KELAYAKAN BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DI REJOTENGAH, DEKET LAMONGAN.

KELAYAKAN BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
DI REJ OTENGAH, DEKET LAMONGAN

SKRIPSI

Muhammad Fariyanto
0824010029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KELAYAKAN BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
DI REJ OTENGAH, DEKET LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukn Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Petanian
Progr am Studi : Agr ibisnis

Muhammad Fariyanto
0824010029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KELAYAKAN BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
DI REJ OTENGAH, DEKET LAMONGAN
Diajukan Oleh :
Muhammad Fariyanto

0824010029
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 13 Juni 2012

Pembimbing :
1. Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
1. Ketua

Ir. Effi Damaijati, MS
2. Pembimbing Pendamping :

Dr. Ir. H. Sumartono, SU
2. Sekretaris

Dr. Ir. H. Sumartono, SU


Ir. Sri Widayanti, MP
3. Anggota

Prof. Dr. Ir. Syarif Imam Hidayat, MM

Mengetahui :
Dekan
Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS

Ketua Program Studi Agribisnis
Agribisnis

Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK


MUHAMMAD FARIYANTO Dengan Judul Penelitian “KELAYAKAN
BUDIDAYA
UDANG
VANNAMEI
DI
REJ OTENGAH,
DEKET
LAMONGAN” Penelitian ini dibimbing oleh IR. EFFI DAMAIJ ATI, MS dan
DR. IR. H. SUMARTONO, SU.
Penelitian ini ditujukan untuk untuk : (a) Mendeskripsikan cara pelaksanaan
budidaya udang Vannamei. (b) Menghitung besarnya penerimaan, biaya dan
pendapatan yang diperoleh budidaya udang Vannamei. (c) Menganalisis kelayakan
budidaya udang Vannamei secara ekonomi dan finansial.
Lokasi penelitian dilakukan secara purposive ( sengaja) di Rejotengah. apalagi
lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi usaha budidaya udang
Vannamei di kabupaten Lamongan. Teknik pengambilan sampel dengan metode
simple random sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalahdeskriptif, perhitungan biaya, penerimaan dan pendapatan, rumus kriteria
(BEP, R/C Ratio dan B/C Ratio).

Dari hasil penelitian diperoleh : (a) Teknis budidaya udang Vannamei tidak
sulit untuk dilaksanakan, terbukti budidaya udang Vannamei oleh petani petambak
tidak pernah mengalami kesulitan apapun. Mulai dari pengolahan lahan sampai
dengan panen. (b) Budidaya udang Vannamei di Desa Rejotengah total biayanya
adalah sebesar Rp. 6.665.242,88 per hektar. Penerimaan sebesar Rp. 7.453.470,18.
Dengan demikian, maka petani petambak memperoleh keuntungan sebesar Rp.
788.227,30 per hektar. (c) Perhitungan dengan analisis BEP menunjukkan : Produksi
budidaya udang Vannamei adalah sebesar 288,6 kg per hektar telah melampaui titik
impas (BEP) volume produksi yaitu sebesar 258,07 kg per hektar, harga udang
Vannamei di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 25.826,30/kg per hektar, telah
melampui titik impas (BEP) harga produksi sebesar Rp. 23.095,08/kg. Nilai R/C
Ratio di Daerah penelitian diketahui sebesar 1,12. Dimana nilai R/C > 1 . Sedangkan
untuk Nilai B/C Ratio budidaya udang Vannamei adalah sebesar Rp. 0,12. Dimana
B/C > Bunga bank.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama lengkap Muhammad Fariyanto dan biasa dipanggil Farid. Lahir di
Lamongan pada tanggal 27 April 1990 merupakan Putra dari tiga bersaudara, dengan
kakak pertama bernama Nur Hidaya Firlia dan kakak kedua bernama Khusnul Hidaya
dari pasangan Bapak Mustadji dengan Ibu Choirul Rokhimah.
Pendidikan formal yang pernah dilalui adalah pendidikan dasar di SD Negeri
1 Rejotengah pada Tahun 1997 - 2002 dan pendidikan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 2005 di SLTP Negeri 2 Deket. Setelah itu melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Karangbinangun pada Tahun 2005 dan lulus pada tahun
2008. Pada Tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa timur melalui jalur reguler. Masuk Universitas Pembangunan
Nasional dan mengambil program studi Agribisnis. Selama mengikuti pendidikan,
pernah tergabung dalam organisasi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan BLM
(Badan Legislatif Mahawsiswa) pada Tahun 2010-2011
Melakukan penelitian dengan judul Kelayakan Budidaya Udang Vannamei Di
Rejotengah, Deket Lamongan. Dibimbing oleh Ir. Effi Damaijati, MS dan Dr. Ir. H.
Sumartono, SU

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “
KELAYAKAN BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DI REJ OTENGAH
,DEKET LAMONGAN” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Program
Studi Manajemen Agribisnis UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam pelaksanaan mulai dari awal sampai selesainya penulisan ini,
banyak pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun
tidak langsung yang sangat bermanfaat bagi penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir . Effi Damaijati, MS
selaku dosen pembimbing utama Dr . Ir . H. Sumartono, SU selaku pembimbing
pendamping yang telah banyak memberikan bimbingannya dan arahan hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini, dan juga kepada :
1.

Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.


Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Dr Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Program Studi Manajemen Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.

Kedua Orang Tuaku, serta adikku yang

telah


banyak

memberikan

dukungan, semangat, dan do’a selama penyusunan skripsi ini dan ujian.
5.

