Hubungan Antara Subjective Well Being Dan Organizational Citizenship Behavior Pada Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Cimahi.

HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL BEING DAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
DUSTIRA CIMAHI

SOFFI TSAURAH ISLAMI
Dr. Ahmad Gimmy, M.Si.

Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This study was conducted to find if there was a correlation between Subjective Well Being (SWB)
and Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital,
Cimahi. The subjects of this research were nurses at the inpatient unit Dustira Hospital who interacts
with patients for 24 hours. The number of samples is 74 people scattered in 14 different rooms.
Measuring instruments used in this study was a questionnaire Satisfaction with Life Scale (SWLS)
developed by Diener (1985) and Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) developed by Watson
(1988), both instruments used to measure SWB. And OCB were measured by the questionnaire from
Organ, Podsakoff, and Mackenzie (2006). This three questionnaire had been tested its reliability and
validity level. The data obtained from the three instruments were analyzed by non-parametric statistical
correlation test of Rank Spearman with SPSS for Windows version 20.0
The results indicate that there was positive correlation between SWB and OCB on the nurse at

the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The correlation between SWB and OCB varieties (altruism,
conscientiousness, sportsmanship, and civic virtue) was positively included in the “average” level, while
the correlation between SWB and courtesy was positively included in the “low” level on the nurse at the
inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. So it can be concluded that the higher level of SWB felt by the
nurse, higher nurses OCB would be.
Keywords: Subjective Well Being, Organizational Citizenship Behavior, nurse

untuk melakukan tugas “ekstra” selain tugas

PENDAHULUAN
Pada zaman industrialisasi saat ini,
rumah sakit merupakan salah satu bentuk
organisasi

yang

pelayanan

bergerak


kesehatan.Salah

pelayanan

rumah

dibidang

satu

sakit

bentuk

diantaranya

menerima rujukan dari pelayanan tingkat

pokok


perawat

yang

harus

dilakukan.

Adapun tugas “ekstra” yang harus dilakukan
seperti menggunakan waktu kerja secara
efektif

serta

tolong-menolong

dan

bekerjasama dengan baik.
Kartz (Robert & Hogan, 2007, h.46)


klinik

menekankan bahwa “perilaku kooperatif dan

layanan

saling membantu yang berada di luar

kesehatan tingkat dasar, rumah sakit dituntut

persyaratan formal sangat penting bagi

untuk

berfungsinya

dasar,

seperti


swasta.Sebagai

Puskesmas
pusat

mampu

dan

rujukan

menjaga

kualitas

pelayanannya pada masyarakat.
Dalam

memberikan


prososial
pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit
didukung oleh berbagai tenaga kesehatan
professional

termasuk

perawat.Menurut

Departemen Kesehatan Indonesia (2013)
perawat

adalah

professional

tenaga


yang

kesehatan

menempati

jumlah

terbanyak, yaitu 60% dari total keseluruhan
karyawan

rumah

sakit.

Peran

seorang


perawat sangatlah penting dari semua
bentuk pelayanan yang diberikan di rumah
sakit karena perawatlah yang bertugas
selama 24 jam memberikan pelayanan
kepada

pasien

Sehingga,
masyarakat

dan

untuk
akan

keluarga

memenuhi
kualitas


pasien.
tuntutan

pelayanan

kesehatan yang baik perawat harus mau

melebihi

suatu

atau

organisasi”.Perilaku

tindakan

deskripsi


“ekstra”

pekerjaan

yang
dalam

organisasi sering juga disebut perilaku
keanggotaan
Citizenship

organisasi/Organizational
Behavior

(OCB).OCB

merupakan bentuk perilaku yang dilakukan
seseorang melebihi deskripsi kerja formal
demi kemajuan organisasi. Menurut Organ
(1995) OCB adalah perilaku kerja individu

yang bermanfaat bagi organisasi namun
tidak secara langsung atau secara eksplisit
diakui oleh sistem reward. OCB merupakan
kesediaan untuk membantu orang lain yang
mengalami overload pekerjaan, kesiapan
untuk berkompromi dengan kesulitan di
tempat kerja, bertindak sesuai dengan
peraturan organisasi, aturan, prinsip-prinsip,
praktek-praktek,

dan

menunjukkan

keterlibatan yang kuat dalam pertumbuhan

seperti alasan untuk membantu sesama

organisasi untuk tercapainya keberhasilan

rekan perawat, alasan untuk kesembuhan

suatu organisasi.

