KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA ( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya).

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA
( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di
Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :
DIANA ROOS FADHILA
NPM.0943010211

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA

2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA
(Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu
Nar koba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)

Disusun Oleh :
DIANA ROOS FADHILA
NPM. 0943010211

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001

Mengetahui
DEK AN

Dra. EC. Hj. Suparwati, M.Si

NIP. 19550718 1 38302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA
(Studi Deskr iptif Komunikasi Ter apeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di
Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Sur abaya)
Oleh :
DIANA ROOS FADHILA
NPM. 0943010211
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 18 J uli 2014
PEMBIMBING UTAMA

Tim Penguji :
1. Ketua


Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001

J uwito, S.Sos, M.Si
NIP. 3 6704 95 0036 1

2. Sekretaris

Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP. 19620323 199309 2001
3. Anggota

Drs. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001
Mengetahui,

DEKAN

Dra. EC. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 19550718 1 38302 2001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul

“KOMUNIKASI

TERAPEUTIK

DALAM

PENYEMBUHAN

PECANDU NARKOBA (Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan
Pasien Pecandu Nar koba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)”
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari

Bapak Drs. Kusnarto, M.Si yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela
meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini , diantaranya :
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah Nya.
2. Kepada kedua orang tua saya tercinta dan kakak – kakak tersayang, yang
sangat sabar dan selalu mendukung saya apapun pilihan hidup saya.
3. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, rektor Universitas Pembangunan
Nasional (Veteran) Jawa Timur.
4. Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
6. Kepada para dosen pengajar dan staf karyawan Program Studi Ilmu
Komunikasi UPN ”Veteran” Jawa Timur.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Kepada Dhian Kartika Taufiq sekeluarga, yang sudah seperti keluarga
kedua saya selama saya menjalani kuliah saya di Surabaya.
8. Kepada teman-teman dan saudara-saudara tercinta yang selalu ada saat
senang maupun susah, Maria Angelina, Katarina Dilla, Karina Era, Chaula
Novi, Putri Puspa, menjalani problematika dalam perkuliahan bersama –
sama, saling membantu dan memberi support satu sama lain.
9. Dan masih banyak pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. Terima kasih banyak.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kebaikan skripsi ini.

Surabaya, 26 Juni 2014

Penulis

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI .........................

iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………........................

iv


DAFTAR ISI …….………………………………………………………………...

vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ….………………………………………….....................

xi

ABSTRAK .............................................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN ……….………………………………………………....

1


1.1 Latar Belakang ….……………………………………….……………..

1

1.2 Rumusan Masalah ....................………………………………………..

5

1.3 Tujuan Penelitian .…….…………………….………………................

6

1.4 Manfaat Penelitian .…………………………………………………….

6

1.4.1 Manfaat Akademis ………………………….…….…………….

6


1.4.2 Manfaat Praktis ..........................................................................

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA .………….…………………………...……..….…..
2.1 Penelitian Sebelumnya ...….….………....………………………........

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
7

2.2 Komunikasi …….............….…………………………...……….........

8

2.3 Fungsi Komunikasi ……………………………................................


10

2.4 Interaksi Soosial ................................................................................

12

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ………...…….

12

2.6 Komunikasi Interpersonal .............………………………...………..

15

2.7 Komunikasi untuk Keperawatan .………………………...…………...

20

2.8 Komunikasi Terapeutik .......................................................................

24

2.8.1 Menciptakan Hubungan Terapeutik …………………………....

25

2.8.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik .................................................

31

2.8.3 Unsur – unsur Komunikasi Terapeutik ......................................

32

2.8.4 Faktor – faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik ................

33

2.8.5 Dimensi Respon ………………………………………..……….

36

2.8.6 Dimensi Tindakan ……………………………………………....

38

2.9 Pecandu Narkoba ................................................................................

40

2.10 Rehabilitasi ........................................................................................

41

2.11 Perawat ..............................................................................................

41

2.12 Kerangka Pikir ....................................................................................

42

BAB III METODE PENELITIAN …………………………….................……...

44

3.1 Metode Penelitian ……………………….……………….…………

44

3.2 Definisi Konseptual ….……………………….…………………….

44

3.2.1 Komunikasi Interpersonal …………..….……………………..

44

3.2.2 Komunikasi Terapeutik ……………......……………….…….

46

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.3 Menciptakan Hubungan Terapeutik ….…………….…………

47

3.2.4 Pecandu Narkoba …...........................…………….………….

51

3.2.5 Rehabilitasi …........……………………………….…….…….

52

3.2.6 Perawat ....................................................................................

55

3.3 Jenis Penelitian ……………………………………………………...

56

3.4 Subjek Penelitian ……………………………………………………

57

3.5 Objek Penelitian ................................................................................

57

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………..…………………………...

