PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG.

(1)

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA

(Studi Deskripsi Pelatihan Pendamping Sosial KUBE Di Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

.

Disusun oleh: SITI NURHASANAH

(1103716)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

No Daftar : 067/S/PLS/V/2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA

(Studi Deskripsi Pelatihan Pendamping Sosial KUBE Di Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung)

Oleh. Siti Nurhasanah

1103716

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Siti Nurhasanah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA

BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis akan pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan Fasilitasi Program kelompok usaha bersama. Pelatihan pendamping sosial KUBE ini diselenggarakan di BBPPKS Regional II Bandung. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang: 1) Proses pembelajaran pembelajaran pelatihan pendamping sosial KUBE, 2) peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial KUBE dan 3) faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS.

Kajian Pustaka penelitian ini secara garis besarnya mencangkup konsep pelatihan, konsep hasil belajar, konsep pendampingan sosial, dan konsep kelompok usaha bersama.

Metode yang digunakan dalam penelitina ini adalah metode deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian pengelola, widyaiswara, lulusan pelatihan pendamping sosial KUBE dan anggota KUBE. adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan trianggulasi data di BBPPKS Regional II Bandung.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Proses pembelajaran pelatihan pendamping sosial KUBE dianalisis dari prosedur, pendekatan, metode, teknik dan media pembelajaran. Proses pembelajaran sudah disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan (2) peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial kelompok usaha bersama dianalisis dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Terdapat peningkatan yang di rasakan oleh pendamping KUBE yang telah mengikuti pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS dan anggota KUBE yang dibimbinginya. (3) Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelatihan pendamping sosial KUBE. Faktor pendukung diantaranya perencanaan, anggaran, Program pemerintah, sarana prasarana, penggunaan media dan metode bervariatif, kompetensi widyaiswara, menciptakan relasi berbagai pihak, mampu mempererat tali silaturahim dan komunikasi antar pendamping KUBE dalam memecahkan permasalahan program KUBE yang ada. Sedangkan Faktor penghambat pelatihan ini adalah cuaca dingin, kemampuan narasumber atau widyaiswara tidak sama, kemampuan peserta berbeda-beda dan jumlah peserta tidak sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah.


(5)

ABSTRACK

THE EFFECTIVITY OF SOCIAL ASSISTANCE TRAINNING TO INCREASE THE ABILITY OF PROGRAM FACILITATION IN THE JOINT

BUSSINESS GROUP IN BBPPKS REGIONAL II BANDUNG. The background of the research is due to the writer interest in the social assistance trainning in order to increase the ability of program facilitation in the joint bussines group. The social trainning KUBE is conducted by the BBPPKS Regional II Bandung. The purpose of the research is to obtain description about : 1) Learning process in social assistance trainning KUBE, 2) Increasing the social assistance facilitation KUBE, and 3) factor that influencing the social assistance trainning KUBE in BBPPKS Regional II Bandung.

The bibliography study in this research is generally covers the trainning concept and learning result consept, social assistance consept and joint bussinness group consept.

The methods that used in this research are decriptive method and qualitative approach with the management research subject, theacher, out put tranning and member of Joint bussiness Group where the data collecting technique are using the observation, interview, documentation study and data trianggulasi technique in BBPPKS Regional II Bandung.

From research the conclution are as followed. (1) The social assistance trainning in learning process KUBE analized from the prodecure approach, method, technique and learning media, (2) The increase of social assistance facilitation in bussiness joint group analyzed from knowledge, attitude and ability aspects there is development experienced by the KUBE assistance who had been participated in the social assistance trainning KUBE in BBPPKS Regional II Bandung, (3) factor that influence the trainning analized through supporting and hidering factors. The supporting factor are planning, budgeting, social assistance trainning program is a goverment program, the available of instruments, the use of media and variative methods, and teacher competence. The opportunity created by this trainning is that the social assistance KUBE able to astabils a good relation both to the private of goverment institution. This tranning capabel of strengthening the relation and be a changing idea medium between each of the assistance, white the hindering factors in this tranning is a cold temperature, the ability diferences of each teacher, different motivation, and the ability differences of each participant. The main treath that hinder this tranning is that the number of participant not according to the quota assingned by the goverment.


(6)

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN MOTO

PERNYATAAN

SURAT KETERANGAN UJI PLAGIAT

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Pelatihan ... 9

1. Pengertian Pelatihan ... 9

2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

3. Prinsip-Prinsi Pelatihan ... 10

4. Strategi Manajemen Pelatihan... 11

5. Pendekatan Sistem Untuk Pelatihan... 15

6. Efektivitas Pelatihan... 17

B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 19

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 20

3. Pendekatan Pemberdayaan ... 21

4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ... 22

5. Pengertian Kelompok Usaha Bersama ... 22

C. Konsep Hasil Belajar... 23

1. Ranah Pengetahuan ... 23

2. Ranah Sikap ... 24

3. Ranah Keterampilan ... 25

D. Konsep Pendamping Sosial ... 25

1. Pengertian Pendamping Sosial ... 25


(7)

1. Pengertian Fasilitasi ... 27

2. Pengertian Fasilitator ... 27

3. Ragam Fasilitator ... 27

4. Peran Fasilitator ... 27

5. Kualifikasi Fasilitator ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 32

C. Pengumpulan Data ... 33

D. Analisis Data ... 36

E. Isu Etik ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 45

1. Proses Pembelajaran Pelatihan ... 46

2. Peningkatan Kemampuan fasilitasi Pendamping sosial KUBE ... 53

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan ... 61

C. Pembahasan Hasil Peneliti ... 64

1. Proses Pembelajaran Pelatihan ... 64

2. Peningkatan Kemampuan fasilitasi Pendamping sosial KUBE ... 73

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Simpulan ... 86

1. Proses Pembelajaran Pelatihan ... 86

2. Peningkatan Kemampuan fasilitasi Pendamping sosial KUBE ... 87

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan ... 89

B. Saran ... 90

1. Bagi Pengelola ... 90

2. Bagi Widyaiswara ... 90

3. Bagi Lulusan ... 90

4. Bagi Peneliti Lainya ... 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kesejahteraan sosial merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu baik yang bersifat kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial. Hal ini juga di dukung oleh Undang-undang RI Nomor 6 tahun 1974 (dalam Suharto, 2009, hlm. 1) menegaskan bahwa

Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan penjungjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Pembangunan kesejahteraan sosial pada hakikanya merupakan usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah, mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 2009, hlm. 4). Pembangunan kesejahteraan sosial memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pembangunan nasional merupakan rangkaian kegiatan pembangunan manusia yang dilakukan secara sengaja dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang dimiliki manusia. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam konteks pembangunan kesejahteraan mencangkup pertumbuhan ekonomi contohnya sektor keuangan, sektor industri, pengembangan manusia salah satunya dengan pendidikan, perawatan manusia contohnya sektor kesehatan, kesejahteraan sosial (Suharto,2019 hlm. 6)

Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial tidak di berikan hanya pada satu golongan saja melainkan dari seluruh lapisan masyarakat dari berbagai golongan dan kelas sosial tanpa melihat status sosial. Namun, prioritas utama pembangunan kesejahteraan sosial merupakan kelompok-kelompok yang kurang beruntung, khusunya yang terkait dengan masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa hadir di sekitar masyarakat, khusunya di sekitar negara-negara berkembang. Kemiskinan menjadi salah satu


(9)

masalah besar yang menjadi perbincangan di masyarakat luas. Kemiskinan menjadi salah satu aspek yang terdapat pada MDGs (Millineum Development Gold) yang menjadi salah satu tolak ukur pembangunan negara.

Menurut BPS dan Depsos dalam Suharto (2009, hlm.134) bahwa

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batasan kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskina adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100/kg perhari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,serta aneka barang dan jasa lainya.

Terdapat 8 tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu menghapuskan kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan, memenuhi kebutuhan pendidikan dasar, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatan kualitas kesehatan ibu, memberantas HIV/AIDS, malaria, dan beragam penyakit lainnya, menjamin keberlanjutan lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah 237.641.326 Jiwa. Jawa barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, menurut Data SIAK Provinsi Jawa Barat didiami penduduk sebanyak 46.497.175 Juta Jiwa.Penduduk ini tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Data BPS menerangkan terdapat warga miskin dengan jumlah 27727,78 jiwa/September 2014 dengan besaran 10,96% tersebar dari berbagai provinsi di indonesia (www.bps.go.id).


(10)

2

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu solusi dalam memecahkan masalah kemiskinan di indonesia, pemerintah melalui kementrian sosial RI memiliki program kelompok usaha bersama (KUBE) bagi fakir miskin yang bertujuan untuk meningkatkan usaha


(11)

ekonomi produktif khusunya dalam peningkatan ekonomi. Program kelompok usaha bersama berdasarkan pedoman pertumbuhan dan pengembangan kelompok usaha bersama (KUBE) Departemen Sosial RI Tahun 2010 Yaitu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses program kegiatan kesejahteraan sosial untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan.

Keberhasilan dari kelompok usaha bersama di pengaruhi oleh kualitas tenaga kesejahteraan sosial masyarakat yaitu pendamping sosial yang menguasai pemahaman kesejahteraan sosial di masyarakat. Program penanganan kemiskinan, contohnya masyarakat miskin yang di bantu merupakan kelompok masyarakat yang tidak berdaya karena hambatan faktor internal maupun external. Pendamping sosial KUBE kemudian hadir untuk memecahkan masalah masyarakat.

Menurut Suharto (2009, hal.94) memaparkan “Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti, merancang program perbaikan kehidupan ekonomi, mobilisasi sumberdaya setempat, memecahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan, menjalin kerja sama dengan pihak lainya yang sesuai dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

Pendampingan sosial KUBE merupakan salah satu strategi dalam menentukan keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Dalam program penanganan masalah kemiskinan, masyarakat yang mendapatkan bantuan seringkali merupakan kelompok yang tidak mampu. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang terlibat membantu Dalam rangka mengoptimalkan kelompok usaha bersama (KUBE) bagi masyarakat, pemerintah memberikan kebijakan terhadap balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kemampuan pendamping kelompok usaha bersama melalui dunia pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Lebih lanjut Menurut undang-undang no 20. Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memaparkan,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif


(12)

4

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dan didukung oleh pandangan Philips H.coombs (dalam Marzuki, 2010, hlm.137) mengkatagorikan pendidikan menjadi tiga macam jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidikan non formal merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki fungsi sebagai penambah, pengganti hingga pelengkap pendidikan formal. Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 26 tentang sistem pendidikan nasional, Pendidikan Non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial (BBPPKS) Regional II Bandung menyelenggarakan kegiatan pelatihan bagi pendamping sosial KUBE untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja sosial masyarakat agar (TKSM) dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di masyarakat. Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5 memaparkan bahwa

Lembaga kursus atau pelatihan adalah satuan pendidikan non formal yang berfungsi menyelenggarakan kursus atau pelatihan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Menurut kamus umum bahasa indonesia pelatihan merupakan pelajaran untuk memperoleh suatu keterampilan, sedangkan menurut Flippo (dalam Kartika, 2011, hlm.8) memaparkan “Pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Dari Pemaparan di atas mendefinisikan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh atau meningkatkan kompetensi yang dimiliki”. Sasaran dari pelatihan pendamping sosial KUBE adalah pendamping sosial yang dikatagorikan sebagai Tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM). TKSM merupakan tenaga kesejahteraan sosial yang bersumber dari orang-orang yang biasanya bermitra lokal. TKSM pada dasarnya merupakan orang dewasa yang


(13)

memiliki latar belakang, karakteristik hingga pengalaman hidup yang berbeda-beda satu dengan yang lainya.

Tenaga kesejahteraan sosial adalah relawan yang bekerja ketika terjadi bencana atau musibah. Terdapat perbedaan antara pekerja sosial dengan relawan. Relawan senantiasa bekerja dan memberi pertolongan atas dasar belas kasihan (philantropy) atau karena dorongan amal (charity), sedangkan pekerja sosial menurut Edi suharto (2009, hlm.24) dalam menjalankan aktivitas profesionalnya didasari oleh tiga komponen dasar yang secara intergratif membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial: kerangka pengetahuan (body of knowledge), kerangka keahlian (body of skills) dan kerangka nilai (body of values).

