Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian asi eksklusif di Desa Bulurejo Gondangrejo Karanganyar jurnal dwi

(1)

commit to user

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BULUREJO GONDANGREJO

KARANGANYAR

The Association between Maternal Employment Status with Exclusive Breastfeeding in the village Bulurejo Gondangrejo Karanganyar.

Dwi Wijayanti1), Ika Sumiyarsih 2) , Angesti Nugraheni3) Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS

ABSTRAK

Latar Belakang: Kabupaten Karanganyar memiliki cakupan ASI eksklusif terendah di Jawa Tengah yaitu 14,89%. Jumlah pekerja wanita terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah status pekerjaan ibu. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Bulurejo Gondangrejo Karanganyar.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode pendekatan case control. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan responden 62 orang. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan mengunakan panduan wawancara. Kemudian dianalisis menggunakan Uji Fisher dengan bantuan program SPSS versi 18.

Hasil: Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0.000 (p<0.05) dengan nilai OR=18.3 (95% CI 4.1-80.9). Hal ini berarti terdapat hubungan antara antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja mempunyai risiko tidak memberikan ASI eksklusif 18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja di Desa Bulurejo.

Simpulan: Terdapat hubungan signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar.

Kata Kunci : Status Pekerjaan, Ibu bekerja, Pemberian ASI Eksklusif ABSTRACT

Background : Karanganyar has the lowest coverage of exclusive breastfeeding in central Java. It was 14.89%. The number of female workers is increasing from year to year. Exclusive breastfeeding influenced by several factors. One of them is the maternal employment status. The aim of this research was to analyze the association between maternal employment status with exclusive breastfeeding in the village Bulurejo Gondangrejo Karanganyar.

Methods: This study used a case-control approach. Total sampling was used in the research, with 62 respondents. Data was obtained from interview with an interview guide. Then, it were analyzed by using Fisher test with SPSS version 18.

Results: The result of statistical test get p value = 0.000 (p <0.05) with OR = 18.3 (95% CI 4.1 to 80.9). It means that there was a significant association between the maternal employment status with exclusive breastfeeding. Working mother has 18,3 times more at risk than mother who doesn`t working for not exclusive breastfeeding

The Conclusion: There was a significant association between maternal employment status with exclusive breastfeeding in the village Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar.


(2)

commit to user

PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit (Kemenkes, 2014). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif pada tingkat Jawa Tengah adalah sebesar 52,99% dengan kabupaten yang memiliki cakupan pemberian ASI Eksklusif terendah adalah Kabupaten Karanganyar (14,89%).

Salah satu faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif adalah kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja (Kemenkes, 2014). Berdasarkan data Disnaker Jawa Tengah tahun 2009 – 2012 jumlah pekerja pria lebih banyak dibanding pekerja wanita yakni sebesar 9.566.274 orang. Namun meskipun demikian jumlah pekerja wanita masih tinggi yaitu 6.566.616 orang. (Disnaker Jateng,2013). Ibu yang bekerja akan menghadapi beberapa kendala dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, antara lain cuti yang pendek, tempat kerja yang tidak mendukung pemberian ASI, kelelahan fisik psikis, dan waktu ibu yang banyak tersita di luar rumah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui data sekunder profil kesehatan Kabupaten Karanganyar tahun 2013, cakupan ASI Eksklusif tahun 2013 di Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 46,9%. Puskesmas Gondangrejo memiliki cakupan ASI eksklusifnya terendah

ke-3 dari 17 Puskesmas yang ada, yaitu sebesar 34,7%.

Berdasarkan wawancara singkat di Desa Bulurejo pada tanggal 13-14 Desember 2014, diperoleh hasil bahwa dari 10 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan tentang ASI Eksklusif pada kelahiran, diperoleh hasil dari 5 ibu yang tidak bekerja sebanyak 3 orang (60%) menyusui secara eksklusif dan 2 orang (40%) tidak memberikan ASI Eksklusif. Dari 5 orang ibu yang bekerja tidak ada yang memberikan ASI eksklusif (0%). Rata

–rata ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif beralasan karena kesibukan bekerja. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

“Hubungan Status Pekerjaan Ibu

dengan ASI Eksklusif Pada di Desa

Bulurejo Gondangrejo Karanganyar.”

SUBJEK DAN METODE Desain penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan

Case-control. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Desember 2014 sampai Juli 2015 dengan tempat penelitian di Desa Bulurejo. Populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan. Populasi aktual dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan dan tinggal di Desa Bulurejo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu Total sampling.

Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan mengunakan panduan wawancara.

Analisis univariat yang dilakukan pada setiap variable meliputi status pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif serta


(3)

commit to user

Status Pendidikan

Kesehatan F Presentase (%)

Pernah 35 56,5

Belum pernah 27 43,5

Jumlah 62 100

karakteristik responden. Sedangkan analisis bivariat yaitu analisis hubungan antara status pekerjaanibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan menggunakan uji Exact Fisher.

HASIL PENELITIAN A.Analisis Univariat

1. Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan responden

Usia

responden Frekue nsi (F)

Perse ntase (%)

Dasar 29 46,8

Menengah 28 45,1

Tinggi 5 8,1

Jumlah 62 100

Data menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 29 orang (46,8%) sedangkan yang paling sedikit adalah pendidikan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (8,1%). 2. Usia Responden

Tabel 4.2 Distribusi Usia Responden

Usia

(tahun) F

Presentase (%) <20 1 1,6 20-35 47 75,8

>35 14 22,6 Tabel tersebut menunjukan bahwa dalam penelitian ini, paling banyak responden dengan usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 47 orang (75,8%). Sedangkan yang paling sedikit adalah responden dengan usia <20

tahun yaitu sebanyak 1orang (1,6%).

3. Status Pendidikan Kesehatan tentang ASI Eksklusif

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Kesehatan tentang ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.3 data tentang karakteristik responden berdasarkan status pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif diperoleh hasil bahwa responden yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif sejumlah 35 orang (56,5%).

4. Riwayat Kesehatan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Kesehatan Responden

Riwayat Kesehatan Responden

F (%) Dirawat

di RS

Pernah 0 0 Tidak 62 100 Benjolan

payudara

Ada 0 0

Tidak 62 100 Berdasarkan tabel 4.4 data tentang karakteristik responden berdasarkan riwayat kesehatan diketahui bahwa responden tidak ada yang pernah di rawat di RS dan tidak ada .yang memiliki benjolan payudara ketika bayi berusia 0-6 bulan (100%)


(4)

commit to user

Riwayat Kesehatan

Responden F Presentase (%) Berat Badan Lahir <2500 gram 2 3,2

>2500 gram 6 96,8

Usia Kehamilan <37 minggu 2 3,2

>37 minggu 6 96,8

Cacat Bawaan Ada 0 0

Tidak 6 100

Status Pekerjaan F Presentase (%)

Bekerja 43 69,4

Tidak Bekerja 19 30,6

Jumlah 62 100

Pemberian ASI

Eksklusiff F Presentase (%) Tidak ASI Eksklusif 48 77,4

ASI Eksklusif 14 22,6

Jumlah 62 100

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Kelahiran Bayi

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Riwayat Kelahiran bayi

Berdasarkan tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat kelahiran bayi didapatkan bahwa terdapat 2 orang (3,2%) responden dengan riwayat kelahiran bayi kurang bulan dengan berat badan lahir <2500 gram dan tidak ada bayi yang mengalami cacat bawaan ketika lahir (0%).

6. Diskribusi Frekuensi Status Pekerjaan Responden

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Pekerjaan

Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu pekerja yaitu sebanyak 43 orang (69,4%). 7. Distribusi Frekuensi Responden

berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Pekerjaan

Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 48 orang (77,4%).

B.Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil analisis Exact Fisher, hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif

OR

(95% CI)

Tidak Ya

N % n %

Bekerja 40 83,3 3 21,4 0.00 18,3 (4,1-80,9)

Tidak bekerja

8 16,7 11 73,6

Total 48 100 14 100

Berdasarkan tabel 4.8 Hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagian besar adalah ibu bekerja yaitu 40 orang (83,3%) dan sebanyak 8 orang (16,7%) adalah ibu yang tidak bekerja. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebagian besar yaitu 11 orang (73,6%) adalah ibu yang tidak bekerja, serta terdapat 3 orang (21,4%) ibu yang bekerja. Hasil uji statistik diperoleh nilai p


(5)

commit to user

disimpulkan bahwa ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Adapun besar bedanya dapat dilihat nilai OR=18,3artinya ibu yang bekerja mempunyai resiko tidak memberikan ASI eksklusif 18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

PEMBAHASAN A. Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 data tentang karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 29 orang (46,8%). Jika pendidikan ibu rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal- hal yang berhubungan dengan ASI eksklusif (Haryani,2014). Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan status pekerjaan, Bappenas menyebutkan, 50% tingkat pengangguran terbuka berasal dari lulusan SD dan SMP, 30% lulusan SMA/SMK, dan sisanya adalah lulusan perguruan tinggi.

