Hubungan Antara Subjective Well Being Dan Organizational Citizenship Behavior Pada Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Cimahi.
HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL BEING DAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
DUSTIRA CIMAHI
SOFFI TSAURAH ISLAMI
Dr. Ahmad Gimmy, M.Si.
Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This study was conducted to find if there was a correlation between Subjective Well Being (SWB)
and Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital,
Cimahi. The subjects of this research were nurses at the inpatient unit Dustira Hospital who interacts
with patients for 24 hours. The number of samples is 74 people scattered in 14 different rooms.
Measuring instruments used in this study was a questionnaire Satisfaction with Life Scale (SWLS)
developed by Diener (1985) and Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) developed by Watson
(1988), both instruments used to measure SWB. And OCB were measured by the questionnaire from
Organ, Podsakoff, and Mackenzie (2006). This three questionnaire had been tested its reliability and
validity level. The data obtained from the three instruments were analyzed by non-parametric statistical
correlation test of Rank Spearman with SPSS for Windows version 20.0
The results indicate that there was positive correlation between SWB and OCB on the nurse at
the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The correlation between SWB and OCB varieties (altruism,
conscientiousness, sportsmanship, and civic virtue) was positively included in the “average” level, while
the correlation between SWB and courtesy was positively included in the “low” level on the nurse at the
inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. So it can be concluded that the higher level of SWB felt by the
nurse, higher nurses OCB would be.
Keywords: Subjective Well Being, Organizational Citizenship Behavior, nurse
untuk melakukan tugas “ekstra” selain tugas
PENDAHULUAN
Pada zaman industrialisasi saat ini,
rumah sakit merupakan salah satu bentuk
organisasi
yang
pelayanan
bergerak
kesehatan.Salah
pelayanan
rumah
dibidang
satu
sakit
bentuk
diantaranya
menerima rujukan dari pelayanan tingkat
pokok
perawat
yang
harus
dilakukan.
Adapun tugas “ekstra” yang harus dilakukan
seperti menggunakan waktu kerja secara
efektif
serta
tolong-menolong
dan
bekerjasama dengan baik.
Kartz (Robert & Hogan, 2007, h.46)
klinik
menekankan bahwa “perilaku kooperatif dan
layanan
saling membantu yang berada di luar
kesehatan tingkat dasar, rumah sakit dituntut
persyaratan formal sangat penting bagi
untuk
berfungsinya
dasar,
seperti
swasta.Sebagai
Puskesmas
pusat
mampu
dan
rujukan
menjaga
kualitas
pelayanannya pada masyarakat.
Dalam
memberikan
prososial
pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit
didukung oleh berbagai tenaga kesehatan
professional
termasuk
perawat.Menurut
Departemen Kesehatan Indonesia (2013)
perawat
adalah
professional
tenaga
yang
kesehatan
menempati
jumlah
terbanyak, yaitu 60% dari total keseluruhan
karyawan
rumah
sakit.
Peran
seorang
perawat sangatlah penting dari semua
bentuk pelayanan yang diberikan di rumah
sakit karena perawatlah yang bertugas
selama 24 jam memberikan pelayanan
kepada
pasien
Sehingga,
masyarakat
dan
untuk
akan
keluarga
memenuhi
kualitas
pasien.
tuntutan
pelayanan
kesehatan yang baik perawat harus mau
melebihi
suatu
atau
organisasi”.Perilaku
tindakan
deskripsi
“ekstra”
pekerjaan
yang
dalam
organisasi sering juga disebut perilaku
keanggotaan
Citizenship
organisasi/Organizational
Behavior
(OCB).OCB
merupakan bentuk perilaku yang dilakukan
seseorang melebihi deskripsi kerja formal
demi kemajuan organisasi. Menurut Organ
(1995) OCB adalah perilaku kerja individu
yang bermanfaat bagi organisasi namun
tidak secara langsung atau secara eksplisit
diakui oleh sistem reward. OCB merupakan
kesediaan untuk membantu orang lain yang
mengalami overload pekerjaan, kesiapan
untuk berkompromi dengan kesulitan di
tempat kerja, bertindak sesuai dengan
peraturan organisasi, aturan, prinsip-prinsip,
praktek-praktek,
dan
menunjukkan
keterlibatan yang kuat dalam pertumbuhan
seperti alasan untuk membantu sesama
organisasi untuk tercapainya keberhasilan
rekan perawat, alasan untuk kesembuhan
suatu organisasi.
pasien
Tingkat OCB yang tinggi terbukti
mampu menghasilkan tingkat keefektifan
yang tinggi pula bagi organisasi (Landen,
2001).
Terdapat
beberapa
motif
yang
kualitas
keinginan
berafiliasi
alasan
pelayanan
untuk
rumah
menjaga
sakit.Fakta
tersebut mengindikasikan adanya perilaku
OCB pada perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Dustira Cimahi.
melatarbelakangi perilaku OCB tersebut,
seperti
maupun
Dalam
pencapaian
tujuan
suatu
(keinginan
organisasi akan lebih mudah bila dilandasi
untuk memiliki hubungan yang positif
oleh OCB, salah satu penyebab munculnya
dengan orang lain), keinginan berkuasa
OCB adalah ketika karyawan merasakan
ataupun loyalitas terhadap organisasi (dalam
afek
Organ, 2006, h.7). Borman dan Motowidlo
dengan adanya keinginan untuk menolong
dalam Novliadi, (2007) mengatakan bahwa
orang lain dan bersikap positif, seperti
OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi,
segera
karena OCB merupakan pelumas dalam
tanggung jawabnya telah selesai dimana hal
mesin sosial dalam organisasi.
tersebut distimulasi oleh suasana hati yang
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan empat perawat ruang rawat inap di
Rumah Sakit Dustira Cimahi diperoleh data
bahwa mereka pernah menggantikan shift
kerja rekannya yang berhalangan hadir,
perawat lain juga menyebutkan ia pernah
positif.
Hal
membantu
tersebut
pasien
ditunjukkan
lain
ketika
positif. Jex & Britt (2008) menyebutkan
bahwa saat individu memberikan kontribusi
bagi orang lain dan organisasi, perilakunya
akan diperkuat karena saat melakukan
kebaikan ia akan merasa lebih baik.
Pemberian
makna
positif
pada
beberapa kali melewatkan jam istirahat
pengalaman hidup sifatnya subjektif pada
karena tengah melayani pasien atau dalam
masing-masing individu.Individu yang lebih
suatu
mereka
sering merasakan afek positif dibanding
menolong rekan kerjanya walaupun hal
negatif dikenali sebagai individu yang
tersebut tidak termasuk dalam tuntutan
memiliki Subjective Well Being (SWB) yang
kerjanya. Terdapat beberapa alasan yang
tinggi.Menurut Diener (2009, h.1) SWB
melatarbelakangi perilaku prososial tersebut,
adalah situasi dimana seorang individu
keadaan
yang
genting
mengevaluasi
kehidupannya
kenyataan
adalah
sesuatu
bahwa
membuat seseorang terdorong untuk bekerja
yang
dengan lebih aktif (Frederickson dalam
diinginkan, menyenangkan dan baik.