pasien

Tingkat OCB yang tinggi terbukti
mampu menghasilkan tingkat keefektifan
yang tinggi pula bagi organisasi (Landen,
2001).

Terdapat

beberapa

motif

yang

kualitas

keinginan

berafiliasi

alasan

pelayanan

untuk

rumah

menjaga
sakit.Fakta

tersebut mengindikasikan adanya perilaku
OCB pada perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Dustira Cimahi.

melatarbelakangi perilaku OCB tersebut,
seperti

maupun

Dalam

pencapaian

tujuan

suatu

(keinginan

organisasi akan lebih mudah bila dilandasi

untuk memiliki hubungan yang positif

oleh OCB, salah satu penyebab munculnya

dengan orang lain), keinginan berkuasa

OCB adalah ketika karyawan merasakan

ataupun loyalitas terhadap organisasi (dalam

afek

Organ, 2006, h.7). Borman dan Motowidlo

dengan adanya keinginan untuk menolong

dalam Novliadi, (2007) mengatakan bahwa

orang lain dan bersikap positif, seperti

OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi,

segera

karena OCB merupakan pelumas dalam

tanggung jawabnya telah selesai dimana hal

mesin sosial dalam organisasi.

tersebut distimulasi oleh suasana hati yang

Berdasarkan

hasil

wawancara

dengan empat perawat ruang rawat inap di
Rumah Sakit Dustira Cimahi diperoleh data
bahwa mereka pernah menggantikan shift
kerja rekannya yang berhalangan hadir,
perawat lain juga menyebutkan ia pernah

positif.

Hal

membantu

tersebut

pasien

ditunjukkan

lain

ketika

positif. Jex & Britt (2008) menyebutkan
bahwa saat individu memberikan kontribusi
bagi orang lain dan organisasi, perilakunya
akan diperkuat karena saat melakukan
kebaikan ia akan merasa lebih baik.
Pemberian

makna

positif

pada

beberapa kali melewatkan jam istirahat

pengalaman hidup sifatnya subjektif pada

karena tengah melayani pasien atau dalam

masing-masing individu.Individu yang lebih

suatu

mereka

sering merasakan afek positif dibanding

menolong rekan kerjanya walaupun hal

negatif dikenali sebagai individu yang

tersebut tidak termasuk dalam tuntutan

memiliki Subjective Well Being (SWB) yang

kerjanya. Terdapat beberapa alasan yang

tinggi.Menurut Diener (2009, h.1) SWB

melatarbelakangi perilaku prososial tersebut,

adalah situasi dimana seorang individu

keadaan

yang

genting

mengevaluasi
kehidupannya

kenyataan
adalah

sesuatu

bahwa

membuat seseorang terdorong untuk bekerja

yang

dengan lebih aktif (Frederickson dalam

diinginkan, menyenangkan dan baik.

Bakker, 2010 h.13).