Pendamping sosial memiliki fungsi salah satunya sebagai fasilitator, khusunya dalam memfasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE) di masyarakat. Fasilitator Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model (contoh), melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber (Suharto: 2009, hlm. 95).

Kondisi yang ditemukan pada tempat penelitian yaitu Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung disana terdapat beberapa kegiatan pelatihan. pelatihan yang di laksanakan bagi tenaga kerja sosial pemerintah dan tenaga kerja sosial masyarakat. Peneliti memilih pelatihan pendamping KUBE bagi tenaga kesejahteraan masyarakat sebagai penelitian karena program kelompok usaha bersama menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menentaskan masalah kemiskinan khusunya di Indonesia.

Pelatihan pendamping sosial KUBE yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Bandung merupakan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja sosial masyarakat, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal di masyarakat. Pelatihan ini dilaksanakan pada tahun 2015 sebagai pelatihan reguler yaitu pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan


(14)

6

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan dengan jumlah peserta 39 orang berasal dari provinsi wilayah kerja BBPPKS Regional Bandung yaitu Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten.

Berdasarkan pada uraian yang ada maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui “ Pelatihan Pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program kelompok usaha bersama (KUBE)”. Berdasarkan hasil observasi di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung, Identifikasi Masalah Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan Pendamping sosial KUBE bersifat regular yaitu pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dalam mengatasi permasalahan sosial yang sedang terjadi.

2. Penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE) dilaksanakan selama tujuh hari. Pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada 60 % teori dan 40% praktek.

3. Peserta pelatihan Pendamping sosial KUBE berjumlah 39 orang yang memiliki latar belakang, usia, karakteristik, hingga pengalaman yang berbeda-beda.

4. Keberhasilan Program Kelompok usaha bersama salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan pendamping sosial yang menguasai pemahaman kesejateraan dimasyarakat.

5. Pendamping sosial kelompok usaha bersama memiliki peran sebagai fasilitator, yang berkaitan dengan fungsi sebagai model, mediasi dan negosiasi,serta melakukan manajemen sumber.

6. Terdapat peningkatan kemampuan peserta pelatihan pendamping KUBE sebesar 22,99%. Sebelum pelatihan tingkat kemampuan peserta adalah 72,01% dan sesudah Pelatihan kemampuan peserta meningkat menjadi 98,65 %. Hal ini didapatkan setelah kegiatan pembelajaran dan evaluasi pelatihan KUBE di BBPPKS Regional II Bandung.


(15)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi kelompok usaha bersama?”. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka Peneliti menyusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama di BBPPKS?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial kelompok usaha bersama?

3. Apa faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan pendampingan sosial kelompok usaha bersama di BBPPKS?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dari: 1. Mengetahui proses pembelajaran pelatihan pendamping sosial kelompok

usaha bersama di BBPPKS.

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial kelompok usaha bersama.

3. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan pendampingan sosial kelompok usaha bersama di BBPPKS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat umum a. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian tentang pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE) dalam meningkatkan kemampuan tenaga kesejahteraan sosial.

b. Manfaat Teoretis

Manfaat Teoretis dari penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi para mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah dalam


(16)

8

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempelajari mengenai konsep pendidikan non formal yang terjadi dalam pelatihan.

2. Manfaat khusus

a. Proses pembelajaran pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama di BBPPKS.

b. Peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial kelompok usaha bersama.

c. Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pelatihan pendampingan sosial kelompok usaha bersama di BBPPKS.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Mengacu pada Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm. 23-39) mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang didalamnya membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian Serta Sistematika Penulisan.

BAB II Berisi Kajian Pustaka, yang secara garis besarnya mengikuti beberapa teori dan konsep mengenai konsep pelatihan, konsep hasil belajar, konsep pendampingan sosial, dan konsep kelompok usaha bersama.

BAB III Membahas tentang Prosedur Penelitian berisi tentang Desain Penelitian, Populasi Dan Sample Penelitian, Pengumpulan Data, Analisis Data, Isu etik

BAB IV Mencangkup tentang hasil penelitian tentang pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program kelompok usaha bersama yang diselenggarakan di BBPPKS regional II Bandung.

BAB V Merupakan hasil akhir dari penelitian didalamnya terdiri dari simpulan dan saran dari penelitian.


(17)

31

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu proses berurutan yang memberikan gambaran keseluruhan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengumpulan data, analisis serta penafsiran data yang dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif Menurut Syaodih (2011, hlm. 60) memaparkan “

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat lampau.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, penelitian ini merupakan penelitian dasar. Menurut Syaodih (2011, hlm. 72) memaparkan

“Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada baik fenomena yang bersifat alamiah maupun

buatan manusia”. Penelitian ini mengkaji dalam bentuk karakteristik,

aktivitas, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lainya. Pengumpulan data kualitatif bersifat interaktif yang memiliki langkah-langkah yang saling berkaitan. Menurut Syaodih (2011, hlm. 114) memaparkan terdapat 5 tahapan dalam pengumpulan dan analisis data yaitu perencanaan, memulai pengumpulan data, pengumpulan data dasar, pengumpulan data penutup, dan melengkapi data-data yang sudah di dapatkan.

1. Tahapan perencanaan.

Tahap ini meliputi perumusan dan pembatasan masalah hingga merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Dilanjutkan dengan merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan yang


(18)

32

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menjadi sumber data. Pada tahapan ini peneliti membuat rumusan masalah mengenai pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program kelompok usaha bersama. Dengan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan proses pelatihan, peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial, faktor pendukung dan penghambat pelatiha. Pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersaman yang diselenggarakan di Balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial (BBPPKS) Regional II Bandung yang beralamatkan di jalan panorama No 1 Lembang.

BBPPKS ini merupakan salah instansi milik pemerintah yang memiliki visi untuk Mewujudkan SDM Kesejahteraan sosial yang Unggul dan Kreatif. Dalam menciptakan SDM yang bekualitas BBPPKS melaksanakan berbagai program pendidikan dan pelatihan. Sumber data yang menjadi subjek penelitian adalah Pengelola, widyaiswara dan alumni pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE).