Bakker, 2010 h.13).
Subjective Well Being ini akan
mempengaruhi performa kerja perawat di
rumah sakit. Individu dengan Subjective
Well
Being
yang
tinggi
cenderung
menyiapkan diri secara terus menerus
dengan pengetahuan dan keahlian untuk
masa yang akan datang sehingga mereka
menjadi
lebih
kreatif
dan
senantiasa
menunjukkan performa kerja yang baik
(Frederickson, 2005).
Diener & Lucas (2000) mengatakan
dimensi afektif merupakan hal yang sentral
dalam Subjective Well Being.Dimensi afek
memiliki peranan dalam mengevaluasi well
being karena memberi kontribusi perasaan
menyenangkan
menyenangkan
individu.Kedua
dan
perasaan
pada
afek
tidak
pengalaman
berkaitan
dengan
Emosi positif yang
dirasakan individu akan membuatnya lebih
proactive, menunjukkan adanya inisiatif,
bertanggung jawab pada perkembangan
professional
dirinya,
dan
berkomitmen
tinggi. Afek positif yang dirasakan oleh
individu akan menghasilkan kondisi dimana
ia mampu untuk menyesuaikan dirinya
dengan keadaan lingkungan dan mencapai
suatu tujuan, yang dalam hal ini tujuan
pelayanan rumah sakit.
Afek positif pada individu akan
membuat kecenderungan untuk memiliki
OCB yang tinggi karena adanya keinginan
untuk
membantu
berhubungan
orang
lain,
dengan
aspek
dan
sedikitnya
sportsmanship,
hal
ini
altruism,
konflik
dengan organisasi maupun dengan rekan
kerja.
William dan Shiaw (1999) dalam
evaluasi seseorang karena emosi muncul
dari evaluasi yang dibuat oleh individu
penelitiannya
tersebut.Diener (1984) juga mengungkapkan
organizational citizenship behavior pada
bahwa keseimbangan tingkat afek merujuk
pegawai
kepada banyaknya perasaan positif yang
menunjukkan bahwa dengan jumlah afek
dialami
positif
dibandingkan
dengan
perasaan
negatif.
Adanya suasana emosi yang positif
seperti perasaan senang dan antusias akan
perusahaan
yang
mempengaruhi
tersebut
mengenai
untuk
tinggi
mood
di
secara
keinginan
dari
menunjukkan
and
Singapura
signifikan
pegawai
performa
spesifik dengan mengerjakan tugas melebihi
tugas pokoknya sebagai anggota organisasi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti memiliki setting yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
William
dan
Shiaw
diharapkan
dapat
keilmuan
tentang
Subjective
(1999),
sehingga
menambah
khazanah
hubungan
antara
Being
dengan
Well
Organizational Citizenship Behavior dalam
konteks yang berbeda.
merupakan perilaku yang merupakan
pilihan
dan
inisiatif
individual,
tidak
berkaitan dengan system reward formal
organisasi
tetapi
secara
agregat
meningkatkan efektivitas organisasi. (Organ,
2006)
Dimensi OCB menurut Organ(2006)
adalah sebagai berikut :
Altruism
Perilaku
anggota
organisasi
dalam
menolong rekan kerjanya yang mengalami
TINJAUAN PUSTAKA
kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi
Subjective Well Being
masalah pribadi orang lain.
Dimensi Kognitif
Conscientiousness
penilaian
kognitif
kehidupannya,
dijalaninya
baik mengenai tugas dalam organisasi maupun
seseorang
apakah
berjalan
mengenai
kehidupan
dengan
yang
baik.Ini
Perilaku
berusaha
yang
melebihi
perusahaan.Perilaku
ditunjukkan
yang
sukarela
dengan
diharapkan
yang
bukan
merupakan perasaan cukup, damai dan puas,
merupakan kewajiban atau tugas karyawan.
dari kesenjangan antara keinginan dan
Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke
kebutuhan
depan dari panggilan tugas.
dengan
pencapaian
dan
pemenuhan.
Sportmanship
Dimensi Afektif
Perilaku yang memberikan toleransi
Penlilaian seseorang mengenai kejadian
terhadap keadaan yang kurang ideal dalam
dalam
organisasi
maupun
hidupnya
emosi
dengan emosi
negatif.
positif
Dimensi
merupakan hal sentral untuk SWB.
Organizational Citizenship Behavior
ini
Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan
Untuk
kerjanya agar terhindar dari masalah–
Subjective
masalah interpersonal.
menggunakan alat ukur Satisfaction with
mendapatkan
Well
gambaran
Being,
peneliti
Life Scale (Diener, Emmons, Larsen &
Griffin,
1985)
untuk
mengukur
nilai
individu mengenai kepuasan hidupnya dan
Positive Affect Negative Affect Schedule
Civic Virtue
(Clark, Watson & Tellegaen, 1988) untuk
Perilaku
yang
mengindikasikan
mengukur tingkat afek positif dan afek
tanggung jawab pada kehidupan organisasi
negative
(mengikuti perubahan dalam organisasi,
waktu.Sedangkan
indvidu
untuk
pada
satu
Organizational
Citizenship Behavior, peneliti menggunakan
METODE PENELITIAN
alat ukur berupa kuisioner Konovsky dan
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif
non
eksperimental,
Organ (1995).
yaitu
Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif dimana variabel bebas
tidak
dimanipulasi
oleh
peneliti
(Christensen, 2011). Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian bersifat
penelitian adalah content validity (dengan
metode expert judgment) dan construct
validity (dengan melihat nilai corrected item
total correlation). Dari kedua metode
korelasional.
tersebut, alat ukur dalam penelitian ini
dinyatakan valid, sehingga dapat mengukur
Partisipan
perawat ruang rawat inap Rumah
variabel yang akan diukur. Sedangkan
Sakit Dustira yang berjumlah 74 orang yang
reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,731
tersebar dalam 14 ruangan.
untuk SWLS, 0.906 untuk PANAS, dan
0.964 untuk kuesioner OCB dengan melihat
Pengukuran
Variabel
menggunakan
nilai
yang ada diukur dengan
kuisioner.
Kuisioner
menggunakan skala likert yang memiliki
rentangan 1-4.