58

3.7 Sumber Data ……………………………………………..…………...

59

3.7.1 Data Primer ……………………………………………………..

59

3.7.2 Data Sekunder ………………….……………………...…….…

59

3.8 Informan ……………………………..………………...……………..

59

3.9 Teknik Analisis Data ………………………………………………....

60

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA .......................................

63

4.1 Gambaran Umum Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya .......

63

4.1.1 Visi dan Misi .............................................................................

66

4.1.2 Strategi ......................................................................................

66

4.1.3 Rencana Kedepan ......................................................................

67

4.1.4 Tenaga Ahli ...............................................................................

67

4.1.5 Prosedur Pasien .........................................................................

69

4.1.6 Program Layanan .....................................................................

71

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.7 Kegiatan-Kegiatan Pengurangan Dampak Buruk Narkoba ......

74

4.2 Penyajian Data ...................................................................................

77

4.3 Identitas Informan ..............................................................................

78

4.4 Analisis Data ......................................................................................

89

4.4.1 Informan 1 ................................................................................

89

4.4.2 Informan 2 ................................................................................

95

4.4.3 Informan 3 ...............................................................................

100

4.5 Pembahasan .......................................................................................

106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................

112

5.1 Kesimpulan .........................................................................................

112

5.2 Saran ...................................................................................................

113

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....

114

LAMPIRAN………………………………………………………………..............

116

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Logo Yayasan ORBIT .....................................................

63

Gambar 2.

Pusat Rehabilitasi Yayasan ORBIT Surabaya ......................

64

Gambar 3.

Recovery Office Yayasan ORBIT Surabaya ......................

64

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Interview Guide ………………………………………..

116

Lampiran 2.

Wawancara Informan ...................................................

117

Lampiran 2.

Dokumentasi Gambar

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

DIANA ROOS FADHILA, KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM
PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA (Studi Deskriptif Komunikasi
Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti
Rehabilitasi ORBIT Surabaya)
Penelitian ini didasarkan karena semakin meningkatnya peredaran narkoba
saat ini, ditunjukkan dengan pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik
dimana kasus narkoba makin meningkat dan menyerang masyarakat usia
produktif. Rehabilitasi merupakan prosedur dimana seorang pecandu narkoba
menjalani program penyembuhan untuk mengubah perilaku pemakaian, pola
hidup dan dampak buruk dari narkoba yang telah dikonsumsinya. Menurut Yudi
Kusmayadi Penyuluh Madya BNN, strategi komunikasi merupakan cara yang
tepat untuk mengatasi permasalahan narkoba ini. Komunikasi Terapeutik adalah
komunikasi yang digunakan oleh tenaga ahli dalam tujuan penyembuhan seorang
pasien. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Komunikasi Terapeutik
yang digunakan dalam penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT
Surabaya
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan informan. Informan
dalam penelitian ini adalah konselor Yayasan ORBIT Surabaya.
Dari analisis data dan pembahasan maka peneliti menyimpulkan bahwa
Penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan ORBIT menggunakan 5
prinsip Komunikasi Terapeutik, diantaranya menghormati, kesungguhan, empati,
kepercayaan dan kerahasiaan.
(Kata kunci : komunikasi terapeutik, pacandu narkoba, rehabilitasi)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT

DIANA ROOS FADHILA, THERAPEUTIC COMMUNICATION IN
HEALING DRUG ADDICTS (Descriptive Study or Therapeutic
Communication in Patient Healing Drug Addicts in Rehab Foundation
ORBIT Surabaya)
This study was based because of increasing drug circulation today,
indicated by reports in both print and electronic media where increased drug cases
and attack people in the productive age. Rehabilitation is a procedure in which a
drug addict undergoing treatment program to change usage behavior, lifestyle dan
adverse effects of drugs are consumed. By Yudi Kusmayadi, extention associate
BNN, communication strategy is the right way to tackle the drug problem.
Therapeutic Communication is communication used by experts in the goal of
curing a patient. This study was conducted to determine therapeutic
communication used inthe treatment of patients addicted to drugs at the ORBIT
Foundation Surabaya.
This study uses qualitative research methods, data collection techniques
through in-depth interviews with informants. Informants in this study were
counselors ORBIT Foundation Surabaya.
Of the data analysis and discussion, the researcher concluded that healing drug
addict patients in ORBIT Foundation using 5 principles of Therapeutic
Communication, including respect, sincerity, empathy, trust dan confidentiality.
(Keywords: Therapeutic Communication, drug addicts, rehabilitation)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Banyaknya kasus dan pemberitaan yang saat ini terjadi tentang
narkoba baik di media cetak maupun elektronik menunjukkan bahwa
semakin meningkatnya pengguna narkoba di kalangan masyarakat. Faktor
yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba bisa terjadi dari
dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Narkoba tidak memandang
usia, status sosial, dan latar belakang seseorang, bahkan yang semakin
menyedihkan narkoba menyerang seseorang dalam usia produktif.
Peredaran narkoba saat ini telah melibatkan remaja usia 16-19 tahun.
Seperti pemberitaan yang dilansir baru – baru ini, sindikat narkoba lapas
melibatkan pelajar SMP berusia 16 tahun. Pelajar ini telah masuk dalam
jaringan peredaran narkoba, dan dari tangan pelaku petugas mengamankan
barang bukti shabu – shabu, 80 butir happy five, alat hisap shabu – shabu,
ganja seberat hampir 1 kg dan timbangan elektrik (SURYAonline)
Penyalahgunaan narkoba meningkat dengan cepat di Indonesia
meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya
untuk menanganinya. Penyalahgunaan narkoba memang sulit diberantas.
Yang dapat dilakukan adalah mencegah dan mengendalikan agar
masalahnya tidak meluas, sehingga merugikan masa depan bangsa, karena
merosotnya kualitas sumber daya manusia terutama generasi mudanya.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI
serta berbagai universitas negeri terkemuka, pada 2005 terdapat 1,75
persen pengguna narkoba dari jumlah penduduk di Indonesia. Prevalensi
itu naik menjadi 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun
kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan
angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk
(Susilo,Nina, 2012).

Dimulai dari rasa ingin tahu, ingin mencoba dan di dukung dengan
lingkungan yang mempermudah akses masuknya peredaran narkoba
membuat seseorang terlibat di dalamnya. Jika hal ini dilakukan terus
menerus

seseorang

akan semakin

sulit

menolak tawaran untuk

mengkonsumsi narkoba hingga sampai tahap ketergantungan dan
kemungkinan terburuk mengakibatkan kematian karena kerusakan di
beberapa organ tubuh. Berhenti dari penggunaan narkoba bukanlah hal
yang mudah apalagi bagi mereka yang sudah mengalami kecanduan atau
ketagihan. Kecanduan atau ketagihan merupakan perasaan ingin kembali
menggunakan narkoba.

Pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dalam Undang-Undang ini disebutkan
bahwa setiap pengguna narkoba yang setelah vonis pengadilan terbukti
tidak mengedarkan atau memproduksi narkoba, dalam hal ini mereka
hanya sebatas pengguna saja, maka mereka berhak mengajukan untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Fakta menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 18 ribu orang yang direhabilitasi sebagai korban
penyalahgunaan narkoba. Dari jumlah tersebut 80 persen setelah menjalani
rehabilitasi ternyata kembali lagi menggunakan narkoba (Tribunnews.com,
Jakarta, 2013). Jika dilihat dari angka tersebut, juga menunjukan bahwa
tidak semua dari mereka kembali lagi menggunakan narkoba, ada beberapa
dari mereka bisa sepenuhnya sembuh dari penggunaan narkoba. Meskipun
sulit dan mengalami proses penyembuhan yang panjang, ada beberapa dari
mereka mampu membebaskan diri dari belenggu narkoba.

Rehabilitasi narkoba adalah prosedur dimana seorang pecandu
narkoba diberikan perawatan medis atau psikologis untuk menjauhkan
mereka dari narkoba. Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia
sudah pasti menjadi sasaran tempat berkembangnya peredaran narkoba.
Ada beberapa panti rehabilitasi yang ada di Surabaya. Yayasan Orbit
adalah salah satu organisasi non pemerintah yang berdiri pada Juli tahun
2005 dengan akte pendirian oleh notaris Joyce Sudarto, SH bernomer 1 .
Pembentukan organisasi berdasar atas kepedulian dan keprihatinan
terhadap permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
Yayasan Orbit digawangi oleh para aktivis NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif) dan HIV – AIDS yang berasal dari
komunitas Korban Napza di Surabaya Jawa timur dengan orientasi pada
program pemberdayaan masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Yayasan Orbit memiliki beberapa konselor yang berperan penting
dalam program penyembuhan pasien pecandu narkoba. Komunikasi yang
disampaikan konselor sangat berpengaruh bagi pasien. Komunikasi
dibutuhkan untuk menciptakan hubungan diantara konselor dan pasien,
untuk mengenal kebutuhan pasien, dan untuk menentukan rencana
tindakan dan kerja sama diantara keduanya dalam memenuhi kebutuhan
tersebut yang pada akhirnya bertujuan untuk penyembuhan, maka
komunikasi yang terjadi pada konselor inilah yang disebut komunikasi
terapeutik.