2. Tahapan memulai pengumpulan data.

Tahapan ini dilaksanakan sebelum pengumpulan data dimula, hal ini dilaksanakan untuk menciptakan hubungan baik dengan dengan individu maupun kelompok yang akan menjadi sumber informasi. Peneliti dalam hal ini dimulai dari kegiatan wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih, kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju. Tahapan pemulaian pengumpulan data dimulai sejak pelaksanaan program lapangan Profesi (PLP) yang diselenggarakan oleh UPI. Dalam waktu yang bersamaan pelaksanaan PLP peneliti mencari dan mendapatkan informasi-informasi mengenai pelatihan pendamping sosial KUBE yang menjadi objek dalam penelitian.

3. Tahapan Pengumpulan data dasar.

Setelah melewati tahapan awal pengumpulan data, peneliti kembali mengumpulkan data yang sifatnya lebih komprehensif dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi, dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Menurut Syaodih (2011, hlm. 114) memaparkan bahwa

“Pengumpulan data dasar peneliti akan benar-benar melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan apa yang ada dengan penuh perhatian”. Tahapan


(19)

ini peneliti melaksanakan wawancara dan penyebaran angket terhadap subjek penelitian. Penggunaan instrumen wawancara, angket dan studi dokumentasi akan mempermudah pengumpulan data dasar. Untuk memperkuat data-data yang ada peneliti menggunakan teknik studi dokumentasi. Dokumen-dokumen yang berkaitan antara lain adalah Pedoman tertulis pelatihan, Jadwal Pelatihan, hasil pre dan post test, kontak belajar dan lain-lain.

4. Tahapan Pengumpulan dan penutupan data.

Pengumpulan data berakhir ketika peneliti meninggalkan lokasi penelitian dan tidak melakukan pengumpulan data kembali. Batas penelitian kualitatif tidak dapat di tentukan seperti penelitian kuantitatif, melainkan dalam proses penelitian sendiri. Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan data yang telah dibutuhkan. Setelah pengumpulan data sudah selesai tahapan selanjutnya adalah pengelolaan data menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi dengan menggabungkan data-data yang telah didapatkan. Sumber data yang didapatkan melalui wawancara, angket dan studi dokumentasi. Tujuan dari penggunaan teknik pengumpulan data adalah untuk meningkatkan penguatan data.

5. Tahapan melengkapi data.

Langkah melengkapi ini merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikanya. Analisis data di mulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan dilapangan.

B. Partisipan Dan Tempat Penelitian 1. Tempat penelitian.

Lokasi penelitian di laksanakan di balai besar pendidikan dan pelatihan kesejateraan sosial (BBPPKS) Regional II Bandung yang beralamatkan jalan panorama No 1 lembang. Tempat penelitian tersebut menjadi tempat penelitian yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program KUBE.


(20)

34

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sampel dalam penelitian kualitatif merupakan narasumber, atau partisipan, informan, pendidik dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, bukan disebut sampel statistik (kuantitatif), tetapi sampel teoritis, karena tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2014 hlm. 307). Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen dan alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut sugiyono (2014, hlm.

295) memaparkan ”Peneliti kualitatif di tuntut untuk dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan atau dilakukan oleh partisipan

atau sumber data”. Penelitian kualitatif di tuntut untuk memperoleh data

bukan sebagai mana mestinya yang dipikirkan oleh peneliti, melainkan berdasarkan data yang ada di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan di fikirkan oleh sumber data.

Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena, permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada siatuasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara Sugiyono (2014, hlm. 309). Penentuan sample langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis partisipan atau menentukan Selain itu peneliti bermaksud memahami siatuasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yang berkaitan dengan Pelatihan Pendamping sosial dalam Meningkatkan kemampuasn fasilitasi program kelompok usaha bersama. Subjek penelitian ini berfokus terhadap pengelola, widyaiswara, alumni peserta pelatihan pendamping sosial KUBE yang di laksanakan di balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial Regional II Bandung dan anggota KUBE yang didampingi oleh lulusan pelatihan

C. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif menurut Sugiyono (2014, hml. 15) “Digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan


(21)

snowball”. Teknik pengumpulan dengan trianggulasi (Gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena didasari bahwa penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program kelompok usaha bersama.

Adapun Masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini yaitu, rumusan masalah yang Pertama adalah proses pembelajaran pelatihan, kedua peningkatan kemampuan peserta pelatihan pendamping sosial KUBE, dan ketiga adalah faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pelatihan di laksanakan di balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial (BBPPKS) regional II Bandung.

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara, Observasi dan studi dokumentasi. Yaitu:

1. Wawancara

Wawancara atau interview adalah “Sebuah dialog yang dilakukan oleh dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono, 2014, hlm. 317). Terdapat dua macam wawancara yaitu “Wawancara untuk

mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi (informan) dan wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan dari individu yang

sedang diwawancara (responden)”. (Koentjaraningrat, 1994 ,hlm. 130). Kegiatan wawancara ini alat yang akan digunakan adalah panduan wawancara sehingga dalam pelaksanaanya dapat maksimal. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyusun panduan wawancara secara sistematis dan terarah, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. Panduan wawancara terfokus pada aspek proses pelatihan, peningkatan kemampuan fasilitasi peserta dan faktor pendukung dan penghambat pelatihan pendamping sosial KUBE. Subjek pengumpulan data wawancara


(22)

36

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu adalah pengelola, widyaiswara, peserta pelatihan pendamping sosial KUBE dan anggota KUBE.

2. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 203) “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis”. Pelaksanaan pengumpulan data

menggunakan observasi dapat di bedakan menjadi cara yaitu dengan partisipant observation (observasi berperan serta) dan nonpartisipant observation (tidak terlibat dalam kegiatan). Dari pemaparan diatas menurut Sugiyono (2014, hlm. 204) membedakan observasi menjadi dua macam yaitu observasi terstrukur dan observasi tidak struktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang ingin diamati, kapan dan dimana tempatnya. Sedangkan observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi, hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti apa yang akan diamati (Sugiyono, 2014, hlm.205). Sebelum kegiatan observasi di lakukan, peneliti menyusun pedoman observasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang diteliti tidak keluar dari tujuan penelitian dan kegiatan penelitian dapat berjalan secara maksimal.

