PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL
THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII
SMP NEGERI 1 KISARAN T.A 2013/2014

Oleh :
Lidya Sari Nasution
409311024
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


ii

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar
Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV di Kelas
VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis

mengucapkan terima kasihkepadaBapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd,
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing
akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran selama
perkuliahan berlangsung.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para
staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.Dselaku Dekan
FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staff pegawai UNIMED. Bapak Drs.
Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak
memberikan ilmunya kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada
Bapak Drs. H. Aswin Lubis selaku Kepala SMP Negeri 1 Kisaran dan Ibu Rosach
Ratna Tobing, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1
Kisaran yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

v


Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada IbundaNurleli
Manurung,Ayahanda Ibnu Hajar Nasution, kakek (Nazaruddin Nasution, alm. H.
Ilyas Zaily & alm. Zakaria Manurung) dan Nenek (almh. Chadijah, Hj. Nuraini&
Masfah Lubis) serta Ibu dr. Rifwani dan Uwak Abdul Majid yang terus
memberikan motivasi, moril dan materil serta doa demi keberhasilan penulis
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Dara, Aldi, Ulfa dan
Rizka yang selalu memberikan dukungan dan motivasi..
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Abangda „Yudhi
Junika, Ikbal Tambunan, Yoki affriandy,M. Aswin, yang selalu memberi
motivasi, dukungan dan bantuan-bantuan untuk penulis menyelesaikan skripsi
ini.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaikku
Arlina Rangkuti, Swarenda Septia, Tika Andriani, zizah dan teman-teman di kos
“adk wulan, adk ainun dan eva yanti, beserta teman-teman lainnya di jurusan
matematika khususnya kelas Eks‟09Matematika yang telah banyak membantu
penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang turut memberi semangat
dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi

maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan,
Penulis,

Februari 2014

Lidya Sari Nasution
NIM. 409311024

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL
THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII
SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014


LIDYA SARI NASUTION (409311024)
ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe Snowball Throwing
Pada materi SPLV dikelas VII SMP Negeri 1 Kisarn T.A. 2013/2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP 1
Kisaran T.A. 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas. Dari 8 kelas dipilih 2 kelas
secara acak yaitu kelas VII3 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen A
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan kelas
VII4 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen B dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing, dimana kedua kelas ini yang dijadikan sampel
dalam penelitian. Instrumen penelitian ini berupa pretes dan postes yang
berbentuk essay tes dan sebanyak 5 soal. Sebelum instrumen diberikan pada siswa
terlebih dahulu divalidkan kepada satu orang dosen matematika dan orang guru
matematika.
Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas data. Berdasarkan hasil analisis, pada kelas eksperimen A ( tipe think
pair share ) diperoleh rata-rata siswa 40,75 dan postes 76,47 maka tingkat

perubahan kelas eksperimen A adalah 35,72. Sedangkan pada kelas eksperimen B
diperoleh nilai rata-rata pretes 43,11 dan postes 61,67 maka tingkat perubahan
kelas eksperimen B adalah 18,56
Uji hipotesis, dari perhitungan data siswa diperoleh pada dk = 68 dan taraf
nyata α = 0,05 dan � 1−1 ∝ = �0,975 diperoleh ttabel = 1,997 dan thitung = 5,96.
2

diperoleh thitung tidak berada diantara interval -1,996 < t < 1,996 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Maka disimpulkan ada perbedaan yang berarti antara
hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dan Tipe Snowball Throwing pada materi PLSV di kelas VII SMP Negeri 1
Kisaran T.A. 2013/2014. Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata pada kedua kelas
sehingga disarankan kepada guru matematika untuk dapat menerapkan Model
pembelajran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran matematika
pada materi persamaan linier satu variabel.

vi

DAFTAR ISI


Halaman
Lembar Persetujuan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Diagram
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
vii
ix
x
xi


BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
9
9

10
10
10

BAB II
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
2.1.4.1.
2.1.4.2.
2.1.4.3.
2.1.5.
2.1.6.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.

2.2.5.