Subjective Well Being ini akan
mempengaruhi performa kerja perawat di
rumah sakit. Individu dengan Subjective
Well

Being

yang

tinggi

cenderung

menyiapkan diri secara terus menerus
dengan pengetahuan dan keahlian untuk
masa yang akan datang sehingga mereka
menjadi

lebih

kreatif

dan

senantiasa

menunjukkan performa kerja yang baik
(Frederickson, 2005).
Diener & Lucas (2000) mengatakan
dimensi afektif merupakan hal yang sentral
dalam Subjective Well Being.Dimensi afek
memiliki peranan dalam mengevaluasi well
being karena memberi kontribusi perasaan
menyenangkan
menyenangkan
individu.Kedua

dan

perasaan

pada
afek

tidak

pengalaman

berkaitan

dengan

Emosi positif yang

dirasakan individu akan membuatnya lebih
proactive, menunjukkan adanya inisiatif,
bertanggung jawab pada perkembangan
professional

dirinya,

dan

berkomitmen

tinggi. Afek positif yang dirasakan oleh
individu akan menghasilkan kondisi dimana
ia mampu untuk menyesuaikan dirinya
dengan keadaan lingkungan dan mencapai
suatu tujuan, yang dalam hal ini tujuan
pelayanan rumah sakit.
Afek positif pada individu akan
membuat kecenderungan untuk memiliki
OCB yang tinggi karena adanya keinginan
untuk

membantu

berhubungan

orang

lain,

dengan

aspek

dan

sedikitnya

sportsmanship,

hal

ini

altruism,
konflik

dengan organisasi maupun dengan rekan
kerja.
William dan Shiaw (1999) dalam

evaluasi seseorang karena emosi muncul
dari evaluasi yang dibuat oleh individu

penelitiannya

tersebut.Diener (1984) juga mengungkapkan

organizational citizenship behavior pada

bahwa keseimbangan tingkat afek merujuk

pegawai

kepada banyaknya perasaan positif yang

menunjukkan bahwa dengan jumlah afek

dialami

positif

dibandingkan

dengan

perasaan

negatif.
Adanya suasana emosi yang positif
seperti perasaan senang dan antusias akan

perusahaan

yang

mempengaruhi
tersebut

mengenai

untuk

tinggi

mood

di

secara

keinginan

dari

menunjukkan

and

Singapura

signifikan
pegawai
performa

spesifik dengan mengerjakan tugas melebihi
tugas pokoknya sebagai anggota organisasi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti memiliki setting yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
William

dan

Shiaw

diharapkan

dapat

keilmuan

tentang

Subjective

(1999),

sehingga

menambah

khazanah

hubungan

antara

Being

dengan

Well

Organizational Citizenship Behavior dalam
konteks yang berbeda.

merupakan perilaku yang merupakan
pilihan

dan

inisiatif

individual,

tidak

berkaitan dengan system reward formal
organisasi

tetapi

secara

agregat

meningkatkan efektivitas organisasi. (Organ,
2006)
Dimensi OCB menurut Organ(2006)
adalah sebagai berikut :
Altruism
Perilaku

anggota

organisasi

dalam

menolong rekan kerjanya yang mengalami

TINJAUAN PUSTAKA

kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi

Subjective Well Being

masalah pribadi orang lain.

Dimensi Kognitif

Conscientiousness

penilaian

kognitif

kehidupannya,
dijalaninya

baik mengenai tugas dalam organisasi maupun

seseorang

apakah
berjalan

mengenai

kehidupan
dengan

yang

baik.Ini

Perilaku
berusaha

yang

melebihi

perusahaan.Perilaku

ditunjukkan
yang

sukarela

dengan

diharapkan
yang

bukan

merupakan perasaan cukup, damai dan puas,

merupakan kewajiban atau tugas karyawan.

dari kesenjangan antara keinginan dan

Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke

kebutuhan

depan dari panggilan tugas.

dengan

pencapaian

dan

pemenuhan.