Cronbach’s
Alpha
menggunakan
program SPSS for Windows 20.0 dan
didasarkan
Saccuzzo.
pada
kriteria
Kaplan
&
penelitian lain yang dilakukan oleh Theresa
HASIL PENELITIAN
Hasil
pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara Subjective Well Being dan
Organizational Citizenship Behavior pada
perawat ruang rawat inap Rumah Sakit
Dustira Cimahi, dengan teknik korelasi
rank-spearman menunjukkan nilai korelasi r
= 0.569, dan tidak adanya tanda negatif pada
angka
0.569
mengindikasikan
(2011) menemukan bahwa positive mood
dan Organizational Citizenship Behavior
saling berhubungan, dalam artian mood
positif akan mendukung Organizational
Citizenship Behavior dan Organizational
Citizenship Behavior juga memunculkan
positive mood.
arah
Data
lain
yang
didapat
dari
hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi
penelitian ini yaitu besarnya koefisien
Subjective Well Being
determinasi sebesar 0.27, yang artinya
semakin
tinggi
perawat
pula
maka
Organizational
kontribusi
dari
Subjective
Well
Being
Citizenship Behaviormereka. Sebaliknya,
terhadap
semakin rendah Subjective Well Being
Behavior pada perawat ruangan inap Rumah
perawat
Sakit
maka
semakin
Organizational
rendah
Citizenship
pula
Behavior
mereka.
bahwa pada hakekatnya evaluasi individu
secara
menentukan
kognitif
tingkat
maupun
afektif
Organizational
Citizenship Behavior yang dimunculkan
oleh
perawat.Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian Purwito (2012) tentang hubungan
Subjective
Dustira
sementara
Cimahi
73%
Citizenship
sebesar
lainnya
27%,
merupakan
kontribusi dari varibel-variabel lain yang
Terujinya hipotesis ini menunjukkan
baik
Organizational
Well
Being
dengan
tidak diukur dalam penelitian ini. Hasil
tersebut menyatakan bahwa perawat ruangan
inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sudah
menampilkan Organizational Citizenship
Behavior salah satunya karena memiliki
Subjective Well Being yang cenderung
tinggi.
Berdasarkan
data
penunjang
Organizational Citizenship Behavior pada
diketahui bahwa tuntutan pekerjaan sudah
customer service plasa Telkom Yogya dan
dirasa tidak berat oleh sebagian besar
Semarang.Anastalia
telah
perawat.Mereka menganggap pekerjaannya
menemukan adanya hubungan antara kedua
sebagi tugas yang mulia karena dapat
variabel
bermanfaat bagi orang banyak. Pilihan untuk
tersebut
(2008)
pada
juga
penyelia.
Pada
menjalani dan bertahan sebagai perawat
dengan
sudah mereka pertimbangkan sebagai tugas
dimensicourtesy.
yang berorientasi pada kesembuhan pasien
dan nama baik Rumah Sakit, dengan tujuan
untuk membantu. Kemurahan hati dan
keinginan untuk menolong orang laindan
organisasi tersebut dilandasi oleh afek
positif yang dirasakan individu. (Isen, 2000,
h.424). Lebih dalam lagi George dan Brief
(1992) menyebutkan bahwa afek positif
dapat meningkatkan daya tarik interpersonal
orang lain dengan menjaga mood positif
yang dirasakan orang tersebut. Hal ini sesuai
dengan
data
penunjang
yang
didapat,
dimana sebagian besar perawat merasa
rekan kerja dan atasan adalah orang-orang
yang
mendukung
di
lingkungan
kerja
sehingga membuat mereka saling menolong
demi kemajuan rumah sakit.
dan
Organizational
Citizenship
Behavior perawat juga dapat dilihat dari
hubungan dimensinya, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kelima dimensi dari
Organizational
Citizenship
Behavior
memiliki hubungan dengan Subjective Well
Being, empat dimensi memiliki tingkat
korelasi
yang
sedang
conscientiousness,
civic
Koefisien
Well
Being
yaitu
korelasi
sedang
pada
Subjective Well Being dengan dimensi
altruism, conscientiousness, civic virtue dan
sportsmanshipmenunjukkan bahwa evaluasi
perawat terhadap kepuasan hidup secara
menyeluruh dan persepsi
dirasakan
pada
mempengaruhi
positif
kejadian
yang
hidupnya
kecenderungan
untuk
membantu rekan kerja dan atasan tanpa
diminta, mentolerir kondisi lingkungan kerja
yang kurang ideal, mentaati peraturan di
rumah sakit, terlibat aktif dalam kegiatankegiatan yang diadakan dan menjaga nama
baik rumah sakit Dustira Cimahi. Pada saat
individu
organisasi,
menolong
orang
perilakunya
akan
lain
dan
diperkuat
karena saat melakukan kebaikan ia akan
Hubungan antara Subjective Well
Being
Subjective
yaitu
altruism,
virtue
dan
sportsmanship. Sementara satu dimensi lain
memiliki tingkat korelasi yang rendah
merasa lebih baik dan lebih senang pula (Jex
& Britt, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Bakker, A. B. & Wido G.M. (2010) Subjective
Well Being in Organization.Chapter in
K.
Cameron
&
G.
Speitzer
(Eds).Handbook
of
Positive
Organizational
Scholarship.Oxford
University Press.
Carr, A. (2004). Positive psychology: The
science of happiness and human
strengths. New
Routledge.
York:
Brunner-
Diefendorff, J. M., Brown, D.J., Kamin, A. M.,
& Lord, R. G. 2002. Examining The
Roles of Job Involvement and Work
Centrality in Predicting Organizational
Citizenship Behaviors and Job
Performance.
Journal
of
Organizational Citizenship Behavior,
Vol 23:93-108.
Diener, E. & Suh, E.M. 2000.Culture and
Subjective Well Being.MIT Press.
Diener, E. (2009). The Science of Subjective
Well-Being.The Collected Works of Ed
Diener. Illinois:Springer
Diener,
E.
(1984).
Subjective
wellbeing.Psychological Bulletin, 95, 542–
575.
Diener, E. (1994). Assessing subjective wellbeing:
Progress
and
opportunities.Social
IndicatorsResearch, 31, 103–157.
Diener
& Larsen. (1985). Intensity and
frequency: Dimensions underlying
positive and negatif affect. Journal of
personality and social psychology, 48,
1253-1256.
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality and
subjective well being.Edited by
Kahneman, D. Diener, E. Schwarz,
N.
(1999).
Well-Being:
The
Foundations of Hedonic Psychology.
New York: Russell Sage Foundation.
Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002).Very
happy people.Psychological Science,
13, 81–
84.
Diener, E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003).
The evolving concept of subjective
well-being: the multifaceted nature of
happiness. Advances in Cell Aging and
Gerontology, 15, 187–219.