Teknik observasi yang digunakan partisipant observation (Observasi partisipasi), dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE). Obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi dalam proses kegiatan pelatihan dimulai dari pengumpulan data informasi peserta hingga kegiatan pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS Regional II Bandung. Peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang menghadiri kegiatan pelatihan pendamping sosial KUBE, tetapi tidak ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan dan peneliti hanya mengamati kegiatan yang berjalan. Observasi dalam penelitian ini dengan objek / subjek yaitu pengelola, widayaiswara dan peserta didik pelatihan pendamping sosial KUBE dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejauh mana kegiatan pelatihan berlangsung.


(23)

3. Studi Dokumentasi

Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya

dokumentasi resmi.” Tujuan menggunakan metode studi dokumentasi yaitu

untuk memperoleh data dan informasi secara faktual di lapangan untuk melengkapi data penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2014, hlm. 329). Teknik studi dokumentasi bertujuan guna memperkuat data yang telah dihasilkan dari wawancara dan observasi. Data penunjang informasi yang ada berupa data administrasi, Modul pelatihan, hasil post dan pre test, profil peserta pelatihan, evaluasi hasil pelatihan dan lain-lain .

Instrumen Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif, instrumen utama pada penelitian ialah peneliti sendiri karena peneliti yang melakukan semua tahapan penelitian dari awal sampai akhir. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014, hlm. 306) “ The researcher is the key instrument”. Dari kalimat diatas mendefinisikan Peneliti adalah merupakan instrument kunci dalam penelitian kualitatif. Artinya, instrument utamanya yaitu peneliti sendiri, peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk menghimpun data dari sumber informasi di lapangan agar mengetahui segala macam bentuk informasi yang ditemukan di lapangan. Setelah fokus penelitian jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan menjadi instrument penelitian sederhana. Dalam instrumen penelitian, penulis menggunakan pedoman wawancara dan pedoman angket diharapkan dapat memperoleh informasi dari narasumber yang sesuai dengan fokus permasalahan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

4. Triangulasi data

Teknik pengumpulan data triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi data ini digunakan peneliti dalam menguji kredibilitas data yang bertujuan untuk mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan


(24)

38

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berbagai sumber data. Lebih lanjut menurut Susan stainback (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 330) memaparkan bahwa ‘Tujuan dari trianggulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

dikemukakan’, sedangkan menurut Patton (dalam Sugiyono 2014, hlm. 332)

memaparkan “Dengan trianggulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data,

bila dengan menggunakan satu pendekatan”. D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Lebih lanjut Nasution (dalam sugiyono, 2014, hlm.336) memaparkan bahwa Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang graunded”.

Analisis sebelum di lapangan di lakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Sedangkan, Aktivitas selama di lapangan menggunakan mpdel miles dan huberman (dalam sugiyono, 2014, hal.337) mengemukakan

“Aktivitas dalam analisi data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh” dalam analisis data diantaranya (Sugiyono, 2014, hlm. 337) data

reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan conclusiondrawing/verification (tahap kesimpulan).

Bagan 3.1

Komponen dalam analisis data (interactive model).

Data Collection

Data Display Data


(25)

(Sumber Sugiyono, 2014, hlm. 337 )

a. Tahap Reduksi

Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Ketika melakukan penelitian, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data (Sugiyono, 2014, hlm. 338). Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan dan pengembangan teori yang signifikan. b. Tahap Display (penyajian data)

Penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles and Huberman (Sugiyono, 2014, hlm. 341)menyatakan : “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami tersebut. Seperti yang di paparkan oleh Miles and Huberman dalam

Sugiyono ( 2014, hlm.341) “looking at displays help us to understand what is happening and to do some thing – further analysis or caution on that

understanding”.Pada tahapan ini data dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel maupun bagan deskriptif.

c. Verifikasi Data (Kesimpulan)

Conclusions: Drawing/Verifying


(26)

40

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Langkah ketiga adalah verifikasi data atau penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2014, hlm. 345). Dalam penelitian kualitatif kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Penelitian kualitatif, kesimpulan yang diharapkan tidak selalu sama dengan rumusan masalah yang telah di rancang karena dalam penelitian kualitatif rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

E. Isu Etik

Penelitian ini berjudul “Pelatihan pendamping sosial dalam meingkatkan kemampuan fasilitasi program kelompok usaha bersama” penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran, peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial KUBE dan faktor yang mempengaruhi penyelenggraan pelatihan pendamping sosial KUBE di Balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan (BBPPKS) Regional II Bandung. Penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan program lapangan profesi (PLP) yang harus diikuti oleh mahasiswa/mahasiwi Jurusan Pendidikan Luar sekolah. Kegiatan penelitian ini berjudul “Pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi program

kelompok usaha bersama (KUBE)” , telah mendapatkan izin dari pihak

lembaga. Penelitian ini tidak berdampak negatif bagi pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS Regional II Bandung.


(27)

87 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelatihan pendamping sosial KUBE dalam meningkatkan kemampuan fasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE). Peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE) di BBPPKS.

Proses pembelajaran dapat dilihat dari aspek prosedur, pendekatan, metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan pendamping sosial KUBE. prosedur berkaitan dengan identifikasi kebutuhan peserta, tujuan pelatihan, dan sasaran.

Identifikasi kebutuhan peserta pelatihan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Identifikasi kebutuhan peserta pelatihan bertujuan untuk memahami dan mengenal karakterisitik peserta pelatihan pendamping sosial KUBE. Secara langsung pengelola dan widyaiswara melakukan interaksi seperti tanya jawab, perkenalan dan lain-lain dengn peserta pelatihan, untuk metode tidak langsung pengelola dan widyaiswara mengidentifikasi kebutuhan peserta dilihat dari profil, surat tugas, SPPD, bukti perjalanan dan dokumen administrasi lainya.

Terdapat tujuan khusus dan tujuan umum dari penyelengaraan pelatihan pendamping sosial KUBE. Tujuan umumnya untuk meningkatkan kemampuan dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan. Sedangkan tujuan khususnya adalah Mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan Pendamping dalam rangka menggali dan memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup fakir miskin dalam wadah KUBE. Mengembangkan keahlian pengelolaan bidang usaha kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi produktif


(28)

88

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu melalui KUBE. Dan Mengembangkan sikap dan karakter Pendamping sehingga memiliki kemauan kerjasama dalam neningkatkan akses anggota KUBE terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya.