Berdasarkan tabel 4.2 data tentang karateristik responden berdasarkan usia dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, paling banyak responden dengan usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 47 orang (75,8%). Kelompok usia 20-35 tahun lebih

memungkinkan untuk

memberikan ASI eksklusif karena produksi ASInya masih bagus dan sudah siap secara mental. Jika dikaitkan dengan

status pekerjaan usia 20-35 adalah usia produktif, dengan semangat kerja tinggi (Haryani, 2014).

Pada tabel 4.3 data tentang karakteristik responden berdasarkan status pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif diketahui bahwa responden yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif sejumlah 35 orang (56,5%). Pendidikan kesehatan berkaitan dengan pengetahuan dan kesiapan ibu untuk menyusui, ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan tabel 4.4 data tentang karakteristik responden berdasarkan riwayat kesehatan diketahui bahwa responden tidak ada yang pernah di rawat di RS dan tidak ada .yang memiliki benjolan payudara ketika bayi berusia 0-6 bulan (100%). Hal tersebut berarti tidak ada ibu yang mengalami masalah payudara yang dapat menganggu proses menyusui serta karena penyakit akut.

Pada tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat kelahiran bayi didapatkan bahwa terdapat 2 orang (3,2%) responden dengan riwayat kelahiran bayi kurang bulan dengan berat badan lahir <2500 gram dan tidak ada bayi yang mengalami cacat bawaan ketika lahir (0%). Bayi dengan berat badan lahir (BBLR) dan prematur dalam kondisi lemah


(6)

commit to user

dan tidak mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi lahir normal (Proverawati,2010). B. Status Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian yaitu pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu pekerja yaitu sebanyak 43 orang (69,4%) dan sebanyak 19 orang (30,6%) tidak bekerja. Hal ini menunjukkan jumlah ibu yang bekerja di Desa Bulurejo cukup tinggi.

Berdasarkan karakteristik responden, ibu yang bekerja jumlah terbanyak adalah berpendidikan menengah, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja adalah ibu dengan pendidikan dasar. Hal tersebut sesuai data Bappenas bahwa 50% tingkat pengangguran terbuka berasal dari lulusan SD dan SMP. Berdasarkan usia responden baik ibu bekerja maupun tidak bekerja jumlah terbesar adalah pada usia 20-35 tahun, hal tersebut dikerenakan 75,8% responden ada pada kelompok tersebut. Ibu yang bekerja seringkali tidak dapat memberikan ASI eksklusif dengan alasan pekerjaan. Keikutsertaan dalam kegiatan komersial dan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah. Faktor ini juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu, tetapi tidak sedikit pula ibu yang bekerja tetap memberikan ASI (Prasetyono,2009).

Ibu yang bekerja mengalami beberapa permasalahan, seperti bagaimana mengatur waktu

dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Kelelahan psikis dan fisik itu yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami (Jacinta, 2009). Pada ibu yang tidak bekerja, sebagian besar waktunya digunakan di rumah sehingga memiliki waktu yang lebih banyak bersama bayi sehingga dapat setiap saat menyusui bayinya, ibu dapat langsung menyusui bayinya tanpa harus repot memeras dan menyimpan ASI. Ibu yang tidak bekerja juga tidak dihadapkan dengan tugas – tugas dan target dari tempat kerja yang seringkali menimbulkan stress dan kelelahan, sehingga mempengaruhi produksi ASI. Dengan demikian ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibanding ibu yang bekerja.

C. Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian yaitu pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 48 orang (77,4%) dan hanya terdapat 14 orang (22,6%) responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa faktor yaitu pendidikan, pengetahuan ibu, usia, sosial budaya, pekerjaan, kondisi kesehatan ibu dan bayi serta promosi susu formula.