Konselor dalam hal ini menjadi komponen yang cukup penting
dalam proses penyembuhan dan sekaligus menjadi orang yang terdekat
dengan pasien, yang harus mampu berkomunikasi baik secara verbal
maupun non verbal. Interaksi yang dilakukan konselor harus memberikan
dampak kesembuhan bagi pasien. Konselor merupakan seorang mantan
pecandu narkoba dan telah mengikuti serangkaian pelatihan konselor dan
adiksi. Dengan pengalamannya menjadi seorang pecandu narkoba, hal ini
membantu konselor dalam menghadapi pasien di rehabilitasi ORBIT,
sekaligus mempengaruhi cara konselor dalam berkomunikasi dengan
pasien.

Menurut Yudi Kusmayadi, Penyuluh Madya BNN, untuk
melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba, strategi komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

termasuk cara paling tepat. Dapat melalui strategi komunikasi berbasis
keluarga, pendidikan, instansi atau lembaga, keagamaan dan media massa.

Komunikasi terapeutik tidak terjadi dengan sendirinya tanpa
direncanakan

dan

dipertimbangkan,

namun

dilaksanakan

dengan

profesional, dengan tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan
kelompok profesional melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasaan
dan emosi, serta berdasarkan rasa saling percaya diantara kedua pihak
yang terlibat dalam komunikasi, mengurangi keraguan dan melakukan
tindakan – tindakan yang efektif, mempererat interaksi dalam rangka
membantu penyelesaian masalah pasien.

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis melakukan
penelitian tentang ”Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pecandu
Narkoba (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan
Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)”

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil
sebuah rumusan masalah, “Bagaimana komunikasi terapeutik dalam
penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi
ORBIT Surabaya?”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mendeskripsikan Komunikasi terapeutik dalam
penyembuhan pasien pecandu narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi
ORBIT Surabaya.

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan banyak
manfaat baik secara akademis, praktis, dan sosial, di antaranya sebagai
berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan dalam
meningkatkan pengetahuan khusunya di Program Studi Komunikasi UPN
Veteran Jawa Timur.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih
dalam kepada masyarakat mengenai dampak buruk narkoba, pencegahan
dan penyembuhan penguna narkoba.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini didasarkan pada dua penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, yaitu penelitian Aulia Rahman, dengan judul “Komunikasi
Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika
dan Zat Adiktif (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik Parawat Dalam
Memotivasi Penyembuhan Pacandu Narkotika dan Zat Adiktif di Panti
Sosial Permadi Putra Binangkit, Lembang Kab. Bandung Barat)”
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui komunikasi
terapeutik perawat dalam memotivasi penyembuhan pecandu narkotika
dan zat adiktif di Panti Sosial Permadi Putra Binangkit

dan

mendeskripsikan empat fase dalan komunikasi terapeutik, diantaranya fase
pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Objek penelitian adalah perawat di Panti Sosial
Permadi Putra Binangkit. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian dengan menggunakan dua cara, yaitu pengumpulan data
melalui penelitian lapangan seperti wawancara, observasi, dokumentasi
dan penelitian kepustakaan atau data yang diperoleh dari sumber lain,
seperti buku, literatur, ataupun catatan perkuliahan.

7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Persamaan dari penelitian ini terletak pada ruang lingkup penelitian
kasus pecandu narkoba dan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Sedangkan perbedaan pada penelitian sebelumnya menekankan pada
empat

fase

komunikasi

terapeutik

perawat

dalam

memotivasi

penyembuhan pecandu narkoba, sedangkan pada penelitian ini komunikasi
yang digunakan dalam penyembuhan pecandu narkoba menjadi rumusan
masalah, penelitian tidak menekankan pada satu jenis komunikasi.
Selain penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan referensi dari
penelitian Nurlina Rahmana, dengan judul “Konsep Diri Pemakai Narkoba
dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi (Studi Kasus Pemakai NAPZA
dalam Relasi Antarpribadi di Jakarta)”. Penelitian ini menganggap
komunikasi antarpribadi dapat berperan untuk menjelaskan secara ilmiah
tentang konsep diri pemakai narkoba. Penelitian menggunakan metodelogi
interaksional simbolik yang termasuk dalam penelitian kualitatif. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui cara pemakai narkoba menyesuaikan
diri di lingkungan mereka dan konsep diri pemakai narkoba. Konsep diri
pemakai narkoba terletak pada keterbukaan diri (self disclosure).
Penelitian tersebut juga dilakukan di Panti Rehabilitasi melalui wawancara
mendalam dan observasi.
2.2

