UJI TOKSISITAS BAHAN AKTIF NIKLOSAMIDA TERHADAP CRUSTACEA SEBAGAI WATER TREATMENT DALAM BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)

(1)

ABSTRAK

UJI TOKSISITAS BAHAN AKTIF NIKLOSAMIDA TERHADAP CRUSTACEA SEBAGAI WATERTREATMENT DALAM BUDIDAYA

UDANG VANNAMEI (Litopenaus vannamei) Oleh

Aan Fahrizki

Masalah yang sering muncul dalam kegiatan budidaya udang vannamei adalah keberadaan hama dan penyakit. Sistem biosecurity diperlukan dalam budidaya udang seperti penggunaan fasilitas water treatment serta penggunaan desinfektan yang aman dan tentunya tidak dilarang. Masih banyak ditemukan jenis desinfektan yang digunakan meski sudah dilarang penggunaanya, salah satunya dari jenis organoklorin. Dichlorvos merupakan jenis bahan aktif dari organoklorin yang saat ini masih digunakan dibidang perikanan, maka perlu mencari pengganti dari dichlorvos tersebut untuk dijadikan crustacide (istilah pembasmi crustacea) dalam water treatment budidaya udang. Bahan aktif yang sedang dikembangkan untuk pengganti dichlorvos adalah niklosamida. Selama ini niklosamida digunakan untuk memberantas keong mas atau siput murbei (Pamacea sp.) yang merupakan hama dalam produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi niklosamida untuk dijadikan crustacide berdasarkan tingkat toksisitas bahan aktif niklosamida berdasarkan nilai LC50- 24jam terhadap crustacea serta mengetahui lamanya efek residu niklosamida dalam air. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 tingkat konsentrasi yang berbeda dan 0 ppm sebagai kontrol ;1,7783 ppm; 3,1623 ppm; 5,6235 ppm dan 10,0002 ppm. Untuk mengetahui lamanya efek residu menggunakan uji detoksifikasi. Hasil analisis probit pada hewan uji menunjukkan nilai LC50- 24 jam sebesar 3,6282 ppm dan uji detoksifikasi menunjukan efek residu niklosamida dalam air selama 96 jam dengan konsentrasi 10,0002 ppm.


(2)

ABSTRACT

TOXICITY TESTS ON ACTIVE MATERIAL NICLOSAMIDE TO WARD CRUSTACEAN AS WATERTREATMENT IN CULTURING OF VANNAMEI

SHRIMP (Litopenaus vannamei)

By Aan Fahrizki

The problem which often arises in vannamei shrimp culturing activities is the presence of pests and diseases. Biosecurity system is required in shrimp culturing such as the use of water treatment facilities and the use of safe disinfectant and certainly not forbidden. There are still many types of disinfectants used even though its use has already been banned, one of them is organochlorines. Dichlorphos is a kind of active ingredients of organochlorines which is still used in the fishery.It is necessary to seek the replacement of dichlorphos to be crustacide (term for an exterminator of crustaceans) in shrimp aquaculture water treatment. The active ingredients are developed to substitute dichlorvos is niclosamide. So far,niclosamide is used to eradicate snails or mulberry slugs (Pamacea sp.) which are pests in rice production. This study aims to determine the potential of niclosamide to be crustacide based on the level of toxicity of the active ingredient of niclosamide based on the value of LC50- 24 hours against crustaceans and determine the length of the residual effect of niclosamide in water. The study used a completely randomized design method with four different concentration levels and 0 ppm as a control; 1.7783 ppm; 3.1623 ppm; 10.0002 ppm and 5.6235 ppm. To determine the duration ofthe residual effects, the detoxification testis used. Probity analysis results in test animals showed a 24-hour LC50- value of 3.6282 ppm and detoxification test showed a residual effect niclosamide in water for 96 hours with 10.0002 ppm concentration.

Keywords: Crustaceans, the active ingredient niclosamide, toxicity, probity analysis.


(3)

Uji Toksisitas Bahan Aktif Niklosamida Terhadap Crustacea Sebagai Water Treatment dalam Budidaya Udang Vannamei (Litopenaus vannamei)

Oleh

AAN FAHRIZKI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 12 Oktober 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subowo dan Ibu Siti Bariyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4 Metro Utara pada tahun 2004.

Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 6 Kota Metro pada tahun 2007 serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 5 Kota Metro pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis ikut organisasi di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang Minat dan Bakat pada tahun 2011-2012.

Selama menjalani masa perkuliahan penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Tambah Luhur, Purbolinggo, Lampung Timur selama 40 hari di awal tahun 2014, pada bulan Juli 2013 selama 30 hari penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian dan Pengembangan Ikan (BPPI) Subang, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Patin Pasupati”. Dan yang terakhir penulis melakukan penelitian yang berjudul “Uji Toksisitas Bahan Aktif Niklosamida


(8)

Terhadap Crustacea Sebagai Water Treatment dalam Budidaya Udang Vannamei (Litopenaus vannamei)” di Marine Research Center (MRC), PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Hatchery Suak, Lampung Selatan pada bulan September sampai dengan November 2014.


(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan sebagai tanda baktiku

kepada kedua orang tua,

Bapak, Mamak tercinta serta Adikku tersayang Dwiki

Candra dan keluarga besar (Alm.) Dul Rosyid dan (Alm.)

Wagiyo atas bantuan doa dan kasih sayangnya.

Untuk sahabat-sahabatku serta semua pihak yang ikut

membantu menyelesaikan skripsi ini,

Dan tak lupa

UNTUK ALMAMATER KEBANGGAAN KU

UNIVERSITAS LAMPUNG


(10)

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri

yang mengubah apa yang ada pada diri

mereka”

(QS Ar-

Ra’d

[13]: 11)

Cukuplah Allah sebagai penolong kami,

dan Allah adalah sebaik-baik tempat

bersandar. (QS Ali `Imran (3): 173)


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirobil„alamin, puji syukur terhadap Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahamat dan dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Uji Toksisitas Bahan Aktif Niklosamida Terhadap Crustacea Sebagai Water Treatment dalam Budidaya Udang Vannamei (Litopenaus vannamei) “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua program studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi penuh dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Herman Yulianto, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Asep Saefulloh, S.Si, M.Si, selaku karyawan PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Hatchery Suak, Lampung Selatan dan sekaligus sebagai


(12)

pembimbing II atas bimbingan, arahan dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Qadar Hasani , S.Pi, M.Si,, selaku dosen pembahas atas segala kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

7. Ibunda Siti Bariyah dan ayahanda Subowo atas cinta dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan dukungan serta do‟a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

8. Adikku Dwiki Chandra yang senantiasa membuat penulis kuat dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan studi ini.