Sportmanship

Dimensi Afektif

Perilaku yang memberikan toleransi

Penlilaian seseorang mengenai kejadian

terhadap keadaan yang kurang ideal dalam

dalam

organisasi

maupun

hidupnya
emosi

dengan emosi
negatif.

positif

Dimensi

merupakan hal sentral untuk SWB.
Organizational Citizenship Behavior

ini

Courtessy

Menjaga hubungan baik dengan rekan

Untuk

kerjanya agar terhindar dari masalah–

Subjective

masalah interpersonal.

menggunakan alat ukur Satisfaction with

mendapatkan
Well

gambaran

Being,

peneliti

Life Scale (Diener, Emmons, Larsen &
Griffin,

1985)

untuk

mengukur

nilai

individu mengenai kepuasan hidupnya dan
Positive Affect Negative Affect Schedule

Civic Virtue

(Clark, Watson & Tellegaen, 1988) untuk
Perilaku

yang

mengindikasikan

mengukur tingkat afek positif dan afek

tanggung jawab pada kehidupan organisasi

negative

(mengikuti perubahan dalam organisasi,

waktu.Sedangkan

indvidu
untuk

pada

satu

Organizational

Citizenship Behavior, peneliti menggunakan

METODE PENELITIAN

alat ukur berupa kuisioner Konovsky dan
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif

non

eksperimental,

Organ (1995).

yaitu
Uji validitas yang digunakan dalam

penelitian kuantitatif dimana variabel bebas
tidak

dimanipulasi

oleh

peneliti

(Christensen, 2011). Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian bersifat

penelitian adalah content validity (dengan
metode expert judgment) dan construct
validity (dengan melihat nilai corrected item
total correlation). Dari kedua metode

korelasional.

tersebut, alat ukur dalam penelitian ini
dinyatakan valid, sehingga dapat mengukur

Partisipan
perawat ruang rawat inap Rumah

variabel yang akan diukur. Sedangkan

Sakit Dustira yang berjumlah 74 orang yang

reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,731

tersebar dalam 14 ruangan.

untuk SWLS, 0.906 untuk PANAS, dan
0.964 untuk kuesioner OCB dengan melihat

Pengukuran
Variabel
menggunakan

nilai
yang ada diukur dengan
kuisioner.

Kuisioner

menggunakan skala likert yang memiliki
rentangan 1-4.

Cronbach’s

Alpha

menggunakan

program SPSS for Windows 20.0 dan
didasarkan
Saccuzzo.

pada

kriteria

Kaplan

&

penelitian lain yang dilakukan oleh Theresa

HASIL PENELITIAN
Hasil

pengujian

hipotesis

mengenai

hubungan antara Subjective Well Being dan
Organizational Citizenship Behavior pada
perawat ruang rawat inap Rumah Sakit
Dustira Cimahi, dengan teknik korelasi
rank-spearman menunjukkan nilai korelasi r
= 0.569, dan tidak adanya tanda negatif pada
angka

0.569

mengindikasikan

(2011) menemukan bahwa positive mood
dan Organizational Citizenship Behavior
saling berhubungan, dalam artian mood
positif akan mendukung Organizational
Citizenship Behavior dan Organizational
Citizenship Behavior juga memunculkan
positive mood.

arah

Data

lain

yang

didapat

dari

hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi

penelitian ini yaitu besarnya koefisien

Subjective Well Being

determinasi sebesar 0.27, yang artinya

semakin

tinggi

perawat

pula

maka

Organizational

kontribusi

dari

Subjective

Well

Being

Citizenship Behaviormereka. Sebaliknya,

terhadap

semakin rendah Subjective Well Being

Behavior pada perawat ruangan inap Rumah

perawat

Sakit

maka

semakin

Organizational

rendah

Citizenship

pula

Behavior

mereka.

bahwa pada hakekatnya evaluasi individu
secara

menentukan

kognitif
tingkat

maupun

afektif

Organizational

Citizenship Behavior yang dimunculkan
oleh

perawat.Hal

ini

sesuai

dengan

penelitian Purwito (2012) tentang hubungan
Subjective

Dustira

sementara

Cimahi

73%

Citizenship

sebesar

lainnya

27%,

merupakan

kontribusi dari varibel-variabel lain yang

Terujinya hipotesis ini menunjukkan

baik

Organizational

Well

Being

dengan

tidak diukur dalam penelitian ini. Hasil
tersebut menyatakan bahwa perawat ruangan
inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sudah
menampilkan Organizational Citizenship
Behavior salah satunya karena memiliki
Subjective Well Being yang cenderung
tinggi.
Berdasarkan