Komunikasi
Sebagian besar waktu kita adalah untuk berkomunikasi, mulai dari
bangun tidur, ke tempat kerja dan kembali ke rumah, semuanya tidak lepas
dari apa yang dinamakan komunikasi. Dengan kata lain komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Secara
prinsip komunikasi dianggap sebagai suatu proses untuk mencapai apa
yang diinginkan. Ada beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya:
a.

Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang
tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan.

b.

James A.F Stoner: Komunikasi adalah proses dimana seorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

c.

John R. Schemerhom: Komunikasi itu dapt diartikan sebagai proses
antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang
berarti bagi kepentingan mereka.

d.

Dr. Phill Astrid Susanto: Komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti.

e.

Human Relation of Work, Keith Davis: Komunikasi adalah proses
lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.

f.

Oxford Dictionary, 1956 Komuniaksi adalah pengirimana atau
tukar menukar informasi, ide, atau sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

g.

Drs. Onong Uchjana Effendi, MA: Komunikasi mencakup ekspresi
wajah, sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan,
kereta api, telegram, telepon dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian
komunikasi adalah penyampaian dari seseorang ke orang lain,
dengan menyertakan kode atau lambang penyampaiannya itu
sendiri melalui suatu proses.

2.3

Fungsi Komunikasi
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya
diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide, maka
fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
1.

Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran
berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang
dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil
keputusan yang tepat.

2.

Sosialisasi

(pemasyarakatan),

penyediaan

sumber

ilmu

pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak
sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan
fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

3.

Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek
maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4.

Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta
yang

diperlukan

untuk

memungkinkan

persetujuan

atau

menyelesaikan pergedan pendapat mengenai masalah publik,
menyediakan

bukti-bukti

relevan

yang

diperlukan

untuk

kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan
masalah yang mengangkut kepentingsn bersama.
5.

Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.

6.

Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan semi
dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan
kebudayaan

dengan

memperluas

horizon

seseorang,

serta

membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan
estetiknya.
7.

Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari
drama, tari kesenian, kesastraan, musik, olah raga, kesenangan
kelompok, dan individu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

8.

Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu
kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka
perlukan agar saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi
pandangan dan keinginan orang lain.

2.4

Interaksi Sosial
Interaksi adalah faktor utama dalam kehidupan sosial karena
interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas
sosial. Bentuk lain dari proses – proses sosial hanya merupakan bentuk –
bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan –
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara
perorangan, antar kelompok manusia, serta antara perorangan dan
kelompok manusia.
Interaksi sosial menurut Astrid S. Susanto adalah hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses saling mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan yang tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi ini sangat ditentukan oleh
nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak – pihak yang
terlibat dalam interaksi sosial tersebut.

2.5

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial bersifat dinamis dan merupakan dasar bagi proses
sosial, seperti bagaimana cara – cara anggota masyarakat saling
berhubungan atau berinteraksi sosial. Di Indonesia misalnya interaksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

sosial antar berbagai kelompok masyarakat, diantaranya interaksi antar
pemeluk agama yang berbeda, antara kelompok mayoritas dan minoritas
Interaksi sosial akan berlangsung apabila terjadi saling aksi dan
reaksi antara kedua belah pihak. Jika seseorang memukul kursi misalnya,
tidak akan terjadi suatu interaksi sosial karena kursi tersebut tidak akan
bereaksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Interaksi
sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
sistem syarafnya sebagai akibat hubungan tersebut.
Terlihat bahwa suatu interaksi sosial harus terjadi dua arah dan
menuntut kegiatan timbal balik. Dari hasil penelitian para ahli, proses
interaksi sosial baru akan berlangsung jika suatu aktivitas menciptakan
aksi atau mempengaruhi orang lain untuk beraksi. Berlangsungnya suatu
proses interaksi yang didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
1.

Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan yang menirukan tindakan,
nilai, norma atau ilmu pengetahuan orang atau kelompok yang
berinteraksi. Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses interaksi sosial yang dapat mendorong
seseorang untuk memenuhu kaidah – kaidah dan nilai – nilai yang
berlaku.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

a.