9. Mas Fahmi, Mas Fuad, Mas Okoj, Mas ican, Mas aji, Mas Beny, Mas Unang, Mas Didik, Mas Iman, Mas pudji, Mas Bowo, Mas Setiawan, Mas Tri, Mas Nurul, Mas Soehar, Mas Edy, Mas Roly, Pak Mail, Mbak Yuli, Mbak Eka dan seluruh Staf Karyawan MRC, PT. CPB Hatchery Suak Kalianda,Lampung Selatan yang telah berbagi ilmu dan keceriaan selama melaksanakan penelitian.

10.Sahabat seperjuangan Soma Romadhoni dan S.A. Mandala Putra yang selalu ada disaat susah maupun senang, yang selalu ada untuk penulis dari menjadi mahasiswa sampai terselesaikannya skripsi dan telah menemani penulis menjalankan hari-hari dikampus serta menjadi tempat menuangkan berbagai keluh kesah.

11. Teman–teman seperjuangan angkatan 2010, terimakasih atas kekompakan kesolidan, kebersamaan, dan persaudaraan kita selama ini sehingga kita semua mampu menghadapi berbagai masalah bersama-sama..


(13)

12.Sahabatku ; Anas, Aditya Kim, Aven, Gilang, Wahyu, Heri, Ipol, Candra, Yuli dan Riyan yang telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa dan terimakasih telah berbagi suka dan duka selama penulis menyelesaikan studi ini.

13.Dian Oktavianti, terimakasih banyak untuk setiap doa, perhatian, pengertian, kasih sayang, dan semangat yang begitu berarti bagiku.

14.Teman-Teman KKN; Abi, Agus, Fahri, Agung, Adila, Vivi, Riska, Citra, Ika serta seluruh warga Tambah Luhur yang telah memberikan pengalaman serta berbagi suka dan duka selama 40 hari menjalani KKN. 15.Seluruh warga Budidaya Perairan Unila angkatan 2007, 2008, 2009, 2011,

2012 sampai 2013.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin

Bandar Lampung, 13 Februari 2015

Penulis


(14)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Kerangka Pemikiran ... 4

1.5. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Crustacea ... 7

2.2. Udang Vannamei ... 8

2.3. Pestisida ... 10

2.4. Bahan Aktif Niklosamida ... 10

2.5. Pestisida yang Mengandung Bahan Aktif Organoklorin ... 11

2.6. Uji Toksisitas ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.3. Hewan Uji ... 14

3.4. Cara Kerja ... 15

3.4.1. Persiapan Alat dan Bahan ... 15


(15)

ii

3.4.2.1. Uji Penentuan Kisaran ... 16

3.4.2.2. Uji Definitif ( Toksisitas Bahan Uji) ... 17

3.4.2.3. Uji detoksifikasi ... 18

3.5. Desain Penelitian ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Penentuan Kisaran ... 21

4.2. Uji Definitif ... 22

4. 3. Uji Detoksifikasi ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 31

5.2. Saran . ... 31 DAFTAR PUSTAKA


(16)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Alat dan Bahan Penelitian ... 14 2. Mortalitas Hewan Uji pada Uji Penentuan Kisaran ... 21 3. Data Parameter Kualitas Air pada Uji Penentuan Kisaran ... 22 4. Mortalitas Hewan Uji Selama Uji Definitif (Toksisitas Bahan Aktif

Niklosamida) ... 22 5. Data Parameter Kualitas Air pada Uji Definitif ... 23 6. Analisis Ragam Mortalitas Hewan Uji dengan Konsentrasi Niklosamida

yang Berbeda ... 24 7. Tabel Uji Lanjut Tukey Mortalitas Hewan Uji dengan Konsentrasi yang

Niklosamida yang Berbeda ... 24 8. Data Parameter Kualitas Air Uji Detoksifikasi ... 29


(17)

v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Perhitungan Konsentrasi Uji Definitif ... 39 2. Analisis Probit (LC50-24 jam) Bahan Aktif Niklosamida

terhadap Crustacea ... 40 3. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ... 42


(18)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 6

2. Udang Vannameii . ... 8

3. Diagram Alir Uji Detoksifikasi ... 19

4. Tata Letak Desain Penelitian ... 20

5. Grafik Mortalitas Hewan Uji terhadap Pemaparan Bahan Aktif Niklosamida yang Berbeda ... 25

6. Hubungan Perlakuan Konsentrasi Senyawa Aktif Niklosamida yang Berbeda Terhadap Rasio Mortalitas Hewan Uji ... 26

7. Gejala Klinis Body Necrosis pada Tubuh Udang ... 28


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udang vannamei merupakan jenis udang andalan ekspor bidang perikanan. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran selera konsumen dari daging merah menjadi white meat (daging udang atau ikan), terutama setelah merebaknya berbagai penyakit ternak (Amri, 2004). Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan awal pembudidayaannya di daerah Banyuwangi dan Situbondo, Jawa Timur.

Dewasa ini kegiatan budidaya udang vannamei di Indonesia mulai menemukan masalah. Masalah yang sering muncul dalam kegiatan budidaya udang vannamei adalah keberadaan hama dan penyakit. Menurut Tancung (2005), penyakit udang dapat disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti protozoa, bakteri serta virus yang dibawa oleh organisme penular (carrier) seperti udang rebon (mysid shrimp) dan kepiting.

Sistem biosecurity dalam budidaya udang sangat diperlukan untuk mencegah keberadaan organisme carrier. Contoh biosecurity adalah penggunaan fasilitas water treatment serta penggunaan desinfektan yang aman dan tidak dilarang. Salah satu jenis bahan desinfektan yang dilarang adalah desinfektan dari jenis organoklorin. masih banyak ditemukan di Indonesia untuk proses water treatment dalam budidaya udang, salah satunya adalah bahan aktif dichlorvos.


(20)

2 Dichlorvos digunakan sebagai crustacide (istilah pembasmi crustacea) dalam proses water treatment di tandon air untuk mengendalikan hama carrier berupa crustacea liar dan untuk menekan berbagai hama kompetitor serta memutus siklus hidup vektor penyakit yang berpotensi membawa virus ke dalam tambak budidaya. Dichlorvos mempunyai nilai LC50 -24 jam sebesar 0.3 ppm terhadap PL 9 udang vannamei dan mempunyai waktu luruh dalam air selama 5 hari (Saefulloh, 2013). Penggunaan dichlorvos dibidang budidaya telah dilarang namun karena mempunyai nilai toksisitas yang tinggi serta belum adanya pengganti desinfektan lain yang memiliki toksisitas yang setara dan tidak dilarang maka jenis bahan aktif ini masih digunakan.