data

penunjang

Organizational Citizenship Behavior pada

diketahui bahwa tuntutan pekerjaan sudah

customer service plasa Telkom Yogya dan

dirasa tidak berat oleh sebagian besar

Semarang.Anastalia

telah

perawat.Mereka menganggap pekerjaannya

menemukan adanya hubungan antara kedua

sebagi tugas yang mulia karena dapat

variabel

bermanfaat bagi orang banyak. Pilihan untuk

tersebut

(2008)

pada

juga

penyelia.

Pada

menjalani dan bertahan sebagai perawat

dengan

sudah mereka pertimbangkan sebagai tugas

dimensicourtesy.

yang berorientasi pada kesembuhan pasien
dan nama baik Rumah Sakit, dengan tujuan
untuk membantu. Kemurahan hati dan
keinginan untuk menolong orang laindan
organisasi tersebut dilandasi oleh afek
positif yang dirasakan individu. (Isen, 2000,
h.424). Lebih dalam lagi George dan Brief
(1992) menyebutkan bahwa afek positif
dapat meningkatkan daya tarik interpersonal
orang lain dengan menjaga mood positif
yang dirasakan orang tersebut. Hal ini sesuai
dengan

data

penunjang

yang

didapat,

dimana sebagian besar perawat merasa
rekan kerja dan atasan adalah orang-orang
yang

mendukung

di

lingkungan

kerja

sehingga membuat mereka saling menolong
demi kemajuan rumah sakit.

dan

Organizational

Citizenship

Behavior perawat juga dapat dilihat dari
hubungan dimensinya, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kelima dimensi dari
Organizational

Citizenship

Behavior

memiliki hubungan dengan Subjective Well
Being, empat dimensi memiliki tingkat
korelasi

yang

sedang

conscientiousness,

civic

Koefisien

Well

Being

yaitu

korelasi

sedang

pada

Subjective Well Being dengan dimensi
altruism, conscientiousness, civic virtue dan
sportsmanshipmenunjukkan bahwa evaluasi
perawat terhadap kepuasan hidup secara
menyeluruh dan persepsi
dirasakan

pada

mempengaruhi

positif

kejadian

yang

hidupnya

kecenderungan

untuk

membantu rekan kerja dan atasan tanpa
diminta, mentolerir kondisi lingkungan kerja
yang kurang ideal, mentaati peraturan di
rumah sakit, terlibat aktif dalam kegiatankegiatan yang diadakan dan menjaga nama
baik rumah sakit Dustira Cimahi. Pada saat
individu
organisasi,

menolong

orang

perilakunya

akan

lain

dan

diperkuat

karena saat melakukan kebaikan ia akan

Hubungan antara Subjective Well
Being

Subjective

yaitu

altruism,

virtue

dan

sportsmanship. Sementara satu dimensi lain
memiliki tingkat korelasi yang rendah

merasa lebih baik dan lebih senang pula (Jex
& Britt, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Bakker, A. B. & Wido G.M. (2010) Subjective
Well Being in Organization.Chapter in
K.
Cameron
&
G.
Speitzer
(Eds).Handbook
of
Positive
Organizational
Scholarship.Oxford
University Press.
Carr, A. (2004). Positive psychology: The
science of happiness and human

strengths. New
Routledge.