Imitasi positif, yaitu apabila mendorong seseorang untuk
melakukan dan memenuhi kaidah – kaidah yang berlaku.
Contohnya, meniru gaya seorang penyanyi terkenal dan
mencontoh pembangunan tata kota dari negara lain.

b.

Imitasi negatif, yaitu apabila mengakibatkan terjadinya hal
– hal yang bertentangan dengan norma – norma dan kaidah
– kaidah serta melemahkan daya kreasi seseorang.
Contohnya, kebiasaan minum – minuman keras serta
pergaulan bebas pada anak usia remaja.

2.

Sugesti
Sugesti timbul apabila seseorang menerima suatu pandangan atau
sikap orang lain secara tidak rasional. Sugesti mungkin terjadi
apabila yang memberi pandangan itu orang berwibawa, bersifat
otoriter atau orang yang memiliki disiplin yang mantap.
Contohnya, orang yang sedang stress atau dilanda masalah yang
sangat dilematis biasanya mudah dipengaruhi oleh orang lain.

3.

Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses
identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (tidak sadar) atau
disengaja. Contohnya, umat Islam menjadikan Nabi Muhammad
SAW sebagai tipe ideal yang menjadi teladan bagi seluruh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

umatnya. Karena itu, setiap umat Islam selalu berusaha
mengidentifikasikan jejak kehidupan beliau terhadap pandangan,
sikap, maupun segala jejak langkahnya.
4.

Simpati
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan seseorang
memegang peranan yang sangat penting. Contohnya, seorang siswa
ikut bergabung dalam kegiatan ektrakulikuler tari tradisional
karena tertarik dan merasa simpati pada pelatihnya yang pandai
menari.

2.6

Komunikasi Interper sonal
Menurut De Vito ( 2007 : 5 ) definisi komunikasi interpersonal
atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan – pesan antar dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang –
orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Selain
itu, komunikasi antar pribadi juga didefinisikan sebagai komunikasi yang
terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas
diantara mereka, misalnya: percakapan ayah dan anak, sepasang suami
istri, guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap
komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bahan – bahan yang
terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik
seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan tatap muka,
sehingga dalam komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan
mengenai umpan balik yang akan terjadi, seperti yang telah dijelaskan
pada teori Atribusi bahwa pihak yang memulai komunikasi antarpribadi
harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan
balik yang akan terjadi, karena kualitas komunikasi dapat dilihat dari
bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang
positif atau dapat juga disebut dengan istilah “how to communicate”.
Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi
atau membujuk orang lain, karena penggunaan lima alat indera dapat
mempertinggi daya bujuk pesan yang akan disampaikan. Sebagai
komunikasi yang lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting dalam kehidupan manusia.
Lebih khususnya dalam komunikasi interpersonal arus komunikasi
yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan
komunikan dalam proses komunikasi. Karena dalam komunikasi
antarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika.
Menurut De Vito (2007 : 10), untuk dapat mengetahui komponen –
komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

1.

Pengirim – Penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua
orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi anatar pribadi
memfokuskan dan mengirimkan pesan juga sekaligus menerima
dan memahami pesan.

2.

Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya
pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan
terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata symbol dan
sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan
memahami pesan – pesan yang diterima disebut sebagai decoding.

3.

Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa
berbentuk verbal (kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol)
atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4.

Saluran
Saluran disini berfungsi sebagai media dimana dapat
menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau
informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat
langsung

perorangan

maupun

kelompok

lebih

dibandingkan dengan saluran media massa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

persuasif

18

Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan
melalui saluran komunikasi pesonal dapat dilakukan secara
langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi dan
manusiawi. Kedua, penyampaianmelalui komunikasi personal
dapat dilakukan secara rinci dan lebih flesibel dengan kondisi
nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi
cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat
langsung mengetahui reaksi, umpan balik, dan tanggapan dari
pihak khalayak atas isi pesan yang disampaikannya. Kelima, pihak
komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan
penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan
persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang disampaikannya.
5.

Gangguan atau Noise
Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan
pesan yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat
berlangsungnya komunikasi, yang terdiri dari :
a.

Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan
mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan,
interupsi, jarak dan sebagainya.

b.

Gangguan Psikologis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan
gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang
terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai –
nilai, sikap, dan sebagainya.
c.

Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau symbol
yang digunakan dalam komunikasi sering kali memiliki arti
ganda sehingga menyebabkan penerima gagal dalam
menangkap

dari

maksud



maksud

pesan

yang

disampaikan.
6.

Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting
dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan
penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan
balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal.
Umpan

balik

ini

bersifat

positif

apabila

dirasa

saling

konteks

yang

menguntungkan. Bersifat negatif apabila merugikan.
7.

Konteks
Komunikasi

selalu

terjadi

dalam

sebuah

mempengaruhi isi dan bentuk serta pesan yang disampaikan. Ada 2
dimensi konteks dalam komunikasi antarpribadi, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

a.

Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi
berlangsung, misalnya antar guru dengan murid di dalam
kelas disini berperan sebagai dimensi fisik.

b.

Dimensi Sosial Psikologis, mencakup hubungan yang
memperhatikan mesalah status, peranan yang dimainkan,
norma



norma

kelompok

masyarakat,

keakraban,

formalitas dan sebagainya.
8.

Bidang Pengalaman (Field of Experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting
dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila
para pelaku terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang
pengalaman yang sama.

9.

Efek
Komunikasi paling ampuh untuk mengubah sikap. Perilaku
kepercayaan dan opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi
dilakukan dengan tatap muka (De Vito, 2007:10)

2.7

Komunikasi untuk Keperawatan
Hubungan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan
mempengaruhi komunikasi dan asuhan. Komunikasi telah dipelajari di
dalam banyak disiplin ilmu layanan kesehatan, termasuk psikologi dan
psikologi sosial. Subbab ini meninjau empat model komunikasi dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

penggunaan pada komunikasi perawat – pasien di lokasi layanan
kesehatan. Walaupun bukan merupakan teori keperawatan tersendiri,
masing – masing teori ini berkontribusi dalam pemahaman kita dan
memberikan kerangka teoritis mengenai model komunikasi dan beberapa
komponen teori keperawatan, teori tersebut diantaranya:
1.

Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Model

Kepercayaan

Kesehatan

(Rosenstock,

1974)

berfokus pada perspektif pasien dalam komunikasi kesehatan.
Model ini sangat berpengaruh karena mencoba menjelaskan
bagaimana kepercayaan pasien dapat memprediksi adopsi perilaku
yang sehat. Termasuk karakteristik demografik seperti usia, jenis
kelamin, dan kelompok etnik; ancaman yang dirasakan; dan isyarat
terhadap aksi (misalnya, saran, iklan, atau penyakit di dalam
anggota keluarga). Contohnya, remaja muda lebih rentan terhadap
iklan rokok (isyarat terhadap aksi) dan tekanan teman bermain
(variabel terkait – usia) dibandingkan dewasa paruh-baya. Pada
Model Kepercayaan Kesehatan, isyarat terhadap aksi dimasukkan
ke dalam intervensi untuk mengoptimalkan keefektifannya dalam
mengubah perilaku. Contohnya, mengiklankan kampenye untuk
menghentikan remaja merokok mungkin lebih efektif jika
dilakukan dengan mengirimkan video pelajar yang sedang
menempatkan kantung jenazah di depan kantor perusahaan
tembakau ke YouTube dibandingkan menyediakan selebaran untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

orang tua di kantor spesialis pediatri. Di sisi lain, diagnosis kanker
paru-paru dalam anggota keluarga (isyarat terhadap aksi) akan
lebih mengena dalam mempengaruhi dewasa paruh-baya agar
berhenti merokok dibandingkan remaja. Komunikasi pada tingkat
perawat – pasien harus diarahkan untuk memahami persepsi pasien
mengenai kesehatannya dan menggunakan intervensi yang sesuai
untuk karakteristik demografik mereka.
2.

Model Interaksi Raja ( King Interaction Model )
Model Interaksi Raja (1971, 1981) menekankan pada
proses komunikasi dalam hubungan perawat – klien. Hubungan
antar pribadi di dalam asuhan kesehatan menggabungkan
hubungan, proses, dan transaksi. Hubungan antara perawat dan
klien dimulai dengan penilaian masing – masing pihak mengenai
pihak lainnya berdasarkan persepsi mereka mengenai situasi
tersebut. Model Interaksi Raja menjelaskan transaksi sebagai hasil
dari komunikasi bersama dan hubungan antara perawat dan klien.

3.