Dichlorvos merupakan insektisida dari kelompok organofosfat (OP). Dichlorvos banyak digunakan dibidang pertanian sebagai fumigan (obat pembasmi hama) pada ruangan pembibitan jamur untuk membasmi lalat jamur dan melindungi tanaman hias dan sayuran dari kutu daun, tungau laba-laba, ulat, thrips, lalat putih dan lalat buah di rumah kaca. Bidang peternakan menggunakannya untuk melindungi unggas dari berbagai serangga dan kumbang (Pesticide Information Profile, 1993 & Pestisida News, 1995). Oleh karena dichlorvos tergolong bahan aktif yang dilarang, maka perlu mencari pengganti dari dichlorvos tersebut untuk dijadikan crustacide dalam water treatment budidaya udang. Desinfektan yang dipilih tentunya harus memiliki kandungan bahan aktif yang tidak dilarang penggunaanya dibidang pertanian maupun perikanan serta mempunyai sifat mudah terurai sehingga tidak menimbulkan residu kimia berbahaya.


(21)

3 Salah satu desinfektan yang tidak masuk dalam daftar desinfektan yang dilarang Food and Agriculture Organization (FAO) adalah niklosamida. Niklosamida adalah jenis moluskisida yang sedang dikembangkan untuk menggantikan peran organoklorin sebagai crustacide yang telah dilarang pengunaannya. Menurut Worthing (1987) niklosamida mempunyai nama kimia benzoic acid, [(2,dichloro-4-nitrophenyl)2-hidroxybenzamide] dengan rumus empiris C13H8Cl2N2O4, penggunaannya di Indonesia untuk memberantas keong mas atau siput murbei (Pamacea sp.) yang merupakan hama dalam produksi padi. Sedangkan di Amerika, niklosamida biasa digunakan sebagai kontrol populasi ikan lamprey laut (Petromyzon marinus) pada aliran anak sungai danau Great (Schreier et al.,2000).

Penggunaan bahan aktif niklosamida sebagai crustacide masih belum banyak diketahui oleh pelaku budidaya udang, maka diperlukan pengetahuan tingkat toksisitas bahan aktif niklosamida terhadap crustacea dalam water treatment budidaya udang untuk menggantikan peran dichlorvos yang penggunaanya sudah dilarang.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat toksisitas berdasarkan nilai LC50– 24 jam bahan aktif niklosamida untuk membunuh hama crustacea.

2. Mengetahui lamanya efek residu pestisida setelah dilakukan perlakuan pemberian bahan aktif niklosamida.

3. Mengetahui konsentrasi yang paling berpengaruh terhadap mortalitas crustacea.


(22)

4 1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat toksisitas berdasarkan nilai LC50-24 jam bahan aktif niklosamida, waktu luruh dalam air serta efek niklosamida terhadap hewan uji yang digunakan dalam proses pengolahan air tambak.

1.4. Kerangka Pikir

Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara dari sektor non migas, namun keberadaan hama dan penyakit akan merugikan kegiatan budidaya. Hama dan penyakit pada kegiatan budidaya penting diperhatikan karena keberadaannya dapat menggagalkan usaha budidaya. Carrier pembawa patogen dalam sistem budidaya meliputi inang yang terinfeksi (benih, induk, vektor dan inang perantara). Carrier tersebut dapat masuk ke dalam sistem budidaya melalui air, udara maupun sarana tranportasi. Penularan melalui air meliputi air yang terkontaminasi dari effluen serta inang alami di perairan. Oleh karena itu perlu untuk memutus siklus hidup vektor penyakit yang berpotensi membawa virus ke dalam lingkungan budidaya.

Penggunaan desinfektan dalam salah satu pengolahan air diperlukan untuk mencegah keberadaan carrier dalam lingkungan budidaya. Penggunaan desinfektan juga perlu memperhatikan bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Bahan aktif yang terkandung tentunya harus aman dan tidak dilarang penggunaanya oleh FAO.

Penggunaan desinfektan dari jenis organoklorin masih banyak ditemukan di Indonesia untuk kegiatan budidaya. Hal ini perlu mendapat perhatian karena


(23)

5 penggunaan bahan aktif ini telah dilarang oleh FAO. Oleh karena itu perlu mencari alternatif bahan aktif lain untuk menggantikan jenis bahan aktif yang telah dilarang penggunaanya.

Niklosamida dipilih menjadi salah satu kandidat pengganti jenis organoklorin karena jenis bahan aktif ini tidak termasuk dalam larangan bahan aktif yang dilarang serta mempunyai tingkat toksik yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian Napaumpaiporn (2012) niklosamida mempunyai nilai LC50-48 jam sebesar 0,52 ppm terhadap PL 12 udang windu selain itu dari nilai ekonomis harga niklosamida masih terjangkau untuk digunakan dalam skala besar sehingga tidak menambah beban biaya produksi.

Penggunaan bahan aktif niklosamida sebagai salah satu bahan water treatment dalam budidaya udang belum banyak diketahui maka perlu pengetahuan mengenai tingkat toksik bahan aktif niklosamida untuk membunuh hama crustacea berdasarkan nilai LC50- 24 jam serta lamanya efek residu sehingga penggunaanya tidak berlebihan dan mengakibatkan efek yang buruk pada udang serta lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuat kerangka pikir seperti pada Gambar 1.


(24)

6 1.5. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

H0 : σi = σj = 0; untuk i≠j: Tidak ada perbedaan pengaruh konsentrasi bahan

aktif niklosamida terhadap mortalitas benur udang pada stage PL9. H1 : σi ≠ σj, untuk i ≠ j: Minimal ada satu perbedaan pengaruh konsentrasi

bahan aktif niklosamida terhadap mortalitas benur udang pada stage PL9.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji annova (analysis of variance) dengan selang kepercayaan 95% menggunakan syarat uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu (Gaspersz, 1991 dan Walpole, 1992).