Semua teman-temanku di pertanian dan semua pihak, terima kasih yang telah
banyak membantu dan telah memberikan kontribusinya dalam penulisan
skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penulisan

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap penulisan skripsi ini berguna dan bermanfaat
bagi pembaca yang membutuhkan.

Surabaya,


Juni 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

II. TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 12
2.2. Budidaya Udang Vannamei ............................................................... 23
2.3. Sistem Agribisnis ............................................................................... 29
2.4. Teori Biaya dan Pendapatan Budidaya Udang Vannamei ................... 32
2.5. Kelayakan Budidaya .......................................................................... 35
2.6. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 43
3.2. Pengambilan Sampel ........................................................................ 43
3.3. Pengumpulan Data .......................................................................... 44
3.4. Analisa Data .................................................................................... 45
iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ...................................... 49
IV. KEADAAN UMUM DAERAH
4.1. Geografis ....................................................................................... 52
4.2. Profil Responden ............................................................................ 56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1

Pelaksanaan Budidaya Udang Vannamei ........................................ 60

5.2. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ................................... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

1. Produksi Udang Tambak Indonesia Tahun 2000-2010................................ 3
2. Jumlah Benih Udang Yang di Budidayakan di Tambak .............................. 5
3. Fase Moulting Udang Vannamei Dewasa .................................................. 20
4. Interval Moulting dan Penambahan Bobot Badan ...................................... 21
5. Kisaran Parameter Kualitas Air di tambak ................................................. 24
6. Penggunaan Lahan di Desa Rejotengah ..................................................... 53
7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Rejotengah ............ 56
8. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................. 57
9 . Luas Tambak Yang Dimiliki Petani di Desa Rejotengah ........................... 58
10. Analisis Budidaya Udang Vannamei dan Ikan Bandeng .......................... 82

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

1.

Titik impas (Break Even Point) .......................................................... 37

2.

Alur Kerangka Pemikiran ................................................................... 41

3.

Titik impas (Break Even Point) .......................................................... 47

4.

Proses Pergiliran Budidaya Tambak Di Desa Rejotengah

5.

Tahap Pembuangan Lumpur .............................................................. 61

6.

Benih Udang Vannamei yang Sehat .................................................... 69

7.

Proses Penebaran Benih Di Tembak ................................................... 70

8.

Sistem Pengambilan Sampel Dengan Anco ........................................ 73

9.

Proses Panen dengan jaring ................................................................. 78

................. 52

10. Tahap Panen Total .............................................................................. 80
11. Hasil Panen Udang Vannamei ............................................................ 80
12. BEP Volume Produksi ........................................................................ 85
13. Titik Impas Harga Produksi .............................................................. 86

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMIRAN

No

Judul

Halaman

1. Biaya Tenaga Kerja Budidaya Udang Vannamei .................................. 94
2. Biaya Penggunaan Pupuk Dan Garam ................................................. 95
3. Biaya Penyusuan Budidaya Udang Vannamei ..................................... 96
4. Biaya Sarana Produksi Budidaya Udang Vannamei ............................. 97
5. Produksi, Penerimaan Dan Pendapatan Budidaya Udang Vannamei ..... 98

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sebagai Negara agraris Indonesia memiliki banyak Pulau yang masih

belum terkelola dengan baik, didalamnya terdapat berbagai sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain
itu pemanfaatan potensi sumber daya kelautan juga dapat dijadikan pemasok
devisa negara. Pemerintah menyadari betapa besarnya potensi yang dimiliki pada
sektor kelautan. Laut juga dijadikan sebagai modal dasar pembangunan nasional.
Luas perairan umum di Indonesia saat ini kurang lebih 14 juta ha, meliputi
101,95 juta ha sungai dan rawa, 1,78 juta ha danau alam, serta 0,03 juta ha danau
buatan. Di perairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini,
merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha
perikanan di Indonesia. Potensi-potensi lain yang sangat mendukung usaha bisnis
perikanan, antara lain budidaya ikan laut dengan sistem kramba, budidaya ikan air
tawar dengan sistem kolam, sistem kramba di danau alam atau buatan dan
budidaya ikan air payau dengan sistem tambak. Menurut data dari Direktorat
Jendral Perikanan (2007) luas lahan di sekitar pantai yang memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi tambak sekitar 600.000 – 985.000 ha dengan perhitungan
maksimal 20 % hutan bakau di Indonesia dapat dibuka menjadi tambak. Sebagian
besar lahan hutan bakau ini berlokasi diluar Pulau Jawa. Adapun luas tambak di
seluruh Indonesia sampai Tahun 2004 adalah 328,758 ha dimana 60 % berada di
Pulau Jawa (Mudjiman, 2001).

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Dari data diatas terdapat potensi yang sangat besar untuk perluasan dan
pengembangan tambak di masa depan terutama di luar Pulau Jawa. Menurut data
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, (1990) produksi ikan
bandeng dan udang pada air payau di seluruh Indonesia rata-rata baru mencapai
297 kg/ha/ Tahun, sedangkan di Negara-negara lain jumlah produksi perikanan air
payau jauh melampaui Indonesia. Di Singapura telah mencapai rata-rata 2278
kg/ha/ Tahun, Taiwan 1863 kg/ha/ Tahun, Philipina 580 kg/ ha/Tahun.
Salah satu komoditas yang turut membantu peningkatan perkonomian
petambak di Indonesia khususnya di Jawa Timur yaitu komoditas udang. Udang
merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi. Dan bagi Indonesia, udang merupakan primadona ekspor non migas.
Udang termasuk jenis ikan konsumsi air payau. Badan beruas berjumlah 13 yaitu
5 ruas kepala dan 8 ruas dada dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang
disebut eksosketelon. Umumnya udang Vannamei terdapat dipasaran, sebagian
besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama didaerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga palaemonidae, sehingga para ahli
menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid (Mancagok.blogspot.com).
Di Indonesia, dalam dekade terakhir ini budidaya udang dikembangkan
secara mantap dalam rangka menanggapi permintaan pasar udang dunia.
Pengembangan budidaya udang Vannamei semakin pesat menggantikan budidaya
udang windu. Alasan utama bagi beralihnya komoditas budidaya udang Windu ke
udang Vannamei antara lain adalah performa dan laju pertumbuhan udang Windu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