TINJAUAN TEORITIS
Kerangka Teoritis
Pengertian Belajar
Hasil Belajar
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Materi Ajar
Persamaan Linear Satu Variabel
Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan Substitusi
Menentukan Bentuk Setara dari PLSV
Penyelesaian PLSV Bentuk Pecahan
Membuat Model Matematika dan Menyelesaiakan soal cerita dgn
PLSV

Kerangka Konseptual
Penelitian Yang Relevan
Hipotesis

2.3.
2.4.
2.4.

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian

12
12
13
15
16
20
22
23
24
28
33
33
34
35
37
38
39
40
40

41

vii

3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8
3.8.1.
3.8.2.
3.8.3.
3.8.4.
3.8.5.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Jenis dan Desain Penelitian
Prosedur Penelitian
Instrument Penelitian
Tehknik Analisis Data
Menghitung Rata-Rata Skor
Menghitung Standart Deviasi
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji Hipotesis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Nilai Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.2.
Uji Prasyarat Data
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas Data
4.2.3. Pengujian Hipotesis
4.3.
Pembahasan Hasil Penelitian

41
41
41
42
43
44
45
47
47
48
48
48
49
50

52
53
54
54
55
56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
5.2.

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

59
59
60

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4

Halaman
Data Hasil Pra Penelitian
3
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
20
Persamaan dan Perbedaan Tipe TPS dan Snowball Throwing
32
Rancangan Penelitian
44
Data Pos-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
51
Ringkasan Rata-Rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Kedua Kelas 52
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
54
Data Hasil Uji Homogenitas
55

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

Halaman
47

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Data Post-Test Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II
Diagram 4.3 Ringkasan Data Pre-Test Dan Post-Test Kelas Eksperimen
I dan II

Halaman
53
57

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.

Lampiran 26.
Lampiran 27.
Lampiran 28.
Lampiran 29.
Lampiran 30.
Lampiran 31.
Lampiran 32.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran
Kooperatif TPS
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran
Kooperatif TPS
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran
Kooperatif Snowball Throwing
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran
Kooperatif Snowball Throwing
Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I
Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II
Kisi - Kisi Pre Test
Kisi - Kisi Post Test
Pretest
Post Test
Alternatif Jawaban Pretest ( Test Awal)
Alternatif Jawaban Post Test ( Test Akhir)
Pedoman Penskoran Tes
Daftar Nama Kelas Eksperimen A
Daftar Nama Kelas Eksperimen B
Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen A
Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen A
Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Postest Kelas Eksperimen A
Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen B
Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen B
Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Postest Kelas Eksperimen B
Data Hasil Selisih Pretes Dan Postes
Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postes dan Pretes) Hasil Belajar
PLSV Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
Perhitungan Uji Normalitas Data
Perhitungan Uji Homogenitas
Perhitungan Uji Hipotesis
Dokumentasi Penelitian
Tabel Chi-Kuadrat
Tabel Distribusi Nilai F
Tabel Distribusi Z

62
68
74
81
87
90
91
95
97
98
99
100
101
104
108
110
111
112
113
114
115
116
117
118

120
122
133
135
140
147
148
151

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber

daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan
mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui
pendidikan yang berkualitas. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang
mengemban tugas yang sangat berat, yaitu membentuk individu-individu agar
mempunyai wawasan dan pengetahuan luas serta keahlian sesuai dengan
kebutuhan zaman. Sehingga harapan masyarakat untuk memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkuantitas dapat terpenuhi.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika. Cocroft (dalam Abdurrahman 2009:253)
mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2). Semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3). Merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5). Meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6). Memberikan kemampuan
terhadap usaha memecahkan masalah yang matang.
Sejalan

dengan

pendapat

tersebut,

Cornellius

(dalam

Abdurrahman,2009:253) mengemukakan :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berfikir yang jelas (2) sarana untuk pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan
(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai

1

2

matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.
Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika kurang menggembirakan.
Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Program for International
Student

Assessment

(http://kampus.okezone.com/2013/01/08/)

:

“Pada

pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir,
kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia
menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan”.
Senada

dengan

keterangan

di

atas,

Mohammad

Nuh

(http://sains.kompas.com/2012/06/02/) mengemukakan bahwa: “Siswa yang
mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus
terbanyak dalam mata pelajaran Matematika, kemudian diikuti Bahasa Inggris,
IPA, dan Bahasa Indonesia, ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Mohammad Nuh”.
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Rendahnya hasil belajar siswa
dikarenakan guru dalam menerangkan materi matematika kurang jelas dan kurang
menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam
menerangkan materi pelajaran. Disamping itu penggunanaan metode pengajaran
yang digunakan guru kurang tepat, sehingga siswa dalam memahami dan
menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.
Berdasarkan observasi dikelas kelemahan belajar matematika diantaranya adalah
(1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit, (2)
siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam
mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang
belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode mengajar yang digunakan
guru.
Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh
pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus
dihafal. Hal ini berarti rendahnya prestasi atau hasil belajar tersebut dapat
disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam

3

matematika. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, kecepatan
dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti
buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan
rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin
memperkuat anggapan bahwa „Matematika adalah pelajaran yang sulit dan
menakutkan‟.
Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2009:252), “dari berbagai
bidang studi yang diajar disekolah, matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan
lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Anggapan tersebut juga dapat disimpulkan dari hasil observasi pada 13
Mei 2013, pada materi PLSV. Tes yang diberikan kepada siswa yaitu siswa
diminta untuk mengerjakan 4 soal yang berhubungan dengan materi PLSV. Hasil
yang diperoleh dari tes tersebut kurang memuaskan seperti ditunjukkan pada
tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian
Nilai
(xi)
70
55
50
45
40
35
20
10
Jumlah
rata-rata

Jumlah siswa
(fi)
1
6
5
4
5
6
4
5
36

Dari tabel diatas diperoleh, rata-rata ( x ) =

fi . xi
70
330
250
180
200
210
80
50
1300
36,11
1300
= 36,11. Ada 99,5 % (35
36

siswa) yang nilainya dibawah 65, dan hanya 5% (1 siswa) yang nilainya di atas

4

65. dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar matematika pada materi PLSV di
SMP N 1 Kisaran masih rendah.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau
komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti dikatakan
oleh Nurhayati (http://www.depdiknas.go.id):
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika
peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model
pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataannya menunjukkan
selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi guru.
Diantara faktor tersebut, salah satu faktor yang mendapat perbaikan adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru merupakan salah satu yang
mempengaruhi dalam proses belajar siswa, bertanggung jawab dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Lie (2008:3):
Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang
pasif. Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigma lama ini
sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah
dan mengaharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat, Hafal (3DCH)
serta mengadu siswa satu sama lainnya.
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sama dengan hasil wawancara peneliti
dengan salah seorang guru matematika SMP N 1 Kisaran, ibu Rosach Ratna, S.Pd,
yang menyatakan bahwa: ketika ia mengajar di kelas, diawali dengan
menyampaikan materi pelajaran setelah itu memberikan beberapa contoh, dan
kemudian memberikan latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang
diajarkan.
Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting,
sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, banyak upaya
yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi rendahnya hasil belajar siswa,
diantaranya seperti penataran guru-guru, membentuk musyawarah guru-guru

5

bidang studi, menambah sarana dan prasarana, mengadakan perbaikan kurikulum.
Namun semua usaha itu belum mendatangkan hasil yang menggembirakan.
Rendahnya hasil pembelajaran matematika disekolah bukan hanya dipengaruhi
oleh semua faktor saja. Selain itu Soedjadi (2004:2) mengatakan bahwa:
Pembelajaran matematika selama ini cenderung berpusat pada guru dan
cenderung bersifat memberi tahu. Dalam matematika sangat diperlukan
aktifitas, tanpa aktifitas belajar mengajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik.
Permasalahan rendahnya hasil belajar matematika juga dialami siswa SMP
N 1 Kisaran, salah satunya pada materi PLSV. Beberapa masukan yang
diungkapkan oleh ibu Rosach Ratna, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika
bahwasanya banyak siswa yang kesulitan dalam melakukan penyetaraan dari
PLSV dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan
bilangan yang sama. Misalnya pada penjumlahan dan pengurangan, siswa masih
bingung menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif begitu juga
sebaliknya apabila menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif.
Begitu juga dengan perkalian dan pembagian, siswa masih banyak yang tidak
hapal

perkalian.