Budidaya udang

Uji toksisitas bahan bahan aktif niklosamida

Didapatkan nilai LC50 -24 jam niklosamida serta lamanya efek residu dalam

air

Keberadaan hama sebagai pengganggu dan pembawa penyakit

Penggunaan desinfektan dalam salah satu pengolahan air

Niklosamida

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Penggunaan bahan aktif yang dilarang masih ditemukan. Mencari alternatif pengganti bahan aktif dari jenis organoklorin


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Crustacea

Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi (Demarjati et al.,1990). Crustacea mempunyai kulit (cangkang) yang keras disebabkan adanya endapan kalsium karbonat pada kutikula. Semua atau sebagian ruas tubuh mengandung apendik yang aslinya biramus. Bernafas dengan insang atau seluruh permukaan tubuh. Kelenjar antena (kelenjar hijau) atau kelenjar maxilla merupakan alat ekskresi.

Proses reproduksi pada crustacea hampir semuanya sama, kecuali jenis-jenis tertentu, crustacea jenis dioecious, melakukan pembuahan di dalam tubuh. Sebagian besar lainnya mengerami telurnya. Tipe awal larva crustacea pada dasarnya adalah larva nauplius yang berenang bebas sebagai plankton. Ciri khas kepala crustacea dewasa ialah adanya sepasang antena pertama, sepasang antena kedua, sepasang mandibula, sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla kedua (Ghufron et al, 1997).


(26)

8 2.2. Udang Vannamei

Udang vannamei merupakan udang introduksi yang berasal dari Amerika Selatan dan masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Petambak memilih udang ini sebagai komoditas budidaya karena dinilai memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap penyakit, kepadatan tebar yang lebih tinggi dan teknis budidaya yang lebih ringan dibandingkan pengelolaan udang windu. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Artrhopoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei Udang vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (molting). Morfologi udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 2.


(27)

9 Tubuh udang vannamei berwarna putih transparan sehingga lebih umum dikenal sebagai “white shrimp”. Namun, ada juga yang cenderung berwarna kebiruan karena lebih dominannya kromatofor biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. Tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala (thorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vannamei terdiri enam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Yuliati, 2009).

Haliman (2005) mengemukakan bahwa sifat-sifat penting yang dimiliki udang vannamei yaitu aktif pada kondisi gelap (noctural), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline) umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-30 ppt, suka memangsa sesama jenis (canibal), tipe pemakan lambat tetapi terus menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik) dan mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor).

Udang vannamei juga mengalami fase molting seperti hewan arthropoda lainnya. Fase larva menunjukan molting terjadi setiap 30-40 jam pada temperatur 28°C. Juvenil udang ukuran 1–5 gram akan molting setiap 4-6 hari, tetapi udang berukuran 15 gram akan molting setiap 2 minggu (Manoppo, 2011). Frekuensi molting dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan faktor nutrisi. Pada keadaan suhu tinggi, frekuensi molting meningkat. Udang yang mati selama molting biasanya disebabkan oleh kekurangan oksigen, karena pada saat molting absorbsi


(28)

10 oksigen menjadi kurang efesien. Setelah molting,udang cenderung membenamkan tubuhnya ke dalam lumpur untuk menghindari serangan predator. Hal ini disebabkan karena karapas udang yang baru saja molting memiliki tekstur yang lunak, sehingga udang menjadi mangsa bagi predator. Udang vannamei bersifat nokturnal, yaitu beraktivitas pada malam hari. Pada siang hari, udang akan membenamkan tubuhnya dalam lumpur. Udang vannamei merupakan hewan karnivor yang memakan crustascea kecil, ampipod dan polikaeta (Wyban & Sweeney, 1991).

2.3. Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia bersifat racun yang sering digunakan dalam bidang pertanian khususnya untuk memberantas hama, gulma, dan penyakit pada tanaman serta meningkatkan produksi pertanian. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama air, jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkut serta binatang-binatang yang mengakibatkan penyakit pada manusia dan hewan, juga termasuk dalam pestisida (Rompas dan Sunarjo, 1989). Meski telah dibuat peraturan tentang tata cara pengunaan pestisida yang benar, akan tetapi aplikasi pemakaiannya oleh petani sering tidak terkontrol sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif (Satta, 1974).

2.4. Bahan Aktif Niklosamida

Bahan aktif niklosamida dengan nama kimia 2‟,5-dicloro-„4 nitrosalicy lanilidie (UPAC) dengan rumus empiris C13H8Cl2N2O4 (Worthing, 1987. Efektivitas niklosamida dalam air hanya bertahan dalam waktu 2- 3 hari.


(29)

11 Niklosamida ini merupakan racun lambung kontak berwarna coklat, berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan hama siput murbey pada tanaman padi. Aplikasi niklosamida dengan takaran 0,5 l/ha dapat membunuh 80% populasi keong mas. Selain efektif terhadap keong mas, niklosamida juga bersifat ovisidal terhadap telur keongmas, telur yang menetas hanya 15% (Joshi et al., 2002). Efektivitas niklosamida hanya tiga hari. Kalau ada keong baru yang masuk ke lahan yang telah diaplikasi niklosamida, keong tidak mati. Aplikasi niklosamida juga dapat mengganggu pertumbuhan padi tanam sebar langsung. Di Jepang, umpan yang mengandung moluskisida metaldehida cukup efektif mengurangi kerusakan tanaman padi sebar langsung (Wada, 2003) Menurut Yosmaniar (2009) nilai LC50-24 jam niklosamida terhadap benih ikan mas sebesar 0,8012 ppm. Selanjutnya EPA (1999) menyatakan niklosamida sangat toksik pada ikan seperti pada ikan rainbow trout (Oncorhyncus mykiss) dengan nilai LC50 sebesar 0,03 mg/L dan ikan lamprey laut (Petromyzon marinus) dengan nilai LC50 sebesar 0,049 mg/L.

2.5. Pestisida yang Mengandung Bahan Aktif Organoklorin

Pestisida merupakan bahan kimia yang umum digunakan pada aktivitas pertanian untuk mengendalikan hama/serangga pengganggu tanaman. Salah satu jenis insektisida yang umum digunakan di Indonesia adalah golongan organoklorin (Tarumingkeng, 1992). Kelompok insektisida organoklorin mulai diperkenalkan pemerintah pada pertanian sejak awal 1950 (Sudaryanto et al., 2007).

Organoklorin merupakan pencemar utama dalam golongan Persistent Organic Pollutant yang sedang dipermasalahkan di dunia akibat sifatnya yang


(30)

12 toksik kronis, persisten dan bioakumulatif (Zhou et al., 2006). Dalam jangka waktu 40 tahun, organoklorin masih ditemukan di lingkungan dan biota, dan terdistribusi secara global bahkan ke daerah terpencil di mana organoklorin tidak pernah digunakan (Sudaryanto et al., 2007).