yang rendah serta kerentanan yang tinggi terhadap penyakit. Hal ini ditunjukkan
mulai menurunnya produksi industri budidaya udang akibat patogen viral yang
menyerang udang Windu mulai Tahun 1990.

Produksi udang kemudian

meningkat lagi dengan pesat setelah di budidayakannya udang Vannamei. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena adanya anggapan bahwa udang Vannamei bebas
atau tahan terhadap penyakit white spot (FAO, 2003). Berikut perkembangan
budidaya udang Vannamei di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Udang Tambak Indonesia Menur ut Varietas, Tahun 20002010 (Kementr ian Kelautan dan Per ikanan)
Udang
Udang
Udang
Udang ApiUdang
(ton)
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

windu

Putih

vanamei

Api

Lainnya

93 759
103 603
112 840
133 836
131 399
134 682
147 867
133 113
134 930

28 965
25 862
24 708
35 249
33 797
27 088
36 187
16 995

-

53 217
103 874
141 649
179 966
208 648

20 453
19 093
21 634
22 881
19 928
13 731
-

66 012

2009
2010

124 564
125 519

22 365
16 424

170 971
206 578

-

32 549
30.804

Berdasarkan Tabel 1, terjadi peningkatan produksi udang hasil budidaya
sampai dengan Tahun 2008, dan terjadi penurunan produksi pada Tahun 2009.
Berdasarkan varietas, sampai dengan Tahun 2006 produksi udang windu mengalami
peningkatan, dan sejak Tahun 2007 produksi udang vannamei telah melampaui udang
windu. Penyebabnya yaitu karena udang Windu yang rentan terhadap penyakit.

Dari peristiwa diatas, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim menyikapi melalui
seminarnya, bahwa sudah saatnya Jawa Timur ini maju dan mengembangkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

komoditas unggulannya. Di Jawa Timur ini terdapat beberapa kabupaten
penghasil udang Vannamei dengan kualitas ekspor. Kabupaten itu di antaranya
Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan juga Banyuwangi.
Supaya agribisnis udang Vannamei menghasilkan produksi dan keuntungan yang
maksimal, maka perlu ditelaah bahwa efisiensi produksi tidak saja ditentukan oleh
besarnya produksi, akan tetapi ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang
digunakan untuk memperoleh satu satuan hasil. Sehubungan dengan itu perlu
dicari suatu upaya untuk mencari jalan keluarnya, sehingga penggunaan sarana
produksi untuk peningkatan produksi tetap terjamin pada asas efisiensi dalam
pengaturan dan penggunaaan (Mubyarto, 2000). Perlu dilihat juga faktor-faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam berusaha tani, faktor tersebut
dilihat dari faktor umur, pendidikan, status sosial, pendapatan. Faktor-faktor sosial
ekonomi tersebut akan menimbulkan motivasi yang beragam pada petani,
motivasi menyangkut hasrat dan kemauan petani dalam menentukan langkah
sehingga tercapai tujuannya.
Budidaya udang Vannamei menjanjikan keuntungan yang besar.
Keuntungan dari budidaya udang Vannamei ini dapat diperoleh secara maksimal
apabila udang yang di budidayakan mencapai laju pertumbuhan maksimal dan
pertumbuhan normal. Permintaan udang jenis ini sangat besar baik pasar lokal
maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi
serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya
udang vannamei di berbagai daerah. Petambak di Jawa Timur sangat antusias
terhadap udang Vannamei, bahkan telah banyak petani petambak mengganti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

komoditas budidaya udang windu menjadi udang vannamei. Berikut luasan
tambak dan produksi budidaya udang di Jawa Timur di sajikan di Tabel 2.
Tabel 2. J umlah Benih Udang Yang Di Budidayakan Di Tambak ( Laporan
Statistik Perikanan J atim, 2010)
PROVINSI JAWA TIMUR
Kabupaten Tuban
Kabupaten Lamongan
Kabupaten Gresik
Kota Surabaya
Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Sampang
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Sumenep
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan
Kabupaten Probolinggo
Kota Probolinggo
Kabupaten Situbondo
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Jember
Kabupaten Lumajang
Kabupaten Malang
Kabupaten Blitar
Kabupaten Tulungagung
KAbupaten Trenggalek
Kabupaten Pacitan
Jumlah

Udang Windu
(ekor)
48.169,0
400,0
63.765,0
19.498,9
4.400,0
51.275,0
141.8
745.180,0
40.400,0
4.800,0
12.248,0
63,3
1.250,0
991.591

Udang Vannamei (ekor)
255.022,0
276.000,0

179.798,0
87.906,2
21.400,0
8.150,0
17.100,0
175.700,0
13.750,0

630,0
119.530,0
803,8
149.469,6
850.000,0
35.250,0
30.000,0
26.784,0
25.800,0
1.316,0
3.500,0
2.277.909,6

