungannya dengan
usaha meningkatkan proses pembelajaran.
Keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru dalam RPP menjadi penting untuk dilakukan secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga keefektifan perangkat pembelajaran dapat diukur dari keterlaksanaan sintaks pembelajaran. c. Kemampuan Guru Menerapkan Pembelajaran
Menurut Hudoyo, syarat mutlak yang harus dimiliki seorang guru adalah penguasaan materi dan cara penyampaiannya. Seorang guru yang tidak menguasai materi yang akan diajarkan tidak akan bisa mengajar dengan baik. Demikian pula bila seorang guru tidak menguasai berbagai cara penyampaian materi, maka akan dapat menimbulkan kesulitan oleh peserta didik dalam memahami materi. Selain itu, seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam menerapkan prinsip-prinsip psikologis, kemampuan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, serta
(50)
35
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang baru35.
Dalam penelitian ini, kemampuan guru menerapkan pembelajaran yang akan diamati meliputi: 1) mengucap salam; 2) memulai pelajaran dengan memimpin berdoa bersama; 3) memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan; 4) memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan kegunaan dari materi yang akan dipelajari agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran; 5) memberikan penjelasan mengenai model dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini; 6) menyampaikan indikator kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini; 7) membacakan pembagian kelompok dan mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompokmya masing-masing; 8) mengorientasi siswa terhadap masalah yang disajikan melalui
powerpoint; 9) meminta siswa mengamati (membaca) dan memahami masalah; 10) memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang masalah yang disajikan; 11) memberikan informasi mengenai langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah yang disajikan dalam
powerpoint dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture; 12) mengorganisasikan masing-masing kelompok untuk siap belajar dan bekerja; 13) membagikan LKS; 14) meminta siswa bekerja sama untuk memikirkan secara cermat strategi pemecahan yang berguna untuk menyelesaikan masalah; 15) meminta siswa melihat hubungan-hubungan berdasarkan informasi/data terkait yang membangun; 16) siswa diminta untuk menyelesaikan masalah; 17) berkeliling memonitoring kerja siswa, dengan mencermati dan menemukan berbagai kesulitan yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami; 18) memberi bantuan berkaitan dengan kesulitan yang dialami siswa
(51)
36
secara individu, kelompok, atau klasikal; 19) meminta siswa menyiapkan laporan hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci, dan sistematis; 20) berkeliling mencermati siswa bekerja menyusun laporan hasil diskusi, dan memberi bantuan, bila diperlukan; 21) meminta siswa untuk menyajikan (mempresentasikan) laporan hasil diskusi di depan kelas dengan menentukan perwakilan kelompok secara musyawarah; 22) memberi kesempatan kepada kelompok lain yang mempunyai jawaban berbeda dari kelompok penyaji untuk mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya secara runtun, sistematis, santun, dan hemat waktu; 23) meminta siswa untuk mengecek jawaban apakah jawaban yang ditulis sudah tepat atau belum, apabila jawaban belum tepat siswa diminta untuk menulis dugaan apa yang seharusnya dilakukan untuk menyempurnakan penyelesaian dari permasalahan tersebut; 24) memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan secara umum; 25) melibatkan siswa dalam menganalisis jawaban yang tepat melalui tanya jawab; 26) memberikan konfirmasi mengenai hal-hal yang dianggap penting pada pembelajaran yang dilakukan; 27) mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari hari ini; 28) mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok; 29) bertanya kepada siswa tentang bagaimana perasaan mereka setelah melakukan pembelajaran berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture; 30) mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar; 31) mengajak berdoa bersama; 32) mengucapkan salam sebelum meninggalkan kelas. d. Respon siswa
Respon siswa adalah tanggapan atau reaksi siswa yang ditunjukkan selama proses belajar di kelas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui respon siswa yaitu dengan cara memberikan angket. Angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa
(1)
✙✚ ✛
kriteria “efektif” dengan 32 langkah yang terlaksana dan prosentasenya sebesar 100%.
c. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
tergolong sangat baik sehingga memenuhi kriteria “efektif” dengan rata-rata yang diperoleh sebesar 3,79.
d. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika
berbasis masalah dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan strategi pemecahan
masalah draw a picture memenuhi kriteria
“efektif” dengan diperoleh rata-rata prosentase respon siswa sebesar 71,7% dan mendapatkan kategori positif.
e. Hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP IPIEMS
Surabaya memenuhi “efektif” dengan tercapainya standar keberhasilan setiap siswa dilihat dari
penguasaan indikator (afektif, kognitif,
psikomotorik) yaitu mencapai rata-rata
70.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan penulis sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan perangkat pembelajaran khususnya dalam matematika adalah sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah
dengan tahapan pemecahan masalah Polya menggunakan
strategi pemecahan masalah draw a picture hendaknya
dikembangkan untuk pokok bahasan yang lain, karena berdasarkan angket respon siswa diperoleh siswa sangat
antusias dengan respon yang positif terhadap
pembelajaran ini.