Sasaran Pelatihan pendamping sosial KUBE terdiri dari para pendamping KUBE Kecamatan dan pendamping KUBE Desa, dengan persyaratan sebagai berikut, pendamping Berasal bukan dari Pegawai Negeri Sipil pada Dinas atau Instansi Sosial Kabupaten/Provinsi, Calon peserta adalah petugas yang dipanggil oleh Balai Besar sesuai data dari Kementerian Sosial Cq. Dit PKPP sebagai hasil dari proses rekrutmen dan seleksi, Diajukan dari Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/provinsi Instansi Sosial Provinsi, Sehat jasmani dan rohani, dan Bersedia mengikuti Bimbingan Pemantapan Pendamping KUBE.

Pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan pelatihan bagi pendamping sosial KUBE adalah model pendekatan orang dewasa (andragogik). Penggunaan pendekatan orang dewasa ini di latarbelakangi oleh konsep hidup, pengalaman tujuan, kesiapan belajar hingga orientasi belajar peserta pelatihan yang berbeda-beda satu sama lainya.

Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS Regional II Bandung antara lain adalah menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok dan pleno, permainan peran dan curah pendapat.

Media pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan pendamping sosial KUBE diantaranya menggunakan media pembelajaran bervariasi dimulai LCD, OHP, papan tulis, video, Laptop, Kertas buram, pedoman penyelenggaraan pelatihan, flip chart, spidol, karton dan lainya.

2. Peningkatan Kemampuan Fasilitasi Pendamping Sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Peningkatan kemampuan fasilitasi pendamping sosial KUBE dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Peningkatan kemampuan dalam aspek pengetahuan. Pengetahuan yang di berikan mampu meningkatkan kemampuan pendamping KUBE dalam


(29)

melakukan pendampingan terhadap anggota kelompok usaha bersama (KUBE). Hasil evaluasi Terdapat peningkatan kemampuan peserta pelatihan pendamping KUBE sebesar 22,99%. Sebelum pelatihan tingkat kemampuan peserta adalah 72,01% dan sesudah Pelatihan kemampuan peserta meningkat menjadi 98,65 %. Hal ini didapatkan setelah kegiatan pembelajaran dan evaluasi pelatihan KUBE di BBPPKS Regional II Bandung. Dengan kata lain pelatihan ini mampu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan pendamping sosial khusunya dalam bidang penguasaan pengetahuan.

Peningkatan kemampuan dalam aspek sikap. Pelatihan pendamping sosial KUBE memberikan efek positif terhadap sikap yang dimiliki pendamping dalam memfasilitasi program usaha bersama (KUBE). Sikap yang di miliki fasilitator yang baik adalah berkomunikasi yang baik dalam artian fasilitator mampu mendengarkan keluh kesah dari anggotanya selanjutnya mampu menyimpulkan dan menggali keterangan lebih lanjut. fasilitator dapat mengormati dan menghargai perasaan dari setiap anggota, memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan fokus kegiatan yang bersangkutan, dan memiliki sifat permisif (keterbukaan) artinya fasilitator menerima pendapat atau pandangan dari masyarakat walaupun pandangan tersebut berbeda dengan padangannya.

Peningkatan kemampuan dalam aspek keterampilan. Pelatihan pendamping sosial KUBE memberikan efek positi terhadapa peningkatan kemampuan keterampilan yang dimiliki oleh pendamping dalam memfasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE). keterampilan yang dimiliki oleh pendamping sosial yaitu, menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Menjadi model artinya fasilitator yang baik tidak hanya menguasai materi saja, tetapi harus memberikan contoh penerapanya secara praktis. Menjadi mediasi dan negosiasi dal hal ini fasilitator berperan sebagai orang ketiga dalam menjebatani antar anggota kelompok penerima manfaat dan sistem lingkungan yang menghambat. Sedangkan negosiasi bertujuan untuk


(30)

90

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memfasilitasi dan membantu pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai satu kesepakatan. Memberikan dukungan yang mengacu dalam mengaplikasikan keterampilan yang dapat memberikan perubahan yang sifatnya positif. Membangun konsensus bersama bertujuan untuk mengambil suatu keputusan atau kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama. Sedangkan melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber berkaitan dengan pengorganisasian kelompok-kelompok masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan anggota kelompoknya membangun dan mempertahankan jaringannya sehingga mampu menyediakan dan mengembangkan pemanfaatan sumber yang ada.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pelaksanaan Program Pelatihan Pendampingan Sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di BBPPKS.

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelatihan pendamping sosial KUBE dianalisis melalui faktor pendukung dan faktor penghambat.

Faktor pendukung penyelenggaraan pelatihan ini dilatar belakangi oleh profesional pegawai BBPPKS Regional II Bandung, perencanaan matang, anggaran, program pelatihan pendamping sosial merupakan program pemerintah, sarana prasarana cukup lengkap, penggunaan media dan metode yang bervariatif, kompetensi widyaiswara. Peluang yang diciptakan pelatihan ini adalah pendamping sosial KUBE mampu menciptakan relasi baik pemerintah maupun swasta, pelatihan ini mampu mempererat tali silaturahim antar pendamping KUBE, dan pelatihan ini menjadi wadah untuk saling bertukar fikiran dalam memecahkan permasalahan program KUBE yang ada.

Faktor penghambat pelatihan ini adalah cuaca yang dingin tidak semua peserta mampu beradaptasi dengan cuaca yang dingin di wilayah lembang, kemampuan narasumber atau widyaiswara tidak semua sama, motivasi belajar tidak semua sama, kemampuan peserta berbeda-beda. Ancaman yang menjadi penghambat pelaksanaan pelatihan yaitu jika jumlah peserta tidak sesuai dengan quota yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.


(31)

B. Saran

Setelah peneliti memaparkan hasil penelitian yang mengenai pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuasn fasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE) yang diselenggarakan di BBPPKS Regaional II Bandung, maka berikut diungkapkan beberapa saran yang peneliti berikan untuk berbagai pihak yang terkait dalam pelatihan pendamping sosial KUBE.