Tabel 2 Menunjukkan, bahwa di berbagai daerah sudah banyak yang
melakukan budidaya udang Vannamei. Itu terbukti, di Jawa Timur total jumah
benih udang Vannamei yang di budidayakan mencapai 2.277.909,6 per 1000 ekor,
yang telah melampaui benih udang Windu yang hanya 991.591 per 1000 ekor yan
dibudidaykan. Di karenakan telah banyaknya daerah – daerah yang sudah sedikit
sekali mengusahakan udang Windu. Salah satunya adalah daerah kabupaten
Lamongan. Di Kota ini, permintaan akan udang jenis ini sudah sangat rendah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Udang Windu ini selain rentan terhadap penyakit, umur pemeliharaannya pun
juga lebih lama dari pada budidaya udang Vannamei. Demikian pula di daerah
penelitian, disana petani petambak sudah sangat fokus dalam budidaya udang
Vannamei. Tidak ada jenis udang lain selain udang Vannamei yang saat ini di
budidayakan. Karena sebagian besar pendapatannya berasal dari hasil budidaya
udang Vannamei. Untuk ikan Bandeng, ikan nila dan ikan Tombro hanya sebagai
usaha sampingan saja. Di antara komoditas – komoditas yang di budidayakan oleh
petani petambak di daerah penelitian, hanya udang Vannamei saja yang mampu
memberikan keuntungan yang lebih tinggi. Dari segi umur pemeliharaan, udang
Vannamei lebih pendek dari ikan – ikan lain. Itu terbukti, bahwa petani petambak
ikan hanya mampu berusahatani sebanyak 2 kali selama satu Tahun. Sedangkan
budidaya udang Vannamei, selama satu Tahun petani petambak mampu
melakukan budidaya sebanyak 3 kali masa panen. Itu artinya, petani petambak di
daerah penelitian lebih cepat dan lebih sering memperoleh penghasilan dalam satu
Tahun. Apabila di tinjau dari segi harga, udang Vannamei tetap yang paling
tertinggi. Dengan umur pemeliharaan 75 – 90 hari, udang Vannamei harga jualnya
bisa mencapai Rp. 35.000 – Rp. 45.000/kg . sedangkan untuk budidaya ikan
dengan umur pemeliharaan 100 – 140 hari, harga jualnya hanya mencapai Rp.
7000 – Rp. 15.000/kg. Itu artinya, nilai ekonomis ikan - ikan ini rendah di
Pasaran. Tetapi itu bukan berarti ikan – ikan yang di budidayakan di daerah
penelitian tidak layak untuk diusahakan. Karena untuk mengetahui layak dan
tidaknya suatu usaha, tidak hanya mengetahui harga jualnya saja, untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

mengetahui kelayakan harus menghitung biaya – biaya, produksi, penerimaan dan
pendapatan pembudidayaan.
Untuk lebih jelas di dalam pembahasan, budidaya udang Vannamei akan
di bandingkan dengan salah satu komoditas lain yang masih diusahakan di daerah
penelitian. tidak lagi dibandingkan dengan udang Windu. Karena syarat dalam
membandingkan adalah kedua budidaya dilaksanakan dalam waktu dan lokasi
yang sama, namun di tambak yang berbeda. Dengan demikian, perbedaan antara
kedua komoditas akan terlihat lebih jelas. Di antar jenis – jenis ikan yang
diusahakan, Budidaya udang Vannamei akan lebih cocok bila di bandingkan
dengan ikan Bandeng yang saat ini terlihat masih sering diusahakan oleh petani
petambak dari pada ikan yang lainnya.
Hasil observasi yang dilakukan pada musim Tahun 2012, peralihan
budidaya udang Windu ke udang Vannamei sangat tetap, bahkan petani petambak
tidak mengalami kesulitan dalam pemeliharaannya. Akan tetapi petani petambak
udang Vannamei terkadang masih mengalami kegagalan. Karena pakan udang
Vannamei tidak harus berprotein tinggi yang harganya mahal, dosis pupuk pun
tidak harus banyak untuk di berikan. Karena memang dari awal udang Vannamei
diusahakan cocok dengan kondisi yang demikian. Sedangkan udang Windu
memerlukan pakan berprotein tinggi untuk mempercepat pertumbuhan. Udang
jenis ini selalu memerlukan aerator dan pergantian air dalam jangka waktu
pendek. Tentunya membutuhkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.
Dari fakta yang terjadi, kedua komoditas ini pernah mengalami kegagalan
saat di budidayakan. Dengan demikian, maka cocok bila kenyataan yang ada di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

angkat menjadi sebuah penelitian skripsi dengan judul : Kelayakan Budidaya
Udang Vannamei.
1.2.