Sehingga

guru

kewalahan

jika

harus

mengajari

penjumlahan/pengurangan bilangan posif dengan bilangan negatif dan perkalian
yang semestinya diajarkan dibangku Sekolah Dasar (SD).
Oleh karena faktor ini merupakan hal yang mendasari sehingga penelitian
dilakukan disekolah ini dengan materi tersebut. Dalam proses pembelajaran,
setiap kegiatan harus dapat mendorong siswa agar aktif sehingga dapat memahami
konsep dan prosedur matematika. Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya
guru mampu memberi inovasi pada metode pembelajaran yang digunakan selama
ini. Metode pembelajan yang digunakan hendaknya variatif, sesuai dengan materi
pelajaran yang disampaikan, mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh: Auliyawati
(http://www.one.indoskrip.com)
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh faktor, salah satunya
adalah metode yang digunakan guru dalam mengajar. Pada kenyataannya,
dalam pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, sehingga

6

siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar kurang
memuaskan. Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal bila
seorang guru tepat dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu
diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan mampu
meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.
Faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan metode pembelajaran.
penggunaan metode pembelaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan
mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika kelas VII SMP N 1
Kisaran, diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar yang terjadi masih
bersifat teacher oriented. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan
informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajar seperti
mengajukan pertanyaan, berdiskusi, mengemukakan pendapat, melakukan
presentasi, dan mengambil kesimpulan mengenai konsep/materi yang dibahas.
Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai benar atau
tidaknya pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru kurang mampu memilih dan menentukan model
pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih
dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan
kebutuhan belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan daya fikir
siswa, partisipasi siswa, dan mudah diterapkan dikelas. Seperti yang diungkapkan
oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini,
sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.

7

Selanjutnya Ibrahim,dkk (2010:16) menyatakan bahwa:
Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar
individu atau model kooperatif sangat efektif terhadap hasil belajar siswa
dalam semua tingkat kelas.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan dalam hal ini penulis
tertarik meneliti kooperatif tipe TPS dan Snowball Throwing.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sering juga disebut
dengan teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Model pembelajaran ini adalah salah
satu model pembelajaran cooperatif learning.
Dimana pada model pembelajaran ini siswa dapat belajar dan bekerja sama
dalam kelompok kecil yang bersifat collaborative. Seperti yang diungkapkan
Ibrahim,dkk (2010:26) bahwa :
Think-Pair-Share adalah cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di
dalam kelas, model pembelajaran ini memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak untuk berpikir,
menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Senada dengan yang dikemukakan Lie (2008 :57) bahwa :
Model pembelajaran kooperatif teknik TPS ini unggul dalam membantu
siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit,
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan membantu
teman saat mereka saling mendiskusikan suatu permasalahan.
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan
keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa
lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan
di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa
percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut
untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
Dalam pembelajaran tipe Snowball throwing merupakan

8

Dari kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya melibatkan peran
aktif siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share (TPS) ini siswa diharapkan mengalami pembelajaran matematika
yang lebih menarik, menyenangkan bagi siswa, lebih mengaktifkan siswa dan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing merupakan salah satu
modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan
merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik
yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan
kepada sesama teman. Seperti yang dikemukakan oleh Istarani (2012 : 12)
mengemukakan :
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan rangkaian penyajian
materi ajar yang diawali dengan penyampaian materi, lalu membentuk
kelompok dan ketua kelompoknya yang kemudian masing-masing ketua
kelompok
kembali
kekelompoknya
masing-masing,
kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya serta
dilanjutkan dengan masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas
untuk menuliskan satu pertanyaan saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing melibatkan siswa
berperan aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Melalui model
pembelajaran snowball throwing ini diharapkan siswa belajar dan mengalami
bukan menghapal sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna, menarik,
menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dan prestasi
belajar siswa.
Dari penjelasan diatas kedua metode hampir sama menyebabkan peneliti
melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua metode yaitu metode
pembelajaran TPS dan Snowball Throwing pada materi PLSV. Selain dari alasan
itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat metode
mana yang lebih efektif diajarkan pada materi PLSV. Berdasarkan dari penelitian
sebelumnya dalam “Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan tipe Team

9

Accelerated Instruction (TAI) pada pokok bahasan Logaritma di kelas X SMA
AR-RAUDHATUL HASANAH Medan Tahun Ajaran 2010/2011”, menyatakan
bahwa pembelajaran tipe TPS lebih tinggi daripada pembelajaran tipe TAI. Begitu
juga Fadillah (2011), Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP N 1 Tanjung Morawa
T.A. 2010/2011, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan himpunan. Untuk lebih
mengetahui keefektifan kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan
penelitian di SMP N 1 Kisaran. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang
diperoleh peneliti bahwa disekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang
menerapkan metode yang diteliti oleh peneliti.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk mengadakan
penelitian dengan judul : “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di Kelas VII SMP Negeri 1
Kisaran T.A 2013/2014”.

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2.

Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3.

Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

4.

Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.

1.3.

Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu, penelitian ini

hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing serta

10

perbedaannya terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan linear satu
variabel di kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014.

1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas , maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar
Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di
Kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014?”

1.5.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil

belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Snowball Throwing pada materi PLSV di
kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran.

1.6.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.

Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk dapat mempertimbangkan dan memilih
model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.

Bagi Siswa
Sebagai

alternatif

usaha

meningkatkan

kemampuan

siswa

dan

mengaktifkan siswa serta dapat menjalin hubungan yang lebih baik
diantara siswa lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika.
3.

Bagi Sekolah
Sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
terutama dalam pembelajaran matematika.

4.

Bagi Peneliti

11

Sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran
yang lebih tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada masa
yang akan datang.
5.

Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan dan pembanding untuk penelitian dalam
permasalahan yang sama pada masa yang akan datang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan tipe Snowball Throwing pada materi Persamaan Linier Satu Variabel di
kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014.

5.2. Saran
1.

Kepada guru matematika dapat menerapkan pembelajaran tipe TPS dan
tipe Snowball Throwing sebagai salah satu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.

Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe
TPS dan Snowball Throwing agar dapat memaksimalkan waktu sebaik
mungkin dan persiapan yang matang.

3.

Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melanjutkan bentuk penelitian
ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat sebagai bahan
perbandingan.

59

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono., (2009). Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar.
Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2010), Manajemen Penelitian, Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2009), http://buku.infogue.com/hasil_belajar_pengertian
dan_definisi (diakses April 2010)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.
Hartono, (2008), http://eprints.um.ac.id/4805/1/A/410050187.pdf (diakses Mei
2010)
Holil,

Anwar, (2007),

http://anwarholil.blogspot. com/2007/09/pendidikan-

inovatif.html. (diakses Mei 2010)
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persana,
Medan.
Kiranawati, (2007) http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/snowball throwing
(diakses Mei 2010)
Kompas. 2012. Kelulusan Ujian Matematika. http://sains.kompas.com/read/
2012/06/02/10035432/Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matematika
Lie, Anita.(2004). Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,
Grasindo: Jakarta.
Nadia, R. 2013. Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia.
http://kampus.okezone.com/read/2013/01/08/373/743021/penyebabindeks-matematika-siswa-ri-terendah-di-dunia
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban), Grasindo, Jakarta.
Roestiyah http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajarankonvensional/ (diakses Mei 2010)

61

Sagala, Syaiful., (2011), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Afabeta,
Bandung.
Sanjaya, W., (2008), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana , (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sudrajat, Akhmad, (2009), http://akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses Mei
2010)
Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,
Surabaya.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana,
Jakarta.
Trimo dan Rusantiningsih, (2008), http://research engines.com/0408trimo.html
(diakses Mei 2010)
Widodo,

Rachmad,

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model

pembelajaran-18-snowball-throwing/ (diakses Mei 2010)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU-MALANG

0 21 23

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI-IIS DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

0 47 1

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PERFORMANCE ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

0 3 16

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 15 87

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 RUKTI HARJO

1 12 61

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16