Diener, E, Pavot, W. (2003). Review of
Satisfaction
With
Life
Scale.
Psychological Assessment Volume 5
No.2,
164-172.
American
Psychological Association
Eddington, n. & Shuman, r. (2005).Subjective
well being (happiness).Continuing
psychology education: 6 continuing
education hours. Diunduh pada 9 Mei
2015
dari
http://www.texcpe.com/cpe/PDF/cahappiness.pdf.
Eid, M. Larsen, RJ. (2008). The Science of
Subjective Well-Being. New York:
Guilford Press
Fredrickson, B. L., & Losada, M.
(2005).Positive emotions and the
complex
dynamicsof
human
flourishing.American Psychologist, 60,
678-686.
George JM, Brief AP. (1992). Feeling gooddoing good: A conceptual analysis of
the mood
at work-organizational spontaneity relationship.
Psychological Bulletin, 112, 310-329.
Heady, Veenhoven & Wearing. (1991). Top
down versus bottom up theories of
subjective well being. Social indicators
research.Database springer link.
Isen AM. (2000). Positive affect and decision
making. In Lewis M, Wood R,
Haviland-Jones
JM (Eds.), Handbook of emotions (pp. 417-432).
New York: Guilford Press.
Jex, S.M., & Britt, T.W. (2008).Organizational
Psychology. New Jersey: John Willer
ans Sons Inc.
Kaplan, Avid an Martin L. Maehr. 1999.
Achievement Goals and Student WellBeing. Contemporary Educational
Psychology. 24, 330-358.
Keeling, A. W. dan Ramos , M.C. (1995). Nurs
Health
Care:
Perspective
on
Community. The role of nursing
history in preparing nursing for the
future, 16-30.
Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas Penelitian
Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Kitayama, S., Markus, H.R., Kurokawa, M.
(2000). Culture Emotion, and Wellbeing : Good Feelings in Japan and the
United States. Cognition and Emotion
Volume 14 p. 93-124.Psychology Press
Landen, M. (2001). Citizenship or Careerism:
The Relationship with Commitment,
Competence and Cost Effectiveness.
Paper
Delivered
at
Second
International Conference on Critical
Studies UMIS 11-13 July 2011,
Management.
Lovell, S.E., Kahn, A.S., Anton, J., Davidson,
A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C.
1999. Does Gender Affect The Link
between Organizational Citizenship
Behavior and Preference Evalution?
Sex Roles, Vol. 41: 469-478.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
Sepuluh. Yogyakarta: PENERBIT
ANDI
Meilita,
Jamilah (2013). Pengaruh tipe
kepribadian dan dukungan sosial
terhadap subjective well being
mahasiswa perantau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Meylandani, Dharing (2013). Hubungan antara
Iklim Organisasi dan Organizational
Citizenship Behavior pada Perawat
RSUD
Kanjuruhan
Kepanjen
Kabupaten Malang
Morrison, E.W. 1994. Role Definitions and
Organizational Citizenship Behavior:
The Importance of The Employee’s
Perspective Academy of Management
Journal, Vol. 37(4): 1534-1567.
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Novliadi,
Ferry
(2007).
Organizational
Citizenship
Behavior
karyawan
ditinjau dari persepsi terhadap kualitas
interaksi atasan-bawahan dan persepsi
terhadap dukungan organisasional
Organ, Dennis W. Philip M. Podsakoff, Scott B.
MacKenzie. 2006. Organizational
Citizenship Behavior. United State of
America: Sage Publication, Inc.
Organ DW, Ryan K. (1995).A Meta-analytic
Review
of
Attitudinal
and
DispositionalPredictors
of
Organizational Citizenship Behaviors.
PERSONNEL
PSYCHOLOGY,48,
775-802.
Pavot W. & E. Diener (2004).Review of the
Satisfaction with Life Scale.In Ed
Diener (Ed).Assessing well being.
New York: Springer Science Business
Media.
Puwito S., Nurtjahjanti H., Arianti J. (2012).
Hubungan antara Subjective Well
Being dan Organizational Citizenship
behavior pada petugas customer
service di plasa Telkom regional
division IV.
Riska, E.P. (2013) Organizational Citizenship
Behavior Perawat Rumah Sakit Dr.R.
Soedarsono Pasuruan
Roberts, B.W. & Hogan, R. (2002) Personality
Psychology
in
the
Workplace.
Washington DC. Academic Press
Russell, J.E.A. 2008.Promoting Subjective Well
Being at Work. Journal of Career
Assessment, 16: 118-132.
Ryan, R. M., Deci, E. L. (2001). On Happiness
and Human Potentials: A Review of
Research on Hedonic and Eudaimonic
Well-Being
Annual
Review
Psychology, 52, 141-166
Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything. Or
is it? Exploration on the meaning of
Psychological Well-Being.Journal of
Personality and Social Psychology,
57(6), 1069-1081.
Schimmack, Ulrich. The Structure of Subjective
Well Being. Canada: University of
Toronto, Mississauga.
Seligman ME. (1998). Learned optimism. New
York, NY: Pocket Books.
Singarimbun M, Sofian Effendi, 1989, Metode
Penelitian Survey, Jakarta, Pustaka
LP3ES Indonesia
Spector, P. E. (2008). Industrial/Organizational
Psychology: Research and Practice
(5th ed.). New York: John Wiley.
Snyder, C.R., Lopez, S. J. (2007). Handbook of
Positive Psychology. New York:
Oxford University Press.
Sugiyono.(2004).
Metode
Penelitian
Administrasi Bandung CV Alfabeta.
Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P.
Fundamental of Nursing. The Art
andScience
of
Nursing
Care.
Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins,Wolters Kluwer
Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen
(1988).Development and validation of
brief measures of positive and negative
affect: The PANAS scale. Journal of
personality and social psychology. Vol
54, No.6, 1061-1070
Weiss, H. M. dan Cropanzano, R. (1996).
Affective Events Theory: ATheoretical
Discussion of the Structure, Causes,
and
Consequences
ofAffective
Experiences at Work. Dalam Staw, B.
M. dan Larry, L. C.(editor). Research
in
Organizational
Behavior,
Greenwich, CT: JAIPress
Wexley, K.N., Yukl, G.A., 1977, Organizational
Behavior and Personal Psychology,
Richard D.Irwin Inc., Homewood,
Illinois.
Williams, S., & Shiaw, W. T. (1999). Mood and
organizational citizenship behavior:
The effects of positive affect on
employee organizational citizenship
behavior intentions. The Journal of
Psychology, 133, 656-668.
Wirtz, D. C. Chiu, E. Diener, & S. Oishi (2009).
What Constitute a good life? Cultural
differences in the role of positive and
negative affect in subjective well
being. J Per, 77 (4). 1-22:
10.1111/j.1467-6494-2009.00578.x.
CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
DUSTIRA CIMAHI
SOFFI TSAURAH ISLAMI
Dr. Ahmad Gimmy, M.Si.
Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This study was conducted to find if there was a correlation between Subjective Well Being (SWB)
and Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital,
Cimahi. The subjects of this research were nurses at the inpatient unit Dustira Hospital who interacts
with patients for 24 hours. The number of samples is 74 people scattered in 14 different rooms.
Measuring instruments used in this study was a questionnaire Satisfaction with Life Scale (SWLS)
developed by Diener (1985) and Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) developed by Watson
(1988), both instruments used to measure SWB. And OCB were measured by the questionnaire from
Organ, Podsakoff, and Mackenzie (2006). This three questionnaire had been tested its reliability and
validity level. The data obtained from the three instruments were analyzed by non-parametric statistical
correlation test of Rank Spearman with SPSS for Windows version 20.0
The results indicate that there was positive correlation between SWB and OCB on the nurse at
the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The correlation between SWB and OCB varieties (altruism,
conscientiousness, sportsmanship, and civic virtue) was positively included in the “average” level, while
the correlation between SWB and courtesy was positively included in the “low” level on the nurse at the
inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. So it can be concluded that the higher level of SWB felt by the
nurse, higher nurses OCB would be.
Keywords: Subjective Well Being, Organizational Citizenship Behavior, nurse
untuk melakukan tugas “ekstra” selain tugas
PENDAHULUAN
Pada zaman industrialisasi saat ini,
rumah sakit merupakan salah satu bentuk
organisasi
yang
pelayanan
bergerak
kesehatan.Salah
pelayanan
rumah
dibidang
satu
sakit
bentuk
diantaranya
menerima rujukan dari pelayanan tingkat
pokok
perawat
yang
harus
dilakukan.
Adapun tugas “ekstra” yang harus dilakukan
seperti menggunakan waktu kerja secara
efektif
serta
tolong-menolong
dan
bekerjasama dengan baik.
Kartz (Robert & Hogan, 2007, h.46)
klinik
menekankan bahwa “perilaku kooperatif dan
layanan
saling membantu yang berada di luar
kesehatan tingkat dasar, rumah sakit dituntut
persyaratan formal sangat penting bagi
untuk
berfungsinya
dasar,
seperti
swasta.Sebagai
Puskesmas
pusat
mampu
dan
rujukan
menjaga
kualitas
pelayanannya pada masyarakat.
Dalam
memberikan
prososial
pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit
didukung oleh berbagai tenaga kesehatan
professional
termasuk
perawat.Menurut
Departemen Kesehatan Indonesia (2013)
perawat
adalah
professional
tenaga
yang
kesehatan
menempati
jumlah
terbanyak, yaitu 60% dari total keseluruhan
karyawan
rumah
sakit.
Peran
seorang
perawat sangatlah penting dari semua
bentuk pelayanan yang diberikan di rumah
sakit karena perawatlah yang bertugas
selama 24 jam memberikan pelayanan
kepada
pasien
Sehingga,
masyarakat
dan
untuk
akan
keluarga
memenuhi
kualitas
pasien.
tuntutan
pelayanan
kesehatan yang baik perawat harus mau
melebihi
suatu
atau
organisasi”.Perilaku
tindakan
deskripsi
“ekstra”
pekerjaan
yang
dalam
organisasi sering juga disebut perilaku
keanggotaan
Citizenship
organisasi/Organizational
Behavior
(OCB).OCB
merupakan bentuk perilaku yang dilakukan
seseorang melebihi deskripsi kerja formal
demi kemajuan organisasi. Menurut Organ
(1995) OCB adalah perilaku kerja individu
yang bermanfaat bagi organisasi namun
tidak secara langsung atau secara eksplisit
diakui oleh sistem reward. OCB merupakan
kesediaan untuk membantu orang lain yang
mengalami overload pekerjaan, kesiapan
untuk berkompromi dengan kesulitan di
tempat kerja, bertindak sesuai dengan
peraturan organisasi, aturan, prinsip-prinsip,
praktek-praktek,
dan
menunjukkan
keterlibatan yang kuat dalam pertumbuhan
seperti alasan untuk membantu sesama
organisasi untuk tercapainya keberhasilan
rekan perawat, alasan untuk kesembuhan
suatu organisasi.
pasien
Tingkat OCB yang tinggi terbukti
mampu menghasilkan tingkat keefektifan
yang tinggi pula bagi organisasi (Landen,
2001).
Terdapat
beberapa
motif
yang
kualitas
keinginan
berafiliasi
alasan
pelayanan
untuk
rumah
menjaga
sakit.Fakta
tersebut mengindikasikan adanya perilaku
OCB pada perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Dustira Cimahi.
melatarbelakangi perilaku OCB tersebut,
seperti
maupun
Dalam
pencapaian
tujuan
suatu
(keinginan
organisasi akan lebih mudah bila dilandasi
untuk memiliki hubungan yang positif
oleh OCB, salah satu penyebab munculnya
dengan orang lain), keinginan berkuasa
OCB adalah ketika karyawan merasakan
ataupun loyalitas terhadap organisasi (dalam
afek
Organ, 2006, h.7). Borman dan Motowidlo
dengan adanya keinginan untuk menolong
dalam Novliadi, (2007) mengatakan bahwa
orang lain dan bersikap positif, seperti
OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi,
segera
karena OCB merupakan pelumas dalam
tanggung jawabnya telah selesai dimana hal
mesin sosial dalam organisasi.
tersebut distimulasi oleh suasana hati yang
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan empat perawat ruang rawat inap di
Rumah Sakit Dustira Cimahi diperoleh data
bahwa mereka pernah menggantikan shift
kerja rekannya yang berhalangan hadir,
perawat lain juga menyebutkan ia pernah
positif.
Hal
membantu
tersebut
pasien
ditunjukkan
lain
ketika
positif. Jex & Britt (2008) menyebutkan
bahwa saat individu memberikan kontribusi
bagi orang lain dan organisasi, perilakunya
akan diperkuat karena saat melakukan
kebaikan ia akan merasa lebih baik.
Pemberian
makna
positif
pada
beberapa kali melewatkan jam istirahat
pengalaman hidup sifatnya subjektif pada
karena tengah melayani pasien atau dalam
masing-masing individu.Individu yang lebih
suatu
mereka
sering merasakan afek positif dibanding
menolong rekan kerjanya walaupun hal
negatif dikenali sebagai individu yang
tersebut tidak termasuk dalam tuntutan
memiliki Subjective Well Being (SWB) yang
kerjanya. Terdapat beberapa alasan yang
tinggi.Menurut Diener (2009, h.1) SWB
melatarbelakangi perilaku prososial tersebut,
adalah situasi dimana seorang individu
keadaan
yang
genting
mengevaluasi
kehidupannya
kenyataan
adalah
sesuatu
bahwa
membuat seseorang terdorong untuk bekerja
yang
dengan lebih aktif (Frederickson dalam
diinginkan, menyenangkan dan baik.
