HAK WARIS ANAK DALAM NIKAH WISATA ORANG TUANYA MENURUT HUKUM ISLAM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG - UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.
Abstrak
Devid Akbar Handriansyah C
110110100153
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk social sebagai
makhluk sosial manusia sudah tentu harus mengadakan interaksi-interaksi
antara sesamanya salah satu contoh dari interaksi tersebut adalah
perkawinan yang merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Praktik terdapat perkawinan yang
dilakukan tanpa memenuhi sarat dan ketentuan perundang-undangan
Indonesia seperti yang terjadi di Desa Tugu Selatan , Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor terjadi Nikah Wisata yang dilangsungkan sementara
waktu Tanpa dicatatkan oleh petugas Kantor Urusan Agama (KUA).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Yuridis
Normatif yang bertujuan untuk memperoleh data-data hukum guna
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai norma
hukum serta asas hukum dalam peraturan hukum yang berlaku, yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bawah Nikah Wisata yang
dilakukan di Bogor merupakan perkawinan yang tidak sah. Karena tidak
memenuhi syarat perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan menurut Pasal 2 serta Pasal 3 KHI.
Berdasarkan hal tersebut maka anak hasil Nikah Wisata tersebut
kedudukannya adalah anak luar perkawinan dan menurut Pasal 43
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dalam
Pasal 100 KHI kedudukan anak hasil perkawinan semacam ini yang
merupakan bagian dari nikah Mut’ah adalah anak luar kawin, oleh karena
itu anak luar kawin tidak memiliki hak untuk menuntut nafkah dan biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak , tidak memiliki hak waris anak
terhadap hak warisan ayahnya dan hanya memiliki hubungan perdata
dengan ibu dan keluarga ibunya . Perlindungan hukum terhadap anak
hasil nikah wisata adalah sebatas perdata dengan ibunya dan pemberian
status sebagai warga Negara Indonesia
iv
Devid Akbar Handriansyah C
110110100153
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk social sebagai
makhluk sosial manusia sudah tentu harus mengadakan interaksi-interaksi
antara sesamanya salah satu contoh dari interaksi tersebut adalah
perkawinan yang merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Praktik terdapat perkawinan yang
dilakukan tanpa memenuhi sarat dan ketentuan perundang-undangan
Indonesia seperti yang terjadi di Desa Tugu Selatan , Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor terjadi Nikah Wisata yang dilangsungkan sementara
waktu Tanpa dicatatkan oleh petugas Kantor Urusan Agama (KUA).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Yuridis
Normatif yang bertujuan untuk memperoleh data-data hukum guna
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai norma
hukum serta asas hukum dalam peraturan hukum yang berlaku, yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bawah Nikah Wisata yang
dilakukan di Bogor merupakan perkawinan yang tidak sah. Karena tidak
memenuhi syarat perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan menurut Pasal 2 serta Pasal 3 KHI.
Berdasarkan hal tersebut maka anak hasil Nikah Wisata tersebut
kedudukannya adalah anak luar perkawinan dan menurut Pasal 43
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dalam
Pasal 100 KHI kedudukan anak hasil perkawinan semacam ini yang
merupakan bagian dari nikah Mut’ah adalah anak luar kawin, oleh karena
itu anak luar kawin tidak memiliki hak untuk menuntut nafkah dan biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak , tidak memiliki hak waris anak
terhadap hak warisan ayahnya dan hanya memiliki hubungan perdata
dengan ibu dan keluarga ibunya . Perlindungan hukum terhadap anak
hasil nikah wisata adalah sebatas perdata dengan ibunya dan pemberian
status sebagai warga Negara Indonesia
iv