Perumusan Masalah
Di Desa Rejotengah, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan pada saat

pertama kali udang Vannamei telah diusahakan oleh petani petambak di daerah
penelitian, budidaya udang Vannamei sangat mudah diusahakan. Petani petambak
tidak mengalami keluhan berbudidaya terhadap komoditas ini. Indikatornya
adalah udang Vannamei tidak mudah terserang penyakit, sehingga petani
petambak merasa budidaya udang Vannamei cocok sebagai pengganti udang
Windu yang sebelumnya tidak berhasil diusahakan. Terbukti bahwa, pada
awalnya budidaya udang Vannamei telah memberikan produksi yang lebih baik
kepada petani petambak. Karena pada saat itu, udang Vannamei masih mampu
untuk mencapai ukuran dewasa. tetapi selama dua Tahun terakhir (2010 – 2011)
rata – rata petani petambak mengalami penurunan produksi dari 350 kg menurun
menjadi 280 kg per musim panen (Data Dasar Profil Desa, 2012). Target produksi
dan lama waktu pemeliharaan yang diharapkan tidak dapat tercapai. Pertumbuhan
biomassa selama masa pemeliharaan sering tidak berkelanjutan. Pada tahap lama
waktu sebagian biomassa yang akan telah terbentuk mendadak tereliminir karena
adanya kematian parsial. Kematian tersebut selain faktor eksternal juga
disebabkan adanya gas – gas toksik dari hasil penguraian feses dan kotoran.
Sumber penyebab dari hilangnya biomassa udang tersebut yaitu kualitas air
menjadi tidak layak sebagai akibat lanjut degradasi dari akumulasi sisa pakan dan
kotoran udang. Sisa pakan dan kotoran udang tersebut terjadi karena jumlah pakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

yang diberikan. Khususnya pada tahap periode awal pemeliharaan ternyata tidak
dimanfaatkan secara efisien bagi pembentukan biomassa. Sisa – sisa pakan yang
terakumulasi tersebut mengalami penguraian sehingga meningkatkan respirasi
metabolik perairan. Ketersediaan oksigen terlarut menjadi tidak memenuhi
kebutuhan oksigen bagi respirasi udang. Demikian juga, merosotnya kualitas
lingkungan budidaya udang Vannamei di tambak yang disebabkan oleh intensitas
kegiatan sektor seperti industri yang membuang limbah keperairan dan efek
negatif dari kegiatan budidaya udang itu sendiri. cara pemberian pakan tambahan
yang kurang di perhatikan oleh petani petambak dalam proses pemeliharaan
budidaya udang Vannamei tersebut.
Faktor lain yang saat ini telah terjadi di daeah penelitian adalah Perubahan
iklim global yang terjadi akibat meningkatnya gas rumah kaca dalam skala lokal
memicu timbulnya fenomena perubahan iklim lokal. Perubahan iklim lokal yang
terjadi diduga akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan menimbulkan dampak
terhadap perikanan budidaya udang Vannamei. Perubahan iklim lokal yang terjadi
diindikasikan oleh adanya perubahan suhu yang semakin meningkat, curah hujan
yang meningkat, jumlah hari hujan yang meningkat, dan peningkatan permukaan
air laut. Tingkat suhu yang tinggi dapat meningkatkan salinitas dan tingkat
keasaman (PH) air tambak. Curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi dapat
menurunkan tingkat salinitas air, tingkat kecerahan atau air menjadi lebih keruh,
tingkat keasaman (PH) yang rendah, dan fluktuasi suhu di tambak yang akan
berakibat juga pada menurunnya daya tahan tubuh dari udang Vannamei dan
menimbulkan penyakit. Selain itu, jika curah hujan, jumlah hari hujan, dan pasang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

yang tinggi terjadi secara bersamaan bisa mengakibatkan banjir pada daerah
tambak.
Berdasarkan uraian diatas ada beberapa masalah yang cukup menarik
untuk dikaji yaitu :
1.

Bagaimana cara pelaksanaan budidaya udang Vannamei di Desa
Rejotengah, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan ?

2.

Apakah budidaya udang Vannamei memberikan keuntungan yang layak
kepada petani petambak?

1.3.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui permasalahan yang ada, maka selanjutnya dapat
dibuat tujuan penelitian yang meliputi :
1.

Mendeskripsikan cara pelaksanaan budidaya udang Vannamei.

2.

Menghitung besarnya penerimaan, biaya dan pendapatan yang diperoleh
budidaya udang Vannamei

3.

Menganalisis kelayakan budidaya udang Vannamei secara ekonomi dan
finansial.

1.3.2. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penentu kebijakan dan pengambil
keputusan dalam peningkatan produksi pola agribisnis udang Vannamei
didesa Rejotengah Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Jawa-Timur.
2. Sebagai bahan informasi serta perbandingan bila mana dibutuhkan penelitian
lain yang menekuni masalah udang Vannamei.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

3. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam melakukan penulisan
ilmiah dan penelitian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Hasil Penelitian Ter dahulu
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan budidaya Udang yang

pernah dilakukan sebelumnya adalah penelitian dari :
Khoirun Nisa (2004), mengemukakan bahwa Analisis Ekonomi Usaha
Budidaya Udang Galah pada Kelompok Tani Mitra Gemah Ripah di Desa
Situjaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Penelitian bertujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari kegiatan usaha budidaya Udang Galah pada
Kelompok Tani Mitra Gemah Ripah dan Menghitung pemanfaatan sumberdaya
lahan sawah dan kolam budidaya ikan campuran untuk usaha pembesaran dan
pendederan Udang Galah dari segi perolehan manfaat dengan cara melakukan
analisis ekonomi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
ekonomi yang menghitung keuntungan masyarakat secara keseluruhan. Pada
analisis ekonomi digunakan kriteria investasi, yaitu NPV dan NET BCR untuk
menentukan apakah usaha pada Kelompok Tani Mitra Gemah Ripah di Desa
Situjaya layak atau tidak untuk dikembangkan. Hasil dari perhitungan secara
analisis ekonomi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan proyek dalam
penelitian ini adalah NPV sebesar Rp288.149.354,53 dan NET BCR sebesar 1,95
maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya Udang Galah yang dilaksanakan
di Desa Situjaya layak untuk dilaksanakan. Keberhasilan usaha budidaya Udang
Galah di Desa Situjaya tidak lepas dari dukungan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah Garut dalam bentuk bantuan modal untuk usaha budidaya Udang Galah