Bakker, 2010 h.13).
Subjective Well Being ini akan
mempengaruhi performa kerja perawat di
rumah sakit. Individu dengan Subjective
Well
Being
yang
tinggi
cenderung
menyiapkan diri secara terus menerus
dengan pengetahuan dan keahlian untuk
masa yang akan datang sehingga mereka
menjadi
lebih
kreatif
dan
senantiasa
menunjukkan performa kerja yang baik
(Frederickson, 2005).
Diener & Lucas (2000) mengatakan
dimensi afektif merupakan hal yang sentral
dalam Subjective Well Being.Dimensi afek
memiliki peranan dalam mengevaluasi well
being karena memberi kontribusi perasaan
menyenangkan
menyenangkan
individu.Kedua
dan
perasaan
pada
afek
tidak
pengalaman
berkaitan
dengan
Emosi positif yang
dirasakan individu akan membuatnya lebih
proactive, menunjukkan adanya inisiatif,
bertanggung jawab pada perkembangan
professional
dirinya,
dan
berkomitmen
tinggi. Afek positif yang dirasakan oleh
individu akan menghasilkan kondisi dimana
ia mampu untuk menyesuaikan dirinya
dengan keadaan lingkungan dan mencapai
suatu tujuan, yang dalam hal ini tujuan
pelayanan rumah sakit.
Afek positif pada individu akan
membuat kecenderungan untuk memiliki
OCB yang tinggi karena adanya keinginan
untuk
membantu
berhubungan
orang
lain,
dengan
aspek
dan
sedikitnya
sportsmanship,
hal
ini
altruism,
konflik
dengan organisasi maupun dengan rekan
kerja.
William dan Shiaw (1999) dalam
evaluasi seseorang karena emosi muncul
dari evaluasi yang dibuat oleh individu
penelitiannya
tersebut.Diener (1984) juga mengungkapkan
organizational citizenship behavior pada
bahwa keseimbangan tingkat afek merujuk
pegawai
kepada banyaknya perasaan positif yang
menunjukkan bahwa dengan jumlah afek
dialami
positif
dibandingkan
dengan
perasaan
negatif.
Adanya suasana emosi yang positif
seperti perasaan senang dan antusias akan
perusahaan
yang
mempengaruhi
tersebut
mengenai
untuk
tinggi
mood
di
secara
keinginan
dari
menunjukkan
and
Singapura
signifikan
pegawai
performa
spesifik dengan mengerjakan tugas melebihi
tugas pokoknya sebagai anggota organisasi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti memiliki setting yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
William
dan
Shiaw
diharapkan
dapat
keilmuan
tentang
Subjective
(1999),
sehingga
menambah
khazanah
hubungan
antara
Being
dengan
Well
Organizational Citizenship Behavior dalam
konteks yang berbeda.
merupakan perilaku yang merupakan
pilihan
dan
inisiatif
individual,
tidak
berkaitan dengan system reward formal
organisasi
tetapi
secara
agregat
meningkatkan efektivitas organisasi. (Organ,
2006)
Dimensi OCB menurut Organ(2006)
adalah sebagai berikut :
Altruism
Perilaku
anggota
organisasi
dalam
menolong rekan kerjanya yang mengalami
TINJAUAN PUSTAKA
kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi
Subjective Well Being
masalah pribadi orang lain.
Dimensi Kognitif
Conscientiousness
penilaian
kognitif
kehidupannya,
dijalaninya
baik mengenai tugas dalam organisasi maupun
seseorang
apakah
berjalan
mengenai
kehidupan
dengan
yang
baik.Ini
Perilaku
berusaha
yang
melebihi
perusahaan.Perilaku
ditunjukkan
yang
sukarela
dengan
diharapkan
yang
bukan
merupakan perasaan cukup, damai dan puas,
merupakan kewajiban atau tugas karyawan.
dari kesenjangan antara keinginan dan
Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke
kebutuhan
depan dari panggilan tugas.
dengan
pencapaian
dan
pemenuhan.
Sportmanship
Dimensi Afektif
Perilaku yang memberikan toleransi
Penlilaian seseorang mengenai kejadian
terhadap keadaan yang kurang ideal dalam
dalam
organisasi
maupun
hidupnya
emosi
dengan emosi
negatif.
positif
Dimensi
merupakan hal sentral untuk SWB.
Organizational Citizenship Behavior
ini
Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan
Untuk
kerjanya agar terhindar dari masalah–
Subjective
masalah interpersonal.
menggunakan alat ukur Satisfaction with
mendapatkan
Well
gambaran
Being,
peneliti
Life Scale (Diener, Emmons, Larsen &
Griffin,
1985)
untuk
mengukur
nilai
individu mengenai kepuasan hidupnya dan
Positive Affect Negative Affect Schedule
Civic Virtue
(Clark, Watson & Tellegaen, 1988) untuk
Perilaku
yang
mengindikasikan
mengukur tingkat afek positif dan afek
tanggung jawab pada kehidupan organisasi
negative
(mengikuti perubahan dalam organisasi,
waktu.Sedangkan
indvidu
untuk
pada
satu
Organizational
Citizenship Behavior, peneliti menggunakan
METODE PENELITIAN
alat ukur berupa kuisioner Konovsky dan
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif
non
eksperimental,
Organ (1995).
yaitu
Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif dimana variabel bebas
tidak
dimanipulasi
oleh
peneliti
(Christensen, 2011). Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian bersifat
penelitian adalah content validity (dengan
metode expert judgment) dan construct
validity (dengan melihat nilai corrected item
total correlation). Dari kedua metode
korelasional.
tersebut, alat ukur dalam penelitian ini
dinyatakan valid, sehingga dapat mengukur
Partisipan
perawat ruang rawat inap Rumah
variabel yang akan diukur. Sedangkan
Sakit Dustira yang berjumlah 74 orang yang
reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,731
tersebar dalam 14 ruangan.
untuk SWLS, 0.906 untuk PANAS, dan
0.964 untuk kuesioner OCB dengan melihat
Pengukuran
Variabel
menggunakan
nilai
yang ada diukur dengan
kuisioner.
Kuisioner
menggunakan skala likert yang memiliki
rentangan 1-4.