1. Bagi Pengelola

Diharapkan pengelola lebih meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dengan widyaiswara, lulusan dan pihak pendukung lainya. Pengelola lebih memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung yang ada di BBPPKS Regional II Bandung. Pengelola memberikan fasilitasi untuk membentuk suatu kelompok atau forum diskusi bagi lulusan-lulusan pelatihan pendamping sosial KUBE. Pembentukan forum diskusi bagi lulusan bertujuan untuk menjadi wadah komunikasi antar pendamping KUBE yang tersebar di berbagai wilayah. Penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

2. Bagi Widyaiswara

Diharapkan widyaiswara lebih meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan bagi pendamping sosial KUBE. Widyaiswara lebih mengetahui dan memahami karakteristik peserta pelatihan serta mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam pelatihan pendamping sosial KUBE.

3. Bagi Lulusan

Diharapkan lulusan pelatihan dapat menerapkan atau mengimplementasikan kemampuan dalam fasilitasi baik dari segi pengetahuan, sikap hingga keterampilan yang didapatkan dalam kegiatan pelatihan pendamping sosial KUBE yang diselenggarakan di BBPPKS Regional II Bandung, hal ini bertujuan agar lulusan mampu memberikan pendampingan program kelompok usaha bersama dengan semaksimal


(32)

92

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mungkin. Meningkatkan kerjasama atau koordinasi antar pendamping sosial KUBE yang tersebar di berbagai wilayah.

4. Bagi Peneliti Lainya

Diharapkan karya tulis (Skripsi) ini bermanfaat dan menjadi refrensi bagi peneliti lainya yang tertarik dengan pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE). Diharapkan agar peneliti lainya lebih terfokus dalam mengkaji baik perencanaan, pelaksanaan atau pun evaluasi dari penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Ika. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan Dan Pelatihan. Bandung : Alfabeta

Koentrajaningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama .

Mardikanto, Totok. (2013). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Alfabeta

Marzuki,Saleh. (2010). Pendidikan Nonformal. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm. 20) mengemukakan sistematika penulisan karya tulis.

Saepudin, Asep (2013). Pengembangan Model Fasilitasi Belajar Dalam Memberdayakan Masyarakat Pelaku Usaha Kecil (Studi pada Sentra Usaha Kerajinan Cibeusi di Kabupaten Sumedang). Bandung : PPS UPI

Sudjana, Djudju (2007). Sistem Dan Manajemen Pelatihan. Bandung : Falah

Sudjana, Djudju. (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Filsafat &Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah.

Nana, Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya

Sugiyono, (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : Reflika Aditama

Sumpeno, Wahyudi. (2009). Menjadi Fasilitator Genius. Yogyakarta : Pustaka Belajar Suprijianto, (2005). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-undang dan Kebijakan :

Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial.

Undang-Undang Tentang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia N0 53/HUK/ 2013 tanggal 23 Juli 2003 tentang organisasi, tata kerja, tugas dan fungsi BBPPKS.


(34)

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang No. 16 Tahun 2066 tentang Ragam Fasilitator.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Perpres No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Merujuk Pada Sistem Jaminan Sosial Nasional Berdasarkan UU No.40 Tahun 2004. Inpres No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran Program Pro-Rakyat.

Depeartemen sosial (Depsos) Tahun 2010 tentang Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Undang-undang SPN Bab II Pasal 4 tentang tujuan pendidikan.

Web online.

Badan pusat statistik. (2014). Jumlah penduduk miskikn wilayah jawa barat. Tersedia : www.bps.go.id (23 Juli 2015).

Kamus bahasa indonesia. (2014). Pengertian Efektifitas. Tersedia : http:kbbi.web.id. (20 Juni 2015).

Sumber lainya.

Pedoman penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS Regional II Bandung.

Pedoman pertumbuhan dan pengembangan KUBE Profil BBPPKS II Regional II Bandung.


(1)

melakukan pendampingan terhadap anggota kelompok usaha bersama (KUBE). Hasil evaluasi Terdapat peningkatan kemampuan peserta pelatihan pendamping KUBE sebesar 22,99%. Sebelum pelatihan tingkat kemampuan peserta adalah 72,01% dan sesudah Pelatihan kemampuan peserta meningkat menjadi 98,65 %. Hal ini didapatkan setelah kegiatan pembelajaran dan evaluasi pelatihan KUBE di BBPPKS Regional II Bandung. Dengan kata lain pelatihan ini mampu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan pendamping sosial khusunya dalam bidang penguasaan pengetahuan.

Peningkatan kemampuan dalam aspek sikap. Pelatihan pendamping sosial KUBE memberikan efek positif terhadap sikap yang dimiliki pendamping dalam memfasilitasi program usaha bersama (KUBE). Sikap yang di miliki fasilitator yang baik adalah berkomunikasi yang baik dalam artian fasilitator mampu mendengarkan keluh kesah dari anggotanya selanjutnya mampu menyimpulkan dan menggali keterangan lebih lanjut. fasilitator dapat mengormati dan menghargai perasaan dari setiap anggota, memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan fokus kegiatan yang bersangkutan, dan memiliki sifat permisif (keterbukaan) artinya fasilitator menerima pendapat atau pandangan dari masyarakat walaupun pandangan tersebut berbeda dengan padangannya.

Peningkatan kemampuan dalam aspek keterampilan. Pelatihan pendamping sosial KUBE memberikan efek positi terhadapa peningkatan kemampuan keterampilan yang dimiliki oleh pendamping dalam memfasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE). keterampilan yang dimiliki oleh pendamping sosial yaitu, menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Menjadi model artinya fasilitator yang baik tidak hanya menguasai materi saja, tetapi harus memberikan contoh penerapanya secara praktis. Menjadi mediasi dan negosiasi dal hal ini fasilitator berperan sebagai orang ketiga dalam menjebatani antar anggota kelompok penerima manfaat dan sistem


(2)

90

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memfasilitasi dan membantu pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai satu kesepakatan. Memberikan dukungan yang mengacu dalam mengaplikasikan keterampilan yang dapat memberikan perubahan yang sifatnya positif. Membangun konsensus bersama bertujuan untuk mengambil suatu keputusan atau kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama. Sedangkan melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber berkaitan dengan pengorganisasian kelompok-kelompok masyarakat perlu disertai dengan

peningkatan kemampuan anggota kelompoknya membangun dan

mempertahankan jaringannya sehingga mampu menyediakan dan mengembangkan pemanfaatan sumber yang ada.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pelaksanaan Program Pelatihan Pendampingan Sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di BBPPKS.