(7)

commit to user

Berdasarkan karakteristik responden, ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mayoritas ibu usia 25-35 tahun, ibu tidak bekerja, sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI, pendidikan responden dasar dan menengah dengan jumlah yang sama dan tidak responden yang mengalami masalah kesehatan ibu serta bayi. Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dilihat dari karakteristiknya mayoritas adalah ibu bekerja, pendidikan dasar, usia25-23 tahun, belum mendapatkan penyuluhan ASI, ibu tidak mengalami masalah kesehatan tetapi terdapat 2 orang ibu yang memiliki bayi dengan BBLR dan prematur.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah status pekerjaan ibu. dimana Ibu yang bekerja akan menghadapi beberapa kendala dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, antara lain: cuti yang pendek, tempat kerja yang tidak mendukung pemberian ASI, kelelahan fisik psikis, alokasi waktu sarana dan prasarana kurang..

D. Hubungan antara Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0.000 (p<0.05) maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Adapun besar bedanya dapat dilihat nilai OR=18,3 (95% CI 4,1-80,9) artinya ibu yang

bekerja mempunyai resiko tidak memberikan ASI eksklusif 18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja di Desa Bulurejo.

Menurut teori, kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif (Prasetyono, 2009). Meskipun telah ada kebijakan pemerintah terkait penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah asi melalui Permenkes No.15 Tahun 2013 pasal 6 ayat 1 dan 2, namun masih banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 82 Pekerja/ buruh perempuan hanya memperoleh cuti melahirkan selama 3 bulan, yaitu selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan. Ibu harus kembali bekerja setelah cuti bersalin ketika bayi baru berumur kurang dari 2 bulan, hal ini dapat menyebabkan penggunaan susu formula secara dini, untuk menggantikan kedudukan ASI ketika ibu bekerja. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah (Jacinta,2009).Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Semakin tinggi tingkat ganggguan emosional, semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan


(8)

commit to user

untuk memproduksi ASI. ibu lebih rileks dalam menyusui bayi (Proverawati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 tentang hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagian besar adalah ibu bekerja yaitu 40 orang (83,3%) dan sebanyak 8 orang (16,7%) adalah ibu yang tidak bekerja. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebagian besar yaitu 11 orang (73,6%) adalah ibu yang tidak bekerja, serta terdapat 3 orang (21,4%) ibu yang bekerja.

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini adalah hasil penelitian Dahlan (2013) di Kelurahan Palemboh, Pedurungan, Semarang dengan hasil pada ibu yang bekerja hanya 16,7% ibu yang memberikan ASI eksklusif sedangkan pada ibu tidak bekerja, sebagian besar yaitu 73,9% ibu memberikan ASI eksklusif dengan nilai p sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian Ryan (2006) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja paruh waktu memiliki tingkat signifikan (p <0.05) lebih tinggi (68,8%) dibandingkan mereka yang bekerja penuh waktu (65,5%), maupun dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (64,8%). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Dian (2008) yaitu

dengan hasil uji statistik P =0.597 (P>0.05) sehingga tidak ada hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan pemberian ASI Eksklusif.

Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat faktor – faktor lain seperti tingkat pendidikan, usia, status pendidikan tentang ASI eksklusif, dukungan keluarga, kondisi ibu, kondisi bayi dan promosi susu formula yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya. Wilayah penelitian ini masih sempit yaitu dalam tingkat Desa. Jumlah populasi dan sample yang didapatkan kecil sehingga proporsi antara kelompok kasus dan kelompok kontrol kurang seimbang.

SIMPULAN DAN SARAN A .Kesimpulan

1. Sebagian besar responden adalah ibu bekerja yaitu sebanyak 43 orang (69,4%) dan terdapat 19 orang (30,6%) responden yang tidak bekerja.

2. Sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 48 orang (77,4%) dan terdapat 14 orang (22,6%) responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya. 3. Hasil uji statistik fisher

diperoleh nilai p value=0.000 (p<0.05) dengan nilai OR=18,3 (95% CI 4,1-80,9) artinya Ho ditolak dan Ha diterima terdapat hubungan antara antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, ibu yang bekerja mempunyai risiko tidak


(9)

commit to user

memberikan ASI eksklusif 18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja di Desa Bulurejo.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan petugas kesehatan di Desa Bulurejo dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan pada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif, terutama pada ibu bekerja misalnya mengenai cara penyimpanan ASI, cara memerah ASI dan cara pemberian ASI bagi bayi jika ibu bekerja.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

pengetahuan dan informasi kepada masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif, masyarakat turut mendukung pemberian ASI sehingga ibu yang menyusui dapat termotivasi dan terus memberikan ASI sampai bayi berusia 6 bulan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan kontrol terhadap faktor lain seperti tingkat pendidikan, usia, status pendidikan tentang ASI eksklusif, dukungan keluarga, kondisi ibu dan kondisi bayi sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat serta diharapkan memilih wilayah penelitian dengan jumlah populasi yang lebih besar dan menggunakan tehnik sampling lain sehingga bisa

mengalokasikan objek dengan lebih proposional. Peneliti selanjautnya juga diharapkan

mengklasifikasikan status pekerjaan ibu secara lebih spesifik yaitu dengan mempertimbangkan jam kerja, beban kerja dan tempat kerja.