Cronbach’s
Alpha
menggunakan
program SPSS for Windows 20.0 dan
didasarkan
Saccuzzo.
pada
kriteria
Kaplan
&
penelitian lain yang dilakukan oleh Theresa
HASIL PENELITIAN
Hasil
pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara Subjective Well Being dan
Organizational Citizenship Behavior pada
perawat ruang rawat inap Rumah Sakit
Dustira Cimahi, dengan teknik korelasi
rank-spearman menunjukkan nilai korelasi r
= 0.569, dan tidak adanya tanda negatif pada
angka
0.569
mengindikasikan
(2011) menemukan bahwa positive mood
dan Organizational Citizenship Behavior
saling berhubungan, dalam artian mood
positif akan mendukung Organizational
Citizenship Behavior dan Organizational
Citizenship Behavior juga memunculkan
positive mood.
arah
Data
lain
yang
didapat
dari
hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi
penelitian ini yaitu besarnya koefisien
Subjective Well Being
determinasi sebesar 0.27, yang artinya
semakin
tinggi
perawat
pula
maka
Organizational
kontribusi
dari
Subjective
Well
Being
Citizenship Behaviormereka. Sebaliknya,
terhadap
semakin rendah Subjective Well Being
Behavior pada perawat ruangan inap Rumah
perawat
Sakit
maka
semakin
Organizational
rendah
Citizenship
pula
Behavior
mereka.
bahwa pada hakekatnya evaluasi individu
secara
menentukan
kognitif
tingkat
maupun
afektif
Organizational
Citizenship Behavior yang dimunculkan
oleh
perawat.Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian Purwito (2012) tentang hubungan
Subjective
Dustira
sementara
Cimahi
73%
Citizenship
sebesar
lainnya
27%,
merupakan
kontribusi dari varibel-variabel lain yang
Terujinya hipotesis ini menunjukkan
baik
Organizational
Well
Being
dengan
tidak diukur dalam penelitian ini. Hasil
tersebut menyatakan bahwa perawat ruangan
inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sudah
menampilkan Organizational Citizenship
Behavior salah satunya karena memiliki
Subjective Well Being yang cenderung
tinggi.
Berdasarkan
data
penunjang
Organizational Citizenship Behavior pada
diketahui bahwa tuntutan pekerjaan sudah
customer service plasa Telkom Yogya dan
dirasa tidak berat oleh sebagian besar
Semarang.Anastalia
telah
perawat.Mereka menganggap pekerjaannya
menemukan adanya hubungan antara kedua
sebagi tugas yang mulia karena dapat
variabel
bermanfaat bagi orang banyak. Pilihan untuk
tersebut
(2008)
pada
juga
penyelia.
Pada
menjalani dan bertahan sebagai perawat
dengan
sudah mereka pertimbangkan sebagai tugas
dimensicourtesy.
yang berorientasi pada kesembuhan pasien
dan nama baik Rumah Sakit, dengan tujuan
untuk membantu. Kemurahan hati dan
keinginan untuk menolong orang laindan
organisasi tersebut dilandasi oleh afek
positif yang dirasakan individu. (Isen, 2000,
h.424). Lebih dalam lagi George dan Brief
(1992) menyebutkan bahwa afek positif
dapat meningkatkan daya tarik interpersonal
orang lain dengan menjaga mood positif
yang dirasakan orang tersebut. Hal ini sesuai
dengan
data
penunjang
yang
didapat,
dimana sebagian besar perawat merasa
rekan kerja dan atasan adalah orang-orang
yang
mendukung
di
lingkungan
kerja
sehingga membuat mereka saling menolong
demi kemajuan rumah sakit.
dan
Organizational
Citizenship
Behavior perawat juga dapat dilihat dari
hubungan dimensinya, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kelima dimensi dari
Organizational
Citizenship
Behavior
memiliki hubungan dengan Subjective Well
Being, empat dimensi memiliki tingkat
korelasi
yang
sedang
conscientiousness,
civic
Koefisien
Well
Being
yaitu
korelasi
sedang
pada
Subjective Well Being dengan dimensi
altruism, conscientiousness, civic virtue dan
sportsmanshipmenunjukkan bahwa evaluasi
perawat terhadap kepuasan hidup secara
menyeluruh dan persepsi
dirasakan
pada
mempengaruhi
positif
kejadian
yang
hidupnya
kecenderungan
untuk
membantu rekan kerja dan atasan tanpa
diminta, mentolerir kondisi lingkungan kerja
yang kurang ideal, mentaati peraturan di
rumah sakit, terlibat aktif dalam kegiatankegiatan yang diadakan dan menjaga nama
baik rumah sakit Dustira Cimahi. Pada saat
individu
organisasi,
menolong
orang
perilakunya
akan
lain
dan
diperkuat
karena saat melakukan kebaikan ia akan
Hubungan antara Subjective Well
Being
Subjective
yaitu
altruism,
virtue
dan
sportsmanship. Sementara satu dimensi lain
memiliki tingkat korelasi yang rendah
merasa lebih baik dan lebih senang pula (Jex
& Britt, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Bakker, A. B. & Wido G.M. (2010) Subjective
Well Being in Organization.Chapter in
K.
Cameron
&
G.
Speitzer
(Eds).Handbook
of
Positive
Organizational
Scholarship.Oxford
University Press.
Carr, A. (2004). Positive psychology: The
science of happiness and human
strengths. New
Routledge.
York:
Brunner-
Diefendorff, J. M., Brown, D.J., Kamin, A. M.,
& Lord, R. G. 2002. Examining The
Roles of Job Involvement and Work
Centrality in Predicting Organizational
Citizenship Behaviors and Job
Performance.
Journal
of
Organizational Citizenship Behavior,
Vol 23:93-108.
Diener, E. & Suh, E.M. 2000.Culture and
Subjective Well Being.MIT Press.
Diener, E. (2009). The Science of Subjective
Well-Being.The Collected Works of Ed
Diener. Illinois:Springer
Diener,
E.
(1984).
Subjective
wellbeing.Psychological Bulletin, 95, 542–
575.
Diener, E. (1994). Assessing subjective wellbeing:
Progress
and
opportunities.Social
IndicatorsResearch, 31, 103–157.
Diener
& Larsen. (1985). Intensity and
frequency: Dimensions underlying
positive and negatif affect. Journal of
personality and social psychology, 48,
1253-1256.
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality and
subjective well being.Edited by
Kahneman, D. Diener, E. Schwarz,
N.
(1999).
Well-Being:
The
Foundations of Hedonic Psychology.
New York: Russell Sage Foundation.
Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002).Very
happy people.Psychological Science,
13, 81–
84.
Diener, E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003).
The evolving concept of subjective
well-being: the multifaceted nature of
happiness. Advances in Cell Aging and
Gerontology, 15, 187–219.
Diener, E, Pavot, W. (2003). Review of
Satisfaction
With
Life
Scale.