Menurut Rompas (1979), pestisida golongan organoklorin dapat menyebabkan penipisan membran insang ikan, mengurangi osmoregulasi, menyebabkan rendahnya jumlah butiran darah, merusak otak dan menurunkan berat badan serta dapat menyebabkan daya tahan ikan terhadap penyakit menjadi rendah dan gairah untuk makan berkurang. Dosis yang berlebihan tetapi belum mematikan, akan menimbulkan pengaruh akut yang merangsang sistem saraf pusat, dengan akibat menimbulkan kejang-kejang dan pengaruh kronisnya bisa sampai generasi berikut yang menyerang hati dan saluran pembuangan.

Jenis bahan aktif dari organoklorin sudah dilarang penggunaanya, namun masih banyak ditemukan bahan aktif yang termasuk dari jenis organoklorin digunakan dalam kegiatan budidaya, salah satu yang masih sering digunakan adalah dichlorvos. Dichlorvos atau biasa disebut dengan 2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate (DDVP) merupakan bahan kimia sintetis digunakan untuk membunuh serangga(insektisida) dan tergolong dalam kelompok bahan kimia yang disebut pestisida organofosfat. Dichlorvos mempunyai nilai toksik yang sangat tinggi namun karena dapat menimbulkan resistensi parasit dan kekhawatiran terhadap lingkungan maka penggunaanya dibidang budidaya telah dilarang (Saefulloh, 2013).


(31)

13 2.6. Uji Toksisitas

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat (bahan pencemar). Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu singkat (< 24 jam), sedangkan jika senyawa tersebut menimbulkan efek dalam jangka waktu yang panjang,disebut racun kronis (Harmita, 2009).

LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 24 jam, LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji (Dhahiyat dan Djuangsih, 1997). Selanjutnya pengujian efek toksik dihitung dengan menentukan nilai LC50. Untuk mendapatkan nilai LC50, terlebih dahulu menghitung mortalitas dengan cara: akumulasi mati dibagi jumlah akumulasi hidup dan mati (total) dikali 100%. Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu X terhadap mortalitas sebagai sumbu Y.

Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana zat menyebabkan kematian 50% yang diperoleh dengan memakai persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50 < 1000 µg/ml untuk ektrak dan < 30 µg/ml untuk suatu senyawa (Juniarti et al., 2009). Selanjutnya Meyer (1982) mengklasifikasikan tingkat toksisitas suatu ekstrak berdasarkanLC50, yaitu kategori sangat tinggi/highly toxic apabila mampu membunuh 50% larva pada konsentrasi 1 – 10 µg/ml, sedang/medium toxic pada konsentrasi 10 – 100 µg/ml, dan rendah/low toxic pada konsentrasi 100 – 1000 µg/ml.


(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2014 di Fasilitas Karantina Marine Research Center (MRC), PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Hatchery Suak, Lampung Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Penelitian

No Alat Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Toples 2,5 L

Box bioassay dengan air lift Batu aerasi

Heater

Pipet mikro + tip P1000 Fish net

Baskom plastik

Benur Udang vannamei ukuran PL 9 Bahan pestisida niklosamida

Air laut 20 buah 2 buah 20 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2000 ekor 1000ppm

3.3. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benur udang pada stage PL9 yang dianalogikan sebagai hama crustacea (mycid). Hal ini dikarenakan mycid dan udang vannamei dari klasifikasinya berasal dari kelas yang


(33)

15 sama yaitu crustacea serta mempunyai kesamaan ukuran antara mycid dan PL9 udang vannamei. Setiap perlakuan menggunakan toples 2,5 liter dengan diisi benur ± 20 ekor (densitas 10 ekor/liter). Total benur yang digunakan untuk semua perlakuan ± 400 ekor. Pada saat akan digunakan hewan uji dalam kondisi sehat ditandai dengan aktif berenang dan tidak cacat. Sistem pemeliharaan hewan uji selama penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Larva udang dikultur dalam toples 2,5 L tanpa sirkulasi/ganti air.

2. Setiap toples menggunakan 1 batu aerasi, ditempatkan dalam box bioassay (10 toples /box) yang diberi airlift dan heater (pemanas).

3. Toples terendam air sebatas vol. 2 liter.

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang disiapkan untuk penelitian uji toksisitas niklosamida ini adalah toples volume 2,5 L sebanyak 20 buah yang sudah dibersihkan dan disterilkan menggunakan oven dengan suhu 50oC, batu dan selang aerasi sebanyak 20 buah (1 batu aerasi/toples) yang sudah dibersihkan dan distrerilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC, box bioassay dengan air lift 2 buah, heater 2 buah heater 300 W (1 heater/box), benur udang L. vannamei PL9 20 ekor/toples (densitas 10 ekor/L), pipet mikro + tip P1000, baskom plastik 3 buah, seser 1 buah, pestisida niklosamida dibuat dalam stok 1.000 ppm.


(34)

16 3.4.2.Pelaksanaan Uji

Penelitian ini melakukan 3 kali pengujian untuk mendapatkan nilai LC50 -24 jam, uji yang dilakukan sebagai berikut :

1. Uji penentuan kisaran

2. Uji definitif (uji toksisitas bahan uji) 3. Uji detoksifikasi

3.4.2.1. Uji Penetuan Nilai Kisaran

Uji penentuan nilai kisaran dilakukan untuk menentukan nilai ambang daya racun letal moluskisida niklosamida terhadap hewan uji dengan cara menentukan konsentrasi ambang batas (LC100 24) (N) dan ambang bawah (LC0 -24) (n). Konsentrasi niklosamida yang diaplikasikan ditentukan berdasarkan deret angka sebagai berikut :0 ppm (kontrol), 1 ppm, 4 ppm, 7 ppm dan 10 ppm, masing-masing dengan ulangan empat kali. Cara menformulasi tingkatan konsentrasi larutan uji adalah membuat larutan stok kemudian dilakukan pengenceran. Larutan stok dibuat dengan melarutkan 1 mg bahan aktif niklosamida kedalam 1 liter aquades. Hewan uji dimasukkan sebanyak 20 ekor pada setiap wadah secara acak dengan waktu yang relatif bersamaan. Pengamatan mortalitas dan pengaruh fisiologis hewan uji dilakukan pada jam ke-0, 1, 6, 12 dan 24 jam. Penentuan konsentrasi larutan uji ditentukan dengan mengacu pada persamaan berikut :

V1.N1 = V2.N2 ...(1) Keterangan :