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

dan pendampingan dari STTPL-Bogor dan Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Garut.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto & Mansur A (2007), Menyajikan
tentang Upaya Peningkatan Produksi Pada Budidaya Udang Vannamei (
Litopenaeus Vannamei) pola Tradisional Plus dengan penambahan Tepung
Tropika. Tujuan penambahan tepung tapioka pada budidaya udang Vannamei pola
tradisional plus ditambak untuk menumbuhkana bakteri heterotrof agar dapat
dimanfaatkan sebagai subtitusi pakan pada udang yang di budidayakan. Peneliti
menyimpulkan, pada budidaya udang Vannamei pola tradisional plus penambahan
tepung tapioka sebanyak 40% dari total pakan yang diberikan setiap hari dan
hanya diberikan setiap 3-5 hari sekali berdampak pada perbaikan kualitas air
tambak khususnya amoniak, nitrit, dan nitrat, sehingga cenderung menghasilkan
produksi udang Vannamei yang lebih tinggi di banding dengan penambahan
fermentasi probiotik dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan
udang di perlakukan A = 48,1 ± 13,7%, lebih tinggi dari pada perlakuan B = 41,2
± 13,7 % dan perlakuan C = 36,4 ± 0,7 %. Produksi di perlakuan A lebih tinggi
dengan ukuran udang yang lebih besar (25,3 ± 7,2 kg/500 m² = 506 kg/ha, ukuran
75 sampai dengan 78 ekor/kg) dibanding di perlakuan B (20,3 ±5,6 kg/500 m² =
406 kg/ha, ukuran 84 sampai dengan 78 ekor/kg) dan C (16,0±2,7 kg/500 m² =
320 kg/ha, ukuran 80 sampai dengan 96 ekor/kg). Nilai konversi pakan yang
paling efisien diperoleh pada perlakuan A.
Novyanto Ruslan Saputra (2003), meneliti tentang Analisis Finansial
Usaha Budidaya Udang Windu di CV Amri Ali, Kabupaten Selayar, Provinsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi teknis dan
finansial kegiatan usaha budidaya udang Windu yang diusahakan CV Amri Ali di
Sulawesi Selatan. menganalisis kelayakan finansial pada investasi pengembangan
usaha budidaya udang Windu di CV Amri Ali, menganalisis sensitivitas kegiatan
usaha budidaya udang Windu CV Amri Ali di dalarn menghadapi gejolak
perubahan yang terjadi pada komponen input maupun outputnya. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan menggunakan R/C , payback
period, Break Even Point, NPV, Net B/C Ratio dan IRR. Berdasarkan analisis
usaha pada bulan Maret Tahun 2005 smpai dengan bulan Februari Tahun 2006,
usaha budidaya Udang Windu CV Amri Ali memperoleh keuntungan sebesar Rp
108.149.035,50 dengan nilai R/C Ratio sebesar 1,31, payback period sebesar 4,02
,dan Break Even Point sebesar Rp 259.030.504,38. Berdasarkan perhitungan
analisis kriteria investasi didapat nilai NPV sebesar Rp 129.061.398,60, Net B/C
sebesar 1,27 dan IRR sebesar 45,98 %. Hasil perhitungan kriteria investasi
menunjukkan NPV > 0, Net B/C > 1 dan IRR > discount rate rnaka usaha
budidaya Udang Windu CV Amri Ali layak untuk dikembangkan. Analisis
sensitivitas dilakukan dengan menentukan berapa persen variabel kenaikan harga
pakan, kenaikan harga benih dan penurunan harga jual Udang Windu harus
berubah sampai ke hasil perhitungan yang membuat budidaya Udang Windu
tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha budidaya
Udang Windu CV Amri Ali tidak layak dijalankan apabila kenaikan harga benur
256 %, kenaikan harga pakan 98 % dan penunman harga jual Udang Windu 20,9
%

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Lia Agustina (2006), melakukan Analisis tentang Kelayakan Finansial
Usaha Budidaya Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Pantai
Bahagia, kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi umum budidaya tambak udang Windu,
menganalisis tingkat keuntungan yang diperoleh, kelayakan finansial, dan
sensitivitas. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
kasus, dan metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah metode purposive
sampling dengan mengambil 3 orang dari 5 orang pembudidaya tambak udang
Windu yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan analisis usaha yang meliputi
analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio),
analisis waktu pengembalian modal (Payback Period), menunjukkan bahwa usaha
budidaya udang Windu secara semi – intensif lebih menguntungkan dibandingkan
secar tradisional. Berdasarkan analisis kelayakan finansial yang meliputi Net
Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Internal Rate of
return (IRR), menunjukkan bahwa usaha budidaya udang Windu layak untuk
diusahakan dan dikembangkan. Perhitungan analisis sensitivitas dilakukan
terhadap kenaikan harga benur sebesar 4,65 % dan penurunan harga udang
sebesar 6,34 %.
Dina. A. S. L. Tobing (2005), menganalisis tentang Kelayakan Budidaya
Wortel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan sarana
produksi meliputi : benih, pupuk, tenaga kerja. Untuk usaha Wortel di daerah
penelitian, untuk mengetahui pengaruh sarana produksi budidaya Wortel di daerah
penelitian,untuk mengetahui tingkat pendapatan budidaya Wortel, untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