Psychological Assessment Volume 5
No.2,
164-172.
American
Psychological Association
Eddington, n. & Shuman, r. (2005).Subjective
well being (happiness).Continuing
psychology education: 6 continuing
education hours. Diunduh pada 9 Mei
2015
dari
http://www.texcpe.com/cpe/PDF/cahappiness.pdf.
Eid, M. Larsen, RJ. (2008). The Science of
Subjective Well-Being. New York:
Guilford Press
Fredrickson, B. L., & Losada, M.
(2005).Positive emotions and the
complex
dynamicsof
human
flourishing.American Psychologist, 60,
678-686.
George JM, Brief AP. (1992). Feeling gooddoing good: A conceptual analysis of
the mood
at work-organizational spontaneity relationship.
Psychological Bulletin, 112, 310-329.
Heady, Veenhoven & Wearing. (1991). Top
down versus bottom up theories of
subjective well being. Social indicators
research.Database springer link.
Isen AM. (2000). Positive affect and decision
making. In Lewis M, Wood R,
Haviland-Jones
JM (Eds.), Handbook of emotions (pp. 417-432).
New York: Guilford Press.
Jex, S.M., & Britt, T.W. (2008).Organizational
Psychology. New Jersey: John Willer
ans Sons Inc.
Kaplan, Avid an Martin L. Maehr. 1999.
Achievement Goals and Student WellBeing. Contemporary Educational
Psychology. 24, 330-358.
Keeling, A. W. dan Ramos , M.C. (1995). Nurs
Health
Care:
Perspective
on
Community. The role of nursing
history in preparing nursing for the
future, 16-30.
Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas Penelitian
Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Kitayama, S., Markus, H.R., Kurokawa, M.
(2000). Culture Emotion, and Wellbeing : Good Feelings in Japan and the
United States. Cognition and Emotion
Volume 14 p. 93-124.Psychology Press
Landen, M. (2001). Citizenship or Careerism:
The Relationship with Commitment,
Competence and Cost Effectiveness.
Paper
Delivered
at
Second
International Conference on Critical
Studies UMIS 11-13 July 2011,
Management.
Lovell, S.E., Kahn, A.S., Anton, J., Davidson,
A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C.
1999. Does Gender Affect The Link
between Organizational Citizenship
Behavior and Preference Evalution?
Sex Roles, Vol. 41: 469-478.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
Sepuluh. Yogyakarta: PENERBIT
ANDI
Meilita,
Jamilah (2013). Pengaruh tipe
kepribadian dan dukungan sosial
terhadap subjective well being
mahasiswa perantau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Meylandani, Dharing (2013). Hubungan antara
Iklim Organisasi dan Organizational
Citizenship Behavior pada Perawat
RSUD
Kanjuruhan
Kepanjen
Kabupaten Malang
Morrison, E.W. 1994. Role Definitions and
Organizational Citizenship Behavior:
The Importance of The Employee’s
Perspective Academy of Management
Journal, Vol. 37(4): 1534-1567.
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Novliadi,
Ferry
(2007).
Organizational
Citizenship
Behavior
karyawan
ditinjau dari persepsi terhadap kualitas
interaksi atasan-bawahan dan persepsi
terhadap dukungan organisasional
Organ, Dennis W. Philip M. Podsakoff, Scott B.
MacKenzie. 2006. Organizational
Citizenship Behavior. United State of
America: Sage Publication, Inc.
Organ DW, Ryan K. (1995).A Meta-analytic
Review
of
Attitudinal
and
DispositionalPredictors
of
Organizational Citizenship Behaviors.
PERSONNEL
PSYCHOLOGY,48,
775-802.
Pavot W. & E. Diener (2004).Review of the
Satisfaction with Life Scale.In Ed
Diener (Ed).Assessing well being.
New York: Springer Science Business
Media.
Puwito S., Nurtjahjanti H., Arianti J. (2012).
Hubungan antara Subjective Well
Being dan Organizational Citizenship
behavior pada petugas customer
service di plasa Telkom regional
division IV.
Riska, E.P. (2013) Organizational Citizenship
Behavior Perawat Rumah Sakit Dr.R.
Soedarsono Pasuruan
Roberts, B.W. & Hogan, R. (2002) Personality
Psychology
in
the
Workplace.
Washington DC. Academic Press
Russell, J.E.A. 2008.Promoting Subjective Well
Being at Work. Journal of Career
Assessment, 16: 118-132.
Ryan, R. M., Deci, E. L. (2001). On Happiness
and Human Potentials: A Review of
Research on Hedonic and Eudaimonic
Well-Being
Annual
Review
Psychology, 52, 141-166
Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything. Or
is it? Exploration on the meaning of
Psychological Well-Being.Journal of
Personality and Social Psychology,
57(6), 1069-1081.
Schimmack, Ulrich. The Structure of Subjective
Well Being. Canada: University of
Toronto, Mississauga.
Seligman ME. (1998). Learned optimism. New
York, NY: Pocket Books.
Singarimbun M, Sofian Effendi, 1989, Metode
Penelitian Survey, Jakarta, Pustaka
LP3ES Indonesia
Spector, P. E. (2008). Industrial/Organizational
Psychology: Research and Practice
(5th ed.). New York: John Wiley.
Snyder, C.R., Lopez, S. J. (2007). Handbook of
Positive Psychology. New York:
Oxford University Press.
Sugiyono.(2004).
Metode
Penelitian
Administrasi Bandung CV Alfabeta.
Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P.
Fundamental of Nursing. The Art
andScience
of
Nursing
Care.
Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins,Wolters Kluwer
Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen
(1988).Development and validation of
brief measures of positive and negative
affect: The PANAS scale. Journal of
personality and social psychology. Vol
54, No.6, 1061-1070
Weiss, H. M. dan Cropanzano, R. (1996).
Affective Events Theory: ATheoretical
Discussion of the Structure, Causes,
and
Consequences
ofAffective
Experiences at Work. Dalam Staw, B.
M. dan Larry, L. C.(editor). Research
in
Organizational
Behavior,
Greenwich, CT: JAIPress
Wexley, K.N., Yukl, G.A., 1977, Organizational
Behavior and Personal Psychology,
Richard D.Irwin Inc., Homewood,
Illinois.
Williams, S., & Shiaw, W. T. (1999). Mood and
organizational citizenship behavior:
The effects of positive affect on
employee organizational citizenship
behavior intentions. The Journal of
Psychology, 133, 656-668.
Wirtz, D. C. Chiu, E. Diener, & S. Oishi (2009).
What Constitute a good life? Cultural
differences in the role of positive and
negative affect in subjective well
being. J Per, 77 (4). 1-22:
10.1111/j.1467-6494-2009.00578.x.