KAJIAN KARAKTERISTIK FISIK KIMIA DAN SENSORIS TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT Lactobacillus fermentum FNCC 0322.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pisang batu (Musa balbisiana ) merupakan salah satu pisang liar dan
bersifat diploid (Musita,2014). Umumnya orang hanya menanam pisang batu
hanya untuk memanfaatkan daunnya yang tebal sebagai pembungkus,
buahnya yang masih muda digunakan sebagai campuran rujak dibeberapa
tempat dan sisanya digunakan sebagai pakan binatang (Margono, 2000).
Padahal tanaman pisang batu (Musa balbisiana ) mempunyai banyak manfaat
antara lain getahnya mengandung senyawa antioksidan yang salah satunya
dapat mengurangi resiko alzheimer (Pothavorn, 2010). Pisang batu
mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 90%
(Gutierrez, 2007). Kandungan pati yang cukup tinggi inilah yang membuat
pisang batu cocok diolah menjadi tepung. Pisang yang dapat dijadikan
sebagai tepung keadaan adalah buah yang belum masak dan warna kulitnya
masih berwarna hijau dikarenakan tingginya pati dan polisakarida non-pati
(Bello-Perrez, 2011). Pengolahan menjadi tepung ini mempunyai manfaat
yaitu umur simpannya yang lama dan lebih praktis apabila digunakan untuk
membuat produk pangan lainnya. Selain kandungan pati, pada buah pisang
batu dan bijinya juga mempunyai kandungan mineral (dalam ppm) cukup
tinggi seperti kalsium, magnesium, kalium, natrium, mangan, dan fosfor

(Endra, 2006).
Penelitian mengenai tepung pisang batu (Musa balbisiana ) sebelumnya
menyebutkan kandungan amilosa dan protein berturut turut yaitu 18,8% dan
4,15% (Segura-Campos, 2011). Jika dilihat dari kandungan amilosa dari
tepung pisang batu tergolong normal menurut klasifikasi Tester (2004).
Amilosa erat kaitannya dengan indeks glikemik. Semakin tinggi kandungan
amilosa pada bahan pangan maka semakin rendah pula indeks glikemik yang
dimiliki oleh bahan pangan tersebut (Frei, 2003; Arif, 2013; Jeevetha, 2014).
Secara umum indeks glikemik bahan pangan dihitung berdasarkan
perbandingan antara luas kurva kenaikan glukosa darah setelah mengonsumsi

pangan yang diuji dengan kenaikan glukosa darah setelah mengonsumsi
pangan rujukan terstandar seperti glukosa. Indeks glikemik yang rendah
sangat bagus untuk diet (Arif, 2013).
Untuk meningkatkan amilosa dan protein pada tepung adalah dengan
memodifikasi proses pengolahan tepung. Proses modifikasi tepung sendiri
menurut BeMiller (1997) diklasifikasikan menjadi tiga jenis antara lain
metode modifikasi kimia, modifikasi fisik, dan modifikasi genetik (biologi).
Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan yaitu modifikasi secara
fermentasi. Modifikasi fermentasi ini masuk ke dalam kategori modifikasi

kimia karena pada fermentasi terjadi hidrolisis oleh asam maupun enzim.
Modifikasi dengan metode fermentasi diketahui dapat merubah karakteristik
fisik seperti sifat reologi dan karakteristik kimia (Kohajdova, 2007; Ezekiel,
2010; Haydersah, 2012; Jenie, 2012; Hur, 2014; Nurhayati, 2014). Penelitian
sebelumnya dari Ezekiel (2010) menyebutkan adanya kenaikkan kandungan
protein pada tepung hasil metode fermentasi dengan menggunakan bakteri
asam laktat akibat kenaikkan jumlah biomassa.
Fermentasi pada umumnya melibatkan mikroorganisme seperti bakteri
ataupun fungi. Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat dilaporkan dapat
meningkatkan kandungan amilosa serta protein (Tivana, 2007; Wan, 2011;
Haydersah, 2012; Yi, 2016). Metode modifikasi dengan fermentasi
dilaporkan juga dapat merubah karakteristik seperti derajat putih, swelling
power , kelarutan, daya serap air aktivitas antioksidan tepung yang dihasilkan

(Numfor, 1994; Wang, 2011; Obadina, 2013; Jayus, 2016) Salah satu jenis
mikroorganisme bakteri asam laktat yang dapat meningkatkan kandungan
amilosa dan dapat merubah karakteristik tepung adalah Lactobacillus
fermentum (Haydersah, 2012; Yi, 2016). Penambahan bakteri Lactobacillus
fermentum sebagai starter untuk perlakuan awal pembuatan tepung pisang


batu pada konsentrasi tertentu dilaporkan dapat meningkatkan kandungan pati
resisten pada tepung pisang batu secara signifikan (Sutakwa, 2016). Selain
konsentrasi starter, lama fermentasi juga mempengaruhi hasil akhir dari
produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini akan diterapkan variasi lama

fermentasi dan konsentrasi starter bakteri untuk mengetahui perubahan
karakteristik pada tepung pisang batu hasil modifikasi. Dengan dilakukan
penelitian ini diharapkan terdapat peningkatan kandungan amilosa. Selain itu
diharapkan terjadi perubahan pada sifat amilografi, peningkatan protein, dan
aktivitas antioksidan. Sifat amilografi sendiri yaitu sifat yang dimiliki oleh
pati yang berkaitan dengan viskositas tepung selama pemanasan dan
pengadukan meliputi suhu gelatinisasi, viskositas maksimum, viskositas balik
dan viskositas dingin yang nantinya dapat digunakan untuk mengetahui
pengaplikasian tepung pada pembuatan produk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama fermentasi dan
konsentrasi starter bakteri asam laktat Lactobacillus fermentum terhadap
karakteristik fisik (derajat putih, swelling power , kelarutan, daya serap air,
dan sifat amilografi), karakteristik kimia (kadar air, kadar protein, dan
aktivitas antioksidan), serta karakteristik sensoris pada tepung pisang
termodifikasi fermentasi yang dihasilkan.


Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) TERMODIFIKASI DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus plantarum

4 48 120

Pengaruh Variasi Perlakuan Bahan Baku dan Konsentrasi Asam Terhadap Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB)

2 10 105

Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam dan Waktu Hidrolisis terhadap Produksi Bioetanol dari Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB)

0 14 86

Pengaruh variasi perlakuan bahan baku dan konsentrasi asam terhadap ekstraksi dan karakteristik pektin dari limbah kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana BBB)

6 21 105

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)

26 120 80

KAJIAN FORMULASI TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DAN TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN BROWNIES

16 151 64

KAJIAN FORMULASI TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DAN TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN BISKUIT COKLAT

2 51 137

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS FLAKES PISANG KEPOK SAMARINDA (Musa paradisiaca balbisiana) DENGAN SUBSTITUSI PATI GARUT.

0 1 12

KAJIAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG SUKUN (Artocarpus communis) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM LAKTAT.

0 0 12

KAJIAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG SUKUN (Artocarpus communis) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM ASETAT.

0 0 10