4. Bagi tempat kerja

Diharapkan tempat kerja turut mendukung pemberian ASI pada ibu bekerja yaitu dengan cara menyediakan saran dan prasarana untuk menyusui di tempat kerja misalnya penyediaan ruang laktasi dan tempat penyimpanan ASI serta diharapkan ditetapkan kebijakan memperbolehkan ibu menyusui pulang pada jam istirahat untuk menyusui bayinya.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto S., 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.pp.134-185.

Dahlan A., Mubin, F., & Mustika, D. N. (2013). Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Kebidanan, 2(2).

Dahlan S.,2011. Statistik untuk


(10)

commit to user

Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika pp.26-173

Dinkes Jateng., 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2013.

www.dinkesjatengprov.go.i d/(20 Desember 2014) Dinkes Klaten, 2008. Peraturan

Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Inisiasi Menyusui Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif. Klaten.

Disnakertrans.,2014. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.www.disnakertrans.go .id (15 Januari 2015)

Disnaskertrans, 2010. RPJP 2010-2025 Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.www.dis naskertrans.go.id.(15 Desember 2010)

Ginting D.,(2010). Pengaruh Karakteristik Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi <6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Barusjahe.Unpad.

Handa P., 2006.

Breasfeeding.New Delhi: Peacock books. pp.5-6 Haryani.,2014. Alasan tidak

memberikan ASI pada Ibu

Bekerja.Universitas Udayana.Thesis

IDAI., 2013. Sukses Menyusui

Saat Bekerja.

http://idai.or.id/public- articles/klinik/asi/sukses- menyusui-saat-bekerja-2.html. (18 Januari 2015) ILO.2013.Tren

ketenagakerjaan dan sosial di Indonesia 2013: Memperkuat peran pekerjaan layak dalam kesetaraan pertumbuhan. http://www.ilo.org/wcmsp5 /group/public/---asia/---ro-

bangkok/---ilo-jakarta/documents/meeting document/wsms_233492.pd f (17 Mei 2015)

Jacinta F. Rini, Stres Kerja.http: //www.e-psikologi.com/artikel/organ

isasi-industri/stress-kerja&ei (14 Februari 2015)

Kembikbud., 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/ (10 Januari 2014)

Kemenkes, 2012. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI Kemenkes, 2014. Profil

Kesehatan Republik Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Notoatmodjo., 2010. Metodologi Penelitian


(11)

commit to user

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta pp.79-81,145-146. Prasetyono D., 2009. Asi

Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press pp.47-103 Proverawati A., Kapita Selekta

ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika pp.23-105.

Rebecca F. 2015. Encyclopedia

of Children’s Health.

http://www.healthofchildre

n.com/U-Z/Working-Mothers.html.(03 januari 2015)

Riskesdas, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Litbang Depkes pp.170-173.

Roesli U., 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidy pp.3-13.

Ryan A. S., Zhou, W., & Arensberg, M. B. (2006). The effect of employment status on breastfeeding in the United States. Women's Health Issues, 16(5), 243-251.

Sugiyono.,2012.Statistik untuk Penelitian.Bandung:

Alfabeta pp 12-36.

Soetjiningsih. 2004. ASI petunjuk untuk tenaga Kesehatan, Jakarta :ECG Sujarweni WV.,2014. Panduan

Penelitian Kebidanan

dengan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Baru Press pp.59-68.

WHO.2008. Indicators for assessing infant and young child feeding practice. Washington D.C : World Health Organization. Dept. of Child and Adolescent Health and Development.


(1)

commit to user dan tidak mampu menghisap

secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi lahir normal (Proverawati,2010).

B. Status Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian yaitu pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu pekerja yaitu sebanyak 43 orang (69,4%) dan sebanyak 19 orang (30,6%)

tidak bekerja. Hal ini

menunjukkan jumlah ibu yang bekerja di Desa Bulurejo cukup tinggi.