Model Rogerian
Model Rogerian menjelaskan peran hubungan antara
penyedia layanan kesehatan dan pasien. Carl Rogers (1951)
menjelaskan hubungan terapeutik sebagai pusat dalam membantu
penyesuaian yang sehat pada pasien. Komunikasi bersifat terpusat
– klien karena pasien merupakan fokus interaksi. Penolong atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

penyedia layanan kesehatan berkomunikasi dengan empati,
pandangan

positif

(atau

hormat),

dan

kongruensi

(atau

kesungguhan) untuk membantu penyesuaian pasien terhadap
situasi dan tindakan yang mengarah pada kesehatan. Walaupun
pada awalnya ditulis untuk psikoterapis, model ini telah terbukti
bermanfaat

dalam

keperawatan

dan

pencapaian

hubungan

terapeutik perawat – pasien.
4.

Model Crick dan Dodge mengenai Pemrosesan Informasi Sosial
Model

Pemrosesan

Informasi

Sosial

menyediakan

konstruksi yang bermanfaat yang dapat dipakai oleh perawat dalam
belajar merespon pasien. Model Crick dan Dodge (Crick & Dodge,
1994) merupakan gambaran sirkular tentang proses emosinal dan
kognitif yang terlibat dalam pembelajaran merespon isyarat sosial.
Inti model ini adalah kumpulan data memori, aturan sosial yang
didapat dan pengetahuan secara skema sosial. Jika diterapkan
dalam keperawatan, kumpulan data dapat mencakup pengalaman
sosial sebelumnya dalam lingkup pribadi dan profesi, pendidikan
formal mengenai keterampilan komunikasi, dan harapan terhadap
peran, termasuk bidang etika dan hukum, harapan sosial, dan tugas
profesional

dalam

keperawatan.

Perawat

belajar

untuk

mengembangkan keterampilan komunikasi profesional mereka
dengan mengatur naiknya emosi ( perawat mengontrol responnya
terhadap pernyataan pasien), khususnya pada percakapan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

lebih menantang, mengembangkan efikasi – diri (kepercayaan
diri), memutuskan respon yang akan diberikan dan akhirnya
memberikan respon yang membantu pasien maupun perawat
mencapai tujuan mereka. Perawat mengadaptasi peran mereka
sebagai

penyedia

layanan

kesehatan

profesional

dengan

mempelajari metode yang efektif untuk merespon pasien dan
mengembangkan kepercayaan diri untuk berinteraksi dalam
berbagai situasi pasien.
Komunikasi adalah berbagai informasi antar individu. Sebagai
proses dinamis, komunikasi merupakan proses resiprokal (timbal – balik),
mempengaruhi setiap orang di dalam hubungan tersebut. Proses
komunikasi dipengaruhi oleh informasi yang akan dibagikan dan struktur
hubungan. Model – model terpilih ini menunjukkan proses dinamis
komunikasi asuhan kesehatan dan komponen fundamental komunikasi
perawat – pasien.
2.8

Komunikasi Terapeutik
Komunikasi

terapeutik

adalah

komunikasi

khusus

yang

dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan dalam hal ini adalah
perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada
kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat
terapeutik ialah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
emosi pasien. Perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

berbagai teknik komunikasi secara optimal dengan tujuan mengubah
perilaku pasien ke arah yang positif. Untuk menerapkan komunikasi yang
efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang memadai dan
memahami dirinya dengan baik, dengan harapan perawat dapat
menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai pasien. Teori
komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen,
1987) karena :
1.

Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik.

Dalam

proses

komunikasi

terjadi penyampaian

informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2.

Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Berarti, keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada
komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3.

Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan pasien
yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa adanya komunikasi.
Dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien, perawat perlu

mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam
membantu pasien memecahkan masalahnya, serta mengerti tentang peran
yang dimainkan oleh pasien dan orang lain dalam masalah yang
diindentifikasi.
2.8.1

Men

Dokumen yang terkait

PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEGIATAN REHABILITASI PECANDU NARKOBA (STUDI KASUS DI YAYASAN HARAPAN PERMATA HATI KITA (YAKITA) ACEH)

0 14 1

Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba di Madani Mental Health Care

1 8 109

Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika dan Zat Adiktif (Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Memotivasi Penyembuhan Pecandu Narkotika dan Zat Adiktif di Panti Sosial Permadi Putra Binangkit, Lembang Ka

0 2 1

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA ( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya).

1 7 8

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 3

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 9

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 1 44

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 8

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA ( Studi Deskriptif Komunikasi Terapeutik dalam Penyembuhan Pasien Pecandu Narkoba di Yayasan Panti Rehabilitasi ORBIT Surabaya)

0 1 19

PENGEMBANGAN POLA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PECANDU NARKOBA ( STUDI KASUS RUMAH TERAPI DI WILAYAH JAWA TIMUR )

0 3 140