mengetahui tingkat kelayakan budidaya Wortel didaerah penelitian, untuk
mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi. Teknik pengambilan
sampel dengan metode stratified random sampling. metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, perhitungan biaya, penerimaan
dan pendapatan bersih, rumus kriteria investasi yaitu menggunakan analisis BEP
dan R/C Ratio, serta efisiensi teknis. hasil penelitian yaitu produksi Wortel di
daerah penelitian adalah sebesar 5.507 kg/petani dan 14.236 kg/ha, telah
melampaui masing – masing titik impas (BEP) volume produksi yaitu sebesar
2.365 kg/petani dan 6.263 kg/ha. Harga wortel di daerah penelitian adalah sebesar
Rp. 1000/kg, telah melampaui titik impas (BEP) harga produksi sebesar Rp.
445/kg. Sedangkan dalam perhitungan nilai R/C pada usahatani Wortel di daerah
penelitian sebesar 2,28 dimana R/C ≥1.
2.1.1. Biologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Udang Vannamei atau dengan sebutan Litopenaeus Vannamei merupakan
salah satu jenis udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan napsu makan tinggi,
namun ukuran yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil dibanding dengan udang
Windu atau Panaeus Monodon Habitat aslinya adalah di perairan Amerika. Untuk
lebih jelas berikut ini biologi udang Vannamei meliputi beberapa aspek yaitu
terdiri dari :
1). Klasifikasi
Udang Vannamei digolongkan dalam genus panaeid pada filum
Arthropoda. Ada ribuan species di filum ini. Namun yang mendominasi perairan
berasal dari subfilum crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo decapoda, seperti Litopenaeus
chinensis, L. japonicus, L. monodon, L stilirostris dan Litopenaeus vannamei.
Berikut tata nama udang vannamei menurut ilmu taksonomi.
Phylum

: Artrhopoda

Kelas

: Crustacea

Sub kelas

: Melacostraca

Ordo

: Decapoda

Familia

: Panaeidae

Genus

: Panaeus

Sub Genus

: Litopenaeus

Species

: Litopenaeus vannamei

Haliman dan Adijaya (2004) mengemukakan bahwa udang Vannamei
memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton
secara periodic. Pergantian kulit atau moulting adalah bagian tubuh udang
Vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk
keperluan makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur atau
burrowing, dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula.
Sedangkan menurut Kordi K (2007), dijelaskan pula bahwa kepala udang
Vannamei terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang
Vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan
periopoda. Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit atau
dactylus. Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang atau disebut pleopoda kaki renang dan
sepasang uropods ekor yang membentuk kipas bersama-sama telson (Suyanto dan
Mujiman, 2003).
2).

Habitat dan Siklus Hidup
Udang Vannamei adalah udang asli dari perairan amerika latin yang

kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya dia suka hidup pada kedalaman
kurang lebih 70 meter. Udang Vannamei bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari
makan pada malam hari. Proses perkainan pada udang Vannamei ditandai dengan
loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan
sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma
sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira
satu menit. Sepasang udang Vannamei berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan
telur sebanyak 100.000-250.000 butir. Siklus hidup udang Vannamei sebelum
ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post
larva. Pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya
belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur.
Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam.
Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali
moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia.
Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk udang. Yang dicirikan
dengan sudah terlihatnya ekor kipas atau disebut juga uropoda dan telson.
Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai
udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

PL1 berarti post larva berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai
bergerak aktif.
3).

Kelangsungan Hidup dan Per tumbuhan
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang Vannamei adalah dua

parameter tingkat keberhasilan proses budidaya. Karena dua faktor tersebut yang
mempengaruhi tonase biomas yang dihasilkan dari proses budidaya.
Kelangsungan hidup atau survival rate adalah banyaknya udang yang
berhasil hidup hingga masa panen tiba. Yang paling mempengaruhi kelangsungan
hidup udang yang dipelihara ialah kondisi lingkungan perairan tambak dan
kondisi benur, terutama pada waktu penebaran benur dilakukan. Selain itu
terdapatnya predator di tambak juga sangat mengancam kelangsungan hidup
udang. Menurut anonim (2007), sebelum ditebar kualitas air di tambak harus
diperhatikan, diusahakan kondisi perairan tambak hampir sama dengan kondisi air
pada bak pembenihan benur tersebut. Serta sebelum benur ditebar, hama predator
maupun kompetitor harus dibasmi.
Pertumbuhan udang merupakan proses pertambahan panjang dan berat
yang terjadi secara bertahap, dimana proses ini sangat dipengaruhi oleh frekuensi
ganti kulit atau moulting. Moulting akan terjadi secara teratur pada udang yang
sehat. Bobot udang akan bertambah setiap kali mengalami moulting. Untuk lebih
jelas dapat di lihat di fase moulting berikut ini :
a. Fase Pergantian Kulit (Moulting)
Haliman dan Adijaya (2004), menjelaskan bahwa genus pennaeid
mengalami pergantian kulit atau moulting secara periodik untuk tumbuh, termasuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

udang putih. Proses moulting diakhiri dengan pelepasan kulit luar dari tubuh udang.
Tabel 3 berikut menyajikan tentang Fase moulting udang Vannamei dewasa.
Tabel 3. Fase Moulting Udang Vannamei Dewasa (Chanr atcakool, 1995
Haliman dan Adijaya, 2005)
Fase
Lama
Ciri-cir i
Postmoulting
6 – 9 jam
Kulit luar licin, lunak, dan membentuk
awal
semacam membran yang tipis dan transparan.