Berdasarkan karakteristik responden, ibu yang bekerja

jumlah terbanyak adalah

berpendidikan menengah,

sedangkan pada ibu yang tidak

bekerja adalah ibu dengan

pendidikan dasar. Hal tersebut sesuai data Bappenas bahwa 50% tingkat pengangguran terbuka berasal dari lulusan SD dan SMP. Berdasarkan usia responden baik ibu bekerja maupun tidak bekerja jumlah terbesar adalah pada usia

20-35 tahun, hal tersebut

dikerenakan 75,8% responden ada pada kelompok tersebut. Ibu yang bekerja seringkali tidak dapat memberikan ASI

eksklusif dengan alasan

pekerjaan. Keikutsertaan dalam kegiatan komersial dan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah. Faktor ini juga

dipengaruhi oleh kurangnya

pengetahuan ibu, tetapi tidak sedikit pula ibu yang bekerja

tetap memberikan ASI

(Prasetyono,2009).

Ibu yang bekerja mengalami beberapa permasalahan, seperti

bagaimana mengatur waktu

dengan suami dan anak hingga

mengurus tugas-tugas rumah

tangga dengan baik. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Kelelahan psikis dan fisik itu yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami (Jacinta, 2009). Pada ibu yang tidak bekerja, sebagian besar waktunya digunakan di rumah sehingga

memiliki waktu yang lebih

banyak bersama bayi sehingga

dapat setiap saat menyusui

bayinya, ibu dapat langsung menyusui bayinya tanpa harus repot memeras dan menyimpan ASI. Ibu yang tidak bekerja juga tidak dihadapkan dengan tugas – tugas dan target dari tempat kerja yang seringkali menimbulkan stress dan kelelahan, sehingga mempengaruhi produksi ASI. Dengan demikian ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan

yang lebih besar untuk

memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya dibanding ibu yang bekerja.

C. Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian yaitu pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 48 orang (77,4%) dan hanya terdapat 14 orang (22,6%) responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Pemberian ASI Eksklusif

dipengaruhi beberapa faktor yaitu pendidikan, pengetahuan ibu, usia, sosial budaya, pekerjaan, kondisi kesehatan ibu dan bayi serta promosi susu formula.


(2)

commit to user

Berdasarkan karakteristik

responden, ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mayoritas ibu usia 25-35 tahun, ibu tidak bekerja, sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI, pendidikan responden dasar dan menengah dengan jumlah yang sama dan tidak responden

yang mengalami masalah

kesehatan ibu serta bayi. Ibu yang tidak memberikan ASI

Eksklusif dilihat dari

karakteristiknya mayoritas adalah ibu bekerja, pendidikan dasar,

usia25-23 tahun, belum

mendapatkan penyuluhan ASI, ibu tidak mengalami masalah kesehatan tetapi terdapat 2 orang ibu yang memiliki bayi dengan BBLR dan prematur.

Salah satu faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah status pekerjaan ibu. dimana Ibu yang bekerja

akan menghadapi beberapa

kendala dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, antara lain: cuti yang pendek, tempat kerja yang tidak mendukung pemberian ASI, kelelahan fisik psikis, alokasi waktu sarana dan prasarana kurang..

D. Hubungan antara Status

Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0.000 (p<0.05) maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara status pekerjaan dengan

pemberian ASI eksklusif.

Adapun besar bedanya dapat dilihat nilai OR=18,3 (95% CI

4,1-80,9) artinya ibu yang

bekerja mempunyai resiko tidak memberikan ASI eksklusif 18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja di Desa Bulurejo.

Menurut teori, kegiatan atau

pekerjaan ibu sering kali

dijadikan alasan untuk tidak

memberikan ASI eksklusif

(Prasetyono, 2009). Meskipun telah ada kebijakan pemerintah

terkait penyediaan fasilitas

khusus menyusui dan/atau

memerah asi melalui Permenkes No.15 Tahun 2013 pasal 6 ayat 1 dan 2, namun masih banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Berdasarkan UU No. 13

Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pasal 82

Pekerja/ buruh perempuan hanya

memperoleh cuti melahirkan

selama 3 bulan, yaitu selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan anak dan 1,5 (satu

setengah) bulan sesudah

melahirkan. Ibu harus kembali bekerja setelah cuti bersalin ketika bayi baru berumur kurang dari 2 bulan, hal ini dapat menyebabkan penggunaan susu

formula secara dini, untuk

menggantikan kedudukan ASI ketika ibu bekerja. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah (Jacinta,2009).Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Semakin tinggi tingkat ganggguan emosional,

semakin sedikit rangsangan


(3)

commit to user untuk memproduksi ASI. ibu

lebih rileks dalam menyusui bayi (Proverawati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 tentang hubungan

antara status pekerjaan ibu

dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagian besar adalah ibu bekerja yaitu 40 orang (83,3%) dan sebanyak 8 orang (16,7%) adalah ibu yang tidak bekerja. Ibu yang

memberikan ASI Eksklusif

sebagian besar yaitu 11 orang (73,6%) adalah ibu yang tidak bekerja, serta terdapat 3 orang (21,4%) ibu yang bekerja.

Hasil penelitian yang mendukung

penelitian ini adalah hasil

penelitian Dahlan (2013) di

Kelurahan Palemboh,

Pedurungan, Semarang dengan hasil pada ibu yang bekerja

hanya 16,7% ibu yang

memberikan ASI eksklusif

sedangkan pada ibu tidak

bekerja, sebagian besar yaitu 73,9% ibu memberikan ASI eksklusif dengan nilai p sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga terdapat hubungan antara status pekerjaan

ibu dengan pemberian ASI

eksklusif. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian Ryan (2006) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja paruh waktu memiliki tingkat signifikan (p <0.05) lebih

tinggi (68,8%) dibandingkan

mereka yang bekerja penuh

waktu (65,5%), maupun

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (64,8%). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Dian (2008) yaitu

dengan hasil uji statistik P =0.597 (P>0.05) sehingga tidak ada hubungan antara ibu bekerja

dan tidak bekerja dengan

pemberian ASI Eksklusif.

Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat faktor – faktor lain seperti tingkat pendidikan, usia, status pendidikan tentang

ASI eksklusif, dukungan

keluarga, kondisi ibu, kondisi bayi dan promosi susu formula yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya. Wilayah penelitian ini masih sempit yaitu dalam tingkat Desa. Jumlah populasi dan sample yang

didapatkan kecil sehingga

proporsi antara kelompok kasus dan kelompok kontrol kurang seimbang.

SIMPULAN DAN SARAN A .Kesimpulan

1. Sebagian besar responden

adalah ibu bekerja yaitu sebanyak 43 orang (69,4%)

dan terdapat 19 orang

(30,6%) responden yang

tidak bekerja.

2. Sebagian besar responden

tidak memberikan ASI

Eksklusif yaitu sebanyak 48 orang (77,4%) dan terdapat 14 orang (22,6%) responden

yang memberikan ASI

eksklusif pada bayinya. 3. Hasil uji statistik fisher

diperoleh nilai p value=0.000

(p<0.05) dengan nilai

OR=18,3 (95% CI 4,1-80,9) artinya Ho ditolak dan Ha diterima terdapat hubungan antara antara status pekerjaan

dengan pemberian ASI

eksklusif, ibu yang bekerja


(4)

commit to user memberikan ASI eksklusif

18,3 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja di Desa Bulurejo.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas

kesehatan di Desa Bulurejo dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan pada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif, terutama pada ibu bekerja

misalnya mengenai cara

penyimpanan ASI, cara

memerah ASI dan cara

pemberian ASI bagi bayi jika ibu bekerja.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

pengetahuan dan informasi kepada masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif, masyarakat turut mendukung pemberian ASI sehingga ibu

yang menyusui dapat

termotivasi dan terus

memberikan ASI sampai bayi berusia 6 bulan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti

selanjutnya dapat

memberikan kontrol terhadap faktor lain seperti tingkat

pendidikan, usia, status

pendidikan tentang ASI

eksklusif, dukungan keluarga, kondisi ibu dan kondisi bayi

sehingga hasil yang

didapatkan lebih akurat serta diharapkan memilih wilayah

penelitian dengan jumlah

populasi yang lebih besar dan

menggunakan tehnik

sampling lain sehingga bisa

mengalokasikan objek

dengan lebih proposional. Peneliti selanjautnya juga diharapkan

mengklasifikasikan status

pekerjaan ibu secara lebih

spesifik yaitu dengan

mempertimbangkan jam

kerja, beban kerja dan tempat kerja.