V1 = Volume larutan stok yang akan diambil

N1 = konsentrasi (mg/ L) niklosamida dalam larutan stok V2 = Volume media air penelitian yang diinginkan


(35)

17 3.4.2.2. Uji Definitif (Toksisitas Bahan Uji)

Uji Definitif (Toksisitas Bahan Uji) yaitu untuk menentukan nilai Median Lethal Concentration (LC50) 24 jam niklosamida pada hewan uji yang besarnya berada antara nilai ambang atas dan ambang bawah yang dapat ditentukan dengan persamaan menurut (Finney, 1971) sebagai berikut:

n a n

N

Log k log ……….………....(2)

c d b c a b n

a ………...….(3)

Keterangan:

N : Konsentrasi ambang atas n : Konsentrasi ambang bawah

a : Konsentrasi yang dikehendaki setelah ambang batas bawah k : Jumlah konsentrasi yang diuji (mis. 4; a, b, c, d, )

a, b, c, d, adalah konsentrasi yang diuji dengan nilai a sebagai konsentrasi terkecil. Hewan uji dimasukkan sebanyak 20 ekor ke dalam setiap wadah dalam waktu yang bersamaan. Pengamatan mortalitas dan tingkah laku hewan uji dilakukan pada jam ke- 1,6, 12, dan 24. Nilai LC50 pada waktu eksposure 24 jam ditentukan dengan analisis probit. Perhitungan analisis probit mengacu pada Hubert (1979). Nilai LC50-24 jam diperoleh dari hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear dengan persamaan :

Y = a + bx………..….(4) Keterangan :

Y : Nilai Probit Mortalitas a : konstanta

b : slope/ kemiringan


(36)

18 Nilai LC50-24 diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi bahan toksik pada Y = 5, yaitu nilai Probit 50 % hewan uji, sehingga persamaan regresi menjadi :

m = 5− ………(5)

Dengan nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaanFinney (1971) sebagai berikut :

b = Σ XY –

1 n (Σ X ΣY)

Σ

X21 n (Σ X)2

………...(6) a = 1

n(∑Y – b ∑X)………... (7)

Keterangan:

n : banyaknya perlakuan m : nilai X pada Y = 5

3.4.2.3. Uji Detoksifikasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat peluruhan konsentrasi niklosamida dalam air berdasarkan pada kematian hewan uji. Pengujian dilakukan dengan mengaplikasikan semua tingkat konsentrasi dengan waktu pengamatan setiap 24 jam sampai semua hewan uji tidak mengalami kematian (SR 100%). Penentuan konsentrasi larutan uji ditentukan dengan mengacu pada Persamaan 1.

Selama uji detoksifikasi tidak dilakukan pergantian air. Diagram alir untuk uji detoksifikasi dapat dilihat pada diagram di bawah ini :


(37)

19 Gambar 3. Diagram Alir Uji Detoksifikasi.

3.5. Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap uji menggunakan 5 tingkat konsentrasi yang berbeda dan diulang sebanyak 4 kali. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Perlakuan Dosis (T) = 5

1. A = konsentrasi_1 (control) 2. B = konsentrasi_2

3. C = konsentrasi_3 4. D = konsentrasi_4 5. E = konsentrasi_5

Toples 2,5 L & media air pada eksperimen A (uji toksisitas) digunakan pada pengujian detoksifikasi, semua perlakuan sama dengan

uji definitif

Masukan 20 benur PL9 baru yang sehat pada setiap perlakuan

Amati kematian setelah 24 jam (Ukur pH, salinitas dan suhu)

Apabila ada kematian pada setiap pengamatan, ganti semua media hidup (benur udang) dengan yang baru

Lakukan hal tersebut setiap hari sampai tidak ada kematian


(38)

20 Ulangan (R) = 4

1. R1 = ulangan1 2. R2 = ulangan2 3. R3 = ulangan3 4. R4 = ulangan4

Total Unit Percobaan = 20

Gambar 4. Tata Letak Desain Penelitian

AR1 = 1 AR2 = 2 AR3 = 3 AR4 = 4 BR1 = 5 BR2 = 6 BR3 = 7 BR4 = 8 CR1 = 9 CR2 = 10

CR3 = 11 CR4 = 12 DR1 = 13 DR2 = 14 DR3 = 15 DR4 = 16 ER1 = 17 ER2 = 18 ER3 = 19 ER4 = 20

5 17

13 11

9 14

15 3

1 18

7 20

19 6

2 10

8 12


(39)

1 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang didapat dalah sebagai berikut :

1. Nilai LC50-24 jam niklosamida terhadap crustacea sebesar 3,6282 ppm. 2. Niklosamida mempunyai waktu peluruhan dalam air selama 96 jam pada

konsentrasi 10,0002 ppm.

3. Konsentrasi yang berepengaruh terhadap mortalitas hewan uji adalah 3,1623 ppm, 5,6235 ppm dan 10,0002 ppm.

5.2. Saran

Penggunaan niklosamida sebagai crustacide konsentrasi yang paling efektif digunakan adalah 10,0002 ppm dan penggunaan air untuk budidaya sebaiknya 96 jam atau 4 hari setelah pemberian niklosamida.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E & Liviawaty, E . 1992. Pengendalian hama dan Penyakit Ikan. Penerbit kanisius Yogyakarta .

Saefulloh , Asep. 2013. Laporan Hasil Pengujian Lapang Crustacide Bahan Aktif Diclhorvos 500EC. Bandar Lampung. Marine Research Center (MRC). PT. Central Pertiwi Bahari.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries. Scincie Elsever Scientific Publishing Company. Amsterdam, 312 pp. Amri, K. 2004. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Penerbit: PT Agro Media

Pustaka. Jakarta. 98 hal.

Connel & Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencernaan. Penerbit Universitas Indonesia . Jakarta.p 331-341.

Dhahiyat, Y. dan Djuangsih (1997). Uji Hayati (Bioassay); LC50 (Acute Toxicity Tests) Menggunakan Daphnia dan Ikan .PPSDAL LP Universitas Padjadjaran, Bandung.

Demarjati et al.1990. Morfologi Invertebrata dan Vertebrata. Jakarta:Tira Pustaka Dhahiyat, Y dan Djuangsih. 1997. Uji Hayati (Bioassay); LC 50 (Acute Toxicity Tests) Menggunakan Daphnia dan Ikan. [Laporan Hasil Penelitian]. PPSDAL LP Universitas Padjadjaran. Bandung.