Postmoulting
lanjutan
Intermoult
Persiapan
(Moulting
Premoult)

(Moulting
ecdysis)

Udang berada di dasar tambak dan diam.
Lapisan kulit luar hanya terdiri dari epikutikula
dan
eksokutikula.
Endoskutikula belum terbentuk
1- 1,5 hari
Epidermis mulai mensekresi endoskutikula.
Kulit luar, mulut, dan bagian tubuh lain tampak
mulai mengeras. Udang mulai mau makan.
4 – 5 hari
Kulit luar mengeras permanen. Udang sangat
aktiv dan nafsu makan kembali normal.
8 – 10 hari
Kulit luar lama mulai memisah dengan lapisan
epidermis dan terbentuk kulit luar baru, yaitu
epitelkutikula dan eksokutikula baru dibawah
lapisan kulit luar yang lama. Sel-sel epidermis
membesar. Pada tahap akhir, kulit luar
mengembang seiring peningkatan volume
cairan tubuh udang atau haemolymp karena
menyerap air.
30 – 40 Terjadi pelepasan atau ganti kulit luar dan
detik
tubuh udang. Kulit udang yang lepas disebut
exuviae

Berdasakan Tabel 3, mengatakan bahwa fase moulting udang Vannamei
itu terdapat 5 tahap. Tiap tahap berbeda – beda waktu berlangsungnya dengan ciriciri yang berbeda pula. Dan ternyata fase moulting ini keseluruhan membutuhkan
waktu kira-kira 22 hari proses moulting ini bisa selesai. Tahap akhir proses
moulting ini berjalan paling cepat karena hanya membutuhkan waktu 30-40 detik.
Berbeda pula pada saat tahap persiapan moulting ini membutuhkan waktu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

cukup lama yaitu 8-10 hari untuk memisahkan kulit luar lama dengan lapisan
epidermis dan terbentuk kulit luar baru.
Genus Penaeid termasuk udang Vannamei mengalami pergantian kulit atau
moulting secara periodik untuk tumbuh. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
moulting tergantung jenis dan umur udang. Pada saat udang masih kecil (fase tebar
atau PL 12), proses moulting terjadi setiap hari. Dengan bertambahnya umur, siklus
moulting semakin lama, antara 7– 20 hari sekali. Nafsu makan udang mulai
menurun pada 1– 2 hari sebelum moulting dan aktivitas makannya berhenti total
sesaat akan moulting. Persiapan yang dilakukan udang Vannamei sebelum
mengalami moulting yaitu dengan menyimpan cadangan makanan berupa lemak di dalam
kelenjar pencernaan atau disebut juga dengan hepatopancreas (Kordi K, 2007).
Hubungan moulting dengan pertambahan bobot tubuh udang Vannamei dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Inter val Moulting dan Penambahan Bobot Badan (Chanratcakool,
1995 Haliman dan Adijaya, 2004)
Bobot (gr )
Moulting (hari)
2–5
7–8
6–9
8–9
10 – 15
9 – 12
16 – 22
12 – 13
23 – 40
14 – 16

Tabel 4 menunjukkan bahwa, moulting akan terjadi secara teratur pada
udang yang sehat. Bobot badan udang akan berambah setiap kali mengalami
moulting. Faktor-faktor yang mempengaruhi moulting massal yaitu kondisi
lingkungan, kejala pasang, dan terjadi penurunan volume air atau surut.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya moulting

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

-

Air pasang dan surut
Air pasang yang disebabkan oleh bulan purnama bisa merangsang proses

moulting pada udang Vannamei. Hal ini terutama banyak terjadi pada udang
Vannamei yang dipelihara di tambak tradisional. Di alam, moulting biasanya
terjadi berbarengan dengan saat bulan purnama. Saat itu, air laut mengalami
pasang tertinggi sehingga perubahan lingkungan tersebut sudah cukup
merangsang udang untuk melakukan moulting. Oleh karena itu, di tambak
tradisional tampak jelas karena air di tambak hanya mengandalkan pergantian air
dari pasang surut air laut. Penambahan volume air pada saat bulan purnama dapat
menyebabkan udang melakukan moulting. Penurunan volume air tambak saat
persiapan panen juga dapat menyebabkan moulting. Moulting sebelum panen bisa
menyebabkan persentase udang yang lembek atau dapat disebut juga dengan soft
shell meningkat.
-

Kondisi lingkungan
Proses moulting akan dipercepat bila kondisi lingkungan mengalami

perubahan. Namun demikian, perubahan lingkungan secara drastis dan disengaja
justru akan menimbulkan trauma pada udang. Beberapa tindakan tersebut
diantaranya terlalu sering mengganti air tambak, tidak hati-hati saat menyipon
atau membersihkan tambak, dan pemberian saponin yang berlebihan.
Moulting dapat terjadi secara masal, yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang berubah secara tiba-tiba, seperti terjadinya pasang – surut,
pergantian air maupun jika terjadi perubahan suhu secara mendadak. Kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan udang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Udang akan tumbuh jika pakan yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup dan pakan tersebut harus memiliki kandungan protein
yang tinggi minimal 35%
Proses moulting dapat berjalan tidak sempurna atau gagal bila kondisi
fisioligis udang tidak normal. Kegagalan tersebut menyebabkan udang menjadi
lemah karena tidak mempunyai cukup energi untuk melepas kulit lama menjadi
kulit baru. Udang yang tidak melakukan moulting dalam waktu lama
menunjukkan gejala kulit luar ditumbuhi lumut dan protozoa. Usaha pencegahan
kegagalan bisa dilakukan denga