2. Perangkat pembelajaran ini hendaknya diujicobakan pada
kelas lain atau sekolah-sekolah lain sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang jauh lebih baik.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya lebih
memperhatikan alokasi waktu serta pengkondisian siswa dan tempat yang efektif.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abadiyah, Agustiana Zakiyatuddarul., Skripsi: “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) pada Materi Pokok Perbandingan untuk Siswa Kelas VII SMP”. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Basri, Hasan. Paradigma Baru Sistem Pembelajaran. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2015.
Bahri, Saeful. 2009. “Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal
cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Melalui Strategi Problem Solving”. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 4 No. 2. 93-102 (Online).
Tersedia:https://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-4-no-2-saeful-bahri.pdf
Beaulieu, Danie. Teknik-Teknik yang Berpengaruh di Ruang Kelas.
Jakarta: Indeks, 2008.
Dani, Irfan.Pustaka Pandani: Pengertian perangkat pembelajaran.
Diakses pada tanggal 23 November 2015;
(http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertianperangkatpemb elajaran.html?m=1)
Depdiknas.Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah No.22. Jakarta:
Pusat Kurikulum, Bahasa dan Pengembangan Depdiknas, 2006.
Dwirahayu, Gelar. Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan
Matematika Dasar. Sebuah Antologi.Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007.
(3)
✤✥
6
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini.Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
Hassi, Ronald.Rumus Matematika Inggris-Indonesia.Bandung: Tarsito,
1987.
Herman, Hudoyo. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud,
2014.
Jannah, Miftakhul., Skripsi: ”KeefektifanPembelajaranMatematika
Menggunakan Model Cooperative Learning Untuk Materi Peluang di Kelas VII SMP Negeri 1 Driyorejo”. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015.
Khabibah, Siti., Disertasi: ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar”.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2006.
Komariah, Kokom., Skripsi: “Penerapan Metode Pembelajaran
Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah bagi Siswa Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi”.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (Online). Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/7195
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Masriyah. Evaluaasi Pembelajaran Matematika (Modul 9: Alat Ukur
Nontes).Jakarta: Universitas Terbuka, 2006.
Mufidah, Lailatul., Skripsi: ”Pengembangan Pembelajaran Matematika
Berbasis Masalah yang Memperhatikan Metakognisi untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMP pada Materi SPLDV”. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015.
(4)
✦✧ ★
Mungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Muti’ana, Umi., Skripsi: ”Pengembangan Pembelajaran Matematika
Berbasis Masalah Dengan Permainan untuk Melatih Berfikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan dan Pengajuan Masalah dalam Maeteri Ruang Kubus dan Balok Kelas VIII YPM 2 Panjunan Sukodono”. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2012.
Monks, Knoers, Rahayu Haditono, Siti, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004.
Nurlita, Ika Hidayah., Skripsi: “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Melatihkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016.
Pasaribu, I.L.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Tarsito, 1980.
Prastya, Abi Krida., Skripsi: ”Proses Pembelajaran Musik Bagi
Kelompok Band JUST 4_U Di SMA Yogyakarta”, Yogyakarta: Program Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2012 (Online). Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27457
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Polya, G. HowTo Solve It. A New Aspect of Mathematical
Method.Second Edition. America: Princeton University Press, 1973.
Rahman, Muhammad dan Sofan Amri. Strategi dan Desain Sistem
(5)
✩✪
8
Safira, Joe. Pengertian pembelajaran. Diakses pada 9 Desember 2015 WIB; http://delsajoesafira.blogspot.co.id/2010/05/definisi-pembelajaran.html?m=1
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Kencana, 2006.
Sawati., Skripsi: ”Pengaruh Penerapan Strategi Draw A Picture
Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010 (Online).
Tersedia:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12345678 9/1104/1/98225-SAWATI -FITK.pdf
Sukayasa, 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran Siswa
SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika”. Jurnal
Pendidikan Matematika.Vol.1 No. 01 (Online) Tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AKSIOMA/article/view /1278
Suranto. Teori Belajar dan Pembelajaran Kontemporer. Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo, 2015.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Syarif, Mohamad Sumantri. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015.
Rahayu, Sri.,Skripsi: “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Melatih Kemampuan Penalaran Analogi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Kelas IX-C SMP Negeri 2
(6)
✫✬ ✭
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010.
Toyib, Ichwanu., dan Tatag Yuli Eko Siswono. 2014. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Lembar Kerja Solusi Alternatif untuk Siswa SMP Kelas VII dalam
Pemecahan Masalah tentang Segiempat dan Segitiga”,
MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 3, 2014. 100-106 (Online).
Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/article/16543/30/article.pdf
Winihasih. Sekolah Dasar. Kajian Teori dan Praktik Pendidikan.
Malang: Unit Pelaksana Program Guru Kelas Sekolah Dasar, 2000.
Popy Yulianti., Skripsi: ”Pengaruh Model Pembelajaran Auditory,
Intelectually, And Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”. Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2012 (Online).