4. Bagi tempat kerja

Diharapkan tempat kerja turut mendukung pemberian ASI pada ibu bekerja yaitu dengan cara menyediakan saran dan prasarana untuk menyusui di

tempat kerja misalnya

penyediaan ruang laktasi dan

tempat penyimpanan ASI

serta diharapkan ditetapkan

kebijakan memperbolehkan

ibu menyusui pulang pada jam istirahat untuk menyusui bayinya.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto S., 2010. Prosedur

Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka

Cipta.pp.134-185.

Dahlan A., Mubin, F., & Mustika, D. N. (2013). Hubungan Status Pekerjaan

dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan

Palebon Kecamatan

Pedurungan Kota

Semarang. Jurnal

Kebidanan, 2(2).

Dahlan S.,2011. Statistik untuk


(5)

commit to user Kesehatan.Jakarta:Salemba

Medika pp.26-173

Dinkes Jateng., 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2013.

www.dinkesjatengprov.go.i d/(20 Desember 2014) Dinkes Klaten, 2008. Peraturan

Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Inisiasi Menyusui Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif. Klaten.

Disnakertrans.,2014. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.www.disnakertrans.go .id (15 Januari 2015)

Disnaskertrans, 2010. RPJP

2010-2025 Bidang

Ketenagakerjaan dan

Ketransmigrasian.www.dis naskertrans.go.id.(15 Desember 2010)

Ginting D.,(2010). Pengaruh

Karakteristik Faktor

Internal dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi <6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Barusjahe.Unpad.

Handa P., 2006.

Breasfeeding.New Delhi:

Peacock books. pp.5-6 Haryani.,2014. Alasan tidak

memberikan ASI pada Ibu

Bekerja.Universitas Udayana.Thesis

IDAI., 2013. Sukses Menyusui

Saat Bekerja.

http://idai.or.id/public- articles/klinik/asi/sukses- menyusui-saat-bekerja-2.html. (18 Januari 2015) ILO.2013.Tren

ketenagakerjaan dan sosial

di Indonesia 2013:

Memperkuat peran

pekerjaan layak dalam

kesetaraan pertumbuhan.

http://www.ilo.org/wcmsp5 /group/public/---asia/---ro-

bangkok/---ilo-jakarta/documents/meeting document/wsms_233492.pd f (17 Mei 2015)

Jacinta F. Rini, Stres

Kerja.http:

//www.e-psikologi.com/artikel/organ

isasi-industri/stress-kerja&ei (14 Februari 2015)

Kembikbud., 2014. Kamus

Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/ (10 Januari 2014)

Kemenkes, 2012. Situasi dan

Analisis ASI Eksklusif.

Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes, 2014. Profil

Kesehatan Republik

Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Notoatmodjo., 2010.


(6)

commit to user Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta pp.79-81,145-146.

Prasetyono D., 2009. Asi

Eksklusif. Yogyakarta:

Diva Press pp.47-103 Proverawati A., Kapita Selekta

ASI dan Menyusui.

Yogyakarta : Nuha Medika pp.23-105.

Rebecca F. 2015. Encyclopedia

of Children’s Health.

http://www.healthofchildre

n.com/U-Z/Working-Mothers.html.(03 januari

2015)

Riskesdas, 2010. Riset

Kesehatan Dasar 2010.

Jakarta: Litbang Depkes pp.170-173.

Roesli U., 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidy pp.3-13.

Ryan A. S., Zhou, W., & Arensberg, M. B. (2006). The effect of employment status on breastfeeding in the United States. Women's Health Issues, 16(5), 243-251.

Sugiyono.,2012.Statistik untuk Penelitian.Bandung:

Alfabeta pp 12-36.

Soetjiningsih. 2004. ASI

petunjuk untuk tenaga

Kesehatan, Jakarta :ECG Sujarweni WV.,2014. Panduan

Penelitian Kebidanan

dengan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Baru Press pp.59-68.

WHO.2008. Indicators for assessing infant and young child feeding practice. Washington D.C : World Health Organization. Dept. of Child and Adolescent Health and Development.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1 33 68

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Dipuskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

0 28 68

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, PENDIDIKAN FORMAL DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA Hubungan Status Pekerjaan, Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo Ke

0 5 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS PEKERJAAN IBU, DAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

2 8 102

Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian asi eksklusif di Desa Bulurejo Gondangrejo Karanganyar abstrak

1 2 13

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

0 0 7

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS BANTUL II TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2014 - DIGILIB UN

1 1 10

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sayegan Sleman Yogyakarta - DIGILI

1 1 10