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelatihan pendamping sosial KUBE dianalisis melalui faktor pendukung dan faktor penghambat.

Faktor pendukung penyelenggaraan pelatihan ini dilatar belakangi oleh profesional pegawai BBPPKS Regional II Bandung, perencanaan matang, anggaran, program pelatihan pendamping sosial merupakan program pemerintah, sarana prasarana cukup lengkap, penggunaan media dan metode yang bervariatif, kompetensi widyaiswara. Peluang yang diciptakan pelatihan ini adalah pendamping sosial KUBE mampu menciptakan relasi baik pemerintah maupun swasta, pelatihan ini mampu mempererat tali silaturahim antar pendamping KUBE, dan pelatihan ini menjadi wadah untuk saling bertukar fikiran dalam memecahkan permasalahan program KUBE yang ada.

Faktor penghambat pelatihan ini adalah cuaca yang dingin tidak semua peserta mampu beradaptasi dengan cuaca yang dingin di wilayah lembang, kemampuan narasumber atau widyaiswara tidak semua sama, motivasi belajar tidak semua sama, kemampuan peserta berbeda-beda. Ancaman yang menjadi penghambat pelaksanaan pelatihan yaitu jika jumlah peserta tidak sesuai dengan quota yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.


(3)

B. Saran

Setelah peneliti memaparkan hasil penelitian yang mengenai pelatihan pendamping sosial dalam meningkatkan kemampuasn fasilitasi kelompok usaha bersama (KUBE) yang diselenggarakan di BBPPKS Regaional II Bandung, maka berikut diungkapkan beberapa saran yang peneliti berikan untuk berbagai pihak yang terkait dalam pelatihan pendamping sosial KUBE.

1. Bagi Pengelola

Diharapkan pengelola lebih meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dengan widyaiswara, lulusan dan pihak pendukung lainya. Pengelola lebih memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung yang ada di BBPPKS Regional II Bandung. Pengelola memberikan fasilitasi untuk membentuk suatu kelompok atau forum diskusi bagi lulusan-lulusan pelatihan pendamping sosial KUBE. Pembentukan forum diskusi bagi lulusan bertujuan untuk menjadi wadah komunikasi antar pendamping KUBE yang tersebar di berbagai wilayah. Penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

2. Bagi Widyaiswara

Diharapkan widyaiswara lebih meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan bagi pendamping sosial KUBE. Widyaiswara lebih mengetahui dan memahami karakteristik peserta pelatihan serta mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam pelatihan pendamping sosial KUBE.

3. Bagi Lulusan

Diharapkan lulusan pelatihan dapat menerapkan atau

mengimplementasikan kemampuan dalam fasilitasi baik dari segi pengetahuan, sikap hingga keterampilan yang didapatkan dalam kegiatan pelatihan pendamping sosial KUBE yang diselenggarakan di BBPPKS Regional II Bandung, hal ini bertujuan agar lulusan mampu memberikan pendampingan program kelompok usaha bersama dengan semaksimal


(4)

92

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mungkin. Meningkatkan kerjasama atau koordinasi antar pendamping sosial KUBE yang tersebar di berbagai wilayah.

4. Bagi Peneliti Lainya

Diharapkan karya tulis (Skripsi) ini bermanfaat dan menjadi refrensi bagi peneliti lainya yang tertarik dengan pelatihan pendamping sosial kelompok usaha bersama (KUBE). Diharapkan agar peneliti lainya lebih terfokus dalam mengkaji baik perencanaan, pelaksanaan atau pun evaluasi dari penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Ika. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan Dan Pelatihan. Bandung : Alfabeta

Koentrajaningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama .

Mardikanto, Totok. (2013). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Alfabeta

Marzuki,Saleh. (2010). Pendidikan Nonformal. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm. 20) mengemukakan sistematika penulisan karya tulis.

Saepudin, Asep (2013). Pengembangan Model Fasilitasi Belajar Dalam Memberdayakan Masyarakat Pelaku Usaha Kecil (Studi pada Sentra Usaha Kerajinan Cibeusi di

Kabupaten Sumedang). Bandung : PPS UPI

Sudjana, Djudju (2007). Sistem Dan Manajemen Pelatihan. Bandung : Falah

Sudjana, Djudju. (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Filsafat &Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah.

Nana, Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya

Sugiyono, (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : Reflika Aditama

Sumpeno, Wahyudi. (2009). Menjadi Fasilitator Genius. Yogyakarta : Pustaka Belajar Suprijianto, (2005). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-undang dan Kebijakan :

Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial.

Undang-Undang Tentang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(6)

Siti Nurhasanah, 2015

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang No. 16 Tahun 2066 tentang Ragam Fasilitator.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Perpres No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Merujuk Pada Sistem Jaminan Sosial Nasional Berdasarkan UU No.40 Tahun 2004. Inpres No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran Program Pro-Rakyat.

Depeartemen sosial (Depsos) Tahun 2010 tentang Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Undang-undang SPN Bab II Pasal 4 tentang tujuan pendidikan.

Web online.

Badan pusat statistik. (2014). Jumlah penduduk miskikn wilayah jawa barat. Tersedia : www.bps.go.id (23 Juli 2015).

Kamus bahasa indonesia. (2014). Pengertian Efektifitas. Tersedia : http:kbbi.web.id. (20 Juni 2015).

Sumber lainya.

Pedoman penyelenggaraan pelatihan pendamping sosial KUBE di BBPPKS Regional II Bandung.

Pedoman pertumbuhan dan pengembangan KUBE Profil BBPPKS II Regional II Bandung.


Dokumen yang terkait

Peranan Kelompok Usaha Bersama Lanita Medan Dalam Meningkatkan Keberfungsian Sosial Penyandang Cacat

0 14 110

PEMBERDAYAAN DIFABEL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE )

0 11 152

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG.

1 10 37

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: Studi Evaluatif Program Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II di BBPPKS Bandung.

0 4 58

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING KUBE ANGKATAN III DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ( BBPPKS) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 209

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMANTAPAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 183

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN VIII DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) YOGYAKARTA.

0 0 184

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG - repository UPI S PLS 1103716 Title

0 0 3

Pengukuran Kinerja Penyelengaraan Pendidikan Melalui Pendekatan Value For Money Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung

0 1 22

PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPING SOSIAL KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 241