EPA.1999. Registration Eligibility Deision (RED) 3-Trifluoro-methyl 4-nitro phenol and niclosamide. United States Enviromental ProtectionAgency, 167pp.

Fast, A. W. dan Lester, L. J. 1992. Pond Monitoring and Management Marine Shrime Culture Principle and Practise. Netherlands: Elsevier Science Publisher Amsterdam.

Finney. 1971. Probit Analysis. The University Press. Cambridge.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. Haliman R W, Adijaya D S. 2005. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.


(41)

33 Hanafiah, K.A. 2008. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Harmita. 2009. Analisis uji hayati toksisitas secara mikrobiologi. Bahan Kuliah Toksikologi. Institut Pertanian Bogor.

Hubert, J.J. 1979. Bioassay. Kendall Hunt Publishing Company, USA.

Juniarti., D.Osmeli dan Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (brineshrimp lethality test) dan antioksidan (1,1 - diphenyl - 2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (abrus precatorius l.). Makara Sains XIII (I) : 50 -54.

Manoppo, Hengky. 2011. Peran Nukleotida Sebagai Imunostimulan TerhadapRespon Imun Nonspesifik Dan Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Disertasi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jacsben, L.B., Nicols, D.E.,

andMcLaughlin, J.L. 1982. Brine shrimp : a convinient general bioassay for active plant constituent. Plant Medica XLV. 31 -34.

Nessa, M. N. 1981. Pengaruh sampingan penggunaan pestisida dan pupuk di tambak terhadap organisme estuaria. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 213 hal.

Pesticides News. 1995. Dichlorvos (DDVP) - a hazardous organophosphate. Pesticides News No.29, September 1995, p20-21.Pesticide Information Profile. 1993. Extension Toxicology Network: Dichlorvos.

Rachmatun Suyanto, S., dan Eny Purbani Takarina. 2009.Paduan Budi dayaUdang Windu.PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Rompas R.M. dan Sunaryo, P., 1989. Toksikologi Pestisida. Bahan Penataran Toksikologi di Unsrat. Kerjasama UNSRAT-CIDA/SFE. Proyek Pengembangan Perguruan Indonesia Timur.

Schreier, T.M., Dauson,V.K.,Choi.,Spanjer NJA & M.A. Booguard. 2000. Determinan of niclosanide residue in Rainbow Trout( Oncorhyncus mykiss) and Cannel Catfish (Ictalurus punctatus) fillet tissue by high performance liquid chromatography. J. Agric food Chom.,XLVIII:2,212-2,215.


(42)

34 Soeseno, S. 1988. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT. Gramedia.

Djakarta; 179 hal.

SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA) . 2006. Produksi Udang Vaname L. vannamei di tambak dengan teknologi intensif. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN). SNI 01-7246-2006.

Sudaryanto A., Monirith I., Kajiwara N., Takahashi S., Hartono P., Muawanah, Tanabe S. 2007. Levels and Distribution of Organochlorine In Fish from I ndonesia. Environmental International, XXXIII(VI), 750-758.

Supardan, A. 1 990. Aquaculture develop-ment in Indonesia, in : I CHI U LIAO, CHU NG-ZENSHYU, NAI-HSIEN CHAO eds. Taiwan Fisheries Research Institute, Asian Productivity Organization: 59-67

Tancung, B. 2005. Pengembangan Budidaya Udang windu Berbasis Teknologi. Dinas Perikanan dan Kelautan bekerja sama dengan Hasanuddin University Press. Makassar.

Tanthip Napaumpaiporn., Chalor Limsuwan & Niti Chuchird. Kasetsart Univesity Fisheries Research Bulletin. 2012. Acute Toxicity of Niclosamide on Creepher Shell(Cerithidea cingulata) and Pacific White shrimp(Liptopeneaus vannamei) Postlarvae. Bangkok . vol XXXVI (1) Voet, D. And J.G. Voet. 2004. Biochemistry 3rd edition. John Wiley and Sons,

Inc.: 758-759.

Worthing . C. H. 1987. The Pestiside Manual. A. World Compendium . Eight Edition Published by the british Crop protection Conncil, 1,088pp

Wyban JA, Sweeney JN. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Ocean Institute Honolulu, Hawai.

Yuliati, Evi. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. IPB.

Yusa, Y.; Sugiuara, N.; Wada, T. 2006. Predatory potential of freshwater animals on an invasive agricultural pest, the apple snail Pomacea canaliculata (Gastropoda: Ampullariidae), in Southern Japan. Biological Invasions 8: 137-147.

Zhang, Q. and S.Q. Pehkonen. 1999. Oxidation of diazionin by aqueous

chlorin: kinetics, mechanisms, and product studies. J. Agric. FoodChem. XLVII: 1760-1766.


(1)

19 Gambar 3. Diagram Alir Uji Detoksifikasi.

3.5. Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap uji menggunakan 5 tingkat konsentrasi yang berbeda dan diulang sebanyak 4 kali. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Perlakuan Dosis (T) = 5

1. A = konsentrasi_1 (control) 2. B = konsentrasi_2

3. C = konsentrasi_3 4. D = konsentrasi_4 5. E = konsentrasi_5

Toples 2,5 L & media air pada eksperimen A (uji toksisitas) digunakan pada pengujian detoksifikasi, semua perlakuan sama dengan

uji definitif

Masukan 20 benur PL9 baru yang sehat pada setiap perlakuan

Amati kematian setelah 24 jam (Ukur pH, salinitas dan suhu)

Apabila ada kematian pada setiap pengamatan, ganti semua media hidup (benur udang) dengan yang baru

Lakukan hal tersebut setiap hari sampai tidak ada kematian


(2)

20 Ulangan (R) = 4

1. R1 = ulangan1 2. R2 = ulangan2 3. R3 = ulangan3 4. R4 = ulangan4

Total Unit Percobaan = 20

Gambar 4. Tata Letak Desain Penelitian

AR1 = 1 AR2 = 2 AR3 = 3 AR4 = 4 BR1 = 5 BR2 = 6 BR3 = 7 BR4 = 8 CR1 = 9 CR2 = 10

CR3 = 11 CR4 = 12 DR1 = 13 DR2 = 14 DR3 = 15 DR4 = 16 ER1 = 17 ER2 = 18 ER3 = 19 ER4 = 20

5 17

13 11

9 14

15 3

1 18

7 20

19 6

2 10

8 12


(3)

1 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang didapat dalah sebagai berikut :

1. Nilai LC50-24 jam niklosamida terhadap crustacea sebesar 3,6282 ppm. 2. Niklosamida mempunyai waktu peluruhan dalam air selama 96 jam pada

konsentrasi 10,0002 ppm.

3. Konsentrasi yang berepengaruh terhadap mortalitas hewan uji adalah 3,1623 ppm, 5,6235 ppm dan 10,0002 ppm.

5.2. Saran

Penggunaan niklosamida sebagai crustacide konsentrasi yang paling efektif digunakan adalah 10,0002 ppm dan penggunaan air untuk budidaya sebaiknya 96 jam atau 4 hari setelah pemberian niklosamida.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E & Liviawaty, E . 1992. Pengendalian hama dan Penyakit Ikan. Penerbit kanisius Yogyakarta .

Saefulloh , Asep. 2013. Laporan Hasil Pengujian Lapang Crustacide Bahan Aktif Diclhorvos 500EC. Bandar Lampung. Marine Research Center (MRC). PT. Central Pertiwi Bahari.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries.

Scincie Elsever Scientific Publishing Company. Amsterdam, 312 pp. Amri, K. 2004. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Penerbit: PT Agro Media

Pustaka. Jakarta. 98 hal.

Connel & Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencernaan. Penerbit Universitas Indonesia . Jakarta.p 331-341.

Dhahiyat, Y. dan Djuangsih (1997). Uji Hayati (Bioassay); LC50 (Acute Toxicity

Tests) Menggunakan Daphnia dan Ikan .PPSDAL LP Universitas

Padjadjaran, Bandung.

Demarjati et al.1990. Morfologi Invertebrata dan Vertebrata. Jakarta:Tira Pustaka Dhahiyat, Y dan Djuangsih. 1997. Uji Hayati (Bioassay); LC 50 (Acute Toxicity Tests) Menggunakan Daphnia dan Ikan. [Laporan Hasil Penelitian]. PPSDAL LP Universitas Padjadjaran. Bandung.

EPA.1999. Registration Eligibility Deision (RED) 3-Trifluoro-methyl 4-nitro phenol and niclosamide. United States Enviromental ProtectionAgency, 167pp.

Fast, A. W. dan Lester, L. J. 1992. Pond Monitoring and Management Marine Shrime Culture Principle and Practise. Netherlands: Elsevier Science Publisher Amsterdam.

Finney. 1971. Probit Analysis. The University Press. Cambridge.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. Haliman R W, Adijaya D S. 2005. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.


(5)

33 Hanafiah, K.A. 2008. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Harmita. 2009. Analisis uji hayati toksisitas secara mikrobiologi. Bahan Kuliah Toksikologi. Institut Pertanian Bogor.

Hubert, J.J. 1979. Bioassay. Kendall Hunt Publishing Company, USA.

Juniarti., D.Osmeli dan Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (brineshrimp lethality test) dan antioksidan (1,1 - diphenyl - 2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (abrus precatorius l.). Makara Sains XIII (I) : 50 -54.

Manoppo, Hengky. 2011. Peran Nukleotida Sebagai Imunostimulan TerhadapRespon Imun Nonspesifik Dan Resistensi Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei). Disertasi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jacsben, L.B., Nicols, D.E.,

andMcLaughlin, J.L. 1982. Brine shrimp : a convinient general bioassay for active plant constituent. Plant Medica XLV. 31 -34.

Nessa, M. N. 1981. Pengaruh sampingan penggunaan pestisida dan pupuk di tambak terhadap organisme estuaria. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 213 hal.

Pesticides News. 1995. Dichlorvos (DDVP) - a hazardous organophosphate.

Pesticides News No.29, September 1995, p20-21.Pesticide Information Profile. 1993. Extension Toxicology Network: Dichlorvos.

Rachmatun Suyanto, S., dan Eny Purbani Takarina. 2009.Paduan Budi dayaUdang Windu.PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Rompas R.M. dan Sunaryo, P., 1989. Toksikologi Pestisida. Bahan Penataran Toksikologi di Unsrat. Kerjasama UNSRAT-CIDA/SFE. Proyek Pengembangan Perguruan Indonesia Timur.

Schreier, T.M., Dauson,V.K.,Choi.,Spanjer NJA & M.A. Booguard. 2000.

Determinan of niclosanide residue in Rainbow Trout( Oncorhyncus mykiss) and Cannel Catfish (Ictalurus punctatus) fillet tissue by high performance liquid chromatography. J. Agric food Chom.,XLVIII:2,212-2,215.


(6)

34 Soeseno, S. 1988. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT. Gramedia.

Djakarta; 179 hal.

SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA) . 2006. Produksi Udang Vaname L. vannamei di tambak dengan teknologi intensif. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN). SNI 01-7246-2006.

Sudaryanto A., Monirith I., Kajiwara N., Takahashi S., Hartono P., Muawanah, Tanabe S. 2007. Levels and Distribution of Organochlorine In Fish from I ndonesia. Environmental International, XXXIII(VI), 750-758.

Supardan, A. 1 990. Aquaculture develop-ment in Indonesia, in : I CHI U LIAO,

CHU NG-ZENSHYU, NAI-HSIEN CHAO eds. Taiwan Fisheries Research

Institute, Asian Productivity Organization: 59-67

Tancung, B. 2005. Pengembangan Budidaya Udang windu Berbasis Teknologi. Dinas Perikanan dan Kelautan bekerja sama dengan Hasanuddin University Press. Makassar.

Tanthip Napaumpaiporn., Chalor Limsuwan & Niti Chuchird. Kasetsart Univesity Fisheries Research Bulletin. 2012. Acute Toxicity of Niclosamide on Creepher Shell(Cerithidea cingulata) and Pacific White shrimp(Liptopeneaus vannamei) Postlarvae. Bangkok . vol XXXVI (1) Voet, D. And J.G. Voet. 2004. Biochemistry 3rd edition. John Wiley and Sons,

Inc.: 758-759.

Worthing . C. H. 1987. The Pestiside Manual. A. World Compendium . Eight Edition Published by the british Crop protection Conncil, 1,088pp

Wyban JA, Sweeney JN. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Ocean Institute Honolulu, Hawai.

Yuliati, Evi. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. IPB.

Yusa, Y.; Sugiuara, N.; Wada, T. 2006. Predatory potential of freshwater animals on an invasive agricultural pest, the apple snail Pomacea canaliculata (Gastropoda: Ampullariidae), in Southern Japan. Biological Invasions 8: 137-147.

Zhang, Q. and S.Q. Pehkonen. 1999. Oxidation of diazionin by aqueous

chlorin: kinetics, mechanisms, and product studies. J. Agric. FoodChem.