York:

Brunner-

Diefendorff, J. M., Brown, D.J., Kamin, A. M.,
& Lord, R. G. 2002. Examining The
Roles of Job Involvement and Work
Centrality in Predicting Organizational
Citizenship Behaviors and Job
Performance.
Journal
of
Organizational Citizenship Behavior,
Vol 23:93-108.
Diener, E. & Suh, E.M. 2000.Culture and
Subjective Well Being.MIT Press.
Diener, E. (2009). The Science of Subjective
Well-Being.The Collected Works of Ed
Diener. Illinois:Springer
Diener,

E.
(1984).
Subjective
wellbeing.Psychological Bulletin, 95, 542–
575.

Diener, E. (1994). Assessing subjective wellbeing:
Progress
and
opportunities.Social
IndicatorsResearch, 31, 103–157.
Diener

& Larsen. (1985). Intensity and
frequency: Dimensions underlying
positive and negatif affect. Journal of
personality and social psychology, 48,
1253-1256.

Diener, E. & Lucas, R.E. Personality and
subjective well being.Edited by
Kahneman, D. Diener, E. Schwarz,
N.
(1999).
Well-Being:
The
Foundations of Hedonic Psychology.
New York: Russell Sage Foundation.
Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002).Very
happy people.Psychological Science,
13, 81–
84.
Diener, E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003).
The evolving concept of subjective
well-being: the multifaceted nature of
happiness. Advances in Cell Aging and
Gerontology, 15, 187–219.

Diener, E, Pavot, W. (2003). Review of
Satisfaction
With
Life
Scale.
Psychological Assessment Volume 5
No.2,
164-172.
American
Psychological Association
Eddington, n. & Shuman, r. (2005).Subjective
well being (happiness).Continuing
psychology education: 6 continuing
education hours. Diunduh pada 9 Mei
2015
dari
http://www.texcpe.com/cpe/PDF/cahappiness.pdf.
Eid, M. Larsen, RJ. (2008). The Science of
Subjective Well-Being. New York:
Guilford Press
Fredrickson, B. L., & Losada, M.
(2005).Positive emotions and the
complex
dynamicsof
human
flourishing.American Psychologist, 60,
678-686.
George JM, Brief AP. (1992). Feeling gooddoing good: A conceptual analysis of
the mood
at work-organizational spontaneity relationship.
Psychological Bulletin, 112, 310-329.
Heady, Veenhoven & Wearing. (1991). Top
down versus bottom up theories of
subjective well being. Social indicators
research.Database springer link.
Isen AM. (2000). Positive affect and decision
making. In Lewis M, Wood R,
Haviland-Jones
JM (Eds.), Handbook of emotions (pp. 417-432).
New York: Guilford Press.
Jex, S.M., & Britt, T.W. (2008).Organizational
Psychology. New Jersey: John Willer
ans Sons Inc.
Kaplan, Avid an Martin L. Maehr. 1999.
Achievement Goals and Student WellBeing. Contemporary Educational
Psychology. 24, 330-358.

Keeling, A. W. dan Ramos , M.C. (1995). Nurs
Health
Care:
Perspective
on
Community. The role of nursing
history in preparing nursing for the
future, 16-30.
Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas Penelitian
Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Kitayama, S., Markus, H.R., Kurokawa, M.
(2000). Culture Emotion, and Wellbeing : Good Feelings in Japan and the
United States. Cognition and Emotion
Volume 14 p. 93-124.Psychology Press
Landen, M. (2001). Citizenship or Careerism:
The Relationship with Commitment,
Competence and Cost Effectiveness.
Paper
Delivered
at
Second
International Conference on Critical
Studies UMIS 11-13 July 2011,
Management.
Lovell, S.E., Kahn, A.S., Anton, J., Davidson,
A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C.
1999. Does Gender Affect The Link
between Organizational Citizenship
Behavior and Preference Evalution?
Sex Roles, Vol. 41: 469-478.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
Sepuluh. Yogyakarta: PENERBIT
ANDI
Meilita,

Jamilah (2013). Pengaruh tipe
kepribadian dan dukungan sosial
terhadap subjective well being
mahasiswa perantau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Meylandani, Dharing (2013). Hubungan antara
Iklim Organisasi dan Organizational
Citizenship Behavior pada Perawat
RSUD
Kanjuruhan
Kepanjen
Kabupaten Malang
Morrison, E.W. 1994. Role Definitions and
Organizational Citizenship Behavior:
The Importance of The Employee’s
Perspective Academy of Management
Journal, Vol. 37(4): 1534-1567.

Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Novliadi,

Ferry
(2007).
Organizational
Citizenship
Behavior
karyawan
ditinjau dari persepsi terhadap kualitas
interaksi atasan-bawahan dan persepsi
terhadap dukungan organisasional

Organ, Dennis W. Philip M. Podsakoff, Scott B.
MacKenzie. 2006. Organizational
Citizenship Behavior. United State of
America: Sage Publication, Inc.
Organ DW, Ryan K. (1995).A Meta-analytic
Review
of
Attitudinal
and
DispositionalPredictors
of
Organizational Citizenship Behaviors.
PERSONNEL
PSYCHOLOGY,48,
775-802.
Pavot W. & E. Diener (2004).Review of the
Satisfaction with Life Scale.In Ed
Diener (Ed).Assessing well being.
New York: Springer Science Business
Media.
Puwito S., Nurtjahjanti H., Arianti J. (2012).
Hubungan antara Subjective Well
Being dan Organizational Citizenship
behavior pada petugas customer
service di plasa Telkom regional
division IV.
Riska, E.P. (2013) Organizational Citizenship
Behavior Perawat Rumah Sakit Dr.R.
Soedarsono Pasuruan
Roberts, B.W. & Hogan, R. (2002) Personality
Psychology
in
the
Workplace.
Washington DC. Academic Press
Russell, J.E.A. 2008.Promoting Subjective Well
Being at Work. Journal of Career
Assessment, 16: 118-132.
Ryan, R. M., Deci, E. L. (2001). On Happiness
and Human Potentials: A Review of
Research on Hedonic and Eudaimonic
Well-Being
Annual
Review
Psychology, 52, 141-166

Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything. Or
is it? Exploration on the meaning of
Psychological Well-Being.Journal of
Personality and Social Psychology,
57(6), 1069-1081.
Schimmack, Ulrich. The Structure of Subjective
Well Being. Canada: University of
Toronto, Mississauga.
Seligman ME. (1998). Learned optimism. New
York, NY: Pocket Books.
Singarimbun M, Sofian Effendi, 1989, Metode
Penelitian Survey, Jakarta, Pustaka
LP3ES Indonesia
Spector, P. E. (2008). Industrial/Organizational
Psychology: Research and Practice
(5th ed.). New York: John Wiley.
Snyder, C.R., Lopez, S. J. (2007). Handbook of
Positive Psychology. New York:
Oxford University Press.
Sugiyono.(2004).
Metode
Penelitian
Administrasi Bandung CV Alfabeta.
Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P.
Fundamental of Nursing. The Art
andScience
of
Nursing
Care.
Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins,Wolters Kluwer
Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen
(1988).Development and validation of
brief measures of positive and negative
affect: The PANAS scale. Journal of
personality and social psychology. Vol
54, No.6, 1061-1070
Weiss, H. M. dan Cropanzano, R. (1996).
Affective Events Theory: ATheoretical
Discussion of the Structure, Causes,
and
Consequences
ofAffective
Experiences at Work. Dalam Staw, B.
M. dan Larry, L. C.(editor). Research
in
Organizational
Behavior,
Greenwich, CT: JAIPress
Wexley, K.N., Yukl, G.A., 1977, Organizational
Behavior and Personal Psychology,

Richard D.Irwin Inc., Homewood,
Illinois.
Williams, S., & Shiaw, W. T. (1999). Mood and
organizational citizenship behavior:
The effects of positive affect on
employee organizational citizenship
behavior intentions. The Journal of
Psychology, 133, 656-668.
Wirtz, D. C. Chiu, E. Diener, & S. Oishi (2009).
What Constitute a good life? Cultural
differences in the role of positive and
negative affect in subjective well
being. J Per, 77 (4). 1-22:
10.1111/j.1467-6494